Anda di halaman 1dari 47

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

KEPUTUSAN KONGRES XVI


IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
Nomor: 02/Kongres XVI/IPNU/2009
Tentang
PERATURAN DASAR
DAN PERATURAN RUMAH TANGGA
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
Bismillahirrahmanirrahim
Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, tanggal 19 - 24 Juni 2009 di Pondok
Pesantren Al-Hikmah Benda Sirampog Brebes Jawa Tengah, setelah :
Menimbang
: 1 Bahwa untuk mewujudkan visi dan menunaikan misi IPNU, diperlukan
penyelenggaraan organisasi yang teratur dan memiliki memliki
landasan hukum;

Bahwa untuk memenuhi penyelenggaraan organisasi yang teratur dan tertib hukum
diperlukan konstitusi dan aturan pokok

organisasi;
3
Bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut, maka perlu

ditetapkan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.


Mengingat
:1
Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama;
2
Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.
Memperhatikan
:
Hasil Sidang Komisi PD/PRT pada Kongres XVI IPNU.
Dengan senantiasa memohon petunjuk Allah SWT,

MEMUTUSKAN
Menetapkan
:1
Mengesahkan hasil sidang pleno pembahasan hasil sidang

komisi tentang Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagaimana terlampir;


2
Mengesahkan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagai landasan hukum

penyelenggaraan organisasi;
Memerintahkan kepada Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang,
Pimpinan Cabang Istimewa, Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Ranting dan Pimpinan
Komisariat, serta seluruh anggota IPNU untuk menaati segala ketentuan dalam
Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.
Wallahul muwafiq ila aqwamit thariq
Ditetapkan di Brebes
Tanggal 22 Juni 2009
KONGRES XVI
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
Presidium Sidang

ttd
ttd
ttd
Imam Maliki
Hamsah
Marjuki Arfan
Ketua
Skretaris
Anggota

Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

PERATURAN DASAR
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
PERATURAN DASAR
MUKADIMAH
Bismillahirrahmanirrahim
Asyhadu alla ilaha illallah
Wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Bahwasanya keyakinan umat Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah
sebagai prinsip hidup merupakan itikad dalam menegakkan nilai-nilai Islam,
dasar berpijak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai
dengan Pancasila.
Bahwasanya perjuangan dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
melalui tahapan pembangunan nasional untuk mewujudkan keadilan,
kemaslahatan, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa adalah kewajiban bagi
setiap warga negara, baik secara perorangan maupun bersama-sama.
Bahwasanya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari potensi generasi muda Indonesia, senantiasa berpedoman pada garis
perjuangan Nahdlatul Ulama dalam menegakkan nilai-nilai Islam dan Pancasila
sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahwasanya atas dasar keinsyafan dan kesadaran akan tanggungjawab masa
depan bangsa, kejayaan Islam, kemajuan Nahdlatul Ulama dan suksesnya
pembangunan nasional, maka berkat rahmat Allah SWT, kami generasi muda
Islam Indonesia menyatakan dengan Peraturan Dasar sebagai berikut:
BAB I
NAMA DAN KEDUDUKAN
Pasal 1
Organisasi ini bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU yang
didirikan pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H bertepatan dengan hari Rabu,
tanggal 24 Februari 1954 M di Semarang, untuk waktu yang tidak terbatas.
Pasal 2
Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) berkedudukan di
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


BAB II
AQIDAH dan ASAS
Pasal 3
Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama beraqidah Islam dengan menganut paham
ahlussunnah wal jamaah.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
BAB III
SIFAT DAN FUNGSI
Pasal 4
IPNU adalah organisasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan,
kemasyarakatan, kebangsaan dan keagamaan.
Pasal 5
IPNU berfungsi sebagai:
Wadah perjuangan pelajar Nahdlatul Ulama dalam pendidikan dan kepelajaran.
Wadah kaderisasi pelajar untuk mempersiapkan kader-kader penerus Nahdlatul
Ulama dan pemimpin bangsa.
Wadah penguatan pelajar dalam melaksanakan dan mengembangkan Islam
ahlussunah wal-Jamaah untuk melanjutkan semangat, jiwa dan nilai-nilai
nahdliyah.
Wadah komunikasi pelajar untuk memperkokoh ukhuwah nahdliyah, islamiyah,
insaniyah dan wathoniyah.
BAB IV
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 6
Tujuan IPNU adalah terbentuknya pelajar bangsa yang bertaqwa kepada Allah
SWT, berilmu, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan serta
bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya syariat Islam menurut faham
ahlussunnah wal jamaah yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
Pasal 7
Untuk mewujudkan tujuan sebagaimana pasal 6, maka IPNU melaksanakan

usaha-usaha:
Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu wadah
organisasi.
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus perjuangan bangsa.
Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan
program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah alammah), guna terwujudnya khaira ummah.
Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain
selama tidak merugikan organisasi.
BAB V
LAMBANG
Pasal 8
Lambang organisasi berbentuk bulat.
Warna dasar hijau, berlingkar kuning di tepinya, dengan diapit dua lingkaran
putih.
Di bagian atas tercantum akronim IPNU, dengan tiga titik di antaranya dan
diapit oleh tiga garis lurus pendek, yang satu di antaranya lebih panjang pada
bagian kanan dan kirinya semua berwarna putih.
Di bawahnya terdapat bintang sembilan. Lima terletak sejajar, yang satu di
antaranya lebih besar terletak di tengah dan empat bintang lainnya terletak
mengapit membentuk sudut segitiga. Semua berwarna kuning.
Di antara bintang yang mengapit, terdapat dua kitab dan dua bulu angsa
bersilang berwarna putih.
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Setiap pelajar Islam yang menyatakan keinginanya dan sanggup menaati
Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga IPNU, dapat diterima menjadi
anggota.
Ketentuan-ketentuan tentang keanggotaan diatur dalam Peraturan Rumah
Tangga.
BAB VII
STRUKTUR DAN PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 10
Struktur Organisasi IPNU terdiri dari :

Pimpinan Pusat untuk tingkat nasional, disingkat PP.


Pimpinan Wilayah untuk tingkat propinsi, disingkat PW.
Pimpinan Cabang untuk tingkat kabupaten/kota atau daerah yang disamakan
dengan kabupaten/kota, disingkat PC.
Pimpinan Cabang Istimewa untuk luar negeri, disingkat PCI.
Pimpinan Anak Cabang untuk tingkat kecamatan, disingkat PAC.
Pimpinan Komisariat untuk tingkat lembaga pendidikan, disingkat PK.
Pimpinan Ranting untuk tingkat desa atau kelurahan dan sejenisnya, disingkat
PR.
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


Pasal 11
Untuk mencapai tujuan dan usaha-usaha sebagaimana Pasal 6 dan 7, IPNU
membentuk departemen, lembaga dan badan yang merupakan bagian dari kesatuan
organisatoris IPNU.
Kepengurusan IPNU di semua tingkatan dapat membentuk departemen, lembaga
dan badan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya.
BAB VIII
KEPENGURUSAN
Pasal 12
Pengurus IPNU di semua tingkatan sesuai dengan struktur organisasi yang ada
dipilih dan ditetapkan dalam permusyawaratan sesuai dengan tingkat
kepengurusanya.
Ketentuan mengenai komposisi, kriteria, pemilihan dan penetapan pengurus IPNU,
diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.
Pasal 13
Kepengurusan dibatasi dengan periodisasi masa khidmat berikut:
Masa khidmat untuk Pimpinan Pusat adalah 3 (tiga) tahun
Masa khidmat untuk Pimpinan Wilayah adalah 3 (dua) tahun
Masa khidmat untuk Pimpinan Cabang adalah 2 (dua) tahun
Masa khidmat untuk Pimpinan Anak Cabang adalah 2 (dua) tahun
Masa khidmat untuk Pimpinan Komisariat adalah 1 (satu) tahun
Masa khidmat untuk Pimpinan Ranting adalah 2 (dua) tahun
Pasal 14
Ketentuan tentang kekosongan kepengurusan dan kekosongan jabatan pengurus
disemua tingkatan, diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.
BAB IX
PELINDUNG DAN DEWAN PEMBINA
Pasal 15
Di setiap tingkat kepengurusan sesuai dengan struktur organisasi yang ada, terdapat
pelindung dan dewan pembina.
Hal-hal berkaitan dengan pelindung dan dewan pembina lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Rumah Tangga.

BAB X
PERMUSYAWARATAN
Pasal 16
1.
Permusyawaratan untuk tingkat nasional, terdiri dari:
a.
Kongres
b.
Kongres Luar Biasa
c.
Rapat Kerja Nasional
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
5

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


d. Rapat Pimpinan Nasional
Permusyawaratan untuk tingkat propinsi, terdiri dari: a. Konferensi Wilayah
b. Konferensi Wilayah Luar Biasa c. Rapat Kerja Wilayah
d. Rapat Pimpinan Wilayah
Permusyawaratan untuk tingkat kabupaten/kota atau daerah yang disamakan
dengan kabupaten/kota, terdiri dari:
Konferensi Cabang
Konferensi Cabang Luar Biasa
Rapat Kerja Cabang
Rapat Pimpinan Cabang
Permusyawaratan IPNU untuk tingkat kecamatan, terdiri dari:
Konferensi Anak Cabang
Konferensi Anak Cabang Luar Biasa
Rapat Kerja Anak Cabang
Rapat Pimpinan Anak Cabang
Permusyawaratan IPNU untuk tingkat lembaga pendidikan dan desa/kelurahan
atau sejenisnya terdiri dari:
Rapat Anggota
Rapat Anggota Luar Biasa
Rapat Kerja Anggota
BAB XI
KEUANGAN
Pasal 17
Keuangan IPNU diperoleh dari sumber-sumber dana di lingkungan Nahdlatul
Ulama, IPNU, umat Islam, maupun sumber-sumber lain yang halal dan tidak
mengikat.
Sumber dana di lingkungan IPNU bersumber dari:
Iuran anggota
Usaha yang sah dan halal
Bantuan yang tidak mengikat
Pemanfaatan iuran anggota lebih lanjut diatur dalam Peraturan Rumah Tangga.
BAB XII
PERUBAHAN DAN PEMBUBARAN

Pasal 18
Peraturan Dasar IPNU hanya dapat diubah oleh Kongres dengan dukungan
minimal 2/3 suara dari jumlah Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang yang
sah.
Pasal 19
1) IPNU hanya dapat dibubarkan dengan keputusan Kongres atau referendum
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
6

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


yang dilakukan khusus untuk maksud tersebut.
Apabila IPNU dibubarkan, maka segala hak milik organisasi diserahkan kepada
organisasi yang sehaluan dan/atau badan wakaf.
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 20
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Dasar, akan diatur dalam
Peraturan Rumah Tangga
Peraturan Dasar ini berlaku sejak waktu ditetapkan.

Ditetapkan di Brebes
Pada tanggal 21 Juni 2009
Pukul 21.00 WIB
PIMPINAN SIDANG
ttd
ttd
ttd
Imam Maliki
Hamsah
Marjuki Arpan
Ketua
Skretaris
Anggota

Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

PERATURAN RUMAH TANGGA

IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA


BAB I
HARI LAHIR ORGANISASI
Pasal 1
Hari lahir organisasi adalah 20 Jumadil Akhir menurut kalender Hijriyah, atau
24 Februari menurut kalender Masehi.
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 2
Anggota IPNU terdiri dari:
Anggota biasa, selanjutnya disebut anggota, yaitu setiap pelajar Indonesia yang
menyetujui Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga IPNU.
Anggota Istimewa adalah alumni pengurus IPNU yang terwadahi dalam Majelis
Alumni IPNU.
Anggota kehormatan adalah orang yang berjasa kepada organisasi.
Pasal 3
Anggota biasa pada dasarnya diterima melalui Pimpinan Ranting/Komisariat di
tempat tinggalnya.
Dalam keadaan khusus, anggota yang tidak diterima melalui Pimpinan
Ranting/Pimpinan Komisariat, pengelolaan administrasinya diserahkan pada
Pimpinan Ranting/Komisariat terdekat, atau Pimpinan Anak Cabang, atau
Pimpinan Cabang di daerah yang bersangkutan.
Pasal 4
Persyaratan menjadi anggota adalah:
Berusia antara 12 sampai dengan 29 tahun.
Menyatakan kesediaanya secara tertulis kepada pimpinan IPNU setempat.
Sudah mengikuti dan lulus jenjang pendidikan kader Masa Kesetiaan Anggota
(MAKESTA).
Pasal 5
Setiap anggota berkewajiban:
Menjaga dan membela keluhuran agama Islam.

Menjaga reputasi dan kemuliaan Nahdlatul Ulama.


Menaati Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, serta peraturanperaturan organisasi lainnya.
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


4. Membayar iuran anggota. Pasal 6
Setiap anggota berhak:
Mendapatkan Kartu Tanda Anggota
Memperoleh perlakuan yang sama dari/untuk organisasi.
Mengeluarkan usul, saran dan pendapat.
Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi.
Memilih dan dipilih menjadi pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Setiap anggota istimewa berhak:
Memberikan usul, saran dan pendapat.
Memberikan bimbingan dan bantuan kepada anggota dan pengurus.
Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi.
Setiap anggota kehormatan berhak:
Memberikan usul, saran dan pendapat.
Memberikan bantuan kepada organisasi.
Mengikuti kegiatan yang diselenggarakan organisasi.
Pasal 7
Anggota IPNU tidak diperkenankan menjadi anggota organisasi lain yang
mempunyai akidah, azas, tujuan, dan/atau usaha yang bertentangan dengan
akidah, azas, tujuan dan/atau usaha IPNU atau yang dapat merugikan IPNU.
Pasal 8
Seseorang dinyatakan gugur keanggotaannya karena:
Mundur atas permintaan sendiri yang diajukan kepada pimpinan IPNU secara
tertulis.
Diberhentikan karena melanggar Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga
atau sebab-sebab lainnya.
BAB III
PERANGKAT ORGANISASI
Pasal 9
Seperangkat organisasi IPNU sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Peraturan
Dasar adalah departemen, lembaga dan badan.
Departemen adalah perangkat organisasi yang melaksanakan kebijakan IPNU
pada bidang-bidang tertentu.
Lembaga adalah perangkat organisasi yang melaksanakan kebijakan IPNU pada

bidang-bidang yang membutuhkan penanganan khusus.


Badan adalah perangkat taktis organisasi dalam menangani bidang-bidang
tertentu.
Lembaga dan badan sebagai perangkat organisasi IPNU bersifat semi otonom.
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 10
Pimpinan Pusat merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki kedudukan
sebagai pemegang kepemimpinan tertinggi organisasi di tingkat nasional.
Pimpinan Pusat berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia, yang
merupakan pimpinan tertinggi IPNU di tingkat nasional.
Pimpinan Pusat sebagai tingkat kepengurusan tertinggi dalam IPNU merupakan
penanggungjawab kebijakan dalam pengendalian organisasi dan pelaksanaan
keputusan-keputusan Kongres.
Pimpinan Pusat bertanggungjawab kepada Kongres.
Pasal 11
Pimpinan Wilayah merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki kedudukan
sebagai pemegang kepemimpinan organisasi di tingkat propinsi.
Pimpinan Wilayah berkedudukan di ibukota propinsi, yang merupakan pimpinan
tertinggi IPNU di tingkat propinsi.
Pimpinan Wilayah berfungsi sebagai koordinator Pimpinan Cabang di daerahnya,
dan sebagai pelaksana Pimpinan Pusat untuk daerah yang bersangkutan.
Dalam satu propinsi yang mempunyai sedikitnya 3 (tiga) Pimpinan
Cabang
dapat didirikan Pimpinan Wilayah, untuk selanjutnya tidak
diperbolehkan
mendirikan Pimpinan Wilayah yang lain dalam
propinsi tersebut.
5. Pimpinan Wilayah bertanggungjawab kepada Konferensi Wilayah.
Pasal 12
Pimpinan Cabang merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki kedudukan
sebagai pemegang kepemimpinan organisasi di tingkat
kabupaten/kotamadya/kota administratif.
Pimpinan Cabang berkedudukan di ibukota kabupaten/kota, yang merupakan
pimpinan tertinggi IPNU di tingkat kabupaten/kota.
Pimpinan Cabang memimpin dan mengkoordinir Pimpinan Anak Cabang di
daerah kewenangannya, serta melaksanakan kebijakan Pimpinan Wilayah dan
Pimpinan Pusat untuk daerahnya.
Dalam satu kabupaten/kota yang mempunyai sedikitnya 3 (tiga) Pimpinan Anak

Cabang atau 45 (empat puluh lima) anggota, dapat didirikan Pimpinan Cabang
dan selanjutnya tidak diperbolehkan mendirikan Pimpinan Cabang yang lain.
Dalam keadaan khusus (bila terdapat kepengurusan Cabang Nahdlatul Ulama)
diperbolehkan mendirikan Pimpinan Cabang.
Pimpinan Cabang beranggungjawab kepada Konferensi Cabang.
Pasal 13
1. Pimpinan Cabang Istimewa Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (disingkat
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
10

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


PCI IPNU) merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki kedudukan sebagai
pemegang kepemimpinan organisasi IPNU di sebuah negara di luar negeri.
Pimpinan Cabang Istimewa berkedudukan di luar negeri.
Hal-hal yang berkaitan dengan syarat dan tata cara pembentukan Pimpinan
Cabang Istimewa serta pengaturannya lebih lanjut diatur dalam
Peraturan

Organisasi.

Pimpinan Cabang Istimewa bertanggung jawab kepada Konferensi Cabang


Istimewa.
Pasal 14
Pimpinan Anak Cabang merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki
kedudukan sebagai pemegang kepemimpinan organisasi di tingkat kecamatan.
Pimpinan Anak Cabang berkedudukan di ibukota kecamatan, yang merupakan
pimpinan tertinggi IPNU di tingkat kecamatan.
Pimpinan Anak Cabang memimpin dan mengkoordinir Pimpinan Ranting dan
Pimpinan Komisariat di daerah kewenangannya, serta melaksanakan kebijakan
Pimpinan Cabang untuk daerahnya.
Dalam satu daerah kecamatan yang mempunyai sedikitnya 3 (tiga) Pimpinan
Ranting atau 15 (lima belas) anggota, dapat didirikan Pimpinan Anak Cabang,
untuk selanjutnya tidak diperbolehkan mendirikan Pimpinan Anak Cabang yang
lain.
Pimpinan Anak Cabang bertanggungjawab kepada Konferensi Anak Cabang.
Pasal 15
Pimpinan Komisariat merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki
kedudukan sebagai pemegang kepemimpinan organisasi di tingkat sekolah,
pesantren, perguruan tinggi, atau lembaga pendidikan lainnya.
Pimpinan Komisariat berkedudukan di lembaga pendidikan yang merupakan
pimpinan tertinggi IPNU di tingkat lembaga pendidikan.
Pimpinan Komisariat memimpin dan mengkoordinir anggota di daerah
kewenangannya, serta melaksanakan kebijakan Pimpinan Anak Cabang dan
Pimpinan Cabang untuk daerahnya.
Dalam satu lembaga pendidikan yang telah mempunyai sedikitnya 10 (sepuluh)
anggota dapat didirikan Pimpinan Komisariat, untuk selanjutnya tidak
diperbolehkan mendirikan Pimpinan Komisariat yang lain.
Pimpinan Komisariat bertanggungjawab kepada Rapat Anggota.
Pasal 16

Pimpinan Ranting merupakan suatu kesatuan organik yang memiliki kedudukan


sebagai pemegang kepemimpinan organisasi di tingkat desa atau kelurahan.
Pimpinan Ranting merupakan pimpinan tertinggi IPNU di tingkat
desa/kelurahan atau sejenisnya.
Pimpinan Ranting memimpin dan mengkoordinir anggota di daerah
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

11

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


kewenangannya, serta melaksanakan kebijakan Pimpinan Anak Cabang dan
Pimpinan Cabang untuk daerahnya.
Dalam satu desa/kelurahan atau sejenisnya yang telah mempunyai sedikitnya 10
(sepuluh) anggota dapat didirikan Pimpinan Ranting, untuk selanjutnya tidak
diperbolehkan mendirikan Pimpinan Ranting yang lain.
Dalam keadaan khusus (bila terdapat kepengurusan ranting NU) bisa didirikan
pimpinan ranting
Pimpinan Ranting bertanggungjawab kepada Rapat Anggota.
BAB V
PELINDUNG DAN DEWAN PEMBINA
Pasal 17
Pelindung adalah Pengurus Nahdlatul Ulama sesuai dengan tingkat
kepengurusan yang bersangkutan.
Khusus untuk kepengurusan komisariat, pelindung dapat merupakan pimpinan
lembaga pendidikan.
Fungsi pelindung:
Memberikan perlindungan dan pengayoman kepada organisasi sesuai dengan
tingkatannya masing-masing.
Memberikan dorongan, saran-saran dan bantuan moril maupun materil.
Pasal 18
Dewan Pembina IPNU di semua tingkat kepengurusan terdiri dari:
Alumni pengurus IPNU sesuai dengan tingkatan masing-masing.
Orang-orang yang mempunyai hubungan moril dan berjasa terhadap pembinaan
generasi muda Nahdlatul Ulama.

Struktur Dewan Pembina terdiri dari seorang koordinator dan beberapa anggota.
Dewan Pembina berfungsi:
Memberikan pembinaan secara berkesinambungan dan memberikan nasehat
baik diminta ataupun tidak diminta.
Memberikan dorongan moril maupun materiil kepada organisasi.
BAB VI
KEPENGURUSAN
Pasal 19

Pimpinan Pusat
a. Pengurus Pimpinan Pusat terdiri dari Pengurus
Harian ditambah dengan
Pengurus
Departemen dan atau Pengurus Badan dan
Lembaga.
b. Pengurus Harian terdiri dari: ketua umum,
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
12

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


wakil ketua umum, beberapa ketua, sekretaris jenderal, beberapa wakil
sekretaris jenderal, bendahara umum, serta beberapa wakil bendahara.
Pimpinan Wilayah
a. Pengurus Pimpinan Wilayah terdiri dari Pengurus Harian
ditambah dengan Pengurus Departemen dan atau Pengurus Badan dan
Lembaga.
b.
Pengurus Harian terdiri dari: ketua, beberapa wakil ketua, sekretaris,
beberapa wakil sekretaris, bendahara, serta beberapa wakil bendahara.
Pimpinan Cabang
Pengurus Pimpinan Cabang terdiri dari Pengurus Harian ditambah dengan
Pengurus Departemen dan atau Pengurus Badan dan Lembaga.
Pengurus Harian terdiri dari: ketua, beberapa
wakil ketua, sekretaris, beberapa wakil sekretaris, bendahara, serta beberapa
wakil bendahara.
Pimpinan Anak Cabang
Pengurus Pimpinan Anak Cabang terdiri dari Pengurus Harian ditambah
dengan Pengurus Departemen dan atau Pengurus Badan dan Lembaga.
Pengurus Harian terdiri dari: ketua, beberapa wakil ketua, sekretaris,
beberapa wakil sekretaris, bendahara, serta beberapa wakil bendahara.
Pimpinan Komisariat/Pimpinan Ranting
Pengurus Pimpinan Komisariat/Ranting terdiri dari Pengurus Harian
ditambah dengan Pengurus Departemen dan atau Pengurus Badan dan
Lembaga
Pengurus Harian terdiri dari: ketua, beberapa wakil ketua, sekretaris,
beberapa wakil sekretaris, bendahara, serta beberapa wakil bendahara.
Pasal 20
Kriteria pengurus Pimpinan Pusat adalah:
Umur setinggi-tingginya 29 tahun.
Pendidikan serendah-rendahnya S.1 atau yang sederajat.
Pengalaman organisasi:
Sekurang-kurangnya 3 tahun aktif sebagai anggota.
Pernah menjadi pengurus Pimpinan Cabang atau Pimpinan Wilayah atau
Pimpinan Pusat
Sudah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA), Latihan Kader Muda
(LAKMUD), dan Latihan Kader Utama(LAKUT).

Kriteria pengurus Pimpinan Wilayah adalah:


Umur setinggi-tingginya 27 tahun.
Pendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat.
Pengalaman organisasi:
Sekurang-kurangnya 3 tahun aktif sebagai anggota.
Pernah menjadi pengurus Pimpinan Cabang atau Pimpinan
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

13

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


Wilayah
Sudah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) dan Latihan Kader Muda
(LAKMUD).
Kriteria pengurus Pimpinan Cabang adalah:
Umur setinggi-tingginya 25 tahun.
Pendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat.
Pengalaman organisasi:
Sekurang-kurangnya 2 tahun aktif sebagai anggota.
Pernah menjadi pengurus Pimpinan Anak Cabang atau Pimpinan Cabang
Sudah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) dan Latihan Kader Muda
(LAKMUD).
Kriteria pengurus Pimpinan Anak Cabang adalah:
Umur setinggi-tingginya 23 tahun.
Pendidikan serendah-rendahnya SLTP atau yang sederajat.
Pengalaman organisasi:
Sekurang-kurangnya 2 tahun aktif sebagai anggota.
Pernah menjadi pengurus Pimpinan Ranting atau Pimpinan Komisariat atau
Pimpinan Anak Cabang
Sudah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA).
Kriteria pengurus Pimpinan Ranting/Komisariat adalah:
Umur setinggi-tingginya 23 tahun.
Pendidikan serendah-rendahnya SLTP atau yang sederajat.
Pernah mengikuti Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA).
Pasal 21
Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Pusat ditentukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Ketua Umum dipilih oleh Kongres atau Kongres Luar Biasa, dan tidak dapat dipilih
kembali untuk masa khidmat berikutnya.
Ketua Umum dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Kongres menyusun
kepengurusan Pimpinan Pusat.

Pimpinan Pusat dikukuhkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.


Ketua Umum bertanggungjawab kepada Kongres.

Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Wilayah ditentukan dengan


ketentuan sebagai berikut:
Ketua dipilih oleh Konferensi Wilayah atau Konferensi Wilayah Luar Biasa, dan
tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.
Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Konferensi Wilayah menyusun
kepengurusan Pimpinan Wilayah.

Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

14

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


Pimpinan Wilayah disahkan oleh Pimpinan Pusat dengan rekomendasi
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama.
Ketua Pimpinan Wilayah bertanggungjawab kepada Konferensi Wilayah.
Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Cabang ditentukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Ketua dipilih oleh Konferensi Cabang atau Konferensi Cabang Luar Biasa,
dan tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.
Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Konferensi Cabang
menyusun kepengurusan Pimpinan Cabang.
Pimpinan Cabang disahkan oleh Pimpinan Pusat dengan rekomendasi
Pimpinan Wilayah dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama.
Ketua Pimpinan Cabang bertanggungjawab kepada Konferensi Cabang

Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Anak Cabang ditentukan


dengan ketentuan sebagai berikut:
Ketua dipilih oleh Konferensi Anak Cabang atau Konferensi Anak Cabang
Luar Biasa, dan tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat
berikutnya.
Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Konferensi Anak Cabang
menyusun kepengurusan Pimpinan Anak Cabang.

Pimpinan Anak Cabang disahkan oleh Pimpinan Cabang dengan


rekomendasi Majelis Wakil Cabang (MWC) NU.
Ketua Pimpian Anak Cabang bertanggung jawab kepada Konferensi Anak
Cabang.
Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Ranting ditentukan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Ketua dipilih oleh Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa dan
tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.
Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Rapat Anggota menyusun
kepengurusan Pimpinan Ranting.
Pimpinan Ranting disahkan oleh Pimpinan Cabang dengan rekomendasi
Pimpinan Anak Cabang dan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama.
Ketua Pimpinan Ranting bertanggung jawab kepada Rapat Anggota
Pemilihan dan penetapan pengurus Pimpinan Komisariat ditentukan dengan
ketentuan sebagai berikut:

Ketua dipilih oleh Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa dan

tidak dapat dipilih kembali untuk masa khidmat berikutnya.


Ketua dibantu oleh formatur yang dipilih oleh Rapat Anggota menyusun
kepengurusan Pimpinan Komisariat.
Pimpinan Komisariat disahkan oleh Pimpinan Cabang dengan
rekomendasi Pimpinan Anak Cabang dan pimpinan lembaga pendidikan
yang bersangkutan.
Ketua Pimpinan Komisariat bertanggung jawab kepada Rapat Anggota
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

15

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

BAB VII
RANGKAP JABATAN
Pasal 22
Rangkap jabatan organisasi adalah merangkap dua atau lebih jabatan
kepengurusan harian di lingkungan Nahdlatul Ulama, atau kepengurusan IPNU
di daerah atau tingkat yang berbeda.
Bagi pengurus yang merangkap jabatan sebagaimana ayat (1), diharuskan
memilih salah satu jabatan dalam kurun waktu selambat-lambatnya 1 (satu)
bulan.
Pasal 23
Rangkap jabatan politik adalah merangkap jabatan pada kepengurusan harian
partai politik, organisasi underbow partai politik, dan atau jabatan politik
lainnya.
Bagi pengurus yang merangkap jabatan sebagaimana ayat (1), diharuskan
memilih salah satu jabatan dalam kurun waktu selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan.
Pasal 24
Pengurus dilarang melibatkan diri dan/atau melibatkan organisasi dalam
kegiatan politik praktis.
Bagi pengurus yang mengikuti kegiatan politik atau mencalonkan diri untuk
menduduki jabatan politik, diwajibkan untuk mundur.
Jika ayat (2) tidak terpenuhi, maka pengurus tersebut dapat diberhentikan oleh
pengurus yang bersangkutan atau tingkat kepengurusan di atasnya.
Pengisian kekosangan jabatan akibat pemberlakukan ayat
(3) dilakukan dengan mekanisme yang berlaku.
BAB VIII
KEKOSONGAN KEPENGURUSAN
DAN KEKOSONGAN JABATAN
Pasal 25
Kekosongan kepengurusan terjadi karena sebab-sebab berikut:
Demisionerisasi resmi;
Demisionerisasi otomatis;

Pembekuan kepengurusan.
Kekosongan kepengurusan sebagaimana ayat (1) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi
Pasal 26
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
16

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

Kekosongan jabatan ketua umum (untuk PP) atau ketua (untuk PW, PC, PAC,
PR/PK) terjadi karena yang bersangkutan berhalangan tetap atau berhalangan
tidak tetap.
Berhalangan tetap terjadi karena yang bersangkutan meninggal dunia,
mengundurkan diri secara suka rela dan beralasan, atau diberhentikan secara
tetap karena melanggar PD-PRT dan/atau peraturan organisasi lainnnya, atau
didesak untuk mundur oleh separoh lebih satu dari pimpinan setingkat di
bawahnya karena yang bersangkutan tidak melaksanakan tugasnya.
Berhalangan tidak tetap terjadi karena sakit tidak permanen, menunaikan ibadah
haji, menjalankan tugas belajar atau tugas lainnya ke luar negeri atau luar daerah
kerjanya, atau permintaan ijin cuti karena sesuatu hal yang dikabulkan.
Pengisian kekosongan jabatan sebagaimana ayat (1), (2), dan (3) diatur dalam
Peraturan Organisasi.
Pasal 27
Kekosongan jabatan pengurus non-Ketua Umum/Ketua terjadi karena pengurus
yang bersangkutan meninggal dunia, mengundurkan diri secara suka rela dan
beralasan, atau diberhentikan secara tetap karena melanggar PD-PRT dan/atau
peraturan organisasi lainnnya.
Kekosongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terjadi karena
yang bersangkutan berhalangan tidak tetap.
Mekanisme pengisian kekosongan jabatan pengurus sebagaimana ayat (1) diatur
dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 28
Di semua tingkat kepengurusan IPNU, seorang tidak diperbolehkan menjadi
pengurus lebih dari 2 (dua) masa khidmat berturut-turut pada tingkat
kepengurusan yang sama.
Dalam hal yang bersangkutan terpilih menjadi ketua umum/ketua pada masa
khidmat yang ketiga, maka hal tersebut diperbolehkan.
BAB IX
PERMUSYAWARATAN
Pasal 29
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
17

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


Forum permusyawaratan tertinggi organisasi di tingkat nasional adalah Kongres.
Kongres diadakan setiap 3 tahun sekali oleh Pimpinan Pusat dan dihadiri oleh
Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, dan undangan.
Untuk kelancaran penyelenggaraan Kongres, Pimpinan Pusat membentuk panitia
yang bertanggungjawab kepada Pimpinan Pusat.
Kongres adalah forum permusyawaratan tertinggi organisasi yang
diselenggarakan untuk:
Membahas dan menetapkan perubahan Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah
Tangga.
Membahas dan menetapkan Prinsip Perjuangan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.
Membahas dan menetapkan Garis-Garis Besar Program Perjuangan dan
Pengembangan (GBP3).
Membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan IPNU secara nasional.
Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Pusat.
Memilih dan menetapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat dan Tim Formatur.
Pasal 30
Dalam hal-hal khusus dapat diselenggarakan Kongres Luar Biasa
Kongres Luar Biasa diselenggarakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
organisasi yang mendesak dan penting yang tidak dapat diselesaikan dalam
forum/permusyawaratan lain.
Kongres Luar Biasa dapat dilaksanakan atas usul separoh lebih satu jumlah
Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang yang sah.
Kongres Luar Biasa dianggap sah apabila dihadiri oleh dua pertiga jumlah
Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang yang sah.
Pasal 31
Rapat Kerja Nasional merupakan forum permusyawaratan untuk membahas
masalah-masalah organisasi yang bersifat khusus, serta hal-hal yang berkaitan
dengan perencanaan, evaluasi, koordinasi dan sinkronisasi program kerja.
Rapat Kerja Nasional diadakan oleh Pimpinan Pusat, dan dihadiri oleh Pimpinan
Pusat serta Pimpinan Wilayah.
Rapat Kerja Nasional diadakan minimal 1 (satu) kali dalam masa kepengurusan
Pimpinan Pusat.
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
18

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

Pasal 32
Rapat Pimpinan Nasional merupakan forum permusyawaratan untuk
membahas isu-isu aktual dan strategis, khususnya yang berkaitan dengan
kepentingan pelajar dan organisasi di tingkat nasional.
Rapat Pimpinan Nasional diadakan oleh Pimpinan Pusat, dan dihadiri oleh
Pimpinan Wilayah.
Rapat Pimpinan Nasional diadakan sesuai kebutuhan pada suatu masa
khidmat tertentu.
Pasal 33
Forum permusyawaratan tertinggi organisasi di tingkat propinsi adalah
Konferensi Wilayah.
Konferensi Wilayah diadakan setiap 3 tahun sekali oleh Pimpinan Wilayah
dan dihadiri oleh Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang.
Konferensi Wilayah diselenggarakan untuk:
Membahas dan menetapkan pokok-pokok program kerja Pimpinan Wilayah.
Membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan organisasi di tingkat
propinsi.
Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah
Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Wilayah dan Tim Formatur
Pasal 34
Dalam hal-hal khusus dapat diselenggarakan Konferensi Wilayah Luar Biasa.
Konferensi Wilayah Luar Bisa diselenggarakan untuk menyelesaikan masalahmasalah organisasi yang mendesak dan penting yang tidak dapat diselesaikan
dalam forum/permusyawaratan lain.
Konferensi Wilayah Luar Biasa dapat dilaksanakan atas usul separoh lebih
satu dari jumlah Pimpinan Cabang yang sah.
Konferensi Wilayah Luar Biasa dianggap sah apabila dihadiri oleh dua pertiga
jumlah Pimpinan Cabang yang sah
Pasal 35
Rapat Kerja Wilayah merupakan forum permusyawaratan untuk membahas
perencanaan, koordinasi dan evaluasi program, menyusun jadwal/program
kerja, serta penjabaran hasil Konferensi Wilayah, serta membahas masalahmasalah khusus organisasi di tingkat propinsi.

Rapat Kerja Wilayah diadakan oleh Pimpinan Wilayah dan dihadiri oleh
Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Cabang.
Rapat Kerja Wilayah diadakan minimal 1 (satu) kali dalam masa
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

19

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


kepengurusan Pimpinan Wilayah.
Pasal 36
Rapat Pimpinan Wilayah merupakan forum permusyawaratan untuk membahas
isu-isu aktual dan strategis, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan
pelajar dan organisasi di tingkat propinsi.
Rapat Pimpinan Wilayah dapat diadakan untuk membahas masalah-masalah
yang akan dibawa pada Kongres atau Rapat Kerja Nasional.
Rapat Pimpinan Wilayah diadakan oleh Pimpinan Wilayah, dan dihadiri oleh
Pimpinan Cabang.
Rapat Pimpinan Wilayah diadakan sesuai kebutuhan pada suatu masa khidmat
tertentu.
Pasal 37
Forum permusyawaratan tertinggi organisasi di tingkat kabupaten/kota adalah
Konferensi Cabang.
Konferensi Cabang diadakan setiap 2 tahun sekali oleh Pimpinan Cabang yang
dihadiri oleh Pimpinan Cabang, Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Ranting dan
Pimpinan Komisariat.
Konferensi Cabang diselenggarakan untuk:
Membahas dan menetapkan pokok-pokok program kerja Pimpinan Cabang.
Membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan organisasi di tingkat
kabupaten/kota.
Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Cabang
Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Cabang dan Tim Formatur.
Pasal 38
Dalam hal-hal khusus dapat diselenggarakan Konferensi Cabang Luar Bisa.
Konferensi Cabang Luar Biasa diselenggarakan untuk menyelesaikan masalahmasalah organisasi yang mendesak dan penting yang tidak dapat diselesaikan
dalam forum/permusyawaratan lain.
Konferensi Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan atas usul separoh lebih satu
jumlah Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat
yang sah.
Konferensi Cabang Luar Biasa dianggap sah apabila dihadiri oleh dua pertiga
jumlah Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat
yang sah.

Pasal 39
1. Rapat Kerja Cabang merupakan forum permusyawaratan
untuk
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
20

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


membahas perencanaan, koordinasi dan evaluasi program; menyusun
jadwal/program kerja, serta penjabaran hasil Konferensi Cabang; serta membahas
masalah-masalah khusus organisasi di tingkat kabupaten/kota.
Rapat Kerja Cabang diadakan oleh Pimpinan Cabang dan dihadiri oleh Pimpinan
Anak Cabang.
Rapat Kerja Cabang diadakan minimal 1 (satu) kali dalam masa kepengurusan
Pimpinan Cabang.
Pasal 40
Rapat Pimpinan Cabang merupakan forum permusyawaratan untuk membahas isuisu aktual dan strategis, khususnya yang berkaitan dengan kepentingan pelajar dan
organisasi di tingkat kabupaten.
Rapat Pimpinan Cabang dapat diadakan untuk membahas masalah-masalah yang
akan dibawa pada Kongres, Konferensi Wilayah, atau Rapat Kerja Wilayah.
Rapat Pimpinan Cabang diadakan oleh Pimpinan Cabang, dan dihadiri oleh
Pimpinan Anak Cabang.
Rapat Pimpinan Cabang diadakan sesuai kebutuhan pada suatu masa khidmat
tertentu.
Pasal 41
Forum permusyawaratan tertinggi organisasi di tingkat kecamatan adalah
Konferensi Anak Cabang.
Konferensi Anak Cabang diadakan setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Pimpinan Anak
Cabang yang dihadiri oleh Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat.
Konferensi Anak Cabang diselenggarakan untuk:
Membahas dan menetapkan pokok-pokok program kerja Pimpinan Anak Cabang.
Membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan organisasi di tingkat kecamatan.
Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Anak Cabang
Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Anak Cabang dan Tim Formatur
Pasal 42
Dalam hal-hal khusus dapat diselenggarakan Konferensi Anak Cabang Luar Biasa.
Konferensi Anak Cabang Luar Biasa diselenggarakan untuk menyelesaikan masalahmasalah organisasi yang mendesak dan penting yang tidak dapat diselesaikan dalam
forum/permusyawaratan lain.
Konferensi Anak Cabang Luar Biasa dapat dilaksanakan atas usul separoh lebih satu
jumlah Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat yang sah.

Konferensi Anak Cabang Luar Biasa dianggap sah apabila dihadiri oleh dua pertiga
jumlah Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat yang sah.
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

21

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

Pasal 43
Rapat Kerja Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan untuk membahas
perencanaan, koordinasi dan evaluasi program; menyusun jadwal/ program
kerja, serta penjabaran hasil Konferensi Anak Cabang; serta membahas masalahmasalah khusus organisasi.
Rapat Kerja Anak Cabang dapat diadakan guna membahas masalah-masalah
yang akan dibawa pada Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang.
Rapat Kerja Anak Cabang diadakan oleh Pimpinan Anak Cabang dan dihadiri
oleh Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat.
Rapat Kerja Anak Cabang diadakan minimal 1 (satu) kali dalam masa
kepengurusan Pimpinan Anak Cabang.
Pasal 44
Rapat Pimpinan Anak Cabang merupakan forum permusyawaratan untuk
membahas isu-isu aktual dan strategis, khususnya yang berkaitan dengan
kepentingan pelajar dan organisasi di tingkat kecamatan.
Rapat Pimpinan Anak Cabang dapat diadakan untuk membahas masalahmasalah yang akan dibawa pada Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang.
Rapat Pimpinan Anak Cabang diadakan oleh Pimpinan Anak Cabang, dan
dihadiri oleh Pimpinan Ranting dan Pimpinan Komisariat.
Rapat Pimpinan Anak Cabang diadakan sesuai kebutuhan pada suatu masa
khidmat tertentu.
Pasal 45
Forum permusyawaratan tertinggi organisasi di tingkat desa/kelurahan atau
lembaga pendidikan adalah Rapat Anggota.
Rapat anggota diadakan setiap 2 tahun sekali oleh Pimpinan Ranting dan 1 tahun
sekali oleh Pimpinan Komisariat yang dihadiri oleh anggota. Rapat Anggota
diselenggarakan untuk:
Membahas dan menetapkan pokok-pokok program kerja Pimpinan
Ranting/Pimpinan Komisariat
Membahas dan menetapkan kebijakan-kebijakan organisasi di tingkat
desa/kelurahan atau lembaga pendidikan.
Menilai laporan pertanggungjawaban Pimpinan Ranting/Pimpinan Komisariat
Memilih dan menetapkan Ketua Pimpinan Ranting/Pimpinan Komisariat dan
Tim Formatur

Pasal 46
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
22

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


1.

Dalam hal-hal khusus dapat diselenggarakan Rapat Anggota Luar Bisa.

2.
Rapat Anggota Luar Biasa diselenggarakan untuk menyelesaikan masalahmasalah organisasi yang mendesak dan penting yang tidak dapat diselesaikan
dalam forum/permusyawaratan lain.
3.
Rapat Anggota Luar Biasa dapat dilaksanakan atas usul separoh lebih satu
jumlah anggota.
4.
Rapat Anggota Luar Biasa dianggap sah apabila dihadiri oleh dua pertiga
jumlah anggota.
Pasal 47
1.
Rapat Kerja Anggota merupakan forum permusyawaratan untuk
membahas perencanaan, koordinasi dan evaluasi program; menyusun
jadwal/program kerja, dan penjabaran hasil Rapat Anggota; serta membahas
masalah-masalah khusus organisasi di tingkat desa/kelurahan atau lembaga
pendidikan.
2.
Rapat Kerja Anggota juga dapat diadakan guna membahas masalahmasalah yang akan dibawa pada Konferensi Cabang, Konferensi Anak Cabang
atau Rapat Kerja Anak Cabang.
3.
Rapat Kerja Anggota diadakan oleh Pimpinan Ranting/Pimpinan
Komisariat dan dihadiri oleh anggota.
4.
Rapat Kerja Anggota diadakan minimal 1 (satu) kali dalam masa
kepengurusan Pimpinan Ranting/ Pimpinan Komisariat.

Pasal 48
1. Segala jenis permusyawaratan dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009
23

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


separoh lebih satu dari jumlah Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, Pimpinan
Cabang Istimewa, Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan Ranting/Pimpinan
Komisariat atau anggota yang sah sesuai dengan tingkat permusyawaratan.
Segala keputusan yang diambil dalam setiap permusyawaratan diupayakan
dengan cara musyawarah dan mufakat.
Jika ketentuan pada ayat (2) tidak dapat terpenuhi, maka keputusan diambil
dengan suara terbanyak.
BAB X
RAPAT-RAPAT
Pasal 49
Rapat-rapat IPNU terdiri dari:
Rapat Harian;
Rapat Pleno;
Rapat Pleno Paripurna;
Rapat Pleno Gabungan;
Rapat Pimpinan;
Rapat Koordinasi Bidang;
Rapat Panitia.
Ketentuan selanjutnya mengenai rapat-rapat diatur dalam Peraturan Organisasi.
Pasal 50
Pengambilan keputusan dalam seluruh rapat dinyatakan sah apabila dihadiri
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta pada tingkat kepengurusan yang
bersangkutan.
Apabila tidak memenuhi ketentuan ayat (1) di atas, maka rapat dapat ditunda
sampai batas yang tidak ditentukan.
BAB XI
KEUANGAN
Pasal 51
Besaran iuran anggota ditetapkan dalam Peraturan Pimpinan Pusat.
Hasil pendapatan iuran anggota dibagi untuk kepentingan:
Pimpinan Pusat
:
5%
Pimpina Wilayah
:

10 %
Pimpinan Cabang
:
25 %
Pimpinan Anak Cabang
:
30 %
Pimpinan Ranting/Komisariat
:
30%
Pasal 52
Pengelolaan keuangan IPNU dilakukan secara jujur, transparan dan akuntabel.

Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

24

Kongres XVI Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama


BAB XII
PENUTUP
Pasal 53
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan Rumah Tangga ini, akan
diatur dalam Peraturan Organisasi dan Peraturan Pimpinan Pusat.
Peraturan Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Brebes
Pada tanggal 22 Juni 2009
PIMPINAN SIDANG

ttd
ttd
ttd
Imam Maliki
Hamsah
Marjuki Arfan
Ketua
Skretaris
Anggota

Ponpes Al Hikmah Brebes, 19 - 24 Juni 2009

25

Anda mungkin juga menyukai