S
Nabi Adam AS merupakan manusia pertama yang diciptakan Allah. Adam
diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di muka bumi. Ada banyak
hikmah yang bisa dipetik dari kisah Nabi Adam AS.
Suatu ketika, Allah SWT memberitakan kepada para malaikat bahwa Ia akan
menciptakan makhluk dari bangsa manusia. Makhluk ini diciptakan dari tanah di
Bumi yang nantinya juga akan menjadi khilafah di Bumi. Kisah ini terdapat dalam
surat Al-Baqarah ayat 30.
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada pada malaikat, 'Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi'," terjemahan surat Al-Baqarah
ayat 30.
Allah pun memerintahkan para malaikat untuk mengambil tanah di muka Bumi.
Malaikat Izrail berhasil menjalankan tugas dari Allah untuk mengambil sari pati
tanah di Bumi.
Allah lalu menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia
diberi akal, tubuh, dan jiwa. Allah melengkapi ciptaan itu dengan meniupkan ruh
Nabi Adam.
"Saat ruh di mulut, Adam bersin sambil mengucapkan 'Alhamdulillah' segala puji
bagi Allah. Itulah ucapan pertama dari seorang Adam, manusia pertama di Saga.
Allah menyambut ucapan Adam dengan menjawab 'Yarhamukallah', Rahmat Allah
atasmu," dikutip dari buku The Prophets: Kisah Hikmah 25 Nabi Allah karya Nian
Noviyanti.
Allah melengkapi Nabi Adam dengan ilmu pengetahuan. Para malaikat pun
diminta untuk bersujud sebagai bentuk penghormatan pada Adam. Saat semua
malaikat bersujud, ada makhluk berupa iblis dari bangsa jin yang menolak untuk
bersujud.
Iblis menolak untuk bersujud karena merasa lebih baik dari manusia karena
diciptakan dari api. Mendengar jawaban itu, Allah lalu mengutuk iblis dan
mengusir mereka dari surga.
. Nabi Adam pun berdiam dan hidup di surga selama beberapa waktu. Suatu ketika
Adam merasa kesepian dan Allah pun menciptakan Hawa untuk menemani Adam.
Adam pun menikahi Hawa dan mengizinkan mereka berdua tinggal di surga
dengan syarat tidak mendekati pohon khuldi.
Bertahun-tahun Adam dan Hawa mematuhi aturan itu hingga setan perlahan terus
mencoba merayu mereka dengan tipu daya.
Tipu daya berhasil, Nabi Adam lalu memetik buah pohon tersebut dan
memakannya bersama Hawa.
Namun, setelah itu Adam dan Hawa langsung dihinggapi rasa bersalah dan aurat
mereka tiba-tiba terbuka.
Karena melanggar perintah itu, Allah SWT lalu memerintahkan Adam dan Hawa
turun ke Bumi. Adam dan Hawa diturunkan di tempat yang berbeda. Selama 40
tahun mereka saling mencari dan bertemu di Padang Arafah atau Jabal Rahmah,
bukit yang penuh kasih sayang.
Saat turun di Bumi, Adam meratapi kesalahannya. Adam dan Hawa memohon
ampun kepada Allah dengan bertobat.
Bumi yang berbeda dibandingkan surga membuat Adam dan Hawa banyak belajar
dari berbagai tantangan dan kesulitan. Mulai dari bercocok tanam, beternak, dan
melindungi tubuh dari berbagai cuaca.
Adam dan Hawa juga membangun keluarga di Bumi dengan melahirkan hingga 40
anak. "Banyak riwayat yang menyebutkan anak-anak Nabi Adam dan Hawa
dilahirkan secara kembar," dikutip dari Nabi Adam AS: Manusia dan Nabi Pertama
di Bumi oleh Abu M Bintang dan Tim Divaro.
Sebagai khalifah di Bumi, Adam juga diangkat sebagai Nabi dan Rasul yang
bertugas berdakwah di Bumi. Adam menyampaikan dakwah kepada istri dan anak-
anaknya mengenai ajaran keimanan kepada Allah SWT.
Nabi Adam juga menghadapi persoalan antara anaknya, Qabil, yang membunuh
Habil. Adam sangat murka terhadap Qabil.
Allah lalu mengaruniai Nabi Adam dengan anak laki-laki yang tidak memiliki
saudara kembar, yang diberi nama Syits. Syits merupakan anak yang cerdas dan
berakhlak baik. Keturunan Syits kelak melahirkan Idris.
Nabi Adam lalu jatuh sakit saat berusia 960 tahun dan berwasiat kepada Syits
untuk meneruskan dakwah. Malaikat lalu mencabut nyawa Adam,
memandikannya, mengafani, menyalatkan, dan menguburkannya.
Dari kisah Nabi Adam AS ini terdapat sejumlah hikmah yang bisa diambil.
Sebagai manusia, sudah selayaknya kita memahami bahwa iblis adalah musuh
yang akan terus menggoda hingga membuat manusia sesat. Tugas manusia adalah
melawan godaan setan dan beribadah kepada Allah SWT. Allah juga selalu
menerima tobat setiap hambanya yang bersungguh-sungguh.
Nabi Idris merupakan salah satu nabi yang mewariskan banyak pengetahuan dan
masih berguna hingga saat ini. Kenabiannya perlu diimani oleh umat Islam sebagai
bentuk taqwa atas perintah Allah SWT. Secara garis keturunan Nabi Idris memiliki
jarak enam generasi dari Nabi Muhammad. Urutannya adalah
1. Adam,
2. Syits,
3. Anusy,
4. Qinan,
5. Mihlail,
6. Yarid,
7. baru kemudian Idris.
Nama Idris berasal dari kata ‘Darasa’ yang berarti belajar. Sebab, Nabi Idris
dikenal sebagai sosok yang sangat senang belajar dan suka mengkaji fenomena
alam semesta. Nabi Idris juga dikenal dengan nama Akhnukh bin Yarid. Dia
dilahirkan dari seorang perempuan bernama Iqlima.
Selama 345 tahun Nabi Idris hidup di dunia, dia diutus oleh Allah SWT untuk
berdakwah di Irak Kuno (Babilonia) dan Mesir (Memphis). Berikut kisah Nabi
Idris selengkapnya. Nabi Idris adalah manusia pertama yang menerima wahyu
lewat Malaikat Jibril ketika dirinya menginjak usia 82 tahun.
“Mereka itulah orang-orang yang Allah telah beri nikmat, yaitu kalangan para
nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang Kami angkat bersama Nuh dari
keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang Kami beri petunjuk dan
telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada
mereka, maka mereka menyangka dengan bersujud dan menangis.”
amun, akhirnya dia berhijrah ke Mesir lantaran penduduk Babilonia tidak bisa menerima apa
yang diajarkan Nabi Idris. Dalam kehidupan sehari-hari, Nabi Idris dikenal sebagai orang yang
gemar bertasbih kepada Allah. Dia juga selalu melakukan perbuatan baik seperti belajar,
menulis, dan menjahit. Keterampilan-keterampilan itu perlahan-lahan dia ajarkan kepada
kaumnya.
Nabi Idris juga mengingatkan bahwa kegiatan menumpuk harta sama sekali tidak
bermanfaat bagi diri sendiri, kecuali membagikan harta tersebut kepada orang yang
membutuhkan. Terakhir, kehidupan hendaknya dijalani dengan penuh hikmah dan
kebajikan
“Apakah kau bisa membawaku melihat indahnya surga dan dahsyatnya api neraka,
wahai Malaikat Izroil?” tanya Nabi Idris.
Malaikat Izroil pun menjawab, “Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaan darimu
sungguh aneh. Mengapa kau meminta hal itu? Bahkan para malaikat pun takut
melihat neraka, tetapi kau malah memintanya.”
Nabi Idris menjawab, “Jujur saja, aku takut sekali dengan azab Allah itu. Semoga
iman dan takwaku kian bertambah setelah melihat neraka.”
Nabi Idris pun mengangguk. “Aku akan terus beribadah kepada Allah hingga hari
kiamat tiba.”
Nabi Nuh sendiri merupakan keturunan Nabi Adam yang ke-9. Dikutip dari Kitab
Ibnu Katsir tentang kisah para Nabi, jarak antara Nabi Nuh dengan Nabi Adam
adalah 10 Abad. Agama Islam yang dibawa Nabi Adam terus berkembang, tetapi
setelah masa yang panjang antara nabi Idris dan Nabi Nuh, menyebabkan umat
manusia, yaitu kaum Nuh yang ada saat itu, sudah sangat jauh menyimpang dari
jalan Allah. Mereka kembali pada perbuatan ingkar dengan menyembah patung-
patung yang mereka anggap sebagai tuhan. Mereka meniru bapak-bapak mereka
terdahulu dan menganggap bahwa perbuatan itu pasti benar. Patung-patung itu
pada awalnya adalah orang-orang yang sholeh yang menjadi pewaris Nabi Idris,
yang berdakwah agar agama Islam selalu diamalkan oleh masyarakat.
Para orang shaleh yang bernama wadd, shuwa ini selalu mengingatkan masyarakat
agar bertakwa kepada Allah SWT. Akan tetapi ketika para orang shaleh ini
meninggal maka iblis la’natullah mulai membisik-bisiki nenek moyang kaum Nuh
untuk tidak melupakan jasa mereka. Cara untuk tidak melupakan jasa mereka
adalah dengan membuat patung-patung yang menyerupai orang-orang shaleh
tersebut.
Pada masa awal pembuatan patung ini, keimanan dan keislaman masyarakat masih
terjaga. Akan tetapi seiring dengan waktu dan setelah beberapa generasi, ketika
ilmu agama mulai memudar di antara mereka, maka secara perlahan tapi pasti iblis
mulai menggiring kaum Nabi Nuh untuk menyembah patung-patung ini dan
menjadikannya sebagai Tuhan. Demikianlah cara licik iblis dalam melakukan tipu
dayanya kepada umat manusia.
Iblis lagi-lagi berhasil membuat keturunan Adam kembali tergoda bujuk rayu
mereka. Kaum Nuh kemudian menjadi sangat jauh kesesatannya dalam ketaatan
kepada Allah. Mengimani dan menyembah kepada Allah tidak mereka kenal lagi.
Dan iblis pun menjadi sangat senang, karena sudah berhasil mengajak manusia
untuk menemaninya menjadi penghuni neraka Jahanam. Nuh yang masih mau
menggunakan akal sehatnya, dapat berfikir dan menghilangkan ketidakberdayaan
ini serta membuatnya terbebas dari segala bentuk kesyirikan kaumnya, dan
melepaskan diri dari penyembahan kepada patung-patung buatan manusia
tersebut. Allah SWT pun kemudian mengangkat Nuh sebagai penerus risalah
Sepanjang usianya tersebut, Nabi Nuh Alaihissalam berdakwah dan menyeru tiada
kenal lelah. Tidak hanya kepada orang-orang di sekitarnya tapi yang utama kepada
anggota keluarganya sendiri. Tetapi sayang setelah berdakwah selama hampir 5
abad, Nabi Nuh hanya memiliki sedikit pengikut, yaitu hanya sekitar 70 sampai 80
orang.
Pengikut Nabi Nuh Alaihissalam hanya terdiri dari orang-orang biasa, bukan orang
terpandang dan kaya raya. Sedangkan kaum Nuh yang kafir itu tidak suka bila
berdekatan dan bersama-sama dengan orang-orang tersebut. Mereka menganggap
bahwa derajat mereka lebih baik daripada Nabi Nuh dan para pengikutnya.
Penolakan atas ajakan Nabi Nuh tidak hanya berasal dari kaumnya saja tetapi juga
berasal dari kalangan keluarga terdekatnya sendiri. Istri beliau dan putra
kandungnya sendiri Kan’an. Dua orang ini secara terang-terangan menentang
ajaran Nabi Nuh dan mempengaruhi orang lain untuk tidak mengikuti ajaran Nabi
Nuh Alaihissalam.
Bagi kaum yang durhaka itu, Nabi Nuh Alaihissalam dianggap hanya sebagai
manusia biasa, dan tidak mempunyai kelebihan apa pun. Alasan itulah yang
digunakan untuk tidak menaati ajaran yang dibawa Nabi Nuh Alaihissalam.
Pemimpin-pemimpin kaum yang kafir itu kemudian berkata, akan dengan rela
mengikuti Nabi Nuh Alaihissalam, dengan syarat pengikut-pengikut Nabi Nuh
yang terdiri dari orang-orang hina ditinggalkan atau dibiarkan dan diusir. Tentu
saja Nabi Nuh menolak syarat tersebut.
Nabi Nuh kemudian mendapat petunjuk dari Allah SWT, sekaligus merupakan
mukjizat Nabi Nuh Alaihissalam yaitu diperintah Allah untuk membangun bahtera
yang besar. Bahtera itu terbuat dari kayu jati. Bahtera tersebut kemudian
dikerjakan oleh Nabi Nuh bersama dengan para pengikutnya.
Pembuatan bahtera tersebut ternyata memakan waktu yang lama yaitu mencapai 40
tahun. Selama itu Nabi Nuh Alaihissalam diuji kesabarannya, menghadapi
kaumnya yang memandang pekerjaannya itu sebagai pekerjaan orang gila, karena
membangun bahtera di atas bukit di gurun pasir.
Menurut Ibnu Abbas, bahtera Nabi Nuh memiliki ukuran panjang 1.200 hasta, lebar 600 hasta.
Bahtera itu dibuat tiga tingkat yaitu tingkat pertama, diperuntukkan untuk hewan, tingkat kedua
untuk manusia, pengikut nabi Nuh dan tingkat ketiga untuk bangsa burung. Bagian atas bahtera
itu ditutup juga dengan kayu penutup.
Nabi Nuh Alaihissalam kemudian berdoa kepada Allah SWT. Beliau memohon
agar Allah jangan membiarkan seorang pun dari kaum dan pemimpin yang kafir itu
tetap tinggal di muka Bumi. Jika dibiarkan hidup, nantinya mereka akan
menyebabkan banyak orang menjadi tersesat dan selalu berbuat maksiat.
Setelah selesai membuat bahtera di atas bukit di tengah gurun pasir selama kurun
waktu empat puluh tahun. Maka Allah memerintahkan Nabi Nuh untuk bersiap
siap. Sebagai tandanya adalah, akan muncul air dari dalam tannur di dapur rumah
Nabi Nuh AS.
Para ahli tafsir menafsirkan bahwa tafsiran dari at-Tannur adalah oven (alat untuk
memanggang roti) di rumah Nabi Nuh. Apabila air muncul keluar dari tannur
tersebut serta mengalir maka itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk
bergerak.
Maka pada suatu hari tannur itu mulai menunjukkan tanda-tandanya dari dalam
rumah Nabi Nuh. Mengetahui hal itu, Nabi Nuh pun segera membuka bahteranya
dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi
Nuh membawa burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi,
gajah, semut, dan lain-lain.
Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies
binatang tidak punah dari muka bumi. Menurut riwayat hewan yang pertama kali
naik adalah burung kakak tua, sedangkan hewan yang terakhir adalah keledai,
diceritakan bahwa iblis ikut bergelantung dipundak keledai.
Peristiwa ini Allah gambarkan dalam Al Qur’an Surat Hud ayat 40, yang artinya :
“Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami
berfirman: ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang
sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu
ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.’ Dan
tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. “ (QS. Hud : 40)
Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan
salah satu anaknya, Kan’an juga tidak beriman. Hanya ada 80 orang mukmin yang
masuk ke dalam bahtera. Hewan-hewan darat Allah kumpulkan di lantai pertama
kapal, sedangkan lantai kedua manusia, dan lantai ke tiga jenis burung. Agar
Hewan buas tidak memangsa hewan jinak, maka Allah turunkan demam kepada
hewan hewan buas tersebut.
Setelah semua makhluk yang Allah takdirkan selamat masuk kapal dan pintu kapal
pun ditutup maka dengan kekuasaan-Nya, Allah turunkan air dari langit dan air
dari bumi. Air mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah
pun di bumi kecuali keluar air darinya.
Selain itu dari arah langit pun mulailah turun air hujan yang sangat deras dan
belum pernah terjadi sebelumnya sedemikian deras seperti itu di bumi, termasuk
pula sesudahnya tidak akan ada lagi hujan seperti itu. Lautan semakin bergolak dan
ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi.
Isi perut bumi pun bergolak dan bergerak dengan gerakan yang belum pernah
terjadi sebelumnya, tidak wajar sehingga mengakibatkan bola bumi tenggelam
dalam air untuk pertama kalinya, dan bumipun menjadi seperti sebuah bola air.
Sejak kecil Nabi Hud ‘alaihissalam dikenal sebagai sosok yang memiliki perilaku
sangat terpuji diantaranya, jujur, amanah, berbudi pekerti luhur, bekerja keras,
serta sangat bijaksana dan ramah dalam bergaul dengan kawan-kawan sepantaran
di sekelilingnya. Kisah tentang kehidupan dan perjalanan dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam
sendiri banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Nama “Hud” bahkan diabadikan sebagai nama
salah satu surat di Al-Qur’an, yakni surat ke-sebelas. Seperti diriwayatkan dalam Al-Qur’an
Surat Hud ayat 50 yang menyebutkan tentang Nabi Hud ‘alaihissalam dan kaum ‘Ad.
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai
kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu
hanyalah mengada-ada.’” (Q.S. Hud ayat 50).
“Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (Seruanku) ini.
Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu
mengerti?” (Q.S. Hud ayat 51).
Semasa hidupnya Nabi Hud ‘alaihissalam menempati sebuah daerah yang disebut
dengan Al-Ahqaf, tepatnya di sebelah utara Hadramaut, berada diantara Yaman
dan Oman. Hadramaut adalah sebuah daerah yang sangat indah karena memiliki
tanah yang subur.Banyak hasil pertanian yang tumbuh dengan baik dari tanah
subur Hadramaut. Selain diyakini sebagai tanah kelahiran Nabi Hud ‘alaihissalam,
Hadramaut juga diyakini sebagai daerah dimana Nabi Saleh AS dilahirkan.Bukan
hanya menyimpan fakta sebagai tanah kelahiran Nabi Hud ‘alaihissalam dan Nabi
Saleh ‘alaihissalam, tetapi Hadramaut juga menyimpan keistimewaan lain yaitu
terdapat bangunan suci umat Islam yang disebut dengan Qabr Hud (Makam Hud).
Di dekat Qabr Hud terdapat sebuah masjid yang selalu ramai dikunjungi peziarah,
terutama pada tanggal 11 Sya’ban.
Sejarah Nabi Hud ‘alaihissalam sangat erat kaitannya dengan kaum ‘Ad yaitu
kaum yang hidup di zaman Nabi Hud ‘alaihissalam dan merupakan kaum tertua
setelah dibinasakannya kaum yang dzolim kepada Nabi Nuh
‘alaihissalaDiriwayatkan, Nabi Hud ‘alaihissalam adalah cucu dari Nabi Nuh
‘alaihissalam atau bisa disebut juga merupakan keturunan dari Sam bin Nuh (kaum
‘Ad). Kaum ‘Ad yang hidup di zaman Nabi Hud ‘alaihissalam dikenal sebagai
kaum yang hidup dengan amat nyaman dan sejahtera.
Namun kenikmatan dan berbagai berkah yang dilimpahkan kepada kaum ‘Ad tidak
serta merta membuat mereka bersyukur dan menyembah Allah Ta’ala. Kaum ‘Ad
tidak mengenal Allah Ta’ala sebagai Tuhan mereka, sama seperti yang dilakukan
oleh kaum sebelum mereka (kaum Nabi Nuh). Mereka menyembah patung buatan
mereka sendiri dan diberi nama dengan Shamud dan Alhattar.
“Dan (Hud berkata), ‘Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia
akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling
menjadi orang yang berdosa.’” (Q.S. Hud ayat 52).
Untuk dapat lebih memhamai mukjizat yang dilakukan beliau, buku Mukjizat Para
Nabi dibawah ini dapat kamu pelajari yang merupakan bku pop-up yang
menceritakan perjalanan penting dari hidup para nabi dengan ilustrasi yang
menarik.
“Dan kepada kaum ‘Aad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai
Kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu
hanyalah mengada-ada ” (Q.S. Hud ayat 50).
“Wahai Kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini.
Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu
mengerti?” (Q.S. Hud ayat 51).
“Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu
bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia
akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling
menjadi orang yang berdosa.”” (Q.S. Hud ayat 52).
“Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu
bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan
kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu.” (Q.S. Hud ayat
53).
“Kemudian setelah mereka, Kami ciptakan umat yang lain (kaum ‘Ad).” (Q.S. Al-
Mu’minun ayat 31).
“Lalu Kami utus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri
(yang berkata), “Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (Q.S. Al-
Mu’minun ayat 32).
“Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan
pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan
kesenangan dalam kehidupan di dunia. “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia
seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu
minum.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 33).
“Dan sungguh, jika kamu menaati manusia yang seperti kamu, niscaya kamu pasti
rugi.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 34).
“Adakah dia menjanjikan kepada kamu, bahwa apabila kamu telah mati dan
menjadi tanah dan tulang belulang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan dari
kuburmu?” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 35).
“Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu.” (Q.S.
Al-Mu’minun ayat 36).
“(Kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah) kita
mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi).” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 37).
“Dia tidak lain hanyalah seorang laki – laki yang mengada – adakan kebohongan
terhadap Allah, dan kita tidak akan mempercayainya.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat
38).
“Dia (Hud) berdoa, “Ya Tuhanku tolonglah aku karena mereka mendustakan
aku.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 39).
“Dia (Allah) berfirman, “Tidak lama lagi mereka pasti akan menyesal.” (Q.S. Al-
Mu’minun ayat 40).
“Lalu, mereka benar – benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan
mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka binasalah bagi orang – orang yang zalim.”
(Q.S. Al-Mu’minun ayat 41).
Temukan berbagai pilihan doa yang diajarkan para nabi serta rasul yang bersumber dari kita suci
Al Qur’an lainnya melalui buku Doa Para Nabi dan Rasul karya Nurul Huda yang bisa kamu
dapatkan di Gramedia!
“Sedangkan kaum ‘Aad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang
sangat dingin.” (Q.S. Al-Haqqah ayat 6).
“Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari
terus menerus, maka kamu melihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati
bergelimpangan seperti batang – batang pohon kurma yang telah kosong.” (Q.S.
Al-Haqqah ayat 7).
“Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?”
(Q.S. Al-Haqqah ayat 8).
Nah, apakah kisah mengenai Nabi Hud ‘alaihissalam yang meliputi sejarah
singkat, perjalanan dakwah, dan mukjizat Nabi Hud ‘alaihissalam cukup mudah
untuk dicerna dan dipahami?
Kemakmuran dan kemewahan hidup serta kekayaan alam yang dahulu dimiliki dan
dinikmati oleh kaum Aad telah diwarisi oleh kaum Tsamud.Tanah-tanah yang
subur yang memberikan hasil berlimpah ruah, binatang-binatang perahan dan
lemak yang berkembang biak, kebun-kebun bunga yang indah-indah, bangunan
rumah-rumah yang didirikan di atas tanah yang datar dan pahatnya dari
gunung.Semuanya itu menjadikan mereka hidup tentram ,sejahtera dan bahagia,
merasa aman dari segala gangguan alamiah dan bahawa kemewahan hidup mereka
akan kekal bagi mereka dan anak keturunan mereka.
Kaum Tsamud tidak mengenal Tuhan. Tuhan Mereka adalah berhala-berhala yang
mereka sembah dan puja, kepadanya mrk berqurban, tempat mrk minta
perlindungan dari segala bala dan musibah dan mengharapkan kebaikan serta
kebahagiaan.Mrk tidak dpt melihat atau memikirkan lebih jauh dan apa yang dpt
mrk jangkau dengan panca indera.
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tidak akan membiarkan hamba-
hamba Nya berada dalam kegelapan terus-menerus tanpa diutusnya nabi pesuruh
disisi-Nya untuk memberi penerangan dan memimpin mrk keluar dari jalan yang
sesat ke jalan yang benar. Demikian pula Allah tidak akan menurunkan azab dan
siksaan kepada suatu umat sebelum mrk diperingatkan dan diberi petunjuk kan
oleh-Nya dengan perantara seorang yang dipilih untuk menjadi utusan dan rasul-
Nya. Sunnatullah ini berlaku pula kepada kaum Tsamud, yang kepada mrk telah
diutuskan Nabi Saleh seorang yang telah dipilih-Nya dari suku mrk sendiri, dari
keluarga yang terpandang dan dihormati oleh kaumnya, terkenal tangkas, cerdik
pandai, rendah hati dan ramah-tamah dalam pergaulan.
Dikenalkan mrk oleh Nabi Saleh kepada Tuhan yang sepatu mrk sembah, Tuhan
Allah Yang Maha Esa, yang telah mencipta mrk, menciptakan alam sekitar mrk,
menciptakan tanah-tanah yang subur yang menghasilkan bahan-bahan keperluan
hidup mrk, mencipta binatang-binatang yang memberi manfaat dan berguna bagi
mrk dan dengan demikian memberi kepada mrk kenikmatan dan kemewahan hidup
dan kebahagiaan lahir dan batin.Tuhan Yang Esa itulah yang harus mrk sembah
dan bukan patung-patung yang mrk pahat sendiri dari batu-batu gunung yang tidak
berkuasa memberi sesuatu kepada mrk atau melindungi mrk dari ketakutan dan
bahaya.
Nabi Saleh memperingatkan mrk bahwa ia adalah seorang drp mrk, terjalin antara
dirinya dan mereka ikatan keluarga dan darah. Mrk adalah kaumnya dan sanak
keluarganya dan dia adalah seketurunan dan sesuku dengan mrk.Ia mengharapkan
kebaikan dan kebajikan bagi mrk dan sesekali tidak akan menjerumuskan mereka
ke dalam hal-hal yang akan membawa kerugian, kesengsaraan dan kebinasaan bagi
mrk. Ia menerangkan kepada mrk bahwa ianya adalah pesuruh dan utusan Allah,
dan apa yang diajarkan dan didakwahkan kepada mrk adalah amanat Allah yang
harus disampaikan kepada mrk untuk kebaikan mrk semasa hidup mrk dan sesudah
mrk mati di akhirat kelak. Ia mengharapkan kaumnya mempertimbangkan dan
memikirkan sungguh-sungguh apa yang ia serukan dan anjurkan dan agar mrk
segera meninggalkan persembahan kepada berhala-berhala itu dan percaya
beriman kepada Allah Yang Maha Esa seraya bertaubat dan mohon ampun kepada-
Nya atas dosa dan perbuatan syirik yang selama ini telah mrk lakukan.Allah maha
dekat kepada mrk mendengarkan doa mrk dan memberi ampun kepada yang salah
bila dimintanya.
Terperanjatlah kaum Saleh mendengar seruan dan dakwahnya yang bagi mrk
merupakan hal yang baru yang tidak diduga akan datang dari saudara atau anak
mrk sendiri.Maka serentak di tolaklah ajakan Nabi Saleh itu seraya berkata mereka
kepadanya:”Wahai Saleh! Kami mengenalmu seorang yang pandai, tangkas dan
cerdas, pikiran tajam dan pendapat serta semua pertimbangan mu selalu tepat. Pada
dirimu kami melihat tanda-tanda kebajikan dan sifat-sifat yang terpuji. Kami
mengharapkan dari engkau sebetulnya untuk memimpin kami menyelesaikan hal-
hal yang rumit yang kami hadapi, memberi petunjuk dalam soal-soal yang gelap
bagi kami dan menjadi ikutan dan kepercayaan kami di kala kami menghadapi
krisis dan kesusahan.Akan tetapi segala harapan itu menjadi meleset dan
kepercayaan kami kepadamu tergelincir hari ini dengan tingkah lakumu dan tindak
tandukmu yang menyalahi adat-istiadat dan tata cara hidup kami. Apakah yang
engkau berikan kepada kami? Engkau menghendaki agar kami meninggalkan
persembahan kami dan nenek moyang kami, persembahan dan agama yang telah
menjadi darah daging kami menjadi sebahagian hidup kami sejak kami dilahirkan
dan tetap menjadi pegangan untuk selama-lamanya.Kami sesekali tidak akan
meninggalkannya karena seruanmu dan kami tidak akan mengikutimu yang sesat
itu. Kami tidak mempercayai cakap-cakap kosongmu bahkan meragukan
kenabianmu. Kami tidak akan mendurhakai nenek moyang kami dengan
meninggalkan persembahan mrk dan mengikuti jejakmu.”
Sekelompok kecil dari kaum Tsamud yang kebanyakannya terdiri dari orang-orang
yang kedudukan sosial lemah menerima dakwah Nabi Saleh dan beriman
kepadanya sedangkan sebahagian yang terbesar terutamanya mrk yang tergolong
orang-orang kaya dan berkedudukan tetap berkeras kepala dan menyombongkan
diri menolak ajakan Nabi Saleh dan mengingkari kenabiannya dan berkata
kepadanya:” Wahai Saleh! Kami kira bahwa engkau telah kerasukan syaitan dan
terkena sihir.Engkau telah menjadi sinting dan menderita sakit gila. Akalmu sudah
berubah dan pikiranku sudah kacau sehingga engkau dengan tidak sedar telah
mengeluarkan kata-kata ucapan yang tidak masuk akal dan mungkin engkau
sendiri tidak memahaminya. Engkau mengaku bahwa engkau telah diutuskan oleh
Tuhanmu sebagai nabi dan rasul-Nya. Apakah kelebihanmu drp kami semua
sehingga engkau dipilih menjadi rasul, padahal ada orang-orang di antara kami
yang lebih patut dan lebih cekap untuk menjadi nabi atau rasul drp engkau.
Tujuanmu dengan bercakap kosong dan kata-katamu hanyalah untuk mengejar
kedudukan dan ingin diangkat menjadi kepala dan pemimpin bagi kaum.Jika
engkau merasa bahwa engkau sihat badan dan sehat pikiran dan mengaku bahwa
engkau tidak mempunyai arah dan tujuan yang terselubung dalam dakwahmu itu
maka hentikanlah usahamu menyiarkan agama barumu dengan mencerca
persembahan kami dan nenek moyangmu sendiri.Kami tidak akan mengikuti
jalanmu dan meninggalkan jalan yang telah ditempuh oleh orang-orang tua kami
lebih dahulu.
Nabi Saleh sedar bahawa tentangan kaumnya yang menuntut bukti drpnya berupa
mukjizat itu adalah bertujuan hendak menghilangkan pengaruhnya dan mengikis
habis kewibawaannya di mata kaumnya terutama para pengikutnya bila ia gagal
memenuhi tantangan dan tuntutan mrk. Nabi Saleh membalas tentangan mrk
dengan menuntut janji dengan mrk bila ia berhasil mendatangkan mukjizat yang
mrk minta bahwa mrk akan meninggalkan agama dan persembahan mrk dan akan
mengikuti Nabi Saleh dan beriman kepadanya.
Maka sejurus kemudian dengan izin Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Pencipta
terbelahlah batu karang yang ditunjuk itu dan keluar dari perutnya seekor unta
betina.dengan seruanmu itu.”
Dengan menunjuk kepada binatang yang baru keluar dari perut batu besar itu
berkatalah Nabi Saleh kepada mrk:” Inilah dia unta Allah, janganlah kamu ganggu
dan biarkanlah ia mencari makanannya sendiri di atas bumi Allah ia mempunyai
giliran untuk mendapatkan air minum dan kamu mempunyai giliran untuk
mendapatkan minum bagimu dan bagi ternakanmu juga dan ketahuilah bahwa
Allah akan menurunkan azab-Nya bila kamu sampai mengganggu binatang ini.”
Kemudian berkeliaranlah unta di ladang-ladang memakan rumput sesuka hatinya
tanpa mendapat gangguan. Dan ketika giliran minumnya tiba pergilah unta itu ke
sebuah perigi yang diberi nama perigi unta dan minumlah sepuas hatinya. Dan
pada hari-hari giliran unta Nabi Saleh itu datang minum tiada seekor binatang lain
berani menghampirinya, hal mana menimbulkan rasa tidak senang pada pemilik-
pemilik binatang itu yang makin hari makin merasakan bahwa adanya unta Nabi
Saleh di tengah-tengah mereka itu merupakan gangguan laksana duri yang
melintang di dalam kerongkong.
Dengan berhasilnya Nabi Saleh mendatangkan mukjizat yang mrk tuntut gagallah
para pemuka kaum Tsamud dalam usahanya untuk menjatuhkan kehormatan dan
menghilangkan pengaruh Nabi Saleh bahkan sebaliknya telah menambah tebal
kepercayaan para pengikutnya dan menghilang banyak keraguan dari kaumnya.
Maka dihasutlah oleh mrk pemilik-pemilik ternakan yang merasa jengkel dan tidak
senang dengan adanya unta Nabi Saleh yang merajalela di ladang dan kebun-kebun
mrk serta ditakuti oleh binatang-binatang peliharaannya.
Dua macam hadiah yang menggiurkan dari kedua wanita itu di samping hasutan
para pemuka Tsamud mengundang dua orang lelaki bernama Mushadda’ bin
Mukharrij dan Gudar bin Salif berkemas-kemas akan melakukan pembunuhan bagi
meraih hadiah yang dijanjikan di samping sanjungan dan pujian yang akan
diterimanya dari para kafir suku Tsamud bila unta Nabi Saleh telah mati dibunuh.
Dengan bantuan tujuh orang lelaki lagi bersembunyilah kumpulan itu di suatu
tempat di mana biasanya dilalui oleh unta dalam perjalanannya ke perigi tempat
ianya minum. Dan begitu unta-unta yang tidak berdosa itu lalu segeralah dipanah
betisnya oleh Musaddad’ yang disusul oleh Gudar dengan menikamkan pedangnya
di perutnya.
Dengan perasaan megah dan bangga pergilah para pembunuh unta itu ke ibu kota
menyampaikan berita matinya unta Nabi Saleh yang mendapat sambutan sorak-
sorai dan teriakan gembira dari pihak musyrikin seakan-akan mrk kembali dari
medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang.
Berkata mrk kepada Nabi Saleh:” Wahai Saleh! Untamu telah mati dibunuh,
cubalah datangkan akan apa yang engkau katakan dulu akan ancamannya bila unta
itu diganggu, jika engkau betul-betul termasuk orang-orang yang terlalu benar
dalam kata-katanya.”
Nabi Saleh menjawab:” Aku telah peringatkan kamu, bahwa Allah akan
menurunkan azab-Nya atas kamu jika kamu mengganggu unta itu. Maka dengan
terbunuhnya unta itu maka tunggulah engkau akan tibanya masa azab yang Allah
telah janjikan dan telah aku sampaikan kepada kamu.Kamu telah menentang Allah
dan terimalah kelak akibat tentanganmu kepada-Nya.Janji Allah tidak akan meleset
.Kamu boleh bersuka ria dan bersenang-senang selama tiga hari ini kemudian
terimalah ganjaran yang setimpal pada hari keempat. Demikianlah kehendak Allah
dan takdir-Nya yang tidak dapat ditunda atau dihalangi.”
Ada kemungkinan menurut sementara ahli tafsir bahwa Allah melalui rasul-Nya
Nabi Saleh memberi waktu tiga hari itu untuk memberi kesempatan, kalau-kalau
mrk sedar akan dosanya dan bertaubat minta ampun serta beriman kepada Nabi
Saleh kepada risalahnya. Akan tetapi dalam kenyataannya tempoh tiga hari itu
bahkan menjadi bahan ejekan kepada Nabi Saleh yang ditentangnya untuk
mempercepat datangnya azab itu dan tidak usah ditangguhkan tiga hari lagi.
Nabi Saleh memberitahu kaumnya bahwa azab Allah yang akan menimpa di atas
mrk akan didahului dengan tanda-tanda, iaitu pada hari pertama bila mrk terbangun
dari tidurnya akan menemui wajah mrk menjadi kuning dan berubah menjadi
merah pada hari kedua dan hitam pada hari ketiga dan pada hari keempat turunlah
azab Allah yang pedih.
Mendengar ancaman azab yang diberitahukan oleh Nabi Saleh kepada kaumnya
kelompok sembilan orang adalah kelompok pembunuh unta merancang
pembunuhan atas diri Nabi Saleh mendahului tibanya azab yang diancamkan
itu.Mrk mengadakan pertemuan rahasia dan bersumpah bersama akan
melaksanakan rancangan pembunuhan itu di waktu malam, di saat orang masih
tidur nyenyak untuk menghindari tuntutan balas darah oleh keluarga Nabi Saleh,
jika diketahui identiti mrk sebagai pembunuhnya. Rancangan mrk ini dirahasiakan
sehingga tidak diketahui dan didengar oleh siapa pun kecuali kesembilan orang itu
sendiri.
Ketika mrk datang ke tempat Nabi Saleh bagi melaksanakan rancangan jahatnya di
malam yang gelap-gulita dan sunyi-senyap berjatuhanlah di atas kepala mereka
batu-batu besar yang tidak diketahui dari arah mana datangnya dan yang seketika
merebahkan mrk di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Demikianlah Allah
telah melindungi rasul-Nya dari perbuatan jahat hamba-hamba-Nya yang kafir.
Satu hari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan itu, dengan izin Allah
berangkatlah Nabi Saleh bersama para mukminin pengikutnya menuju Ramlah,
sebuah tempat di Palestina, meninggalkan Hajar dan penghuninya, kaum Tsamud
habis binasa, ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang
mengerikan.
Pengajaran yang menonjol yang dpt dipetik dari kisah Nabi Saleh ini ialah bahwa
dosa dan perbuatan mungkar yang dilakukan oleh sekelompok kecil warga
masyarakat dpt berakibat negatif yang membinasakan masyarakat itu seluruhnya.
Lihatlah betapa kaum Tsamud menjadi binasa, hancur dan bahkan tersapu bersih
dari atas bumi karena dosa dan pelanggaran perintah Allah yang dilakukan oleh
beberapa gelintir orang pembunuh unta Nabi Saleh A.S.
Di sinilah letaknya hikmah perintah Allah agar kita melakukan amar makruf nahi
mungkar. Karena dengan melakukan tugas amar makruf nahi mungkar yang
menjadi fardu kifayah itu, setidak-tidaknya kalau tidak berhasil mencegah
kemungkaran yang terjadi di dalam masyarakat dan lindungan kita ,kita telah
membebaskan diri dari dosa menyetujui atau merestui perbuatan mungkar itu
Bersikap pasif acuh tak acuh terhadap maksiat dan kemungkaran yang berlaku di
depan mata dapat diertikan sebagai persetujuan dan penyekutuan terhadap
perbuatan mungkar itu.