Anda di halaman 1dari 30

EDITOR

M. AMAN.S.Ag.,M.Pd,I

PENULIS : ANONAME
REFERENSI : BUNGA RAMPAI WEBSETS 101122

M. AMAN 101122
KARAWANG 10 NOVEMBER 2022

1
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 2

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَح مد‬

*Nenek Moyang Nabi Muhammad ‫* صلى هللا عليه وسلم‬

Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah
pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan
menghormatinya.

"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin
tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam
yang sejuk!" demikian keputusan Hasyim.

Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam,
ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal, saat itu makanan amat
sulit didapat.

"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru
penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang


makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan
pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin. Demikian pandainya
penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi
mereka.

Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran
luar biasa. Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi
kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.

Pembagian Urusan

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:

Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah,

Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah,

Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin, Qiyadah : Mengatur
urusan peperangan.

Percaya Takhayul

2
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu
kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri. Sepanjang
hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum tahu kesialan
macam apa yang akan menimpanya.

Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka percaya
jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika
burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut
At Tathayyur

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga
percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut
sehingga orang merasa lapar.

"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah
pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar
membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin ini,
aku merasa jauh lebih kuat!".

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah
berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak
segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala.
Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap
keridhaan berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal
yang merusak.

Awal Mula Penyembahan Berhala

Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay
membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah, berhala
Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.

Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus
enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.

Gemar Mabuk dan Berjudi

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum
kecuali beberapa saja yang tidak.

Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang
berkumpul sambil tertawa.

3
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka
mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit.
Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut. Selain
berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat
itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru
agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-
angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.

Barm

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu
dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan
harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin.
Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut
barm

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 3

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَح مد‬

Perampok Kejam dan Tidak Sopan

Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang
tidak pernah melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi juga
orang yang dirampok. Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya menjadi
tawanan dan budak belian.

Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak
perempuannya sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah, ada pula
yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika mempunyai
anak perempuan.

Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang mati, keluarganya mengikat unta diatas
kuburan dan tidak memberikan makan serta minum sampai si unta mati. Mereka beranggapan
unta itu kelak akan menjadi tunggangan si mati.

4
Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada seekor
kuda dan membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang diikat itu mati terseret-seret.
Telinga atau hidung musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya dijadikan tempat
minum arak.

Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa
memakai pakaian.

Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.

Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat obat,
ahli astronomi, serta mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan buruk.

Memakan Bangkai Binatang

Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh
dimakan. Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka juga
suka meminum darah, binatang, dan makanan darah yang dibekukan.

Muthalib

Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika melewati Yatsrib, (di kemudian hari
disebut Madinah), Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan terpandang.

"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang Yatsrib.

"Dia adalah Salma binti Amr."

"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."

Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah.
Hasyim tinggal di Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim melanjutkan
perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah
kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.

Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah. Sementara itu,
sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik
Hasyim yang bernama Al Muthalib.

Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang
Quraisy menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti Sang Dermawan.

Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang tinggal di Yatsrib, sedang
tumbuh remaja.

"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,

5
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang untuk
melanjutkan kekuasaan ayahnya menggantikan aku."

Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia tersentak,

"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."

"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.

"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan tetap tinggal di sini," jawab Syaibah

Syaibah

Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain
Syaibah, Hasyim telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal di Mekkah.

ABDUL MUTHALIB

"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab Salma.

"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang senantiasa mengingatkan aku akan wajah
ayahnya".

"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,

"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pasti akan senang
sekali menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa sayangku
timbul kepadanya. Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan berdiri di hadapanku.

Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya dan Mekah
adalah tanah suci yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke
sana dan melanjutkan pemerintahan ayahnya?".

Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu
tetap tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah bukan di Yatsrib, melainkan di
Mekkah. Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."

Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk
membonceng unta di belakang pamannya.

Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di belakang Al
Muthalib adalah budaknya.

"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.

"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku, Hasyim!"

6
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun
terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak menjadi kakek Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 4

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل ُمَح مد‬

Harta Abdul Muthalib

Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana
Hasyim, bapaknya.

Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.

Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul
Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib. Orang-orang Yatsrib
mengirimkan 80 pasukan berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta Hasyim kepada
Abdul Muthalib

Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang
orang sepanjang zaman.

Sumber Air Mekah

Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur
yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.

MENGGALI SUMUR ZAMZAM

Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun. Namun,
Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air yang
menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.

"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku harus menemukan kembali Sumur
Zamzam yang telah dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi
penduduk Mekah."

7
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, "Aku harus menemukannya! Aku harus
menemukannya!"

Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang) dan
memanggil putra satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali Sumur
Zamzam!"

Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam
berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak juga
ditemukan.

"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.

"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya! Orang-orang Mekah
akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"

Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.

Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.

"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita,
Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?"

Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.

Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail ‫ عليه ااسالم‬pernah mencoba
menggali Zamzam tapi tidak berhasil.

Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal
emas agar Sumur Zamzam ditemukan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 5

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح مد‬

Bernadzar

Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah
semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur
Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban
untuk Tuhan."

8
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang
anak laki-laki. Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak. Dipanggilnya
kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.

"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku
10 orang anak laki-laki."

Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan
yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.

"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena,
aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya."

Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (Nanak panah) meminta setiap anak menulis
namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan
berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.

Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.

"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa
membatalkan nadzarmu!"

Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang
menyetujui niatnya itu?

Menemukan Zamzam

Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia
bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan Sumur Zamzam itu, wahai
Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!"

Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak Harits
menggali dan menggali lebih giat.

Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.

"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama
lain.

Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.

"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya.

"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"

9
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah
ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang
berbondong-bondong.

"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.

"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan
qidh (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak
panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."

Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata,
anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah.
Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para
tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.

Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak
laki-laki yang dapat membantunya.

Pedang dan Pelana Emas

Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas
ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 6

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح مد‬

TEBUSAN SERATUS UNTA

Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di
dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah
biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun,
masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya,
kekerasan hatinya pun luluh.

"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"

"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin
Abdullah dari suku Makhzum.

Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.

10
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.

"Sepuluh ekor unta."

"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan
anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai
nama unta yang keluar."

Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar
adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi
lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus
jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.

"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.

"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan sampai 3 kali."

Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun
disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka
beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.

Keturunan Dua Orang yang Disembelih

Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,

"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."

Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.

Si Penguasa Yaman

Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari
Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah
oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.

"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru
Abrahah kepada para menterinya.

"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan
oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka
pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang menteri.

"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman,
mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak
berarti lagi dan dilupakan orang!"

11
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"

"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling
mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau!

Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!"

Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang
Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.

"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"

kata Abrahah kepada bawahannya,

"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan
seindah ini!"

Bendungan Ma'rib

Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal
dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah
Bendungan Raksasa Ma'rib. Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya
sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 7

Penyerbuan

Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat mencintai
rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun
indahnya bangunan itu dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak sah jika tidak
mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru
itu. Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong berziarah ke Mekah.

"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.

"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin!
Jika bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak akan punya pilihan
lain selain datang ke tempat kita!"

12
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah
sendiri naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.

"Maju!" perintahnya.

Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke
medan perang. Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk
Jazirah Arab terkejut. Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-
orang Arab menjulang tinggi di hadapan musuh.Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab,
mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan
dan ditawan.

Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia juga
dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.Al QullayusAl Qullayus adalah nama
gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke gereja ini.
Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah
sudah mendarah daging. Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al
Qullayus dan membuat kerusakan di dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk
menghancurkan Ka'bah.

Sikap Penduduk Mekah

"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur!"

Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib untuk
bertempur. Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia.
Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak, "Tidak, kita tidak akan
mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah tidak
akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak
menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling
kota."

Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka
Mekah."Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada
Abrahah."Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya
Abrahah."Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan
sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur."Abrahah menggeleng, "Tidak.""Kalau begitu,
kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu
dia pergi.Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi
Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.Tidak ada yang
mampu menghalangi kekuatan sebesar itu Catatan Abrahah Al Asyram

13
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dari negeri Habasyah di Afrika,
kemudian menduduki Yaman.70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil
mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah
Abrahah memerintah Yaman.

Bersambung-

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 9

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح مد‬

Pernikahan Abdullah dengan Aminah

Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah binti
Wahb. Aminah adalah gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di kalangan suku
Quraisy.

Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh menjulang
tinggi. Dedaunan kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu, padang-padang rumput
dipenuhi harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.

Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi perdagangan
musim panas ke Syria. Abdullah pun berniat pergi musim ini.

"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi
kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap dapat menemukan suatu alasan untuk
menahan kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.

Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu
besar rasa sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus berada di sisiku."

"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu, Kanda."

Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah
pemuda tak berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor kambing perah. Selain itu, tak ada
lagi kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan daging kering.
Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."

Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia memandang kepergian Abdullah


dengan sendu, seolah itu adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.

Hamzah bin Abdul Muthalib

14
Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya yang
bernama Hala. Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah yang seusia dengan
beliau.

Abdullah Meninggal

Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza. Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah
di Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya
dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.

"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-
kawannya. "Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh sakit."

Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."

Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di rumah, mereka menyampaikan pesan
Abdullah kepada Abdul Muthalib.

"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah
keadaan adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."

Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya
adalah wajah-wajah duka.

"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya, "mari, kami antar engkau ke pusaranya."

Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah. Melelehlah air mata di pipi Abdul
Muthalib. Namun, kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah. Apalagi di saat itu ia
tengah menantikan kelahiran bayinya.

"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini,
tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi kita."

Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar
yang mengubah jalannya sejarah dunia.

Peninggalan Abdullah

Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan
seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah.
Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah.

Bersambung

15
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 10

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح مد‬

Kelahiran Muhammad ‫صلى هللا عليه وسلم‬

Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada tahun yang sama dengan penyerbuan
Abrahah (tahun gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat itu bertepatan dengan
bulan Agustus tahun 570 Masehi. (Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan
pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).

Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah kepada Abdul Muthalib dan katakan,
'Sesungguhnya telah lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan lihatlah '."

Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi itu dari pelukan Aminah, dadanya
bergemuruh dipenuhi rasa sayang.

"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh, di hatiku kini dirimu hadir sebagai
pengganti Abdullah."

Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah.
Kali ini tidak kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib berdoa dan bersyukur.

"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.

Muhammad berarti terpuji, sebuah nama yang tidak umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi
cukup dikenal.

Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih unta dan mengundang makan


masyarakat Quraisy.

"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya seseorang kepada Abdul Muthalib.

"Muhammad."

"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek moyang kita?"

"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di
bumi," jawab Abdul Muthalib.

Cahaya Aminah

16
Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat seberkas sinar keluar dari perutnya
dan dengan sinar tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.

Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku tradisi yang baik, yakni mereka mencari
wanita-wanita desa yang bisa menyusui anak-anaknya.

Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan
agar dapat belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.

Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari
bayi untuk disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama Halimah binti Abu Dzu'aib.

"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun kering tak ada tersisa sedikit pun hasil
panen di kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi menghasilkan susu sehingga anak-
anak menangis pada malam hari karena lapar."

"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang dapat memberi kita upah yang layak
untuk menanggulangi kesengsaraan ini," jawab sang suami.

Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi bangsawan kaya telah diambil oleh
teman-teman serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam gendongan ibunya yang mereka
temui.

"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan
kakeknya yang merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul Uzza saling
berpandangan.

Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada Ayah yang dapat memberi mereka upah
yang layak. Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi lain, Aminah memandangi
bayi dalam dekapannya dengan sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran untuk
menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak yatim.

Tsuwaibah

Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad disusui Tsuwaibah budak perempuan
Abu Lahab. Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.

Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya Muhammad selalu memperlakukan


Tsuwaibah dengan baik.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

17
Bagian 11

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح مد‬

Halimah

Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka melihat semua kawan mereka telah
mendapatkan bayi untuk dibawa pulang dan disusui.Melihat itu, Halimah berkata kepada
suaminya, "Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang tanpa membawa bayi. Demi
Allah, aku akan pergi kepada anak yatim itu dan mengambilnya.""Tidak salah kalau engkau mau
melakukannya. Semoga Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim tersebut."

Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah dan membawa Muhammad ke
dusun mereka. Aminah melepas bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega karena
akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih karena harus berpisah dengannya selama dua
tahun ke depan."Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah dengan pipi yang hangat
dialiri air mata.Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku tidak merasa repot
membawanya, seakan-akan tidak bertambah beban."Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.

"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah kepada suaminya.Setelah menyusui
Muhammad, Halimah menyusui bayinya sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah
itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap."Anak kita tidur dengan lelap," bisik
Halimah kepada suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa tidur karena ia rewel
terus sepanjang malam."Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua mereka ternyata
kini menghasilkan susu.

"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak menghasilkan susu setetes pun," gumam
Harits.Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang."Malam ini benar-benar malam
yang indah, " kata Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan kita pun bisa beristirahat
dengan perut kenyang.""Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah mengambil anak
yang penuh berkah.""Demi Allah, aku pun berharap demikian."Kebanggaan Rasulullah

Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni. Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan
bangga, "Aku adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku anak suku Quraisy yang
menyusui di Bani Sa'ad bin Bakr."

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Keberkahan

Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti sampai di situ. Ketika dalam
perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad, terjadi hal yang mengherankan."Suamiku, tidakkah
engkau melihat hal yang aneh pada keledai tungganganku?" tanya Halimah."Saat kita pergi,

18
keledai ini berjalan pelan sekali," Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan cepat seolah
tak kenal lelah. Padahal, beban yang dibawanya cukup berat."Keledai itu berjalan cukup cepat
sehingga bisa menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad lainnya yang telah berjalan
lebih dulu.

"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu keheranan, "tunggulah kami! Bukankah
ini keledai yang engkau tunggangi saat kita pergi?""Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini
memang keledaiku yang dulu.""Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"Ketika tiba
di rumah, Halimah dan Harits tambah terkejut."Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.

"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur! Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak
tanah yang hijau

KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 12

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَح مد‬

Muhammad Kembali Ke Dusun

Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada Aminah. Alangkah bahagianya


Aminah bertemu lagi dengan putra tunggalnya itu."Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak
yang tegap dan sehat!" ujar Aminah.Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata
berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah merawat Muhammad dengan baik,
bagaimana aku harus berterimakasih?"

Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah. Sebenarnya mereka merasa berat berpisah
dengan Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu, sejak Muhammad datang,
kehidupan mereka dipenuhi keberkahan."Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi
membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab, aku khawatir ia terserang
penyakit menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah," pinta Halimah.

Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan ada benarnya, tetapi hatinya bimbang
karena hampir tak sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul Muthalib datang.
Bangga sekali ia melihat pertumbuhan cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia
berkata:"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai ia berusia lima tahun,"
kata Abdul Muthalib, "agar ia di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa mendengarkan
bahasa Arab yang murni dengan fasih pula."Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas
Muhammad demi masa depan putranya sendiri."Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku,
setelah itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.Akhirnya, Muhammad pun
dibawa kembali ke dusun Bani Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa yang
sangat mengguncangkan.

19
‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Pembelahan Dada

Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur
Muhammad belum lagi genap tiga tahun.Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan
kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah seorang putra Halimah datang berlari-lari
sambil menangis."Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik."Saudaraku yang dari Quraisy
itu! Dia diambil oleh seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan. Perutnya dibelah sambil
dibalik-balikkan!"

Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad. Mereka menemukan anak itu sedang
sendiri. Wajah Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya memperhatikan wajah
Muhammad baik-baik."Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka."Aku didatangi oleh
seorang laki-laki berpakaian putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka mencari
sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang mereka cari."Tanpa bertanya lagi Halimah segera
membawa Muhammad pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan."Aku takut Muhammad didatangi
dan digoda oleh jin" kata Halimah kepada suaminya."Lebih baik kita membawanya kembali ke
Mekah," jawab Harits

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 13

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

*Percakapan dengan Aminah *

Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan menyerahkan Muhammad kepada ibunya.
Aminah menerima kedatangan mereka dengan rasa heran, "Mengapa engkau mengantarkannya
kepadaku, wahai ibu susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal denganmu?"

"Ya," jawab Halimah, "Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah menyelesaikan apa
yang menjadi tugasku. Aku merasa takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya. Jadi, ia
aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau inginkan."

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah, "berkatalah dengan benar kepadaku."Halimah
terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa berat, "Ada dua orang berbaju putih membawanya ke
puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu dari dalam dadanya."Setelah berkata
demikian, Halimah mengangkat wajahnya memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah
Aminah demikian tenang."Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?" tanya Aminah.

20
Halimah mengangguk, "Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga cepat-cepat
mengembalikannya kepadamu."Aminah menarik napas."Demi Allah," katanya, "Setan tidak
akan mendapatkan jalan untuk masuk ke dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan
menjadi orang besar di kemudian hari. Ketika aku mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari
perutku. Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana Busra di Syam menjadi terang-
benderang. Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung yang lebih ringan dan
lebih mudah seperti yang kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan tangannya di
tanah dan kepalanya menghadap ke langit."Halimah mendengar semua itu dengan takjub.
Aminah menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut, "Biarkan ia bersamamu dan pulanglah
dengan tenang."Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-lagi terjadi sebuah
peristiwa yang akhirnya membuat Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Orang-Orang Habasyah

"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah
5 tahun. Ia sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu anak-anak Halimah. Mereka
sedang menggembala kambing. "Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima, anak
perempuan sulung Halimah sambil tertawa.Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada
beberapa orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan mereka."Lihat, Kak! Itu Ibu
datang!" seru Muhammad.Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat Halimah
datang menjemput. Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai beberapa bayangan
yang sedang mengintai sambil berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar ketika orang-
orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad."Paman mau apa?" tanya Muhammad."Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat
punggungmu!" perintah salah seorang dari mereka.Muhammad membalikkan badan, lalu orang-
orang Habasyah itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka
berbalik ke tempat semula dan kembali berunding berbisik-bisik.

"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa yang mereka bicarakan!" kata Halimah
kepada Muhammad dan saudara-saudaranya.Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-
orang Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang mereka katakan,

"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada raja di negeri kita. Kita telah
mengetahui seluk beluk tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan anak ini kelak
akan menjadi orang besar."Diam-diam, Halimah menjauh, "Aku harus melarikan Muhammad
dari mereka sekarang juga!"Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada InjilOrang-orang Nasrani
Habasyah itu tahu bahwa seorang Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka diperintahkan
mengikutinya seperti yang tertera pada Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,

21
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini,
yaitu akan dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia haruslah kamu dengar."

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Muhammad Menghilang

Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun dari kejauhan orang-orang Habasyah
itu terlihat bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal daerah itu dengan baik,
sehingga mereka bisa melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah walaupun dengan
susah payah.Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas menyiapkan Muhammad untuk
segera kembali ke Mekah. Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-saudaranya.
Syaima, Unaisah, dan Abdullah."Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima dengan
mata berkaca-kaca.Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu persatu. Kemudian,
berangkatlah Muhammad meninggalkan dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang
tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.Halimah mengelus kepala Muhammad
penuh sayang, "Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan ibu dan kakekmu."

Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba. Saat melalui kerumunan orang itulah,
Muhammad terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut orang-orang Habasyah itu diam-
diam masih mengikuti mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik Muhammad.

Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib, "Sungguh, pada malam ini, aku datang
dengan Muhammad, namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang dariku. Demi
Allah, aku tidak tahu di mana kini ia berada."Setelah memerintahkan orang untuk mencari,
Abdul Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada Allah agar Dia mengembalikan
Muhammad kepadanya.

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 14

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Abdul Muthalib Wafat

Muhammad ‫ ﷺ‬dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang sambil menangis hatinya pilu
karena kini sebatang kara. Muhammad ‫ ﷺ‬makin merasa kehilangan. Ia menjalani takdir
sebagai seorang anak yatim-piatu. Terasa olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin
sedih.Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya cerita keluhan duka kehilangan
ayahandanya semasa ia dalam kandungan.

22
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi untuk tidak kembali lagi, sebagaimana
ayahnya dulu. Muhammad ‫ ﷺ‬yang masih kecil itu kini memikul beban hidup yang berat,
sebagai seorang yatim-piatu.Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut kedatangan
cucunya itu dengan rasa iba yang dalam. Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah
kepada Muhammad ‫ﷺ‬.

Rasa duka Muhammad ‫ ﷺ‬mungkin agak ringan apabila kakeknya, Abdul Muthalib, dapat
hidup lebih lama lagi. Namun, Allah ‫سبحانه و تعال‬sudah menentukan lain. Pada usia 80 tahun, sang
kakek pun meninggal dunia. Saat itu, Muhammad ‫ ﷺ‬berusia delapan tahun. Ia mengiringi
jenazah kakeknya ke kubur sambil berlinangan air mata.Kenangan sedih sebagai anak yatim-
piatu membekas begitu dalam pada diri Rasulullah ‫ﷺ‬, sehingga di dalam Al Quran pun
disebutkan ketika Allah ‫ ﷻ‬mengingatkan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan nikmat yang dianugerahkan
kepadanya di tengah kesedihan itu, ‫َأَلْم َيِج ْد َك َيِتيًم ا َفآَو ٰى‬

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?Surah Ad-Duha
(93:6) ‫َو َو َج َدَك َض ااًّل َفَهَد ٰى‬

Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk.

Surah Ad-Duha (93:7)

Keluarga Umayyah

Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat bagi keluarga Hasyim. Tidak ada
anak-anak Abdul Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan, pandangan tajam,
terhormat, dan berpengaruh di kalangan Arab seperti dirinya. Kemudian keluarga Umayyah
tampil ke depan mengambil tampuk pimpinan yang memang sejak dulu mereka idam-idamkan,
tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari keluarga Hasyim.

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Diasuh Abu Thalib

Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang anaknya untuk mengasuh Muhammad
‫ﷺ‬. Ia tidak menunjuk Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak menunjuk Harist,
putranya yang tertua karena Harist adalah orang yang tidak mampu. Abdul Muthalib menunjuk
Abu Thalib untuk mengasuh Muhammad ‫ ﷺ‬karena sekalipun miskin, Abu Thalib memiliki
perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan Quraisy. Abu Thalib juga amat
menyayangi kemenakannya itu. Budi pekerti Muhammad ‫ ﷺ‬yang luhur, cerdas, suka
berbakti, dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia bahkan lebih mendahulukan
kepentingan Muhammad ‫ ﷺ‬daripada anak-anaknya sendiri.

Begitu pun sebaliknya, Muhammad ‫ ﷺ‬amat mencintai pamannya. Ia tahu pamannya


memiliki banyak anak kecil dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya tidak

23
pernah berhutang kepada orang lain. Abu Thalib lebih suka bekerja keras memeras keringat
untuk menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu, Muhammad ‫ ﷺ‬ikut bekerja seperti
anak-anak Abu Thalib yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu Thalib,
menggembalakan kambing, dan mencari rumput.

Abu Thalib merasa bahwa Muhammad ‫ ﷺ‬kelak akan menjadi orang yang bersih hatinya dan
dijauhkan dari dosa. Ia yakin, jika mengajak Muhammad ‫ ﷺ‬berdoa, Tuhan akan
mengabulkan permohonannya. Seperti yang dilakukannya ketika orang-orang Quraisy berseru
"Wahai Abu Thalib, lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda. Marilah berdoa
meminta hujan".

Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad ‫ﷺ‬. Ia menempelkan punggung Muhammad
‫ ﷺ‬ke dinding Ka'bah dan berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala penjuru, lalu
menurunkan hujan yang sangat deras hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 16

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Percakapan Buhaira

Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu yang kurang dari rombongan Quraisy
itu. Maka, ia kembali mengulangi permintaannya, "Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada
yang tidak makan makananku ini."Salah seorang Quraisy berkata, "Hai Buhaira, tidak ada
seorang pun tertinggal yang layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling kecil di
antara kami. Ia berada di tempat perbekalan rombongan."Buhaira menggeleng-geleng kepala,

"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan bersama kalian!."Orang-orang Quraisy
merasa malu. Salah seorang dari mereka bahkan berkata, "Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari
kami kalau putra Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ikut makan bersama kami."

Setelah Muhammad ‫ ﷺ‬dipanggil, Buhaira memeluknya dan mendudukkannya bersama


rombongan Quraisy yang lain. Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata
Buhaira tertuju kepada Muhammad ‫ ﷺ‬dengan seksama. Dari hasil pengamatannya itulah,
Buhaira mengambil kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat kenabian."Jamuan
selesai. Sambil mengucapkan terimakasih, rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju
tempat perkemahan mereka untuk beristirahat. Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad
‫ ﷺ‬pergi. Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara. "Hai anak muda," panggil Buhaira,

24
"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu
dan engkau harus menjawabnya."Wajah Muhammad ‫ ﷺ‬tampak berubah dan ia menjawab,

"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah,
tidak ada yang sangat aku benci melainkan keduanya."Buhaira tersenyum dan mengulangi
permintaannya, "Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu dengan menyebut nama
Allah dan engkau harus menjawab pertanyaanku."Wajah Muhammad ‫ ﷺ‬berubah cerah dan
ia mengangguk, "Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau tanyakan."

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Saran Buhaira kepada Abu Thalib

Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad ‫ﷺ‬, tentang tidur Muhammad
‫ﷺ‬, tentang postur tubuh Muhammad ‫ﷺ‬, dan banyak lagi hal lainnya. Muhammad ‫ﷺ‬
menjawab semua itu dan semua jawaban itu sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian,
Buhaira melihat punggung Muhammad ‫ ﷺ‬dan mendapati tanda kenabian di antara kedua
bahu Muhammad ‫ﷺ‬. Tanda kenabian itu seperti bekas orang berbekam.Setelah itu, Buhaira
mendekati Abu Thalib dan bertanya kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''''Iya, dia
anakku." Jawab Abu ThalibBuhaira menggeleng."Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak
pantas mempunyai ayah yang masih hidup"Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun
mengangguk.

"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"Buhaira mengangguk-angguk puas lalu
bertanya lagi. "Apa yang dikerjakan ayahnya?""Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih
berada dalam kandungan ibunya ""Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-dalam.
Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.

"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara mu ini ke negeri asalmu sekarang juga!
Jaga dia dari orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat padanya seperti apa yang
aku lihat, mereka pasti akan membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang besar pada
diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera bawa pulang dia ke negeri asalmu!"Abu Thalib
tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar.
Maka dari itu, segera setelah urusan perdagangannya selesai, Abu Thalib segera membawa
Muhammad ‫ ﷺ‬pulang. Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak pernah lagi pergi
berdagang ke tempat jauh demi melindungi keponakannya itu.Bushra (kota di mana Buhaira
tinggal)

Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah,
Madyan, Wadi Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra. Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan
Romawi sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan Badui pedalaman. Di kota ini,

25
Romawi memusatkan pasukan dan mengumpulkan pajak dari para kafilah. Bagi kafilah sendiri,
Bostra adalah pusat perdagangan paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak lebih ke Utara.

Bersambung

KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 17

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُمَحَّم د‬

Perlindungan Allah ‫ﷻ‬

Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh Buhaira, karena peringatan itu memang
beralasan. Segera, setelah Abu Thalib dan Sayyiduna Muhammad ‫ ﷺ‬meninggalkan rumah
Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab bernama Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira.
Ketiganya menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada Buhaira apakah ia juga
melihat seorang anak dengan ciri-ciri seperti ini dan itu.

Buhaira tahu bahwa mereka mencari Sayyiduna Muhammad ‫ﷺ‬. Rupanya, ketiga orang ini
juga telah mendengar tentang Sayyiduna Muhammad ‫ﷺ‬. Buhaira memandang senjata2 yang
mereka bawa dengan perasaan ngeri. Buhaira tahu mereka mencari Habibuna Muhammad ‫ﷺ‬
dengan maksud membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha memberikan perlindungan
kepada Sayyidina Muhammad ‫ﷺ‬.

Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya akan adanya kekuasaan Allah ‫ﷻ‬.
Diingatkannya bahwa bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu mendekati
Sayyiduna Muhammad ‫ ﷺ‬untuk membunuhnya.

Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam perkataan Buhaira. Batallah niat mereka
untuk mengejar dan membunuh Sayyiduna Muhammad ‫ﷺ‬, kemudian berlalulah mereka dari
hadapan Buhaira.

Allah ‫ ﷻ‬menjaga Baginda Muhammad ‫ ﷺ‬dari kejahatan dan kotoran-kotoran jahiliyah.


Allah membimbing Sayyiduna Muhammad ‫ ﷺ‬tumbuh menjadi orang yang paling ksatria,
paling baik akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik pergaulannya, paling agung sikap
santunnya, paling murni kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan akhlak yang mengotori
kaum lelaki sehingga semua orang menjulukinya "Al Amin" karena Allah ‫ ﷻ‬mengumpulkan
sifat-sifat itu pada diri Habibina Muhammad ‫ﷺ‬.

Kelak setelah menjadi Rasul, Habibuna Muhammad ‫ ﷺ‬bercerita tentang perlindungan Allah
‫ ﷻ‬kepadanya sejak masa kecil dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil Quraisy mengangkut batu untuk satu
permainan yang biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas baju untuk alas di atas

26
pundak (sebagai ganjalan) untuk memikul batu."Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun,
tiba-tiba seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya menamparku dengan tamparan yang
amat menyakitkan. Ia berkata, 'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil pakaianku dan
memakainya. Setelah itu, aku memikul batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian
dan tidak seperti teman temanku."

Membantu Paman Sayyiduna Muhammad ‫ ﷺ‬juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk
membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan Perang FijarSebagai seorang remaja yang
tumbuh di lingkungan Jazirah Arab. Sayyiduna Muhammad ‫ ﷺ‬juga mengalami perang.
Perang itu disebut Perang Fijar. Saat peperangan dimulai, Umur Sayyiduna Muhammad ‫ﷺ‬
memasuki lima belas tahun.

Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan. Barradz bin Qois dari Bani Kinanah
membunuh Urwa Ar-Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena Barradz jengkel ketika
Urwa dipilih untuk memimpin kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang kaya. Diam diam ,
Barradz mengikuti kafilah Urwa dari belakang dan membunuh Urwa.Padahal ketika itu adalah
bulan suci, bulan yang tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.

Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy
untuk membalas kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci. Selama empat tahun
berturut-turut, kedua belah pihak saling menyerang.Dalam pertempuran itu, awalnya Sayyiduna
Muhammad ‫ ﷺ‬bertugas memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan memberikannya
kepada paman-pamannya. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, beliau ‫ ﷺ‬juga meluncurkan
panah ke arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.

Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman: pihak yang menderita lebih sedikit
korban manusianya harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sejumlah selisih kelebihan
korban. Dalam hal ini, pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban harus membayar
kelebihan korban sebanyak dua puluh orang Hawazin.

Barradz bin Qois

Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah seorang pemabuk. Karena merusak citra
sukunya, dia diusir dan mendapat naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat dan
membuat onar kemudian diusir lagi. Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan,
menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois diusir lagi, karena terus berbuat onar.

Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah, Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika
Barradz bin Qois membunuh Urwa bin Utba.

Bersambung

27
KISAH RASULULLAH ‫ﷺ‬

Bagian 20

Khadijah

Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan anggun. Setelah ayah dan ibunya
meninggal, saudara-saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan peninggalan orangtuanya.
Namun, Khadijah sadar bahwa kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan berfoya-
foya.

Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan sikap untuk mengatasi godaan harta.
Maka dari itu, Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya sendiri berbekal
warisan orangtuanya.

Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa kalau pun tidak mendapat harta
warisan, dia mampu mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya sendiri.

Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu orang-orang miskin, janda, anak-anak
yatim, dan orang-orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu, Khadijah menikahkan
dan memberi mas kawinnya. Khadijah lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi
dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya, dia juga mau menerima saran-saran
orang lain. Khadijah tidak menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan bawahan. Dia
menganggap bawahan sebagai rekan kerja yang pantas dihormati.

Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu, biasanya dia minta bantuan seorang agen,
jika sebuah kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar negeri. Orang yang dimintai bantuan
itu bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya untuk dijual ke pasar-pasar asing.
Khadijah sangat teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai merencanakan waktu
keberangkatan kafilah dan tempat tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada waktu
dan tempat yang tepat.

Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar, sampai-sampai jika sebuah kafilah
Quraisy berangkat dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya adalah harta perdagangan
milik Khadijah. Dia seperti mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia menyentuh debu,
debu ini akan berubah menjadi "emas". Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu
Quraisy" atau "Ratu Mekah".

Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah ‫ ﷻ‬tidak akan menjadikan Khadijah
(kelak) sebagai istri seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama yang membuatnya
sepadan dengan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.

Catatan

28
Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung bergerak. Hewan beban berjumlah 1000
sampai 2500 ekor dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah perlu organisasi yang
baik, biaya besar, dan keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh anggota kafilah harus
berani menyabung nyawa untuk mempertahankan harta yang dibawanya.

Wanita Suci

Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin Naufal. Waraqah adalah sanak
saudara Khadijah yang paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab Jahiliah yang
menyembah berhala sehingga menyimpang jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim ‫َع َلْيِه الَّساَل م‬
dan Nabi Ismail ‫َع َلْيِه الَّساَل م‬. Waraqah sendiri adalah hamba Allah ‫ ﷻ‬yang setia dan lurus. Dia
tidak pernah meminum minuman keras dan berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin
yang membutuhkan pertolongannya.

Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin Naufal. Khadijah juga sangat membenci
berhala dan patung-patung sesembahan. Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah
pengikut setia ajaran Nabi Ibrahim ‫ َع َلْيِه الَّساَل م‬dan Nabi Ismail ‫َع َلْيِه الَّس اَل م‬. Jika mendengar ada
seorang anak perempuan akan dikubur hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan segera
menemui sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan yang menjadi alasan rencana
pembunuhan itu, Khadijah dan Waraqah akan membeli anak itu dan membesarkannya seperti
anak kandung sendiri.Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak menyesali
perbuatannya dan mengambil putrinya kembali. Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu
bahwa bahwa anak itu akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah itu barulah dia
mengizinkan sang Ayah membawa pulang anaknya kembali.

Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan penuh keteladanan ini membuat semua
orang menjulukinya juga sebagai Khadijah At Thahirah atau Khadijah yang suci. Pertama
kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan merendahkan wanita.

Catatan

Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita terkenal. Di antaranya adalah : Hindun, istri
Abu Sofyan dan Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.

Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual keperluan wanita, seperti pakaian, parfum,
perhiasan emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang ini tidak memerlukan
banyak ruang, ringan dan laku keras di mana-mana.

Bersambung

29
30

Anda mungkin juga menyukai