Anda di halaman 1dari 5

Delajah telah dihamili ia melepaskannya dan dengan seketika

menggantinya dengan Dewi Mulat karena takut ketahuan.

menceritakan kepadanya bahwa keputusannya adalah baik dan ia


berjanji untuk membantunya.

Beberapa waktu kemudian, bersamaan dengan terbitnya


matahari, Mulat melahirkan dua orang anak Syits. Yang satu
berwujud bayi normal, sedangkan yang satunya berwujud
cahaya. Di lain tempat pada saat matahari terbenam, Delajah
juga melahirkan putra Syits namun berwujud darah yang
berkilauan. Diam-diam Idajil membawa cucunya itu untuk
dipersatukan dengan putra Mulat yang berwujud cahaya.
Terciptalah seorang bayi laki-laki yang tubuhnya memancarkan
cahaya tapi tidak bisa diraba. Nabi Adam kemudian memberikan
nama kepada kedua cucunya tersebut. Bayi yang bertubuh
normal diberi nama Anwas, sedangkan yang memancarkan
cahaya diberi nama Anwar.

Idajil membimbing Anwar ke arah utara, ke Dulmat. Di sini Idajil


melakukan suatu tindakan magis, pertama dengan membuat
awan tebal

Sejarah Cucu Nabi Adam As dan Anak Nabi Syits As:


Sayid Anwar dan Sayid Anwas

Dua bayi tersebut (satu manusia dan satunya lagi,


sesungguhnya, adalah jinn), dirawat dengan cinta dan kasih
sayang, bahkan ketika Adam telah sadar bahwa Idajil yang telah
campur tangan dalam hubungan tersebut. Selama masa kanakkanak mereka, mereka menghormati kakek dan nenek dan orang
tua mereka dengan sangat baik, dan bangga akan mereka, tetapi
kemudian Anwas dan Anwar menunjukkan pilihan dan kebiasaan
yang jelas sangat berbeda.
Anwas sangat jelas mengikuti kebijaksanaan dari kakek dan
bapaknya, menjadi seorang yang beriman dengan tulus, gemar
akan pelajaran kebenaran dan iman. Anwar, bagaimanapun,
senang akan pengembaraan untuk mencari kebijaksanaan
melalui perenungan dalam ketenangan dan tempat-tempat
asing/aneh seperti di atas pegunungan, di dalam rimba raya dan
di dalam gua. Sebelum kematiannya, Adam menceritakan kepada
Syits agar seksama bahwa para putranya Anwas dan Anwar akan
mengambil alur berbeda. Ramalan ini sebenarnya setelah Adam
meninggal. Anwar selalu bersedih ketika mengingat bahwa
manusia akhirnya mati, tak bisa bergerak dan dikuburkan. Syits
menceritakan kepadanya bahwa itu adalah proses yang alami
dan bahwa itu akan terjadi pada semua orang tanpa
perkecualian. Tetapi duka cita Anwar tak tertahankan dan ia
mengolah pikirannya untuk meninggalkan orang tuanya dan
untuk mengambil tindakan apapun yang akan memungkinkan dia
untuk menghindari penyakit dan kematian. Ia mengembara
mencari-cari sesuatu yang akan memastikan harapannya. Idajil
dengan segera mengambil keuntungan dari kesempatan; ia
menemui Anwar, yang sesungguhnya adalah cucunya, dan

Gagasan bahwa umat manusia berasal dari Adam diceritakan


oleh mitos lain yang menghubungkan mata rantai antara
generasi saat ini dan nenek moyang mereka. Menurut mitos di
kalangan penduduk Cirebon, pertama kali Adam mendapat
keturunan adalah ketika ia berusia sekitar 130 tahun, Hawa
mengandung dan melahirkan anak kembar, satu pria dan satu
wanita, yang diberi nama Qabil dan Iqlima. Secara keseluruhan
Hawa melahirkan sampai 42 kali, dan setiap kelahiran adalah
kembar (satu laki-laki dan satu perempuan), kecuali pada
kelahiran yang ke-6, yaitu ketika Hawa mengandung hanya satu
anak laki-laki, yaitu Syits, dan yang ke-40 kali, yaitu ke-tika
mengandung hanya seorang anak perempuan, Hunun.
Ketika Hawa melahirkan pasangan kembar yang kelima, Adam
menetapkan aturan perkawinan, bahwa anak lak-laki yang

tampan harus menikah dengan anak perempuan yang tidak


cantik, sedangkan anak laki-laki yang tidak tampan harus
menikah dengan anak perempuan yang cantik. Karena setiap
Hawa melahirkan selalu kembar dua, sehabis kembar cantik dan
tampan, kemudian kembar tidak cantik dan tidak tampan, dengan
demikian menurut aturan ini dipastikan bahwa tak seorang
anaknya pun yang bisa menikahi kembarannya.
Pada tahap ini, Iblis yang telah menyebabkan mereka dilempar
dari surga menyiapkan sebuah rencana baru. Ia mencoba lagi
mengganggu
Adam dan Hawa, tetapi tidak bisa melakukannya dengan cara
yang sama seperti ia telah melakukan di surga, sebab alam
mereka telah menjadi sangat berbeda. Adam dan Hawa adalah
makhluk fisik (jasmani, kasar), sedangkan iblis sendiri adalah
makhluk non-fisik (rohani, halus). Iblis kemudian memasuki hati
Siti Hawa dan berbisik kepadanya agar memberontak melawan
terhadap aturan perkawinan Adam dengan menentang dan
mengesankan sebagai aturan yang kontroversial; yaitu, putranya
yang tampan juga harus menikah dengan putrinya yang cantik,
dan putra yang tidak tampan juga harus menikah dengan
putrinya yang tidak cantik.
Untuk mendukung pernyataan mereka, Adam dan Hawa masingmasing mengklaim berhak atas anak-anak mereka dan oleh
karena itu juga berhak untuk menetapkan peraturan perkawinan.
Masing-Masing bersikeras bahwa anak-anak itu benar-benar
berasal dari badannya; menurut Adam dari spermanya dan
menurt Hawa dari sel telornya. Untuk memecahkan masalah
tersebut akhirnya mereka sepakat untuk menuangkan kedua
unsur tersebut (sperma dan sel telur) ke dalam dua bejana (atau
cupu) yang berbeda untuk memohon bimbingan Tuhan.
Suatu hari setelah berdoa, muncullah angin yang cukup kencang
menerbangkan bejana Siti Hawa. Ketika itu Adam berusia sekitar
160 tahun, di dalam bejananya berkembanglah seorang bayi lakilaki yang manis. Mereka kemudian paham bahwa semua yang
telah terjadi adalah Kehendak Tuhan lalu memberi nama bayi itu
Syits. Sejak saat itu, aturan perkawinan yang dirancang oleh
Adam pun berlaku. Keseluruhan populasi manusia dunia, oleh
karena itu turun dari Adam melalui/sampai anak-anak nya
(kecuali Hunun, yang tidak menikah sebab dia dilahirkan tanpa
kembaran, dan Habil, yang dibunuh sebelum mempunyai anak),
termasuk Syits, yang mendapatkan isterinya dengan cara
berbeda.

Gagal menggoda Hawa, Iblis tidak berhenti mengganggu; ia


beralih kepada anak-anaknya. Sebagai hasil usahanya, diluar dari
yang empatpuluh perkawinan antara anak-anak Adam, ada tiga
pasang yang memilih menentang aturan perkawinan dan
menikahi pasangan kembar mereka yang tampan dan cantik.
Mereka adalah: pasangan kembar sulung, Kabil menikahi Aklima;
pasangan kembar kelima, Harris menikahi Dayuna; pasangan
kembar kelimabelas, Lata menikahi Ujiah (Uzza). Kabil menikahi
Aklima setelah pembunuhan suaminya, Habil. Untuk menyatakan
pemberontakannya mereka meninggalkan tempat Adam; KabilAklima ke selatan Afrika; sedangkan Lata-Ujiah ke arah barat
Afrika (Eropa?); dan Harris-Dayuna pergi ke arah timur ke negeri
China.
Tanpa menetapkan dari pasangan mana penduduk asli Jawa
dimulai, mitos ini mengatakan bahwa ekspedisi laut yang
pertama ke Pulau Jawa diadakan oleh Wazir Asia barat, Alexander
The Great (Iskandar Zulkarnain, Nabi Dzul Qarnayn). Ia sengaja
mengirim sebanyak 2.000 laki-laki dan perempuan untuk
menduduki
Pulau
Jawa.
Sayangnya
mereka
menemui
ketidakramahan dan sebagian besar mereka dibunuh oleh
penghuni asli, termasuk beberapa macam binatang buas liar,
lelembut dan dedemit (hantu). Tidak lebih dari 100 orang yang
tersisa dan kembali ke Asia barat.
Ekspedisi kedua dikirim lagi tetapi dengan kewaspadaan tinggi,
turut serta sejumlah tetua yang bijak dan suku-suku yang
berbeda, terutama sekali orang-orang dari selatan dan Asia
tenggara (Keling dan Campa). Ada sekitar 20.000 laki-laki dan
perempuan, yang dipimpin oleh Syeikh Subakir yang mendarat di
Pulau Jawa. Syeikh Subakir segera pergi ke Gunung Tidar di mana
ia menemui Semar dan Togog, para pemimpin mahluk halus di
Jawa dan merundingkannya dengan mereka.
Mereka
akhirnya
mencapai
suatu
persetujuan
dengan
membiarkan pendatang baru itu untuk tinggal di Pulau Jawa
dengan syarat mereka harus sadar bahwa Pulau Jawa
sesungguhnya dihuni oleh banyak mahluk halus, sehingga kedua
belah pihak terutama pendatang pertama (penghuni asli)
yang lebih dulu harus berusaha untuk mendukung kehidupan
bersama yang tenang (rukun) satu sama lain. Sejak saat itu Pulau
Jawa telah dihuni oleh makhluk halus dan juga manusia.

Posisi keturunan Adam, Syits, menjadi makin signifikan. Mitos


mengatakan bahwa Syits tadinya adalah salah satu dari anakanak Adam yang paling terkasih, dan oleh generasi kemudian
kepadanya figur mitos penting ditujukan. Ia menikah Dewi Mulat,
namun siapa dia, dari mana dia datang, dan bagaimana Syits
berjumpa dengannya, tidak diuraikan. Syits, pada sisi lain,
digambarkan sebagai anak yang berkelakuan baik, sehingga
kemudian setelah Adam meninggal pada usia 960 tahun, Syits
menerima warisan kenabian Adam.
Hal ini menjadikan kebanggan dan sekaligus kecemburuan pada
diri Idajil, Raja jin. Idajil ingin, dan kemudian mencoba, untuk
mempunyai keturunan yang bisa mengambil alih, atau paling
tidak, membawa kemuliaan Adam dan Syits. Ia ingin Syits
menikahi putrinya, Delajah. Namun sayangnya, Syits telah
menikahi Dewi Mulat. Bagaimanapun juga Idajil tidak berputus
asa, sebagai gantinya, ia membuat segala cara yang mungkin
untuk mewujudkan hasratnya. Ia menyindir putrinya, Delajah, ke
dalam diri Dewi Mulat dan dengan diam-diam menaruhnya di
samping Syits. Pada waktu yang sama ia membawa Dewi Mulat.
Setelah tahu dengan pasti bahwa yang membungkus badan
mereka bersama-sama. Seketika awan

menghilang, sebuah sumber air nampak di depan mereka. Ia


meminta
Anwar
untuk
minum
sebanyaknya,
sekuat
kemampuannya, serta agar berendam di sumber air yang disebut
Tirta Marta Kamandanu (air kehidupan), air kehidupan kekal. Ia
juga memberi Anwar bejananya Siti Hawa, yang disebut Cupu
Manik Astagina, bejana permata dengan delapan keistimewaan,
yang telah ditemukan Idajil setelah bejana itu diterbangkan oleh
angin yang kencang. Ia meminta Anwar untuk mengisinya
dengan air, untuk beberapa keperluan di masa mendatang. Salah
satu keistimewaan bejana tersebut bahwa air di dalamnya tidak
pernah dapat habis.
Idajil kemudian memimpinnya keluar dari tempat ini dan
menceritakan kepadanya agar mengambil sekuntum tumbuhan
Rewan yang akan ia temukan dalam perjalanan kembalinya,
akarnya disebut Latamansadi, yang mujarab untuk mengobati
segala
macam
penyakit.
Idajil
kemudian
menghi-lang,
membiarkan Anwar dalam keadaan ragu-ragu kemana akan pergi.
Tetapi pada akhirnya Anwar menemukan tumbuhan tersebut dan
ia dengan gembira mengambil sebagian dari akar latamansadi.
Pada waktu itu Anwar telah menemukan berbagai hal yang
penting yang ia benar-benar menginginkan: menghindari
penyakit, dengan menguasai latamansadi, dan menghindari

kematian dengan minum dan mandi dengan air kehidupan kekal.


Ia mempunyai lebih banyak lagi bejana permata delapan
keistimewaan dan beberapa cadangan air kehidupan kekal.
Setiap ia menginginkan masih ada lagi.
Mitos melanjutkan dengan cerita bagaimana Anwar di bawah
bimbingan Idajil, dapat berjalan dan bergerak dengan kecepatan
rohani yang hebat. Misalnya, ia terdorong untuk melakukan
petualangan lebih lanjut: ke laut Iraq, dimana disana ia berjumpa
dengan para malaikat yang dikutuk, yaitu Harut Dan Marut, yang
mengajarinya ilmu astrologi untuk mengetahui apa yang akan
terjadi di masa datang.
Di Afrika ia berjumpa dengan paman dan bibinya, Lata dan Ujiah
(Uzza), putra dan putri Adam yang suka menentang yang
mengajarinya bagaimana cara memperoleh hidup nyaman
dengan berkelimpahan.
Di Gunung Cauldron di muara Sungai Nil, Anwar berjumpa lagi
dengan Idajil, tetapi ia tak mengenalinya. Idajil memberinya
pengalaman mistis melihat surga; diajarinya agar dapat bergerak
lebih cepat dari angin; dan memberinya hadiah yang mahal,
Ratna Dumilah, sebuah intan permata seperti lampu bersinar
yang bisa membimbingnya ke jalan yang lebih terang; Idajil
mengajarinya, dan memberinya hak otoritas untuk mengajarkan
doktrin tentang kehidupan kekal melalui reinkarnasi, dan
untuk mencapai surga bagi mereka yang tidak ingin menjelma
lagi (dalam reinkarnasi).
Idajil juga memintanya untuk mengejar pengetahuan yang lebih
lanjut seperti pencerahan di antara Pulau Maldewa dan
Laksdewa, yang bernama Lemah Dewani.
Di situlah Sayid Anwar melakukan tapa brata dengan cara melihat
matahari mulai terbit sampai tenggelam. Setelah tujuh tahun
bertapa, daya linuwih pada Sayid Anwar terolah hebat sehingga
bisa menghilang (kasat mata). Dalam pengembaraannya di
Lemah Dewani, Sayid Anwar banyak bertarung dengan para jin
dan membuat mereka tunduk di bawah kekuasaannya.
Mendengar kehebatan Sayid Anwar, lama-lama banyak kaum jin
yang memilih mengabdi padanya. Kejadian tersebut sangat
mengganggu Prabu Nuradi, raja para jin yang menguasai Lemah
Dewani. Prabu Nuradi melabrak Sayid Anwar dan mengajaknya
bertarung. Dalam pertarungan itu Orabu Nuradi kalah dan tunduk
pada kekuasaan Sayid Anwar. Prabu Nurani memilih turun tahta

lalu mengangkat Sayid Anwar menjadi raja para jin dan


menyerahkan putrinya menjadi isteri. Ketika menjadi raja jin,
Sayid Anwar mendapatkan gelar Prabu Nurasa. Prabu Nurasa
yang telah memiliki kehidupan abadi, kemudian tinggal di tempat
tinggi dan meminta izin pada Yang Mahaesa untuk mengangkat
diri sebagai Tuhan Semesta Alam. Yang Mahaesa mengabulkan
dan membiarkan Prabu Nurasa murtad dari ajaran keturunan Nabi
Adam. Ketika menjadi raja, Lemah Dewani diubah nama menjadi
Tanah Jawi (Tanah Jawa). Dari Prabu Nurasa lahirkan keturunanketurunannya yang kemudian menjadi para dewa mulai dari
Batara Guru sampai raja-raja di Tanah Jawi.
Tidak sama dengan Anwar yang dulu dilahirkan sebagai roh dan
yang membentuk agamanya sendiri setelah mela-kukan
perenungan dan pencarian panjang dalam hal kebijaksanaan di
bawah bimbingan Idajil Anwas dilahirkan sebagai manusia
nyata, yang mengikuti agama risalah dari kakeknya (Adam) dan
bapaknya (Syits). Ia memperoleh keturunan yang juga nabi,
termasuk Muhammad, nabi yang terakhir. Mereka meneruskan
agama Allah kepada yang mau menerimanya.
Menurut mitos, skenario Idajil tidak berakhir dengan Anwar, yang
menjadi perhatian utamanya adalah untuk mempunyai keturunan
yang menjaga kemuliaan Syits antara jin atau manusia. Di
kemudian hari, dari perkawinan silang keturunan Anwar dengan
jenis manusia, muncullah beberapa jenis keturunan, ada yang jin,
ada yang manusia, juga ada yang setengah jin setengah
manusia. Beberapa di antara mereka adalah figur terhormat: dari
kalangan jin yaitu Sang Hyang, dari jenis manusia adalah Sang
Prabu, Pandhita, dll., dan di antara yang setengah jin setengah
manusia adalah Bhatara, dan Bhagawan. Keturunan yang terakhir
ini, dengan tradisi agama mereka (agama Sang Hyang) yang
menduduki Pulau Jawa yang mendahului Islam.
Di lingkungan wilayah Cirebon, keseluruhan mitos ini menjadi
bagian dari tradisi kesusasteraan yang berkaitan dan menjadi
mata rantai dengan bapak penemu mereka, Sunan Gunung Jati.
Dari Adam dapat diusut dari kedua sisi: Anwar dan Anwas. Ibu
Sunan Gunung Jati, Rarasantang, adalah putri Prabu Siliwangi,
Raja Pajajaran, Keturunan Jawa ke-41 dari Batara Guru, dan
keturunan ke-45 dari Sang Hyang Nurasa, Putra Syits, putra
Adam. Ayah Sunan Gunung Jati adalah Syarif Abdullah, Wazir
Kerajaan Turki di Mesir, keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad,
sedangkan Nabi Muhammad sendiri adalah keturunan ke-37 dari
Anwas, putra Syits, putra Adam.

Pesan di balik mitos ini telah jelas sudah: pada satu sisi, Sunan
Gunung Jati dan keturunannya mempunyai hak-hak legitimasi
kepemimpinan baik secara rohani maupun politis bagi seluruh
penduduk Jawa, baik itu para pengikut Sang Hyang, orang Islam,
makhluk halus, atau manusia, sepanjang mereka adalah
keturunan Adam atau jin. Dengan begitu mereka semua harus
tinggal dalam keselarasan (rukun) di bawah kepemimpinan
keturunannya.
Pada sisi lain, mitos ini secara implisit menyatakan bahwa Allah
adalah Yang Maha Tertinggi dan Maha Esa. Sedangkan dewa-dewa
lain yang sebagian besar jenis Sang Hyang adalah tak lain hanya
nenek moyang kita yang layak untuk dihormati tetapi tidak untuk
dipuja/disembah. Mereka tak berdaya menghadapi kuasa ilahi
mandiri dan riil. Jika mereka menunjukkan suatu kekuatan, adalah
sebab Tuhan telah memberikan kepada mereka. Kekuatan mereka
dapat dicabut kapan saja Tuhan mau. Lebih dari itu, seperti
halnya kita, mereka hanya keturunan Syits, putra Adam. Adam
sendiri adalah ciptaan Tuhan, yang pernah suatu kali dihukum. Ia
selamat setelah tobat dan telah diserahi posisi sebagai Wakil
Tuhan di atas bumi (khalfatullh fil ardh), setelah dicurahkan
RahmatNya. Meski demikian, ia juga mengalami mati karena ia
hanya makhluk ciptaan.

Anda mungkin juga menyukai