Anda di halaman 1dari 347

02/09/21 13.

13 - Pesan dan panggilan terenkripsi


secara end-to-end. Tidak seorang pun di luar chat ini,
termasuk WhatsApp, yang dapat membaca atau
mendengarkannya. Ketuk untuk info selengkapnya.
02/09/21 13.13 - Anda telah membuat grup "Sirah Nabi
SAW"
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: ‫ال َّسالَ ُم عَ لَ ْي ُك ْم َورَ حْ م َُة هّٰللا ِ َوبَرَ َكا ُت ُه‬
Mohon ijin share forward-an.
*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬
*Bagian 1 Pendahuluan*
*JAZIRAH ARAB*
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas
gurun pasir. Ada banyak tanah subur yang telah dihuni
sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di
daerah pantai, seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan
Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah
subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai
tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil
gandum. Demikian banyak gandum yang dihasilkan
sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk Jazirah Arab yang ketika Nabi Muhammad
dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk
ditanami. Sementara itu, kota Thaif terkenal karena
buah-buahannya.
Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi
gunung dan bukit-bukit batu yang besar. Tidak ada
sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas.
Karenanya, penduduk Arab umumnya suka mengembara.
Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-
hewan ternak mereka.
*Unta*
Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk
gurun pasir. Ia dapat mengarungi gurun selama 17 hari
tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat
menempuh jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau
melahap ranting dan rumput pahit yang di jauhi
kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan
mengubahnya menjadi susu bermutu tinggi yang dapat
digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan,
bulunya dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka
alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut.
Kukunya dibakar dan diulek menjadi tepung untuk obat
luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai
bahan bakar. Unta adalah karunia Allah untuk penduduk
gurun pasir.

*Letak Mekah*
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke
arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia menghadapkan
diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu
luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit mengurung
lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma
ada tiga jalan untuk keluar dan masuk Mekah. Jalan
pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah
tempat persinggahan rombongan kafilah, baik yang
datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya,
yang datang dari Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail
lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi sebuah
kota.
*Pakaian Orang Arab*
Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian
mereka longgar, hangat pada musim dingin, dan sejuk
pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari
sengatan matahari serta angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua
helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ketiak.
Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai
kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta. Warnanya
krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat
atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat
longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya berlurik
merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna
hitam atau putih. Tudung kepala berwarna merah, putih,
atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari
debu dan badai pasir.
*Badui*
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka
adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi mereka
sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam
alam yang keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas,
para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya.
Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam
kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang
memberi, dan sangat menghormati tamu. Mereka juga
tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga
sangat mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang
Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah
orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan
wadah makanan di lutut. Dengan demikian, tidak bisa
dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬diutus. Berkat bimbingan Nabi
Muhammad lah orang orang Badui dari padang pasir yang
sunyi ini mampu mengguncang dunia. Merekalah yang
akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang
besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi,
perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh
kisah Nabi Ibrahim ‫عَ لَ ْي ِه السَ الَ ُم‬.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
*Bersambung*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
*Bagian 2*
*Nenek Moyang Nabi Muhammad ‫*ﷺ‬
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama
Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat
dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi
dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian
menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah
berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas,
giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian
keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada
suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa
persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal,
saat itu makanan amat sulit didapat.
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami
dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi
pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan
sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang
datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas
maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk
Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain
yang mampu menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu,
masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.
Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah
alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga
sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di
tempat ini.
*Pembagian Urusan*
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
_Hijabah_ : Pemegang kunci Ka'bah,
_Siqayah_ : Penyedia air dan makanan buat para
peziarah,
_Rifadah_ : Mengatur pembagian dana dari orang kaya
untuk fakir miskin,
_Qiyadah_ : Mengatur urusan peperangan.
*Percaya Takhayul*
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan
tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan
melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya
berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi
murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun
belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada
takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang
mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa
mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke
kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini
disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati,
rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa
di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang
menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada
temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian
seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya
uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-
coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan.
Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala
berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan
kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan
binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh
berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati
mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap
keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih
melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
*Awal Mula Penyembahan Berhala*
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika
seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar
bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di
Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya
orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw.
Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala
yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
*Gemar Mabuk dan Berjudi*
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak.
Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa
saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol
minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai.
Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang
kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah
kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta
dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta
tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka
juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang
amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan,
setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih
banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka
meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman
keras.
*Barm*
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari
orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam
kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong
dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang
dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini
dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut
barm.
*Bersambung*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 3
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Perampok Kejam dan Tidak Sopan*
Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa.
Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak pernah
melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta
dan benda, tetapi juga orang yang dirampok. Perampok
biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya
menjadi tawanan dan budak belian.
Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai
melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya
sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke
dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan
diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.
Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang
mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan
tidak memberikan makan serta minum sampai si unta
mati. Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi
tunggangan si mati.
Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam.
Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan
membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang
diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau hidung
musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.
Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun,
Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.
Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.
Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai
membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta
mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan
buruk.
*Memakan Bangkai Binatang*
Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang
dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan.
Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya,
dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah,
binatang, dan makanan darah yang dibekukan.
*Muthalib*
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika
melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah),
Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan
terpandang.
"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang
Yatsrib.
"Dia adalah Salma binti Amr."
"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."
Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun
menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim tinggal di
Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim
melanjutkan perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir
Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah
kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.
Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Syaibah. Sementara itu, sepeninggal
Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah
dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang
dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy
menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti
Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya
yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.
"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka
Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan
kekuasaan ayahnya menggantikan aku."
Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia
tersentak,
"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."
"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.
"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan
tetap tinggal di sini," jawab Syaibah
*Syaibah*
Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban)
di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim
telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal
di Mekkah.
*ABDUL MUTHALIB*
"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab
Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang
senantiasa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".
"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga
menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali
menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat
wajah anak ini, rasa sayangku timbul kepadanya.
Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan
berdiri di hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah
adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah tanah suci
yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah
pantas putramu pergi ke sana dan melanjutkan
pemerintahan ayahnya?".
Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca.
Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu tetap
tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah
bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia
pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."
Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya
itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang
pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka
bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah
budaknya.
"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!"
panggil mereka kepada Syaibah.
"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku,
Hasyim!"
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian
sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah
itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak
menjadi kakek Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 4
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Harta Abdul Muthalib*
Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi
seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya
dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta
ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun
meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di
Yatsrib. Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan
berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan
sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang
zaman.
*Sumber Air Mekah*
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi
tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun
Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari
beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
*MENGGALI SUMUR ZAMZAM*
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan
orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib
tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu
pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air
yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku
harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah
dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air
dan makanan bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya,
"Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat
untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra
satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan
menggali kembali Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di
mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah
beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat,
Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.
"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata
Harits.
"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus
menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik
jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat
perbuatan mereka dengan heran.
"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib?
Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah
menggalinya, tapi tidak berhasil?"
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi
Ismail ‫ عليه ااسالم‬pernah mencoba menggali Zamzam tapi tidak
berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji
berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur
Zamzam ditemukan.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 5
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Bernadzar*
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10
anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku
tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang
menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10
anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban
untuk Tuhan."
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul
Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki.
Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak
memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak
itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi
dan dicintainya.
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang
di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak
laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan
itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa
di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara
kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat
memanggil juru qidh untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh
(Nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya
masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak
panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak
yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan
melarangnya melakukan perbuatan itu.
"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah
kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak
kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui
niatnya itu?
*Menemukan Zamzam*
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib
tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi
mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan
Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur
Zamzam! Temukan!"
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat
baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan
menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah
menjadi tawa.
"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan
akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara
berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib
saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-
pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz
bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang
Quraisy datang berbondong-bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas
itu!" pinta mereka.
"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara
aku dan kamu sekalian dengan permainan _qidh_ (anak
panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan
dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia
mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-
apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-
tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah
Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah
Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul
Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam
memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat
ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang
dapat membantunya.
*Pedang dan Pelana Emas*
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu
Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam
rumah suci itu sebagai perhiasan.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 6
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*TEBUSAN SERATUS UNTA*
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun
Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam
yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila.
Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan
pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun,
masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib
melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun
luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala
tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita,
kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku
Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui
seorang dukun di Yatsrib.
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor
unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika
yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya,
kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan
anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah.
Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi.
Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.
Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah
terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai
100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.
"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan
sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah
nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan
dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan
karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
*Keturunan Dua Orang yang Disembelih*
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek
moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
*Si Penguasa Yaman*
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah
peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman,
sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan
Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang
penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh
bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah
kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama
Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh
penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat
berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah
menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah
seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu
kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai
sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di
Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan
orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru
yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah!
Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita
miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam
yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin
gereja itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah
yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu
mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan
datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua
mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
*Bendungan Ma'rib*
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum
datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan
kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan
yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib.
Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke
negeri lain.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 7
*Penyerbuan*
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi.
Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba
Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah
suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu
dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak
sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk
Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu.
Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong
berziarah ke Mekah.
"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.
"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan
Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan
tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab
tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat
kita!"
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena
pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik
di atas gajah yang paling besar dan kuat.
"Maju!" perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh
gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk
menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut.
Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa
kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di
hadapan musuh.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan
masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan
tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.
Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah
Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan
dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.
*Al Qullayus*
Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah
agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke
gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab
marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah
mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi
memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di
dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk
menghancurkan Ka'bah.
*Sikap Penduduk Mekah*
"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan
kepada setiap orang untuk bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta
pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul
Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan,
semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan.
Karena itu, ia menjawab dengan bijak,
"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah
telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah
tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin
menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak
menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi
mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah
bersama beberapa orang pemuka Mekah.
"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu,"
kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain
yang engkau minta?" tanya Abrahah.
"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika
engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari
daerah Tihama yang subur."
Abrahah menggeleng, "Tidak."
"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada
Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia
pergi.
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi.
Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan
Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu
Catatan
*Abrahah Al Asyram*
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia
datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian
menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil
mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian
dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah
Yaman.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 8
*Kehancuran Abrahah*
Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika
pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah
berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah
itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha
berjalan lagi ke arah Yaman.
"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah
pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu
mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak
ketakutan! Ada apa sebenarnya?"
"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak
seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan
burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari
seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke
arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha
menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang,
termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam *surat Al Fil* :
ِ ‫أَلَ ْم َترَ َك ْيفَ َفعَ َل رَ بُّكَ ِبأَصْ حَ ا‬
ِ ‫ب ْالف‬
‫ِيل‬
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
telah bertindak terhadap tentara bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
‫ِيل‬ٍ ‫أَلَ ْم َيجْ عَ ْل َكيْدَ ُه ْم فِي َتضْ ل‬
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?
Surah Al-Fil (105:2)
ِ ‫َوأَرْ سَ َل عَ لَي ِْه ْم َطيْرً ا أَب‬
‫َابي َل‬
dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong,
Surah Al-Fil (105:3)
ٍ ِ‫م ِبحِجَ ارَ ٍة مِنْ س‬3ْ ‫ِيه‬
‫جِّيل‬ ِ ‫َترْ م‬
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah
yang terbakar,
Surah Al-Fil (105:4)
‫ول‬3ٍ ‫ف مَأْ ُك‬ ٍ ْ‫َفجَ عَ لَ ُه ْم َكعَ ص‬
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan (ulat).
Surah Al-Fil (105:5)
*Wabah Penyakit*
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa
burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar.
Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan
tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama
setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
*Kembali ke Mekah*
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih
karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan
parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.
Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah
ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar
biasa yang tidak pernah dialami seorang pun
sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha
menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.
*Gadis yang Meminang*
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng
tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.
Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul
Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan
putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur
Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"
"Aku akan pergi bersama ayahku."
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata,
"Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya
seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau,
aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku
sekarang juga."
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan
gugup.
"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari
pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti
seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam
memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa
dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan
penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan
kepadanya?"
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya
Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus
melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak
kehendaknya dan berpisah dengannya.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya
dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang
ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin
Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah
dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis
yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau
tidak menyapaku seperti kemarin?"
Gadis itu menjawab dengan ketus,"Sinar berseri-seri
yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada
lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak
membutuhkanmu!"
*Sinar Kenabian*
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah
Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar
kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada
putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka
gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki
putra yang kelak menjadi nabi.
*Bersambung*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 9
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Pernikahan Abdullah dengan Aminah*
Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat
untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb. Aminah adalah
gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di
kalangan suku Quraisy.
Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang
gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi. Dedaunan
kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu,
padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang
tumbuh di kebun-kebun.
Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan
dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria.
Abdullah pun berniat pergi musim ini.
"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas
kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi
kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap
dapat menemukan suatu alasan untuk menahan
kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.
Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa
tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu besar rasa
sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus
berada di sisiku."
"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu,
Kanda."
Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam
perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak
berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor
kambing perah. Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang
dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan
daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk
pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."
Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia
memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu
adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah
suaminya.
*Hamzah bin Abdul Muthalib*
Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul
Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala.
Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah
yang seusia dengan beliau.
*Abdullah Meninggal*
Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza.
Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di
Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara
ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak
mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.
"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang,"
kata Abdullah kepada kawan-kawannya. "Kalian
berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa
aku jatuh sakit."
Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan
pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."
Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di
rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul
Muthalib.
"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra
sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan
adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."
Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah
paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah
wajah-wajah duka.
"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya,
"mari, kami antar engkau ke pusaranya."
Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah.
Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun,
kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah.
Apalagi di saat itu ia tengah menantikan kelahiran
bayinya.
"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah
seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini,
tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi
kita."
Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang
kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang
mengubah jalannya sejarah dunia.
*Peninggalan Abdullah*
Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta,
sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan
bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh
Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal
dari Habasyah.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 10
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Kelahiran Muhammad ‫*صلى هللا عليه وسلم‬
Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada
tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun
gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat
itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi.
(Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan
pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).
Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah
kepada Abdul Muthalib dan katakan, 'Sesungguhnya telah
lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan
lihatlah '."
Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi
itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi
rasa sayang.
"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh,
di hatiku kini dirimu hadir sebagai pengganti
Abdullah."
Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong
cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali ini tidak
kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib
berdoa dan bersyukur.
"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.
*Muhammad* berarti *terpuji*, sebuah nama yang tidak
umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup
dikenal.
Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih
unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.
"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya
seseorang kepada Abdul Muthalib.
"Muhammad."
"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek
moyang kita?"
"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan
di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul
Muthalib.
*Cahaya Aminah*
Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat
seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar
tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.
Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku
tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita
desa yang bisa menyusui anak-anaknya.
Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari
penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat
belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.
Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan
wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk
disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama
Halimah binti Abu Dzu'aib.
"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun
kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di
kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi
menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada
malam hari karena lapar."
"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang
dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi
kesengsaraan ini," jawab sang suami.
Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi
bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman
serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam
gendongan ibunya yang mereka temui.
"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan
tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan kakeknya yang
merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul
Uzza saling berpandangan.
Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada
Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak.
Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi
lain, Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan
sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran
untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak
yatim.
*Tsuwaibah*
Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad
disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab.
Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.
Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya
Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.
*In syaa Allah bersambung....*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 11
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Halimah*
Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka
melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi
untuk dibawa pulang dan disusui.
Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,
"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang
tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada
anak yatim itu dan mengambilnya."
"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga
Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim
tersebut."
Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah
dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas
bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega
karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih
karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke
depan.
"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah
dengan pipi yang hangat dialiri air mata.
Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku
tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak
bertambah beban."
Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.
"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah
kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya
sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah
itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada
suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa
tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."
Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua
mereka ternyata kini menghasilkan susu.
"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak
menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.
Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.
"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata
Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan
kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."
"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah
mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."
*Kebanggaan Rasulullah*
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni.
Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, "Aku
adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku
anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin
Bakr."
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Keberkahan*
Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti
sampai di situ.
Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad,
terjadi hal yang mengherankan.
"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada
keledai tungganganku?" tanya Halimah.
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali,"
Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan
cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang
dibawanya cukup berat."
Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa
menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad
lainnya yang telah berjalan lebih dulu.
"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu
keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang
engkau tunggangi saat kita pergi?"
"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang
keledaiku yang dulu."
"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"
Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah
terkejut.
"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.
"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur!
Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah
pun yang lebih gersang dari ini!"
"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita
jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah
dan meminum susu mereka setiap hari."
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama
mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini
tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
*(Ada sambungnya)...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 12
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Muhammad Kembali Ke Dusun*
Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada
Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan
putra tunggalnya itu.
"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan
sehat!" ujar Aminah.
Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata
berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah
merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus
berterimakasih?"
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah.
Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan
Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu,
sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi
keberkahan.
"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi
membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi
besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit
menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah,"
pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan
ada benarnya, tetapi hatinya bimbang karena hampir tak
sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul
Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan
cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia
berkata:
"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai
ia berusia lima tahun," kata Abdul Muthalib, "agar ia
di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa
mendengarkan bahasa Arab yang murni dengan fasih
pula."
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas
Muhammad demi masa depan putranya sendiri.
"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah
itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani
Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa
yang sangat mengguncangkan.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Pembelahan Dada*
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga
Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur Muhammad
belum lagi genap tiga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing
bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah seorang
putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.
"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh
seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan.
Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"
Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad.
Mereka menemukan anak itu sedang sendiri. Wajah
Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya
memperhatikan wajah Muhammad baik-baik.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian
putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka
mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang
mereka cari."
Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad
pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan.
"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin"
kata Halimah kepada suaminya.
"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab
Harits
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 13
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Percakapan dengan Aminah*
Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan
menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima
kedatangan mereka dengan rasa heran,
"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu
susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal
denganmu?"
"Ya," jawab Halimah,
"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah
menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa
takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya.
Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau
inginkan."
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah,
"berkatalah dengan benar kepadaku."
Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa
berat, "Ada dua orang berbaju putih membawanya ke
puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu
dari dalam dadanya."
Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya
memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah
Aminah demikian tenang.
"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?"
tanya Aminah.
Halimah mengangguk,
"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga
cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."
Aminah menarik napas.
"Demi Allah," katanya,
"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke
dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi
orang besar di kemudian hari. Ketika aku
mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku.
Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana
Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung
yang lebih ringan dan lebih mudah seperti yang
kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan
tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit."
Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah
menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut,
"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."
Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-
lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat
Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Orang-Orang Habasyah*
"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni
bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia
sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu
anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing.
"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima,
anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.
Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa
orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan
mereka.
"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.
Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat
Halimah datang menjemput.
Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai
beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil
berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar
ketika orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa
memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad.
"Paman mau apa?" tanya Muhammad.
"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!"
perintah salah seorang dari mereka.
Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah
itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa
berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula
dan kembali berunding berbisik-bisik.
"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa
yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada Muhammad
dan saudara-saudaranya.
Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang
Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang
mereka katakan,
"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada
raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk
tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan
anak ini kelak akan menjadi orang besar."
Diam-diam, Halimah menjauh,
"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang
juga!"
*Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil*
Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang
Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka
diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada
Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala
saudaramu dan yang seperti aku ini, yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia
haruslah kamu dengar."
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Muhammad Menghilang*
Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun
dari kejauhan orang-orang Habasyah itu terlihat
bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal
daerah itu dengan baik, sehingga mereka bisa
melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah
walaupun dengan susah payah.
Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas
menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-
saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.
"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima
dengan mata berkaca-kaca.
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu
persatu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan
dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang
tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.
Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,
"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan
ibu dan kakekmu."
Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba.
Saat melalui kerumunan orang itulah, Muhammad
terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut
orang-orang Habasyah itu diam-diam masih mengikuti
mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik
Muhammad.
Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib,
"Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad,
namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang
dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia
berada."
Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul
Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada
Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 14
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Bertemu Kakek dan Ibunda*
Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama
Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy.
Keduanya menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib,
"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."
Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.
"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.
Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah
berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi
unta yang hebat?"
"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan
mendudukkannya di atas bahu.
"Kau kini telah menduduki untanya, Nak!
Ha....ha....ha...."
"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"
"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat
unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi
Ka'bah."
Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah.
Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhanb untuk
cucunya itu dan mendoakannya.
"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul
Muthalib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka
saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan
di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As
Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya
dengan limpahan kasih yang demikian besar.
"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti
yang pernah dikatakan ibumu," kata Halimah sambil
beranjak pergi.
Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali
silaturahim dengan ibu susunya itu.
*Gembala Kambing*
Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya
di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui sebagai seorang
gembala.
*Waraqah bin Naufal*
Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah
(kelak menjadi istri Muhammad).
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap
mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi
hamba Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia
bermurah hati terhadap orang orang miskin yang
membutuhkan pertolongannya.
*Di Bawah Asuhan Kakek*
Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak sebagai pengasuh
cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan sungguh-sungguh
dan mencurahkan segala kasih sayangnya.
Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan
seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus
tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak
beliau, paman-paman Muhammad, tidak ada yang berani
duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di
atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau
langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak
duduk di atas hamparan. Namun, ketika Abdul Muthalib
datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:
"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah,
sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."
Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan
tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya
punggung Muhammad penuh sayang. Abdul Muthalib
bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu
timbul ketika Aminah kemudian berniat membawa Muhammad
ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara
ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah,
ayah Muhammad. Sudah lama Aminah memendam keinginan
untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia
akan berangkat dengan ditemani putranya seorang.
*Aminah Wafat*
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak
perempuan peninggalan Abdullah. Sesampainya di
Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah.
Kepada Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya
meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa
dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia mendengar
ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah
tercinta yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-
sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam menceritakan
kepada sahabat-sahabatnya tentang kisahperjalanan masa
kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah
nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya
itu, kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah
penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun
bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua
ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat
bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga kemudian
meninggal di tempat itu.
"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah
wafat.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh,
Muhammad menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat
itu.
Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi
seorang anak yatim piatu.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Abwa*
Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara
Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 15
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Abdul Muthalib Wafat*
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang
sambil menangis hatinya pilu karena kini sebatang
kara. Muhammad makin merasa kehilangan. Ia menjalani
takdir sebagai seorang anak yatim-piatu. Terasa
olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin sedih.
Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya
cerita keluhan duka kehilangan ayahandanya semasa ia
dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi
untuk tidak kembali lagi, sebagaimana ayahnya dulu.
Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup
yang berat, sebagai seorang yatim-piatu.
Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut
kedatangan cucunya itu dengan rasa iba yang dalam.
Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada
Muhammad.
Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila
kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup lebih lama lagi.
Namun, Allah ‫سبحانه و تعال‬
sudah menentukan lain.
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia.
Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun. Ia
mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil
berlinangan air mata.
Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas
begitu dalam pada diri Rasulullah, sehingga di dalam
Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan
Rasulullah ‫ ﷺ‬akan nikmat yang dianugerahkan
kepadanya di tengah kesedihan itu,
ِ ‫أَلَ ْم َي‬
‫ج ْدكَ َيتِيمًا َف َآو ٰى‬
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu?
Surah Ad-Duha (93:6)
‫َو َوجَ دَ كَ ضَ ااًّل َفهَدَ ٰى‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk.
Surah Ad-Duha (93:7)
*Keluarga Umayyah*
Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat
bagi keluarga Hasyim. Tidak ada anak-anak Abdul
Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan,
pandangan tajam, terhormat, dan berpengaruh di
kalangan Arab seperti dirinya.
Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil
tampuk pimpinan yang memang sejak dulu mereka idam-
idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari
keluarga Hasyim.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Diasuh Abu Thalib*
Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang
anaknya untuk mengasuh Muhammad. Ia tidak menunjuk
Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak
menunjuk Harist, putranya yang tertua karena Harist
adalah orang yang tidak mampu.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh
Muhammad karena sekalipun miskin, Abu Thalib memiliki
perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan
Quraisy.
Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi
pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti,
dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia
bahkan lebih mendahulukan kepentingan Muhammad
daripada anak-anaknya sendiri.
Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai
pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak anak kecil
dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya
tidak pernah berhutang kepada orang lain. Abu Thalib
lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu,
Muhammad ikut bekerja seperti anak-anak Abu Thalib
yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu
Thalib, menggembalakan kambing, dan mencari rumput.
Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi
orang yang bersih hatinya dan dijauhkan dari dosa. Ia
yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan
mengabulkan permohonannya. Seperti yang dilakukannya
ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu Thalib,
lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda.
Marilah berdoa meminta hujan".
Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia
menempelkan punggung Muhammad ke dinding Ka'bah dan
berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala
penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras
hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.
*(In syaa Allah bersambung)...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 16
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Mengikuti Paman*
Hati Muhammad kecil merasa pengap dengan kehidupan di
Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak fakir miskin
seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang
tanpa rasa malu.
Muhammad juga melihat setiap malam pintu rumah orang-
orang kaya tertutup rapat. Di dalam, mereka berpesta
pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan
sampai pagi sambil dijaga oleh para budak. Padahal, di
tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang mencari
rezeki antara hidup dan mati.
Muhammad sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk
reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu mereka juga
tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang
yang hidup menderita. Orang-orang itu jika tidak
memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa
menggadaikan anak gadis, istri atau ibunya untuk
dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi
melepaskan diri dari lilitan hutang.
Di depan gubuk-gubuk itu, Muhammad melihat para pemuda
berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi impian tentang
datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah
dari kebiadaban. Para pemuda itu berkumpul
mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang
legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang
berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.
Suatu saat, pada usia Muhammad 12 tahun, Abu Thalib
berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari nafkah.
"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad
"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan
jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu menempuh
kesulitan sedemikian berat!".
Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Muhammad berlindung.
Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi
kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di
sampingnya.
"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang
diri apabila Paman pergi nanti?" tanya Muhammad begitu
mengiba.
Abu Thalib sangat terharu,
"Demi Allah, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak
boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah
dengannya selama-lamanya."
*Lihb Si Peramal*
Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan
membawa anak-anaknya untuk diramal.
Suatu hari, Lihb melihat Muhammad.
"Kemarilah, hai anak muda!" serunya. Namun, Abu Thalib
segera menyembunyikan Muhammad dan membawanya pergi
hingga Lihb berteriak-teriak,
"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku
lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan menjadi orang
besar di kemudian hari!"
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Jamuan Buhaira*
Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke *Syam
1)*. Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah
ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia
adalah pendeta yang pandai. Di rumah ibadahnya, selalu
ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu kepada
Buhaira.
Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan
Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat itu.
Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira.
Ketika rombongan Quraisy, termasuk Abu Thalib dan
Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira
memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan
yang banyak.
Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah
ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada rombongan
Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti
ke mana pun kafilah pergi. Ada sesuatu atau seorang di
dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik
matahari.
Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah
beristirahat di bawah pepohonan rindang dan berkata
"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat
makanan untuk kalian. Aku ingin kalian semua, anak
kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah
di rumahku"
Salah seorang Quraisy bertanya,
"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa
yang engkau perbuat kepada kami hari ini. Padahal,
kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang
sebenarnya terjadi padamu?"
"Engkau benar," jawab Buhaira,
"dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun,
kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan aku ingin
menjamu kalian. Aku telah membuat makanan dan kalian
semuanya harus ikut makan."
Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke
rumah Buhaira untuk memenuhi undangannya. Hanya saja,
Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia
ditugaskan menjaga perbekalan kafilah.
______________
1) Negeri *Syam*
Abu Thalib berangkat tahun 582 Masehi ke negeri Syam.
Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya
(sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan Palestina.
Syam berada di bawah pemerintahan Romawi Timur
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 17
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Percakapan Buhaira*
Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu
yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia
kembali mengulangi permintaannya,
"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak
makan makananku ini."
Salah seorang Quraisy berkata,
"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang
layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling
kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan
rombongan."
Buhaira menggeleng-geleng kepala,
"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan
bersama kalian!."
Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari
mereka bahkan berkata,
"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ikut makan bersama
kami."
Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan
mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain.
Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata
Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari
hasil pengamatannya itulah, Buhaira mengambil
kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat
kenabian."
Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih,
rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju tempat
perkemahan mereka untuk beristirahat.
Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi.
Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara.
"Hai anak muda," panggil Buhaira,
"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan engkau
harus menjawabnya."
Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,
"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil
menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada
yang sangat aku benci melainkan keduanya."
Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya,
"Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu
dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab
pertanyaanku."
Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,
"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau
tanyakan."
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Saran Buhaira kepada Abu Thalib*
Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad,
tentang tidur Muhammad, tentang postur tubuh Muhammad,
dan banyak lagi hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu
sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian,
Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda
kenabian di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian
itu seperti bekas orang berbekam.
Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya
kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''
''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib
Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas
mempunyai ayah yang masih hidup"
Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.
"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"
Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.
"Apa yang dikerjakan ayahnya?"
"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada
dalam kandungan ibunya "
"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-
dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan
sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.
"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara
mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari
orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat
padanya seperti apa yang aku lihat, mereka pasti akan
membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera
bawa pulang dia ke negeri asalmu!"
Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia
yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka
dari itu, segera setelah urusan perdagangannya
selesai, Abu Thalib segera membawa Muhammad pulang.
Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi
melindungi keponakannya itu.
*Bushra* (kota di mana Buhaira tinggal)
Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan
kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi
Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi
sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan
Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan
mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan
paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak lebih
ke Utara.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 18
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Perlindungan Allah*
Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh
Buhaira, karena peringatan itu memang beralasan.
Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan
rumah Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab bernama
Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya
menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada
Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak dengan
ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya,
ketiga orang ini juga telah mendengar tentang
Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa
dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud
membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha
memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya
akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya bahwa
bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu
mendekati Muhammad untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam
perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar
dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari
hadapan Buhaira.
Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-
kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh
menjadi orang yang paling ksatria, paling baik
akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik
pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling
murni kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan
akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga semua orang
menjulukinya *"Al Amin"* karena Allah mengumpulkan
sifat-sifat itu pada diri Muhammad.
*Kelak setelah menjadi Rasul,* Muhammad bercerita
tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil
dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,
"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil
Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan yang
biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas
baju untuk alas di atas pundak (sebagai ganjalan)
untuk memikul batu.
"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba
seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya
menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia
berkata, 'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil
pakaianku dan memakainya. Setelah itu, aku memikul
batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian
dan tidak seperti teman temanku."
*Membantu Paman*
Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk
membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan
*Perang Fijar*
Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan
Jazirah Arab. Muhammad juga mengalami perang. Perang
itu disebut Perang Fijar.
Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima
belas tahun.
Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.
Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-
Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena
Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin
kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari
belakang dan membunuh Urwa.
Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak
diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin
mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas
kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci.
Selama empat tahun berturut-turut, kedua belah pihak
saling menyerang.
Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas
memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan
memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada
tahun-tahun berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke
arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman:
pihak yang menderita lebih sedikit korban manusianya
harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya
sejumlah selisih kelebihan korban. Dalam hal ini,
pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban
harus membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh
orang Hawazin.
*Barradz bin Qois*
Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah
seorang pemabuk.
Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat
naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat
dan membuat onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan,
menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois
diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah,
Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz bin Qois
membunuh Urwa bin Utba.
*(Bersambung)....*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 19
*HILFUL FUDHUL*
Selain mengikuti peperangan, Muhammad yang masih
remaja juga mengikuti sebuah perjanjian yang amat
baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful
Fudhul.
Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para
pedagang asing yang sering kali terdzalimi. Pencetus
perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing
dari Yaman.
Saat itu, Ash bin Wa'il, seorang saudagar Mekah, tidak
mau membayar utang kepada si pedagang. Pedagang itu
lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.
Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy.
Mereka khawatir apabila dibiarkan terus, para pedagang
Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang
Fijar mengakibatkan mulai terjadinya perpecahan di
pihak Quraisy.
Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari
keluarga yang lain sudah mulai berani mencoba
menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. Maka dari
itu, atas usulan Zubair bin Abdul Munthalib, seorang
paman Muhammad, orang-orang Quraisy dari keluarga
Hasyim, Zuhra, Taim berkumpul. Mereka bersepakat dan
berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas bahwa Tuhan
akan berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu
tertolong.
Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah
bin Jud'an At Taimi yang megah. Perjanjian Hilful
Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak
orang lemah. Muhammad ikut menyaksikan perjanjian dan
amat menyukainya.
Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang
Rosullullah, Muhammad bersabda: " _Aku tidak suka
mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'an
itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku
diajak, pasti akan kutolak_"
*Besarnya Diyat*
Diyat adalah pembayaran ganti rugi.
Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya
sebanyak 100 ekor unta. Satu kaki/tangan/mata jadi
buta diganti dg 50 ekor unta.
Jika wajah cacat total, nilai gantinya 100 unta.
Luka sampai menembus otak, 33 ekor unta.
Cacat kelopak mata, 25 ekor unta.
Satu jari hilang/tulang retak, 15 ekor unta.
Luka sampai tulang kelihatan, 10 ekor unta.
Satu gigi copot, 5 ekor unta.
Demikian seterusnya dalam ketetapan yang rinci.
*MENGGEMBALAKAN KAMBING*
Muhammad melewati masa remajanya dengan menggembalakan
kambing. Beliau pernah berkata kepada para sahabatnya,
"Musa diutus, dia menggembala kambing. Daud diutus,
dia menggembala kambing. Aku diutus juga menggembala
kambing keluargaku di Ajyad."
Sambil menggembala, pikiran Muhammad menerawang,
"Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu
kemilau? Siapa yang membuat udara untuk kuhirup? Siapa
yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat
matahari mengejar bulan dan bulan mengejar matahari?"
Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Muhammad selalu
sibuk berpikir. Hal itu membuat akhlak beliau terjaga
demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi
di Mekah.
Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana,
laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri sering
pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa
busana, pesta mabuk-mabukan setiap malam, dan masih
banyak keburukan lain.
Meski demikian, pernah juga Muhammad ingin pergi ke
kota untuk melihat sebuah pesta pernikahan.
"Tolong jaga kambing-kambingku," pinta Muhammad kepada
seorang teman gembalanya.
"Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-
senang," kata teman Muhammad.
"Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti
seorang pertapa."
Muhammad pun pergi memasuki Mekah.
Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan
yang dipenuhi berbagai hiburan dan musik.
Namun, belum sempat Muhammad tiba dirumah itu,
tubuhnya tiba tiba disergap keletihan. Muhammad duduk
bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi.
Ia tidak sempat melihat tontonan di pesta sedikit pun.
Esok harinya, Muhammad datang lagi ke Mekah dengan
maksud yang sama. Kali ini, sebelum ia tiba di tempat
pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun
dari langit, musik yang jauh lebih indah daripada
semua musik di dunia ini. Musik itu membuai Muhammad
dan ia pun kembali tertidur.
Sejak itu, Muhammad tidak lagi berminat
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 20
*Khadijah*
Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan
anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal, saudara-
saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan
peninggalan orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa
kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan
berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan
sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka dari itu,
Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya
sendiri berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa
kalau pun tidak mendapat harta warisan, dia mampu
mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya
sendiri.
Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu
orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim, dan orang-
orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu,
Khadijah menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah
lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi
dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya,
dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah
tidak menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan
bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja
yang pantas dihormati.
Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu,
biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika sebuah
kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar
negeri. Orang yang dimintai bantuan itu
bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya
untuk dijual ke pasar-pasar asing. Khadijah sangat
teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai
merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat
tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada
waktu dan tempat yang tepat.
Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar,
sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy berangkat
dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya
adalah harta perdagangan milik Khadijah. Dia seperti
mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia
menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi "emas".
Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu Quraisy"
atau "Ratu Mekah".
Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah
tidak akan menjadikan Khadijah *(kelak)* sebagai istri
seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama
yang membuatnya sepadan dengan Muhammad
Catatan
Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung
bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai 2500 ekor
dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah
perlu organisasi yang baik, biaya besar, dan
keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh
anggota kafilah harus berani menyabung nyawa untuk
mempertahankan harta yang dibawanya.
*Wanita Suci*
Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin
Naufal. Waraqah adalah sanak saudara Khadijah yang
paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab
Jahiliah yang menyembah berhala sehingga menyimpang
jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang setia
dan lurus. Dia tidak pernah meminum minuman keras dan
berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin
yang membutuhkan pertolongannya.
Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin
Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala dan
patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut
setia ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur
hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan segera menemui
sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan
yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah
dan Waraqah akan membeli anak itu dan membesarkannya
seperti anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak
menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya kembali.
Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak
itu akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah
itu barulah dia mengizinkan sang Ayah membawa pulang
anaknya kembali.
Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan
penuh keteladanan ini membuat semua orang menjulukinya
juga sebagai *Khadijah At Thahirah* atau Khadijah yang
suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita
dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan
merendahkan wanita.
Catatan
Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita
terkenal.
Di antaranya adalah:
~ Hindun, istri Abu Sofyan dan
~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.
Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual
keperluan wanita, seperti pakaian, parfum, perhiasan
emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang
ini tidak memerlukan banyak ruang, ringan dan laku
keras di mana-mana.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 21
*Pembicaraan Abu Thalib*
Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah
kembali mulai menyusun kafilah perdagangan musim panas
mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria.
Khadijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya,
tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi
pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang,
namun, tidak satu pun yang berkenan di hatinya.
Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan
menawarkan kepadanya Muhammad, keponakannya yang baru
berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu
Thalib tahu bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman,
tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad lebih dari
sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun
telah mendengar nama Muhammad. Satu hal yang Khadijah
yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah
menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa
dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu
Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali
lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada
orang lain. Oleh karena itu, Abu Thalib pulang dengan
gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah
yang kemudian menerangkan tentang seluk beluk
perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan
tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu
penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah.
Khadijah menyertakan seorang pembantu laki-lakinya
yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad
di perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya
yang lain, Muhammad datang pada hari yang telah
ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah
yang sedang menanti mereka dengan surat-surat
perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera
berangkat. Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat
menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari.
Mereka beristirahat pada siang hari karena perjalanan
siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah
ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.
*Imbalan untuk Muhammad*
Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen
adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib minta
empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak
kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang
dekat dan kusukai."
*Berdagang ke Syam*
Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah
adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisarah
menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat
menarik yang mereka lewati. Muhammad juga menemui
bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab
terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para
pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah
pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung
dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian
Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang tajam,
serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku
terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah
didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang
berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah untuk
dijual dengan harga tinggi.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad
pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan Muhammad
sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya
pada setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu,
Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan
setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir.
Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisarah. Ia tidak
menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat
terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat
manusia.
Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai
kelompok Nasrani di Syria. Setiap masing-masing dari
mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal
seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok.
Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-
pikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu
terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk
handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas.
Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan
karena mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang
tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi
mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti
dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat
lagi mereka menahan air mata.
*Hari Jum'at*
Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka
ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi,
khutbah Jum'at Rasulullah hampir terganggu, karena
saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah
semua orang pada saat itu.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 22
*Perasaan Khadijah*
Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang
kembali. Di tempat perhentian Marr Al Zahran, sehari
perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului
datang ke Mekah untuk memberi laporan perdagangan.
Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di Mekah.
Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu
tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.
Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas
datang menyambut dan Muhammad pun melaporkan hasil
penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai
pengalaman kecil dalam perjalanan. Saat itu, Khadijah
sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad
pulang, Maisaråh menceritakan sendiri kesan-kesannya
terhadap Muhammad.
"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang
demikian sempurna memandang masa depan. Keputusan-
keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak
pernah salah. Ia juga sangat jujur dan sopan,"
demikian sebagian kisah Maisaråh.
Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen
barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan
mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada
hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat
menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi
hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya
tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal,
keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar
biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut
memiliki "Sentuhan penuh berkah".
Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam
dalam pemikiran yang sungguh-sungguh. Setelah cukup
lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,
"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad
dan juga dari apa yang kulihat sendiri, aku
berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan
kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah
yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara
para rasul pada masa yang akan datang."
*Pernikahan Agung*
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan
bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu setelah
suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan
Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak.
Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu
hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu,
Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah
adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga
tahu bahwa ada satu laki-laki yang seperti itu di
Mekah, ia adalah Muhammad.
Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya
tentang Muhammad, Nafisah tidak terkejut lagi.
Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk
mengetahui bagaimana pandangan Muhammad tentang
dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun
bertanya,
"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda.
Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda telah menikah
dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak.
Mengapa Anda tidak menikah?"
"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum
mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah."
"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik,
kaya, dan terhormat mau menikah dengan Anda walaupun
Anda belum mampu?"
Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,
"Siapakah wanita itu?"
Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri
Khuwailid."
Alis Muhammad tambah terangkat,
"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah
denganku? Bukankah Anda tahu bahwa banyak bangsawan
kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang
telah melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"
"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan
semuanya kepadaku. Aku akan mengurus semuanya."
Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun
mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun
dilangsungkan.
Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-
pamannya yang ikut berbahagia.
*Perawakan Muhammad*
Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung.
Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan pembesar
Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda
yang gagah diiringi para pemuda Bani Hasyim yang
menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita Bani
Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah
mempelai wanita.
Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi
cahaya lilin dalam lampion-lampion yang digantung
dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas
7 batang lilin.
Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk
menyambut para tamu yang datang menjelang sore hari.
Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan
brokat digantung begitu serasi. Lantainya tertutup
karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.
Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya
seperti matahari terbit. Ia mengenakan pakaian
pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat
itu. Abu Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam
memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin Naufal adalah
wakil pengantin wanita.
Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya
tampan dan indah. Perawakannya sedang, tidak terlampau
tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan
bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang
alis yang lengkung, lebat dan bertaut. Sepasang
matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya agak
kemerahan, tampak lebih menarik dan kuat. Pandangannya
tajam dengan bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya
halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya
lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya
terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki
yang tebal. Jika berjalan, badannya agak condong ke
depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air mukanya
membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan
matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh
kepadanya.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 23
*Sifat Muhammad*
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan
pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya, Allah
telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan
tinggi dengan harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan
gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang
hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal
ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama
Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah
akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta
berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa
Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing
istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu
dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat membuat
orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat
kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang
yang rendah hati. Itu adalah sifatnya yang menonjol.
Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli
siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja
mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar
badannya untuk menghadap orang yang mengajaknya
berbicara.
Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia
justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang
lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang
tidak bisa diajak bergurau. Ia sering juga membuat
humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu
yang benar.
Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak
pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila marah,
tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia
marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di
keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan tidak
menampakkannya keluar.
Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada,
berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia
bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan
siapa saja. Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia
mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas,
dan tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-
sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga
menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang
yang bergaul dengan Muhammad.
*Mahar Pernikahan*
"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal
dengan suara agak keras. "Saksikanlah bahwa aku
menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin
senilai 12 ekor unta betina."
*Kambing Sedekah*
Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad
memerintahkan agar seekor kambing disembelih di depan
pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada
fakir miskin. Itu belum termasuk para undangan yang
menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun
dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung daging.
*Baqum Si Pedagang Romawi*
Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan,
tetapi aktif bergaul dalam masyarakat. Suatu hari
terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad
menjadi semakin harum. Peristiwa itu didahului oleh
banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di
sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang
jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah.
Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang
sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan
untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang takut
apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa
dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki
dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga
tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di
laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten
kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani yang berasal
dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan
serombongan orang untuk membeli kapal itu, membongkar
kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun
kembali Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai
ahli kayu.
Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar
dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut dikutuk
Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa
yang menimpa Abrahah dan pasukan gajahnya saat ingin
menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan
diri merombak sudut bangunan bagian selatan. Setelah
itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia
tidak juga dikutuk, mereka pun mulai melakukan
pembenahan Ka'bah.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 24
*Membangun Ka'bah*
Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi
menjadi empat bagian. Setiap kabilah masing-masing
mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan
dibangun kembali.
Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung
Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu, pekerjaan
dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan
membongkar dinding serta fondasi. Muhammad ikut
terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari
itu.
Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa
dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu, batu itu
mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu
granit biru dari bukit sekitarnya. Sebuah bahan
pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari
Syria pun mulai digunakan.
Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai
perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah
satu jengkal atau sekitar dua meter. Dalamnya diuruk
tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila
banjir datang kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di
sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi. Dinding
dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai
diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga
untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas
dari banjir. Isinya terlindungi dari hujan, panas dan
tangan jahil pencuri.
Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana
sampai dinding tembok mencapai tinggi satu setengah
meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad,
ditempatkan kembali ke tempatnya semula di sudut
timur.
Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan,
berebut lah setiap kabilah untuk melaksanakannya.
Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah
lain sehingga kedua kelompok saling beradu mulut
sampai suasana menjadi semakin panas.
Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al
Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihormati dan
dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui
oleh semua pihak, "Serahkanlah putusan ini di tangan
orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."
*HAJAR ASWAD*
Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa
adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak lega.
"Ini dia Al Amin" seru mereka.
"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia
bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima
putusannya."
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang
mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30
tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan
bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan
pada mata setiap orang dari masing-masing kabilah
Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah
mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di
antara kabilah-kabilah itu.
Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,
"tolong bawakan sehelai kain."
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan
menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati Hajar
Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di
tengah-tengah.
"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain
ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan
bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar
Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan
meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad
yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda.
Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan
bijaksana.
*Putra Putri Muhammad*
Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau
wanita yang penuh kasih, setia, dan menyerahkan
seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga
wanita yang subur. Setelah lima belas tahun berumah
tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan
Abdullah.
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi,
sedangkan keempat anak perempuan yang lain tetap hidup
hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya
Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.
Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah,
Muhammad sering melihat kesedihan di wajah istrinya
itu . Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi
masyarakat jahiliah adalah hal yang amat penting dan
dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya,
mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat
memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur
bayi perempuannya hidup-hidup dari pada
membesarkannya.
Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu
memiliki anak-anak perempuan. Mereka menyayangi semua
anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu
mereka, Fatimah, yang saat itu masih berusia lima
tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya. Hanya
saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi
merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.
*Kekayaan Terbesar*
Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar
adalah istri yang salehah. Khadijah adalah kekayaan
terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam
hidup beliau.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 25
*Rumah Tangga Muhammad*
Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup
dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar
kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau
wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar
beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju
berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik
atau putih. Rasulullah juga gemar memakai surban
dengan salah satu ujungnya menggelantung antara
pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya
terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah
sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya
sebagai anak.
*Zaid bin Haritsah*
Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin
Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin
Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa
merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah membeli
Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid
bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara
diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan
pulang bersama ibunya ketika datang para perampok
gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia
hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke
sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah
memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang
bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid
seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdullah yang telah
tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun,
secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak
anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan
merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan
tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada
Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap
bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad.
Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai
putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil
Zaid bin Muhammad.
*Di kemudian hari*, Allah melarang anak angkat
mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta
seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan
anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu
tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun,
bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan
bagi manusia?" demikian pikir Muhammad.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang
berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang?
Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas
terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang
jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa
pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang
begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua
keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam
kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari
kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari
keramaian dan pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu,
sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal
tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan
itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu
dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari
setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin
lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh.
Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40
tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini
menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani
dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
*(Bersambung)*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 26
*Diangkat Menjadi Utusan Allah*
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia
datang membangunkan Muhammad yang sedang tidur karena
kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra
(Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad
menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad
merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu
berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian,
setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya baca?"
barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama
hingga ayat kelima:
َ‫ا ْقرَ ْأ ِباسْ ِم رَ بِّكَ الَّذِي َخلَق‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
Surah Al-'Alaq (96:1)
‫َخلَقَ اإْل ِ ْنسَ انَ مِنْ عَ لَ ٍق‬
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Surah Al-'Alaq (96:2)
‫ا ْقرَ ْأ َورَ بُّكَ اأْل َ ْكرَ ُم‬
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Surah Al-'Alaq (96:3)
‫الَّذِي عَ لَّ َم ِب ْال َقلَ ِم‬
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Surah Al-'Alaq (96:4)
‫عَ لَّ َم اإْل ِ ْنسَ انَ مَا لَ ْم َيعْ لَ ْم‬
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Surah Al-'Alaq (96:5)
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun
pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya terhujam oleh
firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun
dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati,
"Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah
diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada
siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh
gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri
celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam
hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil.
Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau
memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam
bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan
terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di
seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa
malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.
*Ketulusan Khadijah*
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan
nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari
suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang,
Muhammad berjalan pulang dengan hati yang sudah di
penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus
berdenyut keras dan hati berdebar ketakutan, beliau
pulang ke rumah.
"Selimuti aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil
kedinginan seperti terkena demam. Setelah rasa
takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan
tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.
"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah
terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu
bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang,
"bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi Dia yang
memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau
akan menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah
takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat
tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau
selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati
tamu serta menolong mereka yang dalam kesulitan atas
jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan
tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang gelisah.
Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan
diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu
dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang
Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan
beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang
Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan
keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang
*Rasulullah, utusan Allah*.
*Kabar dari Waraqah bin Naufal*
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu.
Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan
nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa
yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan
Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi
untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan,"
demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun,
senyum itu segera menghilang, berganti rasa takut
memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal
menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai
menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-
ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau
memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang
bijak yang dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin
Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur, dan
menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci
Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah.
Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus
besar' 1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh,
dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya
tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur.
Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh
ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh
suaminya menggigil, napasnya terlihat sesak dengan
keringat memenuhi wajah.
_______________
1) *Namus Besar*
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal
dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab undang-undang
atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah
dalam Al Qur'an.
*Bersambung...*
02/09/21 18.01 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
#Bagian Ke 28
*Shalat*
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang
diajarkan Allah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Suatu
saat, ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali
yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah rukuk, sujud, serta
membaca ayat-ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah selesai shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah
telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak
manusia menyembah Allah."
Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak sepupunya itu
untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan
berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun
membacakan beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali
bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian
indah.
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya
terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah
‫ ﷺ‬dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka
berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu
Thalib.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu
dengan Abu Thalib," demikian kata Ali, "apa gunanya
saya harus berunding dengan dia untuk menyembah
Allah?"
Jadi, *Ali* adalah anak pertama yang memeluk Islam.
Kemudian, *Zaid bin Haritsah*, bekas budak yang ikut
Rasulullah ‫ﷺ‬, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga
Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas
budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan
untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu
betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang
Quraisy menyembah berhala yang diwarisi dari nenek
moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun
kerasnya perlawanan orang.
*Keislaman Abu Bakar*
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah
teman akrab Rasulullah ‫ ﷺ‬sejak zaman sebelum
Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah
orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang
Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau segera keluar mencari
sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar
bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah),
ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat di
majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa
engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan
masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda
Rasulullah ‫ﷺ‬,
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya.
Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan
keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa
yang kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar,
aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa,
yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah
menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu
taat kepada-Nya."
Rasulullah ‫ ﷺ‬memperdengarkan beberapa ayat Al
Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar
langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya
itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang pun yang
ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya
melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu.
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada
teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengikuti
Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqash
pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
*Keislaman Utsman bin Affan*
Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang
keislamannya:
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib
untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama
kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat itu
juga dan aku perhatikan beliau. Waktu itu, tampak
jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu
rupa?"
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan
terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga
kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai
dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan
kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah, mendengar
kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian,
Rasulullah membacakan ayat,
٢٢  َ‫م َومَا ُتوعَ ُدون‬3ْ ‫َوفِي ال َّسمَا ِء ِر ْزقُ ُك‬
ِ ْ‫َف َورَ بِّ ال َّسمَا ِء َواأْل َر‬
٢٣  َ‫ض إِ َّن ُه لَحَ ٌّق م ِْث َل مَا أَ َّن ُك ْم َت ْنطِ قُون‬
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa
yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan
bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi
seperti apa yang kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).
Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan pergi
keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang.
Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
*Pengorbanan Seorang Istri*
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah,
sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh
orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya,
memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan
Islam yang tidak pernah beliau nikmati.
*Bersambung...*
03/09/21 06.06 - Anda telah mengubah subjek dari
"Sirah Nabi SAW" menjadi "Kisah Rasulullah SAW"
03/09/21 06.07 - Anda telah menambahkan Aira dan Eryn
03/09/21 06.08 - Anda telah mengubah subjek dari
"Kisah Rasulullah SAW" menjadi "Eri Family 😍"
03/09/21 06.08 - Anda telah mengubah subjek dari "Eri
Family 😍" menjadi "Nangka 78😍"
03/09/21 06.09 - nancy.drwater: Anda telah menghapus
pesan ini
03/09/21 06.10 - Anda telah menambahkan Papa Manda
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: ‫ال َّسالَ ُم عَ لَ ْي ُك ْم َورَ حْ م َُة هّٰللا ِ َوبَرَ َكا ُت ُه‬
Mohon ijin share forward-an.
*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬
*Bagian 1 Pendahuluan*
*JAZIRAH ARAB*
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas
gurun pasir. Ada banyak tanah subur yang telah dihuni
sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di
daerah pantai, seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan
Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah
subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai
tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil
gandum. Demikian banyak gandum yang dihasilkan
sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk Jazirah Arab yang ketika Nabi Muhammad
dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk
ditanami. Sementara itu, kota Thaif terkenal karena
buah-buahannya.
Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi
gunung dan bukit-bukit batu yang besar. Tidak ada
sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas.
Karenanya, penduduk Arab umumnya suka mengembara.
Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-
hewan ternak mereka.
*Unta*
Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk
gurun pasir. Ia dapat mengarungi gurun selama 17 hari
tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat
menempuh jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau
melahap ranting dan rumput pahit yang di jauhi
kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan
mengubahnya menjadi susu bermutu tinggi yang dapat
digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan,
bulunya dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka
alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut.
Kukunya dibakar dan diulek menjadi tepung untuk obat
luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai
bahan bakar. Unta adalah karunia Allah untuk penduduk
gurun pasir.

*Letak Mekah*
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke
arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia menghadapkan
diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu
luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit mengurung
lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma
ada tiga jalan untuk keluar dan masuk Mekah. Jalan
pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah
tempat persinggahan rombongan kafilah, baik yang
datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya,
yang datang dari Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail
lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi sebuah
kota.
*Pakaian Orang Arab*
Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian
mereka longgar, hangat pada musim dingin, dan sejuk
pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari
sengatan matahari serta angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua
helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ketiak.
Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai
kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta. Warnanya
krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat
atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat
longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya berlurik
merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna
hitam atau putih. Tudung kepala berwarna merah, putih,
atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari
debu dan badai pasir.
*Badui*
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka
adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi mereka
sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam
alam yang keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas,
para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya.
Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam
kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang
memberi, dan sangat menghormati tamu. Mereka juga
tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga
sangat mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang
Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah
orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan
wadah makanan di lutut. Dengan demikian, tidak bisa
dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬diutus. Berkat bimbingan Nabi
Muhammad lah orang orang Badui dari padang pasir yang
sunyi ini mampu mengguncang dunia. Merekalah yang
akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang
besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi,
perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh
kisah Nabi Ibrahim ‫عَ لَ ْي ِه السَ الَ ُم‬.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
*Bersambung*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
*Bagian 2*
*Nenek Moyang Nabi Muhammad ‫*ﷺ‬
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama
Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat
dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi
dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian
menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah
berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas,
giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian
keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada
suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa
persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal,
saat itu makanan amat sulit didapat.
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami
dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi
pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan
sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang
datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas
maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk
Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain
yang mampu menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu,
masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.
Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah
alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga
sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di
tempat ini.
*Pembagian Urusan*
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
_Hijabah_ : Pemegang kunci Ka'bah,
_Siqayah_ : Penyedia air dan makanan buat para
peziarah,
_Rifadah_ : Mengatur pembagian dana dari orang kaya
untuk fakir miskin,
_Qiyadah_ : Mengatur urusan peperangan.
*Percaya Takhayul*
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan
tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan
melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya
berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi
murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun
belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada
takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang
mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa
mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke
kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini
disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati,
rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa
di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang
menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada
temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian
seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya
uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-
coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan.
Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala
berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan
kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan
binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh
berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati
mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap
keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih
melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
*Awal Mula Penyembahan Berhala*
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika
seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar
bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di
Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya
orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw.
Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala
yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
*Gemar Mabuk dan Berjudi*
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak.
Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa
saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol
minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai.
Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang
kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah
kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta
dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta
tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka
juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang
amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan,
setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih
banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka
meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman
keras.
*Barm*
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari
orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam
kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong
dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang
dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini
dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut
barm.
*Bersambung*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 3
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Perampok Kejam dan Tidak Sopan*
Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa.
Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak pernah
melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta
dan benda, tetapi juga orang yang dirampok. Perampok
biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya
menjadi tawanan dan budak belian.
Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai
melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya
sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke
dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan
diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.
Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang
mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan
tidak memberikan makan serta minum sampai si unta
mati. Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi
tunggangan si mati.
Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam.
Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan
membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang
diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau hidung
musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.
Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun,
Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.
Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.
Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai
membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta
mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan
buruk.
*Memakan Bangkai Binatang*
Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang
dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan.
Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya,
dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah,
binatang, dan makanan darah yang dibekukan.
*Muthalib*
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika
melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah),
Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan
terpandang.
"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang
Yatsrib.
"Dia adalah Salma binti Amr."
"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."
Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun
menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim tinggal di
Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim
melanjutkan perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir
Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah
kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.
Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Syaibah. Sementara itu, sepeninggal
Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah
dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang
dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy
menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti
Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya
yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.
"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka
Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan
kekuasaan ayahnya menggantikan aku."
Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia
tersentak,
"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."
"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.
"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan
tetap tinggal di sini," jawab Syaibah
*Syaibah*
Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban)
di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim
telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal
di Mekkah.
*ABDUL MUTHALIB*
"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab
Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang
senantiasa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".
"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga
menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali
menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat
wajah anak ini, rasa sayangku timbul kepadanya.
Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan
berdiri di hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah
adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah tanah suci
yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah
pantas putramu pergi ke sana dan melanjutkan
pemerintahan ayahnya?".
Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca.
Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu tetap
tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah
bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia
pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."
Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya
itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang
pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka
bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah
budaknya.
"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!"
panggil mereka kepada Syaibah.
"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku,
Hasyim!"
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian
sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah
itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak
menjadi kakek Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 6
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*TEBUSAN SERATUS UNTA*
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun
Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam
yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila.
Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan
pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun,
masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib
melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun
luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala
tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita,
kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku
Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui
seorang dukun di Yatsrib.
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor
unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika
yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya,
kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan
anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah.
Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi.
Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.
Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah
terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai
100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.
"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan
sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah
nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan
dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan
karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
*Keturunan Dua Orang yang Disembelih*
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek
moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
*Si Penguasa Yaman*
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah
peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman,
sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan
Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang
penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh
bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah
kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama
Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh
penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat
berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah
menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah
seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu
kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai
sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di
Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan
orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru
yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah!
Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita
miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam
yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin
gereja itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah
yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu
mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan
datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua
mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
*Bendungan Ma'rib*
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum
datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan
kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan
yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib.
Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke
negeri lain.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 4
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Harta Abdul Muthalib*
Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi
seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya
dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta
ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun
meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di
Yatsrib. Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan
berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan
sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang
zaman.
*Sumber Air Mekah*
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi
tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun
Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari
beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
*MENGGALI SUMUR ZAMZAM*
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan
orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib
tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu
pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air
yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku
harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah
dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air
dan makanan bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya,
"Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat
untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra
satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan
menggali kembali Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di
mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah
beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat,
Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.
"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata
Harits.
"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus
menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik
jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat
perbuatan mereka dengan heran.
"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib?
Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah
menggalinya, tapi tidak berhasil?"
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi
Ismail ‫ عليه ااسالم‬pernah mencoba menggali Zamzam tapi tidak
berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji
berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur
Zamzam ditemukan.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 5
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Bernadzar*
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10
anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku
tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang
menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10
anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban
untuk Tuhan."
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul
Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki.
Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak
memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak
itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi
dan dicintainya.
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang
di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak
laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan
itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa
di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara
kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat
memanggil juru qidh untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh
(Nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya
masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak
panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak
yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan
melarangnya melakukan perbuatan itu.
"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah
kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak
kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui
niatnya itu?
*Menemukan Zamzam*
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib
tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi
mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan
Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur
Zamzam! Temukan!"
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat
baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan
menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah
menjadi tawa.
"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan
akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara
berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib
saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-
pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz
bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang
Quraisy datang berbondong-bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas
itu!" pinta mereka.
"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara
aku dan kamu sekalian dengan permainan _qidh_ (anak
panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan
dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia
mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-
apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-
tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah
Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah
Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul
Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam
memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat
ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang
dapat membantunya.
*Pedang dan Pelana Emas*
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu
Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam
rumah suci itu sebagai perhiasan.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 7
*Penyerbuan*
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi.
Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba
Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah
suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu
dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak
sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk
Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu.
Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong
berziarah ke Mekah.
"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.
"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan
Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan
tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab
tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat
kita!"
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena
pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik
di atas gajah yang paling besar dan kuat.
"Maju!" perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh
gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk
menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut.
Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa
kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di
hadapan musuh.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan
masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan
tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.
Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah
Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan
dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.
*Al Qullayus*
Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah
agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke
gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab
marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah
mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi
memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di
dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk
menghancurkan Ka'bah.
*Sikap Penduduk Mekah*
"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan
kepada setiap orang untuk bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta
pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul
Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan,
semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan.
Karena itu, ia menjawab dengan bijak,
"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah
telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah
tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin
menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak
menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi
mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah
bersama beberapa orang pemuka Mekah.
"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu,"
kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain
yang engkau minta?" tanya Abrahah.
"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika
engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari
daerah Tihama yang subur."
Abrahah menggeleng, "Tidak."
"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada
Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia
pergi.
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi.
Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan
Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu
Catatan
*Abrahah Al Asyram*
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia
datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian
menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil
mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian
dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah
Yaman.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 8
*Kehancuran Abrahah*
Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika
pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah
berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah
itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha
berjalan lagi ke arah Yaman.
"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah
pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu
mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak
ketakutan! Ada apa sebenarnya?"
"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak
seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan
burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari
seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke
arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha
menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang,
termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam *surat Al Fil* :
‫ِيل‬ ِ ‫أَلَ ْم َترَ َك ْيفَ َفعَ َل رَ بُّكَ ِبأَصْ حَ ا‬
ِ ‫ب ْالف‬
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
telah bertindak terhadap tentara bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
‫ِيل‬ٍ ‫أَلَ ْم َيجْ عَ ْل َكيْدَ ُه ْم فِي َتضْ ل‬
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?
Surah Al-Fil (105:2)
‫َابي َل‬ِ ‫َوأَرْ سَ َل عَ لَي ِْه ْم َطيْرً ا أَب‬
dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong,
Surah Al-Fil (105:3)
ٍ ِ‫م ِبحِجَ ارَ ٍة مِنْ س‬3ْ ‫ِيه‬
‫جِّيل‬ ِ ‫َترْ م‬
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah
yang terbakar,
Surah Al-Fil (105:4)
‫ول‬3ٍ ‫ف مَأْ ُك‬ ٍ ْ‫َفجَ عَ لَ ُه ْم َكعَ ص‬
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan (ulat).
Surah Al-Fil (105:5)
*Wabah Penyakit*
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa
burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar.
Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan
tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama
setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
*Kembali ke Mekah*
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih
karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan
parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.
Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah
ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar
biasa yang tidak pernah dialami seorang pun
sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha
menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.
*Gadis yang Meminang*
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng
tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.
Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul
Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan
putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur
Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"
"Aku akan pergi bersama ayahku."
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata,
"Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya
seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau,
aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku
sekarang juga."
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan
gugup.
"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari
pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti
seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam
memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa
dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan
penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan
kepadanya?"
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya
Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus
melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak
kehendaknya dan berpisah dengannya.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya
dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang
ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin
Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah
dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis
yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau
tidak menyapaku seperti kemarin?"
Gadis itu menjawab dengan ketus,"Sinar berseri-seri
yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada
lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak
membutuhkanmu!"
*Sinar Kenabian*
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah
Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar
kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada
putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka
gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki
putra yang kelak menjadi nabi.
*Bersambung*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 9
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Pernikahan Abdullah dengan Aminah*
Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat
untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb. Aminah adalah
gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di
kalangan suku Quraisy.
Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang
gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi. Dedaunan
kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu,
padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang
tumbuh di kebun-kebun.
Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan
dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria.
Abdullah pun berniat pergi musim ini.
"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas
kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi
kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap
dapat menemukan suatu alasan untuk menahan
kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.
Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa
tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu besar rasa
sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus
berada di sisiku."
"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu,
Kanda."
Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam
perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak
berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor
kambing perah. Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang
dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan
daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk
pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."
Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia
memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu
adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah
suaminya.
*Hamzah bin Abdul Muthalib*
Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul
Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala.
Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah
yang seusia dengan beliau.
*Abdullah Meninggal*
Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza.
Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di
Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara
ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak
mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.
"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang,"
kata Abdullah kepada kawan-kawannya. "Kalian
berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa
aku jatuh sakit."
Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan
pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."
Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di
rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul
Muthalib.
"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra
sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan
adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."
Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah
paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah
wajah-wajah duka.
"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya,
"mari, kami antar engkau ke pusaranya."
Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah.
Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun,
kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah.
Apalagi di saat itu ia tengah menantikan kelahiran
bayinya.
"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah
seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini,
tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi
kita."
Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang
kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang
mengubah jalannya sejarah dunia.
*Peninggalan Abdullah*
Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta,
sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan
bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh
Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal
dari Habasyah.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 10
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Kelahiran Muhammad ‫*صلى هللا عليه وسلم‬
Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada
tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun
gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat
itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi.
(Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan
pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).
Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah
kepada Abdul Muthalib dan katakan, 'Sesungguhnya telah
lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan
lihatlah '."
Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi
itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi
rasa sayang.
"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh,
di hatiku kini dirimu hadir sebagai pengganti
Abdullah."
Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong
cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali ini tidak
kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib
berdoa dan bersyukur.
"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.
*Muhammad* berarti *terpuji*, sebuah nama yang tidak
umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup
dikenal.
Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih
unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.
"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya
seseorang kepada Abdul Muthalib.
"Muhammad."
"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek
moyang kita?"
"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan
di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul
Muthalib.
*Cahaya Aminah*
Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat
seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar
tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.
Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku
tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita
desa yang bisa menyusui anak-anaknya.
Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari
penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat
belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.
Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan
wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk
disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama
Halimah binti Abu Dzu'aib.
"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun
kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di
kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi
menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada
malam hari karena lapar."
"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang
dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi
kesengsaraan ini," jawab sang suami.
Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi
bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman
serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam
gendongan ibunya yang mereka temui.
"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan
tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan kakeknya yang
merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul
Uzza saling berpandangan.
Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada
Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak.
Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi
lain, Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan
sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran
untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak
yatim.
*Tsuwaibah*
Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad
disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab.
Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.
Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya
Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.
*In syaa Allah bersambung....*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 11
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Halimah*
Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka
melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi
untuk dibawa pulang dan disusui.
Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,
"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang
tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada
anak yatim itu dan mengambilnya."
"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga
Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim
tersebut."
Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah
dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas
bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega
karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih
karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke
depan.
"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah
dengan pipi yang hangat dialiri air mata.
Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku
tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak
bertambah beban."
Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.
"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah
kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya
sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah
itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada
suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa
tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."
Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua
mereka ternyata kini menghasilkan susu.
"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak
menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.
Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.
"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata
Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan
kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."
"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah
mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."
*Kebanggaan Rasulullah*
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni.
Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, "Aku
adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku
anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin
Bakr."
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Keberkahan*
Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti
sampai di situ.
Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad,
terjadi hal yang mengherankan.
"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada
keledai tungganganku?" tanya Halimah.
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali,"
Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan
cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang
dibawanya cukup berat."
Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa
menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad
lainnya yang telah berjalan lebih dulu.
"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu
keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang
engkau tunggangi saat kita pergi?"
"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang
keledaiku yang dulu."
"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"
Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah
terkejut.
"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.
"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur!
Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah
pun yang lebih gersang dari ini!"
"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita
jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah
dan meminum susu mereka setiap hari."
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama
mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini
tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
*(Ada sambungnya)...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 12
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Muhammad Kembali Ke Dusun*
Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada
Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan
putra tunggalnya itu.
"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan
sehat!" ujar Aminah.
Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata
berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah
merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus
berterimakasih?"
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah.
Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan
Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu,
sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi
keberkahan.
"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi
membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi
besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit
menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah,"
pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan
ada benarnya, tetapi hatinya bimbang karena hampir tak
sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul
Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan
cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia
berkata:
"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai
ia berusia lima tahun," kata Abdul Muthalib, "agar ia
di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa
mendengarkan bahasa Arab yang murni dengan fasih
pula."
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas
Muhammad demi masa depan putranya sendiri.
"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah
itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani
Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa
yang sangat mengguncangkan.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Pembelahan Dada*
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga
Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur Muhammad
belum lagi genap tiga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing
bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah seorang
putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.
"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh
seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan.
Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"
Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad.
Mereka menemukan anak itu sedang sendiri. Wajah
Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya
memperhatikan wajah Muhammad baik-baik.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian
putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka
mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang
mereka cari."
Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad
pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan.
"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin"
kata Halimah kepada suaminya.
"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab
Harits
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 13
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Percakapan dengan Aminah*
Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan
menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima
kedatangan mereka dengan rasa heran,
"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu
susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal
denganmu?"
"Ya," jawab Halimah,
"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah
menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa
takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya.
Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau
inginkan."
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah,
"berkatalah dengan benar kepadaku."
Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa
berat, "Ada dua orang berbaju putih membawanya ke
puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu
dari dalam dadanya."
Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya
memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah
Aminah demikian tenang.
"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?"
tanya Aminah.
Halimah mengangguk,
"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga
cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."
Aminah menarik napas.
"Demi Allah," katanya,
"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke
dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi
orang besar di kemudian hari. Ketika aku
mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku.
Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana
Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung
yang lebih ringan dan lebih mudah seperti yang
kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan
tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit."
Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah
menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut,
"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."
Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-
lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat
Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Orang-Orang Habasyah*
"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni
bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia
sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu
anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing.
"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima,
anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.
Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa
orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan
mereka.
"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.
Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat
Halimah datang menjemput.
Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai
beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil
berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar
ketika orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa
memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad.
"Paman mau apa?" tanya Muhammad.
"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!"
perintah salah seorang dari mereka.
Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah
itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa
berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula
dan kembali berunding berbisik-bisik.
"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa
yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada Muhammad
dan saudara-saudaranya.
Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang
Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang
mereka katakan,
"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada
raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk
tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan
anak ini kelak akan menjadi orang besar."
Diam-diam, Halimah menjauh,
"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang
juga!"
*Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil*
Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang
Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka
diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada
Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala
saudaramu dan yang seperti aku ini, yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia
haruslah kamu dengar."
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Muhammad Menghilang*
Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun
dari kejauhan orang-orang Habasyah itu terlihat
bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal
daerah itu dengan baik, sehingga mereka bisa
melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah
walaupun dengan susah payah.
Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas
menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-
saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.
"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima
dengan mata berkaca-kaca.
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu
persatu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan
dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang
tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.
Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,
"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan
ibu dan kakekmu."
Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba.
Saat melalui kerumunan orang itulah, Muhammad
terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut
orang-orang Habasyah itu diam-diam masih mengikuti
mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik
Muhammad.
Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib,
"Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad,
namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang
dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia
berada."
Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul
Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada
Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 14
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Bertemu Kakek dan Ibunda*
Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama
Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy.
Keduanya menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib,
"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."
Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.
"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.
Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah
berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi
unta yang hebat?"
"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan
mendudukkannya di atas bahu.
"Kau kini telah menduduki untanya, Nak!
Ha....ha....ha...."
"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"
"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat
unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi
Ka'bah."
Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah.
Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhanb untuk
cucunya itu dan mendoakannya.
"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul
Muthalib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka
saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan
di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As
Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya
dengan limpahan kasih yang demikian besar.
"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti
yang pernah dikatakan ibumu," kata Halimah sambil
beranjak pergi.
Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali
silaturahim dengan ibu susunya itu.
*Gembala Kambing*
Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya
di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui sebagai seorang
gembala.
*Waraqah bin Naufal*
Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah
(kelak menjadi istri Muhammad).
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap
mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi
hamba Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia
bermurah hati terhadap orang orang miskin yang
membutuhkan pertolongannya.
*Di Bawah Asuhan Kakek*
Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak sebagai pengasuh
cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan sungguh-sungguh
dan mencurahkan segala kasih sayangnya.
Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan
seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus
tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak
beliau, paman-paman Muhammad, tidak ada yang berani
duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di
atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau
langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak
duduk di atas hamparan. Namun, ketika Abdul Muthalib
datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:
"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah,
sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."
Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan
tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya
punggung Muhammad penuh sayang. Abdul Muthalib
bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu
timbul ketika Aminah kemudian berniat membawa Muhammad
ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara
ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah,
ayah Muhammad. Sudah lama Aminah memendam keinginan
untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia
akan berangkat dengan ditemani putranya seorang.
*Aminah Wafat*
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak
perempuan peninggalan Abdullah. Sesampainya di
Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah.
Kepada Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya
meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa
dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia mendengar
ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah
tercinta yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-
sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam menceritakan
kepada sahabat-sahabatnya tentang kisahperjalanan masa
kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah
nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya
itu, kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah
penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun
bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua
ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat
bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga kemudian
meninggal di tempat itu.
"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah
wafat.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh,
Muhammad menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat
itu.
Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi
seorang anak yatim piatu.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Abwa*
Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara
Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 15
‫آل مُحَ مَّد‬ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Abdul Muthalib Wafat*
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang
sambil menangis hatinya pilu karena kini sebatang
kara. Muhammad makin merasa kehilangan. Ia menjalani
takdir sebagai seorang anak yatim-piatu. Terasa
olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin sedih.
Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya
cerita keluhan duka kehilangan ayahandanya semasa ia
dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi
untuk tidak kembali lagi, sebagaimana ayahnya dulu.
Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup
yang berat, sebagai seorang yatim-piatu.
Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut
kedatangan cucunya itu dengan rasa iba yang dalam.
Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada
Muhammad.
Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila
kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup lebih lama lagi.
Namun, Allah ‫سبحانه و تعال‬
sudah menentukan lain.
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia.
Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun. Ia
mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil
berlinangan air mata.
Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas
begitu dalam pada diri Rasulullah, sehingga di dalam
Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan
Rasulullah ‫ ﷺ‬akan nikmat yang dianugerahkan
kepadanya di tengah kesedihan itu,
ِ ‫أَلَ ْم َي‬
‫ج ْدكَ َيتِيمًا َف َآو ٰى‬
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu?
Surah Ad-Duha (93:6)
‫َو َوجَ دَ كَ ضَ ااًّل َفهَدَ ٰى‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk.
Surah Ad-Duha (93:7)
*Keluarga Umayyah*
Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat
bagi keluarga Hasyim. Tidak ada anak-anak Abdul
Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan,
pandangan tajam, terhormat, dan berpengaruh di
kalangan Arab seperti dirinya.
Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil
tampuk pimpinan yang memang sejak dulu mereka idam-
idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari
keluarga Hasyim.
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Diasuh Abu Thalib*
Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang
anaknya untuk mengasuh Muhammad. Ia tidak menunjuk
Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak
menunjuk Harist, putranya yang tertua karena Harist
adalah orang yang tidak mampu.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh
Muhammad karena sekalipun miskin, Abu Thalib memiliki
perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan
Quraisy.
Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi
pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti,
dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia
bahkan lebih mendahulukan kepentingan Muhammad
daripada anak-anaknya sendiri.
Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai
pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak anak kecil
dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya
tidak pernah berhutang kepada orang lain. Abu Thalib
lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu,
Muhammad ikut bekerja seperti anak-anak Abu Thalib
yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu
Thalib, menggembalakan kambing, dan mencari rumput.
Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi
orang yang bersih hatinya dan dijauhkan dari dosa. Ia
yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan
mengabulkan permohonannya. Seperti yang dilakukannya
ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu Thalib,
lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda.
Marilah berdoa meminta hujan".
Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia
menempelkan punggung Muhammad ke dinding Ka'bah dan
berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala
penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras
hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.
*(In syaa Allah bersambung)...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 16
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Mengikuti Paman*
Hati Muhammad kecil merasa pengap dengan kehidupan di
Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak fakir miskin
seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang
tanpa rasa malu.
Muhammad juga melihat setiap malam pintu rumah orang-
orang kaya tertutup rapat. Di dalam, mereka berpesta
pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan
sampai pagi sambil dijaga oleh para budak. Padahal, di
tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang mencari
rezeki antara hidup dan mati.
Muhammad sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk
reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu mereka juga
tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang
yang hidup menderita. Orang-orang itu jika tidak
memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa
menggadaikan anak gadis, istri atau ibunya untuk
dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi
melepaskan diri dari lilitan hutang.
Di depan gubuk-gubuk itu, Muhammad melihat para pemuda
berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi impian tentang
datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah
dari kebiadaban. Para pemuda itu berkumpul
mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang
legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang
berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.
Suatu saat, pada usia Muhammad 12 tahun, Abu Thalib
berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari nafkah.
"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad
"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan
jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu menempuh
kesulitan sedemikian berat!".
Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Muhammad berlindung.
Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi
kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di
sampingnya.
"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang
diri apabila Paman pergi nanti?" tanya Muhammad begitu
mengiba.
Abu Thalib sangat terharu,
"Demi Allah, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak
boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah
dengannya selama-lamanya."
*Lihb Si Peramal*
Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan
membawa anak-anaknya untuk diramal.
Suatu hari, Lihb melihat Muhammad.
"Kemarilah, hai anak muda!" serunya. Namun, Abu Thalib
segera menyembunyikan Muhammad dan membawanya pergi
hingga Lihb berteriak-teriak,
"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku
lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan menjadi orang
besar di kemudian hari!"
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Jamuan Buhaira*
Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke *Syam
1)*. Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah
ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia
adalah pendeta yang pandai. Di rumah ibadahnya, selalu
ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu kepada
Buhaira.
Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan
Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat itu.
Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira.
Ketika rombongan Quraisy, termasuk Abu Thalib dan
Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira
memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan
yang banyak.
Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah
ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada rombongan
Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti
ke mana pun kafilah pergi. Ada sesuatu atau seorang di
dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik
matahari.
Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah
beristirahat di bawah pepohonan rindang dan berkata
"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat
makanan untuk kalian. Aku ingin kalian semua, anak
kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah
di rumahku"
Salah seorang Quraisy bertanya,
"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa
yang engkau perbuat kepada kami hari ini. Padahal,
kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang
sebenarnya terjadi padamu?"
"Engkau benar," jawab Buhaira,
"dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun,
kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan aku ingin
menjamu kalian. Aku telah membuat makanan dan kalian
semuanya harus ikut makan."
Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke
rumah Buhaira untuk memenuhi undangannya. Hanya saja,
Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia
ditugaskan menjaga perbekalan kafilah.
______________
1) Negeri *Syam*
Abu Thalib berangkat tahun 582 Masehi ke negeri Syam.
Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya
(sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan Palestina.
Syam berada di bawah pemerintahan Romawi Timur
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 17
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Percakapan Buhaira*
Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu
yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia
kembali mengulangi permintaannya,
"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak
makan makananku ini."
Salah seorang Quraisy berkata,
"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang
layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling
kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan
rombongan."
Buhaira menggeleng-geleng kepala,
"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan
bersama kalian!."
Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari
mereka bahkan berkata,
"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ikut makan bersama
kami."
Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan
mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain.
Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata
Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari
hasil pengamatannya itulah, Buhaira mengambil
kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat
kenabian."
Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih,
rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju tempat
perkemahan mereka untuk beristirahat.
Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi.
Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara.
"Hai anak muda," panggil Buhaira,
"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan engkau
harus menjawabnya."
Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,
"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil
menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada
yang sangat aku benci melainkan keduanya."
Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya,
"Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu
dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab
pertanyaanku."
Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,
"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau
tanyakan."
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Saran Buhaira kepada Abu Thalib*
Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad,
tentang tidur Muhammad, tentang postur tubuh Muhammad,
dan banyak lagi hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu
sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian,
Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda
kenabian di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian
itu seperti bekas orang berbekam.
Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya
kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''
''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib
Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas
mempunyai ayah yang masih hidup"
Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.
"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"
Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.
"Apa yang dikerjakan ayahnya?"
"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada
dalam kandungan ibunya "
"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-
dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan
sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.
"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara
mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari
orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat
padanya seperti apa yang aku lihat, mereka pasti akan
membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera
bawa pulang dia ke negeri asalmu!"
Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia
yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka
dari itu, segera setelah urusan perdagangannya
selesai, Abu Thalib segera membawa Muhammad pulang.
Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi
melindungi keponakannya itu.
*Bushra* (kota di mana Buhaira tinggal)
Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan
kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi
Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi
sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan
Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan
mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan
paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak lebih
ke Utara.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 18
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مَّد‬
*Perlindungan Allah*
Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh
Buhaira, karena peringatan itu memang beralasan.
Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan
rumah Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab bernama
Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya
menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada
Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak dengan
ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya,
ketiga orang ini juga telah mendengar tentang
Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa
dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud
membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha
memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya
akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya bahwa
bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu
mendekati Muhammad untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam
perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar
dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari
hadapan Buhaira.
Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-
kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh
menjadi orang yang paling ksatria, paling baik
akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik
pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling
murni kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan
akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga semua orang
menjulukinya *"Al Amin"* karena Allah mengumpulkan
sifat-sifat itu pada diri Muhammad.
*Kelak setelah menjadi Rasul,* Muhammad bercerita
tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil
dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,
"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil
Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan yang
biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas
baju untuk alas di atas pundak (sebagai ganjalan)
untuk memikul batu.
"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba
seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya
menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia
berkata, 'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil
pakaianku dan memakainya. Setelah itu, aku memikul
batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian
dan tidak seperti teman temanku."
*Membantu Paman*
Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk
membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan
*Perang Fijar*
Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan
Jazirah Arab. Muhammad juga mengalami perang. Perang
itu disebut Perang Fijar.
Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima
belas tahun.
Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.
Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-
Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena
Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin
kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari
belakang dan membunuh Urwa.
Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak
diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin
mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas
kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci.
Selama empat tahun berturut-turut, kedua belah pihak
saling menyerang.
Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas
memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan
memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada
tahun-tahun berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke
arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman:
pihak yang menderita lebih sedikit korban manusianya
harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya
sejumlah selisih kelebihan korban. Dalam hal ini,
pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban
harus membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh
orang Hawazin.
*Barradz bin Qois*
Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah
seorang pemabuk.
Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat
naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat
dan membuat onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan,
menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois
diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah,
Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz bin Qois
membunuh Urwa bin Utba.
*(Bersambung)....*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian ke 19
*HILFUL FUDHUL*
Selain mengikuti peperangan, Muhammad yang masih
remaja juga mengikuti sebuah perjanjian yang amat
baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful
Fudhul.
Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para
pedagang asing yang sering kali terdzalimi. Pencetus
perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing
dari Yaman.
Saat itu, Ash bin Wa'il, seorang saudagar Mekah, tidak
mau membayar utang kepada si pedagang. Pedagang itu
lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.
Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy.
Mereka khawatir apabila dibiarkan terus, para pedagang
Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang
Fijar mengakibatkan mulai terjadinya perpecahan di
pihak Quraisy.
Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari
keluarga yang lain sudah mulai berani mencoba
menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. Maka dari
itu, atas usulan Zubair bin Abdul Munthalib, seorang
paman Muhammad, orang-orang Quraisy dari keluarga
Hasyim, Zuhra, Taim berkumpul. Mereka bersepakat dan
berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas bahwa Tuhan
akan berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu
tertolong.
Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah
bin Jud'an At Taimi yang megah. Perjanjian Hilful
Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak
orang lemah. Muhammad ikut menyaksikan perjanjian dan
amat menyukainya.
Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang
Rosullullah, Muhammad bersabda: " _Aku tidak suka
mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'an
itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku
diajak, pasti akan kutolak_"
*Besarnya Diyat*
Diyat adalah pembayaran ganti rugi.
Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya
sebanyak 100 ekor unta. Satu kaki/tangan/mata jadi
buta diganti dg 50 ekor unta.
Jika wajah cacat total, nilai gantinya 100 unta.
Luka sampai menembus otak, 33 ekor unta.
Cacat kelopak mata, 25 ekor unta.
Satu jari hilang/tulang retak, 15 ekor unta.
Luka sampai tulang kelihatan, 10 ekor unta.
Satu gigi copot, 5 ekor unta.
Demikian seterusnya dalam ketetapan yang rinci.
*MENGGEMBALAKAN KAMBING*
Muhammad melewati masa remajanya dengan menggembalakan
kambing. Beliau pernah berkata kepada para sahabatnya,
"Musa diutus, dia menggembala kambing. Daud diutus,
dia menggembala kambing. Aku diutus juga menggembala
kambing keluargaku di Ajyad."
Sambil menggembala, pikiran Muhammad menerawang,
"Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu
kemilau? Siapa yang membuat udara untuk kuhirup? Siapa
yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat
matahari mengejar bulan dan bulan mengejar matahari?"
Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Muhammad selalu
sibuk berpikir. Hal itu membuat akhlak beliau terjaga
demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi
di Mekah.
Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana,
laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri sering
pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa
busana, pesta mabuk-mabukan setiap malam, dan masih
banyak keburukan lain.
Meski demikian, pernah juga Muhammad ingin pergi ke
kota untuk melihat sebuah pesta pernikahan.
"Tolong jaga kambing-kambingku," pinta Muhammad kepada
seorang teman gembalanya.
"Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-
senang," kata teman Muhammad.
"Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti
seorang pertapa."
Muhammad pun pergi memasuki Mekah.
Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan
yang dipenuhi berbagai hiburan dan musik.
Namun, belum sempat Muhammad tiba dirumah itu,
tubuhnya tiba tiba disergap keletihan. Muhammad duduk
bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi.
Ia tidak sempat melihat tontonan di pesta sedikit pun.
Esok harinya, Muhammad datang lagi ke Mekah dengan
maksud yang sama. Kali ini, sebelum ia tiba di tempat
pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun
dari langit, musik yang jauh lebih indah daripada
semua musik di dunia ini. Musik itu membuai Muhammad
dan ia pun kembali tertidur.
Sejak itu, Muhammad tidak lagi berminat
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 20
*Khadijah*
Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan
anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal, saudara-
saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan
peninggalan orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa
kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan
berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan
sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka dari itu,
Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya
sendiri berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa
kalau pun tidak mendapat harta warisan, dia mampu
mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya
sendiri.
Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu
orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim, dan orang-
orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu,
Khadijah menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah
lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi
dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya,
dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah
tidak menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan
bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja
yang pantas dihormati.
Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu,
biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika sebuah
kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar
negeri. Orang yang dimintai bantuan itu
bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya
untuk dijual ke pasar-pasar asing. Khadijah sangat
teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai
merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat
tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada
waktu dan tempat yang tepat.
Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar,
sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy berangkat
dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya
adalah harta perdagangan milik Khadijah. Dia seperti
mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia
menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi "emas".
Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu Quraisy"
atau "Ratu Mekah".
Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah
tidak akan menjadikan Khadijah *(kelak)* sebagai istri
seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama
yang membuatnya sepadan dengan Muhammad
Catatan
Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung
bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai 2500 ekor
dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah
perlu organisasi yang baik, biaya besar, dan
keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh
anggota kafilah harus berani menyabung nyawa untuk
mempertahankan harta yang dibawanya.
*Wanita Suci*
Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin
Naufal. Waraqah adalah sanak saudara Khadijah yang
paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab
Jahiliah yang menyembah berhala sehingga menyimpang
jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang setia
dan lurus. Dia tidak pernah meminum minuman keras dan
berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin
yang membutuhkan pertolongannya.
Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin
Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala dan
patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut
setia ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur
hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan segera menemui
sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan
yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah
dan Waraqah akan membeli anak itu dan membesarkannya
seperti anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak
menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya kembali.
Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak
itu akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah
itu barulah dia mengizinkan sang Ayah membawa pulang
anaknya kembali.
Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan
penuh keteladanan ini membuat semua orang menjulukinya
juga sebagai *Khadijah At Thahirah* atau Khadijah yang
suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita
dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan
merendahkan wanita.
Catatan
Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita
terkenal.
Di antaranya adalah:
~ Hindun, istri Abu Sofyan dan
~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.
Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual
keperluan wanita, seperti pakaian, parfum, perhiasan
emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang
ini tidak memerlukan banyak ruang, ringan dan laku
keras di mana-mana.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 21
*Pembicaraan Abu Thalib*
Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah
kembali mulai menyusun kafilah perdagangan musim panas
mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria.
Khadijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya,
tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi
pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang,
namun, tidak satu pun yang berkenan di hatinya.
Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan
menawarkan kepadanya Muhammad, keponakannya yang baru
berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu
Thalib tahu bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman,
tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad lebih dari
sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun
telah mendengar nama Muhammad. Satu hal yang Khadijah
yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah
menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa
dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu
Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali
lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada
orang lain. Oleh karena itu, Abu Thalib pulang dengan
gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah
yang kemudian menerangkan tentang seluk beluk
perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan
tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu
penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah.
Khadijah menyertakan seorang pembantu laki-lakinya
yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad
di perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya
yang lain, Muhammad datang pada hari yang telah
ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah
yang sedang menanti mereka dengan surat-surat
perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera
berangkat. Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat
menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari.
Mereka beristirahat pada siang hari karena perjalanan
siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah
ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.
*Imbalan untuk Muhammad*
Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen
adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib minta
empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak
kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang
dekat dan kusukai."
*Berdagang ke Syam*
Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah
adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisarah
menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat
menarik yang mereka lewati. Muhammad juga menemui
bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab
terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para
pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah
pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung
dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian
Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang tajam,
serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku
terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah
didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang
berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah untuk
dijual dengan harga tinggi.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad
pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan Muhammad
sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya
pada setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu,
Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan
setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir.
Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisarah. Ia tidak
menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat
terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat
manusia.
Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai
kelompok Nasrani di Syria. Setiap masing-masing dari
mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal
seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok.
Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-
pikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu
terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk
handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas.
Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan
karena mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang
tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi
mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti
dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat
lagi mereka menahan air mata.
*Hari Jum'at*
Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka
ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi,
khutbah Jum'at Rasulullah hampir terganggu, karena
saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah
semua orang pada saat itu.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 22
*Perasaan Khadijah*
Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang
kembali. Di tempat perhentian Marr Al Zahran, sehari
perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului
datang ke Mekah untuk memberi laporan perdagangan.
Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di Mekah.
Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu
tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.
Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas
datang menyambut dan Muhammad pun melaporkan hasil
penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai
pengalaman kecil dalam perjalanan. Saat itu, Khadijah
sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad
pulang, Maisaråh menceritakan sendiri kesan-kesannya
terhadap Muhammad.
"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang
demikian sempurna memandang masa depan. Keputusan-
keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak
pernah salah. Ia juga sangat jujur dan sopan,"
demikian sebagian kisah Maisaråh.
Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen
barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan
mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada
hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat
menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi
hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya
tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal,
keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar
biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut
memiliki "Sentuhan penuh berkah".
Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam
dalam pemikiran yang sungguh-sungguh. Setelah cukup
lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,
"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad
dan juga dari apa yang kulihat sendiri, aku
berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan
kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah
yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara
para rasul pada masa yang akan datang."
*Pernikahan Agung*
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan
bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu setelah
suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan
Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak.
Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu
hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu,
Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah
adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga
tahu bahwa ada satu laki-laki yang seperti itu di
Mekah, ia adalah Muhammad.
Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya
tentang Muhammad, Nafisah tidak terkejut lagi.
Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk
mengetahui bagaimana pandangan Muhammad tentang
dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun
bertanya,
"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda.
Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda telah menikah
dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak.
Mengapa Anda tidak menikah?"
"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum
mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah."
"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik,
kaya, dan terhormat mau menikah dengan Anda walaupun
Anda belum mampu?"
Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,
"Siapakah wanita itu?"
Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri
Khuwailid."
Alis Muhammad tambah terangkat,
"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah
denganku? Bukankah Anda tahu bahwa banyak bangsawan
kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang
telah melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"
"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan
semuanya kepadaku. Aku akan mengurus semuanya."
Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun
mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun
dilangsungkan.
Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-
pamannya yang ikut berbahagia.
*Perawakan Muhammad*
Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung.
Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan pembesar
Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda
yang gagah diiringi para pemuda Bani Hasyim yang
menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita Bani
Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah
mempelai wanita.
Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi
cahaya lilin dalam lampion-lampion yang digantung
dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas
7 batang lilin.
Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk
menyambut para tamu yang datang menjelang sore hari.
Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan
brokat digantung begitu serasi. Lantainya tertutup
karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.
Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya
seperti matahari terbit. Ia mengenakan pakaian
pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat
itu. Abu Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam
memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin Naufal adalah
wakil pengantin wanita.
Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya
tampan dan indah. Perawakannya sedang, tidak terlampau
tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan
bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang
alis yang lengkung, lebat dan bertaut. Sepasang
matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya agak
kemerahan, tampak lebih menarik dan kuat. Pandangannya
tajam dengan bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya
halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya
lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya
terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki
yang tebal. Jika berjalan, badannya agak condong ke
depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air mukanya
membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan
matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh
kepadanya.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 23
*Sifat Muhammad*
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan
pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya, Allah
telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan
tinggi dengan harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan
gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang
hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal
ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama
Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah
akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta
berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa
Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing
istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu
dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat membuat
orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat
kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang
yang rendah hati. Itu adalah sifatnya yang menonjol.
Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli
siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja
mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar
badannya untuk menghadap orang yang mengajaknya
berbicara.
Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia
justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang
lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang
tidak bisa diajak bergurau. Ia sering juga membuat
humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu
yang benar.
Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak
pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila marah,
tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia
marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di
keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan tidak
menampakkannya keluar.
Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada,
berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia
bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan
siapa saja. Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia
mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas,
dan tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-
sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga
menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang
yang bergaul dengan Muhammad.
*Mahar Pernikahan*
"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal
dengan suara agak keras. "Saksikanlah bahwa aku
menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin
senilai 12 ekor unta betina."
*Kambing Sedekah*
Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad
memerintahkan agar seekor kambing disembelih di depan
pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada
fakir miskin. Itu belum termasuk para undangan yang
menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun
dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung daging.
*Baqum Si Pedagang Romawi*
Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan,
tetapi aktif bergaul dalam masyarakat. Suatu hari
terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad
menjadi semakin harum. Peristiwa itu didahului oleh
banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di
sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang
jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah.
Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang
sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan
untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang takut
apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa
dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki
dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga
tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di
laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten
kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani yang berasal
dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan
serombongan orang untuk membeli kapal itu, membongkar
kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun
kembali Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai
ahli kayu.
Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar
dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut dikutuk
Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa
yang menimpa Abrahah dan pasukan gajahnya saat ingin
menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan
diri merombak sudut bangunan bagian selatan. Setelah
itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia
tidak juga dikutuk, mereka pun mulai melakukan
pembenahan Ka'bah.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 24
*Membangun Ka'bah*
Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi
menjadi empat bagian. Setiap kabilah masing-masing
mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan
dibangun kembali.
Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung
Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu, pekerjaan
dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan
membongkar dinding serta fondasi. Muhammad ikut
terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari
itu.
Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa
dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu, batu itu
mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu
granit biru dari bukit sekitarnya. Sebuah bahan
pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari
Syria pun mulai digunakan.
Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai
perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah
satu jengkal atau sekitar dua meter. Dalamnya diuruk
tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila
banjir datang kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di
sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi. Dinding
dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai
diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga
untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas
dari banjir. Isinya terlindungi dari hujan, panas dan
tangan jahil pencuri.
Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana
sampai dinding tembok mencapai tinggi satu setengah
meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad,
ditempatkan kembali ke tempatnya semula di sudut
timur.
Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan,
berebut lah setiap kabilah untuk melaksanakannya.
Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah
lain sehingga kedua kelompok saling beradu mulut
sampai suasana menjadi semakin panas.
Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al
Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihormati dan
dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui
oleh semua pihak, "Serahkanlah putusan ini di tangan
orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."
*HAJAR ASWAD*
Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa
adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak lega.
"Ini dia Al Amin" seru mereka.
"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia
bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima
putusannya."
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang
mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30
tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan
bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan
pada mata setiap orang dari masing-masing kabilah
Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah
mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di
antara kabilah-kabilah itu.
Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,
"tolong bawakan sehelai kain."
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan
menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati Hajar
Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di
tengah-tengah.
"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain
ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan
bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar
Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan
meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad
yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda.
Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan
bijaksana.
*Putra Putri Muhammad*
Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau
wanita yang penuh kasih, setia, dan menyerahkan
seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga
wanita yang subur. Setelah lima belas tahun berumah
tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan
Abdullah.
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi,
sedangkan keempat anak perempuan yang lain tetap hidup
hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya
Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.
Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah,
Muhammad sering melihat kesedihan di wajah istrinya
itu . Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi
masyarakat jahiliah adalah hal yang amat penting dan
dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya,
mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat
memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur
bayi perempuannya hidup-hidup dari pada
membesarkannya.
Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu
memiliki anak-anak perempuan. Mereka menyayangi semua
anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu
mereka, Fatimah, yang saat itu masih berusia lima
tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya. Hanya
saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi
merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.
*Kekayaan Terbesar*
Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar
adalah istri yang salehah. Khadijah adalah kekayaan
terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam
hidup beliau.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 25
*Rumah Tangga Muhammad*
Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup
dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar
kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau
wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar
beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju
berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik
atau putih. Rasulullah juga gemar memakai surban
dengan salah satu ujungnya menggelantung antara
pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya
terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah
sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya
sebagai anak.
*Zaid bin Haritsah*
Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin
Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin
Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa
merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah membeli
Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid
bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara
diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan
pulang bersama ibunya ketika datang para perampok
gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia
hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke
sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah
memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang
bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid
seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdullah yang telah
tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun,
secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak
anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan
merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan
tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada
Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap
bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad.
Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai
putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil
Zaid bin Muhammad.
*Di kemudian hari*, Allah melarang anak angkat
mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta
seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan
anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu
tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun,
bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan
bagi manusia?" demikian pikir Muhammad.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang
berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang?
Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas
terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang
jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa
pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang
begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua
keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam
kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari
kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari
keramaian dan pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu,
sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal
tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan
itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu
dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari
setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin
lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh.
Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40
tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini
menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani
dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
*(Bersambung)*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 26
*Diangkat Menjadi Utusan Allah*
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia
datang membangunkan Muhammad yang sedang tidur karena
kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra
(Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad
menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad
merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu
berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian,
setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya baca?"
barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama
hingga ayat kelima:
َ‫ا ْقرَ ْأ ِباسْ ِم رَ بِّكَ الَّذِي َخلَق‬
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
Surah Al-'Alaq (96:1)
‫َخلَقَ اإْل ِ ْنسَ انَ مِنْ عَ لَ ٍق‬
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Surah Al-'Alaq (96:2)
‫ا ْقرَ ْأ َورَ بُّكَ اأْل َ ْكرَ ُم‬
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Surah Al-'Alaq (96:3)
‫الَّذِي عَ لَّ َم ِب ْال َقلَ ِم‬
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Surah Al-'Alaq (96:4)
‫عَ لَّ َم اإْل ِ ْنسَ انَ مَا لَ ْم َيعْ لَ ْم‬
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Surah Al-'Alaq (96:5)
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun
pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya terhujam oleh
firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun
dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati,
"Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah
diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada
siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh
gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri
celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam
hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil.
Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau
memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam
bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan
terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di
seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa
malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.
*Ketulusan Khadijah*
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan
nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari
suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang,
Muhammad berjalan pulang dengan hati yang sudah di
penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus
berdenyut keras dan hati berdebar ketakutan, beliau
pulang ke rumah.
"Selimuti aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil
kedinginan seperti terkena demam. Setelah rasa
takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan
tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.
"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah
terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu
bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang,
"bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi Dia yang
memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau
akan menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah
takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat
tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau
selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati
tamu serta menolong mereka yang dalam kesulitan atas
jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan
tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang gelisah.
Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan
diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu
dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang
Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan
beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang
Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan
keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang
*Rasulullah, utusan Allah*.
*Kabar dari Waraqah bin Naufal*
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu.
Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan
nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa
yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan
Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi
untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan,"
demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun,
senyum itu segera menghilang, berganti rasa takut
memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal
menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai
menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-
ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau
memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang
bijak yang dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin
Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur, dan
menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci
Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah.
Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus
besar' 1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh,
dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya
tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur.
Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh
ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh
suaminya menggigil, napasnya terlihat sesak dengan
keringat memenuhi wajah.
_______________
1) *Namus Besar*
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal
dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab undang-undang
atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah
dalam Al Qur'an.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
#Bagian Ke 28
*Shalat*
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang
diajarkan Allah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Suatu
saat, ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali
yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah rukuk, sujud, serta
membaca ayat-ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Khadijah selesai shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah
telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak
manusia menyembah Allah."
Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak sepupunya itu
untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan
berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun
membacakan beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali
bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian
indah.
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya
terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah
‫ ﷺ‬dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka
berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu
Thalib.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu
dengan Abu Thalib," demikian kata Ali, "apa gunanya
saya harus berunding dengan dia untuk menyembah
Allah?"
Jadi, *Ali* adalah anak pertama yang memeluk Islam.
Kemudian, *Zaid bin Haritsah*, bekas budak yang ikut
Rasulullah ‫ﷺ‬, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga
Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas
budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan
untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu
betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang
Quraisy menyembah berhala yang diwarisi dari nenek
moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun
kerasnya perlawanan orang.
*Keislaman Abu Bakar*
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah
teman akrab Rasulullah ‫ ﷺ‬sejak zaman sebelum
Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah
orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang
Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau segera keluar mencari
sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar
bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah),
ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat di
majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa
engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan
masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda
Rasulullah ‫ﷺ‬,
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya.
Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan
keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa
yang kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar,
aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa,
yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah
menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu
taat kepada-Nya."
Rasulullah ‫ ﷺ‬memperdengarkan beberapa ayat Al
Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar
langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya
itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang pun yang
ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya
melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu.
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada
teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengikuti
Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqash
pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
*Keislaman Utsman bin Affan*
Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang
keislamannya:
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib
untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama
kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat itu
juga dan aku perhatikan beliau. Waktu itu, tampak
jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu
rupa?"
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan
terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga
kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai
dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan
kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah, mendengar
kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian,
Rasulullah membacakan ayat,
٢٢  َ‫م َومَا ُتوعَ ُدون‬3ْ ‫َوفِي ال َّسمَا ِء ِر ْزقُ ُك‬
ِ ْ‫َف َورَ بِّ ال َّسمَا ِء َواأْل َر‬
٢٣  َ‫ض إِ َّن ُه لَحَ ٌّق م ِْث َل مَا أَ َّن ُك ْم َت ْنطِ قُون‬
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa
yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan
bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi
seperti apa yang kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).
Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan pergi
keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang.
Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
*Pengorbanan Seorang Istri*
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah,
sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh
orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya,
memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan
Islam yang tidak pernah beliau nikmati.
*Bersambung...*
03/09/21 07.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 29
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Kaum Muslimin Awal*
Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang
Quraisy, kaum Muslimin permulaan (Assaabiquunal
Awaluun), melaksanakan ibadah mereka secara sembunyi-
sembunyi. Jika hendak shalat mereka pergi ke celah-
celah gunung di Mekah. Keadaan ini berlangsung selama
tiga tahun berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi
sedikit Islam semakin meluas. Firman Allah yang turun
satu demi satu semakin memperkuat keyakinan kaum
Muslimin.
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang,
yaitu keteladan Rasulullah ‫ﷺ‬, yang beliau
contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang
penuh bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat
rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur kata beliau
lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti
ditunaikan sebagaimana mestinya. Perlakuan Rasulullah
‫ ﷺ‬terhadap orang-orang yang lemah, yatim
piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah
perlakuan yang penuh kasih, lembut dan sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau
bertahajud dan membaca wahyu yang disampaikan Allah
padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya.
Beliau juga merenungkan betapa luar biasanya
penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti
itu membuat orang-orang yang sudah beriman semakin
bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh
keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati
meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka dan tidak
takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Kalau orang lain telah Rasulullah ‫ ﷺ‬dakwahi
bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah beliau juga
berdakwah kepada paman-paman beliau yang sebagiannya
merupakan para pembesar Quraisy yang disegani? Apa
yang mereka lakukan ketika mereka tahu bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak meninggalkan sesembahan
berhala yang telah begitu lama diwariskan oleh nenek
moyang mereka.
*Jamuan Makan Untuk Kerabat*
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ‫ﷺ‬
daripada kaum kerabatnya sendiri. Setelah tiga tahun,
turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau
berdakwah kepada kerabatnya.
َ‫َوأَ ْنذِرْ عَ شِ يرَ َتكَ اأْل َ ْقرَ ِبين‬
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat,
Surah Asy-Syu'ara' (26:214)
َ‫َن ا َّتبَعَ كَ مِنَ ْالم ُْؤ ِمنِين‬ ْ ‫َو‬
ِ ‫اخفِضْ جَ َناحَ كَ لِم‬
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
Surah Asy-Syu'ara' (26:215)
َ‫َفإِنْ عَ صَ ْوكَ َفقُ ْل إِ ِّني ب َِري ٌء ِممَّا َتعْ مَلُون‬
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah:
Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang kamu kerjakan;
Surah Asy-Syu'ara' (26:216)
‫يز الرَّ ح ِِيم‬ ِ ‫َو َت َو َّك ْل عَ لَى ْالعَ ِز‬
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang,
Surah Asy-Syu'ara' (26:217)
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengundang makan keluarga besar
beliau. Mereka pun datang,
"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau
yang bernama Zubair.
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah
mereka makan, Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri dan
berkata,
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan
Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah
masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada
kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan
akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau
mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan
bangkit hendak pulang. Namun mereka kembali
terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih
remaja bangkit seraya berseru lantang,
"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan
siapa saja yang engkau tentang!"
Rasulullah ‫ ﷺ‬menepuk bahu Ali sambil berkata
kepada yang lain,
"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya.
Ikuti dan patuhilah dia!"
Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata
kepada Abu Thalib,
"Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi
anakmu sendiri"
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang
pun di antara para undangan yang tertawa terbahak-
bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan
ditebas Ali memang bersungguh-sungguh dengan kata-
katanya itu.
*Walid bin Mughirah*
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin
Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat yang merupakan
penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha
menjelek-jelekkan Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid
mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.
*Penduduk Mekah Tidak Hirau*
Meski ajaran Rasulullah ‫ ﷺ‬meluas dengan cepat,
penduduk Mekah masih berhati-hati dan tidak terlalu
hirau. Mereka menduga ajakan Rasulullah ‫ ﷺ‬akan
hilang dengan sendirinya dan orang akan kembali
menyembah kepercayaan nenek moyang mereka. Yang
akhirnya, yang menang pasti Hubal, Latta dan Uza pikir
mereka, tidak sadar bahwa keimanan murni yang
diajarkan Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak dapat dikalahkan.
*Bersambung...*
03/09/21 07.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 30
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Seruan dari Bukit Shafa*
Rasulullah ‫ ﷺ‬menaiki Bukit Shafa. Kemudian
dengan suara lantang, beliau memanggil-manggil,
"Wahai orang-orang Quraisy! Wahai orang-orang
Quraisy!"
Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut
dan menoleh.
"Muhammad berseru dari atas Shafa!" seru mereka.
Seketika, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-
tanya khawatir,
"Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang
menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya.
"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di
balik-bukit ini ada pasukan berkuda yang siap
menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.
"Kami percaya!" jawab orang-orang yang di berkerumun
itu.
"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah
kami mendengar engkau berdusta."
Rasulullah ‫ ﷺ‬menarik napas dan menyampaikan
seruannya,
"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang
amat berat! Wahai orang-orang Quraisy, Allah
memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada
kalian bahwa yang terbaik bagi kehidupan dunia dan
akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha
illallaah Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab
yang juga hadir di situ, dengan cepat naik darah. Ia
berseru keras-keras mencaci Rasulullah ‫ﷺ‬,
"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah
seluruh hari-harimu! Hanya untuk omong kosong itukah
kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berkata apa-apa dihina
sekeras itu. Beliau hanya menatap tajam wajah Abu
Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang
Quraisy seperti disadarkan dari rasa terpesonanya.
Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang
mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada yang
melirik Rasulullah SAW sambil tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah
firman yang mengutuk perbuatan itu.
*Turunnya Surat Al-Lahab*
Allah berfirman: mengutuk Abu Lahab
َّ‫ب َو َتب‬ٍ ‫َّت يَدَ ا أَ ِبي لَ َه‬
ْ ‫َتب‬
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binasa.
Surah Al-Lahab (111:1)
َ‫مَا أَ ْغ َن ٰى عَ ْن ُه مَالُ ُه َومَا َكسَ ب‬
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
yang ia usahakan.
Surah Al-Lahab (111:2)
‫ب‬ ٍ ‫سَ َيصْ لَ ٰى َنارً ا َذاتَ لَ َه‬
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Surah Al-Lahab (111:3)
‫ب‬ ِ ‫َوامْ رَ أَ ُت ُه حَ مَّالَ َة ْالحَ َط‬
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
Surah Al-Lahab (111:4)
‫جي ِدهَا حَ ْب ٌل مِنْ مَسَ ٍد‬ ِ ‫فِي‬
Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Surah Al-Lahab (111:5)
Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau
katakan? Dengarlah, keponakanmu Muhammad tidak akan
pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya.
Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima
caci maki dan hinaan dari siapa pun sekali pun dari
pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada
ajaran Allah yang dibawanya. Keponakanmu Muhammad
bahkan siap terjun ke medan laga untuk menghadapi
orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman
Allah yang baru turun itu! Bukankah firman itu seperti
gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-
harimulah yang binasa! Binasalah kedua tanganmu dan
sungguh engkau akan benar-benar binasa!
*Abu Lahab*
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab
artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah
‫ ﷺ‬dihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah paman
Rasulullah ‫ﷺ‬.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua
putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan ke dua
putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
*Ummu Jamil*
Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka
dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia adalah Ummu Jamil,
istri Abu Lahab. Begitu mendengar bunyi Surat Al Lahab
yang disampaikan orang kepadanya, hati Ummu Jamil
menggelegak marah. Ia keluar rumah dan berjalan ke
sana kemari mencari sasaran pelampaisan kemarahan.
Tidak lama kemudian, ia bertemu dengan Abu Bakar.
Amarahnya naik ke ubun ubun.
"Apa maksud temanmu melantunkan syair tentang diriku?"
bentak Ummu Jamil kepada Abu Bakar.
Abu Bakar mengerti bahwa yang dimaksud Ummu Jamil
adalah Rasulullah. Sebenarnya, saat itu Rasulullah ada
di sisi Abu Bakar, tetapi Allah menutupi beliau dari
pandangan Ummu Jamil.
"Demi Allah, temanku itu tidak pandai bersyair!"
sanggah Abu Bakar.
"Bukankah temanmu itu mengatakan bahwa di leherku ada
tali dari sabut yang dipintal?"
Ummu Jamil meraba-raba lehernya. Di leher itu, ada
untaian kalung yang amat indah. Ia mempertontonkan
perhiasannya itu kepada Abu Bakar sampai Abu Bakar
merasa jengah dan memalingkan wajahnya.
"Inilah tali sabut yang dimaksud temanmu itu?" ejek
Ummu Jamil sambil tersenyum. "Tidakkah ini merupakan
tali sabut paling indah di dunia?"
Ummu Jamil kemudian berlenggak-lenggok genit sambil
mempermainkan kalungnya. Ia tertawa dengan congkak.
Abu Bakar tidak membalas, beliau cuma memejamkan mata.
Melihat Abu Bakar yang tetap tenang, Ummu Jamil
melengos pergi sambil mengomel,
"Semua orang Quraisy tahu bahwa aku adalah putri
kebanggaan mereka!"
Ummu Jamil adalah wanita yang sangat cantik. Ummu
Jamil berarti "Ibu Kecantikan". Namun, seperti
suaminya, Ummu Jamil sangat membenci Rasulullah dan
kaum Muslimin. Begitu bencinya sampai ia menyuruh
budak-budaknya melemparkan kotoran dan batu kepada
Rasulullah setiap kali beliau lewat.
*Bersambung...*
03/09/21 15.47 - Eryn telah mengubah subjek dari
"Nangka 78😍" menjadi "My Family"
03/09/21 18.00 - Anda telah mengubah ikon grup ini
04/09/21 16.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 31
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Minta Mukjizat*
Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-
orang Quraisy sering meminta mukjizat kepada
Rasulullah.
"Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti
akan beriman kepadamu!" demikian seru salah seorang
dari mereka kepada Rasulullah.
"Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah,
mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa
menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.
"Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup
membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat Allah
itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari
langit! Itu pun sudah akan membuat kami beriman!"
Rasulullah tidak menanggapi permintaan-permintaan aneh
itu. Melihat Rasulullah yang tetap diam dan tenang,
orang-orang Quraisy jadi semakin kesal. Dari waktu ke
waktu, sering di muka umum dan disaksikan orang
banyak, mereka mengajukan permintaan-permintaan lain
yang lebih mustahil.
"Muhammad, kami dengar engkau sering membicarakan
Jibril. Mengapa engkau tidak menampakkan Jibril di
hadapan kami agar kami yakin?"
"Muhammad, kalau Tuhammu memang sehebat yang engkau
katakan, mintalah Ia menghidupkan orangtua-orangtua
kami yang sudah mati!"
"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang
buat seluruh alam! Kalau begitu, mintalah Tuhanmu agar
memunculkan mata air yang lebih sedap dari sumur
Zamzam! Bukankah engkau tahu bahwa penduduk Mekah
sangat memerlukan air?"
"Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-
bukit yang mengurung Mekah agar kota ini dapat mudah
dicapai orang dari arah mana pun!"
*Jawaban untuk Kaum Quraisy*
Allah sendirilah yang menjawab permintaan-permintaan
itu melalui firman-Nya:
َ‫ت مِنَ ْال َخي ِْر َومَا َم َّسنِي‬ ُ ْ‫ت أَعْ لَ ُم ْالغَ ْيبَ اَل سْ َت ْك َثر‬ ُ ِ‫قُ ْل اَل أَمْ ل‬
ُ ‫ك لِ َن ْفسِ ي َن ْفعًا َواَل ضَ ًّرا إِاَّل مَا َشا َء هَّللا ُ ۚ َولَ ْو ُك ْن‬
ُ َ َ ‫اَّل‬ َ َ
َ‫السُّو ُء ۚ إِنْ أنا إِ نذِي ٌر َوبَشِ ي ٌر لِق ْو ٍم ي ُْؤ ِمنون‬
Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-
orang yang beriman.
Surah Al-A'raf (7:188)
Melalui ayat ini, Allah menyuruh Rasulullah
mengatakan, "Wahai orang Quraisy, aku hanyalah seorang
pemberi peringatan. Bukankah aku tidak meminta
kepadamu hal-hal di luar kemampuan akal? Mengapa kamu
justru memintaku menunjukkan hal-hal yang tidak masuk
akal?
"Wahai orang Quraisy, bukankah Al Qur'an itu sendiri
merupakan sebuah mukjizat? Kemudian, mengapa kamu
masih meminta mukjizat yang lain? Apakah jika mukjizat
itu benar-benar diturunkan, kamu akan beriman
kepadaku? Bukankah jika mukjizat itu turun, kamu akan
mengatakan bahwa aku hanyalah seorang penyihir yang
mengada-ada?
"Wahai orang Quraisy, kalau kamu tidak mau menyembah
Allah dan tetap menyembah berhala, mengapa tidak kamu
minta saja mukjizat-mukjizat tadi kepada para berhala
itu? Bukankah kamu tahu bahwa berhala-berhala itu
tidak dapat mendatangkan kebajikan? Bukankah mereka
tidak bergerak, tidak hidup, dan hanya terbuat dari
batu dan kayu? Bukankah mereka tidak dapat membela
diri jika ada orang yang datang dan menghancurkannya?
Demikianlah, Rasulullah menjawab dengan kata-kata yang
tidak dapat lagi dibantah kebenarannya. Namun, apakah
orang-orang kafir itu seketika mau menerima Islam?
Tidak, mereka bahkan melakukan hal-hal lain untuk
menyingkirkan Rasulullah.
*Ammarah bin Walid*
Sekali pun tidak memeluk Islam, Abu Thalib adalah
pelindung Rasulullah. Jika ada orang yang membahayakan
Rasulullah, Abu Thalib dan kabilahnya siap membelanya
sampai titik darah penghabisan. Tidak ada musuh
Rasulullah yang berani membunuh beliau tanpa
menghadapi Abu Thalib dan kabilahnya. Karena
mengetahui kokohnya perlindungan Abu Thalib ini, para
pemuka Quraisy mendatangi orangtua itu di rumahnya.
"Abu Thalib," demikian mereka mengajak bicara,
"keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita,
mencaci agama kita, dan menganggap sesat nenek moyang
kita. Engkau harus menghentikan dia sekarang. Jika
tidak, biarlah kami yang akan menghadapinya. Kalau
kamu melindunginya juga, biar kabilah-kabilah kami
yang akan menghadapi kabilahmu."
Abu Thalib menghela napas berat,
"Demi Tuhan Ka'bah, biar seluruh Mekah menghalangi
jalanku, aku akan tetap melindungi kemenakanku itu."
Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu
pergi tanpa berkata apa-apa. Bagaimanapun, mereka
belum sanggup menghadapi perang saudara yang akan
menghancurkan kota Mekah. Mereka memutar akal dan
menemukan muslihat lain.
Para pemimpin Quraisy itu kembali mendatangi Abu
Thalib sambil membawa serta Ammarah bin Walid. Ia
adalah pemuda Quraisy yang gagah perkasa dan paling
tampan wajahnya.
"Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi
milikmu. Namun, serahkanlah keponakanmu yang menyalahi
agama kita dan agama nenek moyang kita, yang memecah
belah persatuan kita itu untuk kami bunuh!"
"Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang
adil? Seorang laki-laki ditukar pula dengan seorang
laki-laki!"
Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala,
ditatapinya para bangsawan itu satu demi satu.
"Betapa buruknya tawaran kalian kepadaku ini!" geram
Abu Thalib.
"Bayangkan, kalian memberikan anakmu kepadaku untuk
aku beri makan, sedangkan aku harus menyerahkan anakku
untuk kalian bunuh! Demi Tuhan Ka'bah, ini adalah hal
yang tidak boleh terjadi buat selamanya!"
Abu Thalib adalah pemimpin kabilah Bani Hasyim. Kini
Bani Hasyim terpecah dua. Kaum miskinnya membela Abu
Thalib, sedang kaum kayanya membela Abu Lahab.
*Bersambung...*
04/09/21 16.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 32
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Dahsyatnya Iman*
Abu Thalib memanggil Rasulullah dan berkata,
"Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku
dan mengatakan, 'Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang
terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena
itu, kami meminta baik-baik kepadamu untuk
menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga engkau
lakukan. Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam
terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak
menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-
berhala kita. Suruh diam dia atau kami lawan dia
hingga salah satu pihak nanti binasa! ' "
Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat,
hampir seperti memohon, lalu katanya,
"Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku
dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat kupikul."
Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah
sudah tidak berdaya lagi membelanya. Pamannya hendak
meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum
muslimin masih lemah dan belum mampu membela diri.
Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah.
Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik
mati membawa iman daripada menyerah atau ragu-ragu.
Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa,
Rasulullah berkata,
"Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan
matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku
agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan
kutinggalkan. Biar nanti Allah yang akan membuktikan
apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa
karenanya."
Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib
sampai tertegun dan gemetar mendengar tekad
keponakannya itu. Rasulullah pergi sambil menitikkan
airmata, tetapi Abu Thalib memanggilnya kembali sambil
berkata,
"Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan
menyerahkan engkau apa pun yang terjadi."
*Utsman dan Ruqayyah*
Sore itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan hati yang
sangat sedih. Seharian, beliau melihat para
pengikutnya disiksa.
Betapa berat penderitaan orang-orang Muslim saat itu.
Khadijah menghampiri suaminya tercinta. Dihibur dan
dikuatkannya kembali diri Rasulullah .
Tiba-tiba, pintu terbuka. Ruqayyah, putri kedua
Rasulullah, tiba-tiba masuk sambil menangis. Ruqayyah
mendekap pangkuan ibunya sambil menangis tersedu-sedu.
"Ada apa, sayang?" tanya Khadijah begitu lembut,
menutupi kekhawatirannya sendiri akan berita buruk
yang dibawa putrinya itu.
"Suamiku menceraikan aku, Bunda," isak Ruqayyah. "Ayah
mertuaku, Abu Lahab, menyuruh suamiku menceraikan aku
dan suamiku menurut. Ia dijanjikan akan dinikahkan
kembali dengan putri bangsawan."
Rasulullah dan Khadijah saling bertatapan sedih. Sudah
sekejam itu Abu Lahab bertindak untuk menyakiti
Rasulullah dan keluarganya.
"Ummu Jamil, ibu mertuaku, merobek-robek bajuku,"
lanjut Ruqayyah pilu. "Abu Lahab memukuliku. Abu
Lahab, Ummu Jamil, dan suamiku, Utbah, bersumpah tidak
akan menerima lagi kehadiranku selama ayah masih tetap
mendakwahkan Islam."
Seberapa pun tabahnya Khadijah, akhirnya air matanya
menitik juga melihat putrinya yang kini menjadi orang
terusir. Dengan lembut, Rasulullah memeluk putrinya
itu dan menghapus air mata di pipinya.
"Aku lebih sayang Ayah dan Bunda daripada siapa pun di
dunia ini," bisik Ruqayyah kepada Rasulullah.
Dengan hati pilu, Rasulullah pergi menemui Abu Bakar.
Rasulullah menceritakan kejadian yang menimpa
Ruqayyah.
"Ya Rasulullah," kata Abu Bakar dengan lembut.
"Sebenarnya, dari dulu, Utsman bin Affan sudah menaruh
hati pada Ruqayyah, tetapi Utbah mendahuluinya. Utsman
sangat menyesal tidak dapat menyunting putri Anda."
Mendengar penuturan Abu Bakar, Rasulullah pun kemudian
menikahkan Utsman dengan Ruqayyah. Untuk sementara,
berakhir satu kesedihan.
Masih banyak lagi cobaan dan ujian lain yang akan
mendera Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
*Duri-duri di Jalan*
Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab semakin menjadi
jadi. Setiap kali Rasulullah ‫ ﷺ‬berjalan untuk
menemui para pengikutnya, setiap itu pula beliau
menemukan duri-duri bertebaran di jalan. Perlahan dan
berhati-hati, Rasulullah ‫ ﷺ‬melangkah agar duri
tidak menembus kakinya. Namun, hampir setiap kali pula
dalam keadaan itu, kotoran dan batu melayang ke arah
beliau.
Suara tawa melengking terdengar jika Rasulullah
‫ ﷺ‬tengah sibuk menghindari lemparan batu dan
kotoran. Sambil menghapus kotoran yang melekat di
pakaian, Rasulullah menoleh ke arah suara tawa. Ummu
Jamil dan Abu Lahab kelihatan begitu menikmati
penderitaan Rasulullah ‫ﷺ‬. Ummu Jamil
berpakaian mencolok dan selalu menatap Rasulullah
‫ ﷺ‬dengan tatapan menghina.
"Lihat!" lengking Ummu Jamil,
"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa
agama baru! Agama yang dikiranya dapat menyamakan
kedudukan para bangsawan dan budak!"
Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak berkata apa-apa untuk
membalas. Beliau hanya balik menatap dengan tatapan
yang tajam.
"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya
sudah tuli!" Sembur Abu Lahab. "Hai, para budak!
Lanjutkan kesenangan kalian!”
Seketika itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar
milik Abu Lahab dan Ummu Jamil kembali melempari
Rasullulah ‫ ﷺ‬dengan batu, kotoran, dan pasir.
Diperlakukan seperti itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak
membalas sedikit pun. Beliau hanya menghindar, menahan
sakit, seraya bersabar dan terus bersabar.
*Bersambung...*
06/09/21 11.38 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 27
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Orang yang Berselimut*
Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun
karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu
kepadanya,
‫يَا أَ ُّيهَا ْال ُمد َِّّث ُر‬
Hai orang yang berkemul (berselimut), (QS: Al-
Muddassir 74:1)
ْ‫قُ ْم َفأ َ ْنذِر‬
bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)
ْ‫َورَ بَّكَ َف َكبِّر‬
dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)
ْ‫َو ِثيَابَكَ َف َطهِّر‬
dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)
ْ‫َوالرُّ جْ َز َفاهْ جُر‬
dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (74:5)
‫َواَل َتمْ ُننْ َتسْ َت ْك ِث ُر‬
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. (74:6)
ْ‫َولِرَ بِّكَ َفاصْ ِبر‬
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
(74:7)
Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang
bertambah besar. Beliau perlahan mendekati suaminya.
Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi,
Khadijah," demikian jawab Rasulullah.
"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan
kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya
mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang
akan kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya.
Diceritakannya apa yang tadi dikatakan Waraqah. Dengan
penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang
yang mengimani Rasulullah.
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang
pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah.
Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta
suaminya memberitahu dirinya apabila malaikat datang.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah
yang dapat melihatnya. Khadijah mendudukkan Rasulullah
di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah
kanan. Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah.
Namun, ketika Khadijah melepas penutup wajahnya,
Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa
yang datang itu benar-benar malaikat, bukan jin.
*Bertemu Waraqah*
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah
bin Naufal. Saat itu, Rasulullah sedang melaksanakan
thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya,
Waraqah berkata, "Demi Dia yang memegang hidup
Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau
telah menerima Namus Besar seperti yang pernah
disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan,
disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai
pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela
yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah
diketahui-Nya pula."
Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun
Rasulullah.
Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya,
melihat orang-orang yang menyembah patung-patung batu.
Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan
harta anak yatim. Mereka jelas-jelas berada dalam
kesesatan. Kepada orang orang inilah Rasulullah
diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan
perbuatan perbuatan itu.
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang
orang Quraisy itu benar-benar amat kuat dalam memegang
keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk
mempertahankan keyakinan mereka. Untuk itu, Rasulullah
memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak
juga turun. Jibril tidak pernah datang lagi untuk
waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa
takutnya kembali muncul. Beliau takut jika Allah
melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali
pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin
rasanya beliau membumbung tinggi dengan sepenuh jiwa,
menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah
ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah
untuk menuntun umat ternyata menjadi kering.
Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus
asa.
*Surat Adh Dhuha*
Tiba-tiba, wahyu itu turun:
‫َوالضُّحَ ٰى‬
Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
Surah Ad-Duha (93:1)
‫َواللَّي ِْل إِ َذا سَجَ ٰى‬
dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (93:2)
‫مَا َو َّدعَ كَ رَ بُّكَ َومَا َقلَ ٰى‬
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci
kepadamu. (93:3)
‫َولَآْل خِرَ ةُ َخ ْي ٌر لَكَ مِنَ اأْل ُولَ ٰى‬
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan). (93:4)
‫َولَسَ ْوفَ يُعْ طِ يكَ رَ بُّكَ َف َترْ ضَ ٰى‬
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya
kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. (93:5)
‫ج ْدكَ َيتِيمًا َف َآو ٰى‬ ِ ‫ي‬َ ‫م‬
ْ َ ‫ل‬َ ‫أ‬
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu? (93:6)
‫َو َوجَ دَ كَ ضَ ااًّل َفهَدَ ٰى‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk. (93:7)
‫َو َوجَ دَ كَ عَ ا ِئاًل َفأ َ ْغ َن ٰى‬
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan,
lalu Dia memberikan kecukupan. (93:8)
ْ‫َفأَمَّا ْال َيتِي َم فَاَل َت ْق َهر‬
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang.
(93:9)
ْ‫َوأَمَّا السَّا ِئ َل فَاَل َت ْن َهر‬
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu
menghardiknya.
(93:10)
‫ِّث‬ْ ‫َوأَمَّا ِبنِعْ َم ِة رَ بِّكَ َفحَ د‬
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
siarkan. (93:11)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang
sudah. Betapa damainya firman Allah itu terasa di hati
beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan
mungkar dan membersihkan pakaian. Beliau harus
mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah
menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang
meminta bantuan, dan berlaku lembut kepada anak yatim.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu
Allah melindunginya lewat asuhan kakeknya, Abdul
Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya
kekayaan. Allah pula yang telah menyandingkan beliau
dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan
semasa beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta
kasih, yang memberi nasihat dengan rasa kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan,
lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian. Cukuplah
semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah
mengajak orang kepada kebenaran, sedapat mungkin,
sekuat mungkin.
*Bersambung...*
06/09/21 11.39 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 33
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Bilal bin Rabbah*
Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari
kalangan miskin dan lemah. Ajaran Islam yang melarang
penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi
seorang Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal
ini, para budak itu dipaksa harus memilih:
kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.
"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!"
raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi. Rupanya, ia sangat
murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah,
menjadi pengikut Rasulullah. Lebih murka lagi ia
ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih
memilih menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya
daripada harus keluar dari agama barunya itu.
Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju
Bilal. Kemudian, budak malang itu ditelentangkan di
atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat
matahari berada di atas kepala.
"Budak jelek, engkau akan diperlakukan seperti ini
hingga engkau mati atau engkau mengingkari Muhammad
dan kembali menyembah Lata dan Uzza!".
Menghadapi ancaman itu, Bilal hanya berkata,
"Ahad! Ahad!" ("Maha Esa Allah! Maha Esa Allah! ")
Suara cambuk memerihkan telinga ketika Bilal disiksa,
"Ahad! Ahad!"
"Letakkan batu besar di atas dadanya!" raung Umayyah.
Bilal merasa dadanya hampir remuk dan terasa sesak
sekali, sehingga nyaris ia tidak dapat lagi bernapas
atau pun bersuara, tetapi ia tetap melantunkan kalimat
juangngya. "Ahad! Ahad! Ahad!"
Ibu Bilal, Hamamah, juga disiksa tuannya. Menurut
suatu riwayat, ia gugur dalam penyiksaan itu dan wafat
sebagai syuhada.
(Dalam riwayat yang lain, Hamamah, dimerdekakan
Rasulullah).
*Khalid bin Sa'id*
Seperti Bilal, Khalid bin Sa'id termasuk orang-orang
pertama yang beriman. Khalid adalah orang ke kelima
yang masuk Islam. Ia bermimpi akan jatuh ke jurang
api, tapi diselamatkan oleh seseorang yang ternyata ia
adalah Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam
*Siksaan Demi Siksaan*
Setelah melihat Umayyah menyiksa Bilal sedemikian
kejam, para pemilik budak dan pembesar Quraisy yang
lain ikut menyiksa para budak mereka yang ketahuan
memeluk agama Islam. Beragam siksaan sangat kejam
ditimpakan kepada para pemeluk Islam pertama itu.
"Hukuman apa yang harus kutimpakan kepada budak
pembangkang ini, Tuan?" Tanya algojo.
Sang Tuan tersenyum sinis, "Cambuk dia sampai tanganmu
tidak mampu lagi!"
Algojo melaksanakan tugasnya dengan patuh. Suara
lecutan cambuk disertai erangan orang terdengar dari
detik ke detik. Setiap lecutan membuat rasa sakit
lebih perih dari lecutan sebelumnya. Sebagian orang
yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang lain
gugur karena tidak kuat menahan derita.
Lebih dari itu, ternyata bukan hanya cambuk yang
bicara.
"Buka pakaiannya!" perintah seorang bangsawan kepada
tukang pukulnya.
Beberapa budak Muslim yang malang itu segera saja
menjadi tidak berbaju.
"Pakaikan mereka pakaian besi yang ketat menempel di
kulit!" seringai sang bangsawan.
Para tukang pukul segera menurut.
"Sekarang, bakar baju besi yang telah dikenakan itu!"
seru bangsawan dengan buas.
Jerit kesakitan budak-budak Muslim itu amat memilukan
karena baju besi yang dibakar itu menghanguskan
seluruh kulit tubuh mereka.
*Ummu Ubais dan Zinnirah*
Ummu Ubais dan Zinnirah adalah dua perempuan Muslim
yang disiksa sampai jadi buta. Orang-orang Quraisy
mengejek dengan mengatakan bahwa kebutaan itu
disebabkan mereka dikutuk berhala.
Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian
dapat melihat lagi sehingga orang-orang Muslim dapat
membalas ejekan orang-orang kafir.
*Bersambung...*
06/09/21 11.39 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 34
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Syahidah Pertama*
Sabar, demikian sabda Rasulullah ‫ﷺ‬, setiap
kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka.
Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat
selain sabar sampai mati. Sabar yang demikian membuat
para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita
siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.
Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah
‫ ﷺ‬berdo'a kepada Allah dalam menghadapi
penindasan ini. Mendengar ini, Rasulullah duduk
dengan wajah merah padam seraya bersabda,
"Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang
disisir badannya dengan sisir besi hingga dagingnya
mengelupas dan terlihat tulang-tulangnya. Akan tetapi,
ia tetap teguh memegang keyakinannya. Allah ‫ُس ْبحَ ا َن ُه َو َتعَ الَى‬
akan menyempurnakan urusan ini sampai seorang
penunggang kuda berjalan dari Shan'a ke Hadramaut dan
ia tidak takut kecuali kepada Allah. Ingatlah,
serigala akan tetap ada di tengah-tengah gembalaan,
hanya saja kalian lengah."
Sumayyah adalah ibu Ammar bin Yasir. Beserta suami dan
anaknya, Sumayyah disiksa karena mengikuti ajaran
Rasulullah. Ia diseret di jalan-jalan Kota Mekah, lalu
dilempar ke padang pasir.
"Pukuli dia! Pukuli dia sekuat-kuatnya!" Perintah Abu
Jahal.
Sumayyah pun dipukuli sampai pingsan. Kejadian ini
dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari. Namun,
semakin sakit tubuhnya, iman Sumayyah malah semakin
tinggi.
"Engkau mengikuti Muhammad karena tertarik pada
ketampanannya!" ejek Abu Jahal.
"Tidak," geleng Sumayyah,
"Aku mengikuti Rasulullah karena percaya pada apa yang
beliau sampaikan. Aku mengikuti Rasulullah karena
beliau mengajarkan ada Tuhan yang lebih patut disembah
daripada berhala-berhala kalian!"
Akhirnya, kesabaran Abu Jahal pun habis. Dia mengambil
tombak dan menusuk Sumayyah.
Sumayyah tercatat dalam sejarah sebagai perempuan
muslim pertama yang syahid (syahidah) karena membela
Islam.
*Surga Untuk Keluarga Yasir*
Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬menyaksikan Yasir,
Sumayyah dan putra Yasir yang bernama Ammar disiksa
habis-habisan, beliau bersabda, "Sabar wahai keluarga
Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah
surga."
*PENEBUSAN*
Melihat saudara-saudara baru mereka disiksa demikian
kejam, Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan semua orang
kaya yang beriman segera bertindak. Abu Bakar
mendatangi Umayyah bin Khalaf yang sedang menyiksa
Bilal.
"Bebaskan dia," pinta Abu Bakar.
"Tidak!" Cibir Umayyah.
"Engkau dan temanmu telah meracuni pikirannya! Justru
aku yang minta kamu menghentikan pengaruh jahatmu
terhadap budakku ini!"
Abu Bakar merasa bahwa hati Umayyah tidak mungkin
dibujuk lagi, maka dia segera mengajukan penawaran.
"Kubeli Bilal darimu! Lihat, ini lima uqiyah emas!
Ambil uang itu, dan berikan Bilal kepadaku!"
Dengan seringai penuh kemenangan, Umayyah menyambar
uang-uang emas itu.
"Wahai Abu Bakar! Andaikata engkau menawar satu uqiyah
saja, sudah tentu aku menjualnya! Dia sudah tidak
berharga lagi bagiku!"
Wajah Abu Bakar memerah, bukan karena marah, melainkan
karena dipenuhi rasa bahagia bisa menolong saudaranya
yang tertindas.
"Jangan hanya lima uqiyah" ujar Abu Bakar sepenuh
hatinya, "Andaikan engkau menjual seratus uqiyah pun,
aku akan tetap membelinya!"
Kini giliran wajah Umayyah yang memerah. Terbayang
keuntungan yang akan didapatnya seandainya ia menawar
lebih tinggi lagi.
Abu Bakar yang baik hati kemudian membebaskan Bilal.
Tidak berhenti sampai di situ, beliau pun terus
menggunakan hartanya untuk membebaskan lima kaum
muslimin lain yang tengah disiksa. Budak terakhir yang
dibebaskan adalah budak milik Umar bin Khattab.
Orang-orang Quraisy mengejek Abu Bakar, "Alangkah sia-
sianya Abu Bakar itu! Dia membuang-buang uang untuk
membebaskan orang!"
Namun, semangat Abu Bakar justru membakar kaum
muslimin lain untuk turut berusaha keras membebaskan
saudara-saudara mereka.
*Bersambung...*
06/09/21 13.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian35
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Darul Arqam*
Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah
‫ ﷺ‬mulai berbuah, sedikit demi sedikit, para
pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah yang
kecil itu mulai terasa sempit.
"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan
tempat pertemuan ke rumahku," usul Arqam. "Rumahku
cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah
puluhan orang. Lagi pula, letaknya ada di puncak
bukit. Orang-orang jahat tidak mudah mencapai tempat
itu untuk mengganggu kita."
Rasulullah pun setuju. Oleh karena itu, pertemuan
setiap malam pun pindah ke rumah Arqam. Sebagian
pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah: para
budak, buruh, orang miskin, perempuan-perempuan fakir,
serta orang tertindas lain. Sisanya adalah golongan
orang terpelajar dan pedagang kaya.
Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu.
"Bagaimana jika nanti ajaran baru ini menutup Mekah
dari rombongan saudagar dari tempat-tempat lain? Kalau
demikian yang terjadi, kita akan bangkrut." Ujar
seorang pedagang.
Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah. Islam tidak
akan menutup Mekah. Islam juga tidak akan mengubah
musim ziarah ketika justru banyak pedagang mancanegara
berdatangan ke Mekah. Islam tidak melarang semua itu.
Hal yang dilarang adalah:
1. Menyembah berhala
2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan
Quraisy
3. Bertelanjang ketika thawaf di Ka'bah
4. Menyelenggarakan pelacuran
5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan tindakan buruk
lain saat melaksanakan ziarah
*Rencana Para Pemuka Quraisy*
Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, para pedagang
pun merasa lega. Kebanyakan mereka bukan pedagang
budak dan tidak menarik untung dari korban yang
dipersembahkan untuk bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman
mereka pun semakin kuat.
Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para
pembesar Quraisy pun menyusun rencana lain...
"Apa yang harus kita lakukan?" teriak seorang pemuka
Quraisy.
"Abu Bakar dan teman-temannya terus membebaskan budak-
budak kita! Tidak ada jalan lain, bunuh budak-budak
itu agar yang lain ketakutan!"
"Tidak," geleng Abu Jahal lemah. "Sumayyah telah
kubunuh, tapi itu tidak membuat yang lain takut. Cari
saja cara yang lain!"
Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat,
"Pukuli Muhammad sampai remuk! Dengan demikian,
wibawanya akan hancur dan pengikutnya pun bubar
ketakutan!"
"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan
membelanya!" lengking yang lain.
"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita
takuti dari Bani Hasyim adalah Hamzah! Namun, engkau
lihat sendiri, Hamzah sibuk berfoya-foya sendiri! Ia
tidak peduli pada nasib keponakannya itu! Pilihlah dua
orang yang paling ditakuti di Mekah untuk melaksanakan
tugas ini!"
Sejenak, orang-orang terdiam sambil memandang
berkeliling. Kemudian, seorang dari mereka menunjukkan
jarinya kepada pemuda bertubuh tinggi besar,
"Engkau, Umar bin Khattab! Engkau dan Abu Jahal! Tidak
ada orang lain yang berani melawan kalau kalian
memukuli Muhammad!"
Orang-orang berseru "setuju."
"Sabar," tiba-tiba seseorang berseru,
"langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu
wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para budak
melempari Muhammad dan meneriakinya sebagai pembohong,
orang gila, dan tukang sihir!"
Usul itu disetujui. Mulai hari itu, setiap Rasulullah
melewati jalan-jalan di Mekah, para budak, para wanita
yang nasibnya justru sedang diperjuangkan Rasulullah,
meneriaki beliau,
"Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"
Suara mereka keras dan tajam layaknya orang sedang
mengusir kucing yang masuk dapur. Kemudian, apa yang
terjadi jika Abu Jahal atau Umar mulai memukuli
Rasulullah
*Kuda Jantan*
Saat itu merupakan masa yang berat bagi Rasulullah.
Beliau pergi ke sebuah tempat yang teduh, berbaring di
atas batu, dan berusaha menahan air matanya agar tidak
jatuh. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding
cacian dan celaan dari orang-orang yang justru sedang
diperjuangkan Rasulullah mati-matian.
Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di
depan teman temannya, "Aku bersumpah untuk menghantam
kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia sedang
sujud kepada Tuhannya!"
Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan
yang lain saling pandang dengan terkejut. Itu adalah
sebuah tindakan kejam yang dapat menimbulkan kematian.
Jika Muhammad meninggal, Bani Hasyim pasti akan
menuntut balas dan Mekah akan terpecah oleh perang
saudara. Namun, Abu Jahal telah mengucapkan sumpah
yang tidak dapat ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya
sendiri. Oleh karena itu, mereka memilih untuk
mengamati apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar.
Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun tiba. Saat itu,
Rasulullah sedang shalat di depan Ka'bah. Ketika
beliau sujud, Abu Jahal dengan cepat melangkah
mendekat. Kedua tanganya yang menggenggam batu
terangkat tinggi-tinggi, matanya menyala buas.
Namun, ketika batu akan dihujamkan sekuat tenaga,
mendadak Abu Jahal berbalik pergi. Batu di tangannya
lepas dan wajahnya pucat ketakutan.
"Ada apa?" semua teman- temannya bertanya kebingungan.
Dengan napas tersendat-sendat, Abu Jahal berkata,
"Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda
jantan. Belum pernah aku menyaksikan seekor kuda
jantan serupa itu. Kepala, tengkuk, dan giginya
sungguh mengerikan. Aku yakin dia akan menelanku
seandainya batu tadi kuhantamkan!"
Abu Jahal pergi cepat-cepat untuk menenangkan diri.
Orang-orang memandang Rasulullah dengan heran dan
takjub. Sementara itu, Rasulullah tetap melanjutkan
shalat dengan khusyuk. Wajah beliau begitu teduh dan
tenteram.
Bersambung
06/09/21 13.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian36
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Singa Padang Pasir*
Orang-orang terus menertawakan Rasulullah setiap kali
lewat. "Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"
Abu Jahal terus menyemangati orang-orang yang mengejek
sambil kerap kali melontarkan caci maki juga.
Rasulullah mendadak berhenti melangkah. Beliau
berpaling dengan tenang menghadap Abu Jahal, dengan
sorot matanya tajam. Abu Jahal berhenti dan terdiam.
Dengan wajah sayu penuh belas kasihan, Rasulullah
memandang orang-orang kecil yang mengejeknya.
Seketika, sorak-sorai pun mereda. Semua orang yang
berada di sekitar tempat itu terpesona melihat keadaan
Rasulullah. Baru kali ini mereka seolah disadarkan,
betapa menyakitkannya ejekan mereka itu diterima
Rasulullah.
Sorot mata Rasulullah seolah berkata, "Mengapa kalian
mengejekku? Bukankah aku sedang berjuang menyelamatkan
kalian dari kekejaman bangsa Quraisy dengan membawa
Islam yang mulia? Seandainya kalian tahu, ejekan Abu
Jahal itu tidak begitu menyakitkan dibanding kata-kata
kalian, sebab kepada kalianlah Allah meyuruhku menebar
kasih sayang."
Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah berlalu. Orang-
orang bubar dengan membawa perasaan masing-masing.
Tatapan Rasulullah tadi sangat berkesan di hati
seorang budak perempuan. Ketika budak itu berjalan
pulang, ia melihat Hamzah bin Abdul Muthalib datang.
Hamzah adalah paman Nabi, usia mereka hampir sebaya.
Dari kecil, Rasulullah dan Hamzah dibesarkan bersama,
bermain bersama, dan menjadi sahabat karib. Karena
itulah Hamzah begitu menyayangi Rasulullah.
Hamzah berjalan gagah dan bangga memasuki Mekah. Ia
betul-betul laki-laki perkasa dengan perawakan tinggi
dan kekar. Dengan wajah angkuh, Hamzah melangkah
sambil menyandang busurnya. Ia habis berburu.
Orang-orang yang melihatnya pun berbisik kagum. Namun,
budak perempuan tadi merasa ada yang janggal, mengapa
orang segagah ini tidak membela Muhammad, keponakannya
sendiri?
Mengapa ia bisa setenang itu?
Tahukah ia bahwa Muhammad keponakannya, dicaci maki
orang?
Muhammad dihina pemimpin kabilah lain yang menjadi
saingan Bani Hasyim!
Pantaskah ia disebut sebagai pemuda perkasa yang
pantang menyerah pada lawan, sedangkan ia tidak
berbuat apa pun ketika seorang keluarga Bani Hasyim
dicaci maki orang?
Dengan dada hampir meluap, budak perempuan itu menegur
Hamzah, "Tuan, tidak tahukah Anda apa yang menimpa
kemenakanmu itu?"
Hamzah berhenti dan budak perempuan itu menceritakan
apa yang dilihatnya. Dalam sekejap saja, wajah Hamzah
memerah. Tanpa berkata apa pun, ia berbalik menuju
Ka'bah dengan langkah bergegas. Ia mencari Abu Jahal.
*Kebimbangan Hamzah*
Di depan Ka'bah, Abu Jahal bercerita kepada beberapa
temannya, "Puas rasanya melihat Muhammad dicaci begitu
banyak orang", ujar Abu Jahal, "Kalau kuberi semangat
sedikit lagi, bukan tidak mungkin mereka akan
memukulinya."
Teman-temannya terlihat ikut bersemangat. Beberapa
orang mulai ikut bicara, tetapi mendadak semuanya
terdiam dan memandang ke satu arah. Abu Jahal ikut
menoleh dan seketika kerongkongannya tercekat. Hamzah
bin Abdul Muthalib, sang pahlawan Bani Hasyim,
menjulang di belakangnya dengan mata menyala tanpa
ampun.
"Beraninya engkau mencaci maki Muhammad, padahal aku
telah memeluk agamanya? Coba lakukan penghinaanmu
kepadaku jika engkau benar-benar jantan!"
Setelah berkata begitu, Hamzah melayangkan busurnya.
Bunyinya mendecit, cepat , dan keras sehingga kepala
Abu Jahal pun terluka.
Beberapa teman Abu Jahal serempak berdiri. Tampaknya,
perkelahian tidak terhindarkan lagi. Ketika Abu Jahal
melihat ini, ia mengangkat tangan untuk mencegah teman
temannya. Abu Jahal yakin, dalam keadaan seperti itu,
Hamzah tidak akan ragu-ragu membunuh orang.
Dengan napas tersengal, Abu Jahal memegangi kepalanya.
Ia berkata sambil menahan marah, "Kita tinggalkan saja
dia! Aku memang telah mencaci maki kemenakannya."
Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, hati
Hamzah belum lagi lega. Ia pulang dengan bimbang,
"Mengapa begitu mudah kutinggalkan agama nenek
moyangku?"
Setelah melewati malam yang gelisah, Hamzah akhirnya
berdoa, "Ya Tuhan, jika Muhammad benar, teguhkanlah
hatiku. Jika Muhammad salah, jauhkanlah aku darinya!"
Hamzah menemui Rasulullah dengan sedih dan
menceritakan semua kegelisahan hatinya. Rasulullah
lalu membacakan beberapa ayat Al Qur'an.
Perlahan, hati Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru, dan
kagum. Dengan bulat hati, ia pun berkata,
"Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka
itu tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku!"
Bukan main bersyukurnya Rasulullah. Kini, Islam telah
memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi kekerasan
Quraisy. Hamzah memeluk Islam pada akhir tahun ke enam
kenabian (nubuwwah).
Orang-orang Quraisy tidak putus asa, Mereka mempunyai
cara lain untuk menekan perjuangan Rasulullah.
*Singa Allah dan Singa Rasul-Nya*
Kemudian seluruh kegagahan Hamzah dibaktikannya untuk
membela Allah dan agama-Nya, sehingga Rasulullah
memberi Hamzah julukan istimewa, Singa Allah dan Singa
Rasulullah. Hamzah adalah komandan Sariyah yang
pertama.
Sariyah adalah pasukan Muslim yang berangkat tanpa
disertai Rasulullah.
Bersambung
07/09/21 07.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian37
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Tawaran Utbah bin Rabi'ah*
"Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!"
teriak seorang pembesar Quraisy. "Setiap hari mereka
semakin kuat!" geram yang lain. "Semua gangguan dan
siksaan kita seolah tidak berpengaruh apa-apa. Sangat
mengherankan!" gerutu yang lain menggelengkan kepala.
Ketika suasana bertambah panas, Utbah bin Rabi'ah
berdiri. Semua orang memandangnya dan menunggu.
"Kalau jalan kekerasan tidak membuahkan hasil, sudah
saatnya kita mencoba cara lain, " kata Utbah bin
Rabi'ah.
Suaranya pelan dan tenang.
"Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad
dan menawarkan beberapa hal menarik kepadanya. Apakah
kalian setuju?"
Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy
itu pun setuju.
"Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa
saja asal Muhammad mau bungkam!" kata mereka.
Utbah bin Rabi'ah pun menemui Rasulullah.
"Anakku," katanya lembut,
"engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau
membawa soal besar sehingga masyarakat kita tercerai-
berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu
beberapa hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima.
Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah harta, kami
siap mengumpulkan dan memberikan harta kami sehingga
engkau akan menjadi seorang paling kaya. Kalau engkau
ingin kedudukan, akan kami angkat engkau sebagai
pemimpin kami sehingga kami tidak akan mengambil
keputusan tanpa persetujuanmu. Kalau engkau ingin
menjadi raja, akan kami nobatkan engkau menjadi raja
kami. Jika engkau diserang penyakit yang tidak dapat
engkau sembuhkan sendiri, akan kami biayai
pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh."
Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi'ah merasa
kata katanya yang berbunga itu seolah menguap tanpa
jejak ke udara.
*Surat Fushilat*
Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Al Qur'an Surat
Fushilat mulai dari ayat pertama:
ِ ْ‫هللا الرَّ ح‬
‫من الرَّ ح ِِيم‬ ِ ‫ِبسْ ِم‬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
(1). ‫حم‬
Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui
arti dan maksudnya.
(2). ‫َت ْن ِزي ٌل مِنَ الرَّ حْ ٰ َم ِن الرَّ ح ِِيم‬
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
(3). َ‫ًيا لِ َق ْو ٍم َيعْ لَمُون‬3ًّ ‫ت آيَا ُت ُه قُرْ آ ًنا عَ رَ ِب‬
ْ َ‫صل‬
ِّ ُ‫ِك َتابٌ ف‬
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,
(4). َ‫بَشِ يرً ا َو َنذِيرً ا َفأَعْ رَ ضَ أَ ْك َث ُر ُه ْم َف ُه ْم اَل َيسْ َمعُون‬
yang membawa berita gembira dan yang membawa
peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling
(daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.
(5). َ‫َو َقالُوا قُلُو ُب َنا فِي أَ ِك َّن ٍة ِممَّا َت ْدعُو َنا إِلَ ْي ِه َوفِي َآذا ِن َنا َو ْق ٌر َومِنْ َب ْي ِن َنا َو َب ْينِكَ حِجَ ابٌ َفاعْ َم ْل إِ َّن َنا عَ امِلُون‬
Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang
menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di
telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada
dinding, maka lakukanlah (sesuai kehendak kamu);
sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak
kami)".
Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang
menuturkan tentang Rasulullah hanyalah seorang pemberi
peringatan, tentang gunung-gunung yang kokoh, tentang
penciptaan langit dan tujuh lapisannya, tentang azab
petir yang menimpa kaum Tsamud, tentang ngerinya nasib
kaum kafir yang menolak wahyu dari Allah.
Ayat-ayat itu begitu memesona Utbah sampai ia lupa
pada apa yang ia tawarkan kepada Rasulullah. Hatinya
semakin hanyut, larut, dan...
"Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!" seru Utbah.
Ia diam sejenak, lalu kemudian bertanya lagi,
"Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau
baca?"
"Tidak".
Utbah terpana.
"Jadi, inilah Muhammad," pikirnya.
"Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki
gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan sama sekali
bukan orang sakit. Ia hanyalah orang yang ingin
mempertahankan tugasnya dengan baik sekali dan ia tadi
mengucapkan kata kata penuh mukjizat..."
Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi'ah kembali dengan
tangan hampa. Para pembesar Quraisy pun kecewa karena
Rasulullah menolak tawaran mereka. Kemudian,
penganiayaan dan siksaan terhadap kaum Muslimin pun
berlanjut dan semakin ganas.
Bersambung
07/09/21 07.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 38
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Ke Habasyah*
Gangguan terhadap kaum Muslimin semakin berat dari
hari ke hari. Bahkan, beberapa orang gugur karena
disiksa terlalu keras. Berdasarkan wahyu dari Allah,
Rasulullah pun memerintahkan agar mereka berhijrah.
"Wahai Rasulullah, ke mana kami akan pergi?"
Rasulullah menasehati agar mereka pergi ke Habasyah
yang rakyatnya menganut agama Kristen.
"Tempat itu diperintah oleh seorang raja dan tidak ada
orang yang dianiaya di situ. Itu bumi yang jujur,
sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua,"
demikian sabda Rasulullah.
Mematuhi perintah Rasulullah, berangkatlah rombongan
pertama kaum Muslimin ke Habasyah pada bulan Rajab,
tahun ke lima kenabian. Rombongan itu terdiri atas 12
orang pria dan 4 perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi,
mereka meninggalkan Mekah, menyeberangi laut ke benua
Afrika, dan tiba di pantai Habasyah. Seperti yang
dikatakan Rasulullah, Najasyi, Raja Habasyah itu,
memberi mereka perlindungan dan tempat yang baik.
Kelak, ketika mendengar bahwa orang Quraisy tidak lagi
menyiksa kaum Muslimin, mereka kembali pulang. Namun,
ternyata berita itu tidak benar.
Di Mekah, keadaan justru semakin buruk bagi kaum
Muslimin. Mereka pun berangkat kembali ke Habasyah,
kali ini dengan jumlah rombongan yang lebih besar,
terdiri atas 83 orang pria dan 18 wanita dipimpin oleh
Ja'far bin Abu Thalib.
*Habasyah*
Saat itu Habasyah adalah negara yang meliputi bagian
selatan Mesir, Erytrea, Ethiopia, dan Sudan. Habasyah
artinya 'persekutuan'. Dahulu Habasyah bersekutu
dengan kerajaan Saba atau Himyar. Kaum Muslimin
berangkat dari Teluk Syu'aibah, sebelah selatan
Jeddah.
*Amarah Umar*
Umar bin Khattab duduk termenung di rumahnya. Di
seluruh Mekah, tidak ada seorang pun yang mampu
melunakkan hati Umar. Ia begitu cepat naik pitam dan
garang. Ia tidak pernah luluh oleh rayuan gadis-gadis
penghibur setiap kali ia mendatangi para penjual
khamr.
Ia tidak pula pernah terbujuk ikut bergabung dengan
para pejalan malam yang suka bergerombol di pelataran
rumah sambil mendengarkan para penabuh rebana.
Segalanya tidak mampu melembutkan kekerasan hatinya
yang suka bertindak garang dan menakutkan.
Namun kini, ia tengah duduk termenung sendiri.
"Hamzah, apa yang terjadi padamu? Engkau menaklukkan
dan mempermalukan Abu Jahal, temanmu sendiri! Apa yang
membuatmu jadi seperti ini? Bahkan, engkau berani
meninggalkan agama nenek moyang kita dan bergabung
dengan Muhammad! Ini jelas akan membuat pengikut agama
baru ini jadi sombong dan besar kepala!
Hamzah, bukankah engkau, Abu Jahal, Khalid bin Walid
dan aku telah bersama membuat Quraisy jadi suku paling
disegani? Semua itu berkat kerja keras dan keuletan
kita berempat. Suku-suku yang lain iri kepada Quraisy
karena Quraisy memiliki kita. Ini semua gara-gara
Muhammad! Hamzah tidak lagi mau minum-minum bersamaku.
Betapa sepinya malam-malam tanpa Hamzah!"
"Muhammad, engkau membuat pusing kepala orang-orang
miskin, para budak, buruh kasar, dan para perempuan
lemah! Engkau membuat mereka berani menentang para
majikan! Apa yang engkau sampaikan pasti sebuah sihir.
Muhammad, tegakah engkau melihat para pengikut mu
pergi meninggalkan tanah air nya ke Habasyah yang
begitu jauh?
Ini benar-benar keterlaluan! Aku harus membunuh
Muhammad sekarang juga! Meski aku harus berhadapan
dengan Hamzah, aku akan membunuhmu dan membuat Mekah
kembali seperti dulu!"
Setelah berpikir begitu, Umar bin Khattab mencabut
pedangnya. Amarahnya dengan cepat naik ke ubun-ubun.
Dengan langkah-langkah yang tidak bisa dirintangi,
Umar berjalan cepat menuju Darul Arqam. Matanya
mengandung api dan pedangnya membara! Tidak seorang
pun bisa menghalangi Umar jika ia sudah bertekat
dengan sunguh-sunguh!
*Duka Umar*
Ummu Abdillah adalah seorang perempuan tua. Ia juga
tetangga Umar bin Khattab. Setelah ia sekeluarga
memeluk Islam, Umar suka mengganggunya. Padahal
sebelum itu, Umar cukup hormat dan bahkan
menyayanginya.
Saat itu, Ummu Abdillah tengah membereskan barang-
barang untuk dibawa hijrah ke Habasyah. Tiba-tiba,
hati nya berdebar. Ia melihat Umar bin Khattab
melangkah dengan pedang terhunus! Karena tidak ada
waktu lagi untuk lari ke dalam rumah, Ummu Abdillah
bersembunyi di balik barang-barangnya. Hatinya
berdebar tidak karuan. Tanpa sadar, ia menahan napas
ketika Umar semakin mendekat.
Akan tetapi, Umar melihatnya dan berhenti.
"Jadi engkau benar benar akan berangkat, wahai Ummu
Abdillah?"
Ummu Abdillah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia
heran karena suara Umar tidak terdengar marah seperti
biasanya.
"Ya, demi Allah. Engkau telah menyakitiku dan
menindasku. Aku akan benar-benar pergi ke bumi Allah
hingga Allah memberikan jalan keluar bagiku," sahut
Ummu Abdillah.
Sesaat, Umar tampak merenung, "Ini dia tetanggaku,
mereka akan pergi juga meninggalkan Mekah."
Umar berpaling, menatap wajah tua Ummu Abdillah dan
berkata dalam hati, "Begitu jauh jalan yang akan
ditempuh orang tua ini, begitu sedikit barang yang
bisa dibawanya."
Akhirnya Umar melangkah pergi sambil berkata parau,
"Semoga Allah senantiasa menyertaimu."
Ummu Abdillah terpana. Belum pernah Umar berlaku
selembut ini sejak mereka memeluk Islam.
"Tidakkah engkau melihat kelemahlembutan dan kedukaan
Umar terhadap kita?" tanya Ummu Abdillah kepada
putranya.
"Apakah Ibu berharap ia akan memeluk Islam?" tanya
sang putra. "Dia tidak akan pernah memeluk Islam
sebelum keledai bapaknya juga masuk Islam!"
*Bersambung...*
08/09/21 15.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 39
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Berita untuk Umar*
Umar melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam.
"Sudah jelas, Muhammad-lah yang menyebabkan semua
kesengsaraan ini! Aku harus membunuhnya agar Mekah
kembali damai dan tenang. Mengenai Hamzah, aku akan
bertarung dengannya. Aku yang mati atau Hamzah yang
mati, itu tidak terlalu membuatku risau."
Tiba-tiba, lamunannya buyar ketika Nu'aim bin Abdullah
menegurnya, "Hendak kemana, wahai putra Khattab?"
"Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama
nenek moyang kita. Dia yang memecah belah masyarakat
Quraisy. Dia memiliki banyak angan-angan bodoh. Dia
yang mencaci tuhan-tuhan kita. Untuk semua
kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!"
"Demi Allah, engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri,
wahai Umar! Apakah tindakanmu membunuh Muhammad akan
dibiarkan saja oleh Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih
baik engkau pulang dan mengurusi keluarga mu sendiri?"
Umar berhenti melangkah dan bertanya tajam, "Keluarga
ku yang mana?"
"Saudara sepupumu sendiri, Sa'id bin Zaid bin Ammar
dan istrinya yang tak lain adalah adik perempuanmu,
Fathimah binti Khattab. Mereka telah mengikuti ajaran
Muhammad, urusi saja mereka dulu!"
Umar segera membalikkan badan dan melangkah cepat
menuju ke rumah adiknya.
"Kalau itu benar, aku akan bertindak pada Sa'id bin
Zaid seperti yang pernah dilakukan oleh ayahku yang
garang. Al Khattab, kepada ayah Sa'id, Zaid bin Ammar!
Berani-beraninya dia memeluk Islam, sedangkan dia tahu
aku membenci agama itu!"
Dengan keras, Umar bin Khattab menggedor pintu rumah
Sa'id bin Zaid dan Fatimah. Suaranya berdentum-dentum
keras mengejutkan siapa saja yang ada di dalam rumah.
Sudah bisa diduga, kali ini akan jatuh lagi korban
dalam penganiayaan yang menimpa kaum Muslimin.
*Amuk Umar bin Khattab*
Di dalam rumah, Sa'id dan Fathimah binti Khattab
sedang mengikuti ayat Al Qur'an yang dibacakan oleh
Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu berguncang diketuk
Umar, Sa'id dan Fathimah segera menyembunyikan
Khabbab. Fathimah segera menyembunyikan lembaran-
lembaran yang tadi mereka baca di bawah pahanya.
Sa'id membuka pintu dan Umar bergegas masuk.
"Suara apa yang baru kudengar itu?" bentak Umar.
" Tidak.... kami tidak mendengar suara apa pun tadi "
Seketika amarah Umar bin Khattab meledak, "Kudengar
kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!"
Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami
istri itu, pedang Umar sudah terayun dan gagangnya
mengenai Sa'id hingga ia jatuh terjerembab di lantai
dan luka. Melihat suaminya berdarah, Fathimah bangkit
berusaha melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali
menampar wajahnya.
Fathimah jatuh di samping suaminya dengan darah
mengucur dari wajahnya.
Meski garang, Umar terkenal lembut dan penyayang
kepada keluarganya sendiri. Melihat darah Fathimah,
Umar tertegun.
"Fathimah berdarah," pikirnya, "Mengapa aku bisa
sampai begitu? Aku menyayangi adikku itu sepenuh
hati, bahkan lebih mirip rasa sayang antara ayah
kepada putrinya!"
Fathimah yang lembut dan biasanya selalu patuh kepada
Umar, kali ini mengangkat wajah, menentang langsung
paras kakaknya itu.
"Baiklah," seru Fathimah
"lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!"
Fathimah sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan
yang akan terjadi. Ia siap disiksa oleh kakaknya
sendiri yang dari kecil begitu menyayanginya, ia
bahkan siap untuk mati. Kedua tangannya terentang,
seolah siap menerima tikaman pedang Umar ke dadanya.
*Al Qur'an bukan Mantra Syair*
Suatu malam, Umar bin Khattab diam-diam mendengar
Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca Al Qur'an pada malam
hari, Umar terpesona. Namun, ia berkata dalam hati,
"Ah, ini pasti ucapan seorang penyair". Bisik hati
Umar.
Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca surah Al Haqqah
ayat 41,
َ‫َومَا ه َُو ِب َق ْو ِل َشاعِ ٍر ۚ َقلِياًل مَا ُت ْؤ ِم ُنون‬
"Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair.
Sedikit sekali kamu beriman kepadanya."
Kembali, Umar bin Khattab diam-diam datang ke rumah
Rasulullah pada tengah malam dan mendengar Rasulullah
membaca Al Qur'an. Umar berkata dalam hati, "Kalau ini
bukan ucapan tukang tenung, ini pasti ucapan Muhammad,
bukan Firman Tuhan."
Namun, sesegera itu juga, Rasulullah membaca Surah Al
Haqqah ayat 43:
َ‫َت ْن ِزي ٌل مِنْ رَ بِّ ْالعَ الَمِين‬
"Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari
Tuhan seluruh alam."
*Bersambung...*
08/09/21 15.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 40
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Surat Thohaa*
Akan tetapi, Umar tidak bisa melawan rasa sayang
kepada adiknya. Amarahnya padam seperti api terguyur
hujan. Ia duduk, diam dalam penyesalan. Ditatapnya
wajah adiknya dalam-dalam, disesalinya luka akibat
tamparannya tadi.
"Perlihatkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca
agar aku tahu apa yang Muhammad bawa," pinta Umar.
"Kami khawatir engkau merampas lembaran-lembaran itu."
"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan
mengembalikannya."
Saat itu, timbul harapan di hati Fatimah agar kakaknya
memeluk Islam.
"Kakak engkau adalah penyembah berhala, karena itu
engkau kotor. Sesungguhnya, lembaran ini tidak boleh
disentuh kecuali orang yang suci."
Tanpa berkata lagi, Umar berdiri lalu mandi. Setelah
itu ia kembali dan membaca lembaran-lembaran yang
berisi surat Thohaa.
‫طه‬
Thaahaa.
‫مَا أَ ْن َز ْل َنا عَ لَ ْيكَ ْالقُرْ آنَ ِل َت ْش َق ٰى‬
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah;
‫إِاَّل َت ْذكِرَ ًة ِل َمنْ ي َْخ َش ٰى‬
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah),
‫ت ْال ُعلَى‬ َ ‫َت ْن ِزياًل ِممَّنْ َخلَقَ اأْل َرْ ضَ َوال َّسم‬
ِ ‫َاوا‬
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan
langit yang tinggi.
‫ش اسْ َت َو ٰى‬ ِ ْ‫الرَّ حْ ٰ َمنُ عَ لَى ْالعَ ر‬
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di
atas ´Arsy.
‫الثرَ ٰى‬ َّ َ‫ض َومَا َب ْي َن ُهمَا َومَا َتحْ ت‬ ِ ْ‫ت َومَا فِي اأْل َر‬ َ ‫لَ ُه مَا فِي ال َّسم‬
ِ ‫َاوا‬
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang
di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang
di bawah tanah.
‫َوإِنْ َتجْ َهرْ ِب ْال َق ْو ِل َفإِ َّن ُه َيعْ لَ ُم السِّرَّ َوأَ ْخ َفى‬
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya
Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.
‫هَّللا ُ اَل إِ ٰلَ َه إِاَّل ه َُو ۖ لَ ُه اأْل َسْ مَا ُء ْالحُسْ َن ٰى‬
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-
nama yang baik),
Umar terus membaca sebagian besar lembaran-lembaran
tadi, lalu berhenti. Tangannya terkulai. Matanya sayu.
Dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan
Fatimah. Dengan rasa heran dan penuh harap, Fatimah
memerhatikan wajah kakaknya.
Kemudian di dengarnya Umar mendesah. "Alangkah bagus
dan agung kata-kata ini."
Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul
dari balik awan. Khattab bin Al Arat segera keluar
dari persembunyiannya.
"Wahai Umar!" serunya meluap-luap, "aku sungguh
berharap mudah-mudahan Allah mengistimewakan dirimu.
Kemarin kudengar Rasulullah berdoa, "Ya Allah!
kuatkanlah Islam dari dua Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin
Hisyam atau Umar bin Khattab!"
Mendengar itu, Umar segera bangkit dan bergegas menuju
Darul Arqam. Namun, tangannya masih menghunus pedang
dan wajahnya seperti singa padang pasir yang siap
bertarung.
*Keislaman Umar bin Khattab*
Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk Umar.
Sebelum membuka pintu, seorang sahabat mengintip
keluar dan terkejut, seperti baru mengalami mimpi
buruk.
"Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!" desisnya
panik kepada Rasulullah dan orang-orang di dalam,
"Dia datang dengan pedang terhunus!"
Hamzah bin Abdul Muthalib berdiri dan berkata tenang.
"Biarkan saja dia masuk. Jika dia datang dengan maksud
baik, kita sambut dengan baik. Namun, jika dia datang
dengan maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan
pedangnya"
Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba
gagang pedangnya. Suasana tambah mencekam ketika pintu
dibuka. Namun, Umar tidak juga masuk, ia tetap berdiri
dengan sikap garang di depan pintu.
Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat
menghampiri Umar. Dengan kecepatan yang bahkan tidak
terduga oleh Umar sendiri, tangan Rasulullah yang
mulia bergerak dan mencengkeram leher baju Umar dengan
kuat.
Dengan suara tegas yang tidak bisa dibantah,
Rasulullah berkata,
"Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi
Allah, aku tidak akan melihat engkau berhenti dengan
sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah
menurunkan bencana untukmu"
Kerongkongan Umar tersekat karena begitu terkejut.
Kesombongannya runtuh, bahkan rasa takut menguasai
dirinya. Dengan suara lirih ia berkata "Wahai
Rasulullah....... "
Semua orang di Darul Arqam tercengang. Mereka lebih
tercengang lagi mendengar Umar bin Khattab, sang Singa
Quraisy, melanjutkan kata-katanya,
"Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan
Utusan-Nya"
Rasulullah melepaskan cengkeramannya dan berkata
penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."
Takbir Hamzah membahana. Pada bulan Dzulhijjah tahun
keenam kenabian itu, Umar bin Khattab, Sahabat
berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman.
Hati mereka terikat dalam tali yang tidak bisa putus
lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang tiada
tara, Rasulullah mengusap dada Umar agar sahabat
barunya itu tetap dalam keimanan.
*Bersambung...*
08/09/21 15.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 41
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Berdakwah Terang-Terangan*
Keesokan harinya, Umar mengingat-ingat siapa yang
paling keras memusuhi Rasulullah. Jawabannya pun
langsung ditemukan, "Abu Jahal!" Tanpa membuang waktu,
Umar pergi mengetuk pintu rumah Abu Jahal. Abu Jahal
keluar dan menyambut Umar,
"Selamat datang, wahai kemenakanku! Kabar apakah
gerangan yang engkau bawa?"
"Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku
telah memercayai ajaran-ajaran Muhammad!"
Wajah Abu Jahal pucat. Sambil membanting pintu, ia
berseru lantang,
"Mudah-mudahan tuhan mengutukmu. Alangkah buruknya
kabar yang engkau bawa!"
Tidak berhenti sampai disitu, di sepanjang jalan, Umar
memberi tahu setiap orang bahwa ia telah memeluk
Islam.
Setelah itu, Umar pergi ke Ka'bah dan mengumumkan
keislamannya. Rasa takut bercampur benci semakin
membengkak di hati orang-orang Quraisy yang masih
kafir.
Setelah masuk Islam, Umar bertanya,
"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas
kebenaran mati maupun hidup?"
Ketika Rasulullah membenarkannya dengan tegas, Umar
meminta agar Rasulullah dan kaum Muslimin keluar
secara terang-terangan. Rasulullah menyetujui hal itu.
Beliau dan umatnya pun keluar ke jalan-jalan Kota
Mekah dalam dua barisan menuju Masjidil Haram. Barisan
sebelah kanan Rasulullah dipimpin oleh Hamzah dan
barisan di sebelah kiri dipimpin oleh Umar bin
Khattab.
Sejak itulah Umar digelari Al Faruq (sang pembeda
kebenaran dan kebathilan).
*Islam Mengajarkan Kebaikan*
Islam kemudian menjadi bahan diskusi hangat di Kota
Mekah. Mereka yang penasaran terus bertanya kepada
temannya yang Muslim. Sementara itu, mereka yang benci
tidak henti-hentinya menjelekkan agama ini.
"Apa yang diajarkan agama baru ini? Katakan kepadaku,
Sobat. Biar aku paham mengapa kamu begitu mudah
meninggalkan agama nenek moyang kita," kata seseorang
kepada sahabatnya.
"Engkau tahu bahwa hidupku sangat sulit," jawab teman
Muslimnya,
"setiap kali kulihat orang-orang kaya mengendarai
kuda-kuda istimewa, mengenakan pakaian mewah, dan
memasuki rumah megah, aku jadi bertanya, untuk apa
sebenarnya Tuhan menciptakan aku ini? Aku tidak bisa
menikmati hidup kecuali bekerja keras untuk makan
sehari-hari. Aku tidak tahu setelah aku mati akan ke
mana aku pergi. Sungguh sulit rasanya menjadi orang
yang berharga dan mulia."
Sang muslim menoleh dan melihat wajah temannya itu
tampak bersungguh-sungguh.
"Namun kemudian, Islam datang dan mengajarkan bahwa
kemuliaan bukan terletak pada tumpukan emas dan perak
kita, akan tetapi pada sebanyak apa kebaikan yang
telah kita buat. Islam tidak melarang perdagangan dan
orang menjadi kaya, tetapi Islam mengajarkan bahwa
nilai cinta kasih, persaudaraan, tolong-menolong, dan
kebersamaan berada jauh di atas nilai setumpuk harta.
Tahukah engkau, setelah datangnya Islam, aku merasa
menjadi yang lebih berarti daripada sebelumnya."
Sang teman mengangguk-angguk.
"Lebih dari itu," lanjut si Muslim,
"Islam mengenalkan aku kepada siapa sebenarnya
Pencipta alam yang patut disembah: bukan berhala yang
tidak bisa apa-apa, melainkan Allah.
Melalui Rasulullah, Allah menurunkan perkataan-Nya
buat kita. Coba dengarkan beberapa ayat berikut ini.
Engkau akan tahu bahwa tidak seorang penyair pun yang
mampu menandingi keindahan bahasanya apalagi kebenaran
isinya."
Kemudian, beberapa ayat Al Qur'an mengalun dari mulut
si Muslim dan langsung menembus hati temannya yang
kini kian larut dan kian dekat pada kebenaran.
*Kesaksian Musuh*
Bahkan para musuh Rasulullah pun tidak dapat
mengingkari kejujuran Rasulullah.
Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa
Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah,
"Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tapi kami
mendustakan apa yang engkau bawa."
*Utusan Quraisy*
Apa yang terjadi dengan Muslim yang berhijrah ke
Habasyah.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka berlindung di
Habasyah!" Seru seseorang pembesar Quraisy.
"Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku
khawatir mereka akan bertambah kuat dan membahayakan
kita!"
"Kirim utusan kepada Najasyi!" Sambut pembesar yang
lain,
"bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para
pengikut Muhammad itu!"
Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus
menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di Habasyah,
mereka mempersembahkan hadiah-hadiah berharga untuk
raja dan para pembesarnya.
"Paduka Raja," kata mereka, "kaum Muslim yang datang
ke negeri Paduka ini adalah budak-budak kami yang
tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya
dan tidak pula menganut agama Paduka. Mereka membawa
agama yang mereka ciptakan sendiri yang tidak kami
kenal dan tidak juga Paduka kenal. Kami diutus kepada
Paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh
orangtua-orangtua mereka, paman mereka, dan keluarga
mereka sendiri, agar Paduka sudi mengembalikan orang-
orang itu kepada kami. Kami lebih mengetahui betapa
orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki tuhan-
tuhan kami.
Sebenarnya, kedua utusan tersebut telah menyogok para
pembesar istana untuk membantu meyakinkan raja. Namun,
Najasyi adalah raja yang bijaksana. Dia sama sekali
tidak terpengaruh hadiah-hadiah yang dibawa kedua
utusan Quraisyi. Dia tidak mau mengusir kaum Muslimin
kembali sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka
pergi meninggalkan Mekah.
"Bawa para pengungsi itu ke hadapanku!" perintah
Najasyi.
Seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, Agama
apa ini yang sampai membuat Tuan-Tuan meninggalkan
masyarakat Tuan sendiri, tetapi tidak juga Tuan-Tuan
menganut agamaku atau agama lain?"
08/09/21 15.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 42
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Jawaban Kaum Muslimin*
Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin
adalah sepupu Rasulullah yang amat tampan, Ja'far bin
Abu Thalib.
"Paduka Raja," Ucap Ja'far penuh hormat,
"ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami
menyembah berhala, bangkai pun kami makan, segala
kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan
kerabat, dengan tetangga pun kami tidak baik, yang
kuat menindas yang lemah.
Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang
utusan-Nya dari kalangan kami yang sudah kami kenal
asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih
pula.
Dia mengajak kami menyembah Allah Yang Mahatunggal,
meninggalkan batu-batu dan patung-patung yang selama
ini kami dan nenek moyang kami menyembah.
Dia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk
berperilaku jujur, mengadakan hubungan baik dengan
keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah,
serta menghentikan perbuatan terlarang lainnya.
Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan
menggunakan kata-kata dusta, melarang memakan harta
anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan-
perempuan bersih.
Dia minta kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-
Nya. Selanjutnya, disuruhnya kami melakukan shalat,
zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa
ketentuan Islam).
Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang
diperintahkan Allah. Lalu, yang kami sembah hanya
Allah Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan
apa dan siapa pun juga.
Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan
kami lakukan. Oleh karena itulah, masyarakat kami
memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut kami, dan
supaya kami meninggalkan agama kami dan kembali
menyembah berhala supaya kami membenarkan segala
keburukan yang pernah kami lakukan dulu.
Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami,
menekan kami, dan menghalang-halangi kami dari agama
kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini.
Tuan jugalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali
kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini
tidak akan ada penganiayaan."
Najasyi mendengarkan penuh dengan kesungguhan, lalu
katanya, "Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang
dapat Tuan-tuan bacakan kepada kami?"
*Surat Maryam*
"Ya," jawab Ja'far.
Lalu, ia membaca surat Maryam, ayat 29-33:
‫ت إِلَ ْي ِه ۖ َقالُوا َك ْيفَ ُن َكلِّ ُم َمنْ َكانَ فِي ْال َم ْه ِد صَ ِب ًّيا‬ ْ َ‫َفأ َ َشار‬
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata:
Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih di dalam ayunan?
Surah Maryam (19:29)
‫َقا َل إِ ِّني عَ ْب ُد هَّللا ِ آ َتانِيَ ْال ِك َتابَ َوجَ عَ لَنِي َن ِب ًّيا‬
Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi,
Surah Maryam (19:30)
‫ت حَ ًّيا‬ ُ ْ‫الز َكا ِة مَا دُم‬ َّ ‫ت َوأَ ْوصَ انِي ِبال‬
َّ ‫صاَل ِة َو‬ ُ ‫َوجَ عَ لَنِي ُمبَارَ ًكا أَ ْينَ مَا ُك ْن‬
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana
saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup;
Surah Maryam (19:31)
‫َوب ًَّرا ِب َوالِدَ تِي َولَ ْم َيجْ عَ ْلنِي جَ بَّارً ا َشقِ ًّيا‬
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan
aku seorang yang sombong lagi celaka.
Surah Maryam (19:32)
‫ث حَ ًّيا‬ ُ َ‫ُوت َوي َْو َم أ ُ ْبع‬
ُ ‫ت َوي َْو َم أَم‬ ُ ‫َوال َّساَل ُم عَ لَيَّ ي َْو َم وُ ل ِْد‬
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada
hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.
Surah Maryam (19:33)
Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua
pemuka istana dibuat terkejut. Mereka berkata,
"Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang
mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."
Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar
istananya,
"Kata- kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari
sumber cahaya yang sama."
Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy,
"Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada Tuan-
Tuan!"
Kaum Muslimin saling berpandangan penuh syukur.
Sementara itu, Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi'ah
berjalan keluar istana dengan wajah murung.
"Tidak bisa begini," keluh Abdu
llah.
"Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk
kemudian pulang dengan tangan hampa dan terhina."
Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat,
merenung sejenak.
"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya.
"Namun, biar kita kembali esok hari. Biarkan para
pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita
kejutkan mereka dengan pertanyaan yang akan kita
ajukan kepada Najasyi."
*Bersambung...*
09/09/21 07.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 43
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Kaum Muslimin Menang*
Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja.
"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya,
sesungguhnya kaum Muslimin menuduh keji terhadap Isa
anak Maryam."
Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung
memanggil Ja'far dan teman-temannya.
"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan
tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.
Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia,
pendapat adalah seperti yang dikatakan Nabi kami. "Dia
adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-
Nya yang disampaikan perawan Maryam. "
Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar
gembira. Dia mengambil sebuah tongkat dan membuat
garis lurus diatas tanah.
"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh
gembira bercampur haru, "sebenarnya tidak lebih dari
garis ini."
Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi
Isa, mengenal adanya Kristen, dan menyembah Allah.
Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa.
Tidak ada celah bagi tuduhan atau siasat yang mereka
lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai
kepada para pemuka Quraisy di Mekah.
Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan
perasaan aman dan tentram.
*Sempat Kembali*
Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat
kembali ke mekah karena mendengar berita bahwa orang
Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah
dan pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang
Quraisy malah bersikap semakin keras, mereka kembali
berhijrah ke Habasyah.
*Ajakan Saling Menyembah Tuhan*
Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam,
Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin Rabi'ah,
Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang
Rasulullah ke pertemuan mereka. Sejenak, hati
Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari
ini mereka akan tersentuh oleh Islam.
Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang
mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta dan
kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata,
"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah
terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang memenuhi
ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada
maksud sama sekali untuk mencari harta kekayaan, tidak
pula kemuliaan, dan kekuasaan.
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian
semua. Jika kalian mau menerima ajaran-ajaran yang
kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di
dunia dan di akhirat. Jika kalian semua menolak, aku
akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang
terjadi di antara aku dan kalian."
Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-
lagi Muhammad bicara tentang Tuhannya. Salah seorang
di antara mereka pun akhirnya bicara,
"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama
dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang kami sembah
lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan
memperoleh keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah
lebih baik daripada yang kami sembah, engkau akan
memperoleh keuntungan darinya."
Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan
lagi,
"Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan
menjalankan perintah-perintahnya. Kami akan menyembah
Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya."
Rasulullah tidak menunggu sejenak pun untuk
menanggapi. Beliau mengutip sebuah ayat Al Qur'an
(surah Al-Kafirun),
َ‫اَل أَعْ ُب ُد مَا َتعْ ُب ُدون‬
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Surah Al-Kafirun (109:2)
‫َواَل أَ ْن ُت ْم عَ ِاب ُدونَ مَا أَعْ ُب ُد‬
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Surah Al-Kafirun (109:3)
‫َواَل أَ َنا عَ ِاب ٌد مَا عَ ب َْد ُت ْم‬
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,
Surah Al-Kafirun (109:4)
‫َواَل أَ ْن ُت ْم عَ ِاب ُدونَ مَا أَعْ ُب ُد‬
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah.
Surah Al-Kafirun (109:5)
ِ ‫لَ ُك ْم دِي ُن ُك ْم َولِيَ د‬
‫ِين‬
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Surah Al-Kafirun (109:6)
Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu
merasa tidak ada jalan lagi untuk melakukan perubahan.
Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begi
tu kerasnya sampai Muhammad dan pengikutnya akan
meminta ampun kepada mereka!
*Pemboikotan*
"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada
yang lainnya. "Jumlah pengikut Muhammad kian
bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat
muka di hadapan tuan-tuannya sebab mereka dilindungi
para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita
menyiksa budak itu, pasti datang salah seorang
pengikut Muhammad yang tanpa berat hati akan
membebaskan mereka!"
"Itu yang membuatku khawatir!" sahut yang lain,
"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin
banyak dan mereka diberi senjata, kita pasti akan
kewalahan menghadapinya!"
Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman
besar itu.
"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-
benar kekurangan kekuatan," keluh seseorang.
Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi
para pembesar itu, puluhan budak yang masuk Islam
tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau
Umar.
"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari
Bani Hasyim tidak melindunginya!" geram seseorang.
"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut
Muhammad, mereka harus menerima akibatnya! Kita boikot
mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk
mencari nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan
sengsara!"
Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar.
Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah pengumuman yang
mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang
seluruh manusia menjalin hubungan pernikahan dan jual
beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka
gantungkan di dinding Ka'bah.
Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar.
Keputusan ini akan membuat Bani Hasyim terkucil,
kelaparan dan tertekan.
*Bersambung...*
09/09/21 07.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 44
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Derita Pemboikotan*
Pemboikotan kecil-kecilan terhadap kaum Muslimin
sebenarnya telah lama dijalankan. Kalau ada seseorang
saudagar menjadi Muslim, Abu Jahal akan mengatakan,
"Akan kami boikot barang-barangmu dan mengubahmu
sampai jadi pengemis."
Rasulullah ‫ﷺ‬, Bani Hasyim dan kaum Muslimin
diasingkan ke dalam Syi'ib, benteng kecil milik Abu
Thalib. Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim
menyerahkan Rasulullah ‫ﷺ‬, pemboikotan kepada
mereka akan dicabut. Namun, bukannya merasa takut,
Bani Hasyim malah semakin setia kepada Rasulullah
‫ ﷺ‬yang merupakan anggota keluarga mereka.
Pemboikotan ini berjalan tiga tahun lamanya. Selama
itu, hanya musim haji saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
para pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu
pun selalu diikuti Abu Lahab sambil mengolok-olok
Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan kata-kata kasar. Pada
musim haji itu, Mekah ramai didatangi para peziarah
dari pelosok jazirah.
Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu,
Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak dapat membeli makanan yang
cukup. Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering
terpaksa makan daun-daunan dan kulit-kulit pohon yang
tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena
kelaparan. Semetara itu, orang-orang dewasa mengganjal
perutnya dengan batu agar tidak masuk angin.
Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan
sebagian orang Quraisy. Apalagi yang memiliki hubungan
saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering
dengan berbagai cara menolong keluarga mereka di dalam
Syi'ib.
Suatu ketika Abu Jahal sedang meronda di sekitar
Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin Khuwailid dan
budak laki-lakinya berusaha meyelundupkan gamdum dan
makanan lain untuk bibinya yang tidak lain Khadijah
istri Rasulullah ‫ﷺ‬.
Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu
dan merampas karung gandumnya.
"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah
sambil terus memukul. "Aku bersumpah tidak seorang pun
dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!"
Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru
kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya milik
bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa
engkau melarangnya mengantarkan makanan tersebut
kepada bibinya lagi?"
Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena
dipukul dengan tulang unta.
*Syi'ib Abu Thalib*
Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring,
dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding batu tinggi
yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu
Qubays, sebelah timur Mekah. Pintu masuknya berupa
celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang
hanya dapat dimasuki unta dengan susah payah.
*Derita di Pengasingan*
"Ibuuu aku lapar,"...tangis seorang anak di dalam
Syi'ib.
"Besok ya nak! Besok kita dapat kiriman makanan,"
jawab ibunya.
"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena
tidak kuat menahan perutnya yang perih, anak itu
menangis dan menjerit-jerit.
Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir setiap
malam dari dalam Syi'ib. Sebagian penduduk Mekah mulai
tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi
mereka takut untuk membantu.
Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang
bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan mereka begitu
keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak
satupun yang berniat mengkhianati Rasulullah
‫ﷺ‬. Padahal, tidak semua anggota keluarga
telah memeluk agama Islam, termasuk Abu Thalib, sang
pemimpin Bani Hasyim.
Kehadiran Rasulullah ‫ ﷺ‬di tengah-tengah mereka
sudah cukup membuat mereka lupa akan segala kecemasan
dan membuat mereka selalu berbahagia. Mereka mengerti
bahwa Allah telah memilih mereka untuk melindungi
utusan-Nya dari semua musuh. Bagi Bani Hasyim, itu
sebuah kehormatan yang membuat mereka tidak mau
menukar Rasulullah dengan apa pun, bahkan dengan
sebuah kerajaan sekali pun. Mereka bahkan menjalankan
tahun-tahun pengasingan yang pahit itu dengan rasa
bangga.
Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat
untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Padahal, mereka
tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari
demi hari, minggu demi minggu, b
ulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka
semua sudah bertekad mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬
kemana pun. Mereka lebih suka menjadi tawanan dari
pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa
Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah hidup yang tidak layak di
jalani.
Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang menjadi sosok teladan bagi
semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus
menjalani hidup dengan penuh ketabahan.
*Bersambung...*
10/09/21 06.44 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 45
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Ketabahan Khadijah*
Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang
pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah keturunan
bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah.
Namun, ketika harus meninggalkan rumahnya yang luas
dan tinggal di lembah yang sempit. Khadijah sama
sekali tidak menunjukkan keengganan. Beliau
mengumpulkan segala kekuatan, keberanian, kemampuan,
serta bangkit penuh semangat.
Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat
berharga. Khadijah memberikan kepada Ali bin Abu
Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang
kemudian beliau bagikan secara merata kepada semua
yang membutuhkan.
Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya.
Beliau amat memerhatikan nasib anak-anak, keluarga
Bani Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang
berhasil di dapatkan, Khadijah mengatur agar anak-anak
mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepentingan para
orang tua dibandingkan kepentingannya sendiri.
Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai
sumber kekuatannya. Beliau memohon pertolongan Allah
setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya
mendapatkan pertolongan, tetapi juga keberanian,
kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.
Selama tiga tahun di pengasingan itu, kekayaan
Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian besar
harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat
berbahagia karena dapat menggunakan kekayaannya itu
untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia,
Muhammad ‫ ﷺ‬dan keluarganya.
Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan,
sehingga sangat mensyukurinya.
Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah
tetap tegar dalam keimanan. Hal itulah yang menjadi
sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-
orang di sekitar beliau. Khadijah selalu berhubungan
dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia
keberanian beliau. Perilaku beliau yang tenang dan
lembut menjadi pendorong (kekuatan) bagi seluruh
anggota Bani Hasyim di tengah-tengah kesulitan itu.
*Perhiasan Terindah di Dunia*
Islam sangat memuliakan kaum wanita. Rasulullah
‫ ﷺ‬bersabda:
"Seindah-indahnya perhiasan di muka bumi ini adalah
wanita sholihah."
Hikmahnya "Wanita adalah tiang sebuah bangsa. Apabila
wanitanya baik, baik pulalah suatu bangsa. Namun,
apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu."
*Harta Abu Bakar*
Ketika masuk Islam, Abu Bakar memiliki harta sebanyak
50.000 dirham. Beliau membebaskan tujuh budak dengan
400 dirham per orang. Jadi, uang beliau terpakai
sebanyak 2.800 dirham, sebagian besar sisanya
dipergunakan untuk mempertahankan hidup bersama kaum
muslimin di dalam Syi'ib
*Thufail Ad Dausi*
Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang tidak
pernah menyerah, sedikit demi sedikit terus
mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang
bangsawan dan penyair cendekia dari luar Mekah,
bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga, orang-
orang Quraisy memberinya peringatan,
"Hati-hati terhadap Muhammad, jangan dengar kata-
katanya. Dia telah memecah belah orang dengan
keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum
kamu juga akan terpecah-belah. Hati-hati dan jangan
sekali-kali mendengarkannya!"
Diperingatkan seperti itu, membuat Thufail penasaran.
"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat
mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Apa
salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan
dikatakan orang itu? Jika ternyata baik akan aku
terima, kalau buruk akan kutinggalkan."
Setelah berfikir begitu, Thufail Ad Dausi mengikuti
Rasulullah sampai ke rumahnya.
"Tuan benarkah Anda seperti dituduhkan orang?" tanya
Thufail,
"Apa yang Anda bawa dan Anda sampaikan kepada mereka?"
Rasulullah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan
membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Hati Thufail segera
luluh dan dia pun memeluk Islam. Ketika kemudian ia
kembali kepada kaumnya, sebagian mereka langsung
memeluk Islam, sebagian yang lain tampak ragu.
Selain Thufail ada dua puluh orang yang diutus
masyarakat beragama Nasrani untuk mencar
i tahu tentang Rasulullah. Begitu bertemu dan
berbincang dengan beliau, mereka langsung menyambut,
menerima, dan beriman kepada beliau.
Orang-orang Quraisy menjadi geram dan memaki-maki
mereka.
"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh
masyarakat seagamamu mencari berita tentang orang itu.
Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu
sudah kamu tinggalkan dan lalu percaya saja apa yang
dikatakannya."
*Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Akhnas*
Melihat orang-orang di luar Mekah seperti Thufail Ad
Dausi dan orang-orang Nasrani memeluk Islam, para
Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah
pun jadi bertanya-tanya,
"Benarkah yang dibawa Muhammad itu benar?"
Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati
kediaman Rasulullah. Dia tahu Rasulullah selalu bangun
malam dan membaca Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar
ayat-ayat Alquran dibacakan, begitu tenang dan damai
hatinya. Suara Rasulullah yang merdu menggema di
kalbunya.
Fajar pun tiba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun
saat itu, dia memergoki Abu Jahal juga sedang
mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang
tanpa mampu berkata, lewatlah Akhnas bin Syariq.
Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka bertiga pun saling
menyalahkan.
"Kejadian ini tidak boleh terulang lagi," ujar salah
satu dari mereka.
"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah
dan mereka akan berpihak kepada Muhammad."
Ketiganya pun berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatan itu.
Namun, pada malam berikutnya, mereka terbawa
perasaannya masing-masing seperti kemarin. Tanpa dapat
menolak bisikan hati, mereka kembali ke tempat semalam
dan mendengarkan ayat Alquran dibacakan. Hampir Fajar,
mereka mereka bertemu dan saling menyalahkan laki.
Perbuatan itu terulang lagi pada malam ketiga. Ketika
mereka saling bertemu pada waktu fajar, kembali mereka
saling tuduh.
Rasa takut kemudian timbul di hati masing-masing.
Mereka takut kehilangan kedudukan jika masyarakatnya
memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka
berteguh hati untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang
dan damai yang mereka rasakan saat mendengar bacaan
Alquran.
Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang
kembali ke rumah Rasulullah pada tengah malam untuk
mendengarkan beliau secara diam-diam.
*Bersambung...*
10/09/21 06.44 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 46
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Mengejek Al Qur'an*
‫وم‬ َّ ُ‫أَ ٰ َذلِكَ َخ ْي ٌر ُن ُزاًل أَ ْم َشجَ رَ ة‬
3ِ ‫الز ُّق‬
(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik
ataukah pohon zaqqum.
Surah As-Saffat (37:62)
َ‫ِلظالِمِين‬ َّ ‫إِ َّنا جَ عَ ْل َناهَا فِ ْت َن ًة ل‬
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai
siksaan bagi orang-orang yang zalim.
Surah As-Saffat (37:63)
‫إِ َّنهَا َشجَ رَ ةٌ َت ْخ ُر ُج فِي أَصْ ِل ْالجَ ح ِِيم‬
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar
dari dasar neraka yang menyala.
Surah As-Saffat (37:64)
‫ين‬ِ ِ‫ُوس ال َّشيَاط‬ 3ُ ‫َط ْل ُعهَا َكأ َ َّن ُه ُرء‬
mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
Surah As-Saffat (37:65)
Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang
makanan orang di neraka berupa buah zaqqum.
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya
seperti kurma Yatsrib yang dapat kamu santap.
Kemudian, Allah menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-
Dukhan ayat 43 - 49 .
‫وم‬3ِ ‫الز ُّق‬َّ َ‫إِنَّ َشجَ رَ ت‬
Sesungguhnya pohon zaqqum itu,
Surah Ad-Dukhan (44:43)
‫َطعَ ا ُم اأْل َث ِِيم‬
makanan orang yang banyak berdosa.
Surah Ad-Dukhan (44:44)
‫ون‬ِ ‫ُط‬ ُ ‫َك ْال ُمه ِْل ي َْغلِي فِي ْالب‬
(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam
perut,
Surah Ad-Dukhan (44:45)
ْ ْ
‫ِيم‬ ِ ‫كَغَ ليِ الحَ م‬
seperti mendidihnya air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:46)
‫ُخ ُذوهُ َفاعْ تِلُوهُ إِلَ ٰى سَ َوا ِء ْالجَ ح ِِيم‬
Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah
neraka.
Surah Ad-Dukhan (44:47)
‫ِيم‬ ْ ِ ‫صبُّوا َف ْوقَ رَ ْأسِ ِه مِنْ عَ َذا‬ ُ ‫ُث َّم‬
ِ ‫ب الحَ م‬
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari)
air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:48)
‫ُذ ْق إِ َّنكَ أَ ْنتَ ْالعَ ِزي ُز ْال َك ِري ُم‬
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi
mulia.
Surah Ad-Dukhan (44:49)
*Abdullah bin Ummi Maktum*
Seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum
bertanya,
"Ada seseorang bernama Muhammad yang membawa ajaran
baru?" Temannya mengiyakan.
"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?"
tanya Abdullah bin Ummi Maktum lagi.
"Benar"
"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?"
"Betul, Abdullah bin Ummi Maktum. Begitulah yang
diajarkannya."
Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-
gosok ujung jemari tangannya.
"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin
Ummi Maktum,
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul
berhala-berhala. Aku bahkan bisa membedakan Latta dan
Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku
bisa bertemu sendiri dengan Muhammad!"
Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi
Maktum menemui Rasulullah. Sayang sekali, saat itu
Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an
kepada Walid bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar
Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.
Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui
kehadiran Walid, karena buta, dia terus mendesak,
mendesak dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga
menerangkan tentang Islam kepadanya.
Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau
sedang mendakwahi seorang tokoh penting, Rasulullah
membuang wajah beliau.
Saat itu, firman Allah turun untuk menegur beliau,
(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)
‫عَ بَسَ َو َت َولَّ ٰى‬
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
Surah 'Abasa (80:1)
‫أَنْ جَ ا َءهُ اأْل َعْ م َٰى‬
karena telah datang seorang buta kepadanya.
Surah 'Abasa (80:2)
‫َومَا ي ُْد ِريكَ لَعَ لَّ ُه ي ََّز َّك ٰى‬
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya
(dari dosa),
Surah 'Abasa (80:3)
‫الذ ْكرَ ٰى‬ ِّ ‫أَ ْو ي ََّذ َّك ُر َف َت ْن َفعَ ُه‬
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu
pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Surah 'Abasa (80:4)
‫َن اسْ َت ْغ َن ٰى‬ ِ ‫أَمَّا م‬
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
Surah 'Abasa (80:5)
‫َفأ َ ْنتَ لَ ُه َتصَ د َّٰى‬
maka kamu melayaninya.
Surah 'Abasa (80:6)
Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari
kesalahan, bahkan untuk kesalahan sekecil itu. Apalagi
Rasulullah adalah orang yang sangat halus perasaanya
sehingga jika akan merugikan orang miskin atau orang
lemah, beliau merasa takut.
*Karena Dengki*
Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti
Nabi bukan karena lebih yakin dengan berhala,
melainkan lebih k
arena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi Nabi,
bukan mereka?
Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada
Muhammad bukan kepadaku, padahal aku kepala dan
pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin
Umair Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah
pembesar-pembesar dua kota."
*Bersambung...*
11/09/21 06.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 47
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Hisyam bin Amr*
Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya
sambil menggerutu, "Tiga tahun sudah Bani Hasyim
diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan
suku-suku Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu,
ipar, paman, bibi.
Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang
suka menyelundupkan makanan dengan diam-diam, Bani
Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus
berbuat sesuatu!"
Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui
sahabatnya, Zuhair bin Umayyah. Zuhair adalah adalah
anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti
Abdul Muthalib dari Bani Hasyim.
"Zuhair," tegur Hisyam,
"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan,
pakaian, dan lainnya, padahal engkau tahu keluarga
ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh
berhubungan dengan orang lain, tidak boleh berjual
beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah
kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga
Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak untuk mengasingkan
mereka, tentu aku tolak mentah-mentah!"
Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan
hatiku," kata Zuhair kemudian.
"Jadi apa lagi yang engkau tunggu?" tanya Hisyam.
Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan
piagam kejam itu. Namun, itu tidak cukup. Mereka harus
mendapat dukungan juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui
Mut'im bin Adi dari Bani Naufal, Abu Al Bakhtary bin
Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima
orang itu membulatkan tekad untuk membatalkan piagam
yang telah tiga tahun dipasang di dinding Ka'bah.
*Merobek Piagam*
Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali
seraya berseru, "Hai penduduk Mekah! Kamu sekalian
enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim
binasa, tidak bisa membeli atau menjual sesuatu pun!
Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam yang
kejam ini dirobek!"
Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat
Zuhair, dengan cepat, datang menghampiri sambil
berteriak,
"Engkau pendusta! Demi Allah, piagam itu tidak boleh
dirobek!"
"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih
pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami
tidak rela!"
"Zam'a benar!" dukung Abu Al Bakhtary,
"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu
dan kami pun tidak ikut menetapkannya!"
"Zam'a dan Abu Al Bakhtary benar!" sahut Mut'im bin
Adi,
"dan siapa yang berkata selain itu dialah sang
pendusta.
"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri
dari piagam itu dan apa yang tertulis di dalamnya!"
Mata Abu Jahal berkilat-kilat dan bahunya gemetar
menahan marah.
"Kalian pasti sudah bersekongkol tadi malam!"
tuduhnya.
"Kalian diam-diam berkumpul ditempat tersembunyi dan
memutuskan untuk mengingkari piagam bersama ini!"
Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang
ketika dari tadi diam di pojok, berjalan mendatangi
mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang
sedang bertengkar terdiam.
Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan
dikatakan pemimpin Bani Hasyim itu.
"Semalam Muhammad menyampaikan sebuah pesan kepadaku
mengenai piagam itu, "demikian kata Abu Thalib.
*Rayap yang Diutus Allah*
"Muhammad menyampaikan kepadaku bahwa Allah telah
mengutus rayap untuk memusnahkan piagam itu", lanjut
Abu Thalib dengan tenang.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran
bercampur takjub. Benarkah kabar ini?
Abu Thalib cepat berkata lagi,
"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa
yang ada di antara kalian dan dia. Biarlah kami
menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad
benar, kalian harus berhenti memboikot dan berbuat
semena-mena terhadap kami."
Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan
perkataannya sehingga bersedia menanggung boikot
sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus
mengagumi rasa saling percaya dan kesetiaan yang
demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.
"Baiklah, engkau adil," kata mereka,
"kami terima perkataanmu tadi, Abu Thalib."
Berbondong-bondong, mereka pergi ke Ka'bah dan
menemui bahwa yang dikatakan Rasulullah memang benar.
Rayap telah memakan isi piagam itu, kecuali sebagian
kecil yang bertuliskan "Bismika allahumma (Dengan
nama-Mu ya Allah)."
Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan.
Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali berada di
tengah-tengah masyarakat seperti semula.
Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa
bernafas lebih lega? Apalagi adanya kekuasaan Allah
melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik
berubah? Ternyata sama sekali tidak! Justru kekufuran
mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang
tercantum dalam firman Allah:
ٌّ‫َوإِنْ يَرَ ْوا آي ًَة يُعْ ِرضُوا َو َيقُولُوا سِ حْ ٌر مُسْ َتمِر‬
Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu
tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: (Ini
adalah) sihir yang terus menerus.
Surah Al-Qamar (54:2)
*Bulan-Bulan Suci*
Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah
dan kaum Muslimin dibebaskan dari pemboikotan. Bulan-
bulan suci itu adalah bulan pertama, *Muharram* (saat
diharamkannya kekerasan), lalu bulan ketujuh, *Rajab*
(yang dihormati), kemudian bulan kesebelas,
*Dzulqa'dah* (bulan damai), terakhir bulan kedua belas
*Dzuhijjah* (bulan haji).
*Tetap Berdakwah*
Bulan-bulan suci (Muharram, Rajab Dzulqa'dah,
Dzulhijjah) itulah dimanfaatkan Rasulullah untuk
semakin giat berdakwah selama pemboikotan.
*Bersambung...*
11/09/21 06.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 48
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Ketegaran Tiada Banding*
Suatu ketika, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan
dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah bin Khalaf adalah
seorang pemuda berperangai buruk. Ia suka bermusuhan
dan tidak punya rasa takut kepada siapa pun. Sekali
pun Umar bin Khatthab dan Hamzah bin Abdul Muthalib
telah bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Umayyah
menganggap enteng-enteng saja. Dia bahkan telah
sesumbar akan membunuh Rasulullah dengan tangannya
sendiri.
Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah,
Umayyah langsung menggertak sambil menunjuk kuda yang
dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain
adalah untuk membunuhmu!"
Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil
membalas cepat, "Tidak, justru akulah yang akan
membunuhmu dengan izin Allah."
Kini Rasulullah tidak segan lagi menjawab setiap
ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy. Beliau semakin
gencar dan tekun berdakwah tanpa memperdulikan
resikonya lagi. Keberanian Rasulullah ini meruntuhkan
wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu
membangga-banggakan diri.
Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan
keberanian Rasulullah ini. Mereka merasa, jika
bergabung dengan kaum Muslimin, mereka tidak akan
diejek dan disakiti semena-mena lagi. Kekukuhan hati
Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke hati
orang-orang yang tertindas.
Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-
orang Quraisy! Adakah orang yang bersedia menolong
diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu
Jahal)! Aku adalah pendatang dan telah dilakukan
sewenang-wenang!"
Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan
Abu Jahal untuk menolong laki-laki malang ini?
*Keberanian Rasulullah*
Memang tidak ada yang berani! Tidak seorang pun!
Namun, mereka menyarankan kepada laki-laki asing itu,
"Carilah Muhammad dan minta tolong kepadanya."
Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin,
Rasulullah akan mampu melakukannya. Semua tahu bahwa
Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat
dan beringas.
"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian
sapa Rasulullah ketika orang asing itu datang.
"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam
tidak mau membayar unta yang dibeli dariku!"
Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal.
Melihat mereka, orang-orang tertawa gaduh. Mereka
yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk
menghadapi Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan
laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap melontarkan
ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa
Rasulullah di hadapan para pengikutnya.
Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah
Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-tengah budak dan
para penunggang kudanya. Tiba-tiba pintu diketuk
dengan keras. Wajah Abu Jahal memerah menahan marah,
"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak
tahu dia kalau aku sedang bersama bawahanku! Dengan
mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu!"
Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat
Rasulullah di depannya. Saat itu wajah Rasulullah
tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah
bulat untuk membela orang yang teraniaya ini.
Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke
rumah dan keluar lagi untuk membayar pembelian unta
laki-laki asing itu.
Orang asing itu sangat berterimakasih kepada
Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita kepada
orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau,
keberanian Rasulullah ini menimbulkan rasa kagum di
hati mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun
membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk,
kesal, geram, tetapi sekaligus hormat dan kagum.
*Laki-laki dari Suku Ghifar*
Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke
seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu hari, datanglah
seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Abu
Thalib melihatnya, lalu menegur, "Sepertinya Anda
laki-laki asing?"
"Betul, namaku Abu Dzar dari suku Ghifar."
Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang
saudaranya untuk mencari tahu tentang Rasulullah.
Sesudah melihat apa
yang dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar
melaporkan,
"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada
kebaikan dan mencegah dari keburukan."
Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun
datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib mengajak Abu Dzar
bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya
kepada Abu Dzar,
"Jika Anda tidak berkeberatan bercerita, apa yang
mendorong Anda datang ke negeri ini?"
"Kalau Anda berjanji untuk merahasiakannya, aku akan
menceritakannya."
Ali mengangguk.
Kemudian, Abu Dzar berkata,
"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang
bernama Muhammad. Orang mengatakan bahwa ia membawa
ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu
pemerintah Quraisy akan menindak setiap orang asing
yang sengaja menemuinya."
"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke
tempat saya masuk. Jika saya melihat orang yang saya
khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya
akan merapat ke tembok dan Tuan silahkan berjalan
terus."
Malam itu juga, Abu Dzar bertemu Rasulullah.
"Hatiku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang
congkak, budak-budak yang sengsara, kaum perempuan
yang tertindas, kaum miskin yang tidak mampu berbuat
apa-apa. Apa yang Islam tawarkan untuk mengatasi
semua ini?" tanya Abu Dzar.
Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu
Dzar merasa sangat puas. Saat itu juga, Abu Dzar
menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.
Ketika Abu Dzar berpamitan, Rasulullah berpesan.
"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu.
Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam, dan
rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah
karena aku khawatir mereka akan mengganggu
keselamatanmu."
Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru
mengajak orang masuk Islam.
*Anjuran bersabar kepada Abu Dzar*
Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar,
"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai
para pembesar yang mengambil barang upeti untuk mereka
pribadi?"
Jawab Abu Dzar,
"Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan
saya tebas mereka dengan pedang saya!"
Sabda Rasulullah,
_Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu?
Yaitu bersabarlah sampai kamu menemuiku._
*(Bersambung)...*
12/09/21 16.33 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian49
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Abu Thalib Sakit Keras*
Beberapa bulan setelah piagam dihapus, Rasulullah
kembali mengalami ujian besar. Kali ini bukan
penyiksaan dari pihak lawan, melainkan berupa
kehilangan orang yang beliau cintai.
Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat
di pengasingan selama tiga tahun, Abu Thalib jatuh
sakit. Saat itu usianya sudah delapan puluh tahun.
Mengetahui Abu Thalib sakit keras, orang-orang Quraisy
khawatir akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan
Rasulullah beserta para pengikutnya. Apalagi dipihak
Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang
dan keras. Selama ini, Abu Thalib selalu bisa menjadi
penengah kedua belah pihak.
Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib dipembaringan
dan berkata,
"Abu Thalib, engkau adalah keluarga kami juga.
Sekarang ini, keadaan antara kami dan kemenakanmu
sudah sangat mencemaskan kami. Panggilah dia. Kami dan
dia akan saling memberi dan menerima. Biarlah dia
dengan agamanya dan kami dengan agama kami pula".
Rasulullah Kemudian datang. Mengetahui maksud
kedatangan mereka, Rasulullah bersabda,
"Sepatah kata saja saya minta yang akan membuat mereka
merajai semua orang Arab dan bukan Arab."
"Katakanlah, demi ayahmu," kata Abu Jahal,
"sepuluh kata sekali pun silahkan!"
Rasulullah bersabda,
"Katakan, tidak ada ada Tuhan selain Allah dan
tinggalkan segala penyembahan selain Allah."
"Muhammad," seru mereka,
"maksudmu tuhan-tuhan itu dijadikan satu saja?"
Para Pembesar Quraisy Saling pandang dengan kecewa
menghadapi keteguhan Rasulullah.
"Pulanglah," kata mereka satu sama lain,
"orang Ini tidak akan memberikan apa-apa seperti yang
kamu kehendaki. Pergilah Kalian!"
*Abu Thalib Wafat*
Rasulullah duduk di sisi pembaringan pamannya. Dengan
sedih, ditatapnya wajah bijaksana orang tua itu. Hati
Rasulullah dipenuhi rasa duka, tidak hanya karena
melihat sakit sebelum maut yang diderita Abu Thalib,
tetapi juga karena sampai saat itu, pamannya belum
juga membuka hatinya kepada Islam.
Rasulullah menggenggam tangan pamannya dengan lembut.
Inilah Abu Thalib yang dulu mengajaknya berdagang ke
Syam karena tidak tega berpisah dengannya. Inilah
pamannya yang dulu merawatnya penuh kasih sayang,
bahkan mencintainya melebihi kecintaan kepada anak-
anaknya sendiri. Inilah Abu Thalib yang membuka jalan
pertemuannya dengan Khadijah dan mendorongnya menjadi
pemimpin kafilah dagang Khadijah. Inilah Abu Thalib
yang selalu menjadi pelindungnya sejak dirinya menjadi
yatim sampai menjadi utusan Allah.
Abu Thalib membuka matanya yang sayu dan memandang
Rasulullah, "Demi Allah, wahai anak saudaraku, aku
tidak melihatmu menawarkan sesuatu yang berat kepada
para pemuka kaummu."
Sejenak timbul harapan Rasulullah akan keislaman
pamannya itu,
"Wahai pamanku, ucapkanlah satu kalimat maka dengan
kalimat tersebut engkau berhak mendapat syafaatku pada
Hari Kiamat."
Akan tetapi, Abu Thalib tetap enggan menerima ajakan
tersebut. Kemudian wafatlah ia. Kini, hilang sudah
seorang pelindung Rasulullah. Mulai saat ini,
Rasulullah harus menghadapi semuanya sendiri.
*Kata-Kata Terakhir Abu Thalib*
Ketika Rasulullah mengajak Abu Thalib mengucapkan
syahadat pada saat-saat terakhirnya, Abu Thalib
berkata,
"Kalau saja aku tidak khawatir nasib keluargaku akan
dianiaya setelah kepergianku dan kaum Quraisy bakal
mengatakan, bahwa aku berucap karena gentar menghadapi
sakaratul maut, aku tentu mengucapkannya. Kalau pun
kuucapkan, itu sekadar menyenangkan hatimu."
*Khadijah Wafat*
Seusai penguburan Abu Thalib, Rasulullah kembali ke
rumah dan menemukan Khadijah jatuh sakit. Rasulullah
menggenggam tangan Khadijah yang kini terasa panas.
Dari hari ke hari, wajah Khadijah semakin pucat dan
gemetar, Rasulullah amat terharu. Pada saat-saat
seperti ini, istrinya itu tetap berusaha menguatkan
hatinya. Seolah-olah Khadijah tahu bahwa perjuangan
suaminya masih sangat panjang dan berliku, sedangkan
perjuangannya sendiri sudah mencapai titik akhir.
Akhirnya saat perpisahan sepasang suami istri yang
mulia itu pun tiba. Hanya bebe
rapa hari setelah Abu Thalib meninggal, Khadijah pun
wafat dengan tenang.
Dalam beberapa hari saja, Rasulullah kehilangan dua
orang yang sangat berarti dalam hidupnya, paman yang
mengasuh dan melindunginya serta istri yang setia
mendampingi dalam menempuh semua suka dan duka,
terutama setelah beliau diangkat menjadi Rasul selama
sepuluh tahun terakhir kehidupan mereka. Masa-masa
duka ini dikenal dengan nama 'Amul Huzni (tahun
kesedihan).
Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di hati
Rasulullah pudar. Indahnya kehidupan seolah-olah ikut
terkubur bersama jasad dua orang kesayangan itu.
Rasulullah tertunduk di samping pusara Khadijah. Air
mata beliau mengalir tanpa tertahan.
Beliau ingat, betapa besar penderitaan pamannya dan
kesengsaraan yang dipikul istrinya saat mereka
bertindak melindungi beliau. Rasanya, hidup Khadijah
lebih banyak dilalui dengan menanggung begitu berat
beban perjuangan dibanding menikmati manisnya
kehidupan.
Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan
Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka berusaha menghibur
Rasulullah. Inilah saat-saat ketika para pengikut,
yang biasanya dihibur dan dikuatkan hatinya oleh
Rasulullah, berganti menghibur dan menguatkan hati
Rasulullah. Sungguh pada saat yang mengharukan, tetap
ada keindahan yang tampak dalam persaudaraan mereka.
_Bersambung_
12/09/21 16.33 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian50
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Kenangan akan Khadijah*
Kenangan akan Khadijah tetap hidup di hati Rasulullah
sampai beliau wafat. Rasulullah ingat pernikahan
mereka yang penuh berkah. Itulah satu-satunya
pernikahan di dunia ini yang dipenuhi berkah surga dan
dunia sekaligus.
Saat pernikahan itu, Khadijah mengadakan jamuan buat
semua orang, mulai dari yang paling kaya sampai yang
paling miskin. Bangsa Arab yang saat itu hanya
mengenal air putih, dalam walimah pernikahan
Rasulullah dan Khadijah, disuguhi minuman segar sari
buah dan sirup mawar.
Selama beberapa hari, semua orang, baik tua maupun
muda, makan di rumah Khadijah. Kepada orang-orang
miskin, Khadijah memberikan beberapa keping uang emas
dan perak serta pakaian. Kepada para janda, Khadijah
menyumbangkan kebutuhan hidup yang belum pernah mereka
rasakan sebelumnya.
Rasulullah juga terkenang saat setelah menikah,
Khadijah tidak lagi tertarik pada perdagangan serta
kesuksesan yang diraihnya. Pernikahan telah mengganti
perhatian Khadijah. Beliau telah mendapatkan Muhammad
Al Musthafa sebagai hartanya yang paling berharga di
dunia ini. Begitu Khadijah menjadi istri Rasulullah
semua perak, emas, dan berlian kehilangan harga di
matanya. Rasullullah menjadi satu-satunya yang
Khadijah sayangi, perhatikan, dan cintai. Beliau
mengabdikan diri sepenuhnya pada kehidupan
Rasulullah.
Saat-saat didampingi Khadijah boleh dikatakan
merupakan sat-saat yang sangat membahagiakan
Rasulullah. Dari rahim Khadijah-lah lahir dua orang
putra dan empat orang putri Rasulullah, termasuk
puteri terkecil mereka Fatimah Az Zahra, yang menjadi
cahaya mata ayahnya.
Tidak ada laki-laki lain yang cocok mendampingi
Khadijah selain Rasulullah. Begitu serasinya mereka
sampai ada ahli sejarah yang menduga bahwa seandainya
Khadijah tidak bertemu Rasulullah dalam hidupnya,
kemungkinan besar Khadijah tidak akan menikah sampai
akhir hidupnya, karena bukanlah kekayaan, ketampanan,
dan keturunan yang menarik hati Khadijah, melainkan
keluhuran budi yang mampu meluluhkan hatinya. Itulah
yang ada dalam diri Rasulullah.
*Rumah di Surga*
Dalam Shahih Al Bukhari, Abu Hurairah berkata, Jibril
mendatangi rumah Rasulullah seraya berkata, "Wahai
Rasulullah, inilah yang datang Khadijah sambil membawa
bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau
minuman. Jika ia datang, sampaikan salam padanya dari
Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah
rumah di Surga yang di dalamnya tidak ada hiruk-pikuk
dan keletihan."
*Khadijah Wanita Sempurna*
Sebelum kedatangan Islam, Khadijah dijuluki Ratu
Mekah. Namun, ketika cahaya Islam terbit, Allah
memberi beliau kedudukan sebagai ibu kaum beriman
*(ummulmukminin)*. Saat itu, sebagian kaum Muslimin
adalah orang-orang miskin. Mereka tidak bisa mencari
nafkah, karena orang-orang kafirlah yang menguasai
perdagangan. Orang-orang itu tidak memberikan
kesempatan bagi kaum Muslimin untuk bekerja. Pada saat
itu, kaum Muslimin bisa terhindar dari kelaparan
berkat bantuan Khadijah.
Khadijah juga memberi mereka tempat tinggal. Khadijah
menggunakan begitu banyak uangnya untuk orang-orang
Muslim di Mekah yang miskin akibat boikot orang-orang
musyrik. Pertolongan Khadijah telah mematahkan tujuan
orang-orang musyrik untuk menarik para pengikut
Rasulullah yang miskin pada kekafiran lagi.
Khadijah tidak pernah menyisakan sampai uang terakhir
yang dimilikinya demi kesejahteraan para pemeluk
Islam. Cinta Khadijah kepada mereka tidak berbeda
dengan cinta ibu kepada anaknya. Kalian tahu, seorang
ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi
keselamatan anak-anaknya. Seorang ibu bisa merasakan
lapar, namun jika anak-anaknya kelaparan, ia akan
mengutamakan anak-anaknya lebih dulu. Ia akan
memberikan jatah makannya untuk anak-anaknya dan rela
menahan lapar. Bahkan jika anak-anaknya merasa kenyang
dan senang, itu sudah cukup membuat seorang ibu juga
merasa senang dan kenyang sehingga ia lupa rasa lapar
yang dideritanya sendiri. Cinta seorang ibu tidak
mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan
dan penuh kasih.
Dengan
keluhuran budi istrinya yang begitu agung sangat wajar
jika Rasulullah merasa amat berduka ketika Khadijah
wafat.
*Rasulullah Amat Mencintai Khadijah*
Begitu besarnya cinta Rasulullah kepada Khadijah
sampai beliau bersabda, "Demi Allah! Allah tidak
menggantikan Khadijah dengan seorang yang lebih baik.
Ia telah beriman kepadaku pada saat orang-orang
mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat
orang-orang nendustaiku. Ia telah mengorbankan
hartanya padahal orang lain tidak mau melakukannya,
dan Allah telah melimpahkan karunia bagiku anak-anak
melalui Khadijah.
*Setelah Abu Thalib Tiada*
Ketika ibunya wafat, Fatimah Az Zahra baru berusia
tiga tahun. Anak perempuan yang matanya masih basah
karena baru kehilangan ibunya itu kini melihat ayahnya
dihina orang sejadi-jadinya. Para tetangga mereka
seperti Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin
Hamra, dan Abu Lahab sangat sering melempar batu
ketika ayahnya sedang shalat. Bahkan tidak cuma batu,
tetapi juga jeroan kambing. Jeroan kambing itu pernah
mereka melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah
yang siap disajikan.
Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah
adalah ketika seorang Quraisy pandir mencegatnya di
jalan dan secara tiba-tiba menyiramkan tanah ke atas
kepala beliau. Rasulullah tidak membalas hinaan itu.
Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh tanah.
Di rumah, Fatimah membersihkan kepala ayahnya sambil
menangis.
Tidak ada yang lebih pilu rasanya hati seorang ayah
dibanding mendengar tangis anaknya. Apalagi yang
menangis ini adalah anak perempuan yang baru saja
ditinggal mati ibunya. Hampir kaku rasanya Rasulullah
karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut
menangis.
Muhammad adalah ayah yang bijaksana dan penuh kasih
sayang pada putri-putrinya. Tak ada lagi yang beliau
lakukan menghadapi tangis pilu putrinya selain memohon
pertolongan kepada Allah dengan keimanan sepenuh hati.
"Jangan menangis, putriku," begitu yang Rasulullah
bisikkan kepada Fatimah sambil menghapus air matanya,
"sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu."
Rasulullah kemudian berkata,
"Sebelum wafat Abu Thalib, orang-orang Quraisy itu
tidak seberapa menggangguku."
Apa yang kemudian beliau lakukan untuk melepaskan diri
dari tekanan Quraisy yang semakin menjadi-jadi?
Bersambung
13/09/21 07.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 51
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Tindakan Bengis Abu Lahab*
Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai
ketua Bani Hasyim. Segera setelah ia terpilih, Abu
Lahab menyatakan melepas perlindungan terhadap diri
Rasulullah dengan memberikan pengumuman secara terbuka
di Pasar Ukazh dan di Ka'bah. Ini adalah tindakan yang
amat kejam, sampai Rasulullah sempat minta
perlindungan dari keluarga selain Bani Hasyim.
Bani Hasyim adalah satu di antara sekian banyak
kabilah. Pemimpin sebuah kabilah dipilih karena bijak,
berani, dan tegas. Pemimpin kabilah menduduki
kedudukan terhormat. Pemimpin kabilah biasanya dipilih
setelah berusia 40 tahun.
Dalam pertempuran, kaum muda berjuang di garis depan
melindungi pemimpin kabilah dan sesepuh di garis
belakang.
*Cara Rasulullah Berdakwah*
Ada 6 cara yang dilakukan Rasulullah untuk berdakwah:
1. Mengumpulkan orang.
2. Mendatangi tempat-tempat pertemuan dan keramaian.
3. Mendatangi kota-kota lain.
4. Menugasi setiap muslim untuk berdakwah.
5. Menugasi muslim pilihan untuk mengajar.
6. Mengirimkan surat dan utusan kepada para raja dan
pemimpin.
*Tha'if*
Rasulullah berdakwah ke Tha'if pada tahun 10 kenabian
(akhir Mei 619). Tha'if terletak 100 kilometer sebelah
Tenggara Mekah. Tha'if adalah kota pegunungan dengan
ketinggian hampir 2.000 meter diatas permukaan laut.
Tha'if adalah kota dagang dengan hasil bumi dan
perkebunan buah seperti anggur.
Rasulullah mencoba mengalihkan dakwah langsung keluar
Kota Mekah. Bersama Zaid bin Haritsah, Rasulullah
pergi ke kota Tha'if. Tiba di kota itu, Rasulullah
menemui tiga orang pembesar kota dan menawarkan Islam
kepada mereka. Apa tanggapan mereka?
"Bahkan akan kusobek-sobek selubung Ka'bah untuk
membuktikan bahwa demikian tidak percayanya aku
padamu!" ujar seseorang.
Mendengar temannya bicara seperti itu, yang lain
tersenyum mengejek sambil berkata,
"Apakah Tuhan tidak mendapatkan orang yang lebih baik
daripada kamu? Kalau engkau seorang nabi, pastilah
engkau terlalu mulia untuk menjadi teman bicaraku.
Kalau bukan, maka engkau terlalu rendah kulayani."
Rasulullah meminta tiga pembesar Tha'if yaitu Mas'ud,
Abdu Yalail, dan Habib, tidak mengumumkan kepada
masyarakat penolakan mereka terhadap beliau. Akan
tetapi, ketiga pembesar itu tidak mengabulkan
permintaan Rasulullah. Mereka malah menghasut agar
para pemuda mengolok-olok Rasulullah.
Mereka keluar dan berteriak kepada orang banyak,
"Wahai penduduk Tha'if! Lihat orang ini! Ia mencoba
mengganti para berhala kita dengan satu Tuhan baru
yang tidak terlihat!"
Para pemuda mulai datang bergerombol dengan wajah
memerah karena murka.
"Orang ini rupanya berniat menipu dan membodohi
kalian! Apa yang akan kalian perbuat?"
"Usir dia!"
"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera
dan tidak berani membawa kegilaannya kemari!"
Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah
dengan batu. Melihat hal itu, orang-orang kaya tidak
mau ketinggalan. Mereka menyuruh budak-budaknya,
"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia!
Sekaranglah saatnya kalian bersenang-senang!"
Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar
Kota Tha'if. Mereka diikuti hujan batu disertai
gemuruh caci maki dan cemooh gerombolan pemuda dan
budak. Batu-batu terbang berbunyi debag-debug
menghantam seluruh tubuh Rasulullah meski sudah
dilindungi Zaid. Darah suci Rasulullah berceceran di
sepanjang jalan.
*Do'a Rasululllah*
Setelah jauh keluar dari kota, gerombolan orang yang
mengejar Rasulullah pun membubarkan diri dengan senyum
puas dan mengejek. Saat itu Rasulullah bertemu dengan
seorang istri pembesar Tha'if dari Bani Jumah yang
sedang lewat. Perempuan itu memandang Rasulullah
dengan rasa kasihan bercampur heran.
"Lihatlah, apa yang ditimpakan kepada kami oleh rakyat
suamimu," sabda Rasulullah.
Mendengar orang Tha'iflah yang menganiaya beliau,
perempuan itu berlalu dengan perasaan takut jika
diketahui orang bahwa ia menunjukkan belas kasihan
kepada Rasulullah.
Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan
Zaid berlindung di sebuah ke
bun anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak
Rabi'ah, seorang pembesar Quraisy. Saat itu, keluarga
Rabi'ah memerhatikan Rasulullah dari jauh, tetapi
mereka tidak berbuat apa pun.
Setelah napasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat
kepala dan menengadah ke langit. Beliau memanjatkan
doa yang amat mengharukan.
"Allahuma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan
kelemahanku, kurangnya kemampuanku, serta kehinaanku
di hadapan manusia."
"Oh Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Engkaulah
Pelindungku."
"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang
jauh yang berwajah muram, kepadaku, atau kepada musuh
yang akan menguasai diriku?"
"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak
peduli, karena sungguh luas kenikmatan yang Engkau
limpahkan kepadaku."
"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari
kegelapan, dunia, dan akhirat."
"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."
"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai
kehendak-Mu. Tiada yang lebih kuat dan kuasa dari
pada-Mu."
*_Bersambung_*
13/09/21 07.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian52
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Di Kebun Anggur*
Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami
Rasulullah, Utbah dan Syaibah merasa iba. Mereka
menyuruh seorang budak mereka untuk memberikan buah
anggur kepada Rasulullah.
Rasulullah menjulurkan tangan untuk memgambil anggur
seraya mengucap, "Bismillah."
Budak itu terkejut keheranan mendengar ucapan itu.
"Kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk
negeri ini." ujarnya.
Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa
namanya dan dari negeri mana dia berasal, serta apa
agamanya.
"Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di
Mesopotamia. Aku beragama Nasrani."
Rasulullah kemudian berkata lagi, "Dari negeri baik-
baik, Yunus bin Matta."
Dengan rasa heran yang lebih besar daripada
sebelumnya, Addas bertanya, "Darimana Tuan tahu nama
Yunus bin Matta?"
"Dia saudaraku," jawab Rasulullah, "dia seorang nabi
dan aku juga seorang nabi."
Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang
menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia mencium
kepala, tangan, dan kaki Rasulullah.
Utbah dan Syaibah memerhatikan hal itu dengan heran.
"Lihat, ia merusak budakmu," kata Syaibah.
Ketika Addas kembali, mereka bertanya dengan marah,
"Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki
orang itu?"
"Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini,"
jawab Addas.
"Ia mengatakan sesuatu yang hanya diketahui oleh para
nabi."
Utbah dan Syaibah saling pandang sebelum berkata
dengan keras,
"Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau
dari agamamu. Agamamu itu lebih baik daripada
agamanya."
*Saat Paling Getir*
Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung, menawarkan diri
untuk menghancurkan Tha'if. Namun, Rasulullah menolak,
beliau bahkan mendoakan kebaikan bagi penduduk Tha'if.
*Kembali ke Mekah*
Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang
terpilih sebagai pemimpin kabilah Bani Hasyim. Abu
Lahab langsung mengumumkan kepada khalayak bahwa Bani
Hasyim kini tidak lagi melindungi Rasulullah. Hal itu
berarti Rasulullah boleh dianiaya, bahkan sampai
dibunuh oleh siapa pun tidak akan ada yang menuntut
balas kematiannya.
Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang
tanpa perlindungan ini merisaukan Zaid. Zaid pun
bertanya,
"Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika
kita kembali ke Mekah tanpa perlindungan? Aku khawatir
jika orang akan berbuat sewenang-wenang kepada Anda."
Rasulullah menatap Zaid dengan pandangan menghibur
sambil berkata dengan keyakinan penuh,
"Allah akan melindungi agama dan Rasul-NYA."
Tiba-tiba di luar Mekah, melalui seorang penduduk,
Rasulullah menghubungi Al Akhnas bin Syariq untuk
menanyakan apakah ia mau memberi perlindungan. Namun,
Al Akhnas menolak.
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari
Bani Amr bin Lu'ay, tetapi ia juga menolak.
Akhirnya *Al Muth'im bin Adi* bersedia memberi
perlindungan.
Esok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan memgumumkan
perlindungannya. Abu Lahab datang dan memprotes dengan
ejekan,
"Kamu memberi perlindungan atau menjadi pengikutnya?"
"Kami memberi perlindungan kepada orang yang
seharusnya engkau lindungi", jawab Al Muth'im.
Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal
melihatnya dan berseru kepada sekumpulan orang Quraisy
dengan nada menghina,
"Wahai keturunan Abdu Manaf, inilah Nabi kalian."
Menanggapi olokan itu, Utbah bin Rabi'ah berkata,
"Peduli apa pula engkau, apakah kita ini mempunyai
seorang nabi atau raja?"
Rasulullah mendekati keduanya dan berkata,
"Wahai Utbah, demi Allah ucapanmu adalah tanggunganmu
sendiri. Sementara untukmu, Abu Jahal, nasib jelek
akan menimpamu sehingga kelak engkau akan sedikit
tertawa dan banyak menangis."
*Saat Penuh Perjuangan*
Setelah Abu Thalib meninggal ruang gerak dakwah
Rasulullah di Mekah semakin sempit. Beliau pun mencoba
mengalihkan dakwah Islam ke suku-suku Arab lain yang
sering berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan haji.
Setiap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui,
setiap kali itu pula Abu Lahab mengikuti beliau.
Setelah beliau beranjak pergi, Abu Lahab mendekat dan
berkata,
"Orang yang tadi hanya ingin menukar kepercayaan Anda
kepada Latta dan Uzza, serta jin-jin sekutu Anda,
dengan agama sesat yang dibawanya."
Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada
Rasulullah,
"Kalau kami jadi pengikutmu dan Tuhan memberimu
kemenangan menghadapi lawanmu, apakah kami akan
berkuasa setelah Anda?"
Rasulullah menjawab,
"Kekuasaan adalah pemberian Allah ketika Ia
menghendaki."
Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus,
"Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda
dari orang Badui dengan dada kami, lalu kalau Anda
menang orang lain akan memetik untung! Tidak, terima
kasih."
bersambung_
14/09/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian53
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Aisyah dan Saudah*
Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang
dengan gigih. Namun demikian, semakin gigih pula
suku-suku pengembara Arab menolak beliau.
Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah
dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan itu
bertujuan mempererat tali persaudaraan dengan para
pendukung Islam yang setia. Tali persaudaraan yang
erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti
itu.
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan
penghargaan setingi-tingginya bagi Abu Bakar, ayah
Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah. Pernikahan ini
merupakan suatu bentuk kemenangan dalam persaudaraan
yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah
sejak masa sebelum diangkat menjadi Rasul.
Sebelumnya Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu Saudah
telah menjadi janda setelah suaminya meninggal di
Habasyah. Tujuan pernikahan itu adalah untuk menolong
Saudah yang hampir hidup terlunta-lunta setelah
suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang pertama
dinikahi Rasulullah sepeninggal Khadijah.
Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah,
kesukaran yang dihadapi Rasulullah bertambah dengan
semakin kerasnya orang Quraisy memusuhi beliau. Pada
saat itulah, Allah menghibur Rasulullah dengan sebuah
perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita temui
lagi kedasyatannya dalam sejarah.
*Isra'*
Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril
mendatangi Rasulullah. Wajahnya putih berseri dan
berkilau seperti salju. Demikian heningnya saat itu
sampai tidak terdengar suara burung malam, gemericik
air, dan siulan angin.
"Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!" sapa
Malaikat Jibril.
Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang tidur di
rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu Thalib.
Jibril membawa Buraq kehadapan Rasulullah. Buraq
adalah hewan yang bentuknya lebih kecil dari kuda tapi
lebih besar dari keledai dengan sayap dikedua sisi
tubuhnya. Warnanya putih. Setiap kali ia melangkah,
jauhnya sama dengan jarak pandang.
Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun
meluncur seperti anak panah, sedangkan Jibril terbang
mengiringi dalam jarak yang dekat sekali. Mereka
terbang melintasi padang-padang pasir menuju ke utara.
*Ifrit*
Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar
Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa
jin yang amat jahat. Jibril mengajarkan sebuah doa
kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam dan
Ifrit tersungkur jatuh.
Akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerusalem,
Palestina. Di atas Baitul Maqdis Rasulullah bertemu
Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Ketiga nabi
mulia itu ditemani nabi-nabi lain. Rasulullah kemudian
memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.
Selesai shalat, dibawakan kehadapan Rasulullah tiga
buah bejana. Satu berisi khamr, satu berisi air, dan
satu lagi berisi susu.
*Mi'raj*
Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, "Kalau ia
memgambil air, ia akan tenggelam dan begitu juga
umatnya. Kalau ia mengambil khamr, ia akan tersesat
dan begitu pula umatnya. Kalau dia mengambil susu, ia
akan dibimbing dan begitu juga umatnya."
Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi
susu dan meminumnya dengan menyebut nama Allah. Jibril
pun berkata kepada Rasulullah, "Anda telah diberkati
dan begitu pula umat Anda, Muhammad."
Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit.
Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.
Mi'raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah
meniti Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq. Buraq
menunggu di bawah ditambatkan di pintu Baitul Maqdis.
Oleh Jibril, tangga ini diletakkan di atas batu besar
dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit
berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit di jaga oleh
malaikat agar tidak ada setan yang bisa mencuri-dengar
rahasia-rahasia langit.
Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat
tersenyum, kecuali satu saja. Rasulullah bertanya
kepada Jibril, lalu Jibril menjawab bahwa itu adalah
Malik, malaikat penjaga neraka, Rasulullah bertanya
lagi kepada J
ibril,
"Bisakah engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan
neraka?"
"Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad."
Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar
tinggi sampai Rasulullah mengira bahwa ia akan
membakar segalanya.
*Illiyyin dan Sijjin*
Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi.
Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak di
bawah Neraka Jahanam.
Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik
mengendalikan kobaran api yang sangat dasyat itu.
Malaikat Malik pun melakukannya dan menutup kembali
pintu neraka.
Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki
sedang duduk melihat roh-roh manusia yang lewat
dihadapannya. Jika roh itu baik, ia akan mengucapkan
selamat seraya berkata,
"Roh yang baik dari tubuh yang baik."
Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki
itu jadi keruh sambil berkata,
"Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!"
"Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah.
Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang
sedang menilai roh keturunannya. Roh orang yang
beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang
kafir dan murtad membuat beliau kesal dan murung.
_Bersambung_
14/09/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian54
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Ke Langit Berikutnya*
Rasulullah melanjutkan perjalanannya bersama Jibril.
Beliau melihat berbagai kondisi para penghuni surga
dan neraka.
*Menerima Perintah Shalat*
Di langit keenam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa.
Kemudian Rasulullah dibawa ke hadapan Arasy sehingga
bertemu Allah. Segalanya tidak dapat dilukiskan dengan
lidah dan di luar jangkauan daya otak manusia. Bertemu
dengan Allah Yang Maha Agung membuat Rasulullah
merasakan kesejukan sampai ke tulang punggungnya.
Kemudian, rasa tenang dan damai membanjiri perasaan
beliau, begitu terasa nikmat. Pada saat itulah,
Rasulullah, Allah memerintahkan agar setiap Muslim
melakukan shalat lima puluh kali sehari semalam.
Begitu Rasulullah turun dari Arasy, beliau bertemu
Nabi Musa yang berkata,
"Bagaimana engkau mengharap pengikut-pengikutmu akan
melakukan shalat lima puluh kali setiap hari? Sebelum
engkau, aku sudah punya pengalaman, sudah kucoba
terhadap Bani Israil sekuat daya. Percayalah dan
kembalilah kepada Allah, minta supaya dikurangi jumlah
shalat itu."
Kemudian Rasulullah kembali menemui Allah. Kemudian
jumlah shalat dikurangi jadi empat puluh kali setiap
hari.
Namun, Nabi Musa menganggap masih di luar kemampuan
orang. Dia sarankannya lagi Rasulullah kembali meminta
keringanan. Demikianlah, beberapa kali Rasulullah
bolak-balik menemui Allah sampai akhirnya jumlah
shalat ditetapkan menjadi lima kali sehari semalam.
Kemudian, Rasulullah kembali ke Bumi dengan menuruni
tangga. Buraq pun membawa Rasulullah kembali ke Mekah.
*Mengabarkan Isra Mi'raj*
Menjelang fajar Rasulullah membangunkan Ummu Hani dan
keluarganya.
"Oh Ummu Hani," sabda Rasulullah,
"seperti engkau maklum, semalam aku shalat malam
terakhir bersama kamu. Kemudian aku ke Baitul Maqdis
dan shalat di sana. Baru saja, saat ini, kita shalat
subuh bersama."
Rasulullah kemudian bangkit, meninggalkan Ummu Hani
yang masih terperangah. Ummu Hani tahu beliau akan
keluar dan mengabarkan Isra' dan Mi'raj kepada orang
banyak. Rasulullah berdiri dan berjalan ke pintu
begitu cepat seolah-olah tidak sabar lagi untuk
mengabarkan perjalanan ini. Padahal, beliau tahu apa
akan dikatakan orang Quraisy yang selama ini
memusuhinya. Namun, semangat Rasulullah tidak
terhalangi oleh hal-hal semacam itu.
Rasa khawatir Ummu Hani menggunung seketika. Begitu
cepatnya langkah Rasul sehingga Ummu Hani terpaksa
menarik jubah Rasul dengan tergesa-gesa.
"Ya Rasulullah, jangan mengatakannya pada khalayak
ramai. Nanti mereka menuduh engkau berdusta dan mereka
akan menghinamu."
Rasulullah tersenyum menentramkan, "Demi Allah, saya
akan tetap mengatakannya."
Ummu Hani tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat
tekad Rasulullah yang sudah demikian kuat. Ketika
Rasulullah pergi, dilihatnya beliau dengan pandangan
khawatir. Ummu Hani segera memanggil seorang hamba
sahayanya, seorang perempuan dari Habasyah.
"Pergilah, ikuti Rasulullah dan dengar yang dikatakan
kaumnya terhadap beliau."
Hamba sahaya itu pun bergegas pergi.
Bersambung lagi..
14/09/21 20.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian55
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Quraisy Gempar*
Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para
pembesar Quraisy. Mereka melihat Rasululllah, Abu
Jahal bertanya dengan congkak,
"Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara
baru lagi?"
"Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru."
"Apa itu? Ceritakanlah," Abu Jahal bersiap mengejek.
"Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis."
Senyum Abu Jahal melebar,
"Ke Baitul Maqdis dan pagi-pagi begini sudah kembali
tiba disini?"
"Ya, semalam aku pergi di Baitul Maqdis."
Abu Jahal tertawa sambil menggeleng-geleng heran,
"Apakah kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku?
Kalau memang berani, saya akan memanggil mereka.
Ceritakanlah kepada mereka hal yang telah kamu katakan
kepadaku tadi!"
"Baik panggil mereka kemari," tegas Rasulullah.
Seketika itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua
pembesar Quraisy dan orang-orang biasa.
Dalam waktu singkat, semua orang berduyun-duyun ke
hadapan Rasulullah.
"Hai Muhammad!" Seru Abu Jahal.
"Katakanlah kepada kaumku sekarang seperti yang kamu
katakan tadi kepadaku!"
Rasulullah pun bersabda,
"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."
Orang-orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu
bersikap seolah-olah kurang jelas mendengar kata-kata
Rasulullah.
"Pergi kemana, Muhammad?"
"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."
Seketika itu, gemparlah suasana. Suara tawa dan cemooh
menggemuruh. Mengalahkan suara-suara itu Abu Jahal
berteriak,
"Muhammad itu memang selalu mengada-ada dengan
ucapannya!"
Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada
yang tertawa. Ada yang bertepuk tangan.
Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda
semangat. Tepuk tangan atau menaruh tangan diatas
kepala adalah tanda mengejek dan hinaan bagi seseorang
yang kata-katanya dianggap tidak bisa dipercaya.
Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu
yang akan dikatakan Abu Bakar, orang yang selama ini
begitu kukuh kepercayaannya kepada Rasulullah.
*Abu Bakar Membenarkan Cerita Rasulullah*
"Kalian berdusta," kata Abu Bakar kepada orang-orang
yang datang kepadanya.
"Sungguh, Muhammad kini berada di Ka'bah sedang
berbicara dengan orang banyak."
"Kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakar,
"Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan
kepadaku bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke
bumi pada waktu malam atau siang aku percaya. Padahal
tadi itu lebih mengherankan daripada berita sekarang
ini."
Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu,
orang-orang Quraisy sedang meminta Rasulullah
menggambarkan bentuk Baitul Maqdis. Mereka tahu,
Rasulullah belum pernah satu kali pun berkunjung ke
tempat itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka
telah terbiasa berdagang sampai ke Syam dan melewati
Baitul Maqdis berkali-kali. Abu Bakar adalah salah
seorang yang pernah berdagang ke sana.
Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan
keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata di hadapan
semua orang,
"Rasulullah, saya percaya!"
Bahkan, orang-orang kafir sekali pun menggeleng-geleng
kepala, heran bercampur kagum mendengar kata-kata Abu
Bakar. Mereka menghormati kesetiaan dan tingginya rasa
percaya Abu Bakar kepada Rasulullah.
Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan
Abu Bakar. Padahal saat itu, semua orang dihadapannya
tengah bertanya-tanya, mengejek, dan mencaci. Bahkan
yang lebih menyakitkan, beberapa orang yang sudah
memeluk Islam kembali murtad karena tidak percaya
dengan apa yang Rasulullah sampaikan.
Sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan
dan kesayangan "As-Shiddiq" kepada Abu Bakar. Artinya
adalah "yang tulus hati", "yang sangat jujur."
*Bukti dari Kafilah*
Merasa belum cukup mendengar betapa tepat gambaran
Rasulullah tentang Baitul Maqdis, orang-orang Quraisy
meminta bukti yang lain.
Rasulullah mengatakan, bahwa dalam perjalanan, beliau
melewati beberapa kafilah yang sedang dalam perjalanan
menuju Mekah atau ke arah Syam. Rasulullah mengatakan
bahwa di salah satu kafilah, seekor unta terjerembab
karena terkejut oleh kehadiran Bura
q. Rasulullah juga mengatakan tempat kafilah itu
berada.
"Saya melanjutkan perjalanan," demikian sabda
Rasulullah,
"sampai tiba di Dhajanan, melewati sebuah kafilah bani
fulan. Kutemukan mereka semua sedang tertidur. Mereka
mempunyai sebuah guci yang tertutup. Saya membuka
tutupnya dan meminum air itu lalu menutupnya kembali."
Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan
guci minum yang bisa dinikmati oleh siapa pun tanpa
perlu izin lagi. Bahkan biasanya yang disediakan
adalah susu.
"Sebagai bukti kafilah itu sekarang sedang menuruni
dataran tinggi Baydha di celah Tan'im. Kafilah itu
dipimpin seekor unta berwarna kelabu dengan muatan dua
kantong, yang satu hitam dan yang lain belang."
Orang-orang kemudian bergegas menuju celah itu. Mereka
menemukan bahwa unta pertama yang mereka jumpai sedang
memimpin kafilah memang persis seperti yang
digambarkan Rasulullah.
Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu
tentang guci air.
"Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu
masih tertutup, tetapi isinya kosong. Padahal semalam
guci itu penuh berisi air," jawab anggota kafilah.
Orang-orang saling berpandangan mengakui yang
Rasulullah katakan. Terlebih lagi setelah itu, mereka
bertanya pada rombongan kafilah lain tentang unta yang
terjerembab.
"Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti apa
yang bergerak cepat di langit. Sesuatu itu membuat
seekor unta kami terkejut dan terjerembab."
Demikian bukti-bukti kebenaran Isra' Mi'raj sudah
begitu kuat. Namun, orang-orang seperti Abu Jahal
tidak bisa berubah menjadi orang beriman.
_Bersambung_
14/09/21 20.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian56
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Rintangan dari Abu Lahab*
Selain terus-menerus berdakwah kepada orang-orang
Mekah, Rasulullah juga menyampaikan ajaran Islam
kepada orang-orang yang datang ke Mekah. Bangsa Arab
berkumpul di Mekah pada pekan-pekan tertentu beberapa
kali dalam setahun, misalnya di Pasar Ukazh, yang
diadakan selama bulan Syawal, kemudian Pasar Mujannah,
yang berlangsung setelah bulan Syawal selama dua puluh
hari.
Jika Rasulullah tahu ada rombongan datang, Beliau
segera pergi mendatangi mereka sambil berkata,
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah
memerintahkan kamu sekalian supaya menyembah kepada-
NYA dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan
sesuatu."
"Wahai sekalian manusia ucapkanlah olehmu, Tiada Tuhan
melainkan Allah, supaya kamu berbahagia!"
Namun, di mana pun Rasulullah datang pasti di belakang
beliau Abu Lahab datang mengikuti sambil berseru
keras-keras,
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini
memerintahkan kamu sekalian supaya meninggalkan agama
orangtua-orangtuamu terdahulu! Hai sekalian manusia,
janganlah kamu dengarkan perkataan orang ini karena
dia itu pendusta!"
Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu
Lahab melempar kepala Rasulullah dari belakang dengan
batu!
Akibat tindakan Abu Lahab ini, sangat sedikit orang
yang mau menerima seruan Islam. Orang-orang Islam pun
bahkan belum berani menunjukkan keislamannya secara
terang-terangan. Kebanyakan orang mencaci, mencemooh,
mengusir, dan mendustakan Rasulullah.
Akan tetapi, beliau tidak pernah berputus asa. Beliau
terus berdakwah semakin gencar dan semakin
bersemangat. Berkat kegigihan yang luar biasa inilah,
Allah mulai menunjukkan tanda-tanda kemenangan dari
sebuah kota bernama Yatsrib.
*Utbah bin Rabi'ah*
Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi
Rasulullah adalah Utbah bin Rabi'ah. Namun, Utbah
lebih lembut. Utbah memberi Rasulullah anggur ketika
beliau diusir dari Tha'if.
*Orang-Orang Yatsrib*
(Suatu saat kelak, Rasululllah mengubah nama Yatsrib
menjadi Madinah). Orang-orang Yatsrib termasuk
rombongan orang Arab yang sering datang ke Mekah.
Mereka terpecah menjadi dua golongan orang Aus dan
orang Khazraj.
Kedua suku ini saling berperang satu sama lain selama
120 tahun. Suatu saat kaum Aus menang. Pada saat lain,
orang Khazraj yang mengalahkan Aus.
Suatu malam di Bukit Aqabah, Mina, Rasulullah bertemu
dengan enam orang Khazraj. Mula-mula beliau mengajukan
pertanyaan, kemudian orang-orang itu menjawab dengan
sopan. Kemudian Rasulullah memperkenalkan diri dan
bertanya,
"Bagaimana keadaan kalian di Yatsrib?"
Sesudah itu beliau mengajak mereka duduk bersama dan
memenuhi ajakan itu dengan penuh rasa ingin tahu.
Sesudah saling bertanya, Rasulullah mengajak mereka ke
tempat yang sunyi, sedikit jauh dari penglihatan
orang. Di tempat itu, Rasulullah membacakan ayat-ayat
Al-Qur'an. Keenam orang Khazraj itu mengerti dan
tertarik segala apa yang beliau serukan.
Setelah Rasulullah yakin dengan kesungguhan orang-
orang ini, beliau mengajak berpindah tempat lagi ke
bawah Bukit Aqabah. Tempat itu benar-benar terlindung
dari jangkauan penglihatan orang. Di tempat aman
itulah, Rasulullah mengajak mereka mendukung kenabian
beliau. Rasulullah meminta agar mereka ikut
menyebarkan ajaran Islam di kota asal mereka, Yatsrib.
Orang-orang itu minta waktu untuk berunding.
"Rupanya ini adalah jalan yang diberikan Tuhan,"
demikian salah satu dari mereka berkata,
"Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan
ajaran Islam ini akan menyatukan kita dan Aus dalam
perdamaian."
Setelah selesai, mereka menyatakan percaya dan
sungguh-sungguh mendukung penyebaran Islam di Yatsrib.
Rasulullah kemudian menasihati agar mereka seiya
sekata, tolong-menolong, dan bantu-membantu dalam
menjalankan tugas mulia ini.
*Baiat Aqabah Pertama*
Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan
Islam kepada seluruh penduduknya.
"Muhammad adalah nabi terakhir utusan Tuhan yang
didustakan kaumnya sendiri," demikian kata mereka.
Segera saja nama Rasulullah menjadi terkenal di
kalanga
n penduduk Yatsrib.
Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu
kembali ke Mekah bersama tujuh orang rekan mereka. Dua
berasal dari Aus dan sepuluh orang berasal dari
Khazraj. Mereka menemui Rasulullah di Bukit Aqabah.
Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah
menyebarkan Islam.
Setelah Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an
mereka menyatakan percaya akan seruan beliau.
Rasulullah pun kemudian membaiat (sumpah setia)
mereka.
Inilah yang terkenal sebagai Baiat Aqabah pertama.
Dalam baiat ini, Rasulullah mengajak mereka bersumpah
untuk:
1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-NYA
2. Tidak mencuri
3. Tidak bergaul dengan wanita yang belum dinikahi
4. Tidak membunuh anak-anak, seperti yang saat itu
banyak terjadi
5. Tidak berdusta dan tidak membuat kedustaan
6. Tidak menolak perkara yang baik
7. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik saat
senang maupun susah
8. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik
terpaksa maupun sukarela
9. Jangan begitu saja merebut suatu perkara kecuali
Allah memberikan bukti tanda-tanda kekafiran kepada
orang yang mengerjakannya
10. Hendaklah mengatakan kebenaran di mana pun berada
dan tidak takut akan celaan orang
Sebagai penutup, Rasulullah bersabda,
"Hendaklah kalian menepati janji-janji ini, kelak
kalian akan menerima balasan Allah berupa surga.
Namun, jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan
urusannya kepada Allah semata."
*Ucapan Baiat*
Ucapan baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah
menjulurkan tangan kanan ke depan telapak tangan
menghadap keatas, sedangkan pembaiat menjabat dengan
posisi tangan disebelah atas.
Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat
wanita sebab Rasulullah belum meminta mereka membela
beliau dengan berperang.
_bersambung_
15/09/21 16.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian57
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Pengiriman Mush'ab bin Umair*
Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang
kembali ke perkemahan masing-masing sambil menyimpan
kejadian itu baik-baik di dalam hati.
Musim haji pun segera selesai. Ketika rombongan Muslim
Yatsrib berangkat pulang. Rasulullah menyertakan
seorang duta pertama. Tugas duta ini adalah
mengajarkan syariat Islam dan pengetahuan agama kepada
kaum Muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban
menyebarkan ajaran Islam kepada orang-orang yang masih
menyembah berhala.
Rasulullah memilih Mush'ab bin Umair untuk
melaksanakan tugas ini. Mush'ab termasuk pemeluk Islam
pertama dan terpercaya dalam pengetahuan tentang
hukum-hukum Allah, bacaan Al-Qur'an, serta
ketaatannya.
Setelah sahabat Rasulullah itu datang, semakin banyak
orang Yatsrib memeluk Islam. Seiring dengan itu,
persatuan Aus dan Khazraj semakin kuat sampai akhirnya
hilanglah rasa permusuhan di hati mereka masing-
masing.
*Jum'at Pertama*
Melihat Islam berkembang demikian pesat, orang-orang
Yahudi Yastrib amat khawatir. Mereka takut agamanya
lenyap terdesak oleh Islam. Oleh karena itu, setiap
hari Sabtu mereka berkumpul di suatu tempat dan
mengadakan keramaian untuk menunjukkan keagungan agama
mereka.
Ketika mendengar hal ini, Rasulullah memerintahkan
Umair untuk mengumpulkan kaum Muslimin setiap hari
Jum'at untuk mengerjakan shalat dua rakaat berjamah.
Mush'ab segera mengumpulkan kaum Muslimin di Hazmun-
Nabit.
Itulah shalat jum'at pertama dalam sejarah Islam.
Shalat pertama itu diikuti oleh empat puluh orang.
*Abdurrahman bin Auf*
Rasulullah juga pernah memerintahkan Abdurrahman bin
Auf secara diam-diam pergi ke daerah Damatul Jandal
untuk berdakwah. Selama tiga hari, Abdurrahman bin Auf
berdakwah sampai akhirnya pemimpin mereka Al Ashbag
pun masuk Islam.
*Baiat Aqabah Kedua*
Satu tahun berikutnya, jumlah jama'ah haji dari
Yatsrib lebih banyak, termasuk dalam rombongan itu
tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum
perempuan.
Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah
Rasulullah berdakwah dengan lemah lembut, mengalah
terhadap segala siksaan, serta menanggung semua
kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan.
Tidak selamanya Allah mengajarkan umat-NYA untuk terus
mengalah. Suatu saat pukulan harus dibalas pukulan,
serangan pun harus dibalas serangan. Dengan tujuan
inilah Rasulullah mengadakan pertemuan dengan ketujuh
puluh lima Muslim itu.
Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah
pada hari-hari tasyriq. Hari Tasyriq adalah tiga hari
berturut-turut setelah hari Raya Qurban (Idhul Adha).
Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di
puncaknya. Semua orang mendaki lereng-lereng Aqabah
yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut. Saat
itu, Rasulullah disertai pamannya, Abbas bin Abdul
Muthalib. Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat
berakibat perang terhadap orang yang memusuhi
keponakannya.
"Saudara-saudara dari Khazraj," demikian Abbas
berkata, "posisi Muhammad di tengah-tengah kami sudah
diketahui bersama. Kami dan mereka yang sepaham
dengannya telah melindunginya dari gangguan masyarakat
kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di
kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di
negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan
Tuan-Tuan juga. Jadi, kalau memang Tuan-Tuan merasa
dapat menepati janji seperti yang Tuan-Tuan berikan
kepadanya dan dapat melindungi dari mereka yang
menentangnya, silahkan Tuan-Tuan laksanakan. Akan
tetapi kalau Tuan-Tuan akan menyerahkan dia dan
membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat Tuan-
Tuan, dari sekarang lebih baik tinggalkan saja."
Orang-orang Yatsrib pun menjawab, "Sudah kami dengar
yang Tuan katakan. Sekarang silahkan Rasulullah
bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan disenangi
Allah."
Setelah membaca ayat Al-Qur'an dan memberi semangat
Islam, Rasulullah bersabda,
"Saya minta ikrar Tuan-Tuan untuk membela saya seperti
membela istri-istri dan anak-anak Tuan-Tuan sendiri."
*Kesetiaan Kaum Anshar*
Saad bin Ubadah, seorang pemimpin Anshar
berkata kepada Rasulullah,
"Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu.
Demi jiwaku yang ada ditangan-NYA, andaikan engkau
menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam samudra,
tentulah kami akan melakukannya."
*Dialog Sebelum Ikrar*
Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara'
bin Ma'rur, berkata,
"Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang
peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami warisi
dari leluhur kami."
Namun, sebelum Al Bara' selesai bicara, Abu Haitham
bin Tayyihan menyela,
"Rasulullah, kami memutuskan perjanjian dengan orang-
orang Yahudi. Namun, apa jadinya kalau apa yang kami
lakukan ini lalu kelak Allah memberikan kemenangan
kepada Tuan, apakah Tuan akan kembali kepada
masyarakat Tuan dan meninggalkan kami?"
Rasulullah tersenyum dan berkata,
"Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-
Tuan adalah saya dan saya adalah Tuan-Tuan. Saya akan
memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan saya
akan berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak
berdamai."
Tatkala mereka siap berikrar, Abbas bin Ubadah
menyela,
"Saudara-saudara dari Khazraj, untuk apakah kalian
memberikan ikrar kepada orang ini? Kamu menyatakan
ikrar dengan dia untuk melakukan perang terhadap yang
hitam dan yang merah (perang habis-habisan melawan
siapa pun). Kalau Tuan-Tuan merasa bahwa jika harta
benda Tuan-Tuan binasa dan para pemuka Tuan-Tuan
terbunuh, Tuan-Tuan hendak menyerahkan dia kepada
musuh, lebih baik dari sekarang tinggalkan saja dia.
Kalau pun itu yang Tuan-Tuan lakukan, ini adalah
perbuatan hina dunia dan akhirat.
Sebaliknya, jika Tuan-Tuan dapat menepati seperti
yang Tuan-Tuan berikan kepadanya itu, sekali pun harta
benda Tuan-Tuan habis dan para pemimpin Tuan-Tuan
terbunuh, silahkan saja Tuan-Tuan terima dia. Itulah
suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat."
Orang-orang pun menjawab,
"Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis
dan bangsawan kami terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau
dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami
peroleh?"
Rasulullah menjawab dengan tenang dan pasti, "Surga."
*Kepribadian yang Mengagumkan*
Kesetiaan kaum Anshar pada saat baiat menunjukkan
begitu dalamnya kepercayaan yang tertanam dalam hati
mereka kepada Rasulullah. Rasulullah memiliki
kepribadian yang daya pesonanya tidak dapat dijangkau
kedalamannya. Siapa pun yang bergaul dengan beliau,
pasti akan luluh dalam pesona itu.
*_bersambung_*
15/09/21 16.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 58
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Ikrar*
Mereka mengulurkan tangan kepada Rasulullah dan
berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah sebagai
Baiat Aqabah kedua. Dalam Ikrar kedua ini, mereka
berkata,
"Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan
duka, pada waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan
berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami
tidak takut kritik siapa pun atas jalan Allah ini."
Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak
menyentuh tangan wanita. Setelah itu, beliau berkata,
"Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-
Tuan yang akan menjadi penanggung jawab
masyarakatnya."
Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan tiga
orang Aus. Kepada para pemimpin itu, Rasulullah
berkata,
"Tuan-Tuan adalah penanggung jawab masyarakat seperti
pertanggungjawaban pengikut-pengikut Isa binti Maryam.
Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggung
jawab."
Peristiwa ini selesai tengah malam di celah Gunung
Aqabah, jauh dari masyarakat ramai. Saat itu,mereka
berharap hanya Allah saja yang mengetahui urusan
mereka. Namun, ternyata ada orang lain yang kebetulan
sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara dari
puncak bukit. Orang itu memanjati lereng gunung dan
menyaksikan baiat Aqabah kaum Muslimin.
*Ketentuan Perang*
Salah satu isi penting ikrar Aqabah kedua ini adalah
dicantumkannya ketentuan tentang perang. Pihak Anshar
berjanji akan membela Rasulullah sekali pun harus
berperang dan mengorbankan jiwa. Semua itu dilakukan
kaum Anshar tanpa pamrih sama sekali tidak
mengharapkan apa pun dari Rasul kecuali keridhaan
Allah.
*Quraisy Terkejut*
Orang yang mengintai peristiwa ikrar tadi berteriak,
memberi tahu penduduk Quraisy yang tinggal di Mina,
tidak jauh dari Aqobah
"Muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah
berkumpul! Mereka akan memerangi kamu!"
Walau cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui
maksud kaum Muslimin. Dengan berteriak keras-keras, ia
bermaksud mengacaukan baiat kaum Muslimin. Orang itu
berharap kaum Muslimin jadi takut, gelisah, dan
membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah.
Namun, tekad kaum Muslimin sudah tidak lagi
tergoyahkan. Bahkan, dengan semangat menyala, Abbas
bin Ubadah berkata kepada Rasulullah,
"Demi Allah yang telah mengutus Tuan atas dasar
kebenaran, kalau sekiranya Tuan berkenan, penduduk
Mina itu besok akan kami habiskan dengan pedang kami!"
Rasulullah menjawab, "Kami tidak diperintahkan untuk
itu. Kembalilah ke kemah Tuan-Tuan."
Dengan cepat dan diam-diam, kaum Muslimin kembali ke
kemah mereka dan tidur sampai pagi, seolah-olah tidak
pernah terjadi apa pun.
Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui
berita adanya ikrar. Mereka benar-benar sangat
terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul dengan cepat
dan segera bertindak. Mereka mendatangi para pemimpin
rombongan Aus dan Khazraj.
"Apa yang terjadi? Kami dengar tadi malam kalian
menjanjikan sesuatu kepada Muhammad!" ujar pemimpin
Quraisy setengah menuduh.
Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah Muslim.
Kebetulan para pemimpin rombongan adalah mereka yang
belum beriman.
"Tidak! Kalian pasti salah! Tidak seorang pun dari
rombongan kami keluar perkemahan tadi malam!" bantah
para pemimpin rombongan dari Yatsrib itu.
Tadi malam, kaum Muslimin memang bergerak diam-diam.
Mereka tidak memberi tahu anggota rombongan yang belum
beriman tentang perjanjian mereka dengan Rasulullah.
Akhirnya, orang-orang Quraisy kembali dengan hati
ragu. Sementara itu, dengan tenang, anggota rombongan
dari Yatsrib berkemas dan berangkat pulang.
*Hijrah*
Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah
Rasulullah menjuluki para sahabat barunya dari kota
Yatsrib.
Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan
berputar di sekitar Mekah saja. Padahal, seluruh
penduduk Mekah sudah diancam habis-habisan oleh para
pemimpin Quraisy agar tidak menjadi pengikut
Rasulullah. Di mata orang Quraisy, tiba-tiba saja
Islam sudah menjadi kuat nun jauh di Yatsrib sana dan
itu di luar jangkauan mereka.
Tanpa membuang waktu
lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya
menyusul kaum Anshar ke Yatsrib. Dengan sangat cerdik,
beliau memerintahkan kaum Muslimin hijrah dengan
berpencar-pencar dan diam-diam agar tidak menimbulkan
kepanikan Quraisy.
Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam
kelompok-kelompok kecil. Cara seperti itu berbeda
dengan yang dilakukan Nabi Musa yang membawa kaumnya
berhijrah dalan kelompok besar sekaligus. Ketika orang
Quraisy tahu, mereka mulai panik.
"Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang
yang mencoba pergi!" perintah seorang pemimpin.
"Mengapa tidak kita bunuh saja?" seru yang lain.
"Apa kamu sudah tidak waras? Kalau kita bunuh,
kabilahnya akan menuntut balas!
Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah
pasti akan menguntungkan Muhammad! Tidak, tidak ada
yang di bunuh. Bujuk saja supaya mereka kembali kepada
sesembahan lama. Iming-imingi dengan harta kalau
perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan keras!"
Demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai
ada istri yang dipisahkan dari suaminya. Kalau
istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut suaminya
hijrah. Jika tidak menurut, wanita itu akan mereka
kurung.
Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela
berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan harta untuk
berhijrah demi kebebasan menyembah Allah.
_Bersambung_
16/09/21 21.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian Ke 59
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Umar dan Hamzah Hijrah*
Akhirnya berangkatlah kaum Muslimin secara berangsur-
angsur.
Yang tinggal di Mekah saat itu hanyalah Rasulullah,
Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah, Umar bin
Khattab, dan beberapa gelintir orang yang tidak
menemukan cara untuk meloloskan diri. Ketika Abu Bakar
meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab,
"Jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah memerintahkan
aku berhijrah dengan disertai seorang kawan."
Akhirnya, Hamzah pun berangkat bersama beberapa orang.
Namun, beda dengan saudara-saudara Muslimnya yang
berangkat dengan sembunyi-sembunyi. Hamzah bin Abdul
Mutthalib berangkat terang-terangan sambil menyandang
pedang. Sorot matanya seolah-olah berkata,
"Siapa pun yang berani mencegahku pergi, akan
menghadapi tebasan pedang!"
Melihat sorot mata itu, tidak seorang Quraisy pun yang
berani bertanya-tanya.
Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyusul. Ia pergi
bersama beberapa orang lemah dan miskin yang tidak
mungkin dibiarkan pergi jika dikawal seorang pelindung
yang disegani Quraisy.
Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di
pinggang. Umar bin Khattab pergi melewati Ka'bah.
Tangannya menggenggam anak-anak panah. Di hadapan para
pembesar Quraisy yang sedang duduk-duduk disitu, ia
berkata,
"Siapa di antara kalian yang ingin ibunya merasakan
kematian anaknya, yang ingin anaknya menjadi yatim,
dan istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang
lembah ini."
Namun, tidak seorang pun beranjak memenuhi tantangan
itu. Melihat tantangannya tidak terjawab, Umar bin
Khattab melompat ke atas kuda dan pergi memimpin
rombongan hijrah. Kepergiannya diikuti tatapan penuh
rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi
Islam.
Kini, tinggallah Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin
Abu Thalib yang belum berhijrah. Melihat Rasulullah
sendirian, para pemuka Quraisy merencanakan sesuatu
yang jahat untuk mencelakakan beliau.
*Quraisy Mengincar Rasulullah*
Pada sebuah pertemuan bernama Darun Nadwah, para
pemimpin Quraisy berkumpul untuk menentukan sikap
terhadap Rasulullah.
"Sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian
Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib, tetapi sampai
saat ini tidak ada satu pun tindakan yang bisa kita
lakukan!" ujar seseorang.
"Betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita.
Sadarilah oleh kalian, jika Muhammad dan pengikutnya
berkumpul di Yatsrib, suatu saat bisa saja mereka
datang ke sini untuk menyerang kita!"
"Dan kafilah-kafilah dagang kita!" jerit yang lain.
"Kafilah-kafilah dagang kita harus melalui daerah
pinggiran Yatsrib untuk bisa sampai ke Syam! Apa
jadinya jika perdagangan kita mereka tutup? Kita akan
kelaparan dan menderita! Persis seperti kita mengurung
Muhammad dan keluarganya selama beberapa tahun di
Syi'ib Abu Thalib!"
Semua orang bergidik ngeri membayangkan kemungkinan
itu. Sejenak tidak seorang pun tahu harus berkata apa.
Sampai akhirnya, seseorang memecahkan keheningan,
"Kita harus segera bertindak! Kemukakan usul kalian
tentang apa yang harus kita lakukan!"
"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya
rapat-rapat, kemudian kita awasi biar dia mengalami
nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia,
seperti Zuhair dan Nabighah!"
Namun pendapat ini tidak mendapat dukungan yang lain.
"Kita usir dia! Buang saja dia keluar Mekah!"
Namun, nanti dia bisa bergabung dengan pengikutnya di
Yatsrib!"
Akhirnya mereka menyetujui usul Abu Jahal yang sangat
kejam,
"kita ambil seorang anak muda yang tangguh dan
terpandang dari setiap suku. Kemudian suruh mereka
menusuk Muhammad secara bersama-sama dengan pedang-
pedang yang telah diasah setajam mungkin. Bani Abdu
Manaf dan Bani Hasyim tidak akan bisa membalas
kematian Muhammad karena seluruh suku di sini terlibat
pembunuhan itu! Paling-paling kita hanya harus
membayar ganti rugi yang bisa kita tanggung bersama-
sama!"
*Persiapan Hijrah Rasulullah*
Pada hari dilaksanakannya rapat untuk membunuh
Rasulullah. Jibril turun dan menyampaikan firman Allah
yang membongkar rencana Quraisy tersebut. Sete
lah itu, Jibril berkata,
"Ya Rasulullah! Jangan Anda tidur malam ini di atas
tempat tidur yang biasa, sesungguhnya Allah menyuruh
Anda agar berangkat hijrah ke Yatsrib."
Jibril juga menyampaikan bahwa kawan hijrah Rasulullah
adalah Abu Bakar. Setelah mendengar perintah tersebut,
tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah pergi ke rumah
Abu Bakar.
Saat itu, tengah hari. Panas matahari terasa membakar
kepala. Rasulullah berjalan sambil menutup muka dan
kepala. Begitu tiba di depan rumah Abu Bakar, beliau
segera memanggil-manggil sahabatnya itu.
Abu Bakar terkejut,
"Rasulullah sampai memerlukan datang di tengah panas
yang amat menyengat begini, pasti ada sesuatu yang
penting."
Tergesa-gesa Abu Bakar keluar menyambut Rasulullah dan
menyilakan beliau masuk. Rasulullah duduk dan berkata,
"Allah telah mengizinkan aku keluar dan hijrah."
Dengan hati berdebar dan penuh harap, Abu Bakar
bertanya,
"Berkawan dengan ..... saya ya Rasulullah?"
Rasulullah tersenyum, " Ya dengan izin Allah."
Saat itu juga, Abu Bakar menangis karena begitu
bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya ia berharap agar
Allah memberinya kehormatan untuk menemani hijrah
Rasulullah. Saat ini, impiannya itu menjadi kenyataan.
Abu Bakar bangkit dan menunjukkan dua ekor unta yang
sangat bagus,
"Ya Rasulullah ambillah salah satu dari kedua ekor
unta ini untuk kendaraan Tuan."
Rasulullah kemudian memilih seekor unta dan beliau
namakan Al-Qushwa. Abu Bakar segera berkemas. Beliau
memerintahkan kedua putrinya, yaitu Aisyah dan Asma,
untuk membantu menyiapkan bekal.
Rasulullah cepat-cepat kembali ke rumah dan memanggil
Ali bin Abi Thalib. Beliau berpesan agar Ali
mengembalikan semua barang orang-orang yang sebelumnya
dititipkan kepada Rasulullah.
*Pemandu*
Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang pemandu atau
penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith. Ia
termasuk orang Quraisy yang tinggal di luar kota
Mekah. Ia hafal benar jalan-jalan dan situasi di
daerah itu. Ia masih seorang musyrik, tetapi dapat
dipercaya.
*Daya Tahan Rasulullah*
Hijrah menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah
Rasulullah. Selama 13 tahun berdakwah di Mekah,
Rasulullah telah menunjukkan daya tahan, kesabaran,
dan ketabahan yang luar biasa. Beliau menerima semua
perlakuan buruk orang kafir selama bertahun-tahun
tanpa amarah, apalagi hingga patah semangat.
*_bersambung_*
16/09/21 21.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian60
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Dikepung*
Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar
setiap hari mendengarkan rencana-rencana Quraisy saat
mereka tahu Rasulullah telah berangkat hijrah:
"Abdullah, setiap petang pergilah ke Gua Tsur tempat
Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah adikmu, Asma.
Suruh ia membawa makanan untuk kami."
Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira,
agar menggembalakan kambing-kambingnya di dekat Gua
Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar sembunyi di situ.
Amir bertugas memerah susu kambing untuk minum
Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan
jika orang-orang Quraisy itu mendekat.
Malam pun tiba, Rasulullah telah besiap-siap. Beliau
meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di atas tempat
tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau
kenakan.
Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah.
Mereka adalah para pemuda kekar yang berasal dari
berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata
lengkap dan mengepung rumah Rasulullah dari segala
penjuru: depan, belakang, dan samping. Disertai para
ketua kabilah, jumlah semuanya hampir seratus orang.
Tampaknya tidak ada celah sedikit pun untuk meloloskan
diri.
Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka
mengintai ke dalam rumah Rasulullah dengan memanjat.
Konon, setiap kali ia memanjat, terdengarlah suara
tangis seorang anak perempuan. Orang itu pun segera
turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.
Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang
ksatria yang memasuki rumah orang yang akan
dibunuhnya dan hinalah seorang ksatria yang sampai
merusak keamanan seorang perempuan. Anak perempuan
tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang terbangun
dari tidurnya.
Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai
untuk memastikan apakah Rasulullah masih berada di
rumah atau tidak. Ketika melihat Ali bin Abu Thalib
yang tidur dengan berselimut, mereka menyangka itu
adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.
*Rasulullah Meloloskan Diri*
Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan
sangat perlahan. Beliau mengambil segenggam pasir dan
menaburkannya ke kepala para pengepung sambil membaca
doa. Dengan pertolongan Allah, para pengepung itu
tidak dapat melihat Rasulullah ke luar rumah. Bahkan
semuanya jadi mengantuk dan tertidur. Rasulullah pun
pergi.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu
apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul Rasulullah
dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan
menuju Gua Tsur. Pagi hampir tiba ketika tiba-tiba
muncul seorang laki-laki tua yang tidak seorang pun
pernah melihatnya. Orang tua itu berseru nyaring untuk
membangunkan para pengepung, "Hai orang banyak! Kamu
semua di sini sedang menunggu apa? Mengapa kalian
tertidur demikian pulas?"
"Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih
tidur di dalam!"
Orang itu menggeleng-geleng,
"Kasihan .... kasihan .... kasihan sekali kalian!
Muhammad sudah pergi dari tadi setelah menaburkan
pasir di kepala kalian!"
Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan
pasir di kepala mereka,
"Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan!
Keterlaluan!"
Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah
Rasulullah. "Muhammad! Muhammad! Muhammad!"
Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus.
Hanya dalam waktu beberapa detik, mereka mengelilingi
tempat tidur Rasulullah.
Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang
terangkat siap untuk dihujamkan. Namun, Ali bin Abu
Thalib yang tidur di tempat Rasulullah itu segera
melompat bangun dan siap menghadapi maut.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan
Rasulullah yang berbaring.
"Mana Muhammad?" hardik mereka kasar.
"Aku tidak tahu!" jawab Ali bin Abu Thalib.
Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib
ke dekat Ka'bah. Di sana mereka memukul, menendang,
dan menampar wajah beliau. Namun, Ali lebih baik mati
daripada mengatakan di mana Rasulullah berada. Dengan
putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu Thalib
yang telah bertahan demikian berani.
*Di Gua Tsur*
Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur.
Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-sebentar melangkah
di muka Rasulullah, lalu disamping, kemudian pindah ke
belakang. Demikian berulang-ulang.
"Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini?" ucap
Rasulullah.
"Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai.
Untuk mengelabuhi mereka, saya berpindah-pindah
berjalan di dekat Anda."
Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang.
Padahal beliau tidak biasa berjalan tanpa alas kaki.
Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi luka. Tiba di Gua
Tsur, Abu Bakar meminta Rasulullah menunggu sebentar
di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni
binatang-binatang liar, buas, dan berbisa seperti ular
dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani
masuk ke dalamnya.
Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa
menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia merobek
pakaiannya secarik demi secarik untuk menutup semua
lubang yang terlihat. Setelah itu, dengan pakaian
terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu. Mendadak
seekor ular yang bersembunyi di balik bebatuan itu
menggigit kakinya dengan keras. Sakit sekali bekas
gigitan itu seperti hendak meledakkan kepalanya.
Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan terus
bekerja tanpa bersuara.
Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian
lelahnya beliau hingga tertidur dengan meletakkan
kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat itu, rasa sakit
bekas gigitan ular semakin terasa menyengat sampai-
sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air
mata itu menetes di muka Rasulullah. Beliau bangun
dengan terkejut.
"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?"
"Saya digigit ular, ya Rasulullah."
"Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?"
"Saya takut membangunkan engkau."
Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya.
Seketika itu juga, bengkak dan rasa sakitnya lenyap.
Kemudian, Rasulullah bertanya,
"Kemana pakaianmu?"
Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah
terharu. Beliau pun berdoa, "Ya Allah, letakkan Abu
Bakar kelak pada hari Kiamat pada derajatku!"
*_bersambung_*
17/09/21 11.00 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian61
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Memburu Rasulullah*
Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para
pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan segera,
pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan
seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah.
"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah
mengepung begitu rapat sampai tidak seekor ular gurun
pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.
Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari
jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa menjelaskan
apa yang terjadi.
"Sudahlah, itu tidak penting!" akhirnya seseorang
berseru.
"Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan
Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?"
"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak
jejak Muhammad!"
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat
ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan Rasulullah.
Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya
dengan wajah tidak sabar. Sebagian besar dari mereka
adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap
Rasulullah.
Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu
menarik napas sambil menggeleng, "Jejaknya sudah
terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"
"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain,
pencari jejak?"
"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat
Muhammad yang paling dekat!"
Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam,
"Abu Bakar!"
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah
Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah yang keluar
membukakan pintu.
"Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.
"Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya,"
jawab Asma dengan berani.
"Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?"
"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari
saya."
"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar
wajah Asma keras-keras.
*Sarang Laba-Laba*
Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa
jalan, sang pencari jejak menemukan jejak
mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda
mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur.
Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.
"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya
komandan pasukan. "Apakah Muhammad masuk ke dalam gua
itu atau terus mendaki ke puncak?"
"Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak.
Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka
menanyainya.
"Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang
gembala.
"Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke
sana."
Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ketika
mendengarnya,
"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini?
Bukan keselamtanku yang aku khawatirkan, melainkan
keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua.
Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, "Ya
Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti
kita akan terlihat."
Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar,
sesungguhnya Allah bersama kita."
Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.
"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya
komandan mereka dingin.
"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin
Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!"
"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat
di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika Muhammad masuk
ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."
Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain
sambil menghela napas, "Baiklah, naik kudamu! Kita
cari ke arah lain!" Pasukan pun menjauh.
Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua
itu adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal
sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada
laba-laba dan burung merpati yang bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga
mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi
sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya
kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.
*Perjuangan Anak Muda*
Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu
Bakar, masih muda ketika mereka membantu hijrah
Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas
mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma
mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para
pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya
tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan
seluruh kesanggupanya untuk berjuang.
*Menenteramkan Kakek*
Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah
Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi Asma. Sang
kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan sepeser
pun untuk putrinya.
Memang demikian, karena Abu Bakar membawa semua
uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah
meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu Quhafah
meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia
menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang
banyak.
_bersambung_
17/09/21 11.00 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian62
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Menuju Yatsrib*
Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar
tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu pula,
musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar
menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Setiap hari
ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan
menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba. Asma
binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan
bersama Abdullah. Sementara itu, Amir bin Fuhairah
yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu
memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar
tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang
yang mendekat. Ketiga orang itu menjalankan tugasnya
dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy
yang mencurigai gerak-gerik mereka.
Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak
mereda. Saat itu lah Rasulullah dan Abu Bakar
berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin
Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih
kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali
yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan
minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu.
Dengan sigap ia merobek sabuknya menjadi dua helai
kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan
Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).
Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan
tidak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan memutar
ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi
Mekah dan menghindari daerah pemukiman.
Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang
sangat menarik,
"Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan
membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat hadiah 100
ekor unta."
Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-
dusun yang jauh. Suraqah bin Malik, kepala kabilah
Bani Mudlij, turut mendengar berita itu.
Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya
yang datang tergopoh-gopoh.
"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta
lewat di tepi pantai. Mungkin itulah Muhammad!"
"Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah.
Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat-cepat
pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia pacu kudanya
ke arah yang ditunjukkan orang tadi.
Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan
Rasulullah.
*Suraqah bin Malik*
Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang
rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu waspada
menoleh dan melihat musuh mendekat,
"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu
akan tertangkap!"
Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke
belakang, beliau bersabda,
"Tenanglah sahabatku, jangan bersusah hati.
Sesungguhnya Allah bersama kita."
Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah
kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau."
Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan
penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam sejenak.
Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa
kudanya bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya
yang hampir tidak mampu bangkit. Ia lalu kembali
mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh
lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia
memanggil-manggil Rasulullah.
Beliau pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat.
"Maafkan saya, beribu-ribu maaf!" kata Suraqah.
"Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad!
Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau tidak
akan membalas saya saat engkau dan agamamu kelak telah
menguasai seluruh jazirah Arab."
Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.
"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan
100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat membawa Anda
kembali" ucap Suraqah.
Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati.
Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan
peralatan untuk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah
menolaknya dengan halus. Beliau hanya berpesan agar
Suraqah merahasiakan pertemuan ini.
Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda,
"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian
dan memakai perhiasan, gelang, serta emas yang biasa
di pakai raja-raja Persia."
Dengan hati dipenu
hi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah
yang pergi menjauh.
*Memerah Susu*
Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati
kemah seorang ibu yang bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun
berhenti untuk membeli kurma, daging, dan susu. Tempat
seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk
para musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang
mereka inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang
baik hati merasa iba.
"Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan
butuhkan, silahkan mengambilnya,Tuan-Tuan tidak perlu
membayar."
Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya,
"Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia
bisa mengeluarkan susu?"
"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan.
Ia sama sekali tidak menghasilkan susu."
"Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya?
tanya Rasulullah lagi.
"Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat
menghasilkan susu."
Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu
menghasilkan susu ketika Rasulullah memerahnya. Susu
itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin
Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah
itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad. Dan,
beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu
Ma'bad.
"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia
datang."
Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya pun
meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam,
datanglah Abu Ma'bad. Melihat segelas susu telah
disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya pada
istrinya, dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?"
"Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan."
Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu
Ma'bad segera keluar dan memerah susu kambing yang
kurus itu.
Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu
selalu menghasilkan banyak susu.
Abu Ma'bad berkata kepada istrinya,
"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat
berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu, saya
hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."
_bersambung_
18/09/21 08.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian63
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Buraidah*
Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah
seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang
bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar
mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit
dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu
tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu
rombongan Rasulullah.
"Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa detik kemudian,
tujuh puluh pedang, tombak, dan panah mengurung
Rasulullah dan memaksa beliau berhenti. Buraidah
menegur Rasulullah. Beliau pun menjawabnya. Kemudian,
sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah
mendahuluinya, "Siapa Anda?"
"Saya Buraidah bin Al Hasib."
Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar,
"Mudah-mudahan suasana mencekam ini kembali menjadi
lebih baik."
Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan
bertanya, "Dari keturunan siapa Anda?"
"Dari desa Aslam, keturunan Sahmin."
Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar
dan berkata, "Kita telah selamat dan keluar dari
jangkauan panah mereka."
"Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya.
"Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib."
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah
mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh
orang pasukan pengepung pun mengikuti jejaknya.
Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal
rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah
mereka.
Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap
mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan,
kekuatan iman, dan pertolongan Allah.
*Penyebaran Islam di Yatsrib*
Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas
dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus Rasulullah ke
Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas
dan berhati lembut mampu membuat orang yang
memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan
dakwah Mush'ab bin Umair.
Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah
berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang
mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun
Bani Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar
berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair.
Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya.
"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah
kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang
kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin
bangkit melawan kita."
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun
Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair dengan tombak
teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang, "Maukah kau
duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak
menyukainya, aku bersedia pergi dari sini."
Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil."
Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin
lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya, ia memeluk
Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin
Muadz.
"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama
baru itu?" teriak Sa'ad marah.
Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang
pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi
pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan Mush'ab
tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi
Muslim saat itu juga.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui
kaumnya dan berseru, "Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang
kalian ketahui tentang diriku?"
"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan
kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang
terpuji."
Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku
adalah suci selama kalian beriman kepada Allah dan
utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.
Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk
Islam.
*Amr bin Jamuh*
Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di
luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para pemuda di
sana dengan sangat berani mempermainkan berhala-
berhala orang-orang yang masih musyrik.
Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu
Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama Manat
yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda dari B
anu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil
Manat pada malam hari dan memasukkan berhala kayu itu
ke dalam lubang penuh lumpur.
"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh.
Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat
penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang.
Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat
tersuruk di tempat yang sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan
tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya lagi di
tempat semula.
"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas
lehernya!" ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang
disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali
mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor
dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-
ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan
tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa
kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr
mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada
tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah!
Kusertakan pedang ini bersamamu!"
Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat.
Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama
bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya
hilang.
"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan
dirimu terhina?" keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk
Islam mendekati Amr dan memgajaknya berbicara. Saat
itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama
ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan
menjadi Muslim yang taat.
_Bersambung_
18/09/21 08.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian64
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Rasulullah Tiba di Quba*
Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa
Rasulullah telah meninggalkan Mekah. Oleh sebab itu
mereka menanti-nanti dan berharap-harap kedatangan
beliau. Bahkan beberapa dari mereka pergi ke Quba,
suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari Yatsrib
untuk menyambut Rasulullah.
Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu.
Jika sampai siang Rasulullah belum datang, mereka
pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika
petang tiba, dan Rasulullah belum juga tiba, mereka
pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap hari.
Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari
Yatsrib. Suatu hari ketika panas matahari tengah
begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu,
penduduk Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam.
Mereka juga tengah menanti-nanti kedatangan
Rasulullah. Namun, tidak seorang pun yang sudah
mengenal wajah Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab
itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di bawah
pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut.
Sampai akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang
mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar yang tengah
berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang
tinggi dan berteriak sekeras-kerasnya,
"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-
harap dan kamu nanti-nanti kedatangannya! Ia telah
berada di sini! Ia telah datang!"
Demikian teriak orang Yahudi itu berulang-ulang.
Orang-orang Quba datang berduyun-duyun ke tempat
Rasulullah berteduh. Ketika tiba, mereka memberi
hormat kepada Abu Bakar. Melihat itu, Abu Bakar segera
membuka selendangnya dan meneduhi Rasulullah. Barulah
orang-orang sadar bahwa mereka telah salah menyalami
orang.
Orang-orang meminta Rasulullah beristirahat selama
beberapa hari di Quba. Rasulullah pun mengabulkan
permintaan itu. Beliau tinggal di rumah seorang
sahabat Anshar bernama Kaltsum bin Hadam.
*Kerinduan pada Rasulullah*
Banyak penduduk Muslim Yatsrib yang belum melihat Nabi
Muhammad. Kerinduan akan sosok Rasulullah melambung
saat menanti kedatangan beliau. Mereka ingin bertemu
laki-laki yang telah menderita jiwa dan raga dalam
berjuang, terusir dari kampung halaman, tetapi tetap
bersemangat, percaya diri, kokoh, berhati tulus, dan
terus berdakwah, tanpa pernah berhenti.
*Hijrah Ali bin Abu Thalib*
Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan
pesan Rasulullah, setelah mengembalikan barang-barang
titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib
berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga
Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Mereka adalah
Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya,
Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu
Ruman dan anak-anaknya, Aisyah, Asma, dan Abdullah.
Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan tidak
berdaya.
Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin
Abu Thalib saat berhijrah. Apalagi mereka semua
kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan
kaki menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah
padang pasir itu.
Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi
pada siang hari untuk menghindari kejaran pasukan
Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat dan
meneruskan perjalanan.
Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib
di Quba. Di sana, mereka berjumpa dengan Rasulullah
yang masih berada di tempat itu.
Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu
Thalib membengkak dan dipenuhi luka di sana-sini.
Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini.
Beliau berdoa kepada Allah memohon agar Allah berkenan
menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan memulihkan
kekuatannya seperti sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah
mengusap kaki Ali bin Abu Thalib. Alhamdulillah,
segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak,
dan lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu
Thalib.
Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang
dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah telah berhenti di
sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh
hari itu, beliau dan para sahabat yang lain telah
membangun s
ebuah masjid. Itulah masjid pertama dalam sejarah
Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu
dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu
dikenal sebagai Masjid Quba.
*Masjid Quba*
Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu
untuk mendirikan Masjid Quba. Setelah itu, beliau
menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan
setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah
orang yang pertama kali membangun temboknya. Kemudian,
para sahabat Muhajirin dan Anshar membangunnya
bersama-sama.
Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka
Rasulullah akan tinggal di Quba lebih lama lagi.
Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat
ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah
sedih, Kaum Muslimin Quba mendatangi Rasulullah dan
bertanya pelan,
"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah
yang lebih baik daripada rumah kami?"
Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum
Muslimin Quba terhadap dirinya. Beliau pun menjawab
dengan kata-kata yang sangat halus,
"Oh tidak begitu, Allah memerintahkan saya berangkat
ke Yatsrib. Karenanya, hendaklah Tuan-Tuan membiarkan
unta saya terus melanjutkan perjalanan."
Sebelum berangkat, Rasulullah berdiri di Masjid Quba.
Para sahabat berkumpul dihadapan beliau. Rasulullah
bertanya kepada mereka,
"Apakah Anda sekalian orang-orang beriman?"
Semuanya terdiam, tidak seorang pun yang berani
menjawab. Kemudian, Rasulullah bertanya lagi,
"Apakah Anda sekalian orang-orang yang beriman?"
Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab.
Saat itu Umar menjawab,
"Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka semua orang-orang
beriman dan saya termasuk salah seorang dari mereka."
Rasulullah bertanya lagi,
"Apakah anda sekalian percaya pada keputusan Allah?"
Kali ini semuanya menjawab, "Ya."
"Apakah Anda sekalian bersabar akan malapetaka yang
menimpa?"
"Ya, ya Rasulullah."
"Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat
kebahagiaan?" "Bersyukur saat mendapat kebahagiaan?"
"Ya, kami bersyukur ya Rasulullah."
"Demi Tuhan, kalau begitu Anda sekalian orang-orang
beriman."
*Mengapa Masjid Dibangun Lebih Dulu?*
Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada
masjid. Oleh karena itu, perbedaan pangkat, kekayaan,
kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat Islam
selalu bertemu setiap hari di masjid untuk menyembah
Allah. Masjid juga merupakan tempat berkumpulnya kaum
Muslimin untuk mempelajari syariat Allah.
_Bersambung_
19/09/21 08.31 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian65
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Shalat Jum'at Pertama*
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi.
Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar.
Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki.
Ketika waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah
melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan
perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan
mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya.
Itulah shalat Jum'at pertama yang didirikan
Rasulullah.
Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah,
"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan
amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh kalian
mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu
hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh
suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta apa
pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan
berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang
menerjemahkan dan menghalang-halangi. Firman-Nya,
"Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia
menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah memberikan
harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak
karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk
dirimu sendiri."
"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri,
tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika melihat ke
muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang
dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka,
walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak
menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah
itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan
sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat
Allah serta barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu
dan atas Rasulullah."
Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah
setelah shalat didirikan. Baru pada kemudian hari,
Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah
dilakukan sebelum shalat Jum'at dilakukan.
Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali
melewati sebuah perkampungan, orang-orang selalu
berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat
kepada beliau. Namun, selalu mengulang jawaban yang
sama,
"Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia
diperintah Allah agar berhenti ditempat yang
dikehendaki-Nya."
*Tiba di Madinah*
Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk
menyambut kedatangan Rasulullah. Ketika beliau tiba,
seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-
anak dan budak belian, keluar rumah untuk menyambut
kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka nantikan.
Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai
berbaris di jalan seraya bersorak,
"Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya
Muhammad! Ya Rasulullah!"
Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan
tombak sebagai tanda siap mati membela Rasulullah.
Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba
berseru bersama,
"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!
Telah datang Nabi Allah!"
Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah
seraya bersama membaca syair,
"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang
yang cinta bertetangga dengan Nabi Muhammad!"
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang
itu, Rasulullah bertanya,
"Apakah kalian semua cinta kepadaku?"
"Ya, sudah tentu ya Rasulullah!" jawab semuanya.
Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,
"Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian
semua."
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum
saat mendengar pernyataan cinta dari Rasulullah yang
begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan yang
begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun
berbunyi dan kaum wanita berpantun.
‫ من ثنية الوداع‬¤ ‫طلع البدر علينا‬
Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyyatil wadâ’i
‫ ما دعا هلل داع‬¤ ‫وجب الشکر علينا‬
Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î
‫ جئت باألمر المطاع‬¤ ‫أيها المبعوث فينا‬
Ayyuhâl mab’ûtsu fînâ ji'ta bil amril muthô’i
_Telah terbit purnama di atas kita._
_Dari kampung Tsaniyyatil Wada._
_Wajiblah kita bersyukur akan apa yang diserukan
penyeru._
_Duhai orang yang diutus kepada kami._
_Engkau datang dengan perintah yang dit
aati._
Demikian seterusnya, pantun-pantun kehormatan
diucapkan oleh kaum Muslimin laki-laki dan perempuan
ketika mereka menyambut kedatangan Rasulullah. Itu
adalah suatu saat yang amat membahagiakan dan tidak
akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu
penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta.
*Muhajirin yang Pertama*
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang
pertama tiba di Madinah. Setelah itu, menyusul Amir
bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah.
Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di
Madinah.
_bersambung_
19/09/21 08.31 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian66
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Tempat Rasulullah Menginap*
Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri
menjadi tuan rumah kepada Rasulullah. Semuanya ingin
agar Rasulullah bersedia tinggal di lingkungan mereka.
Rasulullah mengetahui bahwa jika ia menentukan
pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan
kecewa. Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu
kepada Allah. Dengan halus, beliau berkata kepada
semua kepala keluarga,
"Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah
oleh Allah dan akan berhenti ditempat yang Allah
kehendaki."
Kaum Muslimin mengikuti Al Qushwa yang berjalan
perlahan-lahan. Di suatu tempat milik dua orang anak
yatim, unta Rasulullah itu berhenti dan merebahkan
perutnya ke pasir. Rasulullah mengajak Al Qushwa
berjalan lagi. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali
ke tempat semula dan merebahkan perutnya lagi ke
pasir.
"Inilah tempat kediamanku, in syaa Allah," demikian
sabda Rasulullah. Kemudian, beliau berdoa empat kali,
"Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat
kediaman yang diberkahi dan Engkaulah sebaik-baik yang
memberi tempat kediaman."
Rasulullah membeli tanah dari kedua anak yatim
tersebut.
Rasulullah turun dan bertanya,
"Di mana rumah saudaraku yang paling dekat dari sini?"
Dengan penuh gembira,
"Abu Ayyub segera menjawab, "Saya, ya Rasulullah! Itu
rumah saya!"
Rasulullah tersenyum dan berkata,
"Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan
tinggal di rumah Anda untuk sementara waktu. Silahkan
sediakan tempat untukku."
Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena
begitu gembira. Disiapkannya tempat untuk Rasulullah
serapi mumgkin. Kemudian, ia kembali menghadap
Rasulullah dan berkata,
"Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat
beristirahat bagi Tuan. Dengan berkah Allah, silahkan
berdiri dan masuk ke dalam."
*Gentong Pecah*
Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub. Abu Ayyub ingin
Rasulullah tinggal di lantai atas, tetapi Rasul
menolak. Suatu ketika gentong Abu Ayyub pecah dan
airnya tumpah. Abu Ayyub dan istrinya segera
menggunakan selimut satu-satunya untuk menyerap air
agar tidak menetes ke tempat tinggal Rasulullah.
Setelah itu, Abu Ayyub mendesak Rasulullah agar
tinggal di atas. Akhirnya Rasulullah pun bersedia
tinggal di atas.
*Mendirikan Masjid*
Tujuh bulan lamanya, Rasulullah dan keluarganya
tinggal di rumah Abu Ayyub. Selama itu, Abu Ayyub,
Sa'ad bin Ubadah, As'ad bin Zurarah, dan yang lainya
mengirim makanan untuk keluarga Rasulullah secukup-
cukupnya. Setiap pagi dan petang, Ummu Ayyub memasak
makanan dan tidak mereka makan sebelum terlebih dahulu
mereka sajikan kepada Rasulullah dan keluarganya.
Demikianlah budi Abu Ayyub dan keluarganya kepada
Rasulullah.
Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub sampai beliau
mendirikan masjid dan rumah sendiri. Ketika akan
mendirikan masjid, Rasulullah memgumpulkan Bani Najjar
yang menjadi pemilik tanah ditempat itu.
"Wahai Bani Najjar," demikian sabda Rasulullah,
"hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini
kepadaku karena aku akan membelinya."
"Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun
itu karena mengharap ridha Allah saja."
Namun, Rasulullah tetap meminta mereka memberikan
harga walaupun
rendah. Akhirnya, Abu Bakar membayar harganya sebesar
sepuluh dinar.
Setelah itu, bersama para sahabat, Rasulullah
membenahi tanah itu, membersihkan pohon, dan
membongkar serta memindahkan kuburan yang sudah rusak.
Setelah itu barulah mendirikan masjid.
Rasulullah meletakkan batu pertama, lalu beliau
meminta Abu Bakar meletakkan batu selanjutnya,
kemudian beliau menyuruh Umar bin Khattab, setelah itu
Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abu Thalib.
Beliau bersabda,
"Mereka itulah khalifah-khalifah setelah aku."
Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira
dan penuh semangat. Sambil bekerja, Rasulullah
bersyair,
"Ya Allah sesungguhnya pahala itu pahala akhirat,
maka kasihilah sahabat-sahabat Anshar dan Muhajirin."
Para sahabat menjawab syair Rasulullah,
"Jika kami duduk termenung, padahal Nabi bekerja,
yang demikian itu sungguh perbuatan yang tidak
pantas."
Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan
sampai akhirnya masjid pun selesai. Pagarnya dari batu
dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya
pelepah kurma. Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis.
Ketika itu, Ka'bah belum menjadi kiblat.
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat
tinggal Rasulullah dan keluarganya. Sungguh, sebuah
masjid sederhana yang penuh berkah.
*Warna Masjid*
Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana
sebuah masjid dibangun. Kata beliau,
"Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah
kalian mewarnai (dinding masjid) dengan warna merah
atau kuning sehingga dapat menimbulkan fitnah."
Bersambung
20/09/21 08.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian67
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Nama Yatsrib Menjadi Madinah*
Yatsrib berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia
adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah
berkuasa di kota itu. Setelah Rasulullah hijrah,
beliau mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah.
Cuaca di Kota Madinah sangat kering. Pada musim dingin
suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya
jauh lebih panas dari pada Mekah. Banyak sahabat
Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan
jatuh sakit. Mereka dilanda demam tinggi yang
melemahkan tubuh. Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin
Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.
Saat sakit, Abu Bakar sering berkata,
".....mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu
kita."
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika
sedang sakit. Namun, ketika sakitnya hilang, ia sering
menangis karena merindukan Mekah sambil berkata,
"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang
di sekelilingku ada pohon-pohon idzkir dan jalil (nama
pohon yang banyak terdapat di Mekah). Dan apakah pada
suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air
Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung
Syamah dan Gunung Thafil (dua buah gunung dekat
Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita
demam tinggi sering bersyair,
"Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya...."
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang
sahabat akibat cuaca panas tersebut. Beliau juga
mendengar keluhan-keluhan mereka. Karena itu,
Rasulullah pun berdoa kepada Allah,
"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota
Madinah sebesar rasa cinta kami pada Mekah, atau
bahkan lebih! Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan
kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah Kota Madinah
ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat
lain yang Engkau kehendaki."
Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan
panas Kota Madinah ke Dusun Juhfah yang letaknya 82
mil dari Madinah.
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah
pun melakukan hal lain yang sangat indah agar kaum
Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa cintanya
pada Madinah.
*Tabarruk*
Tabarruk adalah mengaharapkan berkah.
Suatu ketika, saat Rasulullah tidur, datanglah Ummu
Sulaim. Melihat keringat Rasulullah yang sangat harum
menetes, Ummu Sulaim menadahnya. Tidak lama kemudian,
Rasulullah bangun dan bertanya,
"Apa yang sedang kamu lakukan, wahai Ummu Sulaim?"
Ummu Sulaim menjawab,
"Kami mengharap berkahnya untuk anak-anak kecil kami,"
Rasulullah kemudian berkata, "Engkau benar."
*Saling Bersaudara*
Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat
Muhajirin dan Anshar. Di hadapan mereka, beliau
bersabda,
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua
orang - dua orang."
Para sahabat saling pandang. Beberapa di anatara
mereka tersenyum. Kemudian, Rasulullah bersabda,
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa
Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, putra
angkat Rasulullah."
Kemudian Rasulullah menyebut nama-nama sahabat lain
yang saling dipersaudarakan. Seorang Muhajirin
dipersaudarakan dengan seorang dari Anshar. Tercatat
dalam sejarah, ada seratus orang yang saling
dipersaudarakan. Lima puluh dari Anshar dan lima puluh
dari Mihajirin.
Tujuan Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya
adalah untuk menghilangkan rasa asing dalam diri
sahabat Muhajirin di Kota Madinah. Selama itu,
persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa
semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar
setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat
menolong yang lemah, yang mampu menolong yang
kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama
tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh Rasulullah dan
para sahabatnya di Madinah. Ternyata, kalangan Anshar
memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada
saudara-saudara Muhajirin mereka.
Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira
kaum Mihajirin. Mereka begitu mengerti bahwa kaum
Muhajirin meninggalkan segala yang mereka miliki,
termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah.
Sebagian besar dari mereka
memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi
yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan orang
berada dan berkecukupan.
Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin
tidak begitu saja terlena dengan bantuan saudara-
saudara Anshar mereka. Kaum Muhajirin berusaha
melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali
mandiri secepatnya.
*Persaudaraan Sejati*
Aqidah Islamiyah adalah dasar persaudaraan sejati.
Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa
bersaudara seerat dua orang yang sama agamanya.
Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya begitu
dekat, sehingga tidak ada perbedaan di antara mereka
kecuali ketakwaan dan amal shalih.
_bersambung_
20/09/21 08.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian68
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Bertani dan Berdagang*
Pada awal kehidupan mereka di Madinah, kaum Muhajirin
benar-benar mengalami masa yang sulit. Sampai suatu
hari, pernah paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul
Muthalib, datang kepada beliau dengan perut lapar
sambil bertanya kalau-kalau Rasulullah punya sesuatu
untuk dimakan.
Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak
dikuasai kaum Muhajirin. Abdurrahman bi Auf yang sudah
dipersaudarakan Rasulullah dengan Sa'ad bin Rabi
pernah ditawari Sa'ad separuh hartanya. Namun,
Abdurrahman menolak pemberian itu. Ia hanya minta
ditinjukkan jalan ke pasar. Di sana, mulailah
Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu
tidak terlalu lama, berkat kepandaiannya berdagang,
Abdurrahman bin Auf berhasil meraih kekayaannya
kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas
kawin kepada seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah
itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki kafilah-kafilah
yang pulang dan pergi membawa barang perdagangan.
Selain Abdurrahman, banyak pula kaum Muhajirin yang
melakukan pekerjaan serupa. Begitu pandainya penduduk
Mekah berdagang sampai orang mengatakan bahwa dengan
perdagangan, orang Mekah dapat mengubah pasir menjadi
emas.
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu
Dzar, Umar, dan Ali bin Abu Thalib memilih pekerjaan
sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun
menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama
pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin
yang tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun
begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain.
Mereka membanting tulang melakukan pekerjaan apa pun
yang halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah
dan menyatakan masuk Islam. Namun, keadaan mereka amat
miskin dan serba kekurangan sampai ada yang tidak
mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan
tempat tinggal untuk mereka di selasar masjid yang di
sebut shuffah. Mereka yang tinggal di tempat itu di
sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum
Muslimin yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin
maupun dari kaum Anshar.
Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima
waktu. Namun, dengan jumlah yang semakin banyak,
sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah
tiba.
*Riwayat Adzan*
"Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul
seorang sahabat.
"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja
terompet," usul yang lain.
"Terompet mungkin terlalu keras, bagaimana dengan
lonceng?" tambah sesorang.
"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh
seseorang berseru, 'Ash Shalah!" usul sahabat yang
lain.
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu
beliau bersabda, "Ya Bilal, bangunlah dan panggillah
orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-
seru, "Ash shalatu jami'ah! Shalatlah berjamaah!
Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada
dalam keadaan setengah tertidur melihat seorang laki-
laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya untuk
memanggil shalat.
Orang itu berkata,
"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu.
Berserulah Allahu Akbar! Allahu Akbar! Asyhadu allaa
ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah!
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya
'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"
Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak
jauh dan mengajarkan bacaan iqamat. Keesokan harinya,
Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya kepada
Rasulullah. Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,
"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau
menemui Bilal karena Bilal itu suaranya lebih tinggi
dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang
diucapkan orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal
memanggil orang shalat dengan cara demikian itu!"
Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat
seperti yang diajarkan Abdullah bin Zaid kepadanya.
Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang tergopoh-
gopoh menemui Rasulullah samb
il berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau
dengan benar, sungguh semalam saya telah bermimpi
bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang
diucapkan Bilal."
Rasulullah pun bersabda,
"Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih
tetap."
*Seorang Laki-Laki Penduduk Syurga*
Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah,
yang kemudian menyatakan Bilal sebagai seorang laki-
laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak
berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar hati, dan
selalu memandang dirinya tidak lebih dari seorang
Habasyah yang pernah menjadi budak belian.
*Perjanjian dengan Kaum Yahudi*
Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-
orang Arab saja, melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga
keluarga besar Yahudi yang menetap di Madinah. Bani
Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang
Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku
Khazraj pernah saling bermusuhan selama puluhan tahun.
Setiap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi.
Namun, ketika Islam datang mempersaudarakan mereka,
lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak
saat itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas
orang Arab di Madinah.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum
Muslimin. Hal itu tidak diterima dengan rela oleh kaum
Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri untuk
menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik
ini, Rasulullah pun mengirimkan surat perjanjian
kepada orang Yahudi.
Isinya kurang lebih sebagai berikut :
1. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling
mendengki.
2. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling membenci.
3. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin hidup bersama
satu bangsa.
4. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin mengerjakan
ajarannya masing-masing dan tidak saling mengganggu.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar,
Muslimin wajib membantunya.
6. Jika kaum Muslimin yang diserang, Yahudi wajib
datang membantu.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi
dan Muslimin harus mempertahankannya bersama-sama.
Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila
timbul perselisihan antara kedua belah pihak,
Rasulullah akan menjadi hakimnya.
Demikian dalam perjanjian ini tercantum kebebasan
beragama, keselamatan harta benda, dan kebebasan
mengutarakan pendapat. Kota Madinah dan sekitarnya
menjadi tempat yang terhormat bagi seluruh penduduk
karena penghuninya saling menghormati dan saling
membela.
Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah
pemimpin yang sangat cerdas. Perjanjian ini belum
pernah dilakukan oleh rasul-rasul terdahulu.
*Suka Menipu dan Berkhianat*
Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini
kemudian dirusak oleh tabiat kaum Yahudi yang suka
menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak
senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati
tersebut, lalu mereka melanggarnya dengan berbagai
penipuan dan pengkhianatan.
*_Bersambung_*
21/09/21 08.27 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian69
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Menikah dengan Aisyah*
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah.
Pada saat itulah Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah
binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau
tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja.
Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan
air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang
karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat
persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq
semakin erat.
Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya
ke rumah Rasulullah di samping masjid. Tidak terkira
rasa bahagia Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah
ada sesuatu yang lain dibandingkan kebanyakan orang.
"Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku," demikian
pikir Aisyah dalam hati.
"Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga
tidak berkeberatan ikut bermain-main bersamaku.
Subhanallah, beliau benar-benar manusia yang luar
biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus hatiku
untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak."
Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang,
beban pikiran Rasulullah terkurangi. Mengurus umat
satu kota penuh memerlukan konsentrasi yang amat
tinggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar biasa.
Namun, jika beliau pulang ke rumah dan bertemu Aisyah,
segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda,
senyum, dan bakti Aisyah menumbuhkan rasa riang dan
semangat baru dalam hati Rasulullah. Tidak terkira
besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.
Suasana hati Rasulullah yang tenteram mengimbas luas
kepada penduduk Madinah. Mereka merasakan kehidupan
bersama Rasulullah jauh lebih baik daripada kehidupan
mereka dahulu. Mungkin saat ini sebagian orang justru
dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan tetapi,
ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh
lebih mahal daripada apa pun, tidak akan terbeli oleh
seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan.
Maka dari itu, kaum Muslimin pun melaksanakan tugas-
tugas agama dengan penuh semangat. Mereka mulai
menunaikan zakat dan mengerjakan shaum. Sedikit demi
sedikit, ajaran Islam mulai menemukan kekuatannya.
*Ummu Abdillah*
Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak
memiliki putra dan agar istri tercintanya itu merasa
diperhatikan dan disayang, Rasulullah mengizinkan
Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma binti Abu
Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga
Aisyah dikenal orang dengan panggilan Ummu Abdillah.
*Akhlaq dan Budi Pekerti Rasulullah*
Rasulullah mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu
dilandasi oleh rasa persaudaraan. Beliau bahkan
mengatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum
ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri.
Seseorang bertanya kepada Rasulullah,
"Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?"
Beliau menjawab,
"Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang
yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal."
Rasulullah menjadikan dirinya teladan tertinggi bagi
setiap Muslim. Beliau amat rendah hati dan tidak mau
diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia
terbaik.
Beliau bersabda,
"Jangan memujaku seperti orang-orang Nasrani yang
memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah. Sebut saja
aku hamba Allah dan utusan-Nya."
Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi para sahabat
yang sedang berkumpul. Serempak mereka berdiri
menyambutnya seperti layaknya orang lain menyambut
orang yang mereka hormati. Namun, Rasulullah tidak
menyukai hal itu. Beliau bersabda,
"Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang
mau saling diagungkan."
Setiap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah
tidak pernah memilih-milih tempat duduk. Beliau duduk
begitu saja di mana pun ada tempat luang. Ia bergurau
dengan para sahabat, bergaul erat dengan mereka,
diajaknya mereka berbincang-bincang. Jika para sahabat
kebetulan disertai anak-anak mereka, Rasulullah
mengajak anak-anak itu bermain-main. Kemudian,
didudukkannya anak-anak itu dipangkuan beliau.
Rasulullah tidak pernah menolak undangan. Beliau
selalu datang apabila diundan
g, baik oleh orang merdeka, budak sahaya, maupun orang
miskin.
Dikunjunginya orang yang sakit walaupun letaknya jauh
di ujung kota. Orang yang datang minta maaf selalu
beliau maafkan. Beliau selalu yang memulai memberi
salam kepada orang yang dijumpai. Beliau pasti selalu
yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-
sahabatnya.
Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin
yang begitu lembut dan begitu menyayangi rakyatnya,
pemimpin yang hidup sederhana seperti kebanyakan
rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi nasihat dan
teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan
mendapat tempat di lubuk hati terdalam setiap orang
yang mengenalnya.
‫م رَ سُو ٌل مِنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم عَ ِزي ٌز عَ لَ ْي ِه مَا عَ ِن ُّت ْم حَ ِريصٌ عَ لَ ْي ُك ْم ِب ْالم ُْؤ ِمنِينَ رَ ءُوفٌ رَ حِي ٌم‬3ْ ‫لَ َق ْد جَ ا َء ُك‬
_Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang
kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keislaman) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman._
Surah At-Taubah (9:128)
*Shalat Rasulullah*
Shalat Rasulullah adalah shalat yang paling indah
dibanding semua sahabatnya. Beliau melakukan shalat
seakan sedang berjumpa dengan orang yang paling ia
sayangi sehingga sulit rasanya untuk berpisah. Shalat
beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir
dengan orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu
khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan
memandang Allah.
_bersambung_
21/09/21 08.27 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian70
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Rasa Sayang Rasulullah*
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila
beliau tahu ada orang yang sedang menunggu, padahal
beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu dan
beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau memenuhi
keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali
ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban
keluarga. Beliau ikut mencari pakaian, menambal baju
yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau
juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau
penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil
minum sampai mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu
dan mengurus keperluan orang yang lemah, menderita,
dan miskin. Apalagi melihat ada orang yang membutuhkan
sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun
beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada
sesuatu yang disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika
beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di
tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang
untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu
memenuhi janji. Suatu ketika ada delegasi dari Raja
Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau
sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang
menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah
ada orang lain untuk mengerjakannya?"
"Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita ketika
berhijrah ke tempat mereka," jawab Rasulullah. "Saya
ingin membalas sendiri kebaikan mereka."
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang
menyebut nama Khadijah, kenangan indah muncul bagai
pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada
seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu
gembira dan beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika
wanita itu sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih
ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman."
Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut
hatinya, sampai beliau biarkan cucunya bermain-main
dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau
shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab.
Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau sujud,
beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri, Umamah
ditaruh lagi keatas bahunya.
*Rasulullah Menyayangi Binatang*
Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah tidak terbatas
kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada
binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan
membukakan pintu untuk seekor kucing yang sedang
berlindung di tempat itu. Beliau juga pernah merawat
seekor ayam jantan yang sedang sakit-sakitan.
Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa
sayang dengan lengan baju beliau. Suatu ketika,
dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa
sukar mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga
Aisyah menarik-narik tali kekang dengan tidak sabar.
Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
"Hendaknya engkau berlaku lemah lembut, ya Aisyah."
Meskipun demikian, kasih sayang, kelembutan, dan rasa
persaudaraan yang Rasulullah ajarkan bukan berarti
menunjukkan kelemahan. Rasa kasih sayang dan
kelembutan selalu harus bersama sikap yang adil.
Rasulullah mengajarkan bahwa tanpa keadilan,
persaudaraan sejati tidak mungkin ada.
Sabda beliau,
"Barang siapa menyerang kamu, seranglah dengan
seimbang, seperti mereka menyerang kamu."
Pada saat lain, Rasulullah juga berkata,
"Hukum qishas (membalas perbuatan dengan seimbang,
misalnya pembunuh yang terbukti bersalah harus dibalas
dibunuh pula) berarti kelangsungan hidup bagi kamu,
hai orang-orang yang mengerti."
Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga
mengandung unsur kekuatan. Oleh sebab itu, seorang
Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika
memang diperlukan. Jika seseorang tidak dapat bersikap
tegas, ia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang
berhati jahat.
Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus
kuat, tidak mengenal kata menyerah kecuali kepada
Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak
merasa lemah apabila mengh
adapi rintangan.
*Menagkap Burung untuk Permainan*
Dalam hadist riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban,
Rasulullah bersabda,
"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk
bermain-main, kelak pada hari kiamat, burung itu akan
mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu telah
membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk
mengambil manfaat dariku."
*Keseharian Rasulullah*
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh
ada rasa takut dalam hati seorang Muslim, kecuali jika
ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu
tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan
orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para
sahabatnya berhijrah ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa
nafsu. Nafsu akan harta, kendaraan, pakaian, makanan,
dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai harta
dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan
tidak lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti
layaknya seorang Muslim sejati.
Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam
mengendalikan hawa nafsu. Jiwa Rasulullah sudah begitu
kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang
dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka
memberi kepada orang lain. Sampai-sampai, ada orang
yang berkata,
"Dalam memberi, Rasulullah seperti sudah tidak takut
kekurangan."
Rasulullah mengajarkan agar kitalah yang menguasai
kehidupan dunia, bukan kehidupan dunia yang menguasai
kita. Beliau tidak menganjurkan kita agar hidup
miskin, tetapi hidup sederhana dan tidak berlebihan.
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk,
melainkan hanya terdiri atas kulit yang dilapisi
serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang.
Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang.
Tidak pernah Rasulullah makan roti dari tepung gandum
dua hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau
adalah bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali
beliau dan keluarganya dapat makan roti sop (roti yang
dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali
beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal
perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat
pinggangnya agar rasa laparnya tertahan.
Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan
makanan enak. Beliau dikenal suka sekali makan kaki
kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat
jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah
mengendalikan diri terhadap makanan.
_bersambung_
22/09/21 08.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian71
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Kesederhanaan Rasulullah*
Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian sama dengan
kesederhanaan beliau dalam hal makanan. Suatu hari,
ada seorang wanita memberikan sehelai pakaian kepada
beliau. Kebetulan saat itu beliau memang memerlukan
pakaian. Namun, kemudian datang seorang laki-laki yang
meminta pakaian itu. Tanpa berpikir panjang lagi,
Rasulullah pun memberikan pakaian itu.
Pakaian beliau biasanya terdiri atas sebuah baju dalam
dan baju luar yang terbuat dari wol, katun, atau
sebangsa serat. Sesekali, beliau tidak menolak pakaian
agak mewah yang dibuat dari tenunan Yaman jika ada
acara yang menghendaki demikian. Alas kaki yang
digunakan Rasulullah juga amat sederhana. Tidak pernah
beliau menggunakan sepatu kecuali hadiah dari Najasy.
Sungguh pun begitu, bukan berarti beliau menyiksa diri
dengan semua kesederhanaan itu. Beliau hanya
mengendalikan dan menjaga diri agar tidak berlebih-
lebihan.
Allah berfirman,
‫م ۖ َومَا َظلَمُو َنا َو ٰلَكِنْ َكا ُنوا‬3ْ ‫ت مَا رَ َز ْق َنا ُك‬ ِ ‫َو َظلَّ ْل َنا عَ لَ ْي ُك ُم ْالغَ مَا َم َوأَ ْن َز ْل َنا عَ لَ ْي ُك ُم ْالمَنَّ َوالس َّْل َو ٰى ۖ ُكلُوا مِنْ َط ِّيبَا‬
ْ
َ‫أَ ْنفُسَ ُه ْم يَظلِمُون‬
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan
kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang
baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan
tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri.
Surah Al-Baqarah (2:57)
َ‫َوا ْب َت ِغ فِيمَا آ َتاكَ هَّللا ُ ال َّدارَ اآْل خِرَ َة ۖ َواَل َت ْنسَ َنصِ يبَكَ مِنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ سِ نْ َكمَا أَحْ سَ نَ هَّللا ُ إِلَ ْيكَ ۖ َواَل َتب ِْغ ْال َفسَ اد‬
َ‫ض ۖ إِنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ دِين‬ ِ ْ‫فِي اأْل َر‬
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Surah Al-Qasas (28:77)
Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib bertanya tentang
sunnah Rasulullah. Rasulullah pun menjawab,
"Makrifat (mendekatkan diri kepada Allah) adalah
modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta
adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku,
berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan
adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu
adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan
adalah sasaranku, fakir adalah kebanggaanku, menahan
diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku,
kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah
ukuranku, berjihad adalah perangaiku, dan hiburanku
adalah shalat."
*Rantai Emas*
Suatu ketika Rasulullah melihat Fathimah Az-Zahra,
putrinya, sedang memakai rantai emas. Rasulullah
bersabda,
"Fathimah, gembirakah jika orang berkata, Di tangan
putri Rasulullah ada seikat rantai dari api neraka?"
Fathimah kemudian menjual rantai itu dan uangnya
digunakan untuk membebaskan seorang budak. Rasulullah
pun berkata,
"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan
Fathimah dari api neraka."
*Rasulullah Belajar Bertani*
Rasulullah tidak menempatkan dirinya sebagai seorang
raja, meskipun banyak orang Anshar menginginkannnya.
Seorang raja biasanya tinggal menikmati uang dan
makanan. Tidak demikian dengan Rasulullah. Beliau
mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa
makan. Beliau ikut belajar bertani, padahal saat itu
usianya sudah di atas 53 tahun. Apalagi seperti
kebanyakan orang Mekah, bertani adalah suatu pekerjaan
baru yang masih asing bagi beliau.
Rasulullah juga menganjurkan agar kaum pria
meringankan beban pekerjaan kaum wanita. Demikian pula
sebaliknya, beliau juga mempersilahkan kaum wanita
yang tidak sedang sibuk dengan urusan rumah tangga,
untuk turut membantu pria bekerja. Maka, banyaklah
kaum wanita yang bekerja, termasuk mereka yang di
Mekah dulu terbiasa hidup berkecukupan di balik
dinding rumahnya.
Asma binti Abu Bakar adalah contoh Muslimah yang
bekerja dengan tangannya sendiri. Ia tidak peduli m
eski ayahnya adalah saudagar kaya yang sukses. Abu
Bakar membawa seluruh kekayaannya saat berhijrah,
tetapi beliau infakkan semuanya untuk memberikan
santunan kepada mereka yang tidak mampu bekerja.
Rasulullah segera menghimbau sahabat-sahabatnya yang
mampu untuk mengikuti jejak Abu Bakar. Tidak pantas
rasanya jika ada Muslim berpakaian mewah, sedangkan
saudaranya keluar rumah dengan bajunya compang-
camping. Malu rasanya jika ada Muslim kenyang memakan
daging dan roti, sedangkan saudara-saudaranya hanya
mampu memakan kurma basah.
Kesejahteraan kaum Muslimin pun meningkat dengan
pasti. Apalagi setelah Rasulullah meminta para
saudagar kaya dari Muhajirin dan Anshar membeli tanah-
tanah kosong untuk dijadikan lahan pertanian. Maka,
sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan
pekerjaan. Akibatnya, hasil panen meningkat dan
membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan cepat kaum
Muhajirin sudah tidak lagi menjadi beban saudara-
saudara Anshar mereka.
Namun, ada kalangan yang tidak menyukai perubahan ini.
"Jika dibiarkan begini, orang-orang miskin itu akan
meremehkan kita! Bayangkan, Muhammad mengajarkan bahwa
dalam tiap harta orang kaya ada hak orang miskin! Enak
betul mereka!" demikian kata salah seorang yang tidak
suka itu.
_bersambung_
22/09/21 08.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian72
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Orang Yahudi Khawatir*
Mereka yang tidak suka itu adalah orang-orang Yahudi.
Padahal, suasana damai di Madinah sejak Rasulullah
datang sangatlah menguntungkan perdagangan kaum
Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi tidak rela melihat
kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam semakin
menguat. Dakwah Islam sulit sekali menembus kalangan
Yahudi karena kaum Yahudi tidak mengakui adanya
seorang nabi yang bukan dari bangsa mereka. Itulah
ajaran mereka.
Begitu pun, seandainya saja para pemimpin Yahudi sudah
menghalangi dakwah Rasulullah, tentu banyak umat
mereka yang memeluk Islam. Di antara segelintir yang
berislam itu adalah seorang rabbi (pendeta Yahudi)
yang bernama Abdullah bin Salam.
Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam pun mengajak
keluarganya untuk turut serta. Usahanya berhasil.
Seluruh keluarga Abdullah bin Salam bersama-sama
memeluk Islam. Namun, Abdullah bin Salam masih
merahasiakan keislamannya kepada teman-teman
Yahudinya.
"Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku
dan merendahkan aku jika mereka tahu aku masuk Islam,"
demikian kata Abdullah kepada Rasulullah,
"sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada
kaum saya."
Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau
menanyakan kepada orang Yahudi mengenai pendapat
mereka tentang Abdullah bin Salam.
Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik
tentang Abdullah bin Salam.
"Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan
kami."
Mendengar hal itu, Abdullah bin Salam pun keluar
menemui kaumnya dan berkata,
"Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku
sebagai pemimpin, pendeta, dan cendekiawan, kalian
bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa
Rasulullah adalah agama yang benar."
Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi
pucat kehilangan darah karena begitu terkejut. Sesaat,
tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya
berpikir jernih, mereka menanggapi Abdullah bin Salam
dengan marah,
"Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan
meninggalkan agama kita."
Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai
mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan
berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat
kasar.
Demikianlah, sejak saat itu, kaum Yahudi mulai
bersepakat untuk menghancurkan Islam.
*Orang Yahudi Kecewa*
Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah
mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu dekat akan
ada seorang nabi yang diangkat Allah. Namun, mereka
menduga bahwa nabi itu akan lahir dari kalangan
Yahudi. Mereka suka membanggakan diri terhadap orang-
orang Arab,
"Sesungguhnya hampir datang seorang nabi yang akan
segera dibangkitkan. Kami akan mengikutinya dan
membantunya memerangi kalian, sebagaimana dulu kami
memerangi kaum 'Ad dan 'Iram."
Namun, justru ketika nabi yang diharapkan itu datang,
mereka malah ingkar, tidak mau percaya, dan
mendustakan segala apa yang telah mereka katakan dan
mereka ketahui sendiri. Para pendeta Yahudi mengejek
dan menggunakan segala tipu daya untuk menghalangi
seruan Rasulullah.
Beberapa ketua Yahudi mendatangi Rasulullah dan
bertanya congkak,
"Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap
makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?"
Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah
berubah karena menahan marah. Seketika, turunlah
Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah seraya
menyampaikan firman Allah yang pernah diturunkan di
Mekah untuk menjawab,
‫قُ ْل ه َُو هَّللا ُ أَحَ ٌد‬
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Surah Al-Ikhlas (112:1)
َّ ‫هَّللا ُ ال‬
‫ص َم ُد‬
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
Surah Al-Ikhlas (112:2)
‫لَ ْم َيل ِْد َولَ ْم يُولَ ْد‬
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Surah Al-Ikhlas (112:3)
‫َولَ ْم َي ُكنْ لَ ُه ُكفُ ًوا أَحَ ٌد‬
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
Surah Al-Ikhlas (112:4)
Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua
Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia berkata,
"Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana
Allah itu. Berapa hasta tinggi-Nya, bagaimana l
engan-Nya, bagaimana...."
Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih
marah daripada yang pertama. Namun, Jibril kembali
turun memadamkan rasa marah Rasulullah sambil
menyampaikan firman Allah untuk menjawab pertanyaan
lancang itu,
‫َّات ِب َيمِي ِن ِه ۚ ُس ْبحَ ا َن ُه َو َتعَ الَ ٰى‬ ْ ‫ات م‬
ٌ ‫َط ِوي‬ َ ‫َومَا َقدَ رُوا هَّللا َ حَ َّق َق ْد ِر ِه َواأْل َرْ ضُ جَ مِيعًا َق ْبضَ ُت ُه ي َْو َم ْالقِيَا َم ِة َوال َّسم‬
ُ ‫َاو‬
ُ ْ
َ‫عَ مَّا ُيش ِركون‬
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan
yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung
dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha
Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Surah Az-Zumar (39:67)
Ajaran Yahudi tidak pernah menarik hati orang Arab
karena orang Yahudi kurang mengajarkan nilai-nilai
kesatriaan yang dijunjung tinggi orang Arab. Mereka
juga sering menyembunyikan Taurat dan tidak mau
mengajarkannya kepada orang lain.
*Bani Israil*
Dalam Al Qur'an, orang Yahudi disebut Bani Israil,
artinya keturunan Israil. Israil adalah panggilan
orang untuk Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub-lah yang
menurunkan bangsa Yahudi.
_Bersambung_
23/09/21 08.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian73
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Orang-orang Yahudi Mengejek Rasulullah*
Suatu saat, Rasulullah berdakwah kepada orang Yahudi.
Saat itu, beliau diiringi oleh beberapa orang sahabat.
Setelah Rasulullah berseru dengan panjang lebar,
orang-orang Yahudi menyangkal dan tidak mempercayai
beliau. Maka dari itu, para sahabat maju dan berkata,
"Hai kaum Yahudi, hendaklah kamu sekalian takut kepada
Allah! Demi Allah, sesungguhnya beliau adalah utusan
Allah. Kamu dulu pernah menyebut-nyebut nama beliau
kepada kami dan kamu dulu pernah juga menerangkan
sifat-sifat beliau ini kepada kami, tetapi mengapa
sekarang kamu ingkar?"
Saat itu, seorang Yahudi bernama Wahab bin Yahudi
menyahut,
"Kami sekali-kali belum pernah berkata begitu kepada
kamu. Dan Allah tidak akan menurunkan kitab lagi
sesudah kitab Taurat dan tidak pula akan membangkitkan
seorang utusan dan nabi lagi sesudah nabi Musa.
Perkataanmu seluruhnya bohong! Begitu juga dengan
seluruh perbuatan kamu, dan sahabatmu yang mengaku
rasul itu?"
Seketika itu juga, Allah menurunkan wahyu kepada
Rasulullah yang berbunyi:
ٍ ‫ير َواَل َنذ‬
‫ِير ۖ َف َق ْد‬ ٍ ِ‫م رَ سُولُ َنا ُي َبيِّنُ لَ ُك ْم عَ لَ ٰى َف ْترَ ٍة مِنَ الرُّ س ُِل أَنْ َتقُولُوا مَا جَ ا َء َنا مِنْ بَش‬3ْ ‫ب َق ْد جَ ا َء ُك‬
ِ ‫يَا أَهْ َل ْال ِك َتا‬
‫هَّللا‬
‫جَ ا َء ُك ْم بَشِ ي ٌر َو َنذِي ٌر ۗ َو ُ عَ لَ ٰى ُك ِّل َشيْ ٍء َقدِي ٌر‬
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu
Rasul Kami, menjelaskan (syari´at Kami) kepadamu
ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu
tidak mengatakan: Tidak ada datang kepada kami baik
seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi
peringatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Surah Al-Ma'idah (5:19)
Masih sangat banyak ejekan dan bantahan orang Yahudi
terhadap dakwah Rasulullah beserta para sahabatnya.
Orang Yahudi mengatakan bahwa Allah itu fakir,
sedangkan mereka kaya. Ada yang meminta agar Allah
menurunkan Al Qur'an dalam bentuk catatan dari langit
dan minta agar Allah memancarkan beberapa sungai di
tanah Arab untuk orang Yahudi.
Dengan mengejek dan menghina, mereka menyangka bisa
merendahkan Islam dan utusan-Nya. Mereka bahkan
berharap kepercayaan kaum Muslimin kepada Rasulullah
dan firman Allah bisa digoyah. Namun, Rasulullah dan
para pengikutnya tetap tegar.
Kedengkian orang-orang Yahudi tidak berhenti sampai di
situ. Mereka bahkan berani melakukan perbuatan yang
sangat berbahaya bagi kaum Muslimin.
*Merasa Lebih Tinggi*
Keangkuhan orang Yahudi berasal dari kepercayaan
mereka kepada Allah menjadikan mereka bangsa pilihan,
bangsa yang lebih tinggi dari semua bangsa lain. Sikap
ini membuat orang Yahudi sangat sulit menyatu dengan
masyarakat di setiap negeri yang mereka tinggali.
*Yahudi Menghasut*
Syas bin Qais adalah salah satu pemimpin Yahudi yang
paling keras memusuhi Rasulullah. Suatu hari, ia
melewati tempat berkumpul kaum Muslimin. Hatinya panas
melihat para pemuda Anshar dari suku Aus dan Khazraj
duduk bersama dalam persaudaraan yang erat. Padahal,
dahulu kedua suku itu bermusuhan.
Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya ,
"Orang-orang Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah
bersatu. Demi Allah, kita tidak berarti apa-apa kalau
para pemuka Aus dan Khazraj telah terikat persatuan."
Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang
berkawan karib dengan para pemuda Anshar. Dengan halus
dan licik, pemuda Yahudi itu menyinggung-nyinggung
kembali Perang Buath yang dahsyat di masa saat itu,
pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj. Ternyata, hal itu
memang membangkitkan ingatan masa lampau yang pahit.
Para pemuda Anshar dan Aus dan Khazraj lalu
bersitegang, saling membanggakan diri, dan hanyut
dalam pertengkaran.
"Demi Allah! Kalau kamu mau, mari kita hidupkan
kembali peperangan hebat itu!" sahut salah satu pihak
berteriak marah.
"Marilah kita lakukan! Marilah kita lakukan!
Perjanjian kamu di Adh Dhahirah! Senjata! Senjata!"
sahut yang lain panas.
Dengan cepat peristiwa itu sampai ke telinga
Rasulullah. Segera saja beliau pergi menemui kedua
kelompok it
u bersama beberapa orang sahabat.
"Wahai kaum Muslimin! ALLAH! ALLAH!" demikian seru
beliau.
"Apakah kamu menyerukan kembali ke masa jahiliah
sedang saya masih ada di hadapan kamu? Setelah Allah
memberi petunjuk Islam kepadamu? Dan setelah Allah
memuliakan kamu dengan Agama ini? Dan Ia telah
memutuskan dari kamu urusan-urusan jahiliah? Dan Ia
telah menyelamatkan kamu dari kekafiran? Dan Ia telah
mempersatukan dan menjinakkan hati-hati kamu dengan
Islam?"
Rasulullah mengingatkan mereka bahwa Islam telah
mempersatukan dan membuat mereka benar-benar
bersaudara, membuat semua saling mencintai.
Lalu, luruhlah segala kemarahan. Di depan Rasulullah,
mereka berpelukan sambil menangis. Semuanya lalu
beristighfar dan memohon semoga kiranya Allah
mengampuni mereka.
*Wujud Ukhuwah*
Ukhuwah adalah persaudaraan. Salah satu wujudnya dalam
Islam adalah mengucapkan salam kepada sesama Muslim,
menengok yang sakit, menghibur orang yang tertimpa
musibah, bersama menolak kejahatan, berbagi
kegembiraan, memaafkan orang yang bersalah, dan
menghentikan gosip tentang tetangga, entah gosip itu
baik atau buruk.
_Bersambung_
23/09/21 08.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian74
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Mengalihkan Kiblat ke Ka'bah*
Orang-orang Yahudi pun mendatangi Rasulullah dan
berkata, "Muhammad, tentu sudah engkau ketahui bahwa
semua nabi dan rasul sebelummu pergi ke Baitul Maqdis.
Di sanalah sebetulnya tempat tinggal mereka. Jika
engkau benar-benar seorang rasul, engkau pasti akan
pergi ke sana, bukan? Anggap saja Madinah ini sebagai
perantara hijrah kamu dan umatmu dari Mekah ke Baitul
Maqdis!"
Namun, saat itu juga Rasulullah tahu bahwa mereka
berusaha melakukan tipu daya kepada beliau. Apalagi
saat itu kiblat shalat kaum Muslimin adalah Baitul
Maqdis, bukan Ka'bah di Mekah.
Namun, sekali lagi, pendapat orang-orang Yahudi tadi
dipecahkan oleh firman Allah yang memerintahkan
Rasulullah dan kaum Muslimin menghadap Ka'bah saat
sedang shalat. Saat itu, genap tujuh belas bulan
Rasulullah berhijrah ke Madinah. Allah berfirman,
‫ْث مَا ُك ْن ُت ْم‬ ِ ِ ْ‫َق ْد َنرَ ٰى َت َقلُّبَ َوجْ ِهكَ فِي ال َّسمَا ِء ۖ َفلَ ُن َولِّ َي َّنكَ قِ ْبلَ ًة َترْ ضَ اهَا ۚ َف َو ِّل َوجْ هَكَ َش ْطرَ ْال َمس‬
ُ ‫ج ِد ْالحَ رَ ام ۚ َوحَ ي‬
َ‫م َش ْطرَ هُ ۗ َوإِنَّ الَّذِينَ أُو ُتوا ْال ِك َتابَ لَ َيعْ لَمُونَ أَ َّن ُه ْالحَ ُّق مِنْ رَ ب ِِّه ْم ۗ َومَا ُ ِبغَ اف ٍِل عَ مَّا َيعْ مَلُون‬3ْ ‫َف َولُّوا وُ جُو َه ُك‬
‫هَّللا‬
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.
Surah Al-Baqarah (2:144)
Kaum Muslimin menyambut gembira peralihan kiblat ini.
Sementara itu, orang-orang Yahudi sangat menyesalkan
keputusan ini. Sekali lagi, mereka berusaha melakukan
tipu daya dengan mengatakan,
"Kami akan menjadi pengikutmu Muhammad, apabila kamu
berada kembali mengubah kiblat ke arah Baitul Maqdis!"
Kembali firman Allah turun membalas kata-kata berbisa
ini:
‫اس مَا َواَّل ُه ْم عَ نْ قِ ْبلَت ِِه ُم الَّتِي َكا ُنوا عَ لَ ْيهَا ۚ قُ ْل هَّلِل ِ ْال َم ْش ِر ُق َو ْالم َْغ ِربُ ۚ َي ْهدِي َمنْ َي َشا ُء‬ ِ ‫سَ َيقُو ُل ال ُّس َفهَا ُء مِنَ ال َّن‬
َ
‫إِلى صِ رَ اطٍ مُسْ تق ٍِيم‬ ٰ َ
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan
berkata: Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam)
dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka
telah berkiblat kepadanya? Katakanlah: Kepunyaan
Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
Surah Al-Baqarah (2:142)
‫اس َو َي ُكونَ الرَّ سُو ُل عَ لَ ْي ُك ْم َش ِهي ًدا ۗ َومَا جَ عَ ْل َنا ْال ِق ْبلَ َة الَّتِي‬ ِ ‫شهَدَ ا َء عَ لَى ال َّن‬ ُ ‫َو َك ٰ َذلِكَ جَ عَ ْل َنا ُك ْم أُم ًَّة َوسَ ًطا ِل َت ُكو ُنوا‬
ۗ ُ ‫ت لَ َك ِبيرَ ًة إِاَّل عَ لَى الَّذِينَ هَدَ ى هَّللا‬ ْ ‫ُك ْنتَ عَ لَ ْيهَا إِاَّل لِ َنعْ لَ َم َمنْ َي َّت ِب ُع الرَّ سُو َل ِممَّنْ َي ْن َقلِبُ عَ لَ ٰى عَ قِ َب ْي ِه ۚ َوإِنْ َكا َن‬
ٌ‫ُوف‬
‫اس لرَ ء رَ حِي ٌم‬ َ ِ ‫َومَا َكانَ هَّللا ُ لِيُضِ يعَ إِيمَانك ْم ۚ إِنَّ َ ِبالن‬
َّ ‫هَّللا‬ ُ َ
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.
Surah Al-Baqarah (2:143)
*Yahudi Mengejek Firman Allah*
Di tengah pertentangan yang seru antara kaum Muslimin
dan Yahudi di Madinah, datanglah delegasi Nasrani dari
Najran. Mereka mengendarai enam puluh buah kendaraan.
Dengan pakaian dari Yaman yang indah, memakai cincin
emas dan selendang sutera, orang-orang Nasrani itu
langsung menuju ke masjid dan mengerjakan shalat
dengan menghadap ke Timur. Beberapa sahabat hendak
menegur, tetapi Rasulu
llah mengisyaratkan agar mereka dibiarkan.
Setelah shalat, orang-orang Nasrani menghadap
Rasulullah dan memberi hadiah berupa permadani indah
yang bergambar dan beberapa buah tikar dari bulu.
Rasulullah menolak permadani bergambar dan menerima
tikar dari bulu.
Sebenarnya, tujuan orang-orang Nasrani ini adalah
untuk menambah keributan antara kaum Muslimin dan
orang Yahudi sehingga orang-orang Nasrani dapat
diuntungkan. Begitu bertemu Rasulullah, orang-orang
Nasrani berusaha menjelaskan mengapa mereka menganggap
Nabi Isa adalah anak Allah dan mengapa mereka
menyembah tiga tuhan. Satu per satu alasan itu
dipatahkan Rasulullah. Bahkan, Rasulullah berbalik
mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa dan
menjelaskan kerasulannya.
Namun, walau sudah demikian jelas Rasulullah
menyampaikan kebenaran, para pendeta Nasrani itu terus
bersikeras mendustakan beliau. Mereka tetap mengatakan
bahwa Nabi Isa adalah putra Allah dan Allah itu hanya
salah satu dari tiga tuhan.
Akhirnya, atas perintah Allah, Rasulullah mengajak
mereka ber-mubahalah dengan bersabda,
"Marilah, kami ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu,
wanita kami dan wanita kamu, diri-diri kami dan diri-
diri kamu bersama sungguh-sungguh berdoa, lalu kita
jadikan laknat Allah menimpa kepada siapa di antara
kita yang berdusta."
Orang-orang Nasrani itu hendak menerima, namun Al
Aqib, penasihat tertinggi mereka berkata,
"Sesungguhnya, Muhammad itu adalah nabi yang diutus
dan kamu telah mengetahui itu dengan pasti. Tidak ada
suatu kaum yang ber-mubahalah dengan seorang nabi
kecuali ia pasti hancur binasa."
Mendengar itu, orang-orang Nasrani memutuskan untuk
menolak usul Rasulullah. Mereka memilih untuk kembali
ke Najran dengan tetap memeluk agama mereka.
*Sepupu*
Orang Arab dan Yahudi (Ibrani) bisa dikatakan
merupakan sepupu. Nenek moyang mereka adalah Nabi
Ibrahim. Putra sulung Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ismail
ditempatkan di Mekah dan menjadi leluhur orang Arab.
Sementara itu, putra Nabi Ibrahim yang lain, yaitu
Nabi Ishaq, menurunkan bangsa Yahudi.
_Bersambung_
24/09/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian75
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Merindukan Mekah*
Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang
terusir paksa dari Mekah, tanah kelahiran mereka
sendiri. Rasa rindu akan Mekah semakin lama semakin
besar. Banyak sekali hal yang membuat kaum Muhajirin
merasa demikian sebab Mekah bukan sekedar tempat
lahir, melainkan juga merupakan kota yang luar biasa.
Di Mekah terdapat Ka'bah, rumah Allah yang dibangun
oleh Nabi Ibrahim, tempat para penduduk dan bahkan
seluruh orang Arab berziarah. Kewajiban berziarah ke
Ka'bah sudah begitu mendarah daging dalam diri orang
Arab, baik itu Muslim maupun bukan. Kewajiban suci itu
tidak bisa dilepaskan begitu saja, meski orang Quraisy
pasti akan mencegah kedatangan setiap Muslim.
Selain itu, di Mekah masih tertinggal keluarga yang
mereka cintai walaupun masih dalam kehidupan syirik
karena menyembah berhala. Keluarga inilah yang sudah
sangat ingin mereka ajak ke dalam kehidupan Islam. Di
Mekah pula masih tertinggal harta benda dan barang
perdagangan yang disita Quraisy tatkala mereka
berhijrah.
Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar
karena mereka telah keluar dari kota itu akibat
tindakan keras Quraisy. Bukan menjadi adat orang-orang
Mekah untuk menyerah terhadap ketidakadilan tanpa
melakukan pembalasan.
Bahkan Rasulullah sendiri tidak kuasa melupakan Mekah.
Di Mekah sana terkubur jasad Khadijah, kekasih yang
sangat beliau cintai. Tidak ada negeri yang lebih
beliau sayangi melebihi Mekah, tanah tumpah darah yang
menimbulkan begitu banyak kenangan.
Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari
Mekah. Ia menemui Rasulullah dan Aisyah.
"Bagaimana situasi Mekah saat kau tinggalkan?" tanya
Aisyah.
Laki-laki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah,
padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang hiruk
pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan
menuju perbukitan. Suaranya penuh pilu dan sedih.
Kerinduan Rasulullah begitu memuncak sehingga kedua
mata beliau berkaca-kaca penuh linangan air mata.
"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku,"
demikian ucap Rasulullah.
Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus
umat, Rasulullah juga dibahagiakan dengan pernikahan
putri bungsunya, Fathimah Az Zahra.
*Orang-orang Munafik*
Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di
Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi,
salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan
sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak
pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin
Ubay bin Salul, sampai akhirnya Islam datang.
Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh
lainnya yg ditaati dan dihormati kaumnya yaitu Abu
Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah
orangtua dari sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang
bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa
dipanggil sebagai Pendeta oleh kaumnya.
Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah
mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk disematkan
padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Maka ketika
kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam
permusuhan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menuduh
Rasul telah mengambil mahkota kepemimpinannya.
Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin
Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan
kemunafikan dan dendam kesumat.
Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada
kekafirannya, ia pergi bersama belasan kaumnya ke
Mekah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah
‫ﷺ‬.
Rasul bersabda
"Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta),
tetapi panggilah dia Fasiq."
Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah
dan bertanya,
"Agama apa yang engkau bawa?"
Rasulullah bersabda,
"Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama
Ibrahim."
Abu Amir berkata,
"Aku juga menganut agama Ibrahim."
Rasulullah bersabda,
"Engkau tidak menganut agama Ibrahim."
Abu Amir menjawab,
"Betul, aku menganut agama Ibrahim!"
"Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru
ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang bukan
merupakan bagian darinya."
Rasulullah bersabda,
"Aku tidak pernah melakukan itu sem
ua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan
putih suci."
Abu Amir berkata,
"Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan
terusir, terasing, dan sendirian."
Rasulullah bersabda,
"Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."
Demikianlah yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir, ia
beranjak ke Mekah.
*Abdullah Bin Ubay*
Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada
pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-ragu
hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia masuk Islam secara
terpaksa.
Suatu hari, Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi menunggang
keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah, di atas
keledainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat
selimut asal Fadak yang diikat dengan serat palem.
Rasulullah berjalan melewati Abdullah Bin Ubay Bin
Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang
bernama Muzahim.
Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa
orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah melihat
Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau ‫ ﷺ‬merasa
malu melewatinya dengan mengendarai keledai, maka
Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan
salam lalu duduk sejenak.
Rasulullah membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin
Ubay Bin Salul, dan mengajaknya kepada agama Allah,
mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan
keras, memberi kabar gembira, dan ancaman padanya.
Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa.
Setelah Rasulullah selesai berbicara, Abdullah Bin
Ubay Bin Salul berkata,
"Wahai Muhammad sesungguhnya tidak ada orang yang
lebih baik perkatannya dari perkataanmu. Apabila yang
engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu.
Siapa pun yang datang menemuimu, bicaralah engkau
kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang
menemuimu, tidak usahlah engkau bersusah payah datang
kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu tidak
menyukainya."
Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama
beberapa dari kaum Muslimin berkata,
"Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke
majelis-majelis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi
Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang
dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan Dia memberi
petunjuk bagi kami padanya."
Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya
menentang pendapatnya, ia bersyair:
_"Kala tuanmu menjadi musuhmu._
_Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan
menjatuhkanmu._
_Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya._
_Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."_
Rasulullah beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke
rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan Abdullah Bin Ubay Bin
Salul masih terbersit di wajah Rasulullah. Sa'ad Bin
Ubadah berkata,
"Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di
wajahmu, apakah Engkau baru mendengar hal yang tidak
engkau sukai?"
Rasulullah bersabda,
"Betul sekali."
Sa'ad Bin Ubadah berkata,
"Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada
Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ketika engkau
datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota
yang akan kami berikan padanya sebagai pemimpin. Ia
beranggapan Engkau telah merampas mahkota kepemimpinan
itu darinya."
_Bersambung_
24/09/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian76
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Sahabat-sahabat Rasul yang sakit*
Aisyah ‫ رضي هللا عنهما‬mengisahkan saat Rasulullah sampai di
Madinah, Madinah kala itu merupakan bumi Allah yang
paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya
banyak sahabat Rasulullah yang terjangkit sakit demam.
Allah menjaga Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga beliau
tidak terjangkit wabah demam.
Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu
rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam. Lalu
Aisyah menjenguk mereka.
Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.
Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah
saja yang tahu.
Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,
"Bagaimana kabar ayahanda?"
Abu bakar menjawab:
_Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi
hari._
_Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali
sandalnya sendiri._
Aisyah berkata,
"Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia
katakan."
Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan
bertanya,
"Bagaimana kabarmu wahai Amir?"
Amir Bin Fuhairah menjawab:
_Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya._
_Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari
atasnya_
_Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya_
_Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan
tanduknya._
Aisyah berkata,
"Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang
dikatakannya."
Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di
emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil
berkata:
_Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat
di luar Mekah),_
_Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon
beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-tumbuhan),_
_Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?_
_Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat
olehku?_
Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada
Rasulullah.
*Doa untuk Para Sahabat*
Aisyah ra berkata kepada Rasulullah,
"Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar
dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam
tinggi."
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa sallam berdoa,
"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah
sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Mekah,
atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah.
Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha' Madinah
(yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke
Mahyaa'h."
Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.
Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang
mengerjakan shalat dengan cara duduk.
Rasulullah SAW keluar menemui mereka yang kala itu
menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata,
"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang
yang duduk itu pahalanya setengah shalat orang yang
berdiri."
Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat
mungkin walaupun mereka demikian lemah dan sedang
sakit dengan harapan mendapatkan pahala.
*Penanggalan Hijrah*
Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul
Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat matahari
tidak begitu panas.
Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53
tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi dan
Rasul.
Rasulullah tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal,
Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab,
Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul
Hijjah.
Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun
berikutnya Rasulullah tidak berperang melawan kaum
musyrikin.
Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan
Rasulullah ke Madinah, beliau keluar untuk berperang
dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah
perintahkan, serta memerangi orang-orang musyrik.
Rasulullah menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai
penggantinya di Madinah selama beliau berada di medan
jihad.
*Diijinkan Berperang*
Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi
kaum muslimin di Madinah di mana kaum Quraisy tidak
sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mau
menghentikan kejahatannya, Allah mengizinkan kaum
muslim untuk berperang. Allah berfirman,
‫ظ ِلمُوا ۚ َوإِنَّ هَّللا َ عَ لَ ٰى َنصْ ِر ِه ْم لَ َقدِي ٌر‬ ُ ‫أُذِنَ ِللَّذِينَ ُي َقا َتلُونَ ِبأ َ َّن ُه ْم‬
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-oran
g yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
Kuasa menolong mereka itu,
Surah Al-Hajj (22:39)
Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang
menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut hanyalah
untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-
syiar Allah.
‫الز َكا َة َوأَ َمرُوا ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َنه َْوا عَ ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوهَّلِل ِ عَ اقِب َُة‬ ِ ْ‫الَّذِينَ إِنْ َم َّك َّنا ُه ْم فِي اأْل َر‬
َّ ‫ض أَ َقامُوا ال‬
َّ ‫صاَل َة َوآ َتوُ ا‬
‫ُور‬ ‫م‬ُ ‫اأْل‬
ِ
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.
Surah Al-Hajj (22:41)
Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa
izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah hijrah
tidak di Mekah.
Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi
saat itu di mana sumber utamanya adalah kekuatan dan
kesewenang-wenangan kaum Quraisy.
Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka
pada jalur perdagangan dari Mekkah ke Syam. Dalam hal
ini Rasulullah ‫ ﷺ‬menempuh dua langkah yaitu:
Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau
perjanjian untuk tidak melakukan permusuhan dengan
kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur
perdagangan itu.
Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau
tidak mengadakan permusuhan dengan kabilah Juhairah,
sebelum melakukan kegiatan militer.
Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian
ke jalur tersebut
_Bersambung_
25/09/21 11.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian77
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Peperangan dan Ekspedisi Sebelum Badr*
Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum
muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan militer.
mereka melakukan patroli militer yang bertujuan
menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang mengelilingi
Madinah, serta jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke
Mekah, mengadakan perjanjian-perjanjian dengan
kabilah-kabilah yang berdomisili di sepanjang jalan
tersebut, memberikan kesan kepada orang-orang Yahudi
dan Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa
kaum muslimin telah memiliki kekuatan dan mereka telah
terbebas dari kelemahan mereka serta memperingatkan
kepada orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan
mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan mereka,
dan merasakan adanya bahaya yang mengancam
perekonomian mereka, agar mereka cenderung untuk
berdamai dan menghentikan keinginan mereka untuk
menyerang kaum muslimin, menghalangi jalan menuju
Allah serta menyiksa kaum muslimin yang lemah di
Mekah, agar kaum muslimin pun menjadi bebas untuk
menyampaikan risalah Allah di seluruh Jazirah.
Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah
sebagai berikut :
1. Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan
tahun pertama Hijriah Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangkat
Hamzah bin Abdul Muthalib untuk memimpin ekspedisi
ini, ekspedisi ini berkekuatan 30 orang yang terdiri
atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy
yang datang dari Syam yang dipimpin oleh Abu Jahal
dengan kekuatan 300 Orang. Setelah sampai di Saiful
Bahri di sekitar daerah Laut Merah bertemulah pasukan
kaum muslimin dengan kafilah Quraisy dan siap untuk
bertempur. Namun Majdi bin Amru al-juhani sekutu
Quraisy dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah
mereka dan menghalangi mereka sehingga pertempuran pun
tidak terjadi.
Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan
oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬warnanya putih dan dibawa
oleh Abu Mursyid Kinas Bin Hushain Al Ghanawi.
Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi
selanjutnya adalah:
*Perang Al Abwa' atau Waddan*
Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua
Hijriyah atau Agustus tahun 623 M. Setelah mewalikan
urusan kota Madinah kepada Saad bin Ubadah Rasulullah
‫ ﷺ‬keluar memimpin langsung pasukan yang
berkekuatan 70 orang, khusus orang-orang Muhajirin
untuk mencegah kafilah Quraisy. Setelah tiba di
Waddan, beliau tidak menjumpai pasukan Quraisy.
Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian
persekutuan dengan Bani Dhamrah, yang ketika itu
pemimpinnya adalah Amru bin Makhsya Adh Dhamri. Naskah
perjanjian tersebut adalah sebagai berikut
Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad ‫ﷺ‬
kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta dan diri
mereka aman dan mereka berhak mendapatkan pertolongan
jika diserang. Kecuali apabila mereka memerangi agama
Allah.
Apabila Nabi ‫ ﷺ‬mengajak mereka untuk
menolongnya, mereka akan menyambutnya.
Waddan terletak antara Mekah dan Madinah. Antara
Waddan dan Rabigh setelah Madinah 29 mil dan Abwa'
terletak di dekat Waddan.
Inilah peperangan pertama yang diikuti oleh
Rasulullah. Kepergian beliau itu selama 15 malam
benderanya berwarna putih dan pembawanya adalah Hamzah
bin Abdul Mutholib.
Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi
selanjutnya adalah:
*Perang Buwath*
Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun
kedua Hijriyah atau September 623 M. Rasulullah
‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 200
orang dari para sahabatnya, untuk mencegah kafilah
Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan
Umayyah bin Khalaf Al-Jami.
Kafilah itu membawa 2500 unta. Setibanya di Buwath di
sekitar Ridhwa, beliau tidak menjumpai kafilah.
Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan
kota Madinah kepada Saad bin Muadz. Benderanya
berwarna putih dan dibawa oleh Saad bin Abi Waqqash
radliyallahu anhu.
*Perang Sawan*
Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun
kedua Hijriyah atau September tahun 623 M. Karz bin
Jabir Al Fihri dengan pasukannya dari kaum muslimin
menyerang pinggiran kota Madinah dan merampas beberapa
b
inatang ternak.
Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬keluar dengan para
sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk mengejar
pasukan Karz hingga tiba di lembah Safwan yang
letaknya tidak jauh dari Badr. Namun beliau tidak
menjumpai Karz dan teman-temannya, lalu pulang tanpa
melakukan pertempuran. Perang ini disebut juga dengan
*Perang Badr pertama*. Dalam perang ini urusan kota
Madinah diwakilkan kepada Zaid bin Haritsah.
Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Ali bin Abi
Tholib.
Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi,
ekspedisi selanjutnya adalah:
*Perang Dzil Usyairah*
Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula
dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua Hijriyah atau
November dan Desember tahun 623 M. Rasulullah
‫ ﷺ‬keluar memimpin pasukan berkekuatan 150
(dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin. Dalam
hal ini bisa tidak memaksa seorang pun untuk ikut
serta dalam peperangan tersebut.
Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara
bergantian untuk mencegah kafilah Quraisy yang
berangkat ke Syam. Telah terdengar berita tentang
keberangkatan mereka dari Mekah membawa barang-barang
dagangan kaum Quraisy. Setibanya di Dzil Usyairah,
beliau tidak menjumpai kafillah tersebut, mereka telah
lolos beberapa hari sebelumnya. Kafilah inilah yang
dicari sepulang mereka dari Syam, dan menjadi penyebab
terjadinya *Perang Badr Kubro*.
Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah ‫ ﷺ‬berangkat
pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal Jumadil
Akhir.
(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli
siroh dalam menentukan bulan terjadinya peperangan
ini).
Dalam peperangan ini Rasulullah ‫ ﷺ‬mengadakan
perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dan
sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.
Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah
diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul Asad Al
Makhzumi. Bendera peperangan itu berwarna putih dan
dibawa oleh Hamzah bin Abdul muththalib ‫رضي هللا عنه‬.
_Bersambung_
25/09/21 11.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian78
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Perang Badr Kubra*

Peperangan Islam Pertama yang Menentukan


*Dua Pasukan saling Berhadapan*
Setelah selesai merapikan barisan beliau mengeluarkan
instruksi kepada pasukannya agar tidak memulai
peperangan sebelum menerima perintah terakhir dari
beliau. Kemudian, beliau memberikan pengarahan kepada
mereka secara khusus tentang persoalan perang. Beliau
berkata:
"Apabila mereka mendekati kalian, hujanilah mereka
dengan panah. Janganlah kalian menghunuskan pedang
sebelum mereka mendatangi kalian."
Kemudian beliau kembali ke lembah ditemani oleh Abu
Bakar secara khusus. Sa'ad bin Muadz pun dengan
kelompoknya melakukan pengawalan di pintu kemah
beliau.
Adapun kaum musyrikin pada hari itu, Abu Jahal meminta
keputusan, beliau mengatakan,
"Ya Allah dia telah memutuskan tali persaudaraan dan
membawa sesuatu yang tidak kami kenal, maka
binasakanlah dia. Ya Allah tolonglah pada hari ini
orang yang paling engkau cintai dan paling kau ridhoi
di antara kami."
Tentang hal ini Allah berfirman:
‫م ْال َف ْت ُح ۖ َوإِنْ َت ْن َتهُوا َفه َُو َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ۖ َوإِنْ َتعُودُوا َنع ُْد َولَنْ ُت ْغنِيَ عَ ْن ُك ْم فِ َئ ُت ُك ْم َش ْي ًئا َولَ ْو‬3ُ ‫إِنْ َتسْ َت ْف ِتحُوا َف َق ْد جَ ا َء ُك‬
َ‫ت َوأَنَّ هَّللا َ مَعَ ْالم ُْؤ ِمنِين‬ ْ َ‫َك ُثر‬
Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan,
maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu
berhenti; maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika
kamu kembali, niscaya Kami kembali (pula); dan
angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak
dari kamu sesuatu bahaya pun, biar pun dia banyak dan
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman.
Surah Al-Anfal (8:19)
*Awal pemicu pertempuran*
Awal pemicu pertempuran adalah Al Aswad bin Abdul Asad
al Makhzumi (orang yang berperangai buruk) keluar
dengan mengatakan,
"Aku berjanji kepada Allah aku harus bisa minum dari
tempat penampungan air mereka, atau aku harus
menghancurkannya, dan aku harus mati karenanya."
Ketika ia keluar ia dihadapi oleh Hamzah bin Abdul
Mutholib ‫رضي هللا عنه‬. Setelah bertemu, Hamzah segera
menyabetkan pedangnya pada kaki Al Aswad, yaitu pada
pertengahan betisnya ketika ia berada di depan
penampungan air.
Al-Aswad pun jatuh dan kakinya mengucurkan darah,
kemudian berangkat menuju penampungan air sambil
memasukinya karena ingin memenuhi sumpahnya. Tetapi
Hamzah mengulangi pukulannya pada bagian yang lain,
ketika ia berada di dalam penampungan air.
*Perang Tanding*
Terbunuhnya Al Aswad merupakan pembunuhan pertama yang
menyulut api pertempuran. Setelah itu tiga orang dari
pasukan Quraisy tampil ke depan semuanya dari satu
keluarga yaitu Utbah dan Saibah dua lelaki bersaudara
anak Rabi'ah dan Al Walid anak Utbah.
Mereka menantang untuk perang tanding, maka untuk
menghadapi mereka tampilah tiga pemuda ansor yaitu Auf
dan Muawidz, dua lelaki bersaudara anak Al Haris dan
ibunya bernama Afra dan Abdullah bin Rawahah.
Tiga orang dari pasukan musyrikin itu bertanya kepada
tiga pemuda anshar itu,
"Siapa kalian?"
Mereka menjawab,
"Sekelompok orang dari kaum Anshar"
Tiga pasukan musyrikin itu berkata,
"Kami tidak butuh kalian, kami menginginkan orang-
orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri."
Juru bicara mereka kemudian berteriak,
"Hai Muhammad keluarkanlah orang-orang yang sepadan
dari kaum kerabat kami sendiri."
Selanjutnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,
"Bangkitlah hai Ubaidillah bin Al Haris, bangkitlah
hai Hamzah dan bangkitlah hai Ali."
Setelah ketiganya bangkit dan menghadapi pasukan-
pasukan musyrikin itu, pasukan musyrikin itu bertanya
kepada mereka,
"Siapa kalian?" Setelah dijawab mereka mengatakan,
"Kalian orang-orang yang sepadan dengan kami."
Ubaidillah orang yang tertua di antara mereka tampil
berperang tanding dengan Utbah bin Rabi'ah, Hamzah
melawan Saibah dan Ali melawan Alwalid
Hamzah dan Ali tidak menemui kesulitan untuk membunuh
lawannya, Utbah dan kawannya masing-masing berhasil
melukai lawannya, kemudian Ali dan Hamzah menyerang
Utbah dan berhasil membunuhnya, lalu mengangkut
Ubaidah yang terputus kakinya.
Ubaidah sen
antiasa diam sampai mati syahid di Shafra' setelah
empat atau lima hari dari Perang Badr, dan dalam
perjalanan pulang menuju Madinah.
Ali berkata bahwa ayat berikut ini turun berkenaan
dengan mereka yaitu
‫ار يُصَ بُّ مِنْ َف ْو ِق ُرءُوسِ ِه ُم ْالحَ مِي ُم‬ ْ َ‫اخ َتصَ مُوا فِي رَ ب ِِّه ْم ۖ َفالَّذِينَ َك َفرُوا قُ ِّطع‬
ٍ ‫ت لَ ُه ْم ِث َيابٌ مِنْ َن‬ ْ ‫َان‬
ِ ‫ان َخصْ م‬ ِ ‫ٰ َه َذ‬
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan
kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar
mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan
untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka.
Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala
mereka.
Surah Al-Hajj (22:19)
_Bersambung_
26/09/21 17.26 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian79
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Serangan Umum*
Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk
bagi kaum musyrikin. Mereka kehilangan tiga Pemimpin
sekaligus. Maka meluaplah kemarahan mereka, kemudian
menyerang kaum muslimin secara serentak.
Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan
kepada Rabb mereka, mengikhlaskan niat kepada-Nya dan
merendahkan diri kepada-Nya, mereka menerima serangan
dari kaum musyrikin secara bertubi-tubi, dengan sikap
bertahan. Tetapi mereka berhasil memberikan banyak
kerugian kepada kaum musyrikin. Mereka meneriakkan
kata-kata "Ahad, ahad."
*Rasulullah memohon pertolongan kepada Rabbnya*
Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri sekembalinya dari
mengatur barisan, beliau memohon kepada Rabbnya
pertolongan yang telah dijanjikan-Nya. Beliau berkata
"Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau
janjikan kepada aku. Wahai Allah Sesungguhnya aku
memohon janji-Mu,"
Ketika perang berkecamuk, dia berdoa
"Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai
binasa hari ini, engkau tidak akan di sembah lagi
(oleh manusia) Wahai Allah, jika engkau menghendaki,
engkau tidak di sembah lagi setelah ini."
Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain
selendangnya jatuh dari pundaknya. Kain itu kemudian
disampirkan kembali oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak
beliau seraya berkata,
"Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada
Rabbmu." Kemudian Allah wahyukan kepada para malaikat-
nya
‫ب الَّذِينَ َك َفرُوا الرُّ عْ بَ َفاضْ ِربُوا‬ ِ ‫إِ ْذ يُوحِي رَ بُّكَ إِلَى ْال َماَل ِئ َك ِة أَ ِّني مَعَ ُك ْم َف َث ِّب ُتوا الَّذِينَ آ َم ُنوا ۚ سَ أ ُ ْلقِي فِي قُلُو‬
‫ان‬ٍ َ‫ن‬َ ‫ب‬ ‫ل‬
َّ ‫ك‬ُ ‫م‬ ‫ه‬
ُ
ْ ِ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ُوا‬
‫ب‬ ‫ر‬ ْ‫اض‬ ‫و‬ ‫اق‬
َ ِ َ
‫ن‬ ْ‫ع‬َ ‫أْل‬‫ا‬ َ‫َف ْوق‬
ِ
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para
malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan
(pendirian) orang-orang yang telah beriman. Kelak akan
Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang
kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah
tiap-tiap ujung jari mereka.
Surah Al-Anfal (8:12)
Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih
berganti, tidak sekaligus.
*Jumat 17 Ramadhan*
Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah tiba-
tiba berpendapat bahwa berperang sekarang tidak ada
gunanya. Abu Jahal kembali mengamuk. Ia yang menjuluki
Utbah sebagai penakut. Pertengkaran itu terlihat dari
jauh oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan pasukannya.
Perlahan keyakinan mereka akan pertolongan Allah
semakin kuat.
Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para
pemuka Quraisy. Merasa malu jika mundur setelah
berhadapan, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk
maju bertempur. Apalagi saat itu pasukan Quraisy jauh
lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih kuat.
Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu,
datanglah iblis yang menyerupai wajah Suraqah bin
Malik, pemimpin Bani Mudlij, bersama puluhan anak
buahnya.
Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy,
"Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya.
Kalau kamu kalah kami akan membantumu dari arah
belakang!"
Tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis
dengan cepat. Seketika itu juga Suraqah gadungan dan
anak buahnya melarikan diri. Seorang Quraisy berteriak
heran,
"hendak kemana engkau, hai Suraqah? Bukankah engkau
tadi hendak membela kami?"
"Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini?"
"Sudahlah," jawab iblis gusar,
"Aku melihat sesuatu yang tidak kau lihat!"
Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan. Hari
itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan. Rasulullah
bersabda,
"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad. Setiap orang
yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-
matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia gugur,
dan Allah akan menempatkannya di dalam surga."
Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang
diberikan Allah melebihi kekuatan apa pun. Walaupun
demikian, beberapa orang pahlawan Quraisy menunjukkan
keberanian mereka.
Geram akibat tidak mendapatkan air, karena sumur-
sumur yang ada telah ditutup oleh kaum muslimin,
seorang pahlawan Quraisy bernama Aswad bin Abdul Asad
Al makhzumi keluar dari barisan seraya berucap,
"Aku bersumpah demi nama Tuhan. Akan ku rusak kolam-
kolam mereka! Jika tidak dapat melakukannya, lebih
baik aku mati!"
Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.
*Bilal*
Di dalam pertempuran sengit itu banyak sekali sesama
saudara sedarah harus saling berhadapan. Beberapa
orang pasukan muslim menahan pedangnya agar tidak
mengenai saudara-saudara mereka dari pihak Quraisy.
Namun beberapa pahlawan yang imannya telah begitu kuat
tidak lagi peduli dengan siapa mereka berhadapan.
Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan
kesempatan untuk merobohkan musuh di hadapannya. Musuh
itu bisa membunuh tentara Islam yang lain. Padahal,
saudara Muslim itulah yang seharusnya mereka bela
melebihi saudara sedarah.
Umar Bin Khattab berhadapan dengan pamannya sendiri
dan berhasil membunuhnya.
Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang
saudaranya.
Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya. Abu
Ubaidah mencoba mengingatkan agar ayahnya pergi
menjauh, tapi sang ayah malah berdiri menghadangnya
dengan pedang terhunus. Mereka kemudian bertarung dan
Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya sendiri.
Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin
Khalaf yang dahulu pernah menyiksanya habis-habisan.
Bilal mendekat dengan cepat. Melihat mata Bilal yang
menatapnya dengan sangat tajam, Umayyah ketakutan.
Kemudian, ia meminta perlindungan seorang sahabat
Rasulullah ‫ﷺ‬. Abdurrahman bin Auf.
Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah.
Abdurrahman pun melindungi Umayyah dan hendak
menjadikannya tawanan perang yang sudah menyerah.
Namun, Bilal memprotes sambil berteriak,
"Saudara-saudara muslim! ini dia Umayyah bin khalaf,
si Gembong kekafiran!"
Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari
mendekat. Mereka memprotes tindakan Abdurrahman bin
Auf.
"Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!"
demikian tekad kuat Bilal.
Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk
berduel, Keduanya bertarung dengan pedang terhunus.
Bilal berhasil menusukkan pedangnya ke celah baju besi
Umayyah dan mengalahkan dia.
_Bersambung_
26/09/21 17.26 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian80
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Hamzah*
Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri
melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan muslim.
Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran
Badar. Jika pasukan Quraisy berhasil merebut kolam dan
menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang
akan kehausan.
Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat. Dua
penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan Hamzah.
Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka
celah pertahanan untuk diterobos para penunggang lain
yang terkenal tangguh. Namun Hamzah sendiri berdiri
menutup celah tersebut dengan pedang siaga di tangan.
Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan
maju. Namun, semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.
Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah
menerjunkan diri ke medan tempur dengan niat untuk
menghabisi para jagoan Quraisy yang dilihatnya. Tidak
lama kemudian, Hamzah berhasil merobohkan Handhalah
Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.
Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke
tengah barisan pasukan muslimin. Dengan kudanya yang
menggila, ia menyerang beringas, menerjang dan
menginjak-injak. Topi dan baju besi yang dipakai
Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim. Namun
Hamzah datang dan menyerangnya. Naufal segera
menggebrak kudanya dan menyerang. Hamzah melompat ke
belakang, berputar, dan balik menyerang. Pedangnya
berkelebat membelah udara. Beberapa tentara kedua
belah pihak berhenti bertempur dan memperhatikan
pertarungan yang mengerikan itu. Kuda Naufal roboh,
tetapi Naufal melompat berdiri dan meneruskan
pertarungan dengan ganas. Akhirnya, Hamzah berhasil
menebas leher Naufal.
Pekik takbir ‫ هّللَا ُ اَ ْك َب ُر‬membahana. Selangkah demi selangkah,
pasukan Quraisy mundur. Pasukan muslim yang tanpa
perisai, topi, dan baju besi mendesak barisan musuh
mundur yang kebanyakan mengenakan baju besi lengkap.
Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa
pasukan Quraisy yang mundur saling bertanya,
"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus
dan wajahnya tertutup debu?"
"Itulah Hamzah!" sahut yang lain dengan suara
tercekat.
"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut
yang lain sambil terus berlari.
*Tewasnya Abu Jahal*
Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha
menata kembali barisan. Ia mendengar seseorang
berseru:
"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka tidak
mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang belaka.
Namun, setiap kali ada yang terbunuh di antara mereka,
pasti ada yang terbunuh di pihak kita! Kemudian, jika
dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak punya
peluang untuk hidup! mundur! mundur!"
Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-
barisan Quraisy agar bertahan seraya mengingatkan
bahwa merekalah para pemimpin Arab. Namun pasukan
Muslim terus maju tidak tertahankan. Dua prajurit muda
muslim bahkan berhasil mendekati Abu Jahal dan
menyerangnya. Abu Jahal yang sombong dan gagah dengan
senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda itu
dan ia pun terbunuh.
Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah
Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala Abu Jahal ke hadapan
Rasulullah ‫ ﷺ‬seraya berkata,
"Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh
Allah!"
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada
Tuhan selain-Nya, Allah tidak ada Tuhan selain-Nya.
Demi Allah, kalian lah yang membunuh Abu Jahal?"
Saat mereka menjawab,
" Ya."
segera Rasulullah ‫ ﷺ‬bersujud kepada Allah
seraya mengucapkan,
"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang
telah menolong hambanya yang telah mengalahkan tentara
musuhnya."
Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam keadaan kocar-
kacir. Pasukan besar dan persenjataan lengkap itu
telah lumpuh, mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-
benda berharga di dalam perkemahan. Hanya keselamatan
diri yang kini mereka pikirkan.
Strategi yang diterapkan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap
pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak
sedikit pun pada awal pertempuran. Maka untuk pertama
kali dalam
sejarah perangnya, orang Quraisy melihat ada pasukan
pejalan kaki yang mampu menahan gelombang-gelombang
serbuan pasukan berkuda.
Rasulullah ‫ ﷺ‬terus memerintahkan pasukannya
bertahan sampai serangan musuh melemah. Setelah itu
barulah beliau yang memerintahkan serangan balasan.
Lalu pasukan muslim pun maju dan tidak memberikan
kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi barisan.
*Setelah Perang*
Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa, Rasulullah
‫ ﷺ‬mengutus beberapa pengintai untuk mengikuti
ekor pasukan Quraisy. Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin
benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar mundur ke
Mekah, bukan melakukan tipu daya untuk kemudian
menyerang kembali atau malah bergerak ke arah Madinah.
Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai
barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang karena
ternyata musuh kembali ke kota mereka dengan
menanggung semua beban kekalahan.
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengajak Ammar bin Yasir Melihat
mayat Abu Jahal Seraya bersabda,
"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."
Kemudian, Rasulullah ‫ ﷺ‬meninjau langsung bekas
medan pertempuran. Beliau menemukan 14 sahabatnya
gugur sebagai syahid. Sedangkan 70 orang Quraisy
terbunuh, 70 lainnya menjadi tawanan kaum muslimin.
Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur di
kuburkan, sementara itu mayat-mayat Quraisy dimasukkan
ke dalam sebuah sumur kering lalu ditimbun batu.
Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa
kemenangan gemilang. Rasulullah ‫ﷺ‬
memperhatikan raut wajah para sahabat yang berseri-
seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang telah membunuh
ayahnya sendiri. Rasulullah ‫ ﷺ‬mendekati
Hudzaifah dan bertanya,
"Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena
kematian ayahmu?"
"Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku
atau kematiannya. Ya Rasulullah. Akan tetapi aku
mengenal pemikiran kesabaran dan keutamaannya. Aku
sebenarnya sangat berharap dia akan mendapat hidayah
Allah. Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa
Ayahku, aku merasa sangat berduka," demikian jawab
Hudaifah.
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk lalu menghibur hati
Hudzaifah dan mendoakannya. Kemudian beliau mendekati
barisan para tawanan. Kening beliau berkerut
menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat para tawanan
dengan kuat dan menertawakan mereka.
"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan
baik, "demikian Sabda beliau.
_Bersambung_
27/09/21 07.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian81
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Masih dalam Perang Badar Kubra Peperangan Islam
Pertama yang Menentukan
*Meninggalnya Ruqayyah*
Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabat
tentang para tawanan. Umar Bin Khattab mengusulkan
agar para tawanan itu dibunuh. Sangat berbahaya jika
melepaskan mereka, walau keluarganya menebus dengan
gunung harta, sebab mereka dapat kembali memerangi
kaum muslimin.
Abu Bakar berpendapat lain, yang mengusulkan agar para
tawanan dibiarkan ditebus keluarganya, dengan harapan
mudah-mudahan suatu saat kelak mereka mau mengikuti
ajaran Islam. Lagipula uang yang dibayarkan dapat
digunakan untuk melengkapi persenjataan kaum muslimin.
Rasulullah ‫ ﷺ‬cenderung pada pendapat Abu
Bakar.
Beliau berdiam sementara di luar Madinah, untuk
menunggu tebusan dari pihak Quraisy. Para tawanan pun
ditebus dengan uang dan mereka kembali bebas, namun
setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬mendapat berita,
bahwa pihak Quraisy sedang mengadakan persiapan
penyerbuan dengan jumlah pasukan yang jauh lebih
besar. Sebagian besar para tawanan bergabung dengan
pasukan baru itu.
Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahwa saran
Umar lebih tepat, tidak pantas bagi seorang Rasulullah
‫ ﷺ‬mempunyai tahanan sebelum menghancurkan
musuh-musuhnya di muka bumi.
Setelah itu harta rampasan perang dibagikan dengan
rata kepada pasukan. Mereka pun kembali ke Madinah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung menuju masjid untuk
memberitakan kemenangan serta mengumumkan nama-nama
bangsawan Quraisy yang mati. Setelah itu Rasulullah
‫ ﷺ‬pergi ke rumah Utsman bin Affan untuk
menjenguk Ruqayyah putrinya yang sudah lama terbaring
sakit. Utsman bin Affan memang diminta Rasulullah
menjaga istri dan anaknya sehingga Usman tidak
mengerti pertempuran Badar. Saat Rasulullah ‫ﷺ‬
tiba, Usman malah menangis sambil memeluk Rasulullah
‫ﷺ‬, karena ternyata Ruqayyah telah wafat
ketika beliau masih di luar Madinah.
Rasulullah ‫ ﷺ‬diantar ke makam Ruqayyah,
beberapa sahabat berusaha menghibur kesedihan yang
membebani dada beliau. Mereka menemani pula beliau
pulang ke rumah.
Di tengah permalink pulang, seorang Yahudi memandang
Rasulullah dengan sinis, sambil berkata para bangsawan
Quraisy memang tidak mempunyai keahlian dalam perang.
Kalau saja kalian berperang melawan kami, Kalian baru
akan mengetahui bahwa kamilah sebenar-benarnya
prajurit.
Para sahabat tidak membalas perkataan sinis itu,
karena tidak tega melukai kesedihan di hati Rasulullah
‫ﷺ‬.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun tidak menghiraukan ejekan
dengki itu dan terus melangkah menuju rumah.
 ▪Dzun Nuraini▪
Setelah duka ditinggal Ruqayyah, Utsman kemudian
menikahi adik Ruqayyah, Ummu Khultsum. Ummu Khultsum
juga diusir oleh kedua mertuanya, Abu Lahab dan
istrinya Ummu Jamil serta suaminya Utaibah, adik
Utbah. Karena menikahi dua putri nabi inilah Utsman
digelari Dzun Nuraini, 'Si Pemilik Dua Cahaya'.
*Rasulullah ‫ ﷺ‬Hampir Dikultuskan*
Sudah beberapa lama putri Rasulullah, Ruqayyah
terserang sakit dan tidak kunjung sembuh. Musuh-musuh
Rasulullah dari kalangan Yahudi dan orang-orang
munafik mulai menyebarkan desas-desus,
"Kalau memang Muhammad itu seorang nabi, tentu ia
dengan mudah bisa menyembuhkan penyakit putrinya."
"Jangan-jangan, dia memang bukan seorang nabi,
melainkan tukang sihir," timpal yang lain,
"Dulu di Mekah sihirnya berhasil memikat banyak orang,
tetapi di sini ternyata tidak mempan."
Desas-desus yang beredar gencar, membuat keimanan
sebagian orang mulai goyah. Orang-orang munafik yang
dipimpin Abdullah bin Ubay semakin bersemangat
mengatakan ini dan itu tentang pribadi Rasulullah.
Mendengar itu, sebagian Muslim bangkit amarahnya.
Mereka melawan desas-desus itu dengan sanjungan
pujian, dan pemujaan kepada Rasulullah.
"Jangankan menyembuhkan penyakit, menghidupkan orang
mati pun tentu Rasullulah bisa," demikian kata mereka.
Mendengar hal-hal seperti itu, Rasullulah ‫ﷺ‬
segera datang dan berkata, "Janganlah kalian
menyanjung-nyanjung diriku."
"Bagaimana kami tidak akan menyanjung dirimu ya
Rasulullah, bukankah engkau adalah pemimpin kami
semua?"
Beliau menggeleng. Beliau kemudian
berkata bahwa dirinya hanyalah manusia biasa, ia tidak
dapat menolak atau menyembuhkan penyakit apabila hal
itu memang sudah dikendaki Allah. Beliau adalah
manusia yang juga dapat menangis, tertawa, kepayahan,
kesegaran, tidur, marah, senang, lapar, dahaga, makan,
dan perlu pergi ke pasar seperti orang lain.
Bahkan Rasulullah sendiri menderita sakit. Seorang
tabib dipanggil datang untuk melakukan penyembuhan.
Tabib itu melakukan pembekaman agar darah yang
mengandung penyakit keluar. Namun, begitu darah
Rasulullah keluar, tabib yang suka menyanjung itu
menjilati darah beliau. Segera saja Rasulullah
‫ ﷺ‬melarang tabib itu dengan keras sambil
berkata,
"Semua darah haram! Semua darah haram!"
Demikianlah, di satu sisi ada orang yang membenci
Rasulullah, sementara disisi lain banyak orang yang
justru memuja beliau secara berlebihan.
Sehari sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬tiba di Madinah,
berita kemenangan dibawa oleh Zaid bin Haritsah dan
Abdullah bin Rawahah dari dua jurusan yang berlainan.
Kaum Muslimin segera keluar rumah dan bergembira
menyambut kemenangan besar ini.
_Bersambung_
27/09/21 07.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian82
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Mekah Terkejut
Sementara itu keadaan sebaliknya menimpa Mekah, Al
Haisuman bin Abdullah Al Khuza'i tergesa-gesa memasuki
Mekah. Diberitakannya kehancuran pasukan Quraisy dan
bencana yang telah menimpa para pemimpin, pembesar,
dan bangsawan mereka. Mulanya orang Mekah tidak
percaya, tetapi setelah yakin bahwa Al Haisuman tidak
mengigau, seluruh kota menjadi penuh dengan jerit
tangis.
Abu Lahab yang tidak ikut berperang sangat terpukul
mendengarkan berita mengerikan itu.
"Tidak mungkin!"
"Tidak mungkin!" demikian igaunya. Keesokan harinya,
ia jatuh sakit dan menderita demam selama tujuh hari
sebelum akhirnya meninggal.
Para pemuka Quraisy pun berkumpul untuk memutuskan
yang akan mereka lakukan.
"Ingat sesedih apa pun hati kita jangan menunjukkan
duka cita secara berlebihan," demikian kata salah
seorang di antara mereka.
"Jika Muhammad dan teman-temannya mendengar ini,
mereka akan mengejek kita habis-habisan,"
"Jangan cepat-cepat datang membawa tebusan untuk
membebaskan para tawanan," usul yang lain.
"Nanti Muhammad akan meminta harga yang terlampau
tinggi! Kita tunggu kesempatan baik untuk menebus
mereka."
Setelah beberapa lama barulah orang-orang Quraisy
berdatangan untuk menebus para tawanan. Salah seorang
di antaranya adalah Mikraz bin Hafz. Dia datang untuk
menebus Suhail bin Amir. Suhail dikenal suka menjelek-
jelekkan Rasulullah ‫ﷺ‬. Begitu mengetahui
Suhail akan dibebaskan Umar Bin Khattab menjadi sangat
geram.
Ia mendatangi Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,
"Rasulullah ijinkan saya mencabut 2 gigi seri Suhail
bin Amir supaya lidahnya tidak terjulur keluar dan
tidak lagi berpidato mencercamu di mana-mana."
Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab permintaan Umar
itu dengan kata-kata yang sangat agung,
"Aku tidak akan memperlakukannya secara kejam, supaya
Allah tidak memperlakukan aku demikian, Sekali pun aku
seorang nabi.
Hindun
Seberapa pun kuatnya orang-orang Quraisy menutupi
kesedihannya, luka yang dalam itu tidak terbendung
juga. Para wanita Quraisy selama sebulan penuh
menangisi mayat-mayat para pejuang mereka. Mereka
menggunting rambutnya sendiri, lalu membawa kuda dan
unta orang yang sudah mati. Setelah itu mereka
menangis sambil mengelilinginya.
Hampir semua wanita yang kehilangan kerabatnya berlaku
demikian, kecuali Hindun binti utbah, Istri Abu
Sufyan.
Ketiga orang yang mati dalam duel sebelum pertempuran
adalah orang-orang terdekat yang sangat disayangi
Hindun. Utbah bin Rabiah adalah ayahnya, Syaibah bin
Rabiah adalah pamannya, dan Walid Bin Utbah adalah
kakaknya.
Belum lagi beberapa keluarganya yang lain yang juga
mati dalam pertempuran. Bisa dikatakan di antara
wanita Quraisy Hindunlah yang paling banyak kehilangan
sehingga pantaslah jika ia menunjukkan duka cita lebih
banyak dibanding yang lain.
Melihat Hindun tidak menangis, para wanita Quraisy
keheranan. Beberapa dari mereka mendatangi Hindun
sambil bertanya,
"Kau tidak menangisi ayahmu, saudaramu, pamanmu, dan
keluargamu yang lain?"
Hindun berpaling dan menatap kawan-kawannya dengan
tajam. Para wanita itu terkejut mengetahui bahwa bukan
air mata yang mereka lihat di mata Hindun, melainkan
api dendam yang berkobar-kobar.
Hindun menjawab dengan kata-kata keras,
"Aku menangisi mereka supaya nanti didengar oleh
Muhammad dan teman-temannya sehingga mereka bisa
menyoraki kita, begitu? Dan supaya wanita-wanita
Khazraj juga bisa menyoraki kita? Tidak! Aku harus
menuntut balas kepada Muhammad dan teman-temannya!
Haram bagi kita memakai minyak wangi sebelum kita
dapat memerangi Muhammad."
"Sungguh kalau aku dapat mengetahui bahwa kesedihan
dapat hilang dari hatiku, tentu aku menangis. Tetapi
kesedihan ini baru akan hilang, kalau mayat orang yang
telah membunuh orang-orang yang kucinta itu sudah
kulihat dengan mata kepalaku sendiri!"
Setelah itu, Hindun benar-benar menjalankan sumpahnya.
Ia tidak memakai minyak wangi atau mendekati suaminya.
Ia terus dan terus membakar semangat dendam orang-
orang Quraisy sampai kemudian tiba saat Perang Uhud.
Abu Sufyan sendiri bersumpah
tidak akan mencuci kepala dengan air sebelum ia
memerangi kembali Rasulullah.
Kisah Menantu Rasulullah
Salah seorang tawanan perang Badar adalah Abul Ash bin
Rabi Ia adalah menantu Rasulullah. Karena ia menikahi
Putri beliau Zainab, untuk menebus suaminya, Zainab
mengirimkan Seuntai kalung peninggalan ibunya kepada
Rosulullah. Ketika melihat kalung milik Khadijah itu,
Rasulullah ‫ ﷺ‬amat terharu, air mata pun
menetes di pipi beliau.
Melihat duka Rasulullah ‫ﷺ‬, para sahabat
setuju untuk membebaskan Abul Ash bin Rabi tanpa harus
membayar tebusan. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengembalikan
kalung Khadijah kepada Abul Ash dan meminta agar Abul
Ash menceraikan Zainab.
Menurut hukum Islam, seorang wanita Mukmin memang
tidak boleh menikahi laki-laki kafir. Abul Ash
menyetujui permintaan itu.
-Bersambung-
28/09/21 13.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian83
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Ketika kembali ke Mekkah, keluarganya berkata,
"Biarlah engkau menceraikan istri mu itu, dan kami
akan mencarikan bagimu gadis yang jauh lebih cantik
daripada nya".
Namun Abul Ash amat mencintai Zainab sehingga ia
berkata,
"Di Suku Quraisy tidak ada gadis yang dapat menandingi
istriku,"
Walau dihalang-halangi orang Quraisy, Abul Ash
melepaskan Zainab ke Madinah. Di tengah jalan beberapa
orang Quraisy mengganggu unta Zainab sehingga putri
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang sedang hamil itu jatuh.
Ketika itulah Zainab mengalami keguguran kandungannya.
Beberapa waktu kemudian, Abul Ash pergi membawa
barang-barang dagangan Quraisy, namun saat tiba di
dekat Madinah, sebuah pasukan patroli muslim
memergokinya. Mereka pun menyita semua barang bawaan.
Abul Ash diam-diam berlindung dalam gelapnya malam.
Abul Ash masuk ke Madinah dan meminta perlindungan
kepada Zaenab. Zainab pun melindunginya.
Mengetahui hal itu kaum muslimin mengembalikan barang-
barang dagangan yang dibawa Abul Ash, dia pun segera
pulang ke Mekah dan mengembalikan semua barang itu,
kemudian berkata,
"Masyarakat Quraisy! Masih adakah dari kamu yang belum
mengambil barangnya?"
"Tidak ada," jawab mereka.
"Engkau ternyata orang jujur dan murah hati."
Ketika itu Abul Ash pun masuk Islam dan kembali ke
Madinah. Dengan bahagia Rasulullah ‫ﷺ‬
mengembalikan Zainab kepada Abul Ash sebagai seorang
istri.
*Al Qur'an Berbicara Seputar Peperangan*
Berkenaan dengan peperangan tersebut turunlah surat Al
Anfal. Surat ini merupakan "komentar Ilahi" terhadap
peperangan tersebut. Komentar tersebut sangat berbeda
dengan komentar-komentar yang dikemukakan oleh para
raja dan panglima perang setelah meraih kemenangan.
Pertama, Allah mengalihkan pandangan kaum muslimin
untuk melihat segala kekurangan akhlak yang masih ada
pada diri mereka dan sebagainya, agar mereka berupaya
untuk menyempurnakan jiwa mereka dan membersihkannya
dari kekurangan kekurangan tersebut.
Kemudian, Allah memuji segala hal yang ada dalam
kemenangan tersebut berupa Pertolongan Allah secara
ghaib kepada kaum muslimin. Hal itu dikemukakan kepada
mereka agar mereka tidak terpedaya dengan keberanian
mereka, sehingga jiwa mereka menjadi sombong. Bahkan
agar mereka bertawakkal kepada Allah, menaati-Nya dan
menaati Rasulullah ‫ﷺ‬.
Kemudian, Dia menjelaskan tujuan mulia yang melandasi
Rasulullah ‫ ﷺ‬terjun dalam peperangan berdarah
tersebut, dan menunjukkan kepada mereka sifat-sifat
dan akhlak yang dapat menyebabkan kemenangan dalam
peperangan.
Kemudian, berbicara kepada kaum musyrikin, orang-orang
munafik, orang-orang Yahudi, dan para tawanan perang.
Dia menasehati mereka secara baik, dan membimbing
mereka untuk tunduk kepada kebenaran. Selanjutnya,
berbicara kepada kaum muslimin seputar masalah
perampasan barang dan menetapkan prinsip-prinsip
masalah tersebut kepada mereka.
Setelah itu Dia menjelaskan dan menetapkan undang-
undang peperangan dan perdamaian yang sangat mereka
butuhkan setelah dakwah Islam memasuki fase tersebut,
sehingga peperangan kaum muslimin berbeda dengan
peperangan orang-orang jahiliyah. Kaum muslimin
memiliki kelebihan dalam hal akhlak dan nilai dan
menegaskan kepada dunia bahwa Islam bukan sekedar
teori namun juga mendidik penganutnya secara praktis
di atas asas dan prinsip yang diserukan oleh-Nya.
Kemudian menetapkan beberapa ketentuan dari undang-
undang negara Islam yang menjelaskan tentang perbedaan
antara kaum muslimin yang tinggal di dalam batas
negara Islam dan kaum muslimin yang tinggal di luar
batas negara Islam.
Pada tahun kedua Hijriah diwajibkan *Shaum Ramadhan*,
diwajibkan *zakat fitrah* dan dijelaskan nisab-nisab
zakat yang lain. Diwajibkannya zakat fitrah, serta
meringankan beban yang dipikul oleh sejumlah besar
kaum Muhajirin, karena mereka adalah kaum fuqara yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di antara peristiwa yang terindah adalah *hari raya
pertama* bagi kaum muslimin jatuh pada bulan Syawal
tahun kedua Hijriyah setelah meraih kemenangan dalam
Perang Badar.
Alangkah indah
nya hari raya yang membahagiakan itu, yang Allah
berikan kepada mereka setelah mereka meraih kemenangan
dan kemuliaan. Alangkah indahnya pemandangan sholat
Ied yang mereka lakukan setelah mereka keluar dari
rumah-rumah mereka sambil mengumandangkan takbir,
tauhid, dan Tahmid. Hati mereka penuh dengan harapan
kepada Allah rindu kepada rahmat dan keridhaan-Nya.
Setelah Allah berikan berbagai nikmat kepada mereka
dan didukung dengan pertolongan-Nya. Hal itu
diingatkan kepada mereka dengan firman-Nya: Quran
surat
Al-Anfal (‫ )األنفال‬/ 8:26
‫ص ِرہٖ َو‬ ۡ ‫ض َت َخافُ ۡونَ اَ ۡن َّی َت َخ َّط َفکُ ُم ال َّناسُ َف ٰا ٰوىکُمۡ َو اَیَّدَ ُکمۡ ِب َن‬ ۡ ‫َو ۡاذ ُکر ُۡۤوا ا ِۡذ اَ ۡن ُتمۡ َقل ِۡی ٌل م ُّۡس َت‬
ِ ‫ضعَ فُ ۡونَ فِی ااۡل َ ۡر‬
ۡ
َ‫ت لَعَ لَّکُمۡ َتشکُر ُۡون‬ َّ
ِ ‫رَ َز َقکُمۡ مِّنَ الطی ِّٰب‬
"Dan ingatlah para Muhajirin ketika kamu masih
berjumlah sedikit lagi tertindas di muka bumi (Mekah)
kamu takut orang-orang Mekah akan menculik kamu maka
Allah memberikan kamu tempat menetap (Madinah),
mendukung kamu dengan pertolongan-Nya dan memberi
rizki kamu dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.
_Bersambung_
28/09/21 13.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian84
‫آل مُحَ مد‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
*Berbagai Operasi Militer Antara Badar dan Uhud*
Perang Badar merupakan awal pertarungan bersenjata
antara kaum muslimin dan kaum musyrikin, dan merupakan
peperangan yang menentukan, kaum muslimin memperoleh
kemenangan besar yang diakui oleh seluruh orang Arab.
Orang yang menyesali akibat perang tersebut adalah
mereka yang secara langsung memperoleh kerugian berat,
yaitu kaum musyrikin atau orang-orang yang memandang
kemuliaan dan kemenangan kaum muslimin merupakan
pukulan telak terhadap eksistensi keagamaan dan
perekonomian mereka yaitu kaum Yahudi.
Sejak kaum muslimin meraih kemenangan dalam Perang
Badar dua kelompok tersebut menyimpan amarah terhadap
kaum muslimin.
‫جدَ نَّ أَ ْقرَ َب ُه ْم م ََو َّد ًة لِلَّذِينَ آ َم ُنوا الَّذِينَ َقالُوا إِ َّنا‬
ِ ‫اس عَ دَ َاو ًة لِلَّذِينَ آ َم ُنوا ْال َيهُودَ َوالَّذِينَ أَ ْشرَ ُكوا ۖ َولَ َت‬ ِ ‫جدَ نَّ أَ َش َّد ال َّن‬
ِ ‫لَ َت‬
ْ ‫اَل‬ َّ َ ً ْ َ
َ‫َنصَ ارَ ٰى ۚ ذلِكَ ِبأنَّ ِمن ُه ْم قِسِّيسِ ينَ َورُهْ بَانا َوأن ُه ْم َيسْ َتك ِبرُون‬ َ ٰ
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah
orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan
sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: Sesungguhnya kami ini orang
Nasrani. Yang demikian itu disebabkan karena di antara
mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-
pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya
mereka tidak menyombongkan diri.
Surah Al-Ma'idah (5:82)
Di Madinah terdapat para pendukung dua kelompok
tersebut, dan mereka berpura-pura masuk Islam tatkala
tidak ada tempat lagi untuk meraih kewibawaan mereka.
Mereka adalah Abdullah bin Ubay dan teman-temannya,
kelompok ketiga ini lebih besar lagi kemarahannya
daripada dua kelompok di atas.
Di samping itu terdapat kelompok keempat, mereka
adalah orang-orang Baduy yang tinggal di sekitar
Madinah. Masalah kekufuran dan keimaman mereka
tidaklah menjadi perhatian bagi mereka, tetapi mereka
adalah para perampok dan perampas. Mereka mulai
goncang karena kemenangan yang diraih kaum muslimin.
Mereka khawatir akan tegak di Madinah suatu negara
yang kuat, yang akan menghalangi mereka untuk meraih
kesuksesan atau kekuatan melalui perampokan dan
perampasan. Sehingga mereka pun membenci kaum muslimin
dan menjadi musuh mereka.
*Perang Bani Sulaim*
Berita pertama yang disampaikan oleh utusan dari
Madinah kepada Nabi ‫ ﷺ‬setelah Perang Badar
adalah Bani Sulaim. Bani Sulaim ini berasal dari
kabilah Ghathafan. Mereka menggalang kekuatannya untuk
menyerang Madinah.
Nabi ‫ ﷺ‬dengan pasukan kavaleri yang
berkekuatan 200 personel mendatangi kabilah tersebut
di perkampungannya. Sesampainya beliau di wilayah
mereka di daerah al-Kudr, Bani Sulaim melarikan diri
dan meninggalkan 500 ekor unta. Mereka meninggalkan
untanya di suatu lembah yang dikuasai oleh pasukan
Madinah.
Unta-unta tersebut diambil seperlimanya oleh
Rasulullah ‫ ﷺ‬. Rasulullah membagikan unta-unta
tersebut kepada para sahabatnya. Setiap orang
mempunyai dua ekor onta.
Beliau juga mendapatkan seorang budak yang bernama
Yasar yang kemudian dibebaskan.
Di perkampungan Bani Sulaim tersebut Nabi ‫ﷺ‬
tinggal selama tiga hari. Kemudian beliau kembali ke
Madinah.
Peperangan tersebut terjadi pada bulan Syawal tahun
kedua Hijriyah 7 hari setelah pulang dari Perang
Badar. Dalam peperangan tersebut Nabi ‫ﷺ‬
menyerahkan urusan Madinah kepada Siba' bin Arfatah.
*Persekongkolan untuk Membunuh Nabi Muhammad*
Kekalahan kaum musyrikin dalam Perang Badar
menimbulkan dampak yang mendalam. Kaum Quraisy di
Mekah menjadi marah dan mulai meluap-luap emosinya
terhadap Nabi Muhammad ‫ﷺ‬.
Ada dua orang tokoh Quraisy yang melakukan
persekongkolan untuk membunuh nabi Muhammad
‫ﷺ‬.
Tidak beberapa lama seusai Perang Badar, Umair bin
Wahab Al jami' dan Safwan Bin Umayyah duduk bersama di
sebuah batu. Umair adalah salah seorang *"Syaithan"*
Quraisy yang selalu menyakiti Nabi Muhammad ‫ﷺ‬
dan para sahabat beliau ketika masih berada di Mekkah.
Sedangkan anaknya yang bernama Wahab bin U
mair menjadi tawanan Badar. Umair menyebutkan para
tokoh korban perang Badar, lalu Sofwan berkata,
"Sesungguhnya setelah kematian mereka akan datang
kehidupan yang baik."
Umair berkata kepadanya,
"Sungguh, kamu benar. Demi Allah, seandainya aku
tidak mempunyai tanggungan hutang, dan tidak khawatir
terlantar setelah aku mati, pasti aku akan mendatangi
Muhammad dan membunuhnya. Aku mempunyai alasan yaitu
anakku yang menjadi tawanan mereka."
Safwan pun menjawab,
"Utangmu aku tanggung, aku yang akan melunasinya, dan
keluargamu
bersama keluargaku selama mereka masih hidup. Hal itu
tidak berat bagiku".
Umair kemudian berkata,
"Rahasiakanlah persoalan ini, Akan kulakukan,"
Selanjutnya Umair mengambil pedangnya, lalu dia
berangkat ke Madinah. Ketika sudah sampai di pintu
masjid dia menderumkan untanya. Terlihat olehnya Umar
Ibnul Khattab yang sedang berbincang-bincang dengan
beberapa orang dari kaum muslimin tentang kemenangan
perang Badr.
Maka Umar berkata,
"Ini musuh Allah."
"Umair tidaklah datang kecuali untuk maksud jahat."
Kemudian Umar masuk mendatangi Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬seraya berkata,
"Wahai nabi Allah, Umair musuh Allah telah datang
dengan menyandang pedangnya."
Nabi menjawab,
"Suruhlah masuk menemui aku."
Umar pun menemui Umair, dan sambil menarik tali pedang
Umair ia berkata kepada beberapa orang dari kaum
Anshor,
"Masuklah, temui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan duduklah di
sisi beliau, serta jagalah beliau dari orang jahat
ini, karena dia perlu diwaspadai."
_Bersambung_
30/09/21 06.07 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian85
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Umar kemudian membawa masuk Umair kepada Rasulullah
‫ﷺ‬.
Setelah melihatnya dan Umar memegang tali pedang yang
berada di lehernya, Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Lepaskanlah wahai Umar, dan mendekatlah hai Umair."
Umair kemudian mendekat dan berkata,
"Selamat pagi."
Nabi ‫ ﷺ‬menjawab,
"Allah telah memuliakan kami dengan suatu penghormatan
yang lebih baik dari penghormatanmu hai Umair, yaitu
dengan salam penghormatan penduduk surga."
Beliau kemudian bertanya,
"Hai Umair, ada keperluan apa kamu datang?"
Umair menjawab,
"Aku datang karena anakku menjadi tawananmu."
"Perlakukanlah ia secara baik."
Nabi ‫ ﷺ‬bertanya,
"Lalu untuk apa pedang yang ada di lehermu itu."
Umair menjawab,
"Semoga Allah memperburuk pedang tersebut. Apakah
pedang ini berguna bagi kami?"
Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Berkatalah secara jujur, kamu datang dalam rangka
apa?"
Umair menjawab,
"Aku tidaklah datang kecuali untuk keperluan
tersebut."
Nabi ‫ ﷺ‬berkata,
"Tidak, kamu dengan Safwan bin Umayyah telah duduk di
sebuah batu, dan kalian telah menyebut-nyebut tentang
para korban Perang Badar dari kaum Quraisy, kemudian
kamu berkata, "Seandainya aku tidak mempunyai
tanggungan hutang dan keluarga, aku akan keluar untuk
membunuh Muhammad." Kemudian Sofwan menanggung hutang
dan menjamin keluargamu dengan syarat kamu membunuhku.
Allah pasti menghalangi rencanamu itu."
Umair berkata,
"Saya bersaksi bahwa Engkau adalah Rasulullah wahai
Rasulullah, sebelumnya aku mendustakan berita-berita
langit yang Kau bawa kepada kami dan wahyu yang
diturunkan kepadaMu. Rencanaku ini tidak ada yang
mengetahui selain aku dan Sofwan, demi Allah aku
mengetahui tidak ada yang memberitahukan padaMu
kecuali Allah."
"Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan aku
kepada Islam dan membawa aku ke tempat ini kemudian
mengucapkan syahadat secara benar."
Rasulullah ‫ ﷺ‬lalu berkata
"Ajarilah saudara kalian ini tentang agama, ajarkan
Alquran kepadanya dan bebaskanlah tawanannya."
Adapun Sofwan mengatakan,
"Bergembiralah dengan suatu peristiwa yang datang
kepada kalian sekarang, pada hari-hari yang akan
melupakan kalian dari peristiwa Badar."
Dia bertanya tentang Umair kepada orang-orang yang
berpergian, sehingga salah seorang yang berpergian
memberitahukan kepadanya tentang keislaman Umair.
Sofwan bersumpah untuk tidak berbicara kepadanya
selamanya, dan tidak akan memberikan suatu manfaat
kepadanya selamanya.
Umair kembali ke Mekah dan tinggal di sana menyerukan
Islam. Kemudian banyak orang yang masuk Islam melalui
dakwahnya.
*Perang Bani Qainuqa*
Pada perjanjian yang lalu yang diadakan oleh
Rasulullah dengan orang-orang Yahudi, telah disebutkan
bahwa beliau dan kaum muslimin sudah berusaha untuk
melaksanakan isi perjanjian tersebut.
Tetapi sebaliknya orang-orang Yahudi tak ada seorang
pun yang mematuhi isi perjanjian. Mereka selalu
melakukan penghianatan sehingga meresahkan kaum
muslimin.
Ibnu Ishaq berkata Syas bin Qais seorang tokoh Yahudi
yang sangat kufur dan sangat membenci serta dengki
kepada kaum muslimin melewati beberapa orang sahabat
Rasulullah ‫ ﷺ‬dari kabilah Aus dan Khazraj
yang berada dalam suatu majelis yang telah menyatukan
mereka.
Mereka sedang berbincang-bincang di dalam majelis
tersebut. Melihat persatuan dan hubungan baik sesama
mereka di atas dasar Islam, telah membangkitkan
kemarahan Syas bin Qais. Dia berkata dalam hati,
"Para tokoh telah bersatu di negeri ini. Demi Allah,
saya tidak akan bersama mereka Apabila para tokoh
mereka bersatu di negeri ini karena suatu ketetapan".
Ia kemudian menyuruh seorang pemuda Yahudi yang ikut
bersamanya untuk mendatangi mereka dengan mengatakan,
"Datanglah kepada mereka dan duduklah bersama mereka,
kemudian Ingatkan akan peristiwa Bu'ats dan peristiwa-
peristiwa sebelumnya, dan alunkan kepada mereka
beberapa syair yang berisi tentang pertengkaran
mereka."
Pemuda Yahudi itu pun melakukannya, maka kaum muslimin
ketika itu menjadi bertengkar sampai dua orang dari
dua kabilah itu melompat ke atas suatu kendaraan lalu
terjadi pe
rang mulut. Dua kelompok tersebut menjadi marah
semuanya dan berkata,
"Telah kami lakukan janji kalian yang menyakitkan."
"Senjata, senjata."
Mereka lalu keluar mendatangi lawannya dan hampir
terjadi peperangan.
Peristiwa tersebut sampai kepada Rasulullah ‫ﷺ‬
lalu Beliau bersama para sahabat mendatangi mereka
seraya mengatakan,
"Wahai kaum muslimin, ingat Allah, Allah! Apakah
kalian menyerahkan seruan jahiliyah sementara aku
masih di tengah-tengah kalian, setelah Allah
menunjukkan kalian kepada Islam dan memuliakan kalian
dengannya, memutuskan kalian dari perkara jahiliyah,
menyelamatkan kalian dari kekufuran dan menyatukan
hati kalian?"
Mendengar itu semua, akhirnya kaum muslimin pun sadar
bahwa apa yang terjadi itu merupakan tipu daya setan
dari musuh mereka.
_Bersambung_
30/09/21 06.07 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian86
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Mereka kemudian menangis dan saling berangkulan antara
kaum Aus dan kaum Khazraj, kemudian meninggalkan
tempat bersama Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan penuh
ketaatan. Allah telah memadamkan dari mereka tipu daya
musuh Allah, Ibnu Qais.
Itulah, apa yang dilakukan dan diupayakan oleh Yahudi
untuk menimbulkan keresahan dan permusuhan di tengah-
tengah kaum muslim, dan menghalangi jalan dakwah
islam. Dalam hal ini mereka memiliki berbagai program.
Mereka menebarkan berbagai isu, beriman pada pagi hari
dan kufur di sore harinya, untuk menanamkan benih-
benih keraguan di dalam hati kaum yang lemah.
Mereka mempersempit jalan-jalan kehidupan terhadap
orang yang memiliki hubungan keuangan dengan mereka.
Apabila mereka mempunyai tanggungan hutang kepada
orang mukmin dan tidak dapat melunasinya mereka
mengatakan sesungguhnya hutangku kepadamu hanya
kubayar ketika kamu masih berada di atas agama nenek
moyangmu, apabila kamu telah keluar dari agama nenek
moyangmu tidak akan kubayar lagi.
Mereka melakukan itu sebelum Perang Uhud sekali pun
mereka terikat perjanjian dengan Rasulullah
‫ﷺ‬. Rasulullah dan para sahabat tetap bersabar
atas hal itu semua, agar mereka mau sadar, di samping
untuk mewujudkan keamanan di dalam negeri.
Tetapi, mereka tidak melihat bahwa Allah telah
menolong orang-orang yang beriman di medan Badar dan
mereka telah memiliki kekuatan dan kewibawaan orang-
orang yang jauh maupun yang dekat. Maka mereka
menyatakan kejahatan dan permusuhannya secara terang-
terangan.
Orang Yahudi yang paling dengki dan paling jahat
adalah saat Kaab bin Asyraf, sebagaimana halnya Bani
Qainuqa merupakan kelompok yang paling jahat di antara
ketiga kelompok Yahudi. Bani Qainuqa tinggal di dalam
Madinah. Profesi mereka adalah tukang sepuh dan
pembuat bejana. Dengan profesi tersebut setiap orang
dari mereka memiliki alat-alat perang. Jumlah prajurit
mereka adalah 700 orang. Mereka adalah Yahudi Madinah
yang paling berani dan Yahudi pertama yang melanggar
perjanjian.
Ketika Allah memberikan kemenangan kepada kaum
muslimin di Badar, ulah mereka semakin brutal. Mereka
membangkitkan keributan dengan mencela dan mengganggu
setiap muslim yang mendatangi pasar mereka, sampai
mereka berani mengganggu para wanita kaum muslimin.
Tatkala kejahatan mereka sudah memuncak, Rasulullah
‫ ﷺ‬mengumpulkan mereka, menasehati mereka, dan
mengajak mereka kepada kebenaran. Tetapi kejahatan dan
kesombongan mereka semakin menjadi.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan dari jalur Ibnu Abbas
‫ رضي هللا عنه‬berkata,
"Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menundukkan
orang-orang Quraisy dalam Perang Badar, beliau
mengumpulkan orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa
dan berkata,
"Wahai orang-orang Yahudi, masuklah kedalam Islam
sebelum kalian ditimpa oleh apa yang telah menimpa
kaum Quraisy."
Mereka mengatakan,
"Hai Muhammad, Janganlah Engkau membanggakan
kemenangan terhadap kaum Quraisy mereka itu tidak
mengerti ilmu peperangan. Seandainya kami yang Engkau
hadapi dalam peperangan niscaya Engkau akan mengetahui
siapa sebenarnya kami. Kemudian Allah ‫ َتعَ الَى‬menurunkan
ayat
‫قُ ْل لِلَّذِينَ َك َفرُوا سَ ُت ْغلَبُونَ َو ُتحْ َشرُونَ إِلَ ٰى جَ َه َّن َم ۚ َو ِب ْئسَ ْال ِمهَا ُد‬
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kamu pasti
akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke
dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-
buruknya.
Surah Ali 'Imran (3:12)
ْ ُ
ِ ‫م م ِْثلَ ٰي ِْه ْم رَ أيَ ْالعَ ي‬3ْ ‫يل هَّللا ِ َوأ ْخرَ ٰى َكافِرَ ةٌ يَرَ ْو َن ُه‬
‫ْن ۚ َوهَّللا ُ ي َُؤ ِّي ُد‬ ِ ‫ْن ْال َت َق َتا ۖ فِ َئ ٌة ُت َقا ِت ُل فِي‬
ِ ‫سَب‬ ِ ‫َق ْد َكانَ لَ ُك ْم آي ٌَة فِي فِ َئ َتي‬
َ ‫أْل‬ ُ
‫ار‬ِ َ‫ِب َنصْ ِر ِه َمنْ َي َشا ُء ۗ إِنَّ فِي َذلِكَ لَ ِع ْبرَ ًة أِل ولِي ا ْبص‬
Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua
golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan
berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain
kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan)
orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-
Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai ma
ta hati.
Surah Ali 'Imran (3:13)
Makna jawaban dari Bani Qainuqa itu merupakan
pernyataan terbuka untuk berperang, tetapi Nabi
‫ ﷺ‬menahan amarahnya dan bersabar, demikian
pula kaum muslimin. Mereka menunggu sampai orang-orang
Yahudi berbuat kejahatan melampau batas.
Orang-orang Yahudi dari Bani Bani Qainuqa bertambah
berani. Tidak lama kemudian mereka berbuat kerusuhan
di Madinah. Mereka berusaha untuk membinasakan kaum
Muslimin dan menutup celah-celah kehidupan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dari Abu Aun bahwasanya
seorang wanita Arab datang ke pasar Bani Qainuqa untuk
menjual barang dagangannya. Dia mendatangi tukang
sepuh dan duduk di sana. Tiba-tiba beberapa orang
Yahudi menginginkan wanita itu untuk membuka penutup
mukanya. Tetapi wanita itu menolak. Tanpa diketahui
oleh wanita itu secara diam-diam tukang sepuh itu
menyangkutkan ujung pakaian yang menutup seluruh tubuh
wanita Arab itu pada bagian punggungnya. Ketika wanita
itu berdiri terbukalah aurat bagian belakangnya.
Orang-orang Yahudi yang melihatnya tertawa terbahak-
bahak. Wanita itu kemudian berteriak meminta
pertolongan. Mendengar teriakan itu salah seorang dari
kaum Muslimin menyerang tukang sepuh Yahudi itu dan
membunuhnya.
Orang-orang Yahudi yang berada di tempat itu kemudian
mengeroyoknya dan membunuhnya. Peristiwa itulah yang
menyebabkan terjadinya peperangan antara kaum muslimin
dan orang-orang Yahudi dari Bani Qainuqa.
Melihat peristiwa biadab yang dilakukan oleh orang-
orang Yahudi dari Bani Qainuqa, Rasulullah hilang
kesabaran. Beliau menyerahkan urusan Madinah kepada
Abu Lubabah bin Abdul Mundzir, menyerahkan bendera
kaum muslimin kepada Hamzah bin Abdul Mutholib, dan
bersama tentara Allah beliau berangkat menuju Bani
Qainuqa.
Ketika Yahudi dari Bani Qainuqa melihatnya, mereka
segera berlindung di dalam benteng benteng mereka.
_Bersambung_
30/09/21 12.59 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian87
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Kemudian kaum muslimin mengepung mereka dengan ketat
yaitu pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawal tahun
kedua Hijrah.
Pengepungan itu berlangsung selama 15 hari sampai awal
bulan Dzulqaidah. Allah timpakan rasa takut ke dalam
hati mereka.
Akhirnya mereka menyerah dan bersedia menerima
hukumannya yang akan diputuskan oleh Rasulullah
‫ ﷺ‬menyangkut budak, harta, istri, dan anak
keturunan mereka.
Ketika itu Bangkitlah Abdullah bin Ubay bin Salul
memainkan peran kemunafikannya. Dia mendesak
Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memaafkan mereka, dengan
mengatakan,
"Wahai Muhammad perlakukanlah para sahabatku itu
dengan baik". (Mereka adalah para sekutu kabilah
Khazraj yang salah seorang pemimpin nya adalah
Abdullah bin Ubay).
Permintaannya itu tidak ditanggapi oleh Rasulullah
‫ ﷺ‬. Abdullah bin Ubay mengulangi permintaannya
tetapi beliau berpaling darinya, sambil memasukkan
tangannya ke dalam baju besinya lalu berkata
kepadanya,
"Tinggalkan aku!" Beliau marah dan wajahnya tampak
berubah, lalu berkata lagi,
"Celakalah kau, tinggalkan aku!"
Tetapi sang munafik tersebut tetap saja pada
keinginannya dan berkata,
"Tidak, demi Allah aku tidak akan meninggalkan Engkau
sebelum Engkau memperlakukan para sahabatku itu dengan
baik."
"400 orang tanpa perisai dan 300 orang bersenjata
lengkap yang telah membelaku terhadap semua musuh-
musuhku itu, apakah Engkau habisi nyawanya dalam waktu
sehari? Demi Allah aku betul-betul menghawatirkan
terjadinya bencana itu."
Rasulullah ‫ ﷺ‬memperlakukan si munafik
tersebut yang baru sebulan menampakkan keislamannya
dengan memberikan perhatian kepadanya.
Dia serahkan orang-orang Yahudi itu kepadanya dengan
syarat mereka harus keluar dari Madinah dan tidak
boleh hidup berdekatan dengan kota Madinah.
Mereka pun keluar menuju daerah di sekitar Syam, dan
tidak lama kemudian sebagian besar dari mereka
meninggal dunia.
Rasulullah ‫ ﷺ‬menerima harta kekayaan mereka.
Dari harta tersebut beliau mengambil tiga keping uang,
dua baju besi, tiga pedang, tiga tombak, dan seperlima
ghanimah. Orang yang bertanggung jawab mengumpulkan
ghanimah adalah Muhammad bin Maslamah.
*Perang Sawiq*
Ketika Shafwan bin Umayyah, orang-orang Yahudi, dan
orang-orang munafik melakukan makar, Abu Sufyan
berfikir untuk melakukan suatu tindakan yang kecil
resikonya, tetapi jelas pengaruhnya.
Ia berupaya untuk segera melakukan tindakan untuk
memelihara kedudukan kaumnya, dan menunjukkan kekuatan
mereka.
Abu Sufyan bernazar tidak akan membasahi rambutnya
dengan air karena junub sebelum menyerang Muhammad.
Maka ia pun keluar membawa 200 tentara untuk memenuhi
nadzarnya.
Mereka tiba di suatu terusan yang menghadap ke gunung
Naib, dari Madinah sekitar satu barid atau 12 mil.
Tetapi ia tidak berani menyerang Madinah secara
terang-terangan.
Ia melakukan suatu tindakan seperti tindakan
pembajakan yaitu memasuki pinggiran Madinah secara
sembunyi-sembunyi di tengah-tengah kegelapan malam.
Dia mendatangi Huyai bin Al-Khattab dan meminta
dibukakan pintu, namun Huyai tak mau dan merasa
ketakutan. Kemudian ia mendatangi Salam bin Musykam,
pemimpin Bani Nadlir pada saat itu.
Setelah meminta izin ke Salam bin Musykam, Ia pun
diberi izin, diberi minum khamer dan memperoleh
informasi tentang keadaan kaum muslimin pada saat ini
darinya.
Kemudian pada malam itu juga Abu Sufyan keluar dan
menemui para sahabatnya, lalu mengutus satu pasukan
dari mereka dan menyerang suatu tempat di pinggiran
kota Madinah yang bernama Aridl.
Mereka menebang dan membakar beberapa pohon kurma dan
di sana mereka membunuh seorang lelaki Anshor dan
sekutunya yang sedang berada di kebun mereka. Setelah
itu mereka melarikan diri ke Mekah.
Peristiwa tersebut sampailah ke telinga Rasulullah
‫ﷺ‬. Lalu Beliau segera mengejar Abu Sufyan dan
kawan-kawannya.
Akan tetapi, mereka segera melarikan diri dengan
sangat cepat, mereka melemparkan bekal makanan mereka
yang berupa tepung (sawiq) dalam jumlah yang banyak
untuk memperingan beban dan agar dapat lari lebih
cepat lagi.
Rasulullah ‫ﷺ‬
pun sampai di Qarqaratul Kadar, kemudian kembali
pulang, dan kaum muslimin membawa tepung (sawiq) yang
dilemparkan oleh orang-orang kafir itu. Sehingga
peristiwa ini dinamakan dengan perang sawiq.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun
kedua Hijriyah dua bulan setelah peristiwa Badar.
Dalam perang ini Rasulullah menyerahkan urusan Madinah
kepada Abu Lubabah bin Abdul Mundzir.
_bersambung_
30/09/21 12.59 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian88
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Perang Dzi Amar*
Peperangan ini merupakan operasi militer terbesar yang
dipimpin Rasulullah ‫ ﷺ‬, sebelum Perang Badar.
Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun ketiga
Hijriah.
Faktor penyebabnya adalah intelijen Madinah
menyampaikan berita kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬,
bahwa ada sekelompok besar dari bani Tsa'labah dan
Maharib berkumpul untuk melancarkan serangan di
pinggiran Madinah. Maka Rasulullah ‫ﷺ‬
mendorong kaum muslimin untuk keluar berperang,
Kemudian keluarlah Beliau membawa 450 tentara yang
berkendaraan maupun yang berjalan kaki. Beliau
menyerahkan urusan Madinah kepada Utsman bin Affan.
Di tengah-tengah perjalanan, mereka menangkap
seseorang dari Bani Tsa'labah bernama Jabbar. Ia pun
dibawa kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬. Lalu Beliau
menyerukan Islam kepada-nya, dan ia pun masuk Islam.
Kemudian dibolehkan bergabung bersama Bilal dan
menjadi penunjuk jalan pasukan kaum muslimin menuju
daerah musuh.
Musuh bercerai-berai di puncak-puncak gunung, ketika
mendengar kedatangan pasukan kaum Muslimin. Nabi
‫ ﷺ‬bersama pasukannya sampai di tempat
berkumpulnya mereka, yaitu di Dzi Amar.
Di sana beliau tinggal selama sebulan penuh, Bulan
Safar tahun ketiga Hijriah, untuk menunjukkan kekuatan
kaum muslimin kepada orang-orang Arab Badui dan agar
mereka merasa takut. Setelah itu beliau kembali ke
Madinah.
*Pembunuhan Ka'ab Bin Al Asyraf*
Ka'ab bin Al Asyraf adalah seorang Yahudi yang paling
keras memusuhi Islam dan kaum muslimin, paling keras
gangguannya kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬dan menyerukan
untuk memerangi beliau.
Ka'ab bin Al Asyraf berasal dari kabilah Thai' dari
bani Nabhan dan ibunya dari bani Nadhir. Ia adalah
seorang yang kaya raya, di kalangan orang-orang,
terkenal dengan ketampanannya dan juga seorang
penyair.
Bentengnya terletak di sebelah tenggara Madinah di
belakang perkampungan Bani Nadhir.
Ketika pertama kali mendengar berita tentang
kemenangan kaum muslimin dan terbunuhnya para pemimpin
Quraisy di Badar ia berkata,
"Apakah berita ini benar? Mereka itu adalah para
pemimpin orang-orang Arab dan raja manusia. Demi
Allah, seandainya Muhammad dan para sahabatnya
berhasil menundukkan mereka, perut bumi ini sungguh
lebih baik daripada punggungnya."
Tatkala kebenaran berita tersebut sudah dapat
dipastikan, musuh Allah tersebut tergerak untuk
mencaci Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muslimin, memuji
musuh-musuh kaum Muslimin, dan membangkitkan mereka
untuk memusuhi kaum Muslimin.
Ia tidak puas dengan sekedar berbuat seperti itu,
sehingga ia pun mendatangi orang-orang Quraisy dan
singgah di tempat Al Muthalib Bin Abi Wada'ah ah
Sahmi. Di sana ia mengalunkan syair-syair ratapan para
korban Badar dari kaum musyrikin yang dimasukkan ke
dalam sebuah sumur badar.
Dengan demikian ia dapat membangkitkan kemarahan anak
cucu mereka dengan kedengkian mereka terhadap Nabi
‫ﷺ‬, serta mengajak mereka untuk memeranginya.
Ketika berada di Mekah, Ka'ab ditanya oleh Abu Sufyan
dan kaum musyrikin,
"Mana yang lebih engkau sukai, agama kami atau agama
Muhammad dan para sahabatnya? Dan manakah yang benar
jalan kami ataukah Muhammad dan para sahabatnya?
Ka'ab menjawab,
"Kalian lah yang lebih benar jalannya dan lebih baik.
Kemudian turunlah firman Allah ta'ala:
َ‫ت َو َيقُولُونَ لِلَّذِينَ َك َفرُوا ٰ َهؤُ اَل ِء أَهْ دَ ٰى مِن‬ َّ ‫ت َو‬
ِ ‫الطا ُغو‬ ِ ‫أَلَ ْم َترَ إِلَى الَّذِينَ أُو ُتوا َنصِ يبًا مِنَ ْال ِك َتا‬
ِ ‫ب ي ُْؤ ِم ُنونَ ِب ْال‬
ِ ‫ج ْب‬
‫سَبياًل‬
ِ ‫الذِينَ آ َم ُنوا‬ َّ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang
diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada
jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang
Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar
jalannya dari orang-orang yang beriman.
Surah An-Nisa' (4:51)
Kemudian Ka'ab kembali ke Madinah dalam keadaan
demikian. Di dalam syair-syairnya mulai berani merayu-
rayu istri-istri para sahabat dan menyakiti para
sahabat dengan kelancangan lidahnya yang keras.
Ketika itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬berkata,
"Siapakah yang bersedia membunuh Ka'ab bin Al Asyraf?
Sungguh ia telah menyakiti Allah dan Rasulnya"
Maka Muhamm
ad bin Maslamah bangkit dan mengatakan,
"Saya, wahai Rasulullah. Apakah Engkau suka apabila
saya membunuhnya?"
"Ya," jawab Beliau.
Muhammad bin Maslamah mengatakan,
"Ijinkan aku mengatakan sesuatu (kepadanya)."
"Katakanlah," sahut Beliau.
_bersambung_
01/10/21 16.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian89
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengizinkan Muhammad bin Maslamah
mengatakan apa saja yang ia ingin katakan kepada Ka'ab
bin Al Ashraf.
Muhammad bin Maslamah kemudian mendatangi Ka'ab bin Al
Ashraf dan mengatakan,
"Orang itu (yakni Muhammad ‫ ) ﷺ‬meminta
shodaqoh kepada kami. Dia sangat memberatkan kami."
Ka'ab berkata:
"Rupanya, engkau telah bosan kepadanya."
Muhammad bin Maslamah berkata,
"Kami telah mengikuti dia, dan kami tidak ingin
meninggalkannya sampai kami melihat sendiri bagaimana
akhir persoalannya nanti. Kami menginginkan engkau
bersedia memberi pinjaman kepada kami satu atau dua
wasaq (satu wasaq kurang lebih sama dengan 60
gantang)."
"Baiklah tetapi engkau harus memberikan barang jaminan
kepadaku," jawab Ka'ab.
Muhammad bin maslamah berkata,
"Jaminan apa yang kau inginkan?"
"Berikanlah istri-istri kalian kepadaku sebagai
jaminan," jawab Ka'ab.
Muhammad bin maslamah berkata,
"Bagaimana mungkin kami menyerahkan istri-istri kami
sementara engkau adalah orang yang paling tampan."
"Kalau begitu, Serahkanlah anak-anak kalian kepadaku,"
sahut Ka'ab.
Muhammad bin maslamah berkata,
"Bagaimana mungkin kami menyerahkan anak-anak kami
sebagai jaminan. Mereka akan mencela karena digadaikan
dengan satu atau dua wasaq. Ini adalah aib bagi kami.
Kami akan menyerahkan senjata saja kepadamu sebagai
barang jaminan."
Selanjutnya ia berjanji akan datang lagi kepada Ka'ab
Abu Na'ilah juga melakukan seperti apa yang dilakukan
oleh Muhammad bin maslamah. Dia mendatangi Ka'ab bin
Al Ashraf dan mengalunkan beberapa syair sejenak, lalu
berkata,
"Wahai Ibnul Ashraf aku datang kepadamu untuk suatu
keperluan. Aku akan mengatakannya hanya kepadamu,
tetapi rahasiakanlah."
Ka'ab menjawab, "Baik akan kurahasiakan."
Abu Nailah berkata, "Kedatangan orang itu (yakni
kedatangan Muhammad ‫ ﷺ‬di Madinah) membawa
bencana bagi kami. Kami dimusuhi oleh orang-orang
Arab, kami diisolasi, kami hidup serba susah, sehingga
kami dan keluarga harus bekerja membanting tulang."
Selanjutnya saling dialog seperti dialog antara Ka'ab
dan Muhammad bin maslamah.
Di sela-sela pembicaraannya itu, Abu Nailah
mengatakan,
"Sesungguhnya aku bersama para sahabatku yang
sependapat dengan aku. Aku ingin membawa mereka
kepadamu, lalu engkau memberi mereka yang berlaku baik
dalam hal tersebut."
Dalam dialog tersebut Muhammad bin Maslamah dan Abu
Naila telah berhasil mencapai apa yang diinginkannya.
Karena setelah dialog tersebut Ka'ab tidak mencurigai
senjata dan para sahabat yang mereka bawa.
Pada malam bulan purnama, malam ke 14 dari bulan
Rabiul awal tahun ke-3 Hijriyah, tim tersebut
berkumpul menghadap Rasulullah ‫ ﷺ‬, beliau
kemudian mengantar mereka sampai ke Baqi' Gharqad,
lalu mengarahkan mereka dengan mengatakan,
"Berangkatlah atas nama Allah. Ya Allah, tolonglah
mereka."
Setelah itu beliau pulang dan terus melakukan sholat
dan bermunajat kepada Rabbnya.
Tim itu pun tiba di benteng (tempat tinggal Ka'ab bin
Al Ashraf) Abu Na'ila kemudian memanggilnya, dan
Ka'ab pun bangkit untuk mendatangi mereka.
Istrinya berkata,
"Mau kemana pada saat seperti ini? Aku mendengar
seperti suara yang dapat meneteskan darah."
Ka'ab berkata,
"Ia adalah saudaraku, Muhammad bin Maslamah dan
saudara susuku Abu Na'ilah. Sesungguhnya orang yang
mulia itu apabila dipanggil untuk bertempur, pasti
bersedia menghadapinya."
Kemudian ia keluar menemui mereka dengan pakaian yang
harum semerbak.
Abu Na'ilah telah berkata kepada para sahabatnya,
"Apabila ia telah datang, aku akan membelai rambutnya
dan menciumnya. Dan apabila kalian melihat aku telah
dapat memegang kepalanya, renggutlah dan bunuhlah
dia."
Ka'ab pun datang menghampiri mereka dan berbicara
sejenak, kemudian Abu Na'ilah berkata,
"Wahai Ibnu Ashraf, bagaimana kalau kita berjalan
jalan di jalanan kampung untuk berbincang-bincang
menghabiskan malam-malam kita?"
"Baiklah jika kalian menghendaki," jawab Ka'ab bin
Asyrof.
Mereka kemudian keluar untuk berjalan-jalan, di tengah
perjalanan Abu Nailah berkata,
"Aku be
lum pernah melihat engkau seharum pada malam ini."
Kaab bangga mendengar pujian seperti itu, dan ia
berkata,
"Aku mempunyai parfum wanita-wanita Arab."
Abu Na'ilah berkata, "Bolehkah aku mencium kepalamu?"
"
"Boleh," jawab Kaab.
Abu Na'ilah kemudian membelai kepala rambut Ka'ab dan
menciumnya, demikian pula para sahabatnya.
Kemudian berjalan sejenak, lalu berkata,
"Bolehkah aku mengulanginya lagi?"
"Silahkan," jawab Kaab.
Abu Na'ilah pun membelai rambutnya, dan tatkala sudah
dapat memegangnya, ia berseru,
"Renggutlah musuh Allah ini!"
Seketika itu juga pedang-pedang mereka merenggutnya
tetapi tidak memberikan manfaat sedikit pun.
Lalu Muhammad bin maslamah mengambil sebilah pedang
dan dia letakkan di bagian bawah perut lalu dia tekan
sampai menembusnya.
Kaab pun terkapar dan mati seketika. Ketika itu Kaab
meraung keras sehingga dapat membuat ketakutan orang-
orang yang berada di sekitarnya. Tidak lama kemudian,
semua lampu dalam benteng dinyalakan.
_bersambung_
01/10/21 16.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian90
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
Tim itu kemudian kembali, Ketika itu Al Haris bin Aus
terkena ujung pedang sebagian sahabatnya sehingga
terluka dan mengucurkan darah.
Setelah tiba di Hurrotul Aridl, ternyata Al Haris
tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka kemudian
mencarinya, lalu mereka gotong.
Setelah tiba di Baqi' Gharqad, mereka bertakbir dan
takbir mereka didengar oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬.
Sehingga, beliau mengetahui bahwa mereka telah
berhasil membunuh Kaab, dan beliau kemudian bertakbir.
Setelah mereka sampai di hadapan beliau, beliau
berkata,
"Wajah kalian berseri-seri."
"Wajah Anda juga wahai Rasulullah." sahut mereka.
Mereka meletakkan kepala sang thaghut tersebut di
hadapan beliau, dan beliau memuji Allah atas
terbunuhnya sang Thoghut itu. Beliau kemudian
mengobati luka Al Haris dan sembuh seketika itu juga.
Setelah orang-orang Yahudi mengetahui kematian
pemimpinnya, Kaab bin Asyraf, mereka sangat ketakutan.
Mereka baru menyadari bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak
segan-segan untuk menggunakan kekuatan ketika nasehat
sudah tidak diindahkan lagi oleh orang-orang yang
ingin menghancurkan keamanan, menimbulkan keresahan,
dan tidak menghormati perjanjian.
Mereka tidak berani bertindak sesuka hati, Bahkan
mereka menunjukkan sikap seolah-olah mentaati
perjanjian. Mereka bersembunyi di benteng bagaikan
ular yang terburu-buru masuk ke dalam liangnya untuk
bersembunyi.
Demikianlah untuk sementara waktu Rasulullah
‫ ﷺ‬dapat mencurahkan seluruh perhatiannya dalam
menghadapi berbagai bahaya yang kemungkinan muncul di
luar Madinah. Beban kaum muslimin semakin berkurang,
sebagian besar masalah-masalah intern mereka telah
terselesaikan.
*Ekspedisi Zaid Ibnul Harits*
Ekspedisi ini merupakan operasi militer yang terakhir
dan paling berhasil yang dilakukan oleh kaum muslimin
sebelum Perang Uhud. Peristiwa ini terjadi pada bulan
Jumadil Akhir Tahun ketiga Hijrah.
Urutan peristiwa tersebut adalah kaum Quraisy selalu
dirundung kesedihan setelah terjadinya peristiwa
Badar. Ketika tiba musim panas dan musim dagang Islam
telah dekat, mereka dirundung kesedihan yang lain
yakni perniagaannya merasa terancam.
Safwan Bin Umayyah berkata kepada orang-orang Quraisy,
"Muhammad dan para sahabatnya telah merintangi
perniagaan kita. Kita tidak tahu apa yang harus kita
perbuat terhadap mereka, karena mereka tidak
membiarkan daerah pantai. Penduduk daerah pantai
berdamai dengan mereka, dan sebagian besar dari mereka
telah memeluk Islam. Kita tidak tahu cara
menanggulangi, apa yang dapat ditempuh kalau kita
tetap tinggal dirumah.
Modal kita akan habis dimakan, sementara penghidupan
kita di Mekkah tergantung pada perniagaan kita ke Syam
di musim panas dan ke Habasyah di musim dingin."
Terjadilah dialog sekitar topik tersebut. Al Aswad bin
Abdul Muthalib berkata kepada Sofwan,
"Tinggalkan jalan lewat daerah pantai, dan ambillah
jalan lewat Irak."
Jalan lewat Irak merupakan jalan yang panjang melewati
Najad sampai ke Syam, dan melewati sebelah timur
Madinah. Orang-orang Quraisy sangat tidak mengetahui
jalur tersebut, maka Al Aswad bin Abdul-Muththalib
menyarankan agar menjadikan Farat bin Hayyan dan Bani
Bakar bin Wa'il sebagai pemandunya, dan dia sendiri
adalah pemimpin dalam perjalanan tersebut.
Berangkatlah kafilah Quraisy dipimpin oleh Safwan bin
Umayyah lewat jalan baru. Namun berita tentang
keberangkatan kafilah ini telah sampai ke Madinah.
Sebab Khalid bin an-Nu'man telah masuk Islam. Dia
bertemu dengan Nu'aim Bin Masud Al Asyja'i (ketika itu
belum memeluk Islam) di sebuah tempat minum khamr
(ketika itu khamr belum diharamkan) Dalam kesempatan
tersebut Shalith bin Nu'man mendengar informasi dari
Nu'aim bin Mas' tentang perjalanan kafilah Quraisy.
Maka Salith bin Numan segera menghadap Nabi ‫ﷺ‬
menyampaikan informasi yang didengarnya.
Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menyiapkan pasukan yang
terdiri atas 100 personil lengkap dengan kendaraannya
di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah al Kilabi. Zaid
pun segera berangkat, dan di daerah Najad yakni di
Qordah, Zaid berhasil menyergap kafilah y
ang sedang lengah.
Zaid berhasil menguasai mereka, sedangkan Shafwan dan
para pengawalnya melarikan diri tanpa perlawanan.
Kaum muslimin menawan pemandu kafilah, yaitu Farrat
bin Hayyan. Dikatakan pula bahwa kaum muslimin juga
menangkap 2 orang yang lain. Mereka mengangkut bahan
ghanimah besar berupa perak dan barang-barang berharga
lainnya, yang diangkut oleh kafilah semua. Barang itu
nilainya sekitar 100.000.
Rasulullah ‫ ﷺ‬membagi-bagikan barang-barang
ghanimah tersebut kepada para personil ekspedisi itu,
setelah beliau ambil seperlimanya, Farrat bin Hayyan
akhirnya masuk Islam di hadapan Rasulullah ‫ ﷺ‬.
Peristiwa itu merupakan tragedi dan bencana besar bagi
orang-orang Quraisy, sehingga mereka semakin resah dan
bertambah sedih. Di hadapan mereka tidak ada jalan
kecuali dua pilihan:
~ Menghentikan kesombongan dan mengambil langkah
perdamaian dengan kaum muslimin
~ Menempuh langkah peperangan untuk mengembalikan
kewibawaan mereka dan melumpuhkan kekuatan kaum
muslimin.
Namun mereka memilih langkah yang kedua sehingga tekat
mereka semakin kuat untuk melakukan tindakan
pembalasan.
Mereka giat mengadakan persiapan guna menghadapi kaum
muslimin dengan kekuatan maksimal, semua itu,
merupakan penyebab terjadinya Perang Uhud.
Bersambung.
02/10/21 13.39 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#bagian91
ِ ‫اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى‬
‫آل مُحَ مد‬
*Abdullah Bin Ubay*
Semua keberhasilan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu membuat
hati Abdullah bin Ubay berubah semakin sesak karena
dengki.
"Jika ini dibiarkan, lenyap sudah impianku untuk
menjadi pemimpin Madinah lagi seperti dulu!" demikian
pikirnya.
"Aku harus mencari jalan untuk menjauhkan Muhammad
dari umatnya."
Abdullah bin Ubay mulai menyebarkan desas-desus,
"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi bagian harta
rampasan kepada Utsman bin Affan? Padahal, Utsman
tidak ikut ke Perang Badar! Ini pasti karena Utsman
lebih dicintai dari kita semua!"
"Namun para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬segera
mendatangi Abdullah bin Ubay dan memberinya peringatan
agar tidak menyebarkan desas-desus.
"Utsman sudah berkeras ingin pergi, tetapi Rasullullah
‫ ﷺ‬memerintahkan agar tinggal di rumah dan
merawat Rukayah, putrinya yang sedang sakit! Jadi,
sebenarnya Utsman juga berhak atas rampasan perang!"
demikian kata beberapa sahabat.
Abdullah bin Ubay terdiam, tetapi ia pun mencari
jalan lain. Kemudian disebarkannya desas-desus,
"Muhammad itu mengajarkan agar kita berpaling dari
harta dunia, tapi sebenarnya harta tebusan yang banyak
itu ia gunakan untuk makan dan minum enak serta
memiliki perabotan rumah yang mewah layaknya Kaisar
Persia!"
Sambil menebarkan desas desus itu Abdullah bin Ubay
diam-diam mendatangi seorang wanita Anshor dan
menyuruhnya memberikan permadani yang indah dan sangat
mahal kepada Aisyah.
Tanpa ada rasa curiga, Aisyah yang masih muda dan lugu
pun menerimanya dengan senang.
Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar berita ini,
beliau segera pulang dan menemui istrinya Aisyah yang
sedang duduk-duduk di atas permadani yang mahal itu.
Wajah Aisyah berseri-seri memiliki perabotan seindah
itu.
"Aisyah, apa ini?" tanya Rasulullah ‫ﷺ‬
"Seorang wanita Anshor datang ke sini dan melihat
tikarmu," jawab Aisyah.
"Ia kemudian mengutus orang agar menyampaikan
permadani ini kepadaku."
Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh Aisyah untuk
mengembalikan permadani itu. Kemudian beliau tidur di
atas tikarnya yang biasa kembali.
Abdullah bin Ubay walaupun telah menyatakan diri
sebagai Muslim dia tetap bersikap keras kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬, dan menganggap Rasulullah tidak
adil karena dianggap telah merampas kekuasaannya yang
dipegangnya sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke
Madinah.
Abdullah bin Ubay pun selalu berusaha memalingkan
manusia dari ajaran Islam.
*Tidur di atas Tikar*
Umar Bin Khattab bergegas mendatangi rumah Rasulullah
‫ﷺ‬. Ia ingin membuktikan bahwa desas-desus
yang disebarkan orang tentang Rasulullah ‫ﷺ‬
yang memiliki perabot mewah itu sama sekali tidak
benar.
Ketika Umar sampai di rumah Rasulullah ‫ﷺ‬,
sama sekali tidak dilihatnya perabot-perabot mewah
yang didesas-desuskan itu. Rumah Rasulullah ‫ﷺ‬
tetap seperti dulu, tidak ada sama sekali yang
berubah.
Mengetahui Umar Bin Khattab datang, Rasulullah
‫ ﷺ‬bangun dari atas tikarnya. Seketika itu,
Umar melihat bekas-bekas tikar yang kasar membekas
pada tubuh Rasulullah ‫ﷺ‬. Tidak kuat menahan
haru akhirnya Umar menangis.
Rasulullah ‫ ﷺ‬berpaling heran lalu beliau
bertanya lembut,
"Ya Umar, Apa yang menyebabkan engkau menangis?"
"Bagaimana aku tidak akan meneteskan air mata jika aku
melihat bekas-bekas tikar itu melekat pada tulang
rusukmu. Hanya inilah harta kekayaanmu yang aku tahu.
Sedangkan Kaisar Romawi dan Persia hidup dalam
gelimangan harta benda."
Rasulullah ‫ ﷺ‬merasakan betul kesedihan Umar.
Beliau lalu menghibur Umar dengan memberikan pelajaran
bahwa nilai seseorang tidaklah ditentukan oleh harta
kekayaan yang dimilikinya, tetapi tergantung pada
kemampuannya untuk menyebarkan kebahagiaan kepada
orang lain. Kebajikan akan membuat seseorang menjadi
kekal. Orang yang terus-menerus melakukan kebaikan,
akan menghasilkan buah kebaikan pula untuk selama-
lamanya.
Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬agar kita selalu bersyukur:
"Apabila di antara kamu sekalian melihat orang yang
dianugerahi harta dan rupa, maka hendaklah ia melihat
orang yang lebih rendah dari mereka, karena hal itu
lebih pantas agar kamu tidak merasa kekurangan nikmat
yang Allah berikan kepadamu.
Bersambung...
02/10/21 13.46 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

#Bagian 92

*Kesedihan Umar*

Setelah perang Badar, beberapa wanita menjadi janda


karena suaminya gugur. Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha
meringankan beban para wanita itu dengan memberikan
santunan dari hasil rampasan perang. Bagi wanita yang
masih muda, Rasulullah ‫ ﷺ‬berusaha menikahkan
mereka dengan sahabat lain yang mampu.

Hafshah putri Umar Bin Khattab, adalah salah seorang


wanita muda yang ditinggali suaminya yang telah
syahid. Umar tentu sangat sedih memikirkan nasib
putrinya. Maka, ia pun pergi menemui Utsman bin Affan
dan bertanya apakah Utsman bersedia menikahi Hafshah?
"Maaf, saya sedang tidak bersedia untuk menikah lagi."
demikian jawab Utsman.

Umar kemudian mendatangi Abu Bakar dan bertanya apakah


Abu Bakar bersedia menikahi Hafshah. Namun, Abu Bakar
diam saja. Dengan sedih, Umar Bin Khattab menemui
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengadukan nasib Hafshah
serta penolakan kedua sahabatnya itu.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum menghibur,


"Hafshah akan menikah dengan orang yang lebih baik
daripada Abu Bakar dan Utsman."

Umar Bin Khattab menatap Rasulullah tidak mengerti.


Siapakah yang lebih baik daripada Abu Bakar dan
Utsman?

Ternyata, Rasulullah sendiri yang melamar Hafshah.

Subhanallah, saat itu juga, perasaan Umar Bin Khattab


meluap dengan kegembiraan yang tidak terlukiskan. Di
tengah perjalanan pulang, ia bertemu Abu Bakar dan
menyampaikan berita gembira itu.

Abu Bakat berkata:


"Memang, Rasulullah sudah pernah membicarakan hal itu
kepadaku. Karena itu, aku tidak ingin membuka
rahasianya. Andaikata saja beliau tidak meminang
Hafshah, sudah tentu akulah yang akan memperistrinya,"
demikian jawab Abu Bakar.

Setelah Hafshah menjadi istri Rasulullah ‫ﷺ‬


maka saat itu Ibu kaum muslimin pun menjadi tiga
orang:

Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Rasulullah ‫ﷺ‬


menetap di tempat ketiganya secara bergantian.
Pada pagi hari, mereka semua berkumpul untuk mendengar
nasihat Rasulullah ‫ﷺ‬. Pada Sore harinya,
mereka kembali berkumpul dan menceritakan semua yang
mereka alami hari itu. Hal demikian menambah indah
suasana rumah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sejak saat itu Umar Bin Khattab dengan gencar


menganjurkan para sahabat yang lain agar mau menikahi
para janda syuhada.

Persiapan Perang Quraisy

Rasa geram dan gelisah terus menghantui perasaan


orang-orang Quraisy di Mekah sejak kekalahan Badar.
Akhirnya para pembesar mereka berkumpul di Darun
Nadwah.

"Kafilah dagang yang tersisa lebih baik kita jual!


Sebagian keuntungannya kita sisihkan untuk menyiapkan
Angkatan Perang agar kita bisa memukul Muhammad!"
demikianlah usul seorang pembesar.

Usul itu pun diterima dengan suara bulat.


Rapat-rapat perang terus diadakan. Ada yang
berpendapat supaya kaum wanita diajak ikut. "Biar kaum
wanita bertugas membakar kemarahan dan mengingatkan
kepada korbankorban Badar. Kita adalah masyarakat yang
sudah bertekad mati tidak akan pulang sebelum sempat
melihat mangsa kita atau kita sendiri mati untuk itu!"

"Saudara-saudara Quraisy," demikian sahut yang lain,


"melepaskan wanita-wanita kita ke hadapan musuh
bukanlah suatu pendapat yang baik,
Apabila kalian mengalami kekalahan wanita-wanita kita
pun akan tertawan."

Tiba-tiba Hindun bin Utbah Istri Abu Sufyan berteriak,

"Kamu yang selamat dari Perang Badar bisa kembali


bertemu istrimu, itu sebabnya kamu tidak berjuang
mati-matian. Ya kami kaum wanita akan berangkat dan
ikut menyaksikan peperangan. Jangan ada orang yang
menyerukan pulang seperti gadis-gadis kita dulu dalam
perjalanan ke Badar. Mereka disuruh pulang ketika
sudah sampai di Juhfah. Akibatnya orang-orang
kesayangan kita terbunuh karena tidak ada orang yang
dapat memberikan semangat kepada mereka!"

Demikianlah, akhirnya kaum wanita Quraisy diizinkan


ikut dalam peperangan. Maka Hindun memanggil Wahsyi
seorang budak hitam dari Habasyah. Wahsyi terkenal
sebagai pelempar tombak yang lihai.

"Kau akan kuberikan banyak harta jika berhasil


membunuh Hamzah," demikian kata Hindun.

Majikan Wahsyi Jubair bin Mut'im juga berkata,

"Kau juga akan ku bebaskan jika berhasil membunuh


Hamzah. Paman ku telah dibunuh orang itu dalam Perang
Badar."

Pasukan Quraisy Berangkat

Setelah semua persiapan matang, pasukan Quraisy pun


berangkat. Mereka terdiri atas 3000 orang dengan 3000
unta. 200 di antaranya menunggang kuda dan 700 orang
berbaju besi. Di barisan belakang para wanita Mekah
dan budak-budak perempuan yang cantik berjalan
mengiringi.
Mereka memakai perhiasan-perhiasan indah dengan
wewangian semerbak. Di tengahtengah barisan wanita
itu, berjalan Hindun binti Utbah dialah yang memegang
komando dari barisan wanita untuk menabuh rebana dan
menyanyi.

"Kalian tidak boleh mendekati kami wahai kaum laki-


laki," teriak Hindun. Sorot matanya memancarkan
kobaran api.

"Kami bersumpah bahwa kaum laki-laki tidak boleh


mendekati kami sebelum mereka menumpas Muhammad dengan
semua pasukannya sehingga kami dapat pulang sambil
menjinjing kepala Hamzah!"

*Bersambung..*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
‫ﷺ‬

#Bagian 93

*Semangat Quraisy*

Semangat membalas dendam menyala berkobar-kobar di


hati setiap tentara Quraisy. Apalagi, mereka ingin
memamerkan kemampuan tempur di hadapan bunga-bunga
Quraisy yang kini terus menyanyi mengorbankan
semangat. Genderang bertalu-talu dan wewangian nan
semerbak merebak. Belum pernah sebelumnya orang-orang
Quraisy berangkat perang dengan tekad sekuat ini.

Di depan, Abu Sufyan memegang komando. Dua pasukan


berkuda kavaleri yang dipimpin Khalid bin Walid dan
Iqlima Bin Abu Jahal mengawali Sisi kiri dan kanan.

Di dusun Abwa, beberapa prajurit Quraisy hampir saja


membongkar kuburan Aminah, ibunda Rasulullah
‫ﷺ‬. Untung para Pembesar Quraisy segera datang
dan melarang.

"Nanti mereka juga akan membongkar makam-makam kita,"


cegah pembesar itu.

Pasukan tersebut terus bergerak semakin dekat ke


Madinah, mereka sudah siap beraksi bagai angin puyuh
yang akan menerjang. Angin puyuh yang diliputi nyala
api kemarahan dan angan-angan kemenangan yang
memabukkan.
Mereka mendekati Madinah dari dataran tinggi. Di
tempat itu, gunung Uhud yang kasar menggunduk bagai
makhluk besar yang siap menerkam.

Kaum muslimin di Madinah pasti akan sangat terkejut,


jika mereka tidak mengetahui meningkatnya pasukan yang
jumlahnya tiga kali lebih banyak daripada pasukan yang
pernah mereka taklukan di Badar. Apakah kaum muslimin
mengetahui gerakan ini?
Jika mereka mengetahui, strategi apa yang akan
dilakukan Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Akankah beliau
memimpin kaum muslim bergerak menyongsong musuh atau
bertahan di Madinah?

Kaum Muslimin Bermusyawarah

Paman Rasulullah ‫ ﷺ‬, Abbas bin Abdul Muthalib


ikut dalam pasukan Quraisy itu. Ia memang masih
mencintai agama nenek moyangnya, tapi hatinya sudah
semakin kagum kepada keponakannya itu. Abbas ingat
ketika ia diperlakukan dengan baik sebagai tawanan
pada Perang Badar.
Karena itulah sebelum pasukan Quraisy berangkat, diam-
diam Abbas mengirimkan surat kepada seorang Bani
Ghifar untuk disampaikan kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Surat ini berisi berita pemberangkatan pasukan
Quraisy.

Seorang utusan Abbas memberitakan keberangkatan


Quraisy kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat
bermusyawarah.
Kita akan pergi ke luar kota atau menyongsong di dalam
kota. Abdullah bin Ubay mengatakan ingin bertahan di
dalam kota.
Musyawarah membuat semua orang jadi mengetahui
sepenuhnya bahaya dan kesulitan yang mereka hadapi.
Hal itu akan membuat anggota pasukan saling
mempercayai. Setiap orang akan menganggap dirinya
benar-benar bagian dari pasukan, sehingga mampu
berjuang saling bahu-membahu.

Keberanian Para Pemuda

Para sesepuh Anshor angkat bicara,

"Ya Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah. Jangan


pergi menghadapi musuh karena itu berarti musuh sudah
menang. Andaikata musuh yang datang menyerbu, kita
pasti yang menang. Biarkan saja mereka di sana
mengepung kita. Jika mereka memaksakan diri bertahan,
berarti mereka justru berada dalam keadaan merugikan
diri sendiri."

Sebetulnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar kaum


Muslimin menyepakati usul ini. Para sesepuh Anshor
yang telah berjuang mempertahankan kota selama puluhan
tahun tentu tahu benar bahwa mereka lebih baik
bertahan di dalam kota.
Namun tidak demikian halnya dengan para pemuda Muslim
yang semangatnya sedang menyala-nyala. Mereka terpukau
atas kemenangan 300 orang sahabat Rasulullah
‫ ﷺ‬menghadapi 1000 orang musuh pada Perang
Badar.

Sebenarnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬memang cenderung pada


pendapat para sesepuh Anshar itu. Akan tetapi, di
balik itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mengetahui bahwa
apabila mereka bertahan di dalam kota, sangat mungkin
akan terjadi penghianatan dari kaum munafik atau orang
Yahudi.

Tiba-tiba Bilal mengumandangkan adzan.


Rapat perang pun dihentikan dan Rasulullah ‫ﷺ‬
memimpin mereka melaksanakan shalat Jum'at. Khutbah
Rasulullah ‫ ﷺ‬kali itu berisi ajakan agar kaum
muslimin menabahkan hati untuk memperoleh kemenangan.
Kemudian dimintanya kaum muslimin bersiap menghadapi
musuh.

Setelah sholat Jumat, rapat dilanjutkan lagi, Saad bin


Khaitsama berkata,

"Semoga Allah memberikan kemenangan atau mati syahid.


Dalam perang Badar saya amat mendambakan mati syahid,
tapi ternyata meleset. Justru anak saya yang
mendapatkannya. Semalam, saya bermimpi bertemu dengan
anak saya dan dia berkata, "Ayah susullah kami dan
kita bertemu di dalam surga." Sudah saya dapatkan apa
yang dijanjikan Allah kepada saya."
"Ya Rosulullah, sungguh rindu saya akan menemui anak
saya di dalam surga. Saya sudah tua, tulang sudah
rapuh. Saya ingin bertemu Allah."

Kata-kata itu semakin menguatkan semangat kaum


Muslimin untuk menyongsong musuh ke luar kota.

"Saya khawatir kamu akan kalah jika pergi ke luar


kota," demikian Sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬.

Namun suara terbanyak kaum muslimin adalah agar mereka


menyongsong musuh. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun segera
mengetahui keputusan mana yang akan diambil.

Setiap pemuda tentulah tidak sama. Pemuda yang


berangan-angan memiliki mobil mewah uang yang banyak
dan hidup berfoya-foya dengan pemuda yang bertekat
buat dan kuat untuk mewujudkan kemenangan serta
kemuliaan Islam.

*Bersambung*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
‫ﷺ‬

#Bagian 94

Baju Perang Rasulullah

Selepas sholat Asar, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke


rumah untuk mempersiapkan diri. Abu Bakar dan Umar
membantu Rasulullah ‫ ﷺ‬mengenakan sorban,
pedang, dan baju besi. Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬di
rumah para sahabat di luar sedang ramai kaum muslimin
bertukar pikiran. Usaid bin Hudair dan Saad bin Muadz
adalah orang yang berpendapat bahwa lebih baik
bertahan di dalam kota.

Mereka pun berkata kepada kaum muslimin yang berniat


menyongsong musuh ke luar.

"Tuan-tuan mengetahui, Rasulullah ‫ﷺ‬


berpendapat mau bertahan dalam kota namun tuantuan
berpendapat lain lagi dan memaksa beliau bertempur ke
luar. Padahal lihatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬agak
enggan melaksanakan strategi itu. Serahkan sajalah
soal ini ke tangan Beliau. Apa yang diperintahkan-nya
kepadamu, jalankanlah!"

Mendengar kata-kata itu, sikap para pemuda yang ingin


menyongsong musuh pun melunak. Mereka sadar bahwa
mereka telah menentang pendapat Rasulullah ‫ﷺ‬,
padahal sangat mungkin pendapat Rasulullah ‫ﷺ‬
itu datang dari Allah. Maka ketika Rasulullah
‫ ﷺ‬telah keluar rumah sambil mengenakan baju
besi, mereka berkata,
"Rasulullah bukan maksud kami hendak menentang tuan.
Lakukanlah apa yang tuan kehendaki. Juga kami tidak
bermaksud memaksa tuan. Kami tahu bahwa kehendak tuan
mungkin berasal dari Allah SWT.

"Ke dalam pembicaraan semacam inilah saya ajak tuan-


tuan, tetapi tuan-tuan menolak," demikian jawab
Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Tidak layak bagi seorang nabi yang apabila sudah


mengenakan pakaian besinya lalu akan menanggalkannya
kembali sebelum Allah memberikan putusan antara
dirinya dan musuhnya. Perhatikanlah apa yang saya
perintahkan kepada kamu sekalian, kemudian ikuti. Atas
ketabahan hatimu, kemenangan akan berada di tanganmu."

Demikianlah, Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu memegang


keputusan hasil musyawarah, keputusan seperti itu
tidak dapat dibatalkan oleh keinginan-keinginan
tertentu. Keputusan hasil musyawarah harus
dilaksanakan dengan cara sebaik-baiknya.

Lalu berangkatlah kaum muslimin dipimpin oleh


Rasulullah ‫ ﷺ‬ke arah Uhud. Di suatu tempat
bernama Syaikhan dia berhenti. Dilihatnya dari
kejauhan di atas pasukan tentara yang belum dikenal,
siapakah mereka itu? lawan atau kawan?

Kaum Muslimin Berangkat

Seseorang kemudian memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬,


"Itu adalah orang-orang Yahudi sekutu Abdullah bin
Ubay."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam
melawan orang-orang musyrik sebelum mereka masuk
Islam."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan Yahudi itu


pulang ke Madinah. Sebelum pulang, orang-orang Yahudi
itu berkata kepada Abdullah bin Ubay,

"Kau sudah menasehati Muhammad dan Kau Berikan


pendapatmu berdasarkan pengalaman orang-orang tua
dahulu. Sebenarnya, dia sependapat denganmu lalu ia
menolak dan menuruti kehendak pemuda-pemuda yang
menjadi pengikutnya."

Abdullah bin Ubay senang sekali mendengar pendapat


itu.

"Memang betul," demikian pikir Abdullah bin Ubay, aku


sudah menasehati Muhammad dan dia tidak menurut, jadi
sudah sepantasnya jika aku tidak ikut dalam perang
ini.
Kemudian Abdullah bin Ubay mulai menghasut dan
menyebarkan desas-desus untuk membuat hati sebagian
orang menjadi ragu.

Keesokan harinya Abdullah bin Ubay berhasil


mempengaruhi 300 pengikutnya agar menarik diri dari
pasukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kembali ke Madinah
menyusul pasukan Yahudi.
Kini tinggal Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 700 orang
sahabat yang melanjutkan perjalanan ke gunung Uhud
untuk menyongsong musuh.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasihat


Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Saat itu pasukan muslimin sebenarnya sangat


membutuhkan kuda, tapi Abdullah bin Ubay telah
menggiring sebagian besar kuda dan dibawa pulang. Kini
mereka semakin dekat ke uhud.

Pagi-pagi sekali, sebelum musuh terbangun, pasukan


muslimin bergerak maju ke Uhud dan memotong jalan
sedemikian rupa, sehingga musuh berada di belakang
mereka. Dengan strategi itu pasukan muslimin lebih
dulu tiba di Gunung uhud sehingga bisa lebih leluasa
menempatkan pasukan.

"Bersabarlah, Bersabarlah," demikian nasehat


Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada para sahabat yang tetap
bersamanya.

Dalam Perang Badar pihak muslim hanya memiliki 3 ekor


kuda ini berarti satu kuda untuk setiap 100 orang
namun berkat usaha keras Nabi dalam waktu 7 tahun
pasukan muslim memiliki 10000 ekor kuda untuk setiap
30.000 tentara berarti satu kuda untuk setiap 3 orang.

Penempatan Pasukan Panah

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengatur barisan para


sahabat. Beliau menempatkan 50 pemanah di lereng
gunung, kepada mereka Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi
perintah,

"Lindungi kami dari belakang. Bertahanlah kamu, jangan


pernah meninggalkan tempat ini. Kalau kalian melihat
kami dapat menghancurkan mereka sehingga dapat
memasuki pertahanannya, kamu jangan meninggalkan
tempatmu. Jika kamu melihat kami yang diserang, jangan
pula kami dibantu, juga jangan kami dipertahankan.
Tugas kamu adalah menghujani pasukan berkuda mereka
dengan panah. Dengan serangan panah itu pasukan
berkuda tidak dapat maju."
Selain pasukan pemanah, Rasulullah ‫ﷺ‬
memerintahkan agar pasukan yang lain tidak menyerang
siapa pun, sebelum Beliau memberi perintah menyerang.

Pasukan Quraisy yang tiba belakangan, juga segera


menyusun barisan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin
Walid, sedangkan sayap kiri dikomando Ikrimah bin Abu
Jahal. Pasukan utama di tengah dipimpin oleh Abu
Sufyan dan benderanya dipegang oleh Abdul Uzza Talhah
bin Abi Talhah.

Wanita-wanita Quraisy yang memukul genderang dan


rebana berjalan di tengah-tengah barisan itu. Kadang
mereka di depan dan kadang di belakang. Hindun binti
Utbah Istri Abu Sufyan berteriak-teriak,

"Ayo Banu Abdul Dar, Ayo! ayo! Pengawal barisan


belakang! hantamlah dengan segala yang tajam!"

*Bersambung...*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
‫ﷺ‬

#Bagian 95

Kedua belah pihak kini sudah siap bertempur. Masing-


masing sudah menyiapkan seluruh kekuatan terbaiknya
kepada lawan.
Yang selalu teringat oleh orang-orang Quraisy adalah
peristiwa Badar dan korbankorbannya. Sementara itu
yang selalu teringat oleh kaum Muslimin adalah Allah
serta pertolongan-Nya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berpidato di hadapan pasukannya


dan memberi semangat dalam menghadapi pertempuran.
Beliau berjanji bahwa pasukannya akan mendapatkan
kemenangan, asalkan mereka tabah.

Beliau kemudian mencabut sebilah pedang,


mengacungkannya, dan bertanya,

"Siapa yang sanggup memegang pedang ini agar


diperlakukan sesuai dengan tugasnya?"

Beberapa orang tampil, tetapi pedang itu tidak pula


diberikan Rasulullah ‫ﷺ‬. Siapakah kiranya
pendekar muslim yang mendapatkan kehormatan untuk
menggunakan pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬tersebut?

Abu Dujanah

Kemudian tampillah Abu Dujanah Simak bin Kharasyah


dari Banu Sa'idah. Ia bertanya,

"Apa tugasnya, ya Rasulullah?"


"Tugasnya ialah menghantamkannya kepada musuh sampai
bengkok!" demikian jawab Rasulullah ‫ﷺ‬."

Ketika Abu Dujannah menyanggupi, Rasulullah ‫ﷺ‬


pun memberikan pedang itu kepadanya. Abu Dujanah
adalah laki-laki yang sangat berani. Ia mengeluarkan
pita merah, lalu temantemannya bergumam,

"Lihat Abu Dujanah telah mengeluarkan pita mautnya!"

Semua orang mengetahui bahwa Abu Dujanah sudah siap


bertempur apabila ia telah mengeluarkan pita merahnya
itu. Pita itu diikatkan di kepala, kemudian ia
berjalan dengan angkuh dan berlagak di tengah-tengah
pasukan seperti yang biasa ia lakukan apabila sudah
siap menghadapi pertempuran.

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat perilaku Abu Dujanah itu


kemudian bersabda,

"Cara berjalan seperti itu sangat dibenci Allah,


kecuali dalam pertempuran seperti ini."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan kepercayaan kepada


Mushab bin Umair untuk memegang bendera pasukan.
Hamzah bin Abdul-Muththalib berada di barisan terdepan
didampingi Abu Dujanah, Ali bin Abi Thalib, Saad bin
Abi Waqqash, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah bin
Jarrah.

Orang pertama yang mencetuskan pertempuran adalah Abu


Amir Abdul Hamid bin Shaifi Al Ausi. Ia sebenarnya
berasal dari suku Aus, tetapi sengaja pindah dari
Madinah ke Mekkah untuk mengobarkan semangat Quraisy
agar memerangi Rasulullah ‫ﷺ‬. Ia tidak ikut
dalam Perang Badar. Kini a terjun dalam Perang Uhud
dengan membawa limabelas orang dari suku Aus. Selain
itu beberapa budak penduduk Mekah juga bergabung
dengan regunya.

Abu Amir maju ke depan dan memanggil-manggil kaum


muslimin dari golongan Aus. Menurut dugaannya, orang-
orang Islam dari Aus itu akan menuruti panggilannya
dan memihak Quraisy.

"Saudara-saudara dari Aus! Saya adalah Abu Amir!"


demikian panggilnya berkali-kali.
Akan tetapi, kaum muslimin dari kalangan Aus membalas
dengan teriakan pula,

"Allah tidak akan memberikan kesenangan kepadamu,


durhaka!"

Kemudian pertempuran pun pecah!

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah
selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala
isinya!" Beliau juga berkata,

"Setiap orang yang gugur telah menyelesaikan tugas


sepenuhnya, kecuali orang yang berada di bagian
terdepan dari jalan Allah karena amalnya akan terus
bertambah sampai hari kebangkitan."

Pertempuran

700 orang beriman melawan 3000 orang musyrik!

Sayap kiri Quraisy yang terdiri atas pasukan Pemuda


dan Kavaleri pimpinan Ikrimah bin Abu Jahal pun
bergerak maju. Mereka berusaha menyerang pasukan
muslim dari samping. Namun, pasukan pemanah muslim
menghujani mereka dengan panah dan batu. Abu Amir dan
para pengikutnya dibuat mundur tunggang-langgang.

Saat itu Hamzah bin Abdul-Muththalib terjun ke tengah


pertempuran sambil meneriakkan teriakan tempur Uhud
yang terkenal. "Mati! Mati!"

Tholhah bin Abu Talhah yang membawa Bendera Quraisy


berteriak,
"Siapa yang akan berduel denganku?"

Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat
cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua.
Melihat hal itu Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi lega.
Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan
muslimin. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan pasukan
muslim melancarkan serangan.

Abu Dujanah mengamuk! Dibunuhnya setiap lawan. Barisan


orang musyrik jadi kacau balau. Kemudian ia melihat
seseorang sedang mencincang tubuh seorang muslim
dengan amat keji.

Amarah Abu Dujanah bangkit! Ia melompat dan hendak


menebas orang itu dengan sekali ayunan. Tapi saat itu
dilihatnya sasarannya ternyata Hindun bin Utbah. Abu
Dujanah mundur dan menyerang ke arah lain. Terlalu
mulia rasanya apabila Pedang Rasulullah ‫ﷺ‬
dihantamkan pada seorang wanita.

Orang-orang Quraisy pun balas menyerang dengan sangat


keras. Darah mereka mendidih mengingat kematian para
pemimpin mereka pada Perang Badar. Di belakang mereka,
kaum wanita mengorbankan semangat.

Tidak sedikit para budak yang akan dijanjikan


kebebasan apabila berhasil membalaskan dendam kematian
seorang bapak, saudara suami, atau orang orang
tercinta dari majikan mereka.

Hindun bin Utbah sangat mendendam kepada Hamzah. Ia


telah menjanjikan hadiah besar dan kebebasan kepada
seseorang budak apabila berhasil membunuh Hamzah.
Kini, Wahsyi mulai menjalankan tugasnya. Ia mengendap
dengan lincah kesana kemari untuk mencari di mana
Hamzah bin Abdul-Muththalib berada.

*Bersambung...*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

#Bagian 96

Syahidnya Hamzah
Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam,
Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air mata
duka dan penyesalan.

"Setelah dijanjikan hadiah dan kebebasan, aku


berangkat bersama pasukan Quraisy. Aku adalah orang
Habasyah yang jika sudah melemparkan tombak dengan
cara Habasiyah, jarang sekali meleset.

Ketika terjadi pertempuran, kucari Hamzah dan kuincar


dia. Kemudian, kulihat dia di tengahtengah orang
banyak itu, seperti seekor unta kelabu sedang
membabati orang dengan pedangnya. Lalu tombak ku ayun-
ayun kan, dan setelah merasa pasti sekali arah
sasaran, baru kulemparkan tombak itu tepat mengenai
bagian bawah perut Hamzah dan keluar di antara kedua
kakinya. Kubiarkan tombak itu sampai dia mati. Sesudah
itu ku hampiri dia dan ku ambil tombak ku itu, lalu
aku kembali ke markas dan berdiam di sana sebab sudah
tidak ada lagi tugas selain itu. Kubunuh dia hanya
supaya aku dimerdekakan saja dari perbudakan. Sesudah
pulang ke Mekah, aku memang dimerdekakan."

Hamzah bin Abdul Muththalib adalah pahlawan Arab yang


terkenal dan paling berani. Pada Perang Uhud itu, ia
yang menjelma menjadi singa Allah yang perkasa.
Dibunuhnya Artha bin Abdul Syurahbil dan beberapa
orang pemuka Quraisy lainnya. Setiap lawan di
hadapannya dirobohkan dengan pedangnya dan setelah itu
dihadapinya lawan yang lain.

Pada akhir pertempuran dengan tergesa-gesa Hindun


mendatangi jasad Hamzah. Wanita itu kemudian mengambil
jantung Hamzah dan memakannya begitu saja, sambil
menari-nari.

Tubuh Hamzah ditemukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam


keadaan tercabik-cabik.
Kaum muslimin bertempur dengan gagah, tapi tidak
semuanya mendapatkan surga. Contohnya adalah Qusman.
Ia adalah seorang munafik. Semula, Ia tidak berangkat
perang, tetapi para wanita menghinanya.

"Qusman tidak malu kau seperti perempuan saja, semua


orang berangkat perang, sedang kau berdiam diri dalam
rumah!"

Dengan berang Qusman mengambil panah dan pedang, lalu


pergi bertempur. Ia bertempur dengan gagah dan
berhasil membunuh banyak sekali lawan. Menjelang
senja, setelah membunuh paling sedikitnya 7 orang
musuh, ia pun membunuh dirinya.

"Qusman, beruntung engkau mati syahid," ujar Abdul


Khaidaq melihat Quzman sekarat.

"Tidak, jawab Qusman sebelum mati,


"Saya bertempur bukan demi Islam tapi sekedar menjaga
kehormatan saya dan untuk menjaga nama baik keluarga
kami. Kalau tidak karena itu, saya tidak akan
berperang." Quraisy Terpukul

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Uhud pada pagi


hari itu benar-benar di luar dugaan. Benar sekali
bahwa kemenangan pada pagi itu disebabkan kepandaian
Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam mengatur pasukannya. Beliau
yang menempatkan pasukan panah di bukit, hingga
barisan berkuda musuh tertahan tidak bisa maju.

Lebih tepat lagi jika dikatakan bahwa kemenangan pagi


itu disebabkan keimanan yang sungguh-sungguh. Pasukan
muslim begitu yakin bahwa mereka berada di pihak yang
benar, sehingga walaupun dengan perlengkapan yang
minim, mereka dapat mendesak pasukan musuh yang hampir
5 kali lipat lebih kuat. Inilah rahasia mukjizat
kepahlawanan yang tidak bisa digunakan oleh kekuatan
materi sebesar apa pun.

Kesatuan-kesatuan Quraisy yang sudah kelabakan mulai


mundur.
Abu sufyan terpaksa mengumpulkan pasukannya di bagian
tengah. Sayap kiri di bawah pimpinan Ikrimah sudah
berlarian mundur.

Hanya Khalid bin Walid dan pasukannya di sayap kanan


yang masih menjaga diri di tempat yang agak jauh.
Kelihatannya, Khalid masih menghindarkan diri dari
bentrokan dan ia menunggu kesempatan baik untuk
melancarkan serangan.

Kenangan pahit akan kekalahan Badar tiba-tiba


terlintas lagi di benak para prajurit Quraisy yang
berlarian mundur. Pasukan muslim mendesak terus sampai
ke jantung pertahanan musuh.
Saat seorang pembawa bendera Quraisy jatuh bersimbah
darah, orang lain segera menggantikannya. Namun, Ia
juga segera ditebas jatuh. Orang ketiga tampil
bertahan tetapi tidak lama kemudian Ia pun segera
jatuh tak bernyawa.

Hindun berteriak-teriak memberi semangat dan berusaha


mencegah orang-orang yang mundur.
Pasukan Quraisy sudah tidak ingat lagi, bahwa mereka
dikerumuni para wanita. Sudah tidak peduli lagi
melihat berhala-berhala yang mereka bawa agar
memberikan restunya, tetapi malah terjatuh dari atas
unta.

Pasukan Quraisy tidak lagi memusingkan kenyataan bahwa


wanita-wanita mereka akan tertawan dan harta benda
mereka yang jumlahnya melimpah itu akan dirampas
musuh. Semua dihantui rasa takut, Mundur! Mundur!
Selamatkan diri ke tempat aman. Hanya itu yang mereka
pikirkan.

Sayang sekali, Justru pada saat itulah pasukan muslim


melakukan kesalahan fatal.

*Bersambung...*
04/10/21 16.54 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

#Bagian 97

Tergiur Harta

Kaum muslimin terus mengejar musuh ke mana pun sampai


mereka meletakkan senjata. Harta benda dan rampasan
berserakan di medan pertempuran. Kuda-kuda yang
tangguh, Baju besi, unta-unta tanpa tuan berkeliaran
penuh muatan, setumpuk makanan lezat, dan perhiasan-
perhiasan mahal, Belum lagi para wanita Quraisy yang
dengan mudah dapat mereka tawan.

Harta sebanyak itu dalam sekejap saja membuat silau


pasukan muslim. Harta yang berserakan itu membuat
mereka lupa bahwa sesuai dengan perintah Rasulullah
‫ﷺ‬, mereka harus terus mengejar musuh sampai
kekuatan lawan benar-benar tercerai-berai sehingga
tidak mampu berkumpul lagi untuk balas menyerang.

Semua ini terlihat oleh pasukan panah di lereng


gunung. Mereka tidak dapat lagi menahan keinginan
untuk juga merebut harta rampasan yang bergeletakan di
mana-mana.

"Mengapa kita masih tinggal di sini, saya akan tidak


mendapatkan apa-apa?" tanya salah seorang.

"Allah telah menghancurkan musuh kita, mereka,


saudara-saudara kita juga sudah merebut markas musuh.
Ke sanalah juga kita ikut mengambil rampasan itu."
Namun salah seorang membentak:

"Bukankah Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah berpesan "Jangan


meninggalkan tempat kita ini?"
"sekali pun kami diserang, janganlah kami dibantu!"
Bukankah demikian kata beliau?"

"Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghendaki kita tinggal


di sini terus menerus setelah Allah menghancurkan kaum
musyrik itu."

Abdullah bin Jubair maju untuk menengahi perdebatan


itu. Ia berpidato agar mereka itu jangan melanggar
perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.
Akan tetapi ada sebagian besar pasukannya tidak mau
patuh. Mereka pun kemudian turun dari lereng gunung
yang masih tinggi. Yang masih tinggal hanya beberapa
orang saja. Pasukkan yang bergegas turun itu bergabung
dengan pasukan muslim yang lain. dan ikut
memperebutkan harta rampasan.

Jadi sebagian besar pasukan panah sekarang sudah


melupakan disiplin. Mereka lupa kalau kedisiplinan dan
keimanan lah yang membuat mereka mampu memukul musuh.
Kini mereka tengah melupakan iman dan memperebutkan
harta dunia.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh seorang
pemimpin Quraisy yang terkenal lihai dan gagah.

Bencana

Khalid bin Walid yang sampai saat itu telah menjaga


pasukannya agar tidak bentrok dalam pertempuran, kini
melihat kesempatan baik itu. Ia mengerti bahwa saatnya
tiba untuk bergerak. Khalid bergerak sekuat-kuatnya
memberi Komando. Pasukan berkudanya pun mulai
bergerak. Semakin cepat dan semakin cepat. Mereka
memutari gunung uhud yang kini tidak dijaga lagi oleh
pasukan panah. Dengan ganas pasukan kavaleri Khalid
menyerang pasukan muslim dari belakang.

Mendengar teriakan perang Khalid bin Walid, pasukan


Quraisy yang telah berlarian mundur kini kembali lagi.
Mereka melihat kesempatan untuk menyerang balik saat
itu. Mereka ingat untuk tidak membiarkan harta dan
kaum wanita mereka direbut pasukan muslim.

Kini keadaan jadi berbalik, giliran pasukan muslim


yang mendapat pukulan sangat hebat. Begitu tahu mereka
diserang dari depan dan belakang, setiap muslim
melemparkan harta yang telah mereka kumpulkan, dan
kembali mencabut pedang. Namun sayang, sayang sekali!
Barisan Muslim sudah pontang-panting. Komandan-
komandan kesatuan muslim sudah tidak lagi melihat
pasukannya, ada di dekat mereka. Pasukan muslim yang
tadinya berjuang untuk menyelamatkan Iman, kini
berjuang tercerai-berai untuk menyelamatkan diri.
Tadinya mereka berjuang di bawah satu pemimpin yang
kuat, kini berjuang tanpa pemimpin lagi.

Begitu paniknya keadaan pasukan muslim sampai beberapa


dari mereka malah menghantam saudaranya sendiri dengan
pedang. Keadaan tambah mengguncangkan Iman ketika
mendengar ada yang berteriak-teriak, "Rasulullah
telah terbunuh, Rasulullah telah terbunuh !"

Hampir setiap orang pasukan muslim sekarang berusaha


melepaskan diri dari kepungan di tempat aman. Kecuali
beberapa sahabat yang tetap berjuang dengan Istiqomah
dari awal, seperti Ali bin Abi Thalib dan beberapa
orang lainnya.
**Di kemudian hari, Khalid bin Walid akan masuk Islam
pada zaman Abu Bakar pada saat terjadi pemberontakan
di mana-mana.
Abu Bakar mengangkat Khalid menjadi Panglima seraya
berkata,

"Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa


sebaik-baik hamba Allah dan Kawan sepergaulan ialah
Khalid bin Walid, sebilah pedang di antara pedang-
pedang Allah yang ditembuskan kepada orang-orang kafir
dan munafik.

*Bersambung...*
04/10/21 16.54 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

#Bagian 98

*Rasulullah Terluka*

Begitu orang Quraisy mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬.


terbunuh, seperti banjir, mereka mengalir ke tempat
di mana Rasulullah ‫ ﷺ‬berada. Semuanya
berlomba ingin mengakui bahwa merekalah yang membunuh
Rasulullah ‫ ﷺ‬atau ikut memegang peranan di
dalamnya. Tentu hal itu akan dapat mereka banggakan
sampai ke anak cucu mereka.

Ketika itulah, kaum muslimin yang berada di sekeliling


Rasulullah ‫ ﷺ‬tersentak sadar. Mereka bergerak
mengelilingi, menjaga, dan melindungi Rasulullah
‫ ﷺ‬yang amat mereka cintai. Iman mereka kembali
tergugah memenuhi jiwa. Semangat mereka melambung lagi
untuk meraih surga. Kekhawatiran yang amat sangat akan
keselamatan Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat mereka
kembali mendambakan mati. Hidup di dunia ini terasa
tak ada artinya lagi jika Rasulullah ‫ ﷺ‬gugur
dalam lindungan mereka.

Saat itu, sebuah batu melayang dan menghantam wajah


Rasulullah ‫ﷺ‬. Batu itu dilemparkan oleh Utbah
bin Abi Waqqash. Gigi geraham Rasulullah ‫ﷺ‬
rontok dan wajah beliau berdarah. Bibir Rasulullah
‫ ﷺ‬pecah-pecah. Dua keping lingkaran topi besi
yang menutupi wajah beliau bengkok menghimpit pipi
Rasulullah ‫ﷺ‬. Melihat hal itu, iman dan
keberanian para sahabat di sekeliling Rasulullah
‫ ﷺ‬semakin besar. Harga diri mereka sangat
terluka melihat luka yang dialami Rasulullah
‫ﷺ‬.

Setelah terhuyung sejenak akibat hantaman batu yang


demikian keras. Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali dapat
menguasai diri. Beliau terus berjalan ke tempat aman
dikelilingi para sahabat yang setia. tiba-tiba
Rasulullah ‫ ﷺ‬terperosok ke dalam sebuah
lubang. Lubang itu sengaja digali oleh Abu Amir untuk
menjerumuskan kaum Muslimin. Cepat-cepat, Ali bin Abi
Tholib menghampiri, meraih dan memegang tangan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Thalhah bin Ubaidillah membantu
mengangkat beliau hingga dapat berdiri kembali.
Kemudian, bersama para sahabatnya, Rasulullah
‫ ﷺ‬berjalan terus mendaki gunung Uhud. Tempat
itu merupakan satu-satunya peluang bagi beliau untuk
menghindari kejaran musuh.

Keadaan mengenaskan yang menimpa Rasulullah ‫ﷺ‬


itulah yang menghidupkan kembali semangat juang di
hati para sahabat.

Rela Mati demi Rasulullah

Hari sudah menjelang tengah hari. Saat itu, Ummu


Umaroh seorang muslimah
Anshar, tengah berkeliling membagikan air kepada kaum
muslimin yang tengah berjuang.
Namun, begitu dilihatnya kaum muslimin mundur. Ummu
Umarah melemparkan tempat airnya. Ia mencabut pedang
dan terjun ke dalam pertempuran. Tujuannya hanya satu,
melindungi Rasulullah ‫ ﷺ‬walau harus mati. Ummu
Umarah menebas musuh dan menembakkan panah sampai
tubuhnya sendiri dipenuhi banyak luka.

Sementara itu Abu Dujanah menjadikan punggungnya


sebagai perisai Rasulullah ‫ﷺ‬.
Beberapa panah yang melayang ke arah Rasulullah
‫ ﷺ‬tertahan di punggung Abu Dujannah. Di
samping Rasulullah ‫ﷺ‬, Saad bin Abi Waqqash
berdiri melepaskan panahnya untuk menahan musuh.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan anak panah ke pada
Saad sambil berkata,

"Lepaskan anak panah itu! Kupertaruhkan Ibu bapakku


untukmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terus menembakkan anak


panah sampai ujung busurnya patah.
Beberapa sahabat, termasuk Abu Bakar dan Umar Bin
Khattab, tidak mengetahui kalau Rasulullah ‫ﷺ‬
masih hidup. Mereka mengira Rasulullah ‫ﷺ‬
telah gugur mengingat begitu membanjirnya pasukan
musuh menyerbu ke tempat Rasulullah ‫ ﷺ‬berada.
Keduanya pergi ke arah gunung dengan kepala tertunduk
pasrah. Anas bin Nadzir bertanya kepada mereka,

"Mengapa kalian duduk-duduk di sini?"

"Rasulullah sudah terbunuh," jawab keduanya.

"Perlu apalagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan


biarlah kita juga mati untuk tujuan yang sama!"

Setelah berkata begitu Anas bin Nadzir menyerbu musuh,


bertempur dengan gagah tiada taranya. Dia baru
mendapatkan Syahid setelah ditebas 70 kali. Begitu
rusak tubuh Anas bin Nadhir sampai tidak seorang pun
mengenali jasad nya kecuali adik perempuannya yang
mengenali Anas dari ciri yang terdapat pada ujung
jarinya. Abu Sufyan yang yakin sekali bahwa Rasulullah
‫ ﷺ‬telah gugur, sibuk mencari-cari mayat beliau
di tengah korban-korban Muslim.

Akhir Pertempuran

Ketika orang Quraisy berteriak-teriak bahwa Muhammad


telah mati. Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh para
sahabat agar tidak membantahnya. Hal itu untuk
menghindari lebih banyak lagi serbuan musuh ke arah
beliau. Namun, begitu Ka'ab bin Malik datang mendekat,
ia mengenali Rasulullah ‫ﷺ‬. Ketika melihat
mata Rasulullah ‫ ﷺ‬yang berkilau di balik helm
bajanya, kemudian ia berteriak,

"Saudara-saudara kaum muslimin!" teriak Ka'ab amat


gembira.

"Selamat! Selamat! ini Rasulullah ‫ﷺ‬."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi syarat agar Ka'ab


berhenti berteriak. Kaum muslimin berdatangan dan
mengangkat Rasulullah ‫ ﷺ‬tercinta. Kemudian
bersama-sama beliau mereka mendaki gunung Uhud ke
sebuah celah Bukit.

Teriakan Ka'ab terdengar juga oleh pihak Quraisy.


Sebagian besar dari mereka tidak mempercayai teriakan
itu. Namun, ada beberapa yang segera pergi mengikuti
rombongan Rasulullah ‫ ﷺ‬dari belakang. Ubay bin
Khalaf dapat menyusul rombongan Rasulullah ‫ﷺ‬
sambil bertanya,
"Mana Muhammad, Aku tidak akan selamat kalau dia masih
hidup."

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil


tombak Haris bin Shimma, lalu dengan sangat cepat
Rasulullah ‫ ﷺ‬melemparnya ke arah Ubay Bin
khalaf. Ubay pun terhuyung-huyung di atas Kudanya,
lalu berusaha kembali pulang dan mati di tengah jalan.

Sesampainya pasukan muslim di ujung bukit, Ali bin Abi


Tholib pergi mengambil air. Air dalam perisai
kulitnya. Ali membasuh darah di wajah Rasulullah
‫ ﷺ‬dan menyiram kepada beliau dengan air.
Dua keping besi di pipi Rasulullah ‫ ﷺ‬dicabut
oleh Abu Ubaidah bin Al jarrah. Begitu kerasnya sampai
2 gigi seri Abu Ubaidah tanggal.

Tiba-tiba pasukan berkuda Khalid bin Walid tiba di


atas bukit, namun dengan sigap Umar Bin Khattab dan
beberapa prajurit Muslim menyerang dan mengusir mereka
untuk mundur.

Kaum muslimin telah begitu tinggi mendaki gunung,


keadaan mereka begitu payah dan letih sampai
Rasulullah memimpin mereka sholat sambil duduk.

Pihak Quraisy amat gembira dengan kemenangan mereka.


Mereka menganggap telah sungguh-sungguh membalas
dendam atas kekalahan di Badar.

Abu Sufyan berkata,

"Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar.


Sampai jumpa lagi tahun depan."

*Bersambung...*
05/10/21 06.14 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
‫ﷺ‬

Bagian 99

Dukacita untuk Hamzah

Tidak cukup menganiaya mayat Hamzah. Hindun binti


Utbah bersama wanita-wanita lain menganiaya mayat kaum
muslimin. Melihat semua itu Abu Sufyan menghampiri
seorang muslim dan berkata,

"Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Akan


tetapi aku sungguh tidak senang juga tidak benci. Aku
tidak melarang, juga tidak memerintahkan."

Selesai menguburkan mayat-mayat temannya sendiri


Quraisy pun pergi. Sekarang, kaum muslimin kembali ke
garis depan untuk menshalatkan dan menguburkan mayat-
mayat para syuhada. Rasulullah ‫ ﷺ‬berkeliling
medan tempur mencari jasad pamannya, Hamzah. Ketika
dilihatnya jasad Hamzah sudah dianiaya dengan perut
yang sudah terurai, beliau merasa sedih, sedih sekali
sampai beliau berkata,

"Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti


ini."
"Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang
begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian ini."

Selanjutnya beliau bersabda,

"Demi Allah kalau pada suatu ketika Allah memberikan


kemenangan kepada kami melawan mereka, akan ku aniaya
mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh
orang Arab."
Nah saat itulah turun firman Allah Qur'an surat An
Nahl 16 ayat 126-127 yang artinya:

"Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan


yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.
Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar."
Surah An-Nahl (16:126)

"Dan bersabarlah (hai Muhammad) dan kesabaranmu itu


semata-mata dengan pertolongan Allah dan janganlah
kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan
jangan (pula) kamu bersempit dada terhadap apa yang
mereka tipu dayakan"
Surah An-Nahl (16:127)

Setelah Firman itu turun Rasulullah ‫ﷺ‬


memaafkan pihak musuh. Ditabahkannya hatinya dan
beliau melarang orang melakukan penganiayaan.

Di jalan, Rasulullah ‫ ﷺ‬mendengar para wanita


bani Asyhal menangisi para syuhadanya.

"Tidak ada wanita yang menangisi Hamzah," ujar Rasul.

Mendengar ini Saad bin Muadz menyuruh para wanita Bani


Asyhal menangis untuk Hamzah.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas menemui mereka dan
bersabda,
"Bukan ini yang saya maksudkan. Pulanglah, Semoga
Allah memberikan rahmat dan tidak boleh menangis lagi
setelah hari ini."

Abdullah bin Ubay

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang ke Madinah dengan beban


pikiran yang cukup berat. Fatimah Az-Zahra putri
beliau membasuh luka-luka ayahnya dengan air.
Ternyata, para tawanan perang Badar yang dulu
dikasihani dan dibebaskan kembali memerangi kaum
muslimin.

Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat lagi kata-kata Umar Bin


Khattab dulu,
"Ya Rasulullah bunuh orang-orang ini agar tidak
seorang pun berpidato mengobarkan api kebencian
terhadap dirimu."

Orang muslim pantang berbuat kesalahan untuk kedua


kalinya. Karena itu, beliau memerintahkan untuk
membunuh seorang tawanan yang tertangkap. Orang itu
adalah tawanan perang Badar yang sudah dibebaskan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memikirkan belas kasihan


yang diberikan kaum muslimin kepada pihak musuh. Semua
muslim menahan pedang ketika mereka menemui Hindun di
medan perang. Padahal jika dia dibunuh tidak akan
terjadi Hamzah disiksa sedemikian rupa.

Pembunuh Hamzah yang berkulit hitam itu sebenarnya


juga tidak tahu wajah Hamzah. Hindunlah yang
menunjukkannya.

Pasukan Quraisy yang telah lari lintang pukang juga


tidak akan kembali lagi untuk menyerang, apabila tidak
dikejar oleh Hindun dan diberitahukan bahwa kaum
muslimin tengah diserang Khalid bin Walid dari
belakang.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi ke masjid. Di


sana, beliau melihat ada tangis penyesalan pasukan
panah yang telah jelas-jelas melanggar perintah
Rasulullah ‫ﷺ‬. Hati beliau amat lembut karena
itu beliau memaafkan mereka semua.

Sebelum itu di sana beliau melihat Abdullah bin Ubay


tengah berpidato agar orang-orang mencintai Rasulullah
‫ﷺ‬.
Inilah gembong kaum munafik yang telah membujuk 300
Orang prajurit kembali ke Madinah. Beberapa sahabat
yang ikut ke Uhud melompat ke arah Abdullah bin Ubay,
lalu menarik bajunya sampai terhuyung-huyung.

"Mengapa kalian menyerangku pada saat aku menganjurkan


kepada orang-orang agar patuh dan cinta kepada
Muhammad?" demikian Abdullah bin Ubay menjerit.

Umar Bin Khattab meminta izin untuk membunuh si


penghianat itu, namun sekali lagi Rasulullah
‫ ﷺ‬melarang nya.

*Bersambung...*
05/10/21 06.14 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
#Bagian 100
Mengejar Musuh

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa orang-orang


penyembah berhala, kaum munafik dan orang-orang Yahudi
mulai menertawakan kekalahan kaum muslimin pada perang
Uhud.

"Muhammad bilang kalau perang Badar itu merupakan


tanda kekuasaan Tuhan mereka atas kerasulannya maka
apa pula pertanda peristiwa Uhud itu?"

Sesuatu harus dilakukan agar kewibawaan kaum muslimin


akan kuat seperti sedia kala. Sehari setelah perang
Uhud Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan seorang
muadzin nya untuk kembali mengumpulkan pasukan. Namun
hanya pasukan Uhud saja yang boleh ikut. Tujuannya
untuk memburu pasukan Abu Sufyan yang belum lagi tiba
di Mekah.

Berita keberangkatan kaum muslimin itu dengan cepat


sampai ke telinga Abu Sufyan. Seketika itu juga
ketakutan melanda pasukan Mekah mereka mengira kaum
muslimin berangkat dari Madinah dengan bantuan baru.
Padahal mereka masih berada di Rauha, jauh dari
Mekkah.

Sementara pasukan Madinah sudah sampai di Hambra Al-


Assad. Kemudian lewatlah Ma'bad Al Khuza'i yang saat
itu belum masuk Islam. Ia baru saja melewati tempat
pasukan Madinah berkemah. Abu Sufyan bertanya tentang
keadaan pasukan muslim Ma'bad menjawab,

"Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau


mencari kamu dalam jumlah yang belum pernah kulihat
semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut,
sekarang menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua
terdiri atas orang-orang yang sangat geram kepada
orang-orang yang hendak membalas dendam!"

Kebingungan melanda Abu Sufyan Apa yang harus saya


lakukan sekarang ini.

Orang Arab pasti akan mencemooh apabila sekarang


pasukan Quraisy mundur begitu saja. Padahal baru saja
mereka merebut kemenangan. Namun apabila mereka
memaksakan diri kembali menghadapi kaum muslim, Abu
Sufyan yakin mereka tidak akan mampu menghadapi
kemarahan musuh. Karena itu Ia melakukan sebuah siasat
licik.
Abu Sufyan menitipkan pesan kepada kafilah suku Abdul
Qais yang sedang menuju Madinah, kafilah Itu diminta
memberitakan bahwa pasukan Quraisy akan menemui
pasukan Islam di Hambra Al-Assad dan akan menyerang
habis-habisan.
Mendengar itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para
sahabatnya menunggu tiga hari sambil menyalakan api
unggun. Namun pada saat yang sama orang-orang Quraisy
terus pulang ke Mekah.

Pasukan Abu Salamah


Pasukan muslim kembali ke Madinah. Kewibawaan pihak
muslim sedikit terangkat karena ternyata musuh tidak
berani kembali untuk menghadapi mereka. Akan tetapi,
segera tersiar berita bahwa Tulaihah dan Salamah bin
khuwailid sedang menggerakkan Banu Assad untuk
menyerang Madinah dan menggempur Rasulullah ‫ﷺ‬
sampai ke rumahnya sendiri. Selain itu tujuan Banu
Assad adalah untuk merampas ternak kaum muslimin yang
digembalakan di ladang-ladang sekeliling Madinah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera bertindak, beliau


memanggil Abu Salamah bin Abdul Asad. Beliau yang
memerintahkan Abu Salamah membawa 150 pasukan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyuruh agar pasukan hanya


berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi.
Mereka harus menempuh jalan yang tidak biasa dilalui
orang.

Abu Salamah berangkat dan melaksanakan perintah perang


Rasulullah ‫ ﷺ‬secermat dan secepat mungkin. Ia
pun berhasil. Mereka menyergap musuh yang sedang dalam
keadaan tidak siap.

Pagi buta itu rasa takut menyumbat kerongkongan Banu


Assad karena tiba-tiba saja tanpa peringatan, pekik
takbir membahana dan pasukan muslim menyerang tenda-
tenda mereka. Banu Assad berusaha bertahan sekuat dan
selama mungkin, namun gagal. Mereka mundur sambil
membawa apa pun yang bisa dibawa.

Setelah menguasai perkemahan musuh, Abu Salamah


mengirimkan dua pasukan pengejar.

Sementara itu ia dan pasukan ketiga menjaga


perkemahan. Pasukan pengejar kembali dengan membawa
harta rampasan.

Seperti yang sudah diatur dalam Islam seperlima harta


rampasan itu diberikan untuk Rasulullah ‫ﷺ‬,
orang-orang miskin, dan orang orang yang kehabisan
bekal di perjalanan. Sisanya dibagikan kepada anggota
pasukan. Setelah itu mereka kembali ke Madinah dengan
membawa kemenangan.

Hanya saja Abu Salamah tidak hidup lebih lama, sesudah


itu, luka-lukanya pada perang Uhud kembali ternganga
dan ia syahid karenanya.
Judi dan Minuman Keras

Setelah Yahudi Bani Qainuqa diusir, Yahudi Bani Nadhir


ingin mewarisi pasar Bani Qainuqa. Namun kesempatan
itu sudah tertutup oleh pasar kaum muslimin yang
berkembang sedemikian besar, maka dari itu Bani Nadhir
pun melakukan cara lain untuk meraih kemakmuran.
Mereka membuka rumah-rumah judi. Di tempat itu juga
disediakan banyak sekali minuman keras.

Saat itu Rasulullah ‫ ﷺ‬belum melarang judi dan


khamer. Karena itu banyaklah para lelaki muslim yang
datang ke rumah-rumah judi. Mereka banyak menghabiskan
uang untuk berjudi, meminum khamer sampai mabuk. Para
lelaki muslim ini masih terguncang oleh kekalahan pada
perang Uhud dan lepasnya harta rampasan yang sudah
mereka kumpulkan.

*Bersambung...*
06/10/21 09.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 101

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyadari bahaya dari keadaan


ini. Yahudi Bani Nadhir berhasil memanfaatkan
kekecewaan orang muslim pada perang Uhud dan mereka
meraih banyak sekali keuntungan. Hampir setiap malam,
rumah-rumah judi itu dipenuhi orang. Keadaan ini tidak
saja akan membuat muslimin kehilangan banyak uang.
Tetapi juga akan membuat hancur misi mereka untuk
menjadi umat yang terbaik. Bisnis jelek orang Yahudi
ini tidak saja akan membuat orang miskin, tetapi juga
menghancurkan jiwa manusia.

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyerukan bahwa judi


dan khamer dilarang. Orang-orang Bani Nadhir segera
mengajukan protes,

"Muhammad, kebijakan mu akan membuat kami bangkrut.


Kalau memang demikian, Ijinkanlah kami berdagang
dengan orang Quraisy agar produksi Khamer dan
peternakan babi kami tidak gulung tikar!"

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak menghiraukan


protes itu. Beliau tidak peduli dengan hancurnya
pabrik-pabrik khamer dan peternakan babi. Semua itu
tidak ada artinya dibandingkan hancurnya jiwa para
sahabatnya akibat judi dan mabuk-mabukan.

Yahudi Bani Nadhir mengancam akan memutuskan


perjanjian dan akan menjual senjata kepada orang-orang
Quraisy,
Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap pada pendiriannya. Kaum
muslimin sejak itu diharamkan berjudi dan mabuk-
mabukan. Apalagi masih sangat banyak masalah yang
harus dihadapi.
Lebih dari 70 keluarga Syuhada Uhud masih menangisi
kepergian anggota keluarganya.
Khamer adalah minuman yang diharamkan. Yang termasuk
Khamer adalah minuman keras, minuman yang memabukkan,
minuman yang membahayakan yang dibuat dari semacam
buah-buahan dan lain-lain.

Ummu Salamah

Untuk menghibur hati para sahabat dan keluarganya yang


ditinggalkan para syuhada, Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu
menegaskan bahwa mereka memiliki masa depan gemilang.
Mereka harus yakin bahwa kebenaran yang mereka
perjuangkan akan menang. Kaum muslimin harus kembali
giat bekerja. Benih-benih di ladang sudah menunggu
untuk ditanam dan kemudian dituai.

Kaum muslimin yang masih hidup semestinya menjadi


pelipur lara. Anak-anak juga ada yang kehilangan ayah
mereka. Maka dari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat
menganjurkan, agar para sahabatnya senantiasa menolong
orang lain karena sesungguhnya orang yang bisa
menolong nasib para janda dan orang-orang miskin
laksana orang yang berjuang di jalan Allah atau
seperti orang yang mengerjakan shalat pada malam hari
dan shaum pada siang hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil menemukan para sahabat


yang bersedia menikahi para janda syuhada, tetapi ada
juga janda yang dengan tegas menyatakan bahwa ia tidak
ingin menikah lagi. Janda itu adalah Hindun bin
Umayyah istri almarhum Abu Salamah. Usianya baru 30
tahun, cerdas, anggun, dan bijaksana. Rasulullah
‫ ﷺ‬sudah berusaha agar Ummu Salamah, demikian
ia dipanggil, mau menerima lamaran para sahabat
terkemuka, baik dari Anshar maupun Muhajirin, bahkan
Umar Bin Khattab dan Abu Bakar As Siddiq pun
mengajukan lamaran. Namun semua itu ditolak oleh Ummu
Salamah.

Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah,


demikian selalu yang ia katakan. Rasulullah ‫ﷺ‬
tahu bahwa sebetulnya Ummu Salamah dan anaknya sangat
memerlukan perlindungan seorang laki-laki, hanya saja
Ummu Salamah sulit melepaskan diri dari bayang-bayang
Abu Salamah yang sangat dia cintai.

Karena tidak ada jalan lain Rasulullah ‫ ﷺ‬pun


mengajukan diri untuk menjadi suami Ummu Salamah.
Awalnya Ummu Salamah menolak, alasannya dirinya sudah
tua dan pencemburu, namun Rasulullah ‫ﷺ‬
mengatakan bahwa beliau bahkan sudah berusia dua kali
lipat dari Ummu Salamah. Rasulullah ‫ ﷺ‬juga
mendoakan agar Allah menghilangkan sifat pencemburu
dari hati Ummu Salamah.

Akhirnya Ummu Salamah pun bersedia menjadi istri


Rasulullah ‫ﷺ‬. Menjadi Ibu bagi seluruh kaum
Mu'minin.
Demikianlah dengan terjun memberi contoh akhirnya
Rasulullah ‫ ﷺ‬membuat banyak janda miskin dan
anak yatim tertolong dan terlindungi masa depannya.
Ustman bin Affan Membeli Sumur

Di Mekah orang-orang Quraisy menggembar-gemborkan


kemenangan mereka dalam Perang Uhud. Mereka menyuruh
para penyair mengumandangkan kemenangan itu, sekaligus
mengejek Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin.

Suasana kegembiraan mewarnai hampir seluruh rumah di


Mekah, penyanyi dan penari terdengar di setiap
halaman. Khamar dituangkan, hewan-hewan disembelih,
dan orangorang Arab dari berbagai penjuru diundang
untuk merasakan kegembiraan itu.

Uang yang sangat besar diberikan kepada penyair-


penyair suku lain yang bersenandung mengejek
Rasulullah ‫ﷺ‬. Para penyair itu juga membakar
semangat orang untuk mengerahkan seluruh kekuatan
untuk menghadapi kaum muslimin setahun yang akan
datang.

Semua ini bergema di seluruh pelosok Jazirah. Beberapa


suku yang tadinya takut kepada kaum muslimin kini
mulai berani mengangkat wajah. Getaran semangat ini
juga dirasakan kaum Yahudi di Madinah. Oleh sebab itu
timbullah keberanian mereka untuk meremehkan
Rasulullah ‫ﷺ‬, terutama di kalangan Yahudi
Bani Nadhir.

Sejak Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang pengikutnya pergi


ke rumah-rumah judi, kemarahan Bani Nadhir semakin
memuncak. Puncaknya, salah seorang hartawan Bani
nadhir telah melarang kaum muslimin mengambil air dari
sumur yang dimilikinya.

Kaum muslimin tersentak dengan perlakuan ini. Kini,


harga segelas air lebih mahal dari sebotol khamer.
Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬menganjurkan para sahabatnya
yang berharta untuk membeli sumur tersebut.

Utsman bin Affan-lah yang pertama kali menyambut


seruan ini. Namun orang Yahudi itu menolak menjual
lebih dari setengah sumurnya. Usman menaikkan tawaran
harga sebuah sumur itu tiga kali lipat harga sumur
biasa. Begitu orang Yahudi itu mengizinkan, Utsman bin
Affan segera menghibahkan separuh sumur ini kepada
kaum muslimin. Semua orang boleh mengambil air untuk
diri sendiri maupun ternak tanpa harus membayar.
Rasulullah ‫ ﷺ‬amat bahagia dengan tindakan
Utsman ini, sehingga beliau berucap,

"Sesudah ini tidak ada bahaya apa pun bagi Utsman


untuk setiap hal yang dilakukannya."

Tindakan Utsman bin Affan merupakan buah dari rasa


persaudaraan yang tulus. Persaudaraan seperti ini akan
melahirkan muslim yang saling mengutamakan, saling
menyayangi dan memaafkan saling membantu dan saling
melengkapi antara yang satu dengan lainnya.
Namun suku-suku yang membenci kaum muslimin pun mulai
berulah dengan berbagai siasat kejam dan licik.

*Bersambung*
06/10/21 09.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 102

Peristiwa Ar Raji

Rasulullah ‫ ﷺ‬selalu siap mengirim para


sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada setiap suku
yang memerlukan. Karena itu dengan prasangka baik
Rasulullah memenuhi permintaan Bani Hudzail.
Saat itu utusan Hudzail berkata,

"Muhammad di kalangan kami ada beberapa orang Islam,


kirimkanlah beberapa orang sahabat Tuan bersama kami
yang kelak akan dapat mengajarkan hukum Islam dan
Alquran kepada kami.

Enam orang sahabat besar diutus dan pergi bersama


rombongan penjemput dari Hudzail. Penghianatan terjadi
ketika mereka sampai di pangkalan air Ar Raji milik
Bani Hudzail, Enam orang sahabat itu dikepung. Begitu
sadar bahwa mereka masuk dalam perangkap, keenam dai
itu mencabut pedang. Hanya senjata itu yang mereka
bawa namun di wajah mereka tidak terlihat terasa
gentar sedikit pun.

Orang-orang Hudzail berkata,

"Demi Tuhan, kami tidak ingin membunuh kalian. Kalian


akan kami jual kepada penduduk Mekah sebagai tawanan.
Kami berjanji Atas nama Tuhan kami bahwa kami tidak
bermaksud membunuh kalian, karena itu menyerahlah."

Keenam sahabat itu saling berpandangan mereka


menyadari bahwa apabila mereka dibawa ke Mekah sebagai
tawanan, mereka pasti akan disiksa habis-habisan dan
dibunuh. Itu berarti penghianatan besar yang lebih
berat daripada pembunuhan biasa.
Setelah saling sepakat dalam hati, salah seorang
sahabat menjawab, "Kami tidak akan menyerah, lakukan
apa yang kalian mau kami sudah siap bertarung membela
kehormatan agama dan nabi kami."

Maka orang-orang Hudzail yang jauh lebih banyak


jumlahnya itu pun menyerang. Keenam sahabat itu
bertarung dengan gigih, pedang mereka ayunkan dengan
tangkas untuk menebas hujan panah atau menangkis
tusukan tombak. Pertarungan tidak seimbang itu pun
berakhir, tiga orang syahid dan tiga orang lagi
berhasil ditangkap hidup-hidup.

Mereka yang ditangkap itu adalah Abdullah bin Thariq,


Zaid bin Adatsinah, dan Khubaib bin Adiy. Kemudian
mereka segera dibelenggu dengan kuat dan dibawa ke
Mekah.

Namun di tengah jalan Abdullah bin Thariq berhasil


melepaskan diri dari pengikat.

"Harus ada yang memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬


tentang penghianatan ini!" demikian pikir Abdullah.

"Aku harus berusaha meloloskan diri sekarang, namun


jika gagal aku sudah siap menyusul ketiga temanku yang
lain ke akhirat."

Zaid bin Adatsinah

Abdullah bin Thariq menyerang seorang pengawal dan


berhasil merebut pedangnya. Dengan pedang itu ia
berusaha merebut seekor kuda, namun orang-orang
Hudhail segera pulih dari rasa terkejutnya. Mereka
mengambil batu dan melempari Abdullah dari belakang.
Batu-batu sebesar kepalan tangan menghantam tubuh dan
kepala sahabat mulia itu. Abdullah jatuh bersimbah
darah dan gugur dalam keadaan yang sangat diimpikan
setiap muslim. Syahid membela agama.

Kedua tawanan yang lain terus dibawa ke Mekah dan


dijual. Zaid bin Adatsinah dijual kepada Shafwan bin
Umayyah.

"Aku akan membunuhnya sebagai balasan terbunuhnya


ayahku di tangan mereka," geram Safwan dengan mata
menyala-nyala.

Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf dibunuh Bilal bin


Rabah dalam Perang Badar.

"Nastas," panggil Shafwan keras-keras.

Seorang Budak berbadan tegap datang.


"Siksa dan bunuh orang ini," perintah Shafwan kepada
Nastas.
"Bawa dia ke tempat di mana semua orang bisa
melihatnya!" ujar Shafwan.

Zaid pun diseret-seret melalui jalan-jalan di Mekah.


Sebagian orang menyoraki dan mencemoohnya. Sebagian
lain menaruh kagum, dalam hati melihat ketabahan Zaid.
Tak terlihat sedikit pun rasa takut di wajah Zaid.

Di tengah siksaan itu, Zaid tetap tampak berwibawa dan


teguh seperti Bukit Cadas. Di tempat Zaid akan
dibunuh, Abu Sufyan datang mendekat.

"Zaid, orang segagah engkau tidak pantas mati begini,"


ujar Abu Sufyan.

"Bersediakah engkau memberikan tempatmu itu pada


Muhammad? dia-lah yang harus dipenggal lehernya,
sedang kau dapat kembali kepada keluargamu!"

Zaid menatap Abu Sufyan seakan heran dengan pertanyaan


itu.

"Tidak," jawab Zaid.

"Seandainya Rasulullah ‫ ﷺ‬di tempatnya sekarang


ini akan menderita karena tertusuk duri sekali pun,
sedang aku ada di tempat keluargaku, aku tidak akan
rela!"

Abu Sufyan terpana sambil menggeleng kagum. Ia


berkata,

"Belum pernah aku melihat seorang begitu mencintai


sahabatnya sedemikian rupa seperti sahabat-sahabat
Muhammad mencintai Muhammad."

Zaid pun dipenggal. Ia gugur sebagai syahid yang


memegang teguh amanat Rasulullah.

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Ibnu Abbas Rasulullah


‫ ﷺ‬bersabda sekuat-kuat ikatan iman adalah
persaudaraan karena Allah ‫سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬, cinta karena
Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬dan membenci karena Allah ‫سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬.

*Bersambung...*
07/10/21 19.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 103
Khubaib bin Adiy

Khubaib bin Adiy sedang berada di dalam penjara.


Orang-orang Mekah menyeretnya keluar untuk disalib di
hadapan umum.

Sebelum naik kayu salib, Khubaib bertanya,


"Dapatkah kamu membiarkan aku sekedar melakukan shalat
dua rakaat?"

Permintaan itu dikabulkan. Khubaib melakukan sholat


dua rokaat dengan baik dan sempurna. Setelah sholat ia
membalikkan badannya, menghadapi semua orang. Lalu
berkata,

"Kalau bukan karena kamu akan menyangka aku sengaja


memperlambat karena takut dibunuh, niscaya aku masih
akan shalat lebih banyak lagi."

Setelah itu, orang-orang Quraisy menaikkan ke atas


tunggak kayu.

Dengan mata sayu, Khubaib memandangi orang-orang yang


menontonnya sambil berseru,

"Ya Allah hitungkan jumlah mereka itu, binasakan


mereka dalam keadaan tercerai berai, jangan biarkan
hidup seorang pun!"

Mendengar suara yang keras itu, para penonton gemetar.


Sebagian dari mereka bahkan merebahkan diri seolah-
olah takut terkena kutukan. Sesudah itu, Khubaib
dibunuh.

Seperti halnya Zaid, Khubaib pun gugur sebagai syahid


yang memegang teguh amanat Allah ‫سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬. Dua roh
suci ini melayang memasuki surga yang dijanjikan.

Seandainya mau, terus saja mereka dapat menyelamatkan


diri mereka. Keduanya tinggal berkata bahwa mereka
akan kembali ke agama nenek moyang, dan orang-orang
Quraisy bersenang hati menerima para prajurit segagah
mereka.

Namun keyakinan keduanya kepada Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬dan hari


kemudian sudah sedemikian tinggi. Keimanan mereka
sudah sekokoh karang dan tidak bisa lagi dikikis oleh
siksaan atau tawaran harta duniawi.
Mereka melihat maut bukan sebagai akhir segalanya,
namun justru sebagai cita-cita hidup di dunia ini.
Lagi pula mereka yakin bahwa darah mereka yang tumpah
akan memanggilmanggil saudara-saudara muslim mereka
supaya memasuki Kota Mekah sebagai pemenang.

Saudara-saudara muslim mereka akan menghancurkan


pertahanan dan perbuatan syirik. Kesucian sebagai
rumah Allah akan dipulihkan. Tidak ada lagi nama
berhala yang disebut kecuali nama-nama Allah yang
Mahasuci.

Rasulullah Berduka
Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-
gumpal. Mendung di hati Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum
muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi.
Penyair Rasulullah, Hasan bin Tsabit membacakan syair-
syair duka untuk mengenang kepergian enam orang
syuhada itu.

Beban di benak Rasulullah terus bertambah berat.


Beliau khawatir kejadian seperti itu akan terulang
lagi. Orang-orang Arab yang masih membenci kaum
muslimin akan terdorong melakukan hal serupa di
kemudian hari.

Tiba-tiba datanglah Abu Bara Amir bin Malik seorang


pemuka masyarakat di daerah Najd.
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menawarkan kepadanya, agar ia
mau memeluk agama yang mulia ini. Namun Abu Bara
menolak.

Meskipun demikian Abu Bara tidak menunjukkan sikap


yang memusuhi Islam. Ia bahkan berkata,

"Muhammad saya mempersilahkan engkau mengutus sahabat-


sahabatmu ka Najd dan mengajak mereka itu mau menerima
ajaranmu. Saya berharap banyak orang yang akan
memeluk Islam."

Ini adalah sebuah peluang besar, namun Rasulullah


‫ ﷺ‬masih khawatir. Beliau takut akan terjadi
penghianatan lagi terhadap para sahabatnya. Dia tidak
bisa segera menjawab permintaan Abu bara. Melihat
keraguan di wajah Rasulullah ‫ﷺ‬. Abu Bara pun
mengerti.

"Saya menjamin mereka!" tegas Abu Bara.


"Kirimkanlah utusan ke sana untuk mengajak mereka
menerima ajaranMu"

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat kejujuran di mata Abu


Bara, beliau juga tahu bahwa Abu Bara adalah orang
yang dapat dipercaya. Dia adalah orang yang ditaati
masyarakatnya. Setiap katakatanya akan dituruti orang-
orang Najd. Siapa pun yang sudah pernah diberikan
perlindungan oleh Abu Bara, tidak pernah diganggu
oleh orang lain.
Berdasarkan pertimbangan ini dan peluang besar
berkembangnya Islam di Jazirah Arabia. Rasulullah
‫ ﷺ‬memanggil Al Mundir bin Amr dari bani
Sa'idah. Beliau menugasi Al Mundir memimpin 70 orang
muslim pilihan untuk menyebarkan ajaran Islam di Najd.

Rombongan dai itu pun berangkat dengan penuh harap


akan datangnya kebaikan. Apakah benar mereka akan
diterima dengan baik atau sebaliknya, malah
dikhianati.
Tragedi Bi'ir Maunah

Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi'ir Ma'unah, ke 70


muslim itu berhenti. Daerah itu terletak di antara
wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim. Al Mundir mengutus
Haram bin Milhan menemui Amir bin Ath Thufail,
pemimpin bani Sulaim. Haram ditugasi menyampaikan
surat Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada pemimpin-pemimpin
Najd, Namun Amir bin Ath Thufail sama sekali tidak
membaca surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu. Ia bahkan
memerintahkan agar Haram bin Milhan dibunuh.

Setelah itu Amir meminta bantuan Bani Amir untuk


membunuh kaum muslimin yang lain. Bani Amir menolak
karena mereka adalah suku Abu Bara. Mereka tidak ingin
melanggar perlindungan yang diberikan pemimpin mereka
sendiri.

Amir bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku-suku


Najd yang lain. Beberapa suku menyatakan dukungan atas
penghianatan Amir. Dengan cepat mereka berkumpul dan
berangkat mengepung sahabat-sahabat Rasulullah
‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah.

Mulai curiga karena Haram bin Milham tidak kunjung


kembali, kaum muslimin di Bi'ir
Mau'nah mulai meningkatkan kewaspadaan. Namun segala
tindakan untuk menarik diri dari tempat itu sudah
terlambat, karena dari segala penjuru para prajurit
Najd muncul mengepung.

Segera saja kaum muslimin mencabut pedang dan siap


bertarung. Pertempuran tidak seimbang segera pecah.
Para Dai itu bertempur mati-matian tanpa sedikit pun
niat untuk menyerah. Al Mundir yang saat itu tengah
menengok ternak yang menjadi perbekalan mereka,
berlari dan terjun ke pertempuran. Hampir seluruh
sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬di Bi'ir Mau'nah gugur
kecuali dua orang.

Kaab bin Said disangka telah mati, namun begitu


pasukan Najd pulang, Ka'ab bangun dan pulang ke
Madinah dengan tubuh di penuhi luka.
Satu orang lagi bernama Amir bin Umayyah.

Di tengah perjalanan pulang ke Madinah Amir bin


Umayyah bertemu dua orang yang mencurigakan. Dikiranya
kedua orang itu termasuk pasukan yang menyergap dan
membunuh para sahabatnya. Pada tengah malam Amir
menyerang dan berhasil membunuh kedua orang itu.
Sampai di Madinah Amir mengakui semuanya, termasuk dua
orang yang ia bunuh. Namun kedua orang itu ternyata
bukanlah musuh. Mereka justru termasuk suku bani Amir
yang telah terikat perjanjian jiwar atau bertetangga
baik dengan kaum muslimin.
*Bersambung...*
07/10/21 19.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 104
Membayar Diyat

Alangkah berdukanya Rasulullah ‫ﷺ‬. Pilu yang


amat sangat terasa oleh Beliau akibat pembantaian itu.
Alangkah susah payahnya beliau menahan duka cita.
Dengan lirih Beliau berkata ini adalah tanggung jawab
Abu Bara, sudah sejak semula aku berat hati dan
khawatir sekali.

Abu Bara juga sangat terkejut. Terpukul sekali dengan


penghianatan yang dilakukan Amir bin Ath Thufail. Abu
Bara merasa amat terhina, tidak disangkanya Amir bin
Ath Thufile melanggar perlindungan yang diberikan
kepada kaum muslimin. Tindakan itu sama dengan
mencoreng arang di dahi Abu Bara, Anak Abu bara sangat
memahami perasaan ayahnya. Pemuda bernama Rabi'a itu
bangkit.

"Aku akan menghukum Amir bin Ath thufail dengan kedua


tanganku sendiri."

Setelah berkata begitu Rabi'a pun pergi sambil


memanggul tombak. Sampai di tempat Amir bin Ath
Thufail, Rabi'a menghampiri orang itu. Dengan mata
menyala. Tanpa sempat dicegah siapa pun, Rabi'a
menghantamkan tombaknya. Dan Amir bin AthThufail pun
rubuh.

Begitu dalamnya duka cita Rasulullah ‫ ﷺ‬atas


kematian para sahabatnya sampai selama 30 Hari penuh
beliau harus mendoakan mereka. Dalam doa yang
dibacakan setiap selesai sholat subuh itu, beliau juga
berdoa, semoga Allah mengadakan pembalasan terhadap
mereka yang telah membunuh para sahabatnya.

Namun di tengah duka yang begitu dalam Rasulullah


‫ ﷺ‬tidak lupa untuk berbuat adil. Begitu
mendengar bahwa ada dua orang sahabat kaum muslimin
yang terbunuh dengan tangan Amir bin Umayyah,
Rasulullah ‫ ﷺ‬segera berkata

"Engkau telah membunuh dua orang berarti aku harus


membayar diyat (uang tebusan) kepada keluarga mereka."

Peristiwa Bi'ir Maunah ini menimbulkan keberanian di


hati musuh-musuh kaum muslimin di Madinah. Gugurnya
para sahabat Rasulullah ini membuat orang-orang Yahudi
bani Nadhir semakin berani. Padahal setelah Bani
Qainuqa terusir. Bani Nadhir lebih memilih diam karena
dicekam ketakutan. Namun setelah perang Uhud dan
terakhir di tragedi di Bi'ir Maunah mereka mulai
bertindak lebih berani.

Mereka menunggu kesempatan untuk membunuh Rasulullah


‫ ﷺ‬sendiri. Tanpa mereka duga kesempatan itu
segera datang.

Pengkhianatan Yahudi

Sesuai dengan perjanjian antara kaum muslimin dan


orang Yahudi. Bani Nadhir diharuskan ikut membayar
diyat yang harus dibayarkan kaum muslimin kepada
keluarga orang yang terbunuh dari bani Amir.

Karena itulah Rasulullah ‫ ﷺ‬datang ke tempat


Bani Nadhir di Quba. Beliau disertai 10 sahabat
terkemuka di antaranya Abu Bakar, Umar Bin Khattab,
dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah sholat berjamaah di
Masjid Quba, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya
memasuki perkampungan Bani Nadhir.

Setelah mengetahui maksud kedatangan beliau orang-


orang Bani Nadhir menunjukkan wajah yang manis,

"Kami akan membantumu Muhammad, sekarang duduklah di


sini biar kami menyiapkan dulu keperluanmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya duduk di tepi


rumah beratap tinggi milik salah seorang Yahudi.

Sementara itu orang-orang Bani Nadhir tidak menyiapkan


uang untuk membantu membayar diyat, melainkan malah
berkasak-kusuk perihal rencana jahat mereka.

"Tidak ada lagi kesempatan sebagus ini untuk membunuh


Muhammad," ucapan salah seorang pemuka Yahudi.

"Engkau benar," ujar seorang Yahudi lain dengan mata


berkilat.

"Pada waktu lain, sangat susah membunuh Muhammad


karena ia selalu berada di tengahtengah sahabatnya.
Kini justru Muhammad datang di tengah kita. Jika kita
biarkan kesempatan ini akan berlalu begitu saja."

Akhirnya orang-orang Yahudi itu sepakat untuk membunuh


Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam.

"Namun bagaimana cara kita membunuh dia?" tanya


seorang kebingungan.

Semua terdiam sejenak, lalu seseorang yang berwajah


licik berjalan mengambil batu penggilingan yang besar
dan berat sambil berkata,
"Siapakah di antara kalian yang mau mengambil batu
penggilingan ini Lalu naik ke atap rumah dan
menjatuhkannya ke kepala Muhammad sampai remuk?"

Majulah seseorang yang paling jahat di antara mereka


Amir bin Jahsy. "Aku!"

"Jangan lakukan itu!" cegah Sallam bin Miskam. Rupanya


ia salah satu orang yang berpikiran jernih di tempat
itu.

"Demi Allah, Allah pasti memberi tahu Muhammad tentang


rencana kita. Sesungguhnya, perbuatan itu merupakan
pelanggaran terhadap perjanjian antara kita dan dia!"

Namun yang lain tidak peduli, mereka tetap menjalankan


rencana jahat itu.

Rasulullah Selamat

Jibril pun turun memberitahu Rasulullah ‫ﷺ‬


tentang rencana jahat itu. Seketika itu juga beliau
bangkit dan pergi dengan cepat seolah-olah ada sesuatu
keperluan. Para sahabat yang menyertai beliau sama
sekali tidak diberi tahu apa-apa. Karena itu mereka
menunggu Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali.

Kini giliran orang-orang Yahudi yang kebingungan.


Mendadak saja rencana mereka gagal karena itu mereka
bermanis-manis wajah kepada para sahabat yang menunggu
untuk menghilangkan kesan buruk.

Setelah cukup lama menunggu Rasulullah tidak kembali,


para sahabat Rasulullah memutuskan untuk pulang
mencari beliau. Mereka menemukan Rasulullah ‫ﷺ‬
telah berada di masjid Madinah.
"Ya Rasulullah, tiba-tiba saja Tuan pergi sedangkan
kami tak menyadari," kata para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu rencana jahat Yahudi Bani


Nadhir terhadap dirinya. Beliau pun memanggil Muhammad
bin Maslamah untuk menyampaikan pesan beliau kepada
Bani Nadhir.

Muhammad bin Maslamah berkata di hadapan orang-orang


Yahudi,

"Tinggalkan Madinah dan jangan hidup bertetangga


dengan ku. Kuberi waktu 10 hari. Siapa saja yang masih
ku temui setelah itu akan ku penggal lehernya."

*Bersambung...*
08/10/21 07.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
Bagian 105
Bani Nadhir pun tercekam rasa takut dan bingung. Tidak
ada pilihan lain bagi mereka selain menyiapkan diri
untuk pergi. Mereka mulai mengemas barang-barang ke
atas unta-unta mereka.

Ketika Abdullah bin Ubay datang. Gembong orang-orang


munafik itu berkata,

"Kuatkan hati kalian bertahanlah dan jangan tinggalkan


rumah kalian. Aku mempunyai dua ribu orang yang siap
bergabung di benteng kalian. Mereka siap mati demi
membela kalian. Jika kalian diusir, kami juga akan
pergi bersama kalian dan sekali-kali kami tidak akan
patuh kepada seseorang untuk menyusahkan kalian. Jika
kalian diperangi, pasti kami akan membantu kalian.
Orang-orang Bani Quraizhah dan sekutu kalian dari
Ghatafan tentu juga akan mengeluarkan bantuan kepada
kalian."

Mendengar ini orang-orang Bani Nadhir pun mengurungkan


niatnya untuk pergi. Rasa percaya diri mereka bangkit
dan mereka pun siap bertempur.
Tindakan Yahudi Bani Nadir adalah pelanggaran
perjanjian damai dengan kaum muslimin, dari Alquran
disimpulkan bahwa kaum muslimin harus menyatakan
perang dengan pihak yang berkhianat pada perjanjian
dan kaum muslimin harus membatalkan perjanjian dengan
pihak yang terlihat patuh pada perjanjian tetapi terus
menerus merongrong dan menimbulkan bahaya.

Bani Nadhir Terusir

Huyya bin Akhtab pemimpin Bani Nadhir mengirimkan


utusan kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan,

"Kami tidak akan keluar dari tempat tinggal kami


berbuatlah menurut kehendakmu!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya bertakbir dan


berangkat ke perkampungan Bani Nadhir bendera pasukan
diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib, sedangkan
pemerintahan Madinah dipercayakan kepada Ibnu Ummi
Maktum.

Duabelas malam lamanya pasukan muslim mengepung dan


bertempur. Orang-orang Bani Nadhir bertempur dengan
gigih dari rumah ke rumah. Setiap kali sebuah rumah
sudah tidak bisa dipertahankan mereka robohkan rumah
itu dan mundur ke rumah berikutnya. Namun, bantuan
yang dijanjikan Abdullah bin Ubay tidak juga tiba.

Untuk lebih menekan lawan, Rasulullah ‫ﷺ‬


memerintahkan agar para sahabat menebangi dan membakar
kebun kebun kurma Bani Nadhir.

Orang-orang Bani Nadhir memprotes keras,


"Muhammad! Tuan melarang orang berbuat kerusakan. Tuan
cela orang yang berbuat begitu akan tetapi, mengapa
pohon-pohon kurma kami ditebangi dan dibakar?"

Kemudian turunlah firman Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬untuk menjawab


kata-kata Yahudi itu,
‫مَا َق َطعْ ُت ْم مِنْ لِي َن ٍة ْأو َترَ ُتمُوهَا َقا ِئم ًَة عَ ٰ أصُولِهَا َف ِب ْذ ِن ا‬ ‫َ ِ َو ِل ُْخزيَ ال َفاسِ ِق‬

Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik


orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh)
berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah
dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan
kehinaan kepada orang-orang fasik. Surah Al-Hasyr
(59:5)

Setelah itu, pertempuran tidak berlangsung lebih lama


semangat orang-orang Yahudi pun luruh, berserakan
seperti dedaunan kering. Mereka pun membuat pernyataan
menyerah.

"Muhammad kami siap pergi dari Madinah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi mereka kesempatan untuk


pergi dengan membawa segala harta yang dapat dimuat ke
atas seekor unta. Sisanya disita kaum muslimin
termasuk senjata dan perlengkapan perang sebanyak 50
Baju besi dan 340 bilah pedang, menjadi milik kaum
muslimin.

Hanya dua orang Yahudi yang memilih masuk Islam, Yamin


bin Ahmad dan Abu Saad bin Wahab. Harta kedua orang
ini dikembalikan kepada mereka.

Perang Bani Nadhir ini terjadi pada bulan Rabiul awal


tahun 4 Hijriyah Agustus 625 Masehi.

Setelah Terusir Bani Nadhir pindah ke Khaibar. Dari


sana mereka meneruskan tindakan memusuhi kaum muslimin
dengan gigih. Merekalah yang kemudian menghasut dan
mendorong Quraisy mengerahkan pasukan yang sangat
besar untuk menyerang Madinah.

Ketentraman

Tanah-tanah milik Bani Nadhir bukanlah tanah harta


rampasan perang yang bisa dibagikan, melainkan menjadi
milik Rasulullah ‫ﷺ‬. Pembagian tanah itu
diserahkan sepenuhnya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah menyisihkan hak kaum fakir dan miskin beliau


membagi-bagikan tanah itu untuk kaum Muhajirin yang
hidup menumpang dan tidak mempunyai tanah garapan.
Dengan demikian kaum Muhajirin kini bisa mandiri tanpa
harus lagi menggantungkan bantuan kepada kaum Anshor.
Hanya ada dua orang Anshor yang mendapat pembagian
tanah ini, Abu Dujana dan Sahl bin Hunaif. Mereka
memang sudah terdaftar sebagai orang-orang miskin.

Sampai sebelum Bani Nadhir terusir, sekretaris


Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah seorang Yahudi.
Pengangkatan orang Yahudi ini bertujuan untuk
memudahkan penulisan dan pengiriman surat dalam bahasa
Ibrani dan Asiria.

Akan tetapi setelah orang-orang Yahudi pergi,


Rasulullah ‫ ﷺ‬khawatir apabila jabatan penting
itu masih ada di tangan orang di luar Islam. Karena
itulah beliau memilih Zaid bin Tsabit seorang pemuda
cerdas untuk menjadi sekretaris beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menugasi Zaid bin Tsabit


mempelajari kedua bahasa itu.

(Di kemudian hari, Zaid bin Tsabit inilah yang


mengumpulkan Al Quran pada masa Khalifah
Abu Bakar dan dia pula yang kembali mengawasi
pengumpulan Al-Quran pada masa Khalifah Usman bin
Affan.)

*Bersambung...*
08/10/21 07.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 106
Suasana Madinah pun menjadi tentram setelah Bani
Nadhir dikeluarkan. Hati mereka semua lega dengan
suasana yang begitu tenang tentram dan aman. Al
Muhajirin kini dapat hidup mandiri berkat tanah-tanah
yang dibagikan dan itu membuat orang-orang Anshor
turut bergembira.

Namun peristiwa Perang Uhud sudah hampir setahun


berlalu, Rasulullah ‫ ﷺ‬teringat ancaman Abu
Sufyan yang diucapkan ketika Perang Uhud berakhir,
"Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar.
Sampai jumpa tahun depan."

Kata-kata itu adalah tantangan untuk bertempur lagi di


lembah Badar. Rosululloh ‫ ﷺ‬mewaspadai apa yang
akan dilakukan orang-orang Quraisy. Kekhawatiran
beliau ternyata benar-benar terjadi karena tidak lama
kemudian, tibalah seorang utusan Quraisy dan membawa
sebuah pesan

Badar Terakhir

Utusan Quraisy itu bernama Nu'aim bin Mas'ud. Ia tiba


di Madinah dan mengabarkan:
"orang-orang Quraisy telah mengerahkan tentaranya
dalam jumlah yang begitu besar dan tidak ada taranya
dalam sejarah bangsa Arab.
Tentara besar itu kini sudah bergerak ke lembah Badar,
mereka siap memerangi kalian sekaligus
meluluhlantakkan kalian hingga tidak bersisa. Jika
kalian berani pergi ke lembah Badar."

Mendengar berita itu banyak kaum muslimin menunjukkan


keengganannya.

"Lebih baik kita abaikan saja tantangan itu."

Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬menjadi marah


terhadap sikap lemah dan ingin mundur itu. Rasulullah
‫ ﷺ‬bahkan bersumpah bahwa beliau akan tetap
pergi ke Badar walau seorang diri.

Melihat kemarahan Rasulullah ‫ ﷺ‬itu, lenyaplah


rasa ragu dan takut di hati kaum muslimin. Mereka
segera pulang ke rumah dan menyiapkan segala
sesuatunya. Bekal makanan senjata dan berpamitan
kepada keluarga yang ditinggalkan.

Setelah itu 1500 orang prajurit muslim di bawah


komando Rasulullah ‫ ﷺ‬langsung berangkat
meninggalkan Madinah.

Sebenarnya Abu Sofyan sendiri enggan berperang pada


tahun ini, musim kering tengah mengganas. Harapan Abu
Sufyan sebenarnya agar perang diadakan pada waktu lain
saja. Namun ia terlanjur melepaskan kata-kata
tantangan pada Perang Uhud akhir itu.

Karena itu ia tidak mungkin tidak berangkat memenuhi


tantangannya sendiri. Hal itu akan membuat cemar
Quraisy di mata orang-orang Arab. Akhirnya Abu Sufyan
memutuskan untuk mengirim Nu'aim masuk ke Madinah.
Nu'aim disuruhnya mengeluarkan kata-kata untuk
menggertak kaum muslimin dan melemahkan semangat
mereka.

Walaupun demikian Abu Sufyan tetap memimpin pasukan


sebesar 2000 orang. Mereka keluar dari Mekkah tidak
dengan semangat sebesar dulu ketika menyongsong Perang
Uhud. Apalagi mereka juga mendengar bahwa kaum
muslimin telah menanti mereka di lembah badar dengan
semangat tinggi.

Syaja'ah adalah keberanian. Orang yang disebut berani


adalah orang yang tidak gentar menghadapi bahaya dan
menghindarkan bahaya yang lebih besar. Ia maju
menghadapi kesulitan karena yakin bahwa dibalik
kesulitan itu akan lahir sebuah kebahagiaan.

Kemenangan
Pasukan Quraisy sudah berjalan selama 2 hari dan tiba
di Zahran dan bermalam di Majannah, sebuah pangkalan
air di daerah itu. Namun hati Abu Sufyan semakin
berat. Ia memikirkan lagi akibat perperangan dengan
kaum muslimin. Ketakutan membayangi hatinya. Puncaknya
Abu Sufyan berusaha mencari alasan untuk pulang.

Abu Sufyan berkata kepada teman-temannya, "Saudara-


saudara Quraisy, sebenarnya yang cocok buat kita
hanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita dalam
musim kering. Saya sendiri mau kembali pulang, maka
dari itu pulang sajalah kamu sekalian."

Tidak ada yang menentang pendapat itu karena semua


prajurit Mekah juga dilanda ketakutan yang sama.
Akhirnya pasukan Quraisy pun kembali pulang. Sementara
itu
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin terus-menerus
menantikan mereka selama 8 hari.

Kesempatan itu digunakan kaum muslimin untuk


berdagang. Perdagangan itu menghasilkan keuntungan
yang banyak. Kaum muslimin pun kembali ke Madinah
dengan gembira, karena Allah telah memberikan
keberuntungan yang demikian besar.
"Berita mengejutkan, saudara-saudara!" seru seorang
Arab pedalaman kepada orang-orang di sukunya.

"Orang-orang Quraisy mengundurkan diri sebelum


bertempur, sementara Muhammad dan para sahabatnya
menunggu mereka di Badar selama berhari-hari!"

Temannya berdiri dan meludah ke tanah,

"Pengecut! Padahal mereka telah memukul Muhammad di


Uhud! Jika terus begini, kesudahan orang-orang Mekkah
sudah dapat diramalkan dari sekarang!"

Dengan demikian, Perang Badar terakhir itu benar-benar


telah menghapus kemenangan Quraisy pada perang Uhud.
Tindakan pengecut Quraisy yang menarik diri sebelum
tiba di tempat pertempuran telah membuat nama mereka
tercemar melebihi ketika mereka kalah pada Perang
Badar pertama.

Sementara itu walaupun pasukannya mendapatkan


kemenangan. Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap waspada.

Terbukti, tidak lama setelah itu terdengar berita


bahwa pasukan Bani Ghafatan dari Najd tengah berkumpul
untuk menyerang Madinah dalam jumlah yang sangat
besar.

*Bersambung...*
09/10/21 19.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 107
Perang Sobekan Kain

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyerahkan kepemimpinan Madinah


kepada Abu Dzar Al-Ghifari, kemudian Beliau berangkat
bersama pasukannya secara diam-diam. Tujuannya
menyergap musuh sebelum mereka sempat mempersiapkan
diri.

Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan perang itu."Waktu


itu, setiap 6 orang dari kami bergantian menaiki
seekor unta. Kemudian telapak kaki pecah-pecah.
Telapak kaki saya sendiri pecah dan kuku-kukunya
copot. Waktu itu, kami membalut kaki-kaki kami dengan
sobekan kain, karena itu aku menyebut peperangan ini
dengan Dzatur Riqo atau sobekan kain.

Sejumlah 400 orang sahabat dipimpin Rasulullah


‫ ﷺ‬berhasil melakukan serangan mendadak
terhadap kumpulan pasukan Bani Ghatafan di Nakhl.
Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬menurunkan rasa takut di hati pasukan
musuh yang jumlahnya jauh lebih besar itu sehingga
mereka lari pontang-panting tanpa bertempur sama
sekali. Harta dan kaum wanita ditinggalkan begitu saja
untuk ditawan pasukan muslim.

Setelah kemenangan gemilang itu Rasulullah ‫ﷺ‬


dan para sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan
balik musuh. Dalam keadaan seperti itu Rasulullah
‫ ﷺ‬memimpin sahabatnya melakukan shalat khauf
(shalat dalam keadaan takut).

Satu kelompok berbaris bersama Rasulullah ‫ﷺ‬,


sedangkan kelompok yang lain menghadap musuh. Kelompok
pertama kemudian sholat bersama Rasulullah ‫ﷺ‬
lalu Beliau berdiri tegak ketika kelompok pertama
menyempurnakan shalatnya. Setelah itu kelompok pertama
tadi mundur dan berbaris menghadapi musuh sedangkan
kelompok kedua maju dan Rasulullah ‫ ﷺ‬mengimami
mereka meneruskan sholatnya yang belum selesai.
Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬duduk sementara mereka
menyempurnakan shalat, kemudian mereka mengikuti
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Dalam pertempuran ini, dua orang sahabat, satu dari


Muhajirin dan satu dari Anshar mendapat giliran jaga
malam, sedangkan saudara-saudara mereka yang lain
beristirahat. Sahabat Muhajirin melakukan salat malam
dan terkena panah musuh, tetapi dicabutnya panah itu
dengan tenang dan meneruskan sholatnya. Demikian
sampai tiga kali. Ketika sahabat Anshar itu
mengetahuinya dia bertanya,

"Mengapa kamu tidak memberi tahu aku?"


"Engkau sedang membaca satu surat dan aku tidak ingin
memutuskannya," jawab sahabat Muhajirin.

Sifat pengecut tidak akan kita temukan dalam kisah


Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya. Jika menjadi
pengecut, ilmu kita akan padam. Orang lain bahkan diri
sendiri tidak akan mendapat manfaatnya. Orang pengecut
pekerjaannya akan sia-sia. Duduknya di bawah tidak
berani di atas dia hanya menjadi pengikut tidak berani
diikuti.

Bani Musthaliq

Setelah kemenangan pada Perang Badar kedua Rasulullah


‫ ﷺ‬memerintahkan para penyair muslim untuk
menyebarkan syiar Islam tentang kemenangan dan
kegagalan pasukan Quraisy. Tidak hanya sampai di situ
para penyair itu juga mencela Abu Sufyan dan
pasukannya.

Hal itu tidak dibiarkan oleh sekutu Quraisy yang


paling kuat yaitu Bani Musthaliq. Bani musthaliq
adalah penguasa perdagangan. Mereka mempunyai banyak
harta dan budakbudak kulit hitam, selain itu mereka
membiarkan orang-orang Quraisy menjadi pemimpin mereka
karena orang-orang Quraisy-lah yang tinggal di dekat
Kabah tempat patung-patung Tuhan mereka diletakkan.

Bani musthaliq mengutus para penyairnya menemui Abu


Sufyan untuk menghibur pemimpin Quraisy itu. Para
penyair melantunkan kata-kata cacian bagi Rasulullah
‫ ﷺ‬dan para sahabatnya. Al Haris pemimpin Bani
Musthaliq juga mengajak suku-suku di sekitar Bani
Musthaliq untuk berkumpul menyusun pasukan. Semua suku
yang mendukungnya adalah mereka yang bertempat tinggal
di tepi laut merah.

Selanjutnya Bani Musthaliq maju sebagai komandan


perang Pasukan gabungan itu. Bendera kini diserahkan
orang Quraisy kepada Al Haris. Dari kemampuan tempur
Al Haris memang lebih pantas menjadi Panglima
dibandingkan Abu Sufyan. Di bawah kepemimpinannya
semua persiapan pasukan di lakukan dengan sungguh-
sungguh.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa pasukan ini akan


menyerang Madinah, maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pergi
meninjau wilayah musuh untuk mengetahui tempat terbaik
bagi kaum muslimin apabila harus bertempur.
Setelah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya,
Rasulullah ‫ ﷺ‬memutuskan untuk menyambut
pasukan musuh.

Yang menakjubkan adalah cara Rasulullah ‫ﷺ‬


menjinakkan hati Abdullah bin Ubay yang sebenarnya
sangat membenci kaum muslimin. Abdullah bin Ubay
ditugasi pemimpin pasukan Anshor dari suku Khazraj.

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian mengundi di antara


istri-istrinya, Siapakah di antara mereka yang akan
diajak mengikuti pertempuran. Ternyata nama Aisyah
yang keluar. Maka Aisyah bisa dinaikkan ke unta yang
khusus disediakan untuk beliau.

Penyair berperan penting dalam Perang urat syaraf.


Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah berkata kepada Hasan bin
Tsabit seorang penyair.

"Wahai Hasan, engkau berjuang melawan orang kafir dan


Jibril selalu bersamamu. Ketika sahabatku bertempur
menggunakan senjata, engkau bertempur dengan kata-
katamu."

*Bersambung...*
09/10/21 19.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 108

Juwairiyah binti Harits

Sejumlah1500 pasukan muslim diperintahkan Rasulullah


‫ ﷺ‬untuk bergerak dengan cepat sehingga musuh
kesulitan mengetahui di mana pasukan Rasulullah
‫ ﷺ‬berada. Kemudian di sebuah tempat yang
memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬saat
meninjau musuh, pasukan muslim menyerang dengan
kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu
terjadi di Medan terbuka. Hujan panah jarak jauh
pasukan muslim membuat musuh tercerai-berai, sehingga
begitu pasukan utama muslim tiba, dengan mudah mereka
membuat kocar-kacir barisan musuh.

Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani


Musthaliq tertawan. Sejumlah harta berupa unta, kuda
dan barang-barang lain dapat direbut. Al Haris
komandan tertinggi musuh, jatuh tersungkur dihantam
panah. Putrinya ikut menjadi tawanan.

Para tawanan dan harta dibagi-bagikan kepada pasukan.


Putri Al Haris bernama Barrah menjadi bagian seorang
muslim yang miskin. Muslim ini menghendaki keluarga
Barrah menebusnya dengan harta. Namun Barrah sudah
tidak mempunyai apa-apa lagi. Karena itu, Barrah
menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mengadu,

"Saya adalah Putri Al Haris pemimpin Bani Musthaliq.


Lelaki yang menawan saya lebih menginginkan harta
daripada menjadikan saya istri atau budaknya, bantulah
saya untuk memerdekakan diri saya."
Rasulullah ‫ ﷺ‬Alaihi Wasallam berpikir dalam-
dalam. Apabila Barrah dibebaskan dan kembali ke tengah
kaumnya, ia sangat mungkin akan membangkitkan kaumnya
untuk membalas kekalahan mereka. Rasulullah ‫ﷺ‬
mengetahui dari wajah Barrah yang matanya memancarkan
kecerdasan dan keberanian bahwa ia bukan gadis biasa.
Dia akan mampu menerjang berbagai rintangan.

"Apa kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari itu?"
tanya Rasulullah.

"Apa itu?"

"Aku akan membayar uang tebusan mu, lalu akan


menikahimu."
Barras setuju dan ia masuk Islam. Setelah menjadi
istri Rasulullah ‫ﷺ‬, namanya menjadi
Juwairiyah. Kini Bani Musthaliq sekutu dekat orang
quraisy, menjadi sekutu dekat Rasulullah ‫ﷺ‬
berkat pernikahan ini. Mereka merasa terhormat tuan
putrinya menjadi istri Rasulullah. Setelah itu,
banyaklah kaum Bani Musthaliq yang memeluk Islam.
Subhanallah.

Hasutan Abdullah bin Ubay

Setelah memetik kemenangan gemilang itu. Pasukan


muslim kembali berbaris pulang ke Madinah. Di Telaga
Al Muraisy mereka singgah sebentar untuk beristirahat
dan memberi minum ternak. Di tempat itu terjadi
pertengkaran antara pelayan Umar bin Khattab bernama
Jahjah Bin Said Al Ghifari dengan Sinan bin Webr Al
Jasni. Keduanya saling bertengkar hebat sampai Sinan
berteriak memanggil kaumnya,

"Wahai kaum Anshar!"

Jahjah pun membalas dengan teriakan,

"Wahai kaum Muhajirin!"

Orang-orang pun berdatangan termasuk Abdullah bin


Ubay, Dengan berang, Abdullah bin Ubay berkata kepada
orang-orang munafik yang mengelilinginya,

"Mereka (Muhajirin) adalah menyaingi dan mengungguli


kita di negeri kita sendiri. Demi
Allah antara kita dan orang-orang Quraisy ini
(Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum Muhajirin adalah suku
Quraisy) tak ubahnya seperti yang dikatakan orang,
"Gemukkan anjingmu agar menerkammu!" Demi Allah, jika
kita telah sampai di Madinah, orang yang mulia pasti
akan mengusir kaum yang hina (Muhajirin)!"

Zaid bin Arqam mendengar kata-kata yang sangat


berbahaya ini lalu ia cepat-cepat melaporkan hal itu
kepada Rasulullah ‫ﷺ‬. Mendengar itu Umar bin
Khattab yang berada di samping Rasulullah berkata,

"Wahai Rasulullah, perintahkan saja Abbad bin Bisyr


untuk membunuh Abdullah bin Ubay!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab,
"Bagaimana, wahai Umar jika kelak orang-orang bicara
bahwa Muhammad telah membunuh salah seorang
sahabatnya? tidak aku tidak akan membunuhnya!"

Seketika itu juga Rasulullah ‫ ﷺ‬mengeluarkan


perintah agar kaum muslimin segera berangkat. Walau
dengan keheranan karena belum cukup beristirahat pada
hari sepanas itu, kaum muslimin segera mengikuti
perintah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Hari itu Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin


berjalan terus melampaui malam sampai keesokan
harinya. Ketika Rasulullah memerintahkan pasukannya
berhenti untuk beristirahat semua orang jatuh tertidur
karena begitu lelah.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sengaja mengajak pasukannya


berjalan terus sehari semalam agar kelelahan, ini akan
membuat semua orang melupakan hasutan Abdullah bin
Ubay yang mengatakan bahwa nanti di Madinah orang
Anshar akan mengusir kaum Muhajirin.

Surat Al Munafiqun

Saat itu turunlah Surat Al Munafiqun,

َ ‫ِن َ َو ٰ َل ِ َّ ن‬ َ َ ‫أْل‬ َ ‫أْل‬


ِ ِ ‫قُولونَ ِل ْ رَ جَ عْ َنا إِ ال َمدِي َن ِة ل ُْخرجَ َّ ن ا عَ ُّ ز ِم ْنهَا ا ذ َّ ل ۚ َ ِو‬
ِ ‫الع َّ زةُ َولِرَ س‬
ِ ‫ُول ِه َولِلم ُْؤم‬
َ
‫ال ُمناف ِِق َ َ َ عْ ل ُم‬ َ‫ون‬

Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali


ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir
orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan
itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi
orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu
tiada mengetahui. Surah Al-Munafiqun (63:8)

*Bersambung...*
10/10/21 09.59 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 109

Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang


juga bernama Abdullah, menemui Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Ya, Rasulullah," panggil Abdullah,


"Saya dengar Tuan ingin membunuh ayahku. Jika benar
Tuan ingin melakukannya, perintahkanlah aku. Aku
bersedia membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah,
tidak ada orang dari suku Khazraj yang dikenal lebih
baik sikapnya kepada orangtuanya daripada aku. Aku
takut engkau akan memerintahkan orang selain aku untuk
membunuhnya sehingga jiwaku tidak tahan melihat
pembunuh ayahku berjalan di tengah masyarakat, lalu
aku membunuhnya pula. Ini berarti aku membunuh seorang
mukmin karena seorang kafir sehingga aku menjadi
penghuni neraka."

Akan tetapi, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berlaku


baik kepadanya selama dia masih tinggal bersama kita."

Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin


Ubay. Setiap kali ia mengemukakan pendapat, seketika
itu pula kaumnya menentang dan mengencamnya.

Melihat keadaan itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya


sambil tersenyum kepada Umar bin Khattab,

"Bagaimana pandanganmu sekarang, wahai Umar? Demi


Allah, seandainya engkau membunuhnya pada hari kau
katakan kepadaku, 'Bunuhlah dia' niscaya orang-orang
akan ribut. Namun, seandainya aku perintahkan kamu
untuk membunuhnya sekarang, apakah kamu akan
membunuhnya juga?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya demikian karena saat itu


lidah bercabang Abdullah bin Ubay sudah habis
kekuatannya. Tidak usah dibunuh pun ia sudah sama
sekali tidak berdaya.

Umar Bin Khattab pun mengakui pandangan jauh


Rasulullah ‫ﷺ‬,

"Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan


Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih besar berkahnya daripada
pendapatku."

Bunda Aisyah Kehilangan Kalung

Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan


Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu peristiwa yang
mengganggu ketentraman hati Rasulullah ‫ﷺ‬.
Kejadian ini mengenai istri Rasulullah ‫ ﷺ‬yang
ikut dalam peperangan kali ini, yaitu Aisyah.

Penuturan Aisyah kejadian ini, setelah selesai


peperangan, Rasulullah ‫ ﷺ‬bergegas pulang dan
memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada
malam hari. Pada saat semua orang sedang berkemas-
kemas hendak berangkat aku keluar untuk membuang
hajat, kemudian aku kembali hendak bergabung dengan
rombongan. Pada saat itu kuraba raba kalung di leher
ku, ternyata sudah tak ada lagi. Kemudian aku kembali
lagi ke tempat aku mau buang hajat tadi, untuk
mencari-cari kalung hingga dapat ku temukan kembali.

Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah


orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku.
Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku
telah berada di dalam haudaj (rumah kecil yang
terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam
perjalanan.
Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian
diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali tidak
menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, karena
itu mereka segera memegang tali kekang lalu mulai
berangkat!

Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak ku


jumpai seorang pun yang masih tinggal. Semua telah
berangkat.

Dengan berselimutkan jilbab Aku berbaring di tempat


itu. Aku berpikir pada saat mereka mencari-cari aku
tentu mereka akan kembali ke tempatku.

Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba


Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya ia bertugas di
belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-
bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku. Ia
sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita
dikenakan wajib berhijab. Ketika melihatku, Ia
berucap,

"Innalillahi wa innailaihi roojiun! Istri Rasulullah?"


Aku pun terbangun oleh ucapannya itu. Aku tetap
menutup diriku dengan jilbabku.

"Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun


dan aku tidak mendengar ucapan dari nya kecuali ucapan
innalillahi wa innailaihi roojiun itu. Kemudian dia
merendahkan untanya lalu aku menaiki unta itu ia
berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki
sampai kami tiba di Nahri Adh Dhahirah tempat pasukan
turun beristirahat."

Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah


ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul."

Aisyah Jatuh Sakit

"Lihat Mengapa istri Rasulullah Shallallahu Alaihi


Wasallam berjalan bersama orang yang bukan muhrimnya?"
seru Abdullah bin Ubay. Mungkinkah mereka ternyata
saling menyukai?"

Beberapa orang muslim termakan oleh hasutan ini


sehingga berita bohong itu tersiar dengan cepat. Kali
ini, bukan saja oleh Abdullah bin Ubay, tetapi juga
diperkuat oleh orangorang lain. Aisyah sendiri tidak
mengetahui adanya berita bohong itu karena beliau
jatuh sakit begitu tiba di Madinah.

Aisyah menuturkan,
"Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama
sebulan. Saat itu rupanya orangorang sudah banyak
mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku
belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja, aku
tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ‫ﷺ‬
yang biasa ku rasakan ketika aku sakit. Beliau hanya
masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya,

"Bagaimana keadaanmu?"

Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam


bersama ummy Masthah untuk membuang hajat. Waktu itu
kami belum membuat kakus. Pada saat kami pulang tiba-
tiba kaki ummu Masthah terantuk hingga kesakitan dan
terlontar ucapan dari mulutnya, "Celaka si Masthah!"

Ia pun ku tegur,

"Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seseorang


dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam Perang
Badar!"

Ummu Masthah bertanya,

"Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?"

Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang


tersiar sehingga sakitku bertambah parah....
Malam itu aku menangis hingga pagi. Air mataku terus
menetes dan aku tak dapat tidur.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat para sahabatnya


tentang Aisyah

"Wahai Rasulullah, Para istrimu adalah keluargamu kami


tidak mengetahui tentang mereka kecuali kebaikan,"
jawab para sahabat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Bariroh pelayan


perempuan bunda Aisyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya,

"Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari


Aisyah?"

Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah


kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang sangat baik,
akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri di atas mimbar.

*Bersambung...*
10/10/21 09.59 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬
Bagian 110
Rasulullah pun Terganggu

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Wahai kaum muslimin siapa yang akan membela ku dari
laki-laki yang telah menyakiti keluargaku (dengan
menyebarkan berita bohong)? Demi Allah, aku tidak
mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik.
Sesungguhnya mereka orang-orang yang menyebarkan
berita bohong itu telah menyebut nama seorang laki-
laki (shofwan) yang aku tidak mengenal yaitu kecuali
sebagai orang yang baik."

Berita bohong tersebut telah menyakiti hati Rasulullah


‫ ﷺ‬dan keluarganya. Kemudian Rasulullah
‫ ﷺ‬datang mengunjungi Aisyah yang saat itu
memang sedang dirawat di rumah orangtuanya.

Aisyah menuturkan. Kemudian Rasulullah ‫ﷺ‬


datang ke rumahku. Saat itu Ayah Ibuku berada di
rumah. Ayah Ibuku menyangka bahwa tangisku telah
menghancurluluhkan hatiku. Sejak tersiar berita bohong
itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah duduk di
sisiku. Selama sebulan
dia tidak mendapatkan wahyu tentang diriku. Ketika
duduk Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca puji syukur ke
hadirat Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬lalu bersabda,

"Ya Aisyah aku telah mendengar mengenai apa yang


dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak
bersalah Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬pasti akan membebaskan dirimu.
Jika engkau telah melakukan dosa minta ampun kepada
Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬dan bertobatlah kepada Nya."

Selesai Rasulullah ‫ ﷺ‬mengucapkan itu, tanpa


kurasakan, air mataku bertambah bercucuran.
Kemudian aku katakan kepada Ayahku,

"Ayah, berilah jawaban kepada Rasulullah ‫ﷺ‬


mengenai diriku."

Ayahku menjawab,
"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Aku katakan pula kepada Ibuku,


"Ibuku berilah jawaban mengenai diriku"

Dia pun menjawab,


"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."

Lalu aku berkata,


"Demi Allah Sesungguhnya kalian telah mendengarkan
itu, sehingga kalian telah membenarkannya. Jika aku
katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, Allah
Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah. Pasti kalian
akan membenarkan aku.
Demi Allah aku tidak menemukan perumpamaan untuk
diriku dan kalian, kecuali sebagaimana yang dikatakan
oleh Nabi Yusuf Alaihissalam, "Sebaiknya aku bersabar
kepada Allah sajalah aku mohon pertolongan atas apa
yang kalian lukiskan."

Air mata Abu Bakar pun berlinang ketika putrinya


difitnah. Dia berkata,

"Demi Allah belum pernah disebut-sebut ada persoalan


semacam ini pada masa jahiliyah, padahal ketika itu
orang tidak menyembah Allah. Tetapi sekarang pada masa
memancarkan sinar Kemuliaan Islam orang-orang
mengabarkan berita bohong seperti ini kepada keluarga
kita!"

Firman Allah

Setelah itu Aisyah berbaring di atas tempat tidur, ia


dalam keadaan lemah. Saat itu mendadak Rasulullah
‫ ﷺ‬juga terkulai lemah karena Allah SWT sedang
menurunkan firmannya. Keringat beliau bercucuran
karena beratnya Wahyu yang diturunkan,

Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong


itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu
kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia
adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka
mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan
siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang
terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya
azab yang besar.
Surah An-Nur (24:11)

Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu


orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik
terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak)
berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.
Surah An-Nur (24:12)

Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan


empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena
mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka
itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.
Surah An-Nur (24:13)

Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya


kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya
kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu
tentang berita bohong itu. Surah An-Nur (24:14)

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu


dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu
apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu
menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada
sisi Allah adalah besar. Surah An-Nur (24:15)
Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar
berita bohong itu: Sekali-kali tidaklah pantas bagi
kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan
kami), ini adalah dusta yang besar. Surah An-Nur
(24:16)

Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali


memperbuat yang seperti itu selamalamanya, jika kamu
orang-orang yang beriman.
Surah An-Nur (24:17)

dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan


Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Surah An-Nur (24:18)

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita)


perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih
di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang,
kamu tidak mengetahui.
Surah An-Nur (24:19)
‫لْو َفضْ ُل ا‬3ََْ ‫َو‬ ‫ِ عَ ل ْ ْم َورَ حْ َم ُت ُه َوأ َّ ن ا‬ ِ َ‫َ رَ ءُوفٌ ر‬
‫ح ٌم‬

Dan sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-


Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan
Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang
besar). Surah An-Nur (24:20)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti


langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti
langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu
menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan
rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang
pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji
dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah
membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Surah An-Nur
(24:21)

Setelah menerima wahyu Rasulullah Shallallahu Alaihi


Wasallam memandang Aisyah dengan tersenyum sambil
bersabda, "Bergembiralah, ya Aisyah Sesungguhnya
Allah telah membebaskan kamu."

*Bersambung...*
11/10/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 111
Ibu Aisyah berkata,
"Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah
‫ﷺ‬.

Aisyah menjawab, "Tidak. demi Allah aku tidak akan


berterima kasih kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, Sebab
aku tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena
Dia-lah yang menurunkan pembebasanku."
Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah
karena kekerabatannya dan kemiskinannya. Namun setelah
peristiwa itu Abu Bakar berkata,

"Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena


ucapannya kepada Aisyah."

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan


kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum
kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang
yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin
bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,
Surah An-Nur (24:22)

Mendengar firman ini Abu Bakar berkata,

"Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah."

Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. Sementara


itu Rasulullah ‫ ﷺ‬segera membacakan firman
Allah itu kepada kaum muslimin.
Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah,
Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy, dihukum hadd
(didera) sebanyak 80 kali cambukan.

Yahudi Menghasut

Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak


lain yang paling keras memusuhi kaum muslimin adalah
orang Yahudi.
Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir
tidak tinggal diam dari tempat tinggal mereka yang
baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan.
Rencana baru para Yahudi ini adalah menghasut orang-
orang Arab agar memerangi Madinah.

Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para


Pembesar Quraisy.

"Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk


menyerang Madinah," kata para pemuka Yahudi.

"Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih


tinggal di Madinah" tanya seorang Pembesar Quraisy.

Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui


Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah datang mereka akan
bergabung dengan tuan-tuan."
Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. Perselisihan
mereka dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dimulai karena
ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah SWT dan
melarang bersujud pada berhala.
Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka
adalah Allah? Orang Quraisy ingin mengetahui pendapat
Yahudi tentang ajaran Islam.

"Tuan-tuan Yahudi,"
"Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula,
lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim. Menurut
tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang
menyembah berhala atau agama Muhammad?"

Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama


Rasulullah ‫ ﷺ‬lebih baik karena orang Yahudi
juga menyembah Allah ‫ﷺ‬. Namun karena
kebenciannya yang sangat kepada kaum muslimin orang
Yahudi Bani Nadhir menjawab,

"Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-


tuan yang lebih benar dari dia,"

Allah menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52


yang mengecam pernyataan orang Yahudi itu.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang


diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada
jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang
Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar
jalannya dari orang-orang yang beriman. Surah An-Nisa
(4:51)

Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa


yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak
akan memperoleh penolong baginya.
Surah An-Nisa' (4:52)

Pasukan Ahzab

Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling


menemui para pemimpin kabilah Ghatafan serta semua
pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin.
Orangorang Yahudi ini sangat aktif menghimpun
dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy dan
menjanjikan bahwa kali ini pasukan muslim pasti akan
bisa di habisi sampai ke akarakarnya.

Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10000


orang Pasukan gabungan berbagai suku Arab yang
memusuhi kaum muslimin. 4000 orang di antaranya adalah
orang-orang Quraisy, selebihnya adalah dari suku-suku
Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad, dan
lain-lain.
*Bersambung...*
11/10/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 112
Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan
kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah tampuk
kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap
pemimpin suku yang lain.

Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum


wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian pasukan
raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.

"Muhammad dan Madinah akan tumpah," pikir Abu Sufyan.


"Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung
pasukan sebanyak ini. Cuma dua pilihan bagi Muhammad,
bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi
ke tempat yang jauh!"

Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum


muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh kabilah
Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka.

Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah


tidak mungkin melawan dengan ke luar kota seperti pada
perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih
banyak lagi, tiga kali lipat dari dahulu yang mereka
hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang
dengan barisan berkuda dan unta tak mungkin dihadapi
dengan cara berhadap-hadapan muka secara langsung.
Rasulullah ‫ ﷺ‬segera mengajak para sahabat
berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka harus
bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu
saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh sebesar itu
akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi
jalan di Madinah yang akan dipertahankan kaum
muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita anak-anak
dan orang orang tua akan menambah beban pasukan yang
bertahan.

Seorang sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya


menemukan jawabannya.

Menggali Parit

"Ya Rasulullah" demikian sahabat itu mengajukan usul.

"Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung


musuh, kami membuat parit di sekitar kami."

Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al


Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera
diterima oleh Rasulullah ‫ﷺ‬, dan para sahabat
segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah.
Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang
ditugasi menggali parit sepanjang 40 Hasta. Karena
itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau perang
Parit atau perang Ahzab atau Perang sekutu.

Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi


kaum muslimin adalah pasukan persekutuan beberapa
Kabilah Arab.

Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih


dulu kaum muslimin menyelesaikan parit ataukah pasukan
ahzab tiba di Madinah. Menyadari bahwa waktu sangat
penting dalam keadaan ini, semua orang pun bekerja
keras.

Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri terjun dalam penggalian


itu, begitu kerasnya Rasulullah ‫ ﷺ‬ikut
bekerja, seorang sahabat bernama Al Barra bin Azib
berkata: 'Pada waktu perang Ahzab Saya melihat
Rasulullah ‫ ﷺ‬menggali parit dan mengusung
tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada
beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang
menempel dan melumurinya.'

Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan


syair penuh semangat. 'Kami adalah orang-orang yang
telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada
Islam selama kami masih hidup.'

Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ‫ﷺ‬. 'Ya


Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan
akhirat, maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.'

Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada


sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa
dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor,

"Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami


dalam penggalian parit."
"Biarkan aku yang turun," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil


mengucapkan "Bismillah, ...." Batu yang keras itu pun
hancur seperti pasir.

Pada saat itu Allah memberi Rasulullah ‫ﷺ‬


penglihatan tentang masa depan kaum muslimin.

Roti dan Kurma

Setelah pukulan pertama Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


"Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci
Syam. Demi Allah aku benar-benar bisa melihat istana-
istana yang bercat merah saat ini."

Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya


batu keras yang tersisa sampai sebagiannya hancur
menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda,
"Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat
ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat putih."

"Bismillah, ... sambil mengucapkan itu Rasulullah


‫ ﷺ‬menghantam sisa terakhir batu itu sampai
hancur menjadi pasir. Beliau pun bersabda,
"Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi
Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu
gerbang Shan'a."

Di kemudian hari, setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬wafat


semua negeri yang beliau sebut itu takluk dalam
pelukan Islam.

Saat menggali Rasulullah ‫ ﷺ‬mengganjal perut


beliau dengan 2 buah batu untuk menahan lapar. Para
sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat
ini Jabir bin Abdullah meminta izin kepada Rasulullah
‫ ﷺ‬untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar
bertanya kepada istrinya.

"Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ‫ﷺ‬


kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu?

"Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing."

Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan


memasukkan tepung gandum ke dalam pembakaran roti.
Setelah itu ia menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
berkata,

"Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah


engkau bersama seorang atau dua orang sahabatmu."

Rasulullah ‫ ﷺ‬bertanya, " berapa banyakkah


makanan itu?"

Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu.


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu


jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan
jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum
aku datang ke sana,"

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil para sahabat


Anshar dan Muhajirin. "Wahai para penggali parit mari
kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar.

Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut.


Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh
orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua
orang kenyang, bahkan masih tersisa.
Pada saat lain, Rasulullah ‫ ﷺ‬juga membagikan
setangkup kurma kepada begitu banyak orang.
*Bersambung...*
12/10/21 18.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 113

Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan


rasa enggan, mereka sengaja menampakkan diri seperti
orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang
diamdiam melarikan diri ke rumah masing-masing.
Sementara setiap Sahabat Muslim pasti meminta izin
kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬jika mempunyai suatu
keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi
bekerja pada penggalian.

Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik


datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-orang
munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika
menggigil ketakutan.
Mereka langsung berprasangka buruk kepada Allah ‫سُ ْحَ ا َن ُه َو‬
‫ َتعَ ا‬dan rasulnya sampai mereka berkata dalam hati,
"Allah ‫ سُ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada
kami selain tipu daya."

Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada


parit yang terlalu lebar di depannya untuk
diseberangi.

Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil


berputar-putar mencari rongga parit yang sempit untuk
dilompati, Amarah mereka menggelegak bukan main. Belum
pernah dalam sejarah peperangan orang Arab melakukan
strategi seaneh ini.

Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan


musuh. Dengan tangkas mereka menghujani anak panah,
lawan yang mencoba mendekati parit.
Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy
yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul Wudd,
Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-
lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan berhasil
sampai ke seberang.

Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim


mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi Thalib, Amir
bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun
menghadapinya. Mereka berputar-putar dan suara denting
pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik
nyaring ketika mereka saling menebas dan menangkis.

Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum


muslimin yang lain berhasil mendesak para prajurit
Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang
langgang. Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan
tombaknya melihat serangan ganas para prajurit muslim.
Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi
kaum muslimin dikhianati.

Pengkhianatan Yahudi

Ketika Rasulullah ‫ ﷺ‬berhijrah ke Madinah ada


tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah:
Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah.
Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani
Nadhir terusir dari Madinah. Kepada pemimpin Bani
Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani
Nadhir datang menghasut.

Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah


akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah Huyay
menggedor berkali-kali.
"Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut
para pemimpin mereka.
Semuanya sudah berjanji kepadaku untuk tidak pulang
sebelum dapat membinasakan
Muhammad dan para pengikutnya."

Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab,

"Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku!


Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan sosok orang
yang jujur dan menepati janji!"

Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk


sampai akhirnya Kaab pun setuju untuk mengkhianati
kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar
benteng tempat kaum wanita dan anak-anak Muslim
berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit.

Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah


Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah
melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-
ngendap mengelilingi benteng, Shafiyyah segera memberi
tahu Hasan bin Tsabit,

"Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi


benteng ini. Demi Allah aku khawatir ia akan
menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya
Yahudi padahal Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat
sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan
bunuh dia!"

"Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang


mahir dalam bunuh membunuh," jawab Hasan

Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong


tiang dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Karena
tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-
terangan menyerang benteng yang mereka kira dijaga
dengan kuat.
Apa yang akan dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para
sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah
berniat menikam dari belakang?

Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh


lebih unggul dari Anshor yang terdiri atas Aus dan
Khazraj. Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat
pesat, orang Yahudi khawatir mereka akan kalah dalam
perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak
kerasulan Muhammad ‫ ﷺ‬dan mentertawakan ajaran
beliau.

*Bersambung...*
12/10/21 18.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 114
Kaum Muslimin Sangat Terkejut

Tentu saja Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya


terkejut setelah mendengar Yahudi Bani Quraizhah telah
membelot ke pihak musuh. Ini berarti pasukan muslim
yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu harus membagi
pasukan dalam dua kelompok pertempuran. Keadaan ini
benar-benar memberatkan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Saad bin Muadz pemimpin


suku Aus yang pernah menjadi sekutu sekaligus
pelindung bani Quraizhah ditemani Sa'ad bin Ubadah
pemimpin suku Khazraj dan beberapa orang sahabat
Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta mereka mengecek keadaan
bani Quraizhah.

Para sahabat itu kemudian pergi menemui bani Quraizhah


yang telah mengurung diri dalam benteng mereka. Saad
bin Muadz mencoba mengingatkan perjanjian damai yang
berisi saling bantu antara kaum muslimin dan bani
Quraizhah.

"Antara kami dan Muhammad tidak ada ikatan apa-apa dan


tidak ada perjanjian apa-apa," jawab bani Quraizhah
kepada Saad bin Muadz
Saad berusaha menyadarkan bani Quraizhah terhadap
risiko yang akan mereka hadapi karena membelot dari
perjanjian dengan kaum muslimin. Saad meminta mereka
agar tetap mau menjadi sekutu dengan segala kejujuran
sebagaimana pada masa-masa lalu dan tetap menjaga hak
kedua belah pihak agar tidak mengecewakan Rasulullah
‫ ﷺ‬pada saat-saat sulit seperti ini.

Namun jawaban bani Quraizhah sangat kasar dan


menghina. Saad bin Muadz marah sekali sampai terjadi
perang mulut antara Saad bin Muadz dan bani Quraizhah.
Akhirnya Saad dan para sahabat yang lain pulang dengan
hati kesal.
"Biarkan mereka menentang dirimu, sebab jika dilayani
hanya akan menambah ramai pertengkaran antara kita dan
mereka," hibur Sa'ad bin Ubadah kepada Saad bin Muadz.

Saad bin Muadz menemui Rasulullah ‫ ﷺ‬dan


melapor,
"Ya Rasulullah, mereka telah melanggar perjanjian
sebagaimana dulu dilakukan suku Adhal dan Qarah."

Mendengar itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


"Allahu akbar, Bergembiralah wahai kaum muslimin!"
Saad masuk Islam pada usia 31 tahun. Pada usia 37
tahun Ia pergi menemui Syahidnya. Harihari keislaman
sampai wafatnya diisi semua dengan karya-karya
gemilang dalam berbakti kepada Allah dan rasulnya.

Suara Kaum Munafik

Kata-kata hiburan Rasulullah ‫ ﷺ‬yang penuh


semangat itu tidak ditanggapi dengan baik oleh orang-
orang munafik dan mereka yang lemah Iman.

Memang benar, keadaan seperti itu membuat hampir


seluruh sahabat dilanda kecemasan. Alquran melukiskan
bahwa keadaan kaum muslimin waktu itu sedang diuji
dengan guncangan yang amat dahsyat sampai-sampai tidak
tetap lagi penglihatan mereka. Terasa sesak naik
sampai ke tenggorokan dan mereka menyangka bermacam-
macam terhadap Allah. Akan tetapi bagaimanapun
keadaannya orang yang imannya kuat tidak beranjak dari
sisi Rasulullah ‫ﷺ‬.

Berbeda halnya dengan orang-orang munafik. Mereka


berkata,

"Muhammad berjanji kepada kita semua bahwa suatu saat


kita akan merebut kekayaan Kaisar Persia dan Romawi.
Nyatanya? Hari ini saja tidak seorang pun dari kita
merasa aman, bahkan untuk sekedar pergi ke jamban."

Suara-suara Sumbang yang lain juga terdengar,

"Muhammad rumah kami saat ini sedang kosong tak


berpenghuni. Ijinkanlah kami keluar dari barisan
tempur untuk pulang ke rumah masing-masing karena
rumah kami terletak di luar Madinah."

Para sahabat setia menjadi marah,

"Mereka sungguh-sungguh penghianat. Ya Rasulullah,


ijinkanlah kami memenggal leherleher mereka!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak ingin memaksa seseorang


untuk bertempur. Beliau mengijinkan orangorang lemah
iman itu untuk pulang, biarlah hanya orang-orang yang
mampu menghadapi bahaya dan benar-benar menginginkan
mati syahid saja yang tetap bertahan di barisan
pasukan. Orang-orang lemah iman justru akan menularkan
rasa takutnya kepada banyak orang.

Dan penilaian Rasulullah ‫ ﷺ‬ini tepat sekali.


Setelah perginya orang-orang pengecut, barisan tempur
yang tersisa justru semakin bulat tekadnya untuk
bertempur dan berjuang.
Rasulullah ‫ ﷺ‬menyampaikan wahyu Allah bahwa,
jika orang melarikan diri dari kematian, seandainya
pun bisa hanya akan mengecap kesenangan dunia sebentar
saja. Tak layak seorang lari dari bencana, padahal
bencana itu datang atas izin Allah dan Allah-lah yang
satu-satunya sumber pertolongan dan perlindungan.

Pasukan Quraisy Mulai Putus Asa

Rasulullah ‫ ﷺ‬merancang suatu strategi baru.


Beliau ingin menawarkan kepada pasukan Ghathafan
sepertiga hasil perkebunan Madinah jika mereka mau
kembali pulang. Tidak ragu lagi. Orang Ghathafan pasti
akan menyambut baik dan jika mereka pulang pasukan
musuh yang tersisa tinggal 4 ribu prajurit Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta pendapat terlebih dahulu


kepada Saad bin Muadz dan Sa'ad bin Ubadah sebagai
pemimpin penduduk asli Madinah.

"Ya Rasulullah Jika Allah yang memerintahkan kami


pasti tunduk dan patuh" demikian jawab keduanya,
"namun jika ini pendapat Tuan kami tidak sependapat.
Dulu orang Ghathafan tak pernah merasakan kurma
Madinah, kecuali dengan membeli atau sedang diundang
jamuan padahal waktu itu kami semua masih musyrik.
Lalu mengapa kini setelah Allah memuliakan kami dengan
Islam kami harus menyerahkan harta kami seperti itu?
Demi Allah kami tidak akan memberikan sesuatu kepada
mereka kecuali tebasan Pedang."

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengangguk setuju,


"ini memang pendapatku sendiri sebab aku melihat
orang-orang Arab menyerang kita dengan panah."

Pertempuran dilanjutkan, Rasulullah ‫ﷺ‬


memerintahkan agar prajuritnya tidak menampakkan diri
kecuali dengan berbaju besi lengkap. Namun Saad bin
Mu'adz terkena panah hingga menembus urat tangannya.
Saat itu ia hanya mengenakan baju besi yang pendek.

Doa Saad pada waktu itu adalah,


"Ya Allah Sesungguhnya engkau tahu bahwa aku amat
mencintai Jihad melawan orangorang yang mendustakan
Rasulullah dan mengusirnya.
Ya Allah, jika engkau masih menyisakan sedikit
peperangan melawan orang-orang Quraisy, berikanlah
sisa kehidupan kepadaku agar aku bisa memerangi mereka
karena Engkau semata."

Nah pada suatu malam pasukan Quraisy yang sudah hampir


kehilangan akal untuk menerobos parit mencoba kembali
menyeberangi parit dengan pasukan berkuda pimpinan
Ikrimah bin Abu Jahal. Pasukan muslim menebarkan hujan
panah. Dalam gelap Rasulullah ‫ ﷺ‬berhasil
memanah Ikrimah sehingga pasukan musuh terperosok dan
kembali mundur.

Abu Sufyan mengirim surat kepada Rasulullah ‫ﷺ‬


yang isinya menuduh Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai
pengecut, Abu Sufyan menantang muslimin untuk
bertempur di lapangan terbuka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tersenyum dan


membalas surat itu. Isinya mengatakan bahwa dalam
waktu dekat ini beliau memang akan keluar menemui
mereka untuk mengikis habis berhala-berhala Quraisy di
Mekah. Pada hari-hari ini kesabaran memang menjadi
senjata terampuh untuk meraih kemenangan.

*Bersambung...*
13/10/21 06.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 115
Rasulullah Mengutus Nu'aim bin Mas'ud

Bersabar bukan berarti berdiam diri. Rasulullah


‫ ﷺ‬memanggil Nu'aim bin Mas'ud yang baru saja
masuk Islam dan hal itu tidak diketahui oleh musuh.
Pada masa jahiliyah Nu'aim sangat erat bersahabat
dengan bani Quraizhah dan Ghathafan.

"Ya Rasulullah, sesungguhnya kaum saya tidak


mengetahui keislaman saya. Karena itulah silahkan
kalau mau berbuat apa saja yang engkau inginkan
terhadap diri saya," kata Nu'aim.

Rosululloh ‫ ﷺ‬menjelaskan rencananya kepada


Nu'aim, setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
"Laksanakanlah rencana ini, Nu'aim karena suatu
pertempuran itu memang penuh tipu daya."

Apa yang dilakukan Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah


strategi yang luar biasa untuk memecah-belah musuh.
Atas perintah Rasulullah ‫ﷺ‬, Nu'aim pergi
menemui bani Quraizhah. Nu'aim berkata,

"Kalian semua telah tahu betapa aku sangat mencintai


kalian,"

"Kami memang tidak menaruh curiga sama sekali kepada-


mu," jawab bani Quraizhah.
Nu'aim melanjutkan,
"Sebenarnya orang-orang Quraisy dan Ghathafan tidak
sama dengan kalian sebab ini adalah negeri kalian. Di
sini lah kalian menyimpan harta dan istri-istri
kalian. Sementara itu harta dan istri-istri orang
Quraisy serta kekuatan ada di tempat masing-masing.
Lagipula pengepungan sudah berjalan terlalu lama.
Orang Quraisy dan Ghathafan mulai kehabisan bekal.
Kuda-kuda dan unta-unta mereka sudah semakin kurus
karena rumput di sekitar Madinah telah menggundul.
Sebentar lagi mereka akan pulang, sementara kalian
akan ditinggalkan sendiri untuk menghadapi Muhammad
dan pengikutnya.
Mengapa kalian sampai hati menghianati Muhammad?
Bukankah kalian mengetahui bahwa Muhammad itu sangat
jujur dan setia? Ia pasti akan membela kalian jika
kalian dalam kesulitan seperti yang tertera dalam
perjanjian di antara kalian dan Muhammad.
Jika pasukan al-Ahzab datang posisi kalian akan
terjepit. Yang pasti kalian tidak akan mampu
menghadapi Muhammad dan para pengikutnya, jika kalian
dan mereka saling berhadapan langsung."

"Apa yang harus kami lakukan?" tanya orang Yahudi itu


bingung.

"Minta sandera dari pihak Quraisy dan Ghathafan.


Dengan demikian keduanya tidak akan pulang melainkan
bertempur bersama kalian. Janganlah kalian mau disuruh
menyerang sebelum sandera-sandera dari pihak Ahzab ada
di tangan kalian," jawab Nu'aim bin Mashud.

Bani Quraizhah menyetujui usul yang menurut mereka


sangat baik ini.

Musuh Terpecah Belah

Kemudian secara diam-diam Nuaim melanjutkan visinya,


ia pergi ke perkemahan bani Ghathafan yang juga
sahabatnya. Kepada mereka Nuaim berkata,

"Sebenarnya bani Quraizhah merasa menyesal telah


memusuhi Muhammad. Mereka enggan meneruskan
pertempuran di pihak kalian. Hati-hati, mereka akan
berpura-pura meminta sandera kepada kalian, padahal
sandera itu akan diserahkan kepada Muhammad, agar
Muhammad memaafkan perbuatan mereka."

Mendengar itu para pemimpin Ghathafan dan Quraisy jadi


ragu-ragu terhadap bani Quraizhah. Abu Sufyan pun
menulis surat kepada Kaab pemimpin bani Quraizhah.
"Kami sudah cukup lama tinggal di tempat ini dan
mengepung Muhammad. Menurut hemat kami, besok kalian
harus sudah menyerbu Muhammad dari belakang dan kami
akan menyusul."
"Besok hari Sabtu," tulis Kaab. "Pada hari Sabtu kami
tidak dapat berperang atau bekerja apa pun."

"Cari hari Sabtu lain saja sebagai pengganti Sabtu


besok," geram Abu Sufyan dalam surat balasannya.
"Sebab besok Muhammad sudah harus diserbu. Kalau kami
sudah mulai menyerang Muhammad sedang kamu tidak turut
serta dengan kami, persekutuan kita dengan sendirinya
bubar dan kamulah yang akan kami serbu lebih dahulu
sebelum Muhammad!"

Bani Quraizhah tidak berani melanggar pantangan pada


hari Sabtu. Mereka mengulangi jawaban itu dengan
tambahan bahwa ada golongan mereka yang dapat
kemurkaan Tuhan karena telah melanggar hari Sabtu,
sehingga berubah menjadi monyet dan babi. Kemudian
bani Quraizhah malah meminta sandera dari pihak Ahzab
untuk ditahan di benteng mereka agar yakin bahwa orang
Quraisy dan Ghathafan tidak akan pergi begitu saja.

Mendengar itu, yakinlah pasukan Ahzab bahwa apa yang


dikatakan Nu'aim benar. Keraguan besar segera melanda
pasukan Ahzab. Jika bani Quraizhah tidak menyerang
dari belakang, mereka terpaksa harus menyerang dari
depan melalui parit. Padahal parit itu tidak akan
diseberangi dengan cara bagaimanapun.

Karena orang Quraisy menolak menyerahkan sandera.


Yakinlah bani Quraizhah bahwa mereka akan
ditinggalkan.

*Bersambung...*
13/10/21 15.44 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 116
Topan

Selama perang Ahzab yang mencekam itu tak henti-


hentinya Rasulullah ‫ ﷺ‬berdoa siang dan malam
merendahkan diri kepada Allah memohon agar pasukan
Ahzab dikalahkan dan diguncangkan.

Pada suatu malam, angin topan mengamuk melanda Madinah


dan sekitarnya. Kaum muslimin segera berlindung
dibalik pagar pertahanan. Rasa dingin begitu menusuk
tulang. Pada saat itu, Rasulullah ‫ ﷺ‬berseru
mengalahkan deru angin,

"Adakah orang yang bersedia mencari berita musuh dan


melaporkannya kepada ku, mudahmudahan Allah
menjadikannya bersamaku pada hari kiamat!"

Semua sahabat terdiam. Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi


seruannya sampai tiga kali, Namun semua sahabat
dicekam dahsyatnya topan. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
berseru,

"Bangkitlah wahai Hudzaifah, carilah berita dan


laporkan kepadaku!"

Hudzaifah bangkit dan mendengarkan pesan Rasulullah


‫ﷺ‬,

"Berangkatlah mencari berita musuh dan janganlah


engkau melakukan tindakan apa pun."

Hudzaifah berangkat dengan membawa panah. Ia berjalan


dengan susah payah melawan angin.

Hudzaifah menuturkan sendiri pengalamannya. Aku


berjalan seperti orang yang sedang dicengkeram
kematian, hingga tiba di markas musuh.
Kulihat Abu Sufyan sedang menghangatkan punggungnya di
perapian. Aku segera memasang anak panah pada busur
ku, namun aku teringat pesan Rasulullah ‫ﷺ‬,
"Janganlah engkau melakukan tindakan apapun!" Kalau
aku panah pasti akan kena pahanya.

Pada saat itu, angin dan tentara Allah sudah


mengobrak-abrik musuh, menerbangkan kuali, memadamkan
api, dan menumbangkan perkemahan. Abu Sufyan bangkit
dan berkata,

"Wahai kaum Quraisy setiap orang hendaknya melihat


siapa teman duduknya."

Aku segera memegang tangan orang yang berada di


sampingku lalu bertanya,

"Siapakah Anda?" Dia menjawab, "Fulan bin Fulan"


Selanjutnya Abu Sufyan berkata,

"Wahai orang-orang Quraisy! Demi Allah. Sesungguhnya


kalian tidak tinggal di tempat yang layak. Kuda unta
dan ternak kita banyak yang mati. Bani Quraizhah telah
mengkhianati janjinya kepada kita. Badai ini membuat
peralatan dapur kita kocar-kacir, tidak dapat
menyalakan api, dan tidak satu tenda pun yang berdiri
tegak. Oleh karena itu, pulanglah kalian. Aku sendiri
juga akan pulang."

*Bergerak ke Bani Quraizhah*


Hudzaifah pulang dengan bersusah payah dan melaporkan
apa yang dilihatnya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.
Beliau menyelimuti Hudzaifah dengan kain yang biasa
digunakan untuk sholat. Hudzaifah pun tertidur sampai
pagi. Kemudian, sambil bergurau. Rasulullah ‫ﷺ‬
membangunkan Hudzaifah.
"Bangun, wahai tukang tidur!"
Kaum muslimin memandang tempat yang baru saja beberapa
jam lalu dipenuhi ribuan musuh bersenjata lengkap itu,
kini kosong, kecuali serpihan tenda dan peralatan lain
yang berserakan di sana-sini.
Berakhirlah Perang Khandaq pada tahun kelima Hijriah.

Ketika semuanya telah terpana. Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda,

"Segala puji bagi Allah. Dialah yang telah menolong


hambanya dan memberi kekuatan kepada tentaranya.
Dialah yang mengalahkan pasukan Ahzab dengan dirinya
sendiri. Orangorang Quraisy tidak akan pernah lagi
menyerang ke sini. Sebaliknya, kita yang akan
memerangi mereka. Kalian yang akan memasuki Mekah,
lalu menghancurkan patung patung nya."

Kaum muslimin bertakbir. Mereka kembali ke rumah


masing-masing dengan diliputi rasa syukur dan bangga
dengan kemenangan ini. Mereka telah melewati cobaan
yang teramat berat. Sejak saat itu mereka yakin dakwah
mereka akan menjadi ajaran baru yang dihormati dan di
tunggu-tunggu kedatangannya.

Namun masih ada persoalan yang menggantung dengan bani


Quraizhah. Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan kaum
muslimin melakukan sholat Ashar di depan perkampungan
bani Quraizhah. Dengan ketaatan yang mengagumkan, kaum
muslimin yang sudah sangat lelah dalam perang Ahzab
itu mengikuti perintah tersebut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan bendera kepada Ali bin


Abi Tholib. Namun, begitu Ali tiba di depan benteng
bani Quraizhah, ia mendengar orang-orang Yahudi
mencaci-maki Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan hendak
mencemarkan nama istri-istri beliau.

Rasulullah ‫ ﷺ‬segera menampakkan diri dan


mendadak semua cacian itu berhenti.

"Wahai golongan kera, Allah sudah menghinakan kamu,


bukan? Allah sudah menurunkan murkanya kepada kamu
sekalian bukan?" Demikian seru Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kaum muslimin mengepung bani Quraizhah selama 25 hari


terus menerus.

*Bersambung...*
14/10/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 117
*Keputusan Saad Bin Muadz*

Setelah dikepung sekian lama, bani Quraizhah mengirim


utusan. Mereka ingin kepungan dihentikan agar mereka
bisa pergi seperti bani Qainuqa dan bani Nadhir. Namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬menolaknya sebab pengkhianatan
bani Quraizhah jauh lebih berbahaya daripada kedua
suku Yahudi itu. Akhirnya bani Quraizhah pun menyerah
tanpa syarat.

Rasulullah ‫ ﷺ‬setuju untuk mengangkat Saad bin


Muadz sebagai Hakim untuk menjatuhkan hukuman kepada
bani Quraizhah. Tindakan Rasulullah ‫ ﷺ‬ini
sangat adil dan murah hati karena Saad bin Muadz dan
suku Aus yang dipimpinnya dulu bersahabat dengan bani
Quraizhah seperti halnya persahabatan Khazraj dengan
bani Qainuqa.

Bani Quraizhah sendiri menyambut gembira keputusan


itu, Baik kaum muslimin maupun bani Quraizhah
menyatakan rela atas keputusan yang akan diambil Saad
bin Muadz.

Pada saat itu Saad masih berada di kemah seorang tabib


wanita yang dengan sukarela mengobati para prajurit
muslim yang terluka. Saad dinaikkan ke atas unta
dengan tangan terbalut dan menuju ke perkampungan
bani Quraizhah.

Dengan tenang Saad memikirkan apa yang akan


diputuskannya. Saad teringat betapa baiknya perlakuan
Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada orang Yahudi, beliau
senantiasa mengingatkan para sahabatnya agar berbuat
baik kepada mereka. Namun kebaikan itu dibalas Yahudi
dengan tipu daya, kelicikan, kerusakan ekonomi dan
penyebaran desas-desus untuk menjatuhkan Rasulullah
‫ﷺ‬.

Jika bani Quraizhah dimaafkan dan dilepaskan mereka


akan berlaku seperti halnya bani Nadhir dan bani
Qainuqa, yang terus melancarkan permusuhan. Bukankah
kedatangan pasukan Ahzab akibat hasutan Huyay bin
Akhtab, pemimpin bani Nadhir? Jika tidak datang
pertolongan Allah kemungkinan besar kaum muslimin dari
wanita hingga anak-anak akan musnah dibantai oleh
musuh.

Di hadapan kaum muslimin dan orang Yahudi Saad bin


Muadz berkata,

"Aku memutuskan untuk membunuh kaum pria bani


Quraizhah, membagi harta benda mereka serta menawan
anak-anak dan kaum wanitanya."

Hukuman itu pun dilaksanakan. Setelah itu kaum


Muslimin kembali ke Madinah dalam keadaan yang amat
disegani oleh seluruh suku yang ada di Jazirah Arab
sampai ke pelosok Jazirah.

Perintah Berjilbab
Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum
wanita. Sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬diutus,
kebanyakan hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki
tidak lebih baik dari hubungan antara hewan betina
dengan hewan jantan.
Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa
mempertontonkan diri untuk memamerkan kecantikan
dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain
selain suaminya. Wanita-wanita seperti itu biasa
bertukar pandang dan saling melontarkan katakata
pujian yang manis kepada kaum lelaki.

Wahyu yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatur


hubungan antara wanita dan pria menjadi hubungan yang
saling membantu sebagai sesama saudara dengan penuh
kasih sayang. Hak dan kewajiban wanita serta laki-laki
sama. Hanya saja, dengan cara yang sopan, laki-laki
diberi kelebihan dalam beberapa hal.

Peristiwa diganggunya wanita muslimah oleh orang


Yahudi dan munafik membuat Rasulullah ‫ﷺ‬
berpikir sungguh-sungguh untuk mencegahnya. Seandainya
para Muslimah menutup auratnya, tentu mereka akan
lebih dikenal dan terjaga. Rasulullah ‫ﷺ‬
sendiri telah lebih dahulu memberi contoh dengan
memerintahkan istri-istrinya mengenakan hijab (tabir)
jika ada tamu yang datang ke rumah beliau.

Dalam keadaan ini, turunlah firman Allah,

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin


dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa
yang nyata.
Surah Al-Ahzab (33:58)

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak


perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu.
Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surah Al-Ahzab (33:59)

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafik,


orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-
orang yang menyebarkan kabar bohong di Madinah (dari
menyakitimu), niscaya Kami perintahkan kamu (untuk
memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi
tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang
sebentar, Surah Al-Ahzab (33:60)

dalam keadaan terlaknat. Di mana saja mereka dijumpai,


mereka ditangkap dan dibunuh dengan sehebat-hebatnya.
Surah Al-Ahzab (33:61)
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang
yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali
tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah.
Surah Al-Ahzab (33:62)

*Bersambung...*
14/10/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 118
Setelah itu, turunlah Perintah agar kaum muslimah
mengenakan jilbab yang menutup dada,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat. Surah An-Nur (24:30)

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah


mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-
putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan
kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung."
Surah An-Nur (24:31)

Jilbab artinya pakaian longgar menutup aurat wanita


kecuali wajah dan telapak tangan.

Kerudung berarti tudung yang menuntup kepala, leher,


dan dada wanita.

Hijab adalah tabir atau dinding penutup.

Purdah adalah pakaian luar atau tirai berjahit.

Cadar adalah penutup wajah sehingga mata saja yang


tampak.

Islam mewajibkan jilbab dan kerudung. Hijab hukumnya


Sunnah, Purdah atau cadar serta sarung tangan tidak
diwajibkan.
Merindukan Mekkah

Dalam tahun-tahun pertama di Madinah itu, beberapa


muslimah Muhajirin pun sudah melahirkan. Di antaranya
adalah putri Rasulullah ‫ﷺ‬, Fatimah az-Zahra
putra pertama Fatimah bernama Hasan dan yang kedua
bernama Husein. Rosulullah ‫ ﷺ‬sangat senang
bermain dengan kedua cucunya itu.

Suatu ketika, Rasulullah ‫ ﷺ‬memandangi dalam-


dalam Hasan dan Husain yang sedang berlarian di
hadapannya. Anak-anak ini lahir di perantauan, sama
sekali belum mengenal Mekah, tanah air mereka. Hasan
mengejar Husein yang bersembunyi di dalam kamar.
sambil berteriak kegirangan, Husein kabur dan melompat
ke punggung kakeknya. Fatimah hendak mencegah
perbuatan itu, namun Rasulullah ‫ﷺ‬
mengisyaratkan agar mereka dibiarkan. Fatimah yang
sangat dekat dengan ayahnya itu segera menangkap
isyarat lain di mata Rasulullah ‫ﷺ‬.
"Mengapa ayah tampak berduka?" tanya Fatimah lembut.

"Bukankah Ayah baru saja membuat kemenangan yang belum


pernah dilakukan Suku Arab mana pun dengan mengalahkan
pasukan Ahzab dan bani Quraizhah? atau Ayah kini
sedang teringat kepada almarhumah Ibuku, Khadijah?"

Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya menjawab dengan linangan


air mata yang bergulir di kedua pipi beliau. Fatimah
tahu yang paling baik ialah membiarkan ayahnya
tercinta bermain dengan cucucucu sampai dukanya
hilang.

Bersama suaminya, Ali bin Abi Thalib, Fatimah menarik


kesimpulan bahwa duka Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah
akibat kerinduan beliau kepada Mekah, tanah air kaum
Muhajirin. apalagi, saat itu adalah bulan Dzulhijjah,
saat musim haji akan segera tiba.

Akhirnya, Ali bin Abi Thalib dan Fatimah pun larut


dalam kedukaan itu. mereka terkenang negeri tempat
mereka dibesarkan. Bagaimanakah keadaan Mekah kini
setelah mereka tinggal kan? Walau kebun-kebun hijau
Madinah menyejukkan hati, hamparan kota putih Mekkah,
juga selalu terindukan siang malam.

Semua kaum Muhajirin sangat rindu untuk menunaikan


ibadah haji ke Mekah. Sebagai penduduk Mekah, mereka
jugalah pemilik Rumah Tua Ka'bah yang diberkati.

Kini, Quraisy merintangi kaum muslimin pergi berhaji.


Itu benar-benar tidak adil, karena siapa pun bisa
berhaji ke Mekah. Dari dahulu, pihak-pihak yang
bermusuhan selalu bisa saling bertemu dengan damai di
Mekah dalam bulan haji.
*Bersambung...*
15/10/21 18.05 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 119
*Berhaji*

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengumumkan bahwa tahun itu kaum


muslimin akan berangkat haji ke Mekah. Maka
berangkatlah Rasulullah ‫ ﷺ‬beserta 1400 orang
muslim. Semuanya mengenakan pakaian ihram untuk
menunjukkan bahwa mereka berniat beribadah, bukan
berperang.

Selain pedang di pinggang, tidak ada lagi senjata yang


mereka bawa. Kaum muslimin juga membawa 70 unta yang
akan disembelih selesai berhaji. Istri Rasulullah
‫ ﷺ‬yang terundi mengikuti perjalanan ini adalah
ummu Salamah.

Namun orang-orang Quraisy sangat khawatir mendengar


keberangkatan ini.

"Ini pasti tipu muslihat Muhammad agar bisa menyerang


kita," seru para pemimpin Mekah.

Maka orang-orang Quraisy mengutus Khalid bin Walid


beserta 200 orang pasukan berkuda untuk menghalangi
kaum muslimin. Sementara itu di daerah Usfan,
Rasulullah ‫ ﷺ‬dan rombongannya bertemu dengan
seseorang dari bani Kaab. Rasulullah ‫ﷺ‬
Bertanya kepadanya tentang keadaan Mekah.

"Mereka sudah mendengar tentang perjalanan Tuan ini!"


sahut orang itu.

"Lalu mereka berangkat dengan mengenakan pakaian kulit


harimau. Mereka bersumpah bahwa mereka akan
menghalangi perjalanan Tuan."

"Oh, kasihan orang Quraisy," kata Rasulullah


‫ﷺ‬. "Mereka sudah lumpuh karena peperangan.
Apa salahnya kalau mereka membiarkan kami? Kalau aku
sampai binasa, itu yang mereka harapkan."

Kalau Allah memberiku kemenangan mereka akan


berbondong-bondong masuk Islam. Tetapi mereka pasti
akan berperang saat mereka punya kekuatan. Aku akan
terus berjuang sampai Allah memberi kemenangan atau
leherku ini terpenggal.

Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak ingin berperang.


Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta seorang Pandu untuk
memimpin di jalan sulit berliku di pegunungan untuk
menghindari pasukan Khalid bin Walid yang sudah
menunggu di daerah Kira Al Ghamim.
Rombongan itu berhasil melewati pasukan berkuda musuh
dan berhenti di Hudaibiyah.

"Ya Rasulullah di lembah ini tidak ada air, tidak


cocok untuk tempat berhenti," ujar seorang sahabat

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengambil anak panah dan


menancapkannya ke dasar sebuah sumur kering. Ketika
ditarik memancarlah air yang tiada habisnya.

Saling Tukar Utusan

Kedua pihak kini saling memikirkan langkah


selanjutnya. Orang Quraisy sudah siap berperang namun
mereka mengirim dulu Budail bin Warko dan beberapa
orang ke perkemahan kaum muslimin. Tujuan Budail
untuk berunding sekaligus mengetahui kekuatan lawan.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda kepada Budail,

"Sesungguhnya kami datang bukan untuk memerangi


seseorang, tetapi untuk melakukan haji. Rupanya orang-
orang Quraisy sudah buta akibat peperangan. Jika
mereka menghendaki damai dan membiarkan kami berhaji
berarti mereka masih punya nyali. Tetapi jika mereka
menghendaki perang maka demi Allah aku pasti akan
melayani mereka sampai aku menang atau Allah
menentukan lain,"

"Akan kusampaikan perkataanmu ini kepada mereka," kata


Budail.

Namun orang Quraisy belum puas. Mereka mengirim Hulais


bin Al Qamah. Melihat kedatangan Hulais dari jauh,
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"itu adalah Hulais, Dia berasal dari kaum yang sangat


menghormati hewan kurban.
Lepaskanlah hewan-hewan kurban kita. Melihat banyaknya
hewan kurban Hulais terharu,

"Tidak selayaknya orang-orang Quraisy menghalangi


mereka memasuki Masjidil Haram." Hulais kembali dan
Mengatakan agar kaum muslimin tidak dihalangi, orang-
orang Quraisy marah kepada Hulais. kemudian mereka
mengirim Urwah bin Mas'ud sebagai utusan ketiga.

Urwah pun bertemu Rasulullah ‫ ﷺ‬yang memegangi


janggut, sambil bicara. Namun setiap kali itu pula Al
Mughiroh, salah seorang sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬
menepis tangannya. Padahal sebelum masuk Islam Al
Mughiroh sering dilindungi Urwah.

Kecintaan Al-Mughirah kepada Rasulullah ‫ﷺ‬


membuatnya tidak bisa membiarkan Urwah menyentuh
beliau walau hanya sesaat. Setelah jelas mengetahui
maksud kedatangan Rasulullah ‫ﷺ‬, Urwah pun
kembali.

"Wahai saudaraku Quraisy," demikian kata Urwah,

"Aku pernah menemui Kaisar dari kisra. Demi Allah


tidak pernah kulihat seorang raja yang diperlakukan
para sahabat seperti Muhammad, mengagungkannya.

Setiap kali Muhammad berwudhu para sahabat berebut


menyediakan airnya. Setiap ada helai rambut Muhammad
jatuh mereka akan mengambilnya dan aku tidak akan
diserahkan kepada orang lain walau harus mati.
Terimalah tawaran Muhammad."

*Bersambung...*
15/10/21 18.05 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 120
Ikrar Ridhwan

Orang-orang Quraisy masih belum mau menerima


kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum muslimin.
Kini Rasulullah yang mengirim utusan. Semula beliau
memerintahkan Umar bin Khattab. Namun Umar berkata,

"Saya khawatir orang Quraisy akan menindak saya,


mengingat di Mekkah tidak ada pihak Bani Adi yang akan
melindungi saya. Quraisy sudah cukup mengetahui
permusuhan saya dan tindakan tegas saya kepada mereka.
Saya ingin menyarankan orang yang lebih baik daripada
saya yaitu Utsman bin Affan."

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus menantunya Utsman


bin Affan. Tugas Usman adalah berusaha meyakinkan
bahwa kaum muslimin benar-benar berniat melaksanakan
Haji. Usman pun memasuki Mekah di bawah perlindungan
(jiwar) Aban bin Said. Melihat Usman para pemimpin
Quraisy berkata,

"Utsman, kalau tidak mau berthawaf di Ka'bah


berthawaflah."

"Aku tidak akan melakukannya sebelum Rasulullah


berthawaf," jawab Usman.

Kedatangan kami kemari hanya untuk berziarah ke rumah


suci dan memuliakannya. Kami ingin menunaikan
kewajiban ibadah di tempat ini. Kami telah datang
membawa binatang kurban setelah disembelih kami pun
akan kembali pulang dengan damai."

"Tapi kami telah bersumpah bahwa kalian tidak boleh


masuk ke Mekkah tahun ini," sanggah seorang Pembesar
Quraisy.
Terjadilah perdebatan seru yang alot tidak ada yang
mau mengalah, masing-masing melontarkan argumen.
Akibatnya lama sekali Utsman bin Affan tidak kembali.

Kaum muslimin pun sudah sangat gelisah. Mereka takut


Utsman dibunuh secara licik. Maka Rasulullah
‫ ﷺ‬mengumpulkan para sahabatnya di bawah
sebatang pohon. Mereka semua bersumpah setia untuk
tidak meninggalkan tempat itu sebelum membalas
kematian Utsman bin Affan, kemudian disebut baiat
Ridwan. Allah menurunkan firman-nya
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang
mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah
pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati
mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan
memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya).
Surah Al-Fath (48:18)

Perjanjian Hudaibiyah

Alangkah leganya kaum muslimin ketika tidak lama


sesudah itu, Utsman bin Affan kembali ke perkemahan
dalam keadaan selamat. Sungguh pun begitu ikrar
Ridhwan tetap berlaku sebagai tanda kesetiaan dan
kekompakan umat Islam. Rasulullah ‫ ﷺ‬bahagia
sekali dengan kekompakan umatnya sebab terlihat jelas
eratnya hubungan kasih sayang sesama mereka. Selain
itu nyata sekali terlihat bahwa kaum muslimin sangat
besar keberaniannya. Mereka bersedia menghadapi maut
tanpa ragu-ragu lagi.

Utsman bin Affan berhasil meyakinkan orang Quraisy


bahwa kaum muslimin benar-benar ingin berhaji. Namun,
karena Quraisy sudah mengirim Khalid bin Walid dengan
membawa Panji perang, Mereka takut orang akan
mengatakan bahwa mereka adalah penakut jika
mengizinkan kaum muslimin memasuki Mekah.

Maka perundingan pun berlanjut terus. Kali ini Suhail


bin Amr menjadi juru runding Quraisy. Setelah lama
berunding, akhirnya disepakati beberapa hal penting
berikut:

~ Rasulullah ‫ ﷺ‬harus pulang tahun ini dan bisa


berhaji tahun depan. Saat itu kaum muslimin tidak
boleh membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan.
Orang Quraisy tidak boleh menghalangi dengan cara apa
pun.

~ Gencatan senjata selama 10 tahun tidak boleh ada


yang menyerang pihak mana pun.

~ Selama 10 tahun itu, barang siapa yang ingin


bergabung dengan kaum muslimin dipersilahkan. Begitu
juga yang ingin bergabung dengan Quraisy. Jika ada
suku yang telah menggabungkan diri diserang oleh pihak
yang lain itu berarti perang.

~ Siapa pun orang Quraisy yang bergabung kepada


Rasulullah ‫ ﷺ‬tanpa izin walinya maka ia harus
dikembalikan. Sementara itu siapa pun dari pihak
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang bergabung dengan Quraisy
tidak boleh dikembalikan lagi.

Perjanjian ini kemudian dikenal dengan nama Perjanjian


Hudaibiyah, terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah atau 628
masehi. Setelah perjanjian ini, Bani Khuzaah langsung
bergabung dengan Rasulullah ‫ﷺ‬. Sementara itu
lawannya, Bani Bakr bergabung dengan pihak Quraisy.

*Bersambung...*
16/10/21 19.13 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 121

Ketidakpuasan Umar

Umar bin Khatab tidak puas dengan isi perjanjian itu.


Ketidakpuasannya ini ditunjukkan setelah terjadi
insiden saat penulisan perjanjian. Saat itu Ali bin
Abi Thalib mendapat tugas Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk
menulis perjanjian itu.

"Tulislah Bismillahirohmanirohim!" Sabda Rasulullah


‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Stop!" seru Suhail. "Nama Arrohman dan arrohim ini


tidak kukenal. Tulislah dengan bismika allahumma
(dengan nama-mu Ya Allah)"

"Tulislah dengan nama-mu Ya Allah," Sabda Rasulullah


‫ ﷺ‬kepada Ali.

"Lalu, tulislah: "Ini adalah perjanjian damai yang


ditetapkan antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail
bin Amr."

Namun delegasi Quraisy itu kembali menolak.


"Jika kami mengakui bahwa engkau Rasulullah, tentu
kami tidak akan memerangimu.
Karena itu tulislah namamu dan nama ayahmu."

"Baik. Hapuslah kata Rasulullah. Tulislah Muhammad bin


Abdullah," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagaimana para sahabat lain yang hadir, Ali bin Abi


Thalib sudah memuncak kemarahannya kepada delegasi
Quraisy itu, sehingga ia berkata,
"Tidak ya Rasulullah! Demi Allah aku tidak sudi
menghapus kata itu."

Akhirnya Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri yang menghapus


kata-kata itu. Melihat hal itu Umar bin
Khattab berkata kepada Abu Bakar yang duduk
disampingnya, "Bukankah dia itu Rasulullah?"

"Memang betul," jawab Abu Bakar.

"Bukankah kita ini orang-orang Islam?"

"Memang betul!"

"Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?"

"Memang betul!"

"Lalu Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama


kita?" seru Umar berapi api.

Abu bakar menenangkan Umar dengan kata-kata tegas,


"Umar duduklah di tempatmu aku bersaksi bahwa dia
Rasulullah."

Namun hampir semua sahabat berpendapat seperti Umar.


Mereka merasa agama mereka telah dilecehkan dengan
perjanjian ini. Bukan saja mereka gagal berhaji tahun
ini tetapi juga harus menerima bahwa orang musyrik itu
seolah merendahkan Allah dan rasulnya Rasulullah
‫ﷺ‬.
Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang membuat para
sahabat semakin tidak menyukai perjanjian ini.

Kisah Abu Jandal

Belum lagi kering tinta perjanjian itu, tiba-tiba


muncul Abu Jandal. Pemuda itu adalah anak
Suhail bin Amr si perunding Quraisy. Para sahabat
sangat terkejut menyaksikan kedua kaki Abu Jandal
dalam keadaan terbelenggu sehingga ia berjalan
tertatih-tatih. Rupanya ia berhasil melepaskan diri
dari Mekah dan hendak menggabungkan diri dengan
saudarasaudara muslimnya.

Namun begitu melihat anaknya itu, Suhail berseru,


"Ini adalah orang pertama yang ku tuntut Agar engkau
mengembalikannya."

"Kami tidak melanggar isi perjanjian ini sampai kapan


pun," jawab Rasulullah ‫ﷺ‬.

"Demi Allah kalau begitu aku tidak akan menuntutmu


karena sesuatu apa pun" kata Suhail.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Kalau begitu, berilah
dia jaminan perlindungan karena aku."

"Aku tidak akan memberinya jaminan perlindungan karena


dirimu," tukas Suhail.

"Lakukanlah!" pinta Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi

"Aku tidak akan melakukannya," jawab Suhail.

Suhail melangkah cepat ke arah Abu Jandal dan memukul


keras-keras anaknya itu.
Suhail mencengkeram kerah baju Abu Jandal dan
menyeretnya untuk dikembalikan kepada Quraisy. Abu
Jandal berseru,

"Semua orang muslim, Apakah aku akan dikembalikan


kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksaku karena
Agamaku ini?"

Kaum Muslimin merasa geram. Hampir-hampir saja kaki


mereka bergerak untuk datang melawan perjanjian yang
sudah ditandatangani.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Wahai Abu Jandal bersabarlah dan tabahlah karena


Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu dan orang-
orang yang terdzalimi seperti dirimu. Kami sudah
mengukuhkan perjanjian dengan mereka. Kami telah
membuat perjanjian persetujuan dengan mereka atas
peristiwa seperti ini dan mereka pun sudah memberikan
sumpah atas nama Allah kepada kami. Maka kami tidak
akan melanggarnya."

Rasulullah ‫ ﷺ‬melihat ke sekeliling dan


menangkap wajah pengikutnya yang tampak sangat tidak
puas. Hal inilah yang membuat para sahabat tidak
menuruti perintah Rasulullah ‫ ﷺ‬sesaat setelah
itu.

*Bersambung...*
17/10/21 15.20 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 122
Nasihat Ummu Salamah

Rosululloh ‫ ﷺ‬kemudian bersabda


"Bangkitlah dan sembelihlah hewan qurban!"

Para sahabat Saling pandang. Apa? Jadi Rasulullah


‫ ﷺ‬menganggap bahwa mereka telah selesai
berhaji? Bukankah mereka sama sekali belum berthawaf?
Bahkan sama sekali belum melihat Ka'bah? Namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi perintahnya sampai
tiga kali.

Tidak ada satu pun sahabat yang beranjak. Semua diam


termangu atau menunduk. Rasulullah ‫ﷺ‬
memerhatikan wajah mereka. Bahkan Ali bin Abi Thalib
dan Umar bin Khattab juga menolak.

Dengan perasaan gundah, Rasulullah ‫ ﷺ‬masuk ke


dalam tenda Ummu Salamah, diceritakannya semua
kelakuan para sahabat kepada istrinya itu. Ummu
Salamah mengerti betul betapa kecewanya Rasulullah
‫ﷺ‬. Kemudian Ummu Salamah mengajukan sebuah
saran yang menunjukkan kecerdasan dan
kebijaksanaannya, persis seperti yang dulu dilakukan
oleh Khotijah untuk membangkitkan Rasulullah
‫ ﷺ‬dalam masa-masa sulit penuh kegelapan.

"Wahai Rasulullah Apakah engkau ingin mereka


melaksanakan perintah itu?" tanya Ummu Salamah.

"Keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah kata pun


kepada salah seorang dari mereka.
Sembelihlah ternak kurban anda sendiri, Lalu panggilan
tukang cukur dan bercukurlah."

Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian keluar tanpa bicara


sepatah kata pun dia melaksanakan saran dari Ummu
Salamah. Setelah Rasulullah ‫ ﷺ‬menyembelih
kurban dan bercukur segera saja para sahabat melakukan
hal yang sama.

Suasana yang tadinya murung penuh kebingungan, kini


berubah menjadi ceria. Suara gembira para sahabat
terdengar saat menyembelih kurban dan saling
bergantian mencukur rambut. Sebagian ada yang mencukur
rambut dan sebagian lain hanya memangkas rambut.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan bersyukur kepada


Allah karena telah memberinya seorang istri yang
begitu cerdas dan bijak.

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang


mencukur rambut," doa Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sebagian orang yang mendengarnya jadi gelisah. Mereka


pun bertanya
"Dan mereka yang berpangkas rambut Ya Rasulullah?"

Para Wanita Mukminah

"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang


bercukur rambut," doa Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi. Para
sahabat masih gelisah, mereka bertanya lagi, "dan
mereka yang berpangkas rambut, Ya Rasulullah?
"Dan mereka yang ber pangkas rambut," jawab
Rasulullah ‫ ﷺ‬akhirnya.

"Rasulullah, mengapa doa buat yang bercukur saja yang


dinyatakan, bukan buat yang berpangkas rambut?"

"Karena mereka sudah tidak ragu-ragu," demikian jawab


Rasulullah ‫ﷺ‬.

Umar bin Khattab sangat menyesal karena sempat


menyangsikan keputusan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam
perjanjian Hudaibiyah. Apalagi setelah itu Rasulullah
‫ ﷺ‬membacakan surat al-fath yang menegaskan
bahwa dalam perjanjian itu Allah telah memberi
kemenangan yang nyata. Legalah hati Umar mendengar
firman Allah ini.

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan


yang nyata, Surah Al-Fath (48:1)

Umar berkata, "Setelah itu, aku terus-menerus


melakukan berbagai amal, sedekah Shaum, sholat dan
berusaha membebaskan diri dari apa yang telah
kulakukan saat itu. Aku selalu dibayangi kelakuan itu.
Aku selalu berharap semoga semua itu merupakan
kebaikan."

Tidak lama setelah mereka tiba kembali di Madinah


datanglah serombongan wanita mukmin yang melarikan
diri dari Quraisy.

Kemudian menyusullah para wali mereka yang menuntut


agar wanita-wanita itu dikembalikan sesuai dengan
perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi Rasulullah
‫ ﷺ‬menolaknya, karena dalam perjanjian
disebutkan bahwa kaum wanita tidak termasuk mereka
yang harus dikembalikan.

Dalam Alquran surat Al Mumtahanah membenarkan tindakan


Rasulullah ‫ ﷺ‬ini.
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah
kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka
hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih
mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu
telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman
maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-
suami mereka) orangorang kafir. Mereka tiada halal
bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu
tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada
(suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar.
Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu
bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap
berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-
perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang
telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar
yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang
ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Surah Al-Mumtahanah
(60:10)

Dalam surat yang sama pula Allah memerintahkan


Rasulullah ‫ ﷺ‬untuk mengatakan janji setia
kepada para mukminah itu. Mereka harus berjanji tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak berzina,
tidak membunuh anak-anaknya, tidak berbuat dusta, dan
tidak akan mendurhakai Rasulullah ‫ﷺ‬. Para
mukminah itu pun menerimanya.

Abu Bashir

Ada satu orang lagi yang mempunyai nasib seperti Abu


Jandal namanya Abu Basir. Ia datang ke Madinah dan
minta agar Rasulullah ‫ ﷺ‬mau menerimanya,
Namun, belum lama ia menikmati hidup sebagai muslim
yang merdeka di Madinah, datanglah surat dari Azhar
bin Auf dan Akhnas bin Syariq yang ditujukan kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬, yakni meminta agar Abu Bashir
dikembalikan. Surat itu dibawa oleh seorang laki-laki
dari bani Amir yang disertai seorang budak.

"Abu Basir," sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,


"Kita telah membuat perjanjian dengan pihak mereka
seperti yang sudah kau ketahui. Penghianatan menurut
agama kita tidak dibenarkan. Semoga Allah membuat
engkau dan orang-orang Islam yang ditindas bersamamu
memperoleh kelapangan dan jalan keluar. Pulanglah
engkau kembali ke dalam lingkungan masyarakatmu."

"Rasulullah," kata Abu Bashir,


"Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik
yang akan menyiksa saya karena agama saya ini."

Namun, Rasulullah ‫ ﷺ‬mengulangi kata-kata


beliau tadi. Akhirnya, Abu Basir pun dibawa oleh kedua
orang tadi.

Di Dzulhulaifah, belum jauh dari Madinah, mereka


beristirahat dan makan kurma. Abu Bashir berkata
kepada orang dari bani Amir,

"Demi Allah aku ingin sekali melihat pedangmu yang


bagus itu, hai fulan."

Tanpa curiga utusan Quraisy itu menghunuskan pedang


dan memperlihatkannya kepada Abu Basir sambil berkata,

"Boleh, demi Allah memang ini adalah benda yang bagus.


Ia sudah cukup kenyang malang melintang bersamaku."

"Tolong Perlihatkan kepadaku, Aku ingin melihat dan


memeriksanya," kata Abu Basir.
Begitu pedang itu ada di tangannya, Abu Bashir
menusukkannya ke utusan Quraisy itu sampai meninggal
dunia. Seketika itu juga budak yang menyertai mereka
berlari ke Madinah sambil berteriak-teriak.
Budak itu Terus Berlari memasuki masjid. Melihat
kehadirannya Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Sepertinya orang itu sedang ketakutan."

Budak itu berlari ke hadapan Rasulullah ‫ﷺ‬


sambil berkata

"Teman Tuan membunuh teman saya, saya pun agaknya akan


dibunuhnya pula."

*Bersambung...*
17/10/21 15.20 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 123
Kelompok Abu Bashir

Tidak lama kemudian datanglah Abu Bashir dengan


membawa pedang terhunus. Abu Bashir tahu bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬sangat teguh memegang perjanjian.
Jika saat itu ia menetap di Madinah, Rasulullah
‫ ﷺ‬pasti akan memulangkannya kembali.

Maka Abu Bashirpun berkata,

"Rasulullah, jaminan Tuan sudah terpenuhi dan Allah


sudah melaksanakannya buat tuan. Tuan menyerahkan saya
ke tangan mereka dan dengan agama saya ini saya tetap
bertahan supaya saya jangan dianiaya atau dipermainkan
karena keyakinan agama saya ini."

Setelah berkata begitu Abu Bashir pergi meninggalkan


Madinah. Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu maksud Abu Bashir.
Beliau pun memandang kagum orang itu karena
keberaniannya. Dalam hati Rasulullah ‫ﷺ‬
mengharapkan Abu Bashir mempunyai anak buah.

Sesuai dugaan Rasulullah ‫ ﷺ‬Abu basir tidak


kembali ke Mekah ia pergi ke daerah Al Ish.
Tempat itu adalah jalur perdagangan Quraisy menuju
Syam, tepat di tepi laut. Kepergian Abu Bashir ke
daerah ini didengar oleh kaum muslimin yang tinggal di
Mekah. Mereka juga mendengar betapa kagumnya
Rasulullah ‫ ﷺ‬pada keberanian Abu Bashir.

Maka diam-diam 70 muslim yang selama ini hidup


tertindas di Mekah pergi menyusul Abu Bashir. Abu
Jandal tentu saja berada di antara mereka itu.

Ketika mereka tiba, kaum muslim yang tertindas itu


mengangkat Abu Bashir sebagai pemimpin. Mulai sejak
itulah mereka menyerang setiap kafilah dagang Quraisy
yang lewat.

Ini berbahaya! Sangat berbahaya! gerutu seorang


pemimpin Quraisy,

"Kita tidak bisa menyalahkan Muhammad karena para


pengikutnya itu tidak lari ke
Madinah! Mau tidak mau kita harus meminta Muhammad
menampung mereka ke Madinah agar jalur dagang kita
aman!"

"Tapi itu tidak sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, "


jawab yang lain.

"Kita terpaksa mengalah, tidak ada jalan lain, bukan!"

Akhirnya orang Quraisy meminta Rasulullah ‫ﷺ‬


menerima Abu Bashir dan pasukannya. Mereka sadar bahwa
orang yang imannya sangat kuat lebih berbahaya
daripada membebaskannya.

Dengan demikian, gugurlah Salah satu isi perjanjian


yang mengatakan bahwa orang muslim yang melarikan diri
dari Quraisy harus dikembalikan.

Kini setiap muslim Mekah bisa bergabung setiap saat


dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabatnya di
Madinah. Ini adalah salah satu tanda kemenangan kaum
muslimin.

Istri-istri Rasulullah

Kedudukan yang telah Rasulullah ‫ ﷺ‬berikan


kepada para istrinya belum pernah didapati oleh
wanita-wanita Arab sebelum mereka. Rasulullah
‫ ﷺ‬sangat lembut, selalu tersenyum, dan penuh
kasih sayang kepada para isterinya.

"Laki-laki terbaik di antara kamu adalah yang berlaku


paling baik kepada isterinya," demikian sabda beliau.

Maka wajar saja, isteri-isteri Rasulullah ‫ﷺ‬


menjadi sedikit manja. Mereka begitu mencintai
Rasulullah ‫ ﷺ‬sehingga saling berebut perhatian
Beliau. Aisyah sangat cemburu jika
Rasulullah ‫ ﷺ‬sedang memberi perhatian kepada
Hafshah, demikian pula sebaliknya. Bahkan Aisyah
sampai cemburu kepada almarhumah Khadijah. Hal seperti
itu tentu mengganggu ketentraman hati Rasulullah
‫ﷺ‬.

Tidak cukup sampai di situ, para ibu kaum muslimin itu


pun mengeluh kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬tentang
keserderhanaan hidup mereka.
Dengan mata berkaca-kaca, beberapa istri Rasulullah
‫ ﷺ‬pernah memohon agar Rasulullah ‫ﷺ‬
juga memperhatikan pakaian mereka yang sederhana.

Para ibu kaum Muslimin itu tahu bahwa Rasulullah


‫ ﷺ‬adalah pemimpin negara yang cukup besar saat
itu. Dengan mudah, Rasulullah ‫ ﷺ‬akan dapat
memberikan mereka pakaian dari sutra, kain katun
mesir, dan baju halus dari Yaman. Bahkan, Rasulullah
‫ ﷺ‬juga bisa saja memberikan setiap isterinya
perhiasan dari emas. Jadi, mengapa mereka harus hidup
sederhana.

Dengan cara halus, Rasululllah ‫ ﷺ‬berusaha


menyadarkan para isteri beliau. Sebagai isteri
Rasulullah ‫ﷺ‬, mereka tidak sama dengan
wanita-wanita lain. Mereka memiliki keistimewaan yang
tidak dimiliki wanita lain, yaitu bersuamikan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Mereka harus menjadi wanita
penyabar dan patuh kepada suami sehingga pantas
diteladani oleh isteriisteri sahabat. Namun, isteri-
isteri beliau secara halus tetap menuntut agar
Rasulullah ‫ ﷺ‬memberi uang belanja yang lebih
layak.

Karena sudah tidak ada jalan lain. Rasulullah


‫ ﷺ‬pun memutuskan hidup terpisah dari
isteriisterinya. Masalah yang harus dihadapi masih
segunung, termasuk ancaman Yahudi dari Khaibar. Para
isteri yang harusnya menentramkan malah mengeruhkan
batin Rasulullah ‫ﷺ‬.

Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar datang dan memarahi


Aisyah. Umar bin Khatab juga memarahi putrinya
Hafshah.

Akhirnya para isteri Rasulullah ‫ ﷺ‬itu


menyadari kelalaian mereka. Sambil menangis, mereka
memohon ampun pada Allah dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi perbuatan mereka. Rasululllah
‫ ﷺ‬memaafkan mereka dan kembali hidup tenteram
seperti semula.

*Bersambung...*
18/10/21 14.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 124
Seruan Rasulullah agar Bekerja

Di Madinah masih ada orang-orang muslim yang hidup


tanpa rumah dan tanpa pekerjaan. Mereka ini tinggal di
masjid dan hidup tenang dari harta zakat yang
diberikan oleh orang lain. Setiap hari yang mereka
lakukan adalah berdzikir dan sholat di masjid.
Sebagian masyarakat sangat menghormati orang-orang
yang tiada henti-hentinya berdzikir, sholat, dan
berdoa itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬menemukan salah seorang di antara
mereka yang benar-benar mengkhususkan dirinya untuk
beribadah. Orang itu terlihat begitu kurus karena
sholat setiap siang dan malam hari.

Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat kekaguman orang-


orang kepada laki-laki tadi. Dahi Rasulullah
‫ ﷺ‬sedikit berkerut sehingga beliau bertanya
kepada orang-orang,
"Siapa yang memberi dia makan?"

"Saudaranya ya Rasulullah." jawab seseorang.

"Saudaranya itu jauh lebih ahli ibadah daripada dia,"


demikian Sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menghimbau semua


orang yang hidup menganggur agar mau bekerja. Jika
kita masih mempunyai kaki dan tangan, tidak ada alasan
untuk tidak bekerja. Yang terbaik bagi seseorang
adalah makan dari hasil pekerjaannya sendiri.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menceritakan kisah Nabi Daud.


Walaupun dia seorang raja yang berkuasa dia tetap
makan dari hasil pekerjaannya sendiri.

Maka tersentaklah orang-orang, ternyata ibadah itu


mempunyai arti sangat luas. Bekerja untuk menafkahi
keluarga termasuk ibadah besar jika diniatkan dengan
ikhlas karena Allah semata.

Sejak itu kaum muslimin pun bekerja dengan giat. Apa


pun yang halal mereka kerjakan, apalagi banyak ladang-
ladang gembala dan sumur-sumur peninggalan orang
Yahudi yang kini menjadi milik kaum muslimin.

Bekerja sebagai gembala, pencari kayu bakar dan


pembuat tembikar jauh lebih baik daripada orang yang
terus berdiam diri di masjid hanya untuk berdzikir.

Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah teladan kesungguhan yang


sempurna. Apabila beliau telah memusatkan perhatiannya
pada ibadah, maka dipusatkan lah perhatiannya
sepenuhnya. Dan apabila melaksanakan suatu pekerjaan
lain maka takkan beliau sudahi pekerjaan itu sebelum
benar-benar selesai.

Larangan Minum Khamr

Setelah itu muadzin Rasulullah ‫ ﷺ‬berseru,


"Setelah adzan, orang mabuk jangan ikut sholat!"
Maka banyaklah kaum muslim yang mulai mengurangi minum
khamr sedapat mungkin.
Namun Umar kembali berkata lagi,

"Ya Allah jelaskanlah kepada kami hukum khamr itu.


Jelaskanlah dengan tegas Ya Allah. Hal ini menyesatkan
pikiran dan harta."

Umar berkata begitu karena pernah ada sekelompok


muslimin Anshor dan Muhajirin yang berkelahi sambil
mabuk. Khamr betul-betul membuat mereka saling menarik
janggut dan memukul kepala orang lain.

*Akhirnya turun ayat yang melarang khamr dengan


tegas.*

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.
Surah Al-Ma'idah (5:90)
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu dengan jalan
(meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan dari sholat; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Surah Al-
Ma'idah (5:91)

Begitu ayat ini turun para sahabat langsung


menghentikan kebiasaan minum khamr.

"Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang berbuat


maksiat secara terang-terangan"
(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Termasuk orang-orang yang berbuat maksiat secara


terang-terangan adalah orang yang dengan bangga
menceritakan perbuatan hinanya agar mendapat pujian
serta kekaguman dari teman-temannya.

Kerajaan Romawi dan Persia

Saat Rasulullah ‫ ﷺ‬hidup, ada dua kerajaan


besar yang saling bermusuhan, yaitu Romawi dan Persia.
Perang di antara keduanya menghasilkan kemenangan yang
silih berganti. Pada suatu saat Romawi yang menang,
pada saat yang lain Persialah yang menaklukkan
lawannya.

Pada mulanya Persia yang menang, mereka menguasai


Palestina dan Mesir, menaklukkan Baitul Maqdis atau
Yerusalem dan berhasil merebut salib besar (the truth
cross) yang disucikan orang Romawi yang beragama
Kristen.
Setelah itu berganti Romawi yang menang. Mereka
berhasil merebut kembali Mesir, Syam, dan Palestina.

Heraklius, kaisar Romawi saat itu memenuhi nazarnya


dengan berziarah ke Yerusalem sambil berjalan kaki
untuk mengembalikan salib besar ke tempatnya semula.

Nama dua kerajaan besar itu benar-benar menggetarkan


hati para penguasa-penguasa kecil di daerah
sekitarnya. Tidak ada sebuah kerajaan kecil pun yang
mempunyai pikiran untuk menentang kehendak kedua
kekaisaran itu. Yang mereka inginkan adalah berdamai
dengan keduanya.
Termasuk hal itulah yang selama ini telah dilakukan
oleh negeri-negeri Arab.
Yaman dan Irak berada di bawah pengaruh Persia.
Sementara itu Mesir sampai ke Syam dibawah kekuasaan
Romawi.

*Bersambung...*
18/10/21 14.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 125
Utusan Kepada Heraklius

Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak pernah ragu sedikit pun


untuk mengajak orang kepada agama yang benar, agama
yang akan menyelamatkan manusia dari kesengsaraan
tiada batas di akhirat nanti. Apalagi perjanjian
Hudaibiyah sudah menjamin bahwa tidak akan ada
peperangan dengan orang Quraisy selama 10 tahun
kecuali jika perjanjian itu dilanggar oleh salah satu
pihak. Maka ini adalah saatnya menyebarkan dakwah
seluas mungkin tanpa takut dihambat oleh orang
Quraisy.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengutus Dihyah bin Khalifa Al


Kalbi untuk menyampaikan surat kepada
Heraklius, yang saat itu sedang berada di Baitul
Maqdis. Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu berbunyi,

Bismillahirrohmanirrohim

Dari Muhammad bin Abdullah kepada Heraklius pemimpin


Romawi. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti
petunjuk. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat.
Masuklah Islam niscaya Allah akan melimpahkan pahala
kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling
maka tuan akan menanggung dosa rakyat Arisiyin.
Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada
suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu
pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah).
Surah Ali 'Imran (3:64)

Pada saat itu kebetulan Abu Sufyan dan rombongan


pedagang Quraisy sedang berada di Darussalam.
Heraklius mengundang mereka dalam pertemuan yang
dihadiri oleh para pembesar Romawi.

"Siapa di antara kalian yang mempunyai ikatan darah


yang paling dekat dengan orang yang mengaku sebagai
nabi itu?" tanya penerjemah Heraklius.

"Akulah orang yang paling dekat hubungan darahnya


dengan dia," jawab Abu Sufyan.

"Mendekatlah kemari!" minta Heraklius.

(Kisah di kemudian hari) Heraklius adalah penguasa


Romawi Timur atau Byzantium yang ibukotanya di
Konstantinopel.
Sepeninggal nabi, Khalifah Abu Bakar mendengar tentang
gerakan pasukan Romawi yang membahayakan Negara Islam.
Abu Bakar mengirim pasukan di bawah komando Amr Bin Al
As Suara, Bilal bin Hasanah dan Yazid bin Abu Sofyan
beberapa hari sebelum Abu Bakar wafat. Pasukan muslim
berhasil mengusir pasukan Byzantium untuk selamanya.

Heraklius dan Abu Sufyan

"Bagaimana nasibnya di tengah kalian?" tanya Heraklius


melalui penterjemahnya.

"Dia adalah orang terpandang di antara kami," jawab


Abu Sufyan.

Lalu Heraklius terus bertanya tentang Rasulullah


‫ ﷺ‬yang selalu dijawab Abu Sufyan dengan jujur.

Akhirnya Heraklius berkata,

"Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah kalian


menuduhnya pembohong sebelum dia mengatakan apa yang
dikatakannya?
Engkau menjawab tidak. Memang aku tahu, tidak mungkin
dia berdusta terhadap manusia dan terhadap Allah.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang mengikutinya


dari kalangan orang-orang yang terpandang ataukah
orang-orang yang lemah? Engkau katakan, orang-orang
lemahlah yang paling banyak mengikutinya Memang
begitulah pengikut para rasul.

Aku sudah menanyakan kepadamu adakah seseorang yang


murtad dari agamanya karena benci terhadap agamanya
itu setelah dia memasukinya? Engkau katakan tidak ada.
Memang begitulah Jika iman sudah meresap ke dalam
hati.

Aku sudah menanyakan kepadamu Apakah dia pernah


berkhianat?
Engkau katakan tidak pernah. Memang begitulah para
rasul memang tidak pernah berkhianat.

Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang


diperintahkan'?
Engkau katakan bahwa dia menyuruh kalian untuk
menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun
dengannya, melarang kalian menyembah berhala, menyuruh
kalian mendirikan shalat, bersedekah, jujur, dan
menjaga kehormatan diri.

Jika yang engkau katakan ini benar, maka dia akan


menguasai tempat di mana kedua kakiku berpijak saat
ini. Jauh-jauh sebelumnya aku sudah menyadari bahwa
orang yang seperti dia akan muncul dan aku tidak
menduga bahwa dia berasal dari tengah masyarakat
kalian.
Andaikata aku bisa bebas bertemu dengannya, aku lebih
memilih bertemu dengannya. Andaikan aku berada di
hadapannya, tentu akan kubasuh kedua telapak kakinya."

Setelah itu Heraklius meminta surat Rasulullah


‫ ﷺ‬dibacakan sampai selesai. Segera saja suara
gaduh terdengar di sana-sini.

Setelah memeluk Islam, Abu Sufyan pun berkata,


"Sejak saat itu aku yakin akan kemenangan Rasulullah
‫ ﷺ‬hingga akhirnya Allah memberiku petunjuk
untuk memeluk Islam."

*Bersambung...*
21/10/21 12.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 126
Surat kepada Kisra, Raja Persia

Jika surat Rasulullah ‫ ﷺ‬dibaca dan diterima


dengan hormat oleh orang Romawi, tidak demikian halnya
dengan orang-orang Persia. Surat Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Kisra raja Persia
itu berbunyi

"Bismillahirrohmanirrohim.

Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra pemimpin Persia.


Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk,
beriman kepada Allah dan utusan-Nya, bersaksi bahwa
tiada ilah selain Allah semata yang tiada sekutu
baginya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-
Nya.
Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk
memberi peringatan kepada orang yang hidup dan orang
yang membenarkan perkataan atas orang-orang kafir.
Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Namun jika
tuan menolak, maka dosa orang orang Majusi ada di
pundak tuan."

Setelah membaca surat itu, Kisra merobek-robek surat


Rasulullah ‫ ﷺ‬sambil berkata,

"Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah


menulis namanya sebelum aku berkuasa,"

Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah


‫ ﷺ‬bersabda, "Allah akan mencabikcabik
kerajaannya."

Setelah itu Kisra menulis surat kepada Badzan,


Gubernur di Yaman. Isinya, "Utuslah dua orang yang
gagah perkasa untuk menemui orang dari Hijaz ini
(maksudnya Rasulullah ‫ )ﷺ‬dan setelah itu,
hendaklah mereka berdua membawanya untuk menemuiku.

Ketika dua orang suruhan itu tiba di hadapan


Rasulullah ‫ﷺ‬, beliau menyuruh mereka
menemuinya lagi besok. Ternyata pada saat yang sama,
Kisra dibunuh oleh Syiruyyah, putranya sendiri.

Terbuktilah sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬bahwa kerajaan


Kisra akan tercabik-cabik. Rasulullah ‫ﷺ‬
mengetahui hal ini dari wahyu dan meneruskannya kepada
kedua utusan itu.
Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta kedua utusan itu pulang
dan menyampaikan surat yang mengajak Badzan memeluk
Islam.

Penghujung surat berbunyi,


"Apabila tuan mau masuk Islam, kuberikan apa yang
menjadi milik tuan dan mengangkat tuan sebagai
pemimpin kaum tuan."

Syiruyyah sendiri melarang Badzan menyerang Rasulullah


‫ ﷺ‬jika tidak ada perintah darinya. Hal inilah
yang membuat Badzan dan seluruh rakyat Yaman memeluk
Islam.

Surat kepada Muqauqis, Raja Mesir

Selain kepada kedua kerajaan besar itu Rasulullah


‫ ﷺ‬juga menulis surat kepada para penguasa yang
lain. Hatib bin Abi Balta'ah diperintahkan Rasulullah
‫ ﷺ‬untuk menyampaikan surat beliau kepada
Juraij bin Mata, penguasa Mesir dengan gelar Muqauqis.
Surat beliau berbunyi,
Bismillahirrohmanirrohim,

Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada


Muqauqis, Raja Qibti (Mesir). Keselamatan bagi siapa
pun yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'd.

Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, niscaya Allah


akan memberikan pahala kepada tuan dua kali lipat.
Namun jika tuan berpaling maka tuan akan menanggung
dosa seluruh penduduk Qibti."

Surat Rasulullah ‫ ﷺ‬itu kemudian ditutup dengan


ayat ke 64 Surat Ali Imron, seperti yang juga
disampaikan kepada Heraklius.

Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada


suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu
pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah,
bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah).
Surah Ali 'Imran (3:64)

Hathib menambahkan,

"Kami mengajakmu kepada Islam yang Allah telah


mencukupkannya dari agama yang lain. Sesungguhnya nabi
Ini menyuruh semua manusia yang paling ditekan
Quraisy, yang paling dimusuhi Yahudi, dan yang paling
dekat dengan orang Nasrani (Muqauqis dan rakyatnya
adalah pemeluk Nasrani) Setiap nabi yang sudah
mengenal suatu kaum, maka kaum itu adalah umatnya yang
pasti mereka harus menaati nya. Tuan termasuk orang
yang sudah mengenal nabi ini."

Muqauqiss menjawab,

"Memang aku telah memperhatikan agama nabi ini dan


kutahu bahwa dia tidak memerintahkan untuk menghindari
agama Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang
sesat atau dukun yang suka berdusta. Kulihat dia
membawa tanda kenabian dengan mengeluarkan yang
tersembunyi dan mengabarkan yang rahasia. Aku akan
mempertimbangkannya."

Kemudian, Muqauqis menulis surat yang isinya,

Bismillahirrohmanirrohim,

Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin


Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan.
Amma Ba'd.
Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami
isinya, serta apa yang tuan serukan. Saya sudah tahu
bahwa ada seorang nabi yang masih tersisa. Menurut
perkiraan saya dia akan muncul dari Syam. Saya hormati
utusan tuan dan kini kukirim 2 gadis yang mempunyai
kedudukan terhormat di masyarakat Qibti, dan beberapa
lembar kain. Saya hadiahkan pula seekor baghal agar
dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam
sejahtera bagi tuan.

Nah dua gadis itu adalah Maria dan Shirin. Maria


kemudian menjadi istri Rasulullah ‫ ﷺ‬dan Shirin
menikah dengan Hasan bin Tsabit al-Anshari.

*Bersambung...*
21/10/21 12.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 127

Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah

Selain itu Rasulullah ‫ ﷺ‬juga menulis surat


kepada Najasyi, raja Habasyah yang menerima kaum
muslimin yang mengungsi ke negerinya. Amir bin Umayyah
adh Dhamri menyampaikan surat Rasulullah ‫ﷺ‬
yang berbunyi,

Bismillahirohmanirohim,

Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasyi pemimpin


Habasyah (Habsyi). Kesejahteraan bagi siapa pun yang
mengikuti petunjuk, amma ba'd.
Aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah
selain Nya. Dialah penguasa yang Maha Suci, yang
memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang
berkuasa. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh
Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam
yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu
dia mengandung Isa dari roh-Nya dan tiupan-Nya
sebagaimana Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya.
Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu
bagi-Nya dan senantiasa mentaatiNya, dan hendaklah
tuan mengikuti aku, beriman kepada apa yang diberikan
kepadaku.
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku menyeru
tuan dan pasukan tuan kepada Allah Azza wa Jalla. Aku
sudah mengajak dan memberi nasihat maka terimalah
nasihatku. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti
petunjuk.

Begitu Najasyi menerima surat Rasulullah ‫ ﷺ‬ia


langsung mengangkat surat itu dan meletakkannya di
depan matanya. Ia turun ke lantai dari singgasananya,
lalu masuk Islam di hadapan Ja'far bin Abu Thalib yang
masih berada di sana bersama para pengungsi Muslim.
Najasyi membalas surat Rasulullah ‫ ﷺ‬yang
menyetujui bahwa Nabi Isa memang benar seorang utusan
Allah yang lahir dari Maryam yang suci. Najasyi juga
menyatakan bahwa ia memeluk Islam dan menyatakan
sumpah setia kepada Rasulullah ‫ﷺ‬.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga meminta


Najasyi agar mengirim pulang Ja'far bin Abi Tholib ke
Madinah. Najasyi pun menyediakan dua perahu. Turut
pula dalam rombongan itu Amir bin Umayyah sang pembawa
surat.

Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun ketujuh Hijriyah.


Rasulullah ‫ ﷺ‬bersedih hati atas kematiannya
dan menyelenggarakan shalat ghaib. Rasulullah
‫ ﷺ‬pun mengirim surat yang sama isinya kepada
pengganti Najasyi. Akan tetapi sejarah tidak mencatat
apakah penggantinya juga memeluk Islam atau tidak.

Perang Khaibar

Setelah orang Quraisy setuju untuk berdamai, kini ada


satu musuh yang tidak kalah berbahaya. Mereka adalah
orang-orang Yahudi yang kini berkumpul di Khaibar,
Kota Benteng yang sangat kuat.

Para penghuni Khaibar inilah yang dulu menghasut


pasukan Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang
Khandaq.

Rasulullah ‫ ﷺ‬mengetahui bahwa jika dibiarkan


mereka akan menempuh cara yang lebih berbahaya untuk
membasmi kaum muslimin. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
menyiapkan pasukannya, namun beliau paham bahwa
pertempuran yang mereka hadapi akan sangat berat.
Karena itu yang boleh bergabung hanya orang-orang yang
benar-benar siap berjihad. Maka berkumpulah orang-
orang yang gagah berani yang terdiri atas 1400 pasukan
berjalan kaki dan 100 penunggang kuda.

Diam-diam Abdullah bin Ubay mengirim pesan kepada


orang-orang Khaibar, "Muhammad hendak mendatangi
kalian. Bersiap siagalah dan kalian tak perlu takut.
Jumlah dan kekuatan kalian sangat banyak sementara
kaum Muhammad hanya sedikit dengan persenjataan
terbatas".

Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta dua petunjuk jalan.


Keduanya menunjukkan empat jalan yang dapat ditempuh
kaum muslimin agar kedatangan mereka tidak diketahui
orang-orang Yahudi di Khaibar.
Jalan-jalan itu bernama Syasy (kacau), Hathib (sial),
Huzn (kesedihan), Marhab (selamat datang). Maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun memilih melewati jalan
Marhab.
Setelah shalat ashar Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta
bekal makanan. Karena hanya sedikit, beliau disuguhi
tepung gandum yang tidak seberapa banyak. Rasulullah
‫ ﷺ‬kemudian mengolah tepung itu sehingga
menjadi cukup buat beliau dan semua orang.

Seorang penyair bernama Amir bin Akwa melantunkan


karyanya,

"Kalau bukan karena engkau ya Allah,


Kami tidak akan mendapatkan hidayah. Tidak pula sholat
dan bersedekah.
Ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami tegar
dalam ketakwaan,
Teguhkanlah pendirian kami dalam peperangan.
Berikanlah kepada kami ketentraman hati. Kami tidak
ingin hidup jika musuh mengalahkan kami.

Mendengar syair itu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allah merahmatinya."

Para sahabat hafal bahwa jika Rasulullah ‫ﷺ‬


memohon ampunan bagi seseorang, orang itu akan mati
syahid demikianlah yang terjadi pada Amir bin al Akwa
dalam pertempuran ini.

*Bersambung...*
23/10/21 19.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 128
Jalannya Pertempuran

Orang-orang Yahudi Khaibar yang hendak berangkat ke


kebun sangat terkejut melihat kedatangan Rasulullah
‫ ﷺ‬dan pasukannya pagi-pagi sekali.

"Itu Muhammad, demi Allah, Muhammad dan pasukannya!"

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Allahu Akbar!


Runtuhlah Khaibar! Jika kita tiba di pelataran suatu
kaum, maka amat buruklah bagi orang-orang yang layak
mendapat peringatan!"

Setelah mendirikan markas, Rasulullah ‫ﷺ‬


mengajak seluruh pasukannya berdoa,

"Ya Allah, Rabb langit yang tujuh serta apa-apa yang


dipayunginya. Rabb bumi yang tujuh dan apa-apa yang
dikandungnya, Rabb setan-setan dan apa yang
disesatkannya. Sesungguhnya kami mohon kepada Mu
kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, dan
kebaikan apa pun yang ada di dalamnya. Kami
berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini,
kejahatan penduduknya, dan kejahatan apapun yang ada
di dalamnya. Majulah Dengan nama Allah."

Pada malam menjelang penyerbuan, Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda,

"Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada


seseorang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya juga dicintai Allah dan rasul-
Nya."

Para sahabat sangat berharap bahwa merekalah yang


terpilih esok harinya. Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil
Ali bin Abi Thalib, saat itu Ali sedang sakit mata
namun Rasulullah ‫ ﷺ‬mengusap dan berdoa agar
Allah menyembuhkan mata menantunya itu. Mata Ali pun
sembuh dan ia memimpin pasukan hebat yang terdiri atas
rangkaian banteng-banteng yang kuat.

Pertempuran seru meletus berhari-hari. Pemimpin Yahudi


khaibar maju sambil bersyair, "Khaibar sudah mengenal,
akulah Marhab, memanggul senjata tajam pahlawan
berpengalaman."

Amir bin Akwa maju menghadapinya sambil bersyair,

"Khaibar sudah mengenal, Akulah Amir, memanggul


senjata tajam pahlawan petualang."

Dalam duel seru, Marhab menebas tempurung Amir


sehingga ia gugur dan syahid.

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda tentang Amir,

"Sesungguhnya dia memperoleh dua pahala, dia telah


berusaha dan telah berjuang. Tidak banyak orang Arab
yang berjalan seperti dia."

Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab
dengan garang. Dalam duel Ali berhasil membunuh
Marhab.

Perang khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ke


tujuh Hijriyah. Sekitar 1500 pasukan nabi menghadapi
10.000 orang pasukan Khaibar, akan tetapi Rasulullah
‫ ﷺ‬berhasil mengalahkan lawan yang begitu besar
itu. Kaum muslim kehilangan 18 jiwa sedangkan pihak
musuh kehilangan 93 jiwa.

Kemenangan

Setelah itu satu persatu pemimpin Yahudi jatuh dalam


pertempuran dahsyat. Benteng Naim takluk setelah
Marhab terbunuh. Benteng Ash Sha'ab bin Muadz direbut
dengan cara dikepung selama tiga hari. Ketika itu
persediaan makanan kaum muslimin sudah sangat tipis,
hingga mereka kelaparan. Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
berdoa dan akhirnya pasukannya bangkit sehingga
berhasil menaklukkan benteng itu. Di dalamnya, banyak
terdapat ternakternak gemuk untuk dimakan.

Benteng Az Zubair dikepung selama 3 hari. Namun mereka


bisa bertahan karena mempunyai mata air sendiri.
Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan serangan untuk
merebut mata air. Setelah mata air dapat direbut,
Benteng Az Zubair pun takluk.

Orang-orang Yahudi di benteng Ubay menantang duel satu


lawan satu. Semua pahlawan
Yahudi yang maju berduel berhasil ditaklukkan oleh
para pahlawan Islam. Kemudian Abu Dujanah yang
kepalanya diikat kain merah jika sudah bertekad mati,
memimpin pasukan komando masuk dan menyusup ke dalam
benteng. Setelah bertempur seru, benteng Ubay pun
takluk.

Benteng An Nizar adalah benteng yang sangat kuat


karena letaknya tinggi dan susah diserang. Rasulullah
‫ ﷺ‬memerintahkan penggunaan manjaniq atau
pelontar batu besar. Maka dinding-dinding benteng
jebol dan pasukan muslim pun akhirnya membanjir masuk
untuk menaklukkan musuh.

Ketiga benteng yang tersisa dikepung selama 14 hari.


Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa sempat terjadi
pertempuran di benteng Al Qamush. Namun kedua benteng
yang lain: Al Wathih dan As Sulalim menyerahkan diri
lewat perundingan.

Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak


dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan mereka siap
meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga,
menyerahkan semua harta kekayaan Khaibar yang berupa
tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju
perang.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menyetujui hal itu seraya


bersabda,
"Aku juga membebaskan kalian dengan perlindungan Allah
dan rasulNya apabila kalian tidak menyembunyikan
sesuatu pun dariku."

Mereka setuju. Namun orang Yahudi memang licik.


Beberapa dari mereka ketahuan menyembunyikan harta di
balik reruntuhan. Maka mereka pun dibunuh, karena
melanggar perjanjian, sebagai pembalasan atas
terbunuhnya beberapa sahabat atas tindakan mereka.
Selesailah sudah penaklukan Khaibar. Allahu Akbar!

*Bersambung...*
23/10/21 19.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 129
Pembagian Harta Rampasan dan Kedatangan Ja'far

Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin agar orang-orang Yahudi


pergi dari Khaibar. Namun sebagian orang Yahudi itu
berkata,

"Wahai Muhammad berilah kami kesempatan untuk tetap


berada di tanah ini agar kami bisa mengolah dan
menanganinya. Kami lebih berpengalaman daripada
kalian."

Rasulullah ‫ ﷺ‬pun berpendapat bahwa mereka


benar. Beliau dan para sahabat tidak mempunyai cukup
tenaga untuk mengolah tanah-tanah pertanian Khaibar
yang lebih luas. Karena itu Rasulullah ‫ ﷺ‬pun
setuju untuk mengijinkan Yahudi mengolah tanah itu dan
membagi hasil panen dengan kaum muslimin.

Tanah Khaibar berjumlah 36 kelompok. Setiap kelompok


dibagi menjadi 100 bagian sehingga jumlah totalnya
sebanyak 3.600 bagian. Rasulullah ‫ ﷺ‬dan kaum
muslimin mendapat separuhnya. Beliau mendapat satu
bagian seperti halnya kaum muslimin yang lain.
Sisanya dikhususkan untuk para wakil beliau dan urusan
umum kaum muslimin. Orangorang muslim yang ikut dalam
perjalanan perjanjian Hudaibiyah mendapat masing-
masing satu bagian-bagian, entah mereka itu ikut dalam
perang Khaibar atau tidak. Alasannya
berkat jasa mereka jugalah kaum Muslimin dapat
menaklukkan Khaibar.
Setiap kuda yang ikut mendapat 2 bagian, penunggangnya
mendapat 3 bagian, sedangkan pejalan kaki mendapat
satu bagian.

Rampasan Khaibar ini begitu banyak sampai Ibnu Umar


berkata,

"Sebelumnya kami tidak pernah merasa kenyang, sebelum


kami bisa menaklukkan Khaibar."

Aisyah pun berkata,

"Saat Khaibar ditaklukkan, kami bisa kenyang karena


makan kurma".

Setelah kembali ke Madinah kaum Muhajirin


mengembalikan apa yang dulu pernah diberikan oleh kaum
Anshor, yakni berupa pohon dan buah kurma, karena kini
mereka telah memiliki banyak pohon dan buah kurma di
Khaibar.
Di Madinah Ja'far bin Abi Thalib dan rombongannya
telah tiba dari Habasyah. Rasulullah ‫ ﷺ‬begitu
gembira melihat Ja'far sehingga beliau bersabda,

"Demi Allah aku tidak tahu, karena aku gembira dengan


penaklukan Khaibar dan kedatangan Ja'far."

Ja'far dan rombongannya pun masing-masing mendapatkan


satu bagian tanah Khaibar.

Shafiyah

Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay.


Ia adalah Putri Huyay bin Al Akhtab, pemimpin Bani
Nadhir yang menghasut Quraisy untuk menyerang Madinah
dalam Perang Khandaq.
Suaminya, Kinanah bin Abul Huqaiq, dibunuh akibat
berkhianat kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬karena
menyembunyikan harta Bani Nadhir. Shafiyah binti Huyay
diberikan kepada Dihyah bin Al Khalifah.

Namun, seorang sahabat merasa iba kepada putri


bangsawan Yahudi itu. Ia mendatangi Rasulullah
‫ ﷺ‬dan berkata,

"Wahai Rasulullah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah


binti Huyai, putri pemimpin
Quraidhah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah
hanya pantas dimiliki oleh engkau."

Untuk menjaga kehormatan Shafiyah, Rasulullah


‫ ﷺ‬meminta Dihyah mengambil tawanan yang lain.
Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam.
Shafiyah pun menerimanya. Setelah itu Shafiyah pun
menerima pinangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dengan
kebebasannya sebagai mahar.

Di Ash Shaba', dalam perjalanan pulang ke Madinah,


Rasulullah ‫ ﷺ‬menyelenggarakan walimah nikah.
Ummu Sulaim merias Shafiyah. Untuk makan,
dihidangkan kurma, makanan dari tepung, dan keju.
Rasulullah ‫ ﷺ‬berada di sana selama tiga hari.
Pada saat itu, beliau melihat memar-memar biru pada
wajah Shafiyah, lalu beliau bertanya,

"Ada apa ini?"

"Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku


bermimpi melihat bulan seakan akan terlepas dari
tempatnya dan jatuh ke bilikku. Aku menceritakan mimpi
ini kepada suamiku dan aku tidak menyebut-nyebut
dirimu sedikit pun, namun ia menempeleng wajahku."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tersenyum dan memberikan kata-


kata menghibur,
"Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di
Madinah."

Pada saat itu ada seorang wanita Yahudi bernama Zaenab


binti Al Haris yang mencoba membunuh Rasulullah
‫ ﷺ‬dengan mengirimkan daging domba beracun.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menggigit satu kunyahan, tapi


segera memuntahkannya kembali sambil bersabda,

"Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging


disusupi racun."

"Apa yang membuatmu melakukan perbuatan itu?" tanya


Rasulullah ‫ ﷺ‬kepada Zainab binti Al Haris.

"Aku berkata kepada diriku sendiri, Kalau memang


Muhammad adalah seorang raja, maka ia pasti akan mati
memakan daging itu. Tetapi jika ia seorang nabi, tentu
Allah akan memberitahunya."

Tadinya Rasulullah ‫ ﷺ‬akan melepaskan wanita


itu, namun karena ada seorang sahabat bernama Bisyr
bin Al Barra yang meninggal karena memakan daging
tersebut maka Zaenab binti Al Harits pun diqishash.

*Bersambung...*
24/10/21 15.22 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 130
Rasulullah Melarang Hidup Meminta-minta

Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba


kembali ke Madinah, sekali lagi Rasulullah ‫ﷺ‬
melihat beberapa dari mereka biasa hidup enak tanpa
bekerja. Maklum selama di Habasyah, mereka hidup dari
pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di
Madinah, sebagian mereka bahkan hidup dari zakat. Maka
Rasulullah ‫ ﷺ‬pun menganjurkan agar mereka mau
bekerja.

"Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak


mendapatkan satu atau dua suap makanan, akan tetapi
orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta
kekayaan dan merasa malu meminta-minta kepada orang
lain secara paksa," demikian nasihat Rasulullah
‫ ﷺ‬kepada orang-orang itu.

Ajaran yang dibawa Rasulullah ‫ ﷺ‬adalah ajaran


kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang hidup dari jerih
payah orang lain, walaupun hidupnya sendiri dihabiskan
untuk beribadah di masjid. Alasannya tidak ada orang
yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena
amal dan pekerjaannya.
Sebaliknya Rasulullah ‫ ﷺ‬juga melihat ada orang
yang menghimpun harta kekayaan dari rampasan perang
dengan perasaan khawatir hartanya itu akan habis jika
disedekahkan. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬melarang
melakukan penimbunan harta dan mengharuskan mereka
bersedekah kepada orang yang miskin dan sengsara.

"Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang


mati dalam keadaan kenyang, sementara itu tetangganya
kelaparan," demikian sabda beliau.

"Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja maka ia


harus menyisihkan bagi orang yang tidak cukup
belanjanya. Barang siapa yang mempunyai kelebihan
harta maka sisihkanlah kepada orang yang kekurangan.
Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap
orang-orang Islam maka ia bukan dari golongan mereka."

Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan


ada yang mau menyerahkan seluruh hartanya. Namun
Rasulullah ‫ ﷺ‬juga mencegah tindakan berlebihan
seperti itu dengan bersabda,

"Simpanlah sebagian hartamu karena sebaik-baik sedekah


adalah pemberian orang kaya".

Muru'ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk


muru'ah adalah menjaga diri agar jangan memberatkan
orang lain, harus belajar cukup dengan apa yang ada,
belajar menahan susah dan derita, jangan
menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti
disebut dalam pepatah Arab "anjing kurap yang mencari
makan lebih mulia dari singa besar dalam kandang".

Kekuatan Keyakinan Rasulullah

Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah


‫ﷺ‬. Beliau terus berusaha memperbaiki
kehidupan islami yang sedang dibangun bersama
pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan
beliau adalah keyakinan yang amat kuat kepada Allah ُ‫س‬
‫ ْحَ ا َن ُه َو َتعَ ا‬.

Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah


perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan muslimin
menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta
Rasulullah ‫ ﷺ‬beristirahat di bawah pohon itu,
sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat
berlindung dari sengatan matahari. Rasulullah
‫ ﷺ‬menggantungkan pedangnya di pohon tersebut
dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik.
Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya
merupakan bagian dari pasukan muslim. Ditujunya tempat
Rasulullah ‫ ﷺ‬berteduh, lalu dengan cepat ia
mengambil pedang Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
menodongkannya ke dada beliau.
"Apakah engkau takut kepadaku?" seringai orang itu.

"Tidak," jawab Rasulullah ‫ ﷺ‬tegas dan tenang.

Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi


ia akan menusukkan pedangnya ke dada Rasulullah,
"Lalu siapa yang bisa menghalangi dari tindakanku?"

"Allah!"

Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar,


pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di hadapan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Dengan tangkas, beliau segera
mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke
dada orang itu.

"Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?"


tanya Rasulullah ‫ﷺ‬.

Orang itu menjawab,


"Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman."

Beliau bersabda,
"Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain
Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah."

"Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan


tidak akan bergabung bersama orang-orang yang
memusuhimu," kata orang itu.

Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa


yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak memarahi
orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang
kemudian pulang dan berkata kepada kaumnya,
"Aku baru saja menemui orang yang paling baik."

Keyakinan Rasulullah ‫ ﷺ‬berasal dari kekuatan


cinta kepada Allah. Beliau berdoa,

"Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya


mencintai-Mu, dan mencintai orang yang cinta kepada-Mu
serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk
mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepadaMu itu
lebih daripada aku mencintai diriku dan keluargaku dan
lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala
panas.

*Bersambung...*
24/10/21 15.22 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 131
Umroh Qadha
Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian
Hudaibyah disepakati. Rasulullah ‫ ﷺ‬segera
memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat
melakukan umratul qadha atau umroh pengganti.

Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini


2000 sahabat berangkat dengan mengenakan pakaian
ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang
yang disarungkan. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬tetap
waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau
memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100
pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan
haji.

Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh


rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka'bah.

Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk


melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka ingin
lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan
penuh rasa hormat dan syahdu. Mereka ingin menyentuh
bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah
‫ ﷺ‬dilahirkan dan tempat Wahyu pertama
diturunkan.

Sesuai dengan perjanjian Hudaibyah, ketika orang-orang


Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah.
Penduduk Mekah mendirikan tenda tenda di bukit-bukit
sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro.
Mereka melihat dengan penuh rasa ingin tahu bekas
kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir.

Umroh Qadha

Begitu Ka'bah terlihat kaum muslimin serentak berseru,


"Labaik, Labaik!"

Di depan Ka'bah Rasulullah ‫ ﷺ‬membiarkan lengan


kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan,
"Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini
telah memperlihatkan kemampuan dirinya."

Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan


berlari-lari kecil. Setelah menyentuh Rukun Yamani di
sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa
sampai kembali menyentuh Hajar Aswad, kemudian
berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan
selebihnya berjalan biasa. Setiap kali beliau berlari,
2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali Rasulullah
‫ ﷺ‬berjalan mereka pun serentak ikut berjalan.

Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy,


hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah ‫ﷺ‬
dan sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan
dalam keadaan sulit.
Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan
siapa golongan yang mulia. Bukanlah disebut mulia
orang yang berumah besar dan bermobil mewah.

Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat,


membuka selubung kebodohan, memberi peringatan,
menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai.
Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya
gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal.

Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa'i antara


Safa dan Marwah. Setelah selesai melakukan Sa'i,
sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau
berkata,

"Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap


tempat di Mekah dapat dijadikan tempat untuk
menyembelih hewan qurban."

Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur


rambut di Marwah. Demikian pula kaum muslimin, mereka
melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah
itu, beliau mengutus orang-orang agar pergi ke Ya'jaj
untuk menggantikan orang-orang yang telah diberi tugas
menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan
manasik umroh. Mereka kemudian datang dan melaksanakan
manasik.

Rasulullah ‫ ﷺ‬tinggal di Mekah selama tiga


hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang musyrik
mendatangi Ali dan berkata,

"Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat


kami, karena waktunya sudah habis."

Maka Nabi ‫ ﷺ‬pun keluar meninggalkan Mekah dan


singgah di Saraf.

Ketika hendak keluar meninggalkan Mekah mereka


diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil
memanggil,

"Paman ......! Paman ......!"

Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali.


(sesampai di Madinah) Ali, Ja'far dan Zaid berebut
untuk mengurusnya. Namun Nabi ‫ ﷺ‬memutuskan
bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja'far,
karena istri Ja'far adalah saudara dari ibu putri
Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama
kedudukannya dengan ibu)

Islamnya Khalid bin Walid


Dalam masa 3 hari di Mekkah, Rasulullah ‫ﷺ‬
menerima lamaran seorang wanita bernama Maimunah.
Usianya 26 tahun. la adalah Bibi Khalid bin Walid.
Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin sekali mengundang orang-
orang Quraisy dalam pesta pernikahannya. Namun orang-
orang itu menolak dan meminta beliau bersama para
sahabatnya keluar dari Mekah karena waktu yang
disepakati telah habis. Maka, Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
para sahabatnya pun berangkat pulang.

Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras,


tidak berbuat maksiat dan tidak rakus dalam hal makan
minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik.
Ditambah lagi bibinya sendiri telah menikah dengan
Rasulullah ‫ﷺ‬. Khalid berkata kepada
kawankawannya,

"Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat


bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang
penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan
alam semesta ini. Setiap orang yang mempunyai hati
nurani berkewajiban menjadi pengikutnya."

Ikrimah bin Abu Jahal ngeri mendengarnya. Dia langsung


berkata,

"Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai


ayahmu, juga membunuh paman dan sepupumu? Demi Allah,
aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti
itu!"

*Bersambung..*
26/10/21 11.43 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 132
Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah
kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah, aku
mengikut agama Islam!"

Abu Sufyan kemudian memanggil Khalid,

"Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?"


Ketika Khalid membenarkan, Abu Sufyan memerah
wajahnya,

"Demi Latta dan Uzza, kalau itu benar, niscaya


engkaulah yang akan kuhadapi sebelum
Muhammad!"

"Dan memang itulah yang benar, dan apa pun yang akan
terjadi,"

Kemarahan Abu Sufyan meledak. Ia maju hendak menyerang


Khalid. Namun lkrimah menahannya seraya berkata,
"Sabar Abu Sufyan, seperti engkau, aku juga khawatir
kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid
itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh
Khalid karena pandangan hidupnya itu, padahal mungkin
kelak seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh
aku khawatir jangan-jangan sebelum bertemu Muhammad
lagi tahun depan, seluruh Mekkah sudah menjadi
pengikutnya!"

Sejak menjadi seorang muslim, sejarah hampir tidak


pernah mencatat kekalahan pasukan yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid. Ketika menghadapi 240.000 pasukan
Romawi, pasukan muslim yang lebih jauh lebih kecil
jumlahnya menjadi ragu.

Khalifah Abu Bakar berkata,

"Demi Allah, semua kekhawatiran keraguan mereka akan


hilang dengan kedatangan Khalid!"

Perang Mut'ah

Khalid bin Walid segera pergi ke Madinah dan


menggabungkan diri dengan kaum muslimin. Tidak lama
kemudian menyusul pula dua orang pembesar Quraisy Amru
bin Ash dan Utsman bin Tolkhah, mereka diikuti juga
oleh banyak penduduk Mekah.

Kemenangan Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap Mekah


tampaknya tinggal menunggu waktu. Namun sebelum itu
terjadi, 15 orang yang dikirim ke perbatasan Syam
dibunuh oleh pihak Romawi.

Maka pada bulan Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriyah atau


629 masehi Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil tiga ribu
prajurit pilihan. Beliau menyerahkan tampuk
kepemimpinan pasukan kepada Zaid bin Haritsah sambil
bersabda,

"Kalau Zaid gugur maka Ja'far bin Abu Tholib yang


memegang tampuk kepemimpinan, dan jika Ja'far gugur
maka Abdullah bin Rawahah yang memegang tampuk
kepemimpinan.

Pasukan berangkat diiringi doa dan ucapan selamat dari


masyarakat ramai. Rasulullah ‫ ﷺ‬turut mengantar
sampai ke luar kota dan berpesan,

"Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta, dan


anak-anak. Jangan menghancurkan rumah-rumah atau
menebangi pepohonan. Allah menyertai dan melindungi
kalian. Semoga kalian kembali dengan selamat."

Zaid bin Haritsah merencanakan untuk menyergap musuh


dengan tiba-tiba. Namun ketika tiba di Ma'an mereka
amat terkejut.
Syuhrabil gubernur Heraklius telah menghimpun pasukan
yang terdiri atas orang-orang Yunani dan orang-orang
Arab. Heraklius sendiri mengerahkan pasukan Romawi
untuk membantu pasukan lawan yang tengah menanti
pasukan muslimin yang berjumlah 200.000 orang!"

Para pemimpin tentara muslimin agak ragu. Apakah


mereka harus maju atau meminta bala bantuan dari
Madinah. Namun, Abdullah bin Rawahah yang terkenal
sebagai seorang ksatria dan pemberani berkata,

"Saudara-saudara apa yang tidak kita sukai justru itu


yang kita cari sekarang ini yaitu mati syahid.
Kita memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan,
bukan karena kekuatan juga bukan karena jumlah orang
yang banyak, melainkan kita memerangi mereka hanyalah
karena agama, juga yang dengan itu Allah telah
memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju.
Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini menang
atau mati syahid."

Kata-kata Abdullah bin Rawahah ini melambungkan


semangat pasukan.

"Ibnu Rawahah memang benar!"

Abdullah bin Rawahah ini adalah seorang penulis dan


penyair yang untaian syair-syairnya meluncur dari
lidah yang kuat dan indah didengar. Semenjak memeluk
Islam dibuktikannya kemampuan bersyair itu untuk
Islam.

Rasulullah ‫ ﷺ‬menyukai dan menikmati syair-


syairnya dan sering beliau minta Abdullah untuk lebih
tekun lagi membuat syair.

Gugurnya Tiga Pahlawan

Di desa Masyarief kedua pasukan bertemu. Namun dengan


cerdik, pasukan muslim membelok ke Mu'tah. Tempat itu
dianggap jauh lebih baik sebagai tempat bertahan. Di
mu'tah inilah terjadi pertempuran dahsyat yang jarang
disaksikan sejarah karena jumlah kedua pasukan berbeda
begitu jauh.

Zaid bin Haritsah bertempur dengan gagah berani. Saat


itu hampir tidak ada satu pahlawan pun yang bisa
menyaingi kehebatannya. Ia bertempur dan bertempur
sampai akhirnya sepucuk tombak menghantamnya dengan
telak. Zaid bin Haritsah jatuh ke tanah dan gugur
sebagai syuhada.

Sesuai dengan pesan Rasulullah ‫ﷺ‬, Ja'far bin


Abu Tholib mengambil bendera Zaid dan maju memimpin
pasukan. Usia Kakak Ali bin Abi Tholib ini baru 33
tahun. Ja'far benar-benar pemuda tampan cerdas dan
berani. Ia maju dan bertempur dengan semangat menyala
bagai api yang mengamuk. Ketika tangan kanannya
ditebas hingga putus Ja'far meraih bendera dengan
tangan kiri namun tidak lama kemudian tangan kiri ini
juga lepas karena sabetan pedang. Dengan kekuatan yang
tersisa Ja'far mempertahankan bendera dengan kedua
pangkal lengannya sampai seorang prajurit Romawi
membelah tubuh Ja'far. Pemuda tampan ini gugur. Ibnu
Umar yang saat itu bertempur di sampingnya mengatakan,

"Kuhitung ada 50 luka di tubuhnya, namun tidak satu


pun yang terdapat di bagian punggung."

Kedua lengan Ja'far yang putus diganti Allah dengan


sepasang sayap sehingga Ja'far dapat terbang kemana
pun ia mau. Karena itulah Ja'far dijuluki Ath Thayar
atau penerbang atau Dzuljanahain atau orang yang
memiliki dua sayap.

Kini giliran Abdullah bin Rawahah yang menjadi


panglima. Ia yang mengibarkan bendera, tetapi hatinya
ragu sejenak sambil berkata,

"Oh diriku! Mengapa engkau masih ragu atau terpaksa?


Jika pertempuran telah dimulai dan genderang bertalu-
talu, mengapa kulihat engkau masih membenci surga?"

Kemudian Abdullah bin Rawahah maju dengan gagah sampai


akhirnya juga gugur.

*Bersambung...*
26/10/21 11.43 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
‫*ﷺ‬

Bagian 133
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Zaid dan Ja'far telah diangkat kepadaku di surga di


atas ranjang emas. Aku juga melihat ranjang Abdullah,
tetapi agak miring dibanding ranjang kedua temannya."

"Mengapa Ya Rasulullah?" tanya para sahabat keheranan.

"Sebab yang dua orang itu terus maju, tapi Abdullah


sempat agak ragu walau ia terus maju juga."

Rasulullah ‫ ﷺ‬tahu benar betapa penting dan


berbahayanya perang kali ini. Karena itu beliau
sengaja memilih 3 panglima perang yang pada waktu
malam bertaqorrub mendekatkan diri kepada Allah,
sedang pada siang hari menjadi pendekar pejuang agama.
Tiga orang ini tidak berkeinginan kembali karena
mereka bercita-cita mati syahid dalam perjuangan.

Khalid bin Walid Menjadi Komandan


Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya
pertempuran dari wahyu yang diturunkan kepada
Rasulullah ‫ﷺ‬. Beliau bersabda,

"Zaid mengambil bendera lalu dia gugur. Kemudian


Ja'far mengambilnya dan dia pun gugur.
Selanjutnya Abu Rawahah mengambilnya dan dia pun
gugur..."

Air mata menetes menuruni kedua pipi Rasulullah


‫ﷺ‬. Setelah itu beliau bersabda lagi, Salah
satu dari Pedang Allah mengambil bendera itu dan
akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka.
Siapakah Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah
‫ﷺ‬.

Di Mu'tah, Tsabit bin Akram meraih bendera sambil


berseru,

"Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan


salah seorang dari kita!"

"Engkau sajalah."
"Tidak saya tidak akan mampu."

Kaum muslimin kemudian menunjuk Khalid bin Walid yang


baru saja memeluk Islam.

Khalid mengubah taktik dengan menimbulkan berbagai


pertempuran kecil. Ia mengulur ulur waktu sampai
tibanya perang.

Sementara itu Khalid bertempur dengan gagah sampai


sembilan pedangnya patah dan yang tersisa hanya
sebatang pedang lebar model Yaman.

Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun


pasukannya untuk menjalankan strategi baru. Keesokan
harinya rencana Khalid itu membuat musuh gentar.
Mereka melihat debu bertebangan tanda adanya
pergerakan pasukan besar yang datang dari mana-mana di
belakang pasukan muslim.

"Mereka mendapat bantuan besar!" seru orang-orang


Romawi.

Padahal yang tampak sebagai gerakan pasukan besar itu


adalah akibat strategi Khalid yang menarik pasukan
depan ke belakang dan menaruh pasukan belakang ke
depan pasukan yang berada di belakang. Mereka
berpencar dan melakukan gerakan seolah-olah datang
pasukan besar dari Madinah. Setelah bertempur dengan
saling mengintip kekuatan, pelanpelan Khalid bin Walid
menarik mundur pasukannya dengan tetap mempertahankan
susunan tempur.
Pasukan Romawi pun mengundurkan diri dengan perasaan
lega. Kalau 3.000 orang saja sudah sedemikian tangguh,
apalagi jika pasukan bantuannya datang, demikian pikir
mereka.
Dampak Pertempuran Mu'tah

Sementara itu rasa haru memenuhi hati Rasulullah


‫ ﷺ‬karena gugurnya ketiga panglima muslim.

Mereka pergi ke rumah Ja'far dan melihat istrinya Asma


bin Umair sedang membuat adonan roti sementara itu
anak-anaknya sudah dimandikan diminyaki dan
dibersihkan. Saat itu Asma belum tahu nasib yang
menimpa suaminya. Rasulullah ‫ ﷺ‬memeluk dan
mencium anak-anak Ja'far dengan air mata berlinang.

"Ya Rasulullah demi ayah bundaku," tanya Asma gelisah.


"Mengapa anda menangis? Apakah ada hal-hal yang
menimpa Ja'far dan kawan-kawannya?"

"Ya hari ini mereka gugur," jawab Rasulullah


‫ ﷺ‬dengan air mata yang terus bergulir
membasahi pipinya.

Maka menangislah Asma, begitu sedih sehingga para


wanita berdatangan menghiburnya.

Rasulullah ‫ ﷺ‬pulang dan berkata kepada para


istrinya, "Keluarga Ja'far jangan dilupakan buatkan
makanan untuk mereka. Mereka sekarang dalam
kesusahan".

Kemudian ketika dilihatnya putri Zaid bin Haritsah


datang, beliau membelainya sampai menangis. Ketika
para sahabat bertanya,

"Mengapa Rasulullah ‫ ﷺ‬menangisi para syuhada


yang masuk surga?" Rasulullah menjawab bahwa itu
adalah air mata seseorang yang kehilangan sahabatnya.

Di Madinah orang-orang tidak menyetujui penarikan


mundur itu. Pasukan Khalid pun dicemooh,

"Hai orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan


Allah!"

Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

"Mereka bukan pelarian melainkan orang-orang yang akan


tampil kembali, Insyaallah."

Sementara itu pertempuran Mu'tah telah menimbulkan


rasa kagum yang luar biasa di kalangan suku-suku Arab
kepada kaum muslimin. Selama ini, mereka menganggap
siapa pun yang berniat memusuhi Romawi sama saja
dengan mencari mati.
Namun melihat pasukan kecil muslim mampu bertempur dan
bisa mengundurkan diri tanpa kerugian besar membuat
mereka yakin bahwa pasukan muslim pasti mendapat
pertolongan Allah dan pemimpin mereka benar-benar
utusan Allah.
Maka berbondong-bondonglah Bani Sulaim, Asyja,
Ghafatan, Fazarah, dan lainnya masuk Islam. Padahal
sebelumnya mereka sangat keras memusuhi Islam.

Rasulullah ‫ ﷺ‬amat prihatin dengan anak-anak


Ja'far karena beliau penyayang anak-anak dan sering
memberi mereka nasehat.

Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwa


Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah menasehati seorang anak
yang sedang berjalan dengan ayahnya,

"Ingatlah kamu jangan berjalan di depannya, dan kamu


jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya
mengumpatmu karena marah, dan kamu jangan duduk
sebelum ia duduk, dan kamu jangan panggil ia dengan
namanya."

*Bersambung...*
*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 134

Quraisy Melanggar Perjanjian Hudaibyah

Mendadak terjadilah peristiwa menggemparkan. Pada


suatu malam, Bani Bakr yang merupakan sekutu orang
Quraisy menyerang musuh lamanya, Bani Khuza’ah. Pada
saat itu, Bani Khuza’ah tengah tertidur lelap di
pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al
Watir.

Setelah perjanjian Hudaibyah, Bani Bakr memihak


Quraisy, sedangkan Bani Khuza’ah menggabungkan diri
dengan Rasulullah ‫ﷺ‬.
Serangan mendadak itu membuat Bani Khuza’ah terdesak
dan kewalahan. Dalam pertempuran itu, diam-diam pihak
Quraisy membantu Bani Bakr. Padahal itu merupakan
pelanggaran besar terhadap perjanjian Hudaibyah.
Rupanya orang Quraisy sudah tidak takut lagi kepada
kaum muslimin. Mereka mengira, kaum muslimin sudah
hancur dalam pertempuran Mu’tah.

Bani Khuza’ah lari berlindung di sekitar Ka’bah. Di


tempat itu orang-orang Bani Bakr sendiri mengingatkan
pemimpin mereka untuk tidak perang di tanah suci
Kabah,

“Wahai Naufal, kita sudah memasuki tanah suci. Ingat


Tuhanmu, Tuhan mu!”
Namun Naufal bin Muawiyah Ad Diali, pencetus serbuan
ini, menjawab dengan kasar,

“Tidak ada Tuhan pada hari ini wahai Bani Bakr!


Lampiaskan dendam kalian. Demi Allah, kalau perlu
kalian boleh mencuri di tanah suci. Apakah kalian
tidak ingin melampiaskan dendam di tanah suci?”

Akhirnya Bani khuza’ah baru benar-benar bisa


menyelamatkan diri dari pembantaian setelah mereka
mundur dan meminta perlindungan di rumah keluarga
Budail bin Warqa Al khuza’i.

Setelah itu tanpa menunggu lebih lama lagi, Amr bin


Salim Al khuza’i cepat-cepat pergi ke Madinah menemui
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ia bertemu dengan Rasulullah ‫ ﷺ‬dan


beberapa sahabat di dalam masjid. Di tempat itu ia
membacakan syairnya.

“Ya Robbi, aku mengingatkan Muhammad tentang


persahabatan ayah kami dan ayahnya pada masa
lalu......

Quraisy telah menghianatimu dalam perjanjian.....

Mereka mendesak hingga ke Ka’bah dan membunuh kami


saat sedang ruku dan sujud kepada Ilahi.”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

“Engkau pasti akan dibela wahai Amir bin Salim.”

Saat itu muncul awan mendung di langit, beliau


bersabda,

“Mendung ini akan memudahkan pertolongan bagi bani


Kaab (sebutan lain untuk bani Khuza’ah)”

Dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 55-56, Allah


berfirman,

Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang


paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang kafir,
karena mereka itu tidak beriman.

Surah Al-Anfal (8:55)

(Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan


kamu, Kemudian setiap kali berjanji, mereka
menghianati janjinya, sedang mereka tidak takut
(kepada Allah).

Surah Al-Anfal (8:56)


Quraisy Mengutus Abu Sufyan
Tindakan para pemuda Quraisy membantu Bani Bakr sangat
disesali oleh pemimpin mereka. Karena itu, mereka
mengutus Abu Sufyan sendiri pergi ke Madinah untuk
menguatkan kembali perjanjian dan memperpanjang
waktunya. Sampai di tujuan, Abu Sufyan tidak langsung
menemui Rasulullah ‫ﷺ‬, tetapi menemui
putrinya, ummu Habibah, yang sudah menjadi isteri
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Di rumah ummu Habibah, Abu Sufyan masuk dan ingin


duduk di tikar tempat biasa Rasulullah ‫ﷺ‬
duduk. Ummu Habibah segera melipat tikar itu sebelum
diduduki ayahnya.

“Hai putriku, apakah engkau lebih sayang pada tikar


itu dari pada aku?” keluh abu Sufyan.

“Ini tikar Rasulullah ‫ﷺ‬, padahal ayah


adalah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah
duduk di atasnya.”

“Demi Allah, rupanya ada yang tidak beres denganmu


setelah berpisah denganku.”

Setelah itu, Abu Sufyan langsung menemui Rasulullah


‫ﷺ‬. Ia bicara panjang lebar membujuk
Rasulullah ‫ ﷺ‬agar memperpanjang
perjanjian. Namun Rasulullah ‫ ﷺ‬sama
sekali tidak menanggapinya.

Abu Sufyan belum putus asa, ia pergi ke Abu Bakar dan


meminta agar Abu Bakar membujuk Rasulullah
‫ﷺ‬. Namun Abu Bakar berkata,

“Aku tidak sudi melakukannya.”

Kemudian giliran Umar bin Khattab yang diminta Abu


Sufyan agar mau membujuk Rasulullah ‫ﷺ‬.
Umar menjawab,

“Layakkah aku meminta pertolongan bagi kalian kepada


Rasulullah ‫ ? ﷺ‬Demi Allah, walau hanya
pasir yang ada di tanganku, tentu pasir itu akan
kupergunakan untuk melawan kalian!”

Untuk terakhir kalinya, Abu Sufyan mencoba meminta


tolong kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu sedang
bermain dengan Hasan dan Husain bersama Fathimah Az
Zahra istrinya. Namun, dengan lembut Ali menjawab,

“Jika Rasulullah ‫ ﷺ‬sudah mengambil


keputusan, tidak seorang pun dari kami yang bisa
menarik keputusan beliau.”
Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah
meminta-minta kepada orang-orang yang dulu pernah
disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia
kembali pulang dengan membawa kabar buruk itu bagi
kawan-kawannya.

*Bersambung...*

*KISAH RASULULLAH ‫*ﷺ‬

Bagian 135

Surat Hathib bin Abi Balta’ah

Rasulullah ‫ ﷺ‬memerintahkan semua orang


untuk mengadakan persiapan. Beliau memberi tahu bahwa
sasaran mereka kali ini adalah Mekah. Beliau pun
berdoa,

“Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak


mendengar kabar ini, hingga aku tiba di sana secara
tiba-tiba.”

Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi


Balta’ah menulis surat kepada Quraisy tentang rencana
ini. Surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak
wanita yang diberi uang oleh Hathib. Setelah
menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita
itu pun berangkat.

Kemudian Rasulullah ‫ ﷺ‬diberi wahyu


tentang hal tersebut sehingga beliau cepat menyuruh
Ali Bin Abi Thalib dan Al Miqdad menyusul pembawa
surat itu. Keduanya pun memacu kudanya kencang-
kencang. Mereka berhasil menyusul Sarah dan berkata,

“Serahkan surat yang kau bawa!”

“Aku tidak membawa sepucuk surat pun.”

Ali dan Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan


barang bawaan wanita itu dengan teliti. Ketika tidak
juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib
berkata,

“Aku bersumpah bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak


pernah berbohong, jika engkau tidak menyerahkan surat
itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!”

Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan


suratnya. Setelah surat itu sampai di tangannya,
Rasulullah ‫ ﷺ‬memanggil Hathib,

“Apa ini wahai Hathib?”

“Rasulullah,” jawab Hathib,


“demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan
Rasulullah. Sedikit pun tidak ada perubahan pada diri
saya. Namun, saya mempunyai seorang anak dan keluarga
di tengahtengah Quraisy. Ltu sebabnya saya hendak
memberitahu mereka.”

Umar bin Khatab maju dan berkata,

“Rasullulah, serahkan kepada saya, akan saya penggal


lehernya. Orang ini bermuka dua.”

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

“Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang


Badar. Apakah kau tahu kalau

Allah meninggikan martabat orang yang turut dalam


Perang Badar, lalu Allah menitahkan, “Berbuatlah
sekehendak kalian, kalian Ku ampuni?”

Umar pun menangis sambil berkata,

“Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan


rahasia menjadi sangat penting. Abu Hurairah
melaporkan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah
bersabda,

“Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya


daripada karena kakinya.”

Kerahasiaan dalam gerakan ke Mekah ini diperlukan agar


pasukan muslimin mampu memberikan kejutan, sehingga
Mekah bisa takluk tanpa pertumpahan darah.

Pasukan Muslim Berangkat

Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah


tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah perjalanan, suku demi
suku datang bergabung. Karena itu ketika tiba di Marr
Az Zhahran, jumlah mereka mencapai 10.000 orang!
Jumlah yang belum pernah disaksikan dalam sejarah
Madinah.

Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya


bahaya akhirnya mulai curiga. Mereka mengutus Abu
Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi.

Suatu malam ketika Abu Sufyan sedang mengintai,


dipergoki Abbas paman Rasulullah ‫ﷺ‬.
Abbas membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin.
Keesokan harinya Ia diterima Rasulullah
‫ ﷺ‬di dalam Tenda beliau.

“Kasihan engkau Abu Sufyan,” sabda Rasulullah


‫ﷺ‬.
“Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui, bahwa tiada
Tuhan selain Allah?”

“Demi ayah dan ibuku,” jawab Abu Sufyan.

“Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan


menjaga hubungan kekeluargaan. Aku memang sudah
menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu sudah
mencukupi segalanya.”

“Kasihan engkau wahai Abu Sufyan,” demikian sabda


Rasulullah ‫ ﷺ‬lagi.

“Bukankah tiba waktunya engkau harus mengetahui bahwa


aku Rasulullah?”

“Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan


suka menjaga hubungan kekeluargaan, namun untuk
mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan
di hatiku.

Akhirnya, Abbas pun turun bicara,

“Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah


selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, sebelum
beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras
yang telah engkau lancarkan pada Islam!”

Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas


berbisik,

“Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah orang yang suka


membanggakan diri, maka berilah dia sedikit
kebanggaan.”

“Baiklah,” sabda Rasulullah ‫ﷺ‬,

“Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan,


dirinya akan aman. Barangsiapa yang memasuki Masjidil
Haram, juga akan aman.”

Setelah itu Rasulullah ‫ ﷺ‬meminta Abbas


memperlihatkan keagungan pasukan muslim.

Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan


lewat barisan demi barisan. Begitu melihat bahwa
Rasulullah ‫ ﷺ‬dikelilingi pasukan
Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata,

“Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas,


kerajaan keponakanmu akan menjadi besar!”

“Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan


kenabian,”

“Kalau begitu akan lebih bagus lagi.”


Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ‫ﷺ‬
mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu Qatadah
ke arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria.
Tujuan ekspedisi ini untuk memberi kesan kepada orang
Quraisy bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬akan
mengadakan serangan ke sana, bukan ke Mekah.

*Bersambung...*

Anda mungkin juga menyukai