Anda di halaman 1dari 7

KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

Kaum Quraisy telah tinggal di Mekkah pada akhir abad ke-5. Nenek moyang
mereka, Qusay (kakek kelima Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.), beserta
dengan saudaranya Zuhrah, dan pamannya Taym tinggal di bukit Makkan di
samping tanah Haram. Makhzum, putra dari paman lainnya, dan saudara sepupu
mereka Jumah dan Sahm tinggal di sana bersama Qusay. Mereka dan kaum
mereka kemudian dikenal sebagai Quraisy Lembah.

Kaum Quraisy yang lebih sedikit tinggal di daerah pinggiran dan lebih dikenal
dengan Quraisy Pinggiran. Kaum Quraisy pernah pergi ke Syria dan membawa tiga
berhala, yaitu Latta, Uzza, dan Manat ke Hijaz. Mereka menempatkan dewa yang
terbesar, Hubal, di Ka’bah.

Dalam sebuah kampanye yang melibatkan berbagai tipu daya dan kekuatan, kaum
Quraisy mencoba untuk menguasai Mekkah dan menyingkirkan Khuza’ah, suku
pelindung yang dianggap gagal memelihara Ka’bah.

Dari anak keturunan Qusay, Abd Al-Dar adalah yang keturunan tertua, meski
saudaranya, Abdul Manaf, lebih terkenal dan lebih dihormati. Ketika usia Qusay
sudah mulai menua, ia mendelegasikan posisi kekuasaannya pada Abd Al-Dar dan
memberikan kunci Ka’bah kepadanya. Abd Al-Dar melepaskan tugas baru yang
diamanahkan ayahnya kepadanya. Hal yang sama juga dilakukan anak-anaknya,
tapi mereka tidak mampu menandingi putra-putra Abdul Manaf dalam hal
penghargaan dan popularitas di mata masyarakat. Karena itu, Hasyim, Abdul
Shams, Al-Mutthalib, dan Nawfal, putra-putra Abdul Manaf, mencoba untuk
mengambil alih hak istimewa tersebut dari sepupu mereka. Perseteruan dua kubu
tersebut memicu terjadinya perang sipil, tapi akhirnya tercapai kesepakatan
dalam bentuk pembagian kekuasaan. Dua kubu tersebut pun hidup
berdampingan sampai kedatangan Islam.

Hasyim

Hasyim adalah pemimpin bagi kaumnya, seorang kaya yang diberi posisi
terhormat untuk memberi makan dan minum bagi orang-orang yang berziarah ke
Mekkah, sebagai hasil dari kompromi antara putra Abdul Manaf dan Abdul Dar.

1
KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

Perannya sebagai pemimpin semakin di kuatkan oleh kedermawanannya. Saat


kekeringan melanda, dia menyediakan makanan bagi seluruh penduduk Mekkah.
Dia membuat kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu mengatur
dan membakukan dua perjalanan kafilah ke Yaman dan Syam. Di bawah
kepemimpinanya yang bijak lah, Mekkah meraih kemakmuran dan diakui menjadi
ibu kota bangsa arab. Karena pengaruhnya tersebut, keturunan Abdul Manaf
mampu meraih perjanjian damai dengan tetangganya: Ghassanid, Byzantinium,
Habasyahn, Persia, dan Himyarite Yaman.

Hasyim dengan cepat meningkatkan kekuasaannya menjadi pemimpin Mekkah.


Meski pun saudara sepupunya, Umayyah bin Abdul Shams, berusaha menantang
kekuasaannya, tidak ada satu pun yang hilang, dan Umayyah akhirnya diusir ke
Syam selama sepuluh tahun. Salah satu perjalanan terpenting yang pernah
dilakukan oleh Hasyim adalah perjalanan ke Syam, dimana dia berhenti di Yatsrib.
Saat itu, ia melihat seorang wanita yang sedang melakukan bisnis dengan
beberapa rekannya. Wanita itu bernama Salma, putri dari 'Amr dari suku Khazraj.
Hasyim meminangnya, dan kemudian dia diajak pindah ke Mekkah untuk tinggal
beberapa saat bersama Hasyim. Setelah itu, dia kembali ke Yatsrib dimana ia
melahirkan seorang putra yang diberi nama Shaybah, yang dia asuh bersamanya.

Abdul Mutthalib

Beberapa tahun kemudian Hasyim meninggal dalam salah satu perjalanannya dan
dikuburkan di Gaza. Saudaranya, Al-Mutthalib, menggantikan posisinya. Satu hari,
Al-Mutthalib ingat pada kemenakannya, Shaybah. Akhirnnya, ia pergi ke Yatsrib
dan meminta kepada Salma untuk menyerahkan anaknya tersebut untuk diasuh,
sehingga ia bisa mengembalikan kekuasaan ayahnya di tanah suci. Saat kembali
ke Mekkah, Al-Mutthalib memasuki kota sambil menunggangi unta bersama
Shaybah yang duduk di belakangnya. Kaum Quraisy, yang mengira bahwa
Shaybah adalah pelayan dari Mutthalib, memanggilnya Abdul Mutthalib, hamba
dari Mutthalib.

Ketika Al-Mutthalib ingin mengembalikan kekayaan yang diwariskan Hasyim


kepada keponakannya tersebut, pamannya Nawfal keberatan dan menggunakan

2
KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

kekayaan tersebut. Abdul Mutthalib menunggu sampai ia dewasa setelah


kematian Al-Mutthalib dan kemudian meminta dukungan pamannya di Yatsrib
untuk melawan pamannya di Mekkah. Delapan puluh pasukan berkuda dari suku
Khazraj tiba dari Yatsrib, siap memberikan bantuan militer yang dibutuhkan oleh
Abdul Mutthalib untuk merebut kembali haknya. Naufal menolak untuk
bertempur dan mengembalikan kekayaan yang pernah ia pakai. Abdul Mutthalib
kemudian menempati posisi yang pernah diduduki oleh Hasyim. Menyikapi sumur
zamzam yang telah rusak, air harus diambil dari sejumlah sumur tambahan yang
terletak di pinggiran Mekkah dan di sumur kecil dekat Ka’bah. Mungkin tugas
tersebut akan terasa lebih mudah jika punya banyak anak, namun Abdul
Mutthalib menghadapi tantangan yang cukup besar untuk mengatasi hal ini
karena ia hanya memiliki satu orang anak.

Satu malam, saat ia sedang tidur disana, ia bermimpi ada suara yang menyeru dia
untuk menyuruhnya menggali At Thibah, Abdul Mutalib tanya pada suara itu
apakah Thibah itu? Tapi suara itu dah hilang. Malam kedua mimpi lagi, datang lagi
suara itu menyuruhnya menggali Barrah, Apa barrah itu? Tapi suara itu sudah
hilang. Abdul Mutalib sudah dapat merasakan ada sesuatu yang penting, kerana
dia tidak pernah mengalami mimpi begitu sebelum ini. Malam ketiga mimpi lagi,
kata suara dalam mimpi itu : galilah madhmunah, apa itu madhmunah tanya
Abdul Mutalib, tapi suara itu sudah hilang lagi. Makin Abdul Mutalib merasa ada
sesuatu yang besar melalui mimpi tiga malam berturut turut ini. Malam keempat
datang lagi suara itu sambil berkata galilah Zamzam. Dimanakah Zamzam itu? Kali
ini suara itu menjawab. 'Dia tak akan kering selama lamanya dan tak akan
berkurang , dia akan memberi minum kepada para jemaah haji tetamu Allah yang
Maha Agung." Dia diberi tanda-tanda yang akan mengarahkannya ke tempat air
zamzam. Dan esoknya, investigasi Abdul Mutthalib membawa dia menuju tempat
antara bukit Shafa dan Marwa. Bersama anaknya, ia mulai menggali. Pada masing-
masing bukit, terdapat berhala yang sering diberi sesaji atau pengorbanan oleh
para penyembahnya. Menggali di tempat berhala membuat kaum Quraisy berang,
mereka meminta agar Abdul Mutthalib menghentikannya karena menganggap
apa yang dilakukannya merupakan tindakan yang melanggar kesucian. Abdul
Mutthalib menolak, kaum Quraisy mengancam. Namun ancaman tersebut tidak

3
KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

dihiraukannya, dia berargumen bahwa ia mengikuti petunjuk yang ia dapatkan


dalam mimpinya dan meminta anaknya untuk melindunginya. Situasi makin
memanas, keributan mulai terjadi, namun menyadari situasi yang makin genting
dan fakta bahwa mimpi seorang pemimpin bagi mereka cukup berpengaruh,
kaum Quraisy mulai mundur dan mengijinkan Abdul Mutthalib melanjutkan
galiannya. Beberapa sumber mencatat bahwa Abdul Mutthalib menggali selama
tiga hari sebelum akhirnya mendapati bongkahan batu besar yang menghalangi
sumur tersebut. Di samping batu tersebut, dia menemukan dua patung rusa emas
dan beberapa pedang dan perisai. Menyadari bahwa barang-barang tersebut
adalah merupakan peninggalan suku Jurhum, dia memuji Allah dan menangis,"Di
sinilah sumur Ismail!"

Kaum Quraisy berlari mendatanginya dan meminta kepadanya untuk membagi


sumur tersebut. Mereka berargumen bahwa mereka juga adalah keturunan
Ismail. Dia menolak, dan mengusulkan untuk membawa masalah ini pada seorang
pemutus. Pada masa pra-Islam, tukang ramal sangat dihormati, dan saat terjadi
suatu perselisihan, kebiasaan masyarakat Arab waktu itu adalah membawa
masalah tersebut kepada tukang ramal. Hal inilah yang dilakukan oleh Abdul
Mutthalib dan Quraisy. Mereka memilih tukang ramal dari Bani Sa’ad Hudhaym di
dataran tinggi Syria. Dalam perjalanan ke sana, mereka kehabisan air sampai
akhirnya meninggal. Kemudian, air ditemukan dibawah tunggangan Abdul
Mutthalib. Mereka mengganggap bahwa hal ini sebagai pertanda. Akhirnya,
mereka memutuskan memberikan hak atas zamzam pada Abdul Mutthalib dan
kembali ke Mekkah.

Abdul Mutthalib pernah bersumpah bahwa ia akan mengorbankan salah satu dari
putranya jika ia dikaruniai sepuluh orang anak. Harapannya terkabul, dan ia
memanggil anak-anaknya untuk memenuhi sumpahnya. Disepakati bahwa nama
masing-masing anak akan ditulis di anak panah untuk diundi, lalu diserahkan
kepada patung Hubal. Setelah anak-anak panah itu dikocok, maka keluarlah nama
Abdullah. Kemudian Abdul Mutthalib menuntun Abdullah sambil membawa
parang berjalan menuju Ka’bah untuk menyembelih anaknya itu. Namun, orang-
orang Quraisy mencegahnya, terutama paman-pamannya dari pihak ibu dari Bani

4
KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

Makhzum dan saudaranya, Abu Thalib. Abdul Muththalib kebingungan dan


berkata, 'Kalau begitu apa yang harus kulakukan sehubungan dengan nazarku
ini?"

Mereka mengusulkan untuk menemui seorang dukun, maka dia pun menemui
dukun perempuan itu. Sesampai di tempat dukun itu, dia diperintahkan untuk
mengundi Abdullah dengan sepuluh ekor unta. Jika yang keluar nama Abdullah,
maka dia harus menambahi lagi dengan sepuluh ekor unta, hingga Tuhan ridha.
Jika yang keluar adalah nama unta, maka unta-unta itulah yang
disembelih.Kemudian dia keluar dari tempat dukun perempuan itu dan mengundi
antara nama Abdullah dan sepuluh ekor unta. Ternyata yang keluar adalah nama
Abdullah. Maka dia menambahi lagi dengan sepuluh unta. Setiap kali diadakan
undian berikutnya, maka yang keluar adalah nama Abdullah, hingga jumlahnya
mencapai seratus ekor unta, baru yang keluar adalah nama unta. Daging-daging
unta tersebut dibiarkan begitu saja, tidak boleh dijamah oleh manusia maupun
binatang. Tebusan pembunuhan memang berlaku di kalangan Quraisy dan bangsa
Arab adalah sepuluh ekor unta. Namun, setelah kejadian ini, jumlahnya berubah
menjadi seratus ekor unta, yang juga diakui Islam.

Beberapa waktu kemudian, Abdul Mutthalib memilih Aminah, putri dari Wahab,
sebagai istri bagi anaknya, Abdullah. Dilihat dari garis keturunannya, ia berasal
dari keluarga bangsawan. Ayahnya adalah pemimpin Bani Zahra yang cukup
dihormati. Mereka menikah di Mekkah, dan beberapa saat setelah itu Abdullah
melakukan perjalanan dagang dan meninggal dalam perjalanan pulangnya.
Abdullah meninggalkan kekayaan yang sangat sedikit—lima ekor unta, sedikit
kambing, seorang pelayan bernama Barakah, yang lebih dikenal dengan nama
Ummu Aiman, yang kemudian menjadi pengasuh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam.

Akhir tahun 400 M

Pelajaran dan Hikmah

5
KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

Status sosial di kalangan bangsa Arab bergantung pada garis keturunan mereka.
Allah menakdirkan Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berasal dari
keturunan terbaik di antara bangsa Arab dan dengannya, Dia mengeliminasi
kemungkinan cercaan dari orang-orang kafir bahwa Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam tidak terlalu mulia untuk didengarkan. Begitu juga membantah
tuduhan yang mengatakan bahwa Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
mencoba untuk meraih kekuasaan di wiayah Arab, karena beliau sudah berasal
dari kabilah terkuat dan paling disegani di wilayah Arab, yaitu Bani Hasyim.

Kehidupan nomaden merupakan perjuangan yang keras dan tanpa belas kasihan,
karena begitu banyak orang yang bersaing untuk sumber yang sedikit di gurun
yang tandus. Kelaparan membuat suku Badui senantiasa berperang dengan suku
lain untuk mendapatkan air, padang rumput, dan hak untuk menggembala.
Konsekuensinya, perampasan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan
nomaden mereka. Saat terjadi kelangkaan bahan makanan, suatu suku akan
menyerang suku tetangganya untuk mendapatkan unta, sapi, atau budak. Tak
seorang pun menganggapnya sebagai tindakan tercela. Ini merupakan kenyataan
hidup yang harus diterima; ia tidak diinspirasi oleh kepentingan politik atau
kebencian personal, tapi merupakan sejenis olahraga nasional, yang dilakukan
dengan skill khusus berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Mereka
mempunyai tradisi kekesatriaan yang membangkitkan kedermawanan, tanpa
pamrih, dan keberanian tapi hanya dalam konteks kesukuan. Tidak ada konsep
hak asasi manusia disini. Jika sebuah kesalahan dilakukan kepada salah satu
anggota suku, maka yang lain akan merasa mempunyai tanggung jawab untuk
melakukan balas dendam.

Wahyu dan Syariat

Wahyu dan aturan yang turun pada periode ini

Penemuan sumber mata air yang ajaib di wilayah yang gersang dan tandus
mungkin membuat tempat tersebut dipandang suci oleh orang-orang yang lahir
belakangan, jauh sebelum terbentuknya kota di Mekkah. Ia mampu menarik

6
KEKUASAAN QURAISY 400-600 M.

peziarah dari seluruh wilayah Arab. Zamzam merupakan air yang terbaik dan
paling mulia, yang paling berharga dan paling bernilai bagi manusia

Anda mungkin juga menyukai