Anda di halaman 1dari 52

BAB VII

ORGANISASI

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN ORGANISASI


Pada hakekatnya tidak ada seorangpun yang sepenuhnya dapat berdiri
sendirii dalam suatu lingkungan, ia memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena
itu timbul pembagian pekerjaan, pembagian waktu, cara pelaksanaan dan
sebagainya. Hal ini menimbulkan pengertian organisasi, yang membutuhkan
adanya pembagian kerja dalam kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas yang
menjadi tujuan bersama.
Salah satu kesulitan dalam perumusan organisasi yaitu bahwa organisasi
adl sesuatu yang tidak konkrit dalam bentuk fisik. Seperti hubungan-hubungan
dan aspek-aspek sosial yang tidak terlihat. Perusahaan menjadi kompleks lagi
oleh bermacam jenis organisasi, mulai dari bentuk keluarga sederhana sampai
kelompok-kelompok tidak resmi dan organisasi-organisasi resmi perusahaan
lembaga-lembaga pemerintah dan lain sebagainya. Kita dapat merumuskan
organisasi sebagai suatu bentuk kerja sama yang terjadi bila sekelompok orang
yang mempunyai tujuan yang sama, bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan itu.
Bila suatu kelompok orang bekerjasama untuk suatu tujuan bersama,
dapatlah dipastikan kegiatan mereka memberikan pola tertentu yang terumuskan
dengan baik.
Salah satu pengertian organisasi dalam perusahaan ialah sebagai berikut :
Organisasi adalah proses membentuk dan mengelompokkan kegiatankegiatan perusahaan , sehingga nantinya di dapat susunan yang logis dan
pelaksanaan pekerjaan yang efektif.
Pandangan ini sesuai dengan kesimpulan

Johnson bahwa

organisasi

mencakup :
1. Pemusatan pada tujuan, yaitu orang-orang yang bertujuan sama,
2. Sistem Sosial , yaitu orang-orang yang bekerja dalam kelompok
3. Integrasi aktivitas, yaitu kesatuan kegiatan bekerja sama dalam usaha

Dari pengertian tersebut di atas didapat gambaran tentang organisasi


perusahaan ssebagai berikut:
1. Organisasi adalah suatu proses yang selalu berubah menurut keadaan
ekonomi, sosial dan kebudayaan.
2. Organisasi mempunyai pengertian penentuan dan pembagian tugas untuk
memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan penetapan tanggung jawab dan
kekuasaan.
3. Organisasi pada awalnya adalah suatu konsep organisasi resmi. Pada
perkembangannya

hubungan

orang-orang

dalam

organisasi

melalui

organisasi resmi dan / atau organisasi tidak resmi. Organisasi resmi dapat
digambarkan oleh garis wewenang yang telah ditetapkan, sedangkan
organisasi tidak resmi adalah hubungan perorangan tanpa syarat tertentu.
Setiap orang dalam kelompok akan berhubungan dengan setiap individu
lainnya. Bentuk hubungan ini masing-msing mempunyai keuntungan dan
kerugian dalam pelaksanaan kerjasama. Dalam organisasi kedua macam
hubungan tersebut hidup sebagai suatu jalinan, sehingga terjadi suatu proses
timbal balik antara keduanya yang saling menyesuaikan dan saling mengisi.
4. Organisasi adalah suatu pengintegrasian dari aktivitas-aktivitas usaaha secara
efektif agar tidak timbul kesimpangsiuran.

B. PRINSIP-PRINSIP ORGANISASI
Pada umumnya ada beberapa prinsip organisasi.
1. Prinsip Koordinasi
Koordinasi merupakan azas pertama yang menjadi dasar semua usaha
yang digabungkan. Penggabungan usaha memerlukan suatu tindakan bersamasama sehingga terdapat kesatuan dalam tindakan.
Jadi, koordinasi dapatlah diartikan sebagai pengaturan secara tertib dari
kumpulan usaha, untuk menciptakan tindakan dalam mencapai tujuan
bersama. Dengan demikian koordinasi merupakan prinsip pertama dari
organisasi yang

meliputi segalanya. Sedangkan prinsip-prinsip yang lain

berfungsi agar koordinasi menjadi efektif.

Koordinasi harus mempunyai dasar pada kekuasaan pengkoordinasian


tertinggi. Tanpa dasar tersebut tidak akan ada bimbingan atau pimpinan usaha
yang terkoordinir. Koordinasi yang baik haruslah didasarkan pula pada
persamaan kepentingan yang nyata dari para anggota. Alat untuk mencapai
integrasi dari srluruh kepentingan itu ialah melalui kebijakan administratif
serta disiplin dari setiap anggotanya.
Kekauasaan koordinasi bekerja melalui suatu bentuk resmi yang disebut
prinsip skala ini adalah jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggung jawab yang
sesuai . jenjang itu berbeda satu sama lainnya.
Struktur organisasi terdiri dari kedudukan dengan tingkat-tingkat yang
berbeda-beda, disusun dalam suatu tingkat urutan kekuasaan teratas sampai
pada kewajiban tingkat bawah.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa hirarkhi kekuasaan dan kewajiban
orang-orang dan jabatannya disusun dalam tingkat-tingkat. Tingkat kewajiban
adalah untuk mengintegrasikan kerja organisasi.
Jadi, salah satu aza dasar struktur organisasi adalah hirarkhi.
Kekuasaan dapat diberikan oleh atasan kepada bawahan tetapi tanggung
jawab tidak. Bawahan yang mendapat kuasa mempunyai kewajiban yang
harus dilaksanakannya.
2. Prinsip Fungsional
Prinsip fungsional membedakan berbagai jenis tugas. Semua tugas dan
kewajiban dari tiap-tiap orang harus diperinci dengan tegas. Tidak adanya
perincian tugas secara jelas berdasarkan azas koordinasi dan skala akan
menyebabkan orang-orang menafsirkan pekerjaannya dengan sesuka hati.
Konsep fungsional ini ada hubungannya dengan konsep skala.
Perbedaannya adalah konsep skala berkaitan dengan hubungan vertikal atasan
bawahan, sedangkan konsepfungsional dikaitkan dengan perbedaan tugastugas orang-orang atau unit-unit di dalam organisasi. Pembedaan dalam tugas
menjadi dasar bagi suatu pembagian kerja dalam organisasi dengan harus
mengingat pengaruh ekonomis dan efisiennya.

Prinsip fungsional adalah bagian penting dari teori organisasi. Pada


dasarnya fungsional ini searah dengan konsep departementasi, yaitu
pemecahan organisasi ke dalam unit-unit yang dispesialisir yang ditujukan
kepada kesanggupan dari fungsi-fungsi utama.
Dasar pembagian kerja dalam organisasi ke dalam unit yang
dispesialisasikan dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Menurut Fungsi
Cara pengelompokan aktivitas seperti ini yang paling utama ialah
berdasarkan aktivitas utama seperti keuangan, produksi, teknik, hukum,
penjualan, pembelian dan personil.
2. Menurut produk atau jasa
Aktivitas dibagi berdasarkan produk atau jasa
3. Menurut wilayah
Aktivitas dibagi menurut tempat-tempat kegiatan perusahaan.
Keputusan dapat diambil pada kantor cabang dengan pertimbangan
keadaan setempat, tetapi tetap berdasarkan kontrol dari kantor pusat.
4. Menurut langganan
Aktivitas berdasarkan golongan-golongan pembeli
5. Menurut proses
Pembagian mengikuti taraf proses produksi
6. Menurut waktu
Aktivitas dibagi menurut waktu pelaksanaan pekerjaan, seperti
pekerjaan memerlukan shift, tugas-tugas perumusan tujuan perusahaan,
pengembangan produk baru, pembuatan anggaran.
Pada umumnya terjadi kombinasi pembagian kerja sehingga tercapai
keseimbangan yang harmonis dalam organisasi atau perusahaan. Berbagai
aktivitas dibagi sedemikian rupa hingga masing-masing dapat berfungsi
sebagai pengontrol dan pengembangan kepada yang lain. Dengan demikian
dapat dihindari adanya kesalahan-kesalahan ataupun kecurangan-kecurangan.

C. JENIS-JENIS ORGANISASI
Pada umumnya jenis organisasi yang ada sekarang dibedakan atas :
1. Organisasi Garis
Organisasi garis mengenal garis wewenang langsung sehingga bawahan
langsung bertanggung jawab kepada atasannya. Pada arah satu garis
horizontal hubungan organisasi mempunyai tanggung jawab yang sama.
Bentuk struktur organisasi garis mempunyai keuntungan dan kerugian.
Keuntungan adalah sebagai berikut :
1. Wewenang dan tanggung jawab ditetapkan secara gamblang dan jelas.
2. Struktur sederhana sehingga mudah dimengerti oleh karyawan.
3. Struktur organisasi relatif stabil, karena orang mempunyai wewenang
sertya tanggung jawab yang diketahui semua pihak.
4. Disiplin dipertahankan dan dipegang teguh.
5. Keputusan-keputusan dapat diambil dengan cepat
6. Kesempatan-kesempatan baik untuk latihan bagi pengembangan bakat
kepemimpinan.
Kerugian kerugiannya adalah sebagai berikut :
1. Organisasi kaku, tidak fleksibel dan bersifat otokratis
2. Mudah kacau bila kehilangan seseorang dalam garis organisasi dan tidak
dapat secara cepat diganti penggantinya.
3. Secara relatif spesialisasi pekerjaan tidak dijelaskan terutama pada tingkat
menengah dan tingkat supervisi.

2. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional adalah organisasi menurut sistem fungsional
seperti yang diusulkan oleh FW Taylor, yaitu setiap wakil kepala atau
pembantu mempunyai spesialisasi dalam bidangnya dan tiap pekerja
berhubungan langsung dengan wakil-wakil kepala tersebut sesuai dengan
kepentingannya.

Gambar 17. Organisasi Fungsional


Organisasi fungsional juga mempunyai keuntungan dan kerugian.
Keuntungannya adalah sebagai berikut :
1. Ada yang spesialisasi bagi setiap orang dalam organisasi yang efektif
sehingga diperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya.
2. Pekerjaan yang memerlukandaya pikir telah dapat dipisahkan daripada
pekerjaan kasar/rutin.
3. Terdapat fleksibilitas dalam tugas sehingga organisasi tidak kaku.
Kerugiannya adalah sebagai berikut :
1. Diperlukan keahlian yang tinggi daripada wakil kepala, karena pembagian
tugas tidak boleh sama dengan yang lain.
2. Struktur organisasi kurang stabil.
3. Dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat kesukaran untuk menempatkan
kekuasaan serta tanggung jawab sehingga hal ini dapat menimbulkan
turunnya moral dan disiplin kerja.
4. Kurang tegasnya batas kekuasaan jabatan dapat menimbulkan gesekangesekan antara pejabat-pejabat dan inisiatif perorangan menjadi beku.
5. Ada beberapa kepala yang sekaligus memerintah dapat menimbulkan
kebingungan pada pihak pekerja, karena kesimpang siuran perintah dan
kewajiban.

3. Organisasi Garis dan Staf


Pada dasarnya struktur organisasi garis dan staf adalah pemisahan
antara pekerjaan yang bersifat bentuan pekerjaan operasional langsung.
Spesialisasi pekerjaan diletakkan dalam staf, sedangkan tindakan yang
berhubungan langsung dengan pekerja merupakan garis. Jadi, staf hanya
bersifat membantu memberikan nasehat dan saran keahlian khusus tanpa
mempunyai hak untuk memerintah pekerja secara langsung (Gambar V.3
halaman 69).

Sama halnya seperti pada organisasi garis maupun organisasi


fungsional, maka organisasi garis dan staf memiliki keuntungan dan kerugian.
Keuntungannya adalah sebagai berikut :
1. Garis wewenang cukup jelas, sehingga dapat dicapai disiplin yang baik.
2. Azas spesialisasi dapat dimanfaatkan sampai bats-batas yang praktis.
3. Keputusan-keputusan dapat diambil setelah dipertimbangkan dengan
baik.
4. Struktur organisasi cukup fleksibel sesuai dengan kebutuhan.
5. Dapat diusahakan adanya keseimbangan antara semua aktivitas, baik
aktivitas garis maupun aktivitas staf, sehingga koordinasi dapat berjalan
dengan baik.
6. Terdapat lebih banyak kemungkinan untuk memenuhi keinginan dan
minat personil terhadap pekerjaan.

Gambar 18. Organisasi Garis dan Staf


Kerugiannya adalah sebagai berikut :
1. Pejabat garis cenderung mengabaikan ide, saran dan nasehat staf sehingga
keterangan ahli tak pernah digunakan.
2. Terdapat kemungkinan pejabat staf melampaui wewenang stafnya dan
berusaha untuk mengambil alih wewenang garis.
3. Perintah-perintah garis dan staf kadang-kadang membingungkan anggota
organisasi sehingga menimbulkan ketidak jelasan bagi para manajer
maupun anggota lainnya.

4. Organisasi Komite
Komite adalah suatu grup orang yang khusus dibentuk untuk
melaksanakan tugas manajer.
Anggotanya terdiri dari pejabat-pejabat tertentu yang dibutuhkan pada
waktu yang tertentu, disamping tugas pokok. Komite mungkin terdapat pada
tingkat manajemen organisasi yang lebih rendah, kadang-kadang cepat

dibubarkan. Kadang-kadang dipertahankan untuk waktu yang lama menurut


kebutuhannya. Fungsi komite berhubungan dengan bermacam subyek.
Komite dapat diberi wewenang garis, tetapi pada umumnya mempunyai
wewenang sebagai staf.
Contoh struktur organisasi dapat digambarkan seperti pada gambar 6
halaman 72.
Keuntungannya adalah sebagai berikut :
1. Memungkinkan adanya pertimbangan dan putusan yang merupakan grup,
sehingga dapat dicapai koordinasi yang baik.
2. Melatih para anggotanya dalam persoalan-persoalan yang mungkin
timbul.
3. Menjamin kerja sama dari para pelaksana dalam melaksanakan suatu
rencana.
Kerugiannya adalah sebagai berikut :
1. Keputusan yang diambil hanya merupakan suatu kompromi saja dan
keputusan seringkali terlalu lambat.
2. Tanggung jawab tidak jelas (terpecah-pecah), sehingga tidak ada yang
merasa bertanggung jawab.
3. Pertemuan komite biasanya membuang banyak waktu para anggotanya.

Gambar 19. Organisasi Komite


Komite tidak perlu diadakan :
1) Bila diperlukan keputusan yang cepat dan putusan itu tidak begitu
penting.
2) Bila persoalan itu adalah soal pelaksanaan dan bukan merupakan putusan
pokok.
3) Bila orang-orang yang dianggap kompeten (yang berwewenang dan
mampu) tidak tersedia.

5. Organisasi Lain-lain
Di samping macam-macam organisasi di atas terdapat pula jenis
organisasi yang lain untuk menangani persoalan dan kegiatan yang sudah
banyak, misalnya kegiatan-kegiatan rutin (sehari-hari dan kegiatan-kegiatan
jangka panjang yang frekuensinya sangat banyalk. Misalnya di sebuah
Universitas terdapat kegiatan sehari-hari (misalnya kuliah, TU dan lain-lain)
dan juga kegiatan jangka panjang (kerjasama, proyek-proyek dan
sebagainya). Di sini digunakan suatu organisasi yang dinamakan organisasi
matriks. Pada organisasi ini terdapat 3 bagian utama yaitu sumber, induk dan
program (sebagai pelaksana), program dan sumber mempunyai anak buah
dalam bentuk matriks yang artinya pekerja-pekerja itu mempunyai lebih dari
satu atasan.
Sama halnya dengan bentuk organisasi lainnya organisasi ini
mempunyai keuntungan dan kerugian.
Keuntungan :
1. Cocok untuk suatu persoalan yang memerlukan keputusan-keputusan
yang teliti (proyek apollo misalnya).
2. Dapat menangani kegiatan rutin dan jangka panjang sekaligus.
Kerugian :
1. Susah mencari buruh, karena buruh yang digunakan harus dapat
menyesuaikan diri dengan tugas-tugas baru yang berbeda-beda , dan
selalu berganti.
2. Tanggung jawab kurang.
3. Karena buruh mempunyai banyak atasan, sering merekakebingungan apa
yang harus lebih dahulu dikerjakan.
Gambar 20. STRUKTUR ORGANISASI MATRIK

6. Organisasi Suatu Perusahaan Industri Besar


Bentuk organisasi bergantung pada banyaknya kegiatan yang harus
ditangani. Makin banyak kegiatan makin besar bentuk organisasinya.

Bentuk organisasi suatu bengkel las tidak sama dengan bentuk


organisasi sebuah restoran, bentuk organisasi sebuah pabrik sepatu tidak
sama dengan bentuk organisasi pabrik perakitan mobil. Masih banyak bentuk
organisasi lainnya, misalnya organisasi olah raga, organisasi tarka dan
sebagainya.
Bentuk organisasi suatu perusahaan industri besar yang anggotanya
terdiri dari :
a. Direksi/pimpinan
b. Bagian keuangan
c. Bagian produksi
d. Bagian penjualan/perdagangan
e. Bagian administrasi
f. Bagian umum
Adalah sebagai berikut :

D. PERSONAL DAN TANGGUNG JAWABNYA


Orang-orang yang berkecimpung, bersangkut paut dalam Bengkel
praktika, dalam kegiatan-kegiatan atau usaha-usaha pendidikan dan pengajaran
praktika, berupa kegiatan-kegiatan ketatalaksanaan peraturan, pengurusan,
penyusunan dan sejenisnya meliputi (a) Ketua Jurusan (b) Kepala Bagian
Bengkel Praktika (c) Staf Instruktur dan Asisten (d) Juru Bengkel dan (e) Siswa
Sebagai Praktika.
1. Ketua Jurusan
Di bawah pimpinan sekolah atau kepala sekolah atau fakultas yang
bertanggung jawab atas masalah-masalah jurusan adalah ketua jurusan.
Ketua jurusan bertanggung jawab atas keseluruhan masalah jurusan atas
baik tidaknya, berhasil tidaknya policy pimpinan sekolah atau jurusan,
termasuk pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan pengajaran praktika di

bengkel praktika. Jadi masalah pengajaran yang biasanya mengambil tempat


di Bengkel praktika atau shop. Penentuan policy kebijaksanaan dalam bengkel
praktika biasanya oleh ketua jurusan dibantu oleh Kepala Bagian Bengkel
Praktika.
2. Ketua Bagian Bengkel Praktika
Ketua bagian bengkel praktika bertugas dan bertanggung jawab
masalah-masalah bengkel praktika. Bertanggung jawab atas baik buruknya
dan berhasil tidaknya bengkel praktika melaksanakan fungsi tugasnya.
Ketua bengkel praktika mengatasi masalah :
a) Bengkel Praktika itu sendiri
Yaitu atas pemeliharaan dan perawatan bengkel praktika itu sendir agar
selalu stand by, siap berfungsi, bagaimana ia mengatur fungsi-fungsi/tugstugas pembantu-pembantunya agar kondisi tersebut selalu terjaga, sehingga
keadaan bengkel selalusiap berfungsi.
b) Penyelenggaraan praktika
Sebenarnya, Ketua Bengkel menentukan policy kebijaksanaan dalam
penyelenggaraan praktika. Dimulai sejak kepemimpinan, ketatalaksanaan,
pengurusan dan penyelenggaraan praktika hingga kontrol pelaksanaan dan
evaluasi pengajaran praktika.
Jadi ketua jurusan bertanggung jawab atas masalah-masalah, kegiatankegiatan pekerjaan-pekerjaan manajemen administrasi maupun organisasi
Bengkel praktika. Ketua bagian bengkellah yang sebenarnya bertanggung
jawab sepenuhnya atas masalah-masalah tersebut di atas. Tentu saja dalam
pelaksanaan pengurusan dan pengaturan dan penyelenggaraan dibantu oleh
personil-personil lainnya, yaitu staf pembantu dari dosen/instruktur/guru
praktek dan asisten-asisten instruktur maupun dari juru bengkel dan siswa
selalu praktikan sebagai subyek dari pengajaran praktika.

3. Staf Instruktur dan Asisten


Instruktur-instruktur dan asisten sebagai guru yang membimbing
praktek dan pembantu-pembantu di bawah koordinasi ketua bagian bengkel

berfungsi

sebagai

perencana-pengatur-penyusun

pelaksana

pengajaran

praktek. Instruktur-instruktur dan asisten merencanakan dan mempersiapkan


materi praktika. Mempersiapkan job knowledge sheet, job instruction sheet
dan job sheet yang dipakai dalam kegiatan pengajaran praktika. Ketua bagian
bengkel bersama instruktur-instruktur dan asisten merencanakan dan mengartu
jadwal dan waktu kegiatan. Dan mungkin juga mengatur kelompok-kelompok
tugas, unit-unit praktika dan pembimbingnya. Staf instruktur dan asisten
bersama ketua bagian bengkel atau koordinator pelaksanaan praktika
merencanakan mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanan praktika, mengontrol persiapan-persiapan, mengontrol kesiapan
dari mesin-mesin dan alat-alat praktika, materi praktika, bahan bahan
praktika, alat-alat keselamatan kerja berupa pemadam kebakaran, obat-obat
dan sebagainya.

4. Juru Bengkel
Juru bengkel, yaitu seseorang yang bertugas melayani alat-alat
dibengkel Praktika. Juru bengkel bertanggung jawab atas pemeliharaan dan
perawatan alat-alat perkakas maupun mesin-mesin perkakas. Dialah yang
harus mengeluarkan alat-alat yang dipinjam mencatatnya dalam buku
peminjaman ataupun kartu pinjaman alat-alat. Dia pula yang mengecek pada
waktu pengembalilan pada alat-alat sesudah dipakai oleh praktika/siswa.
Perawatan alat-alat maupun mesin-mesin selama kegiatan praktika
dapat merupakan suatu kesatuan tugas praktika, atau dapat merupakan salat
satu unit tugas praktika yang menjadi tugas praktika, tetapi perawatan rutine,
periodik dari mesin-mesin, alat-alat perkakas menjadi tugas dan tanggung
jawab juru bengkel.
Mengingat tugasnya yang tidak ringan, dan memerlukan juga keahlian,
ketrampilan dan ketekunan dalam memelihara, merawat mesin-mesin dan alatalat perkakas bengkel, kesungguhan bekerja dan ketelitian kerja, maka
dibutuhkan seorang juru bengkel yang memenuhi syarat untuk itu.

Dalam hal ini diperlukan seorang yang berpendidikan teknik, teoritis


dan praktis karena tugas-tugasnya berhadapan dengan mesin-meisn dan alatalat perkakas. Di samping itu harus lebih memiliki kemampuan dan kecakapan
serta terampil dalam tugas-tugasnya. Maka minimal seorang tamatan sekolah
Teknik Jurusan Mesin dan lebih bagus lagi kalau seorang tamatan Sekolah
Teknik Menengah Jurusan Mesin yang telah berpengalaman dalam
praktek/kerja di bidang teknik maintenance mesin-mesin dan peralatan
bengkel. Dengan persyaratan yang sedemikian itu dimungkinkan mesin-mesin
dan alat-alat perkakas dari bengkel praktika akan selalu terpelihara dan
terawat baik, dan selalu stand by / siap berfungsi.
Dan oleh karena itu tugas juru bengkel yang tidak ringan itu diperlukan
setiap unit praktika/unit bengkel mempunyai juru bengkel tersendiri. Dalam
hal ini misalnya : unit bengkel kerja mesin perkakas, mempunyai juru bengkel
sendiri, unit bengkel kerja bangku mempunyai juru bengkel tersendiri, unit
bengkel las mempunyai juru bengkel tersendiri. Begitu seterusnya setiap
spesialisasi kerja/unit kerja, hendaknnya mempunyai juru bengkel sendiri. Ini
mengingat beratnya tugas dan tanggung jawabnya yang berat. Apalagi jika
bengkel praktika telah komplitn dan sempurna, di mana setiap unit kerja
praktika bekerja terus-menerus dalam waktu-waktu yang bersamaan, siudah
barang tentu keharusan ini menjadi sangat diperlukan.

5. Siswa / Praktikan
Dalam pengajaran praktika, siswa adalah subyek pendidikan pengajaran
melaksanakan praktika.
Tugas praktikan adalah melaksanakan tugas-tugas pengajaran dengan
bimbingan guru/struktur maupun asisten. Dalam hal ini, praktikan berarti
belajar dari pengalaman kerja/prakteknya sendiri. Praktikan wajib mentaati
petunjuk-petunjuk

dan

bimbingan

instruktur

dalam

melaksanakan

praktikannya.
Di samping itu juga harus mentaati tata tertib yang berlaku dan
peraturan-peraturan keselamatan kerja yang ada, agar dapat terjamin

kelancaran dan ketertiban praktika dan terjauh dari kecelakaan-kecelakaan


yang tidak dikehendaki.
Dalam tugas pemeliharaan dan perawatan mesin-mesin dan alat
perkakas (machine and tools, maka perlu koordinasi dan organisasi).
Organisasinya dapat dibuat secara sederhana. Dalam tiap-tiap kegiatan
kerja, siswa/praktikan diberi tugas sampingan di samping tugas prakteknya,
untuk bertugas, dan secara bergiliran bergantian pada hari-hari berikutnya.
Tugas-tugas atau fungsi siswa dalam partisipasi aktif pemeliharaan dan
perawatan mesin-mesin dan alat-alat perkakas, yaitu :
a) Bagian kebersihan ruangan dan tempat kerja.
Bagian ini bertanggung jawab atas kebersihan tempat dan ruangan kerja
setiap selesai kegiatan praktika.
b) Bagian pemeliharaan dan perawatan mesin dan alat-alat perkakas.
Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab atas pemeliharaan dan
perawatan baik mesin-mesin maupun alat-alat perkakas setiap selesai
praktika menururt gilirannya.
c) Bagian alat-alat.
Bagian ini bertugas dan bertanggung jawab atas alat-alat. Bertugas
menjaga alat, memelihara alat, mengeluarkan/meminjam alat menerima
pengembalian alat, menerima dan menempatkan kembali alat-alat
ketempatnya semula dalam lemari dan tempat alat-alat. Jika terjadi
kerusakan alat-alat atau hilang, atau tidak ada pada tempatnya, segera
melaporkan kepada instruktur.
d) Bagian bahan praktika
Bagian ini bertugas melayani dan mencatat pengambilan bahan-bahan
praktika yang dipakai dalam kegiatan praktika tersebut.
Disamping keempat bagian fungsi (tugas) di atas di mana praktikan
aktif di dalamnya,terdapat bagian lain yang juga sangat penting dan
menunjang kegiatan praktika yaitu :
e) Bagian Perbaikan (repair)

Bagian ini bertugas memperbaiki kerusakan-kerusakan dari mesinmesin dan alat-alat perkakas dan atau mengganti dengan yang baru apabila
kerusakan tidak dapat diperbaiki lagi. Bagian ini di bawah pengawasan
instruktur / ahlinya. Dianjurkan mengikutsertakan praktika.
Jadi skema dari organisasi bengkel dan perawatannya dengan aktivitas
siswa praktika dapat digambar secara sederhana sebagai berikut :

Gambar 22. Organisasi Shop

BAB VIII
BADAN USAHA DAN PENGERTIAN PERUSAHAAN

A. MACAM-MACAM BADAN USAHA


1. Pengertian
Usaha adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan sesuatu yang
merupakan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Bentuk tujuan ini dapat
berbeda-beda motifnya. Yang dimaksud dengan motif di sini adalah
keuntungan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan badan usaha adalah
suatu bentuk untuk mendapatkan keuntungan atau dengan istilah yang lazim
dipakai bentuk ini dapat disamakan dengan perusahaan.
Suatu perusahaan biasanya tumbuh. Pengertian tumbuh di sini sama
dengan pengertian tumbuh (menjadi besar) dari tumbuh-tumbuhan. Contoh :
seseorang mencoba berusaha dalam bidang perajutan pakaian bayi. Mulamula mesin perajut dijalankan sendiri, beberapa waktu kemudian, karena
permintaan barang bertambah, mesin perajut di tambah; dengan sendirinya
kebutuhan akan karyawan pun bertambah pula; untuk menambah karyawan
biasanya diambil dari sanak keluarga sendiri. Lama kelamaan kebutuhan
pasaran meningkat terus, sehingga kebutuhan akan mesin pun bertambah
pula.
2. Bentuk Badan Usaha
Pada umumnya Badan Usaha yang sekarang dikenal oleh masyarakat
adalah :
1. Perusahaan perorangan
2. Perseroan Terbatas
3. Firma dan C. V (Comanditaire Vennootschap)
4. Kongsi
5. Holding Company Perusahaan Gabungan
6. Trust
7. Yayasan
8. Koperasi

9. Perusahaan Negara
10. Joint Venture kerjasama (Usaha Patungan)

a. Perusahaan Perorangan
Bentuk ini adalah bentuk yang paling sederhana. Seseorang yang
hanya mempunyai modal terbatas dapat mendirikan badan ini, contoh :
bengkel sepeda dapat dikatakan perusahaan perorangan, di mana pemilik
bertindak sebagai direktur, pelaksana dan pengawas. Usaha penjahitan
yang dengan sebuah mesin jahit dan dimiliki oleh seseorang dapat pula
disebut perusahaan perorangan, dia sebagai direktur, dia sebagai
pengorder, dia sebagai pelaksana.
Jadi, pada umumnya seseorang yang mempunyai uang dapat
mendirikan

perusahaan

perorangan.

Dengan

demikian

pemilik

bertanggung jawab penuh atas milik, kekayaan, untung rugi, transaksitransaksi,

struktur

organisasi,

maupun

pemeliharaan

karyawan-

karyawannya.
Perusahaan perorangan tidak didaftarkan secara sah kecuali bila ia
hendak melakukan kegiatan itu dengan menggunakan nama lain dan
bukan anamanya sendiri. Bila perusahaan akan didaftarkan, maka harus
dilaporkan secara lengkap tentang perusahaan, siapa yang bertanggung
jawab dan semua tindakan dan hutang piutang yang terjadi dalam
perusahaan. Biasanya Perusahaan Perorangan berakte notaris.
b. Perseroan Terbatas (P.T)
Perseroan terbatas dibentuk atas dasar kesepakatan dari beberapa
orang yang mempunyai modal, karena keterbatasan modal masingmasing, sedangkan kebutuhan modal untuk usaha tertentu jauh lebih besar
dari jumlah modal yang dimiliki masing-masing. Pada pendirian badan
usaha ini biasanya diperlukan :
1. Nama perusahaan yang akan didirikan
2. Bidang usaha

3. Jumlah modal yang dipergunakan untuk memulai usaha dengan


pembagian saham.
4. Letak perusahaan
5. Jumlah pimpinan dan alamat-alamatnya.
6. Para pemegang saham dan besarnya masing-masing modal yang
dimilikinya.
Para pemegang saham bertanggung jawab sesuai dengan jumlah uang
yang telah mereka setorkan dan dituliskan dalam masing-masing saham;
hak dan kekuasaan sebanding dengan besarnya modal yang ditanamkan.
Perlu dibedakan pengertian dewan Direksi dan Direktur, Dewan
Direksi adalah para pimpinan yang menangani pengelolaan perusahaan,
Presiden Direktur dan Direktur dapat disebut pula sebagai Direksi.
Sedangkan Direktur biasanya membawahi salah satu bagian dari
perusahaan. Ada Direktur Produksi, Direktur keuangan dan sebagainya
menurut kebutuhan perusahaan.
Biasanya ketentuan-ketentuan tentang organisasi dan struktur telah
diatur. Dengan demikian para pemegang saham dapat ikut serta
mengendalikan secara umum, tetapi tidak berarti bahwa perusahaan itu
miliknya sendiri. Bila Perseroan Terbatas ini telah disahkan oleh yang
berwenang, maka status Perseroan Terbatas ini menjadi perorangan.
Hubungan antara pemegang saham dan perusahaan merupakan hubungan
antara dua orang, artinya para pemegang saham dapat melakukan
transaksi-transaksi, dapat melakuan tuntutan terhadap perusahaan.
Demikian pula sebaliknya.
Dalam perusahaan kekuasaan tertinggi dipegang oleh rapat pemegang
saham. Dalam rapat-rapat pemegang saham dapat dilakukan perubahanperubahan anggaran dasar, pemilihan dan pengangkatan direktur atau
dewan direksi, yang diberi tugas untuk memimpin jalannya perusahaan
sehari-hari sesuai dengan petunjuk rapat pemegang saham. Untuk
melakukan pengawasan kegiatan yang dilakukan oleh dewan direksi
sehari-hari rapat pemegang saham menunjuk dewan komisaris. Apabila

terdapat kerugian kapital sebesar 50%, maka hal ini harus diumumkan
dan

apabila

terdapat

kerugian

sebesar

70%

perusahaan

harus

dibubarkan.secara garafis hubungan tanggung jawab, kekuasaan dapat


dilihat pada garis-garis penghubung di halaman 14.
Adapun status perusahaan ditentukan sebagai berikut.
Presiden Direktur adakalanya disebut juga Direktur Utama. Di
samping Dewan Direksi ada Dewan Komisaris yang berkewajiban
mengawasi jalannya perusahaan. Anggota Dewan Komisaris adalah
pemegang saham yang tidak menjadi anggota Dewan Direksi. Dewan
Komisaris dipimpin oleh Presiden Komisaris.
c. Firma dan C. V
Apabila kegiatan suatu perusahaan bertambah besar, maka biasanya
modal yang ditanamkan seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan
modal perusahaan. Dengan demikian diperlukan beberapa orang yang
bermodal untuk memenuhi modal yang diperlukan. Modal di sini tidak
terbatas pada bentuk uang saja, melainkan dapat berbentuk benda kapital,
keahlian, nama, paten, dan sebagainya.
Setelah mereka bersepakat bertanggung jawab atas segala tindakan
sampai batas-batas tertentu, yaitu bila misalnya perusahaan tidak dapat
menutup sejumlah hutangn, maka sisa hutang ini harus ditutup oleh milik
dari para penghimpun modal (biasanya melalui saluran hukum). Tetapi
apabila kegiatan ini di luar kegiatan perusahaan, misalnya tindakantindakan peserta ataupun keperluan di luar perusahaan, maka tanggung
jawab terbatas pada peserta itu sendiri. Dengan demikian seseorang dapat
menjadi anggota beberapa persepakatan (perseroan) sekaligus.
Pelaksanaannya dibuat pada Akta Notaris dan seterusnya meminta
pengesahan pada Pengadilan negeri.
d. Kongsi
Kongsi

dibentuk

untuk

mengiliminir

(mengatasi)

terjadinya

kemacetan atau kesukaran apabila salah seorang persero suatu perusahaan


ataupun firma sakit atau meninggal dunia. Biasanya mirip dengan bentuk

perseroan terbatas. Pembentukan perusahaan seperti ini harus mendapat


pengesahan hukum dan boleh mempergunakan nama lain atau salah satu
nama

perusahaan

mengeluarkan

yang

saham

menjadi
kepada

anggotanya.

Perseroan

anggota-anggotanya

dan

dapat
dapat

diperjualbelikan. Perusahaan seperti ini dibentuk dengan perjanjian


bersama antara para pesertanya tetapi isi anggaran dasarnya tidak perlu
diumumkan. Adapun hak dan tanggung jawab adalah sama seperti pada
firma. Bentuk ini sekarang jarang dipergunakan.
Bentuk lain adalah perseroan tertutup atau Lilmited (LTD). Dalam
bentuk ini saham dipegang terbatas pada orang-orang tertentu saja dan
saham-saham ini tidak diperjualbelikan secara umum.
e. Perusahaan Gabungan (Holding Company)
Bila beberapa usaha bergabung untuk mendapatkan sesuatu kekuatan
yang lebih besar dalam kehidupan industri dan bila gabungan ini terjadi
berdasarkan

perjanjian/hubungan resmi antara perusahaan-perusahaan

itu, maka terbentuklah apa yang dinamakan holding company.


Holding company juga dapat terjadi apabila suatu usaha industri
berdasarkan kesepakatan antara peserta. Ia tidak perlu didaftarkan pada
inatansi resmi bila dipergunakan nama para peserta itu sendiri dalam
usaha. Pembagian keuntungan perseroan kepada para peserta dapat diatur
dalam perjanjian antara para pesero itu sendiri.
Biasanya perbandingan keuntungan sesuai dengan besarnya modal
yang ditanamkan. Bila salah seorang anggota perseroan menanamkan
modalnya dalam bentuk keahlian, maka besarnya keuntungan yang
diperoleh sama dengan besarnya keuntungan yang diterima oleh penanam
modal yang paling kecil dalam bentuk uang. Contoh : perbandingan
modal yang ditanam antara A : B : C adalah 2 : 3 : 5, sedangka D hanya
menanamkan modal keahliannya. Dengan demikian besarnya pembagian
keuntungan dalam perusahaan tersebut adalah A : B : C : D = 2 : 3 : 5 : 2.
Jika besarnya keuntungan yang diperoleh dalam perusahaan itu Rp. 9
juta, maka masing-masing akan menerima keuntungan sebesar :

A = 2/9 x Rp. 9 Juta = Rp. 2 Juta


B = 3/9 x Rp. 9 Juta = Rp. 3 Juta
C = 5/9 x Rp. 9 Juta = Rp. 5 Juta
D = 2/9 x Rp. 9 Juta = Rp. 2 Juta
Holding Company dapat pula terwujud apabila suatu usaha industri
memiliki saham-saham dari usaha industri lainnya, usaha industri yang
pertama disebut induk Perusahaan, dan usaha Industri yang kedua disebut
Anak Perusahaan.
Contoh : sebagian saham Pabrik Semen Cibinong adalah milik pebrik
Semen Gresik, Pabrik Semen Cibinong disebut mengadakan holding
company dengan pabrik Semen Gresik dan pabrik Semen Gresik disebut
induk perusahaan dan Pabrik Semen Cibinong disebut Anak Perusahaan
dalam arti kata menguasai siasat jalannya perusahaan.
f. Trust
Trust terjadi apabila penggabungan beberapa perusahaan terwujud
hanya mempertahankan aspek hukumnya saja dan aspek lainnya dapat
berdiri sendiri. Tetapi trust dapat membawa kerugian kepada konsumen
akibat kenaikan harga yang tidak terkendalikan karena kerusakan
ekonomi dipegang oleh beberapa orang. Bila hal ini terjadi, maka Trust
sudah menjadi perusahaan monopoli.
g. Yayasan
Yayasan adalah suatu jenis badan usaha yang tidak mengharapkan
keuntungan (keuntungan di sini diartikan jumlahnya uang). Yayasan
merupakan suatu pusat dari satu atau beberapa kegiatan usaha. Kita
mengenal Yayasan keagamaan, Yayasan pendidikan, Yayasan dana
sosial.
Yayasan biasanya mempunyai bidang usaha bagi kesejahteraan
masyarakat baik material maupun spiritual.
Kegiatan usaha sebuah yayasan dapat dilakukan oleh sebuah badan
usaha yang diberi wewenang oleh yayasan untuk berusaha atas nama
yayasan tersebut.

Yayasan dapat menerima sumbangan dari pihak luar yayasan yang


sifatnya tidak mengikat dan memberikan sumbangan.
Kepengurusan yayasan diatur oleh rapat yayasan berdasarkan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga yang ditetapkan dalam AKTA
NOTARIS.
h. Koperasi
Koperasi dibentuk oleh sekelompok orang yang bergabung dan
berusaha bersama-sama untuk memenuhi kebutuhannya. Dari koperasi
biasanya diperoleh harga barang kebutuhan yang lebih murah dari pada
harga yang terdapat di pasar.
Modal koperasi biasanya diperoleh dari jalan, (1) Para anggota
koperasi diwajibkan menyetorkan sejumlah uang yang menjadi simpanan
pokok; uang ini dibayarkan hanya satu kali dan jumlahnya ditentukan
sesuai dengan perjanjian masing-masing anggota pada waktu pendirian
koperasi. (2) Simpanan wajib, yaitu sejumlah uang yang harus disetorkan
secara kontinu; dapat bulanan, tri wulan dan sebagainya; jumlah uang
tersebut tidak terbatas. (3) Simapanan suka rela; yaitu simpanan para
anggota koperasi yang jumlahnya tergantung pada anggota dan waktunya
pun tidak ditentukan.
Hak suara para anggota koperasi sama seperti badan usaha lainnya.
Hak suara anggota koperasi perorangan adalah sama dengan hak suara
anggota koperasi yang bukan perorangan.
Contoh : Koperasi mempunyai anggota terdiri dari perorangan dan
wakil dari perusahaan (PT. CV) : hak suara anggotanya adalah sama,
yaitu satu anggota satu suara.
Pembagian laba suatu koperasi adalah sama seperti badan usaha
lainnya. Bila pada akhir tahun telah dibuat neraca laba rugi dan dapat
diketahui besarnya keuntungan yang diperoleh, maka keuntungan ini
dibagi rata kepada seluruh anggota koperasi. Hubungan koperasi dengan
perusahaannya adalah sama seperti hubungan antar badan hukum lainnya.

Koperasi dapat dibedakan atas :


1. Koperasi produksi, yaitu koperasi yang menampung hasil-hasil
produksi anggotanya, dengan catatan akan menjualnya, dan
memberikan keuntungan pada produsen (para anggota koperasi)
2. Koperasi konsumsi, di sini keperluan para anggota koperasi dapat
dibeli dari koperasi.
3. Koperasi kredit, di sini dana yang dikumpulkan dari anggota
dipinjamkan lagi kepada anggota yang memerlukannya dengan bunga
yang ringan.
Kuat tidaknya suatu usaha koperasi tergantung kepada ketaatan para
anggotanya kepada koperasi yang telah mereka bentuk bersama. Tanpa
ketaatan para angota dan kejujuran pimpinannya, usaha koperasi tidak
mungkin berjalan dengan baik.
i. Perusahaan Negara
Modal perusahaan negara terdiri dari kekayaan negara yang
dipisahkan. Modal Perusahaan Negara tidak terbagi atas saham-saham.
Biasanya Perusahaan Negara dipimpin oleh Dewan Direksi yang jumlah
anggotanya dan susunannya ditetapkan dalam peraturan pendiriannya.
Anggota Dewan Direksi al Warga Negara Indonesia yang diangkat dan
doberhentikan oleh pemerintah.
Pengangkatan ini berlaku selama-lamanya 5 tahun, selesai masa
jabatan anggota yang bersangkutan dapat diangkat kembali.
Di Indonesia terdapat 3 macam Perusahaan Negara :
1. Perusahaan Negara Jawatan (Perjan)
Misalnya : Perusahaan Jawatan Kereta Api (P.J.K.A).
2. Perusahaan Negara Umum
Misalnya : Perum Telekomunikasi
3. Perusahaan Negara Perseroan (Persero)
Misalnya : P.T. Pupuk Kujang (persero).

1. Perusahaan Negara Jawatan (Perjan)


1) Makna usaha adalah Publick Service, artinya Pengabdian serta
pelayanan kepada masyarakat.
2) Merupakan bagian dari Direktorat Jenderal sebuah Departemen.
3) Tidak dipimpin oleh Dewan Direksi tetapi oleh seorang kepala
(yang merupakan

bawahan dari suatu Departemen/Direktorat

Jenderal).
4) Status karyawan adalah Pegawai Negeri
2. Perusahaan Negara Umum
1) Makna usaha adalah melayani kepentingan umum (kepentingan
produksi, distribusi, dan konsumsi secara keseluruhan), dan
sekaligus untuk memupuk keuntungan.
2) Status sebagai badan hukum diatur oleh undang-undang.
3) Pada umumnya bergerak dalam bidang jasa-jasa vital.
4) Mempunyai nama dan kekayaan sendiri, serta kebebasan bergerak
seperti perusahaan swasta untuk mengadakan kontrak atau
hubungan dengan perusahaan lain.
5) Dapat dituntut dan menuntut, berdasarkan hukum perdata.
6) Modal seluruhnya dimiliki oleh negara diperoleh dari kekayaan
negara yang dipisahkan, serta dapat mempunyai dan memperoleh
dana dari kredit-kredit dalam dan luar negeri atau pun dari
masyarakat.
7) Pimpinan dipegang oleh Dewan Direksi.
8) Karyawannya adalah pegawai Perusahaan Negara yang diatur
tersendiri di luar ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi pegawai
negeri.
3. Perusahaan Negara Perseroan (Persero)
1) Makna usaha adalah memupuk keuntungan.
2) Status badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas.
3) Hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata.

4) Modal seluruhnya aya sebagian merupakan milik negara dari


kekayaan negara yang dipisahkan.
5) Dipimpin oleh suatu Dewan Direksi.
6) Tidak memiliki fasilitas negara.
j. Joint Venture (Usaha Kerja sama atau Patungan)
Joint venture terjadi apabila satu atau beberapa usaha industri
menggabungkan diri dengan tujuan untuk mendapatkan modal yang lebih
besar dan membagi resiko. Penggabungan ini bisa antara PMDN
(Penanaman Modal Dalam Negeri) sendiri atau gabungan PMDN dan
PMA (Penanaman Modal Asing).
Ratio (besarnya) pengikut sertaan modal ini dapat berkisar :
40% PMDN : 60% PMA
50% PMDN : 50% PMA
30% PMDN : 70% PMA
70% PMDN : 30% PMA
Angka perbandingan ini diperoleh atas dasar persetujuan dari kedua
pihak. Dewasa ini jimlah modal PMA dikurangi, sehingga dengan
demikian jumlah PDDN yang makin besar.

Gambar 23. Organisasi Perseroan Terbatas


Usaha kerjasama baik dalam negeri maupun dengan luar negeri
diatur dengan undang-undang.

3. Integrasi, Differensial Badan Usaha


Suatu perusahaan dapat melakukan penggabungan dan pemecahan.
Integrasi penggabungan usaha ke arah vertikal. Contoh ada dua perusahaan
mebel, yang pertama membuat mebel-mebel dalam bentuk kasar dan belum
siap untuk dijual. Perusahaan yang kedua bergerak dalam pengerjaan kembali
supaya siap untuk dijual. Ia juga memasarkannya sekaligus. Perusahaan

pertama dan kedua mengadakan integrasi, artinya penggabungan dari dua


kegiatan usaha tersebut.
Bila penggabungan perusahaan berlangsung antara dua perusahaan
yang sama tingkatnya maka penggabungan ini dan sebagainya paralelisasi.
Differensial (pemecahan) timbul karena sesuatu hal yang terpaksa.
Contoh : Ada sebuah pabrik TV kegiatan perusahaan ini selain membuat TV,
juga harus membuat

pembungkus dari karton. Karena pembuatan

pembungkus karton ini menyibukkan kegiatan perusahaan, maka pekerjaan


pembuatan karton diserahkan pada perusahaan lain. Bila pemecahan usaha ini
adalah setingkat, maka disebutspesialisasi.
4. Rumah Tangga Perusahaan
Pengertian rumah tangga di sini adalah bagian dari suatu badan usaha
yang bertugs menunjang kegiatan pokok dari badan usaaha tadi. Contoh :
bagian rumah tangga dari sebuah rumah sakit, yaitu bagian yang
menginventarisir alat bukan kedokteran, seperti lemari obat, tempat tidur,
keperluan dapur, dan sebagainya, kalau dalam suatu kantor, baian rumah
tangga ialah bagian yang menangani keberhasilan, konsumsi dan lain
sebagainya.
Pekerjaan yang ditangani oleh bagian rumah tangga ini juga bergantung
kepada kebijaksanaan pimpinan.
5. Pembagian Perusahaan Mengingat Tujuan Pokok Bidang Usahanya
a. Perusahaan Agraris
Perusahaan agraris ialah perusahaan yang bergerak dalam bidang
pertanian dalam pengertian luas, umpamanya pertanian, perkebunan.
Besarnya suatu perusahaan agraris ditentukan oleh luas tanah yang
digarap.
b. Perusahaan Ekstratip
Perusahaan ekstratip adalah perusahaan yang memperoleh barang
dengan jalan mengambilnya dari alam, seperti pertambangan, pengeboran
minyak, perikanan.

c. Perusahaan Industri Produksi


Perusahaan industri produksi ialah suatu perusahaan yang mengolah
barang-barang agar mempunyai nilai lebih dari nilai sebelumnya dan
kemudian memasarkannya, seperti industri logam, industri tekstil, industri
bangunan dan sebagainya.
d. Perusahaan dagang
Perusahaan dagang adalah suatu perusahaan yang menyimpan
(menahan) barang-barang tanpa mengadakan pengolahan lanjut dan
kemudian memasarkannya, seperti toko kelontong, perdagangan buahbuahan, perdagangan sayur dan sebagainya.
Dalam usaha ini yang penting adalah saluran distribusi dan
pemasaran.
e. Perusahaan Pemberi jasa
Perusahaan pemberi jasa adalah suatu perusahaan yang tidak
menghasilkan barang nyata akan tetapi memberi jasa-jasa, seperti rumah
sakit, hotel, asuransi, angkutan dan sebagainya.

B. PENGERTIAN PERUSAHAAN
1. Pengertian Perusahaan
Perusahaan adalah suatu kerja yang teratur antara sarana, modal dan
tenaga kerja untuk mendapatkan keuntungan. (Sarana antara lain : tanah,
mesin, peralatan, jalan dan sebagainya).
2. Pembentukan Modal Perusahaan
Setelah kita menentukan macam perusahaan yang akan didirikan, letak
perusahaan, kapasitas produksi dan sebagainya selanjutnya ditentukan berapa
besarnya modal yang diperlukan.
a. Cara mendapatkan modal
Modal yang diperlukan bagi usaha dapat diusahakan melalui beberapa
jalan, seperti :
1) Penjualan saham apabila bentuk perusahaan mengijinkan saham-saham
ini mempunyai nilai nominal,artinya nilai yang ditentukan oleh

perusahaan pada saat saham dijual tepatnya nilai yang tertera pada
kartu saham, baik kepada orang dalam ataupun melalui bursa.
2) Pinjaman, biasanya pinjaman bagi bank. Peminjaman uang dari bank
telah diatur dengan prosedur tertentu. Yang penting ialah penilaian
bank apakah usaha ini akan berjalan dan menguntungkan nantinya dan
tersedianya jaminan yang cukup.
3) Penjualan harta kekayaan dari para pendiri. Dalam hal ini besarnya
modal yang diikutsertakan menentukan jumlah saham istimewa yang
akan dimiliki seorang pendiri dan dengan demikian tingkat
kekuasaannya mengatur perusahaan.
b. Permodalan dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Modal Investasi, yaitu besarnya modal yang diperlukan untuk
pembelian peralatan fisik perusahaan, misalnya biaya untuk
pembelian tanah, pendirian bangunan, peralatan (mesin-mesin
produksi)
2. Modal kerja, adalah modal yang dibutuhkan untuk menjalankan
produksi pabrik, misalnya biaya untuk pembelian bahan baku,
membayar gaji karyawan, biaya pemasaran dan sebagainya. Besarnya
modal kerja tergantung dari macam produk yang dihasilkan dan cara
pemasarannya. Biasanya berkisar untuk pengeluaran antara 3 sampai
6 bulan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Letak (Lokasi) Perusahaan
Apabila seseorang hendak memulai dengan usaha baru khususnya
perusahaan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Lingkungan perusahaan sejenis. Sebaiknya dipilih lingkungan yang sudah
terdapat perusahaan-perusahaan yang sejenis. Misalnya kalau orang
hendak mendirikan pabrik tekstil. Hal ini akan memudahkan hubungan
dan pencarian tenaga kerja.
2. Faktor Angkutan. Hal ini perlu karena akan berkaitan dengan pembelian
bahan dan penjualan produk jadi. Juga harus diperiksa apakah jalan dan
jembatannya memenuhi syarat.

3. Faktor Tenaga Kerja. Memakai tenaga kerja yang sudah tersedia setempat
lebih baik daripada harus mendatangkan tenaga kerja. Dengan demikian
harus diteliti apakah tenaga kerja cukup. Kadang-kadang tenaga kerja
wanita lebih banyak digunakan daripada tenaga kerja laki-laki (pabrik
radio, pabrik tekstil dan lain sebagainya).
4. Pemerintah Daerah. Lokasi perusahaan harus sesuai dengan peraturan
pemerintah setempat, karena hal ini erat sekali hubungannya dengan
keamanan dan pendapatan daerah tersebut. Tentang ada juga faktor
khusus lainnya yang perlu dipertimbangkan seperti kebutuhan air,
pembuangan dan sebagainya.
5. Kemudahan mendapatkan energi

4. Penentuan Biaya Produksi


Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang telah, sedang dan akan
dilakukan yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Istilah pengeluaran
di sini adalah segala bentuk uang, tenaga dan barang yang dapat dinilai
dengan harga uang.
Pengeluaran yang telah dilakukan, misalnya pengeluaran untuk :
depresiasi (penyusutan). Pengeluaran sekarang ialah pengeluaran biaya
produksi sekarang, sedangkan pengeluaran yang akan dikeluarkan ialah
bunga untuk pembayaran kredit.
Klasifikasi biaya (pengelompokan biaya berdasarkan volume produksi),
yaitu :
1. Biaya tetap (fixed cost) : semua biaya besarnya tetap, tidak dipengaruhi
oleh besarnya produksi, misalnya gaji, bunga, sewa, dan sebagainya.
2. Biaya variabel (berubah-ubah) : biaya yang besarnya dipengaruhi oleh
besarnya produksi, misalnya biaya bahan bakar, bahan baku dan lain
sebagainya.
3. Biaya perawatan mesin, biayanya ditaksir sekitar 5% harga mesinnya, ini
dimasukkan juga pada variabel 2.

4. Biaya asuransi : biasanya ditaksir 1% harga peralatan bangunan yang


akan diasuransikan.

5. Menentukan Break Even Point (Titik Pulang Pokok)


Seorang pengusaha berbangga diri bahwa perputaran perusahaan untuk
tahun ini adalah besar, tetapi dia tidak mengetahui apakah modal yang
ditanamkannya telah kembali atau belum. Hal ini kalau dibiarkan akan
menyebabkan perusahaannya bangkrut. Untuk mengetahui titik pulang
pokok, baiklah kita lihat bagan di bawah ini :

Istilah Break Even Point disebut juga titik Keseimbangan RugiLaba


-

Sumbu mendatar menggambarkan jumlah produksi

Sumbu tegak menggambarkan jumlah biaya dalam rupiah.

Setelah kita mengelompokkan tiap pengeluaran yang ada ke dalam


buaya variabel atau biaya tetap, maka biaya tetap digambarkan sejajar dengan
sumbu mendatar, biaya variabel digambarkan tangensial sesuai dengan
jumlah produksinya, dan harga jual digambarkan tangensial.
Contoh : Sebuah pabrik sepatu, setelah mengelompokkan biaya-biaya,
mempunyai biaya tetap sebesar Rp. 100.000,00 dan biaya variabel ialah Rp.
4.000,00 pasang; dijual di pasar dengan harga Rp. 5.000,00 per pasang.
Ditanya

: Bila titik pulang pokoknya dicapai ?

Jawab

: Misalnya pabrik tersebut memproduksi x buah pasang sepatu,


maka :

Biaya variabel x kali Rp. 4.000,00

= Rp.

4.000,00

Biaya tetap

= Rp. 100.000,00

Harga jual x kali Rp. 5.000,00

= Rp.

5.000,00

Persamaan = jumlah total pengeluaran


100.000 + 4000 x
1000 x
x

= jumlah total pendapatan


= 5000 x
= 100.000
= 100 buah.

Titik pulang pokok dicapai bila pabrik memproduksi 100 pasang sepatu.
6. Cara Menentukan Keuntangan
Dari bagan penentuan titik pulang pokok kita dapat melihat bahwa
daerah sebelah kiri dari titik pulang pokok adalah daerah rugi dan daerah
sebelah kanan adalah daerah untung. Dengan demikian dapat kita
menentukan besarnya keuntungan yang dikehendaki. Sebagai contoh kita
dapat menentukan jumlah keuntungan dari

pabrik sepatu tadi. Misalnya

pengusaha menghendaki keuntungan sebesar Rp. 100.000,00.


Dari bagan di bawah ini dapat dilihat pemecahannya secara jelas :

Dengan dalil kesejajaran garis diperoleh


OA = OB = AA = BB
OA = total biaya pada titik pulang pokok
= Rp. 5.000,00 x 100 = Rp. 500.000,00
OB = OA + AB
= Rp. 500.000,00 + Rp. 100.000,00
= Rp. 600.000,00
OA : OB : AA : BB
500.000 : 600.000 = AA : BB
500.000 : 600.000 = 100 : BB
BB = 6/5 x 100
= 120
Jadi keuntungan sebesar Rp. 100.000,00 dicapai apabila dapat
menghasilkan 120 pasang sepatu.

Dengan demikian kita dapat mengatur apakah 120 pasang itu dikerjakan
dalam 4 minggu, 3 minggu atau 2 minggu dengan pengertian bahwa setiap
pasang sepatu yang dihasilkan terjual habis.
7. Penentuan Nilai Sekarang
Penentuan nilai sekarang atau penentuan nilai yang akan datang
diperlukan terutama untuk mengetahui berapa besar investasi yang harus
disediakan.
Cara menghitung besarnya nilai yang akan datang, bila diketahui nilai
sekarang : umpamanya :
F = (1 + 1)n p, dengan pengertian :
F = nilai yang akan datang
i = besarnya suku bunga
h = tahun
p = nilai sekarang
Contoh :
1. Tuan Amin menanamkan uangnya Rp. 100.000 pada tahun 1978. Berapa
nilai uangnya 10 tahun yang akan datang dengan suku bunga 6% setahun?
F = (1 + 1)n p
F = (1 + 6/100)10 . Rp. 100.000,00
F = (1,7908) x Rp. 100.000,00
F = Rp. 179. 080,00
Nilai uang 10 tahun yang akan datang adalah Rp. 179.080,00
2. Berapa besar modal harus ditanamkan pada 1 Januari 1978, agar
diperoleh Rp. 1.000.000,00 pada 1 Januari 1978 dengan suku bunga 6%
setahun?
P
P

1
(1 6%) n
1
(1 6%) n

1.000.000

= 0,709 x 1.000.000
= Rp. 709.000,00

Maka ia harus menanamkan uangnya sebesar Rp. 709.000,00 pada 1


Januari 1978.
Biasanya nilai-nilai (1 + i)n,

1
(1 i) n

dan sebagainya telah ditabelkan.

Contoh :
Tuan Amin membeli sepeda motor 10 tahun yang lalu dengan harga Rp.
200.000,00. Berapa besar harga tersebut kalau dihitung dengan harga
sekarang, jika suku bunga yang berlaku saat ini adalah 12%.
Harga tersebut dapat langsung diperoleh dari tabel di bawah ini untuk
suku bunga 12% dengan mengalihkan besarnya uang tersebut. lau dihitung
dengan harga sekarang, jika suku bunga yang berlaku saat ini adalah 12%.
Harga tersebut dapat langsung diperoleh dari tabel di bawah ini untuk
suku bunga 12% dengan mengalihkan besarnya uang tersebut.
n (Tahun)

Faktor untuk menghitung nilai ekarang dihitung dari nilai yang lalu

1.

0,8929

2.

0,7972

3.

0,7118

4.

0,6355

5.

0,5674

6.

0,5066

7.

0,4523

8.

0,4038

9.

0,3606

10.

0,3220

Jadi besarnya nilai sekarang untuk sepeda motor dengan harga Rp.
200.000,00, 10 tahun yang lalu dengan suku bunga 12% setahun adalah Rp.
200.00,00 x 0,3220 = Rp. 64.000,00.

8. Cara Menghitung Penyusutan


Depresiasi (penyusustan) adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
penggantian barang pada masa yang akan datang. Adapun cara perhitungan
depresiasi (penyusustan) adalah sebagai berikut :
1. Depresiasi dianggap liniar (garis lurus)
Rumus D

P-L
dengan pengertian :
n

: nilai depresiasi

: harga sekarang

: harga akhir

: umur ekonomis

Contoh :
Sebuah mesin berharga Rp. 350.000,00
Harga akhir Rp. 35.000,00
Umur ekonomis 20 tahun
Depresiasi pada tahun ke I adalah :

Rp. 350.000,00 - Rp. 35.000,00


Rp.15.750,00
20
Apabila harga akhir Rp.1,00, maka besarnya depresiasi :
Rp. 350.000,00
Rp.17.500,00
20

Catatan :
1. Umur ekonomis ialah umur daripada mesin jika mesin tersebut
masih berfungsi secara ekonomis.
2. Harga nol tidak ada, bila harga pembukuan sesuatu barang sudah
Rp. 1,00 berarti menurut pembukuan barang tersebut sudah tidak
ada nilainya.
Apabila barang dijual masih laku, harga jual dimasukkan dalam
pembukuan sebagai laba.

2. Sum of the year digit (angka jumlah umur ekonomis)


Contoh :
Harga mesin Rp. 350.000,00
Harga akhir Rp. 35.000,00
Umur ekonomis 20 tahun
Perhitungan depresiasi sebagai berikut :
Umur ekonomis 20 tahun 1 + 2 + 3 + 4 + 20 = 210
Depresiasi pada tahun I

20
x (P - L)
210

20
x (350.000 - 35.000)
210

= Rp. 34.750,00
Depresiasi pada tahun II

20
x Rp (350.000 - 35.000)
210

= Rp. 52.300,00
Depresiasi pada tahun ke 20 =

1
x Rp (350.000 - 35.000)
210

= Rp. 1.500,00

3. Declining balance (Balans menurun) memberikan depresiasi yang


besar pada tahun-tahun permulaan.
4. Sinking Fund (dana menurun) memberikan depresiasi yang besar
pada tahun-tahun terakhir.
Keempat macam deperesiasi ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Perhitungan biaya tahunan


Biaya tahunan diperoleh dari rumus :
1. Bila nilai sekarang diketahui dengan rumus :
i (1 i) n
Ap
dengan pengertian :
(1 i) n

: Nilai biaya tahunan

: Nilai sekarang

: Suku bunga

: Tahun

2. Bila nilai yang akan datang diketahui dengan rumus :


A

i
F dengan pengertian :
(1 i) n - 1

: Nilai biaya tahunan

: Nilai yang akan datang

: Suku bunga

: Tahun

Sama halnya dengan nilai penentuan nilai sekarang, maka faktor-faktor:


i (1 i) n
i
,
juga ditabelkan .
n
(1 i) - 1 (1 i) n - 1

9. Cara Menghitung Harga Pokok


Sama halnya dengan penentuan titik pulang pokok yaitu biaya-biaya
yang tjd dikelompokkan. P0engelempokan itu dapat dilihat dalam bagan di
bawah ini.
Biaya lain-lain

Biaya Penjualan

Biaya Membuat
Dan

Biaya tak langsung Pabrik

Biaya Primer
Biaya Administrasi

Menjual
Jumlah Biaya

Keterangan :

Biaya Buruh L
Biaya lepas pabrik

biaya bahan Langsung

Biaya bahan langsung adalah semua biaya yang meliputi bahan


yang dipergunakan dan yang dapat dikenal secara langsung
terhadap produk, umpamanya biaya bahan langsung perusahaan
mebel ialah : kayu, besi pernis, ampelas, cat.

- Biaya buruh langsung ialah biaya yang dikeluarkan untuk buruh


yang langsung ikut dalam proses produksi.
- Biaya tak langsung pabrik ialah semua biaya yang terjadi dalam
pabrik di luar biaya buruh langsung dan biaya bahan langsung
meliputi :
a. Biaya buruh tak langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang tidak
ikut secara langsung dalam pembuatan produk tetapi membantu
kelancaran

produk,

misalnya

karyawan

administrasi,

pembukuan, pengawasan, pemerikasaan dan lain sebagainya.


b. Biaya bahan tidak langsung, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan tidak dapat
dikenal dalam produk, misalnya bensin atau solar untuk motor
daya dan lain sebagainya.
c. Biaya-biaya tak langsung lainnya seperti perawatan asuransi,
pajak, depresiasi dan lain sebagainya.
-

Biaya administrasi yaitu biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan


administrasi, misalnya surat-surat, formulir dan sebagainya.

Biaya penjualan yaitu biaya yang timbul dalam penjualan produk,


misalnya iklan, poster-poster, dan sebagainya.

Dengan melihat bagan-bagan di atas harga pokok dapat ditentukan yaitu


dengan membagi jumlah biaya dengan jumlah produk yang dibuat.
Harga bahan langsung sebenarnya tidak perlu selalu sama. Jadi, pada
dasarnya terjadi fluktuasi dari bahan langsung/pemakaian bahan langsung.
Dengan demikian terdapat pula fluktuasi dalam buku catatan gudang. Untuk
membebankan biaya bahan langsung tersebut pada produksi digunakan caracara seperti :

1. Cara harga rata-rata, ialah biaya bahan langsung yang dibebankan


pada produksi merupakan harga rata-rata dari harga bahan-bahan di
gudang pada saat itu.
2. F.I.F.O (First In First Out)
Cara ini adalah harga bahan yang dibebankan pada biaya produksi
adalah priorotas utama untuk bahan yang masuk pertama ke gudang
itu.
3. L.I.F.O (Last In First Out)
Cara ini adalah harga bahan yang dibebankan pada biaya produksi
adalah prioritas utama yang terakhir masuk dan pertama
dikeluarkan.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEDIAAN BAHAN


BAKU
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku ini ada
beberapa macam. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan salilng berkaitan,
sehingga secara bersama-sama akan mempengaruhi persediaan bahan baku.
Adapun faktor-faktor yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1. Perkiraan Pemakaian
Sebelum

kegiatan pembelian bahan baku

dilaksanakan, maka

management harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan


dipergunakan di dalam proses produksi pada suatu periode. Perkliraan
kebutuhan

bahan

baku

ini

merupakan

perkiraan

tentang

berapa

besar/jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk


keperluanproses roduksi pada periode yang akan datang. Perkiraan kebuthan
bahan baku tersebut dapat diketahui dari perencanaan produksi pada periode
yang bersamaan. Sedangkan, perencanaan produksi perusahaan dapat
ditelusur dari perencanaan penjualan perusahaan berikut tingkat persediaan
barang jadi yang dikehendaki oleh management.
2. Harga daripada bahan

Harga daripada bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor
penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini
merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan
yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku ini.
Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal ( cost of capital) yang
dipergunakan

dalam

persediaan

bahan

baku

tersebut

harus

pula

diperhitungkan.
3. Biaya-biaya persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula di dalam penentuan besarnya persediaan
bahan baku.
Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal adanya dua type
biaya, yaitu biaya biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya ratarata persediaan,serta biaya yang justru semakin kecil dengan semakin
besarnya rata-rata persediaan. Hal ini lebih jauh akan dibahas tersendiri di
dalam masalah penentuan jumlah pembelian yang optimal.
4. Kebijaksanaan Pembelanjaan
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari
perusahaan akan tergantung pada kebijaksanaan pembelanjaan dari dalam
perusahaan tersebut. Apakah perusahaan akan memberikan fasilitas yang
pertama, kedua atau justru yang terakhir untuk dana bagi persediaan bahan
baku ini. Di samping itu juga dilihat apakah dana yang disediakan tersebut
cukup untuk pembayaran semua bahan yang diperlukan perusahaan, ataukah
hanya sebagian saja.
5. Pemakaian Senyatanya.
Pemakaian bahan baku senyatanya dari periode-periode yang lalu
(actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan.
Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta
bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakainan yang sudah disusun
harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian maka akan dapat disusun
perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan.

6. Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang
diperlukan (yang terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan
datangnya bahan baku itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk
diperhatikan oleh karena hal ini sangat erat hubungannya dengan penentuan
saat pemasaran kembali (re oerder) . Dengan diketahuinya waktu tunggu yang
tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat pula,
sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan dapat
ditekan seminimal mungkin.
Adapun hubungan dari masing-masing faktor tersebut di atas adlh
sebagai berikut :
Gambar 24. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persediaan Bahan.

Kebijaksanaan persediaan bahan baku yang tepat akan memasarkan diri


kepada faktor-faktor tersebut.
Dengan diketahuinya kebijaksanaan pembelanjaan (financial policy),
biaya-biaya persediaan, harga daripada bahan serta perkiraan pemakaian bahan
baku (forecast demand) akan dapat ditentukan jumlah/kwalitas bahan yang
dipesan secara ekonomis (mempunyai biaya minimal). Demikian pula dengan
diketahuinya perkiraan pemakaian bahan dan pemakaian sesungguhnya (pada
waktu-waktu yang lalu) akan dapat dianalisa jumlah persediaan besi (safety
stock) yang paling tepat. Waktu tunggu (lead time) diperlukan untuk menentukan
waktu pemesanan kembali (re order).
E.O.Q, safety stock dan order ini akan membentuk pola persediaan
bahan bakku dari perusahaan yang bersangkutan.

1.2 Pendekatan Sistem Pengendalian Bahan Baku


pengendalian bahan baku

perusahaan, akan mencakup baik

jangka panjang, menengah maupun jangka pendek. Dengan demikian


pengendalian bahan baku ini diperlukan adanya kegiatan-kegiatan
yang saling terpadu dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengendalian bahan baku ini. Perencanaan produksi, penyusunan
schedule operasi produk serta pengendalian proses produksi
merupakan kegiatan kegiatan yang berhubungan erat dengan
persediaan bahan baku, sehingga sangat diperlukan keterpaduan dari
kegiatan-kegiatan tersebut. Di samping itu kegiatan-kegiatan lain
yang menunjang kegiatan produksi seperti misalnya perencanaan
kas, perencanaan penambahan peralatan produksi serta perencanaan
penjualan perusahaan haruslah dikoordinir dengan baik dengan
mengutamakan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Pelaksanaan
daripada pengendalian bahan ini akan berbeda-beda dari satu
perusahaan dengan perusahaan yang lain, akan tetapi secara umum
dapat dipisahkan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Perencanaan jangka panjang
Perencanaan

jangka

panjang

akan

menyangkut

kebijaksanaan perusahaan dalam bidang pengendalian dana untuk


kepentingan

persediaan

serta

fasilitas-fasilitas

produksi

perusahaan. Dalam perencanaan jangka panjang ini, titik tolak


perencanaan ttersebut adalah keseimbangan perusahaan dalam
investasi secara keseluruhan dengan disertai toleransi terhadap
penyimpangan normal dari perusahaan jangka tersebut. Dalam
perencanaan jangka panjang ini pada umumnya dibagi menjadi
dua bagian utama, yaitu peramalan penjualan jangka panjang
dengan estimasi penyimpangannya, serta strategi perusahaan
dalam masalah alokasi dana perusahaan untuk investasi.
2. Perencanaan jangka pendek (tahunan)

Perencanaan jangka pendek ini (pada umumnya merupakan


perencanaan

tahunan)

akan

merupakan

dasar

daripada

penyususnan schedule produksi. Dalam perencanaan jangka


pendek ini akan disusun perencanaan umum yang mendasarkan
diri

kepada

fasilitas-fasilitas

produksi,

yang

sudah

ada

sehubungan dengan perencanaan penjualan perusahaan. Dalam


hal ini penentuan tingkat persediaan, untuk keperluan produksi
perusahaan sudah perlu ditentukan. Keseimbangan penjualan,
produksi serta persediaan dengan luas perusahaan serta tenaga
kerja yang ada sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan
tingkat ini. Dalam perencanaan jangka pendek ini, yang
diperlukan sebagai input adalah :
a. Kebijaksanaan umum perusahaan
b. Perkiraan pemakainan bahan jangka pendek
c. Fasilitas produksi dan tenaga kerja yang tersedia
d. Persediaan.
Out put daripada perencanaan jangka pendek, yang
nantinya akan dipergunakan sebagai dasar untuk penyusunan
operasi dan schedule produksi, merupakan :
a. Produksi yang akan dilaksanakan
b. Penyesuaian tenaga kerja dengan kepentingan produksi
c. Penyesuaian tingkat persediaan bahan.
3. Schedule Produksi
Merupakan rencana pelaksanaan dari proses produksi
perusahaan. Dalam penyusunan schedule produksi ini, beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan fasilitas produksi
yang sudah ada, tenaga kerja serta persediaan bahan baku untuk
memenuhi permintaan konsumen. Keseimbangan dari faktorfaktor tersebut sedapat mungkin selalu dipertahankan.
Keselarasan daripada kebijaksanaan dengan schedule
produksi, investasi persediaan, unit yang diproduksikan serta

pelayanan terhadap konsumen, sistem penyimpanan bahan baku


dan produk akhir harus selalu diperhatikan.
Hubungan dari masing-masing perencanaan tersebut, secara
schematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 25. Hubungan Perencanaan Jangka Panjang dan
Jangka Pendek

D. PEMBELIAN BAHAN
Sebagaimana diketahui perusahaan di dalam usaha pengadaan bahan baku
adalah dengan jalan melaksanakan pembelian. Dalam hal ini bagian pembelian
dalam perusahaan tersebut akan bertindak sebagai wakil perusahaan untuk
melaksanakan pembelian tersebut, yang akan berhubungan langsung dengan
suplier/leveransir perusahaan. Bagian pembelian akan berfungsi sebagai
langganan/pembeli dari suplier/leveransir tersebut.
Walaupun demikian sesuai dengan pelaksanaan tujuan terpadu dalam
perusahaan, maka di dalam melaksanakan pembelian ini, bagian pembelian
hanyalah sebagai pelaksana teknis saja, sedangkan berapa jumlah yang akan
dibeli serta kapan pembelian dilaksanakan secara umum telah digariskan oleh
management perusahaan dalam kebijaksanaan bahan baku perusahaan.
Secara umum tugas dari bagian pembelian ini dapat dipisahkan menjadi
dua golongan, yaitu yang pertama adalah melaksanakan pembelian bahan/barang
untuk

penggantian/penambahan

fasilitas

produksi/peralatan

perusahaan

sedangkan yang kedua adalah pembelian bahan baku perusahaan. Suku cadang
alat-alat perusahaan, mesin-mesin baru, perlengkapan kantor dan lain sebagainya
merupakan barang-barang yang dibeli secara routine dan tak dapat dielakkan.
Pertanyaan yang umum dalam masalah ini adalah seberapa banyak barang-barang
tersebut akan dibeli. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan agar proses produksi
tidak terganggu oleh peralatan produksi karena terlambat penggantiannya.
Demikian pula dalam pembelian bahan baku, kebutuhan bahan baku untuk proses
produksi akan merupakan salah satu pertimbangan yang utama.
2.1. Fungsi Pembelian
Pembelian merupakan suatu fungsi pelayanan yang menunjang
kegiatan/operasi bagian-bagian lain. Untuk dapat melaksanakan
fungsi ini dengan baik, maka informasi yang lancar sangat diperlukan
dari bagian-bagian dalam perusahaan tersebut untuk diterima secara
routine oleh bagian pembelian. Hubungan dari bagian pembelian
dalam melaksanakan fungsinya dengan bagian bagian yang lain
dapat dilihat dalam gambar IV.1. Garis-garis patah menunjukkan arus
informasi sedangkan garis penuh menunjukkan arus uang dan bahan.

Gambar 26. Hubungan Bagian Pembelian dengan Bagian-bagian


yang Lain.
1. Bagian keuangan akan melaksanakan pembayaran kepada
suplier dalam jumlah yang disetujui bersama.
Pada umumnya pembayaran yang dilakukan segera
mungkin (dalam batas waktu tertentu) akan mendapatkan
potongan pembelian. Potongan pembelian yang dihubungkan

dengan

kecepatan

dimanfaatkan

pembayaran

perusahaan,

oleh

sedapat

karena

mungkin

hal

ini

akan

menguntungkan perusahaan yang bersangkutan. Lain halnya


dengan

potongan

pembelian,

yang

dihubungkan

kadang-kadang

justru

dengan

tidak

jumlah

diambil

oleh

perusahaan yang bersangkutan karena pembelian bahan baku


perusahaan menjadi tidak optimal. Pembayaran ini akan
dilaksanakan setelah adanya pemberitahuan dari bagian
penerima

bahan.

Pada

umumnya

setelah

penerimaan

barang/bahan maka bagian ini memberitahukan penerimaan


barang tersebut kepada bagian pembelian, yang akan
diteruskan kepada bagian keuangan.
2. Bagian pemasaran/penjualan akan memberikan informasi
tentang perkiraan dan perencanaan penjualan untuk masa
yang akan datang. Dengan adanya informasi ini maka bagian
pembelian dapat membuat perkiraan tentang jenisn bahan
yang perlu disiapkan untuk dibeli, sama menunjang produksi
dan penjualan perusahaan. Perencanaan penjualan dan
perkiraan tentang jenis bahan yang perlu dibeli sedapat
mungkin sudah masuk ke dalam bagian pembelian jauh
sebelum pembelian bahan tersebut dilaksanakan. Hal ini
disebabkan

data

tersebut

akan

dipergunakan

sebagai

pertimbangan dalam pemilikan leveransir, pengeluaran ordee


pembelian,

pengangkutan

dan

lain

sebagainya,

agar

perusahaan dapat melaksanakan pembelian tersebut dalam


jumlah yang cukup (sesuai dengan perhitungan optomisasi)
dengan harga beli yang paling murah tanpa mengabaikan
kwalitasnya.
3. Aspek hukum sangat perlu diperhatikan dalam masalah
pembelian in, terutama apabila perusahaan mengadakan
pembelian dengan jalan kontrak-kontrak pembelian ataupun

pembelian dengan surat perjanjian pembelian. Bentuk-bentuk


daripada surat-surat perjanjian ataupun kontrak harus sesuai
dengan standart yang berlaku. Dalam hal ini penasehat
hukum perusahaan sedapat mungkin diikutsertakan, terutama
di dalam interpretasi terhadap surat-surat perjanjian tersebut
ditinjau dari aspek hukum.
4. Bagian teknik akan ikut serta mempertimbangkan masalah
pembelian ini. Rekomendasi bagian ini terhadap reputasi
suplier (laverasir sangat diperlukan bagi pemilihan laveransir
tersebut. Apabila persyaratan kwalitas dapat dipenuhi,
sedangkan harga per unit bahan cukup bersaing maka suplier
tersebut dapat dipilih. Terutama untuk bahan-bahan/barangbarang baru (design baru) rekomendasi dari bagian teknik ini
sangat diperlukan untuk penentuan diterima/ditolaknya bahan
yang bersangkutan.
5. Bagian produksi merupakan tujuan sementara dari pembelian
bahan. Oleh karena itu hubungan kedua bagian ini (bagian
pembelian

dan

bagian

produksi)

harus

selalu

ada.

Sebagaimana diketahui pembelian bahan adalah untuk


menutup kebutuhan produksi perusahaan. Persoalan yang
sering timbul adalah apabila perusahaan memproduksi
produk baru, atau mempergunakan bahan-bahan baru
seringkali proses produksi tidak sebaik dan selancar yang
direncanakan. Hal ini disebabkan produk baru/ bahan baru
tersebut belum diketahui dengan pasti tentang kwalitasnya
dan daya gunanya. Sehingga kadang-kadang penggunaan
bahan baru ini memerlukan berbagai macam penyesuaian
yang tidak jarang memperlambat proses produksi perusahaan.
6. Bagian penerimaan barang akan melaporkan jumlah bahan
yang diterima berikut kwalitas daripada bahan tersebut.
Bagian pembelian akan mendasarkan diri dari laporan bagian

penerima barang ini untuk mengadakan evaluasi terhadap


suplier. Keterlambatan suplier mengirimkan barang dapat
berakibat habisnya persediaan bahan baku perusahaan
sehingga akan mengancam kelangsungan proses produksi
perusahaan. Setelah bahan ini diterima dan dicatat oleh
bagian penerima barang, bahan ini segera diangkut/dipindah
ke gudang-gudang bahan baku sebagai persediaan untuk
menunjang proses produksi perusahaan yang bersangkutan.
Fungsi pembelian tersebut dikoordinir oleh bagian pembelian di
dalam perusahaan. Pada umumnya bagian pembelian ini akan
merupakan suatu bagian di dalam bagian keuangan atau bagian
produksi.
2.2. Siklus Pembelian
Siklus pembelian dimulai dengan keputusan untuk mengadakan
pembelian dan akan berakhir dengan diterimanya bahan tersebut oleh
bagian penerima bahan.
Beberapa kegiatan penting yang dilaksanakan oleh bagian
pembelian adalah sebagai berikut :
1. Menerima daftar permintaan pembeli
Daftar penerimaan pembeli dapat dibuat oleh semua bagian
yang membutuhkan pembelian. Untuk pembelian bahan yang
berkepentingan langsung adalah bagian produksi, oleh karena itu
pada umumnya yang menyusun daftar permintaan bahan adalah
bagian produksi. Daftar permintaan barang ini sekaligus memuat
informasi tentang apa dan berapa jumlahnya yang diperlukan untuk
dibeli, serta bagaimana yang memerlukan barang tersebut. Kolom
barang yang sudah tersedia selalu disertakan untuk dipergunakan
dalam pertimbangan apakah barang yang akan dibeli tersebut betulbetul diperlukan (segera) oleh perusahaan ataukah tidak. Selisih
waktu antara pemesanan pembelian (order) dengan bdatangnya
barang/bahan disebut dengan waktu tunggu. Dalam hal ini perlu

ditentukan waktu tunggu optimal agar resiko perusahaan dapat


ditekan seminimal mungkin.)

2. Meneliti Daftar Permintaan Pembelian


Tidak semua daftar permintaan barang langsung diproses
menjadi

pembelian barang. Oleh bagian

pembelian daftar

permintaan ini akan diteliti dahulu, terutama yang menyangkut


pembelian-pembelian non routine. Dalam hal ini diperlukan bagian
pembelian akan meminta bantuan staff ahli dari dalam perusahaan
untuk mempertimbangkan pelaksanaan pembelian barang tersebut,
atau bahkan menolak permintaan apabila dirasakan pembelian
tersebut tidak berguna bagi perusahaan.
3. Memilih suplier/leveransir
Dalam melaksanakan pembelian perusahaan akan memilih
suplier

atau

leveransir

yang

dapat

memenuhi

persyaratan

perusahaan, serta menjual barang tersebut dalam harga yang paling


murah, suplier-suplier ini dapat diketahui perusahaan melalui
salesman-salesmannya

atau

pengalaman

perusahaan

sendiri

terhadap suplier-suplier yang sudah ada atau melalui media yang


lain. Dari data suplier tersebut dapat disusun daftar suplier berikut
identifikasi dari masing-masing suplier. Daftar suplier yang paling
baru (up to date) berikut identifikasi masing-masing suplier ini
sangat diperlukan dalam pemilihan suplier. Pelayanan dan harga
jual dari masing-masing suplier akan merupakan faktor yang sangat
penting untuk dipertimbangkan dalam rangka pemilihan suplier ini.
Bila ada suplier yang baru, maka nama dan identifikasi suplier ini
akan terus dicatat di dalam perusahaan. Dengan demikian
perusahaan akan dapat memonitor semua supplier yang suatu saat
mungkin akan dipilih sebagai supplier perusahaan.
4. Memasukkan order
)

Hal ini akan dibicarakan lebih mendetail dalam bab VI, ketidakpastian bahan.

Setelah perusahaan dapat menentukan supplier mana yang


akan dipilih, maka langkah berikutnya adalah memasukkan order.
Pembelian bahan sebagai kebutuhan routine perusahaan akan
bervariasi dari jumlah yang kecil sampai dengan jumlah yang besar.
Demikian pula dengan pola pembelian yang dilaksanakan
perusahaan, ada yang sehari beli, dua kali atau berkali-kali. Semua
ini akan tergantung kepada kebutuhan masing-masing perusahaan
berikut biaya-biaya persediaan. Dalam kegiatan pemasukan order
ini maka yang perlu
tersebut

sesuai

diperhatikan adalah bagaimana gar order

dengan

kebutuhan

perusahaan.

Terutama

perusahaan-perusahaan yang hanya satu atau dua kali order dalam


satu periode, maka order tersebut betul-betul harus dipertimbangkan
agar barang/bahan yang diperlukan tidak terlambat datangnya.
5. Penyimakan order
Setelah order diberikan maka langkah berikutnya adalah
mengadakan penyimakan terhadap order yang telah dimasukkan
tersebut. Oleh karena keterlambatan datangnya bahan baku ini
mengakibatkan kerugian perusahaan, maka setelah pemasukan
order, perkembangan supplier dalam memenuhi oerder tersebut
senatiasa diikuti. Di samping untuk memperlancar pelaksanaan dari
order perusahaan, penyimakan ini berguna pula untuk pengaturan
persediaan bahan yang ada dalam perusahan. Penggunaan /
penyerapan bahan baku akan dapat diselaraskan dengan datangnya
bahan baku yang baru, sehingga tidak terjadi kemacetan proses
produksi ataupun penumpukan persediaan bahan baku.
6. Menerima barang/bahan
Penerimaan bahan /barang dalam perusahaan merupakan
siklus terakhir pembelian bahan/barang. Penerimaan bahan di dalam
jumlah yang sesuai dengan pesanan serta dalam kwalitas yang
cukup (dapat diterima) merupakan pertanda selesainya transksi
pembelian tersebut. Pencatatn pembelian bahan disusun serta

pembayaran dilaksanakan. Jumlah yang harus dibayar ialah sesuai


dengan jumlah bahan yang sudah diterima, dengan potongan baik
harga ataupun kwalitas.
2.3. Prioritas Persediaan
Di dalam perusahaan sangat sering terjadi bahwa bahan baku
perusahaan terdiri dari beberapa macam dengan harga yang berbedabeda adalah merupakan pekerjaan yang tidak ekonomis untuk
memperlakukansecara rata terhadap persediaan bahan tersebut. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan nilai dari masing-masing bahan
bakiu tersebut serta perbedaan jumlah atau kwantitas dari bahan
tersebut. Di dalam kenyataan terdapat jenis bahan yang jumlah
unitnya relatif kecil akan tetapi mempunyai jumlah rupiah yang sangat
besar. Di samping itu terdapat jenis bahan yang lain di mana jumlah
unitnya sangat besar akan tetapi jumlah rupiahnya relatif kecil. Dalam
hal semacam ini masing-masing persediaan tersebut perlu perlakuan
yang berbeda oleh karena dalam jumlah unit sama akan mempunyai
effek finansial yang jauh berbeda.
Cara yang paling umum dipergunakan untuk pendekatan dalam
masalah ini adalah pemisahan bahan dengan model pemisahan ABC.
Pemisahan ini didasarkan atas unit produk berikut harga (nilai) dari
pada msing-masing bahan. Dari bahan baku perusahaan dipisahkan
menjadi 3 kelas, yaitu A, B, dan C, dengan pertimbangan sebagai
berikut :
1.

Kelas A, merupakan bahan baku dalam jumlah unit yang


kecil (jumlah physik kecil) akan tetapi mempunyai nilai
rupiah yang tinggi.

2.

Kelas C, merupakan bahan dalam jumlah unit yang besar


(jumlah physik besar) akan tetapi mempunyai jumlah rupiah
yang rendah.

3.

Kelas B, merupakan bahan baku dengan sifat-sifat antara


kelas A dan kelas C.

Secara gratis, pemisahan bahan baku menjadi tiga kelas tersebut


adalah sebagai berikut :

Gambar 27. Pemisahan kelas Bahan Baku


Perlakuan untuk masing-masing kelas persediaan tersebut
berbeda-beda. Oleh karena itu di dalam penentuan kelas persediaan
diperlukan informasi yang cukup agar tidak terjadi kekeliruan.
Kesalahan penentuan kelas ini akan berakibat kesalahan perlakuan
perusahaan terhadap bahan yang bersangkutan.
Adapun perlakuan untuk masing-masing kelas bahan tersebut
adalah :
1. Kelas A
Kuantitas order dan titik pemesanan kembali harus
ditentukan dengan sangat teliti. Biaya-biaya persiapan serta
tingkat kebutuhan bahan selalu ditinjau kembali setiap
pembelian, agar perhitungan untuk penentuan pembelian
tersebut selalu mendekati kenyataan. Pengawasan dan
pencatatan bahan dilakukan dengan sangat ketat, serta tidak
setiap orang dapat mengambil dan mempergunakan barang
tersebut. Untuk pengeluaran barang (bahan dalam klasifikasi
A ini diperlukan otorisasi, yang harus ditandatangani oleh
orang-orang tertentu. Dengan demikian pengeluaran bahan
ini akan dapat diawasi dengan sebaik-baiknya.
2. Kelas B
Kuantitas order dan titik pemesanan kembali akan
diperhitungkan

dengan

baik.

variabel-variabel

yang

mempengaruhi perhitungan kuantitas order serta titik


pemesanan kembali akan ditinjau secara routine setiap tahun
tiga atau dua kali. Pencatatan yang baik serta pengawasan
normal diperlukan agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang mengakibatkan kerugian-kerugian yang cukup besar
bagi perusahaan.
3. Kelas C
Dalam kelas ini biasanya tidak disusun perhitungan
secara

formal.

dilaksanakan

Pemesanan

kembali

pada

umumnya

dua taua tiga kali untuk satu periode.

Peninjauan persediaan pada umumnya dilakukan setahun


sekali.

Anda mungkin juga menyukai