*Letak Mekah*
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke
arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia menghadapkan
diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi
Muhammad ﷺdilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu
luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit mengurung
lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma
ada tiga jalan untuk keluar dan masuk Mekah. Jalan
pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah
tempat persinggahan rombongan kafilah, baik yang
datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya,
yang datang dari Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail
lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi sebuah
kota.
*Pakaian Orang Arab*
Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian
mereka longgar, hangat pada musim dingin, dan sejuk
pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari
sengatan matahari serta angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua
helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ketiak.
Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai
kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta. Warnanya
krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat
atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat
longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya berlurik
merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna
hitam atau putih. Tudung kepala berwarna merah, putih,
atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari
debu dan badai pasir.
*Badui*
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka
adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi mereka
sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam
alam yang keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas,
para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya.
Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam
kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang
memberi, dan sangat menghormati tamu. Mereka juga
tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga
sangat mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang
Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah
orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan
wadah makanan di lutut. Dengan demikian, tidak bisa
dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi
Muhammad ﷺdiutus. Berkat bimbingan Nabi
Muhammad lah orang orang Badui dari padang pasir yang
sunyi ini mampu mengguncang dunia. Merekalah yang
akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang
besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi,
perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh
kisah Nabi Ibrahim عَ لَ ْي ِه السَ الَ ُم.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ﷺ.
*Bersambung*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
*Bagian 2*
*Nenek Moyang Nabi Muhammad *ﷺ
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama
Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat
dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi
dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian
menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah
berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas,
giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian
keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada
suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa
persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal,
saat itu makanan amat sulit didapat.
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami
dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi
pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan
sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang
datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas
maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk
Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain
yang mampu menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu,
masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.
Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah
alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga
sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di
tempat ini.
*Pembagian Urusan*
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
_Hijabah_ : Pemegang kunci Ka'bah,
_Siqayah_ : Penyedia air dan makanan buat para
peziarah,
_Rifadah_ : Mengatur pembagian dana dari orang kaya
untuk fakir miskin,
_Qiyadah_ : Mengatur urusan peperangan.
*Percaya Takhayul*
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan
tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan
melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya
berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi
murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun
belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada
takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang
mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa
mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke
kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini
disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati,
rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa
di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang
menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada
temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian
seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya
uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-
coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan.
Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala
berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan
kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan
binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh
berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati
mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap
keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih
melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
*Awal Mula Penyembahan Berhala*
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika
seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar
bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di
Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya
orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw.
Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala
yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
*Gemar Mabuk dan Berjudi*
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak.
Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa
saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol
minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai.
Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang
kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah
kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta
dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta
tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka
juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang
amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan,
setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih
banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka
meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman
keras.
*Barm*
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari
orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam
kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong
dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang
dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini
dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut
barm.
*Bersambung*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 3
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Perampok Kejam dan Tidak Sopan*
Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa.
Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak pernah
melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta
dan benda, tetapi juga orang yang dirampok. Perampok
biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya
menjadi tawanan dan budak belian.
Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai
melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya
sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke
dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan
diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.
Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang
mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan
tidak memberikan makan serta minum sampai si unta
mati. Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi
tunggangan si mati.
Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam.
Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan
membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang
diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau hidung
musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.
Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun,
Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.
Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.
Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai
membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta
mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan
buruk.
*Memakan Bangkai Binatang*
Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang
dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan.
Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya,
dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah,
binatang, dan makanan darah yang dibekukan.
*Muthalib*
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika
melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah),
Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan
terpandang.
"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang
Yatsrib.
"Dia adalah Salma binti Amr."
"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."
Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun
menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim tinggal di
Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim
melanjutkan perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir
Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah
kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.
Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Syaibah. Sementara itu, sepeninggal
Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah
dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang
dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy
menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti
Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya
yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.
"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka
Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan
kekuasaan ayahnya menggantikan aku."
Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia
tersentak,
"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."
"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.
"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan
tetap tinggal di sini," jawab Syaibah
*Syaibah*
Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban)
di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim
telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal
di Mekkah.
*ABDUL MUTHALIB*
"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab
Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang
senantiasa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".
"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga
menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali
menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat
wajah anak ini, rasa sayangku timbul kepadanya.
Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan
berdiri di hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah
adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah tanah suci
yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah
pantas putramu pergi ke sana dan melanjutkan
pemerintahan ayahnya?".
Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca.
Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu tetap
tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah
bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia
pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."
Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya
itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang
pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka
bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah
budaknya.
"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!"
panggil mereka kepada Syaibah.
"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku,
Hasyim!"
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian
sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah
itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak
menjadi kakek Nabi Muhammad ﷺ.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 4
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Harta Abdul Muthalib*
Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi
seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya
dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta
ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun
meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di
Yatsrib. Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan
berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan
sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang
zaman.
*Sumber Air Mekah*
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi
tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun
Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari
beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
*MENGGALI SUMUR ZAMZAM*
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan
orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib
tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu
pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air
yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku
harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah
dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air
dan makanan bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya,
"Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat
untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra
satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan
menggali kembali Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di
mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah
beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat,
Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.
"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata
Harits.
"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus
menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik
jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat
perbuatan mereka dengan heran.
"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib?
Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah
menggalinya, tapi tidak berhasil?"
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi
Ismail عليه ااسالمpernah mencoba menggali Zamzam tapi tidak
berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji
berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur
Zamzam ditemukan.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 5
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Bernadzar*
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10
anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku
tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang
menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10
anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban
untuk Tuhan."
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul
Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki.
Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak
memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak
itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi
dan dicintainya.
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang
di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak
laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan
itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa
di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara
kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat
memanggil juru qidh untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh
(Nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya
masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak
panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak
yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan
melarangnya melakukan perbuatan itu.
"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah
kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak
kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui
niatnya itu?
*Menemukan Zamzam*
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib
tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi
mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan
Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur
Zamzam! Temukan!"
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat
baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan
menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah
menjadi tawa.
"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan
akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara
berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib
saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-
pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz
bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang
Quraisy datang berbondong-bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas
itu!" pinta mereka.
"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara
aku dan kamu sekalian dengan permainan _qidh_ (anak
panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan
dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia
mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-
apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-
tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah
Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah
Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul
Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam
memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat
ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang
dapat membantunya.
*Pedang dan Pelana Emas*
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu
Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam
rumah suci itu sebagai perhiasan.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 6
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*TEBUSAN SERATUS UNTA*
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun
Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam
yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila.
Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan
pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun,
masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib
melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun
luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala
tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita,
kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku
Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui
seorang dukun di Yatsrib.
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor
unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika
yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya,
kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan
anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah.
Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi.
Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.
Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah
terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai
100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.
"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan
sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah
nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan
dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan
karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
*Keturunan Dua Orang yang Disembelih*
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek
moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
*Si Penguasa Yaman*
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah
peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman,
sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan
Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang
penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh
bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah
kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama
Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh
penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat
berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah
menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah
seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu
kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai
sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di
Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan
orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru
yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah!
Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita
miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam
yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin
gereja itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah
yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu
mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan
datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua
mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
*Bendungan Ma'rib*
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum
datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan
kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan
yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib.
Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke
negeri lain.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 7
*Penyerbuan*
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi.
Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba
Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah
suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu
dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak
sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk
Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu.
Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong
berziarah ke Mekah.
"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.
"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan
Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan
tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab
tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat
kita!"
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena
pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik
di atas gajah yang paling besar dan kuat.
"Maju!" perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh
gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk
menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut.
Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa
kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di
hadapan musuh.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan
masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan
tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.
Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah
Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan
dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.
*Al Qullayus*
Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah
agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke
gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab
marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah
mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi
memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di
dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk
menghancurkan Ka'bah.
*Sikap Penduduk Mekah*
"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan
kepada setiap orang untuk bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta
pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul
Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan,
semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan.
Karena itu, ia menjawab dengan bijak,
"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah
telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah
tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin
menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak
menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi
mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah
bersama beberapa orang pemuka Mekah.
"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu,"
kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain
yang engkau minta?" tanya Abrahah.
"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika
engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari
daerah Tihama yang subur."
Abrahah menggeleng, "Tidak."
"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada
Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia
pergi.
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi.
Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan
Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu
Catatan
*Abrahah Al Asyram*
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia
datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian
menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil
mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian
dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah
Yaman.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 8
*Kehancuran Abrahah*
Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika
pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah
berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah
itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha
berjalan lagi ke arah Yaman.
"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah
pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu
mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak
ketakutan! Ada apa sebenarnya?"
"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak
seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan
burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari
seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke
arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha
menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang,
termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam *surat Al Fil* :
ِ أَلَ ْم َترَ َك ْيفَ َفعَ َل رَ بُّكَ ِبأَصْ حَ ا
ِ ب ْالف
ِيل
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
telah bertindak terhadap tentara bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
ِيلٍ أَلَ ْم َيجْ عَ ْل َكيْدَ ُه ْم فِي َتضْ ل
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?
Surah Al-Fil (105:2)
ِ َوأَرْ سَ َل عَ لَي ِْه ْم َطيْرً ا أَب
َابي َل
dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong,
Surah Al-Fil (105:3)
ٍ ِم ِبحِجَ ارَ ٍة مِنْ س3ْ ِيه
جِّيل ِ َترْ م
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah
yang terbakar,
Surah Al-Fil (105:4)
ول3ٍ ف مَأْ ُك ٍ َْفجَ عَ لَ ُه ْم َكعَ ص
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan (ulat).
Surah Al-Fil (105:5)
*Wabah Penyakit*
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa
burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar.
Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan
tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama
setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
*Kembali ke Mekah*
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih
karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan
parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.
Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah
ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar
biasa yang tidak pernah dialami seorang pun
sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha
menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.
*Gadis yang Meminang*
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng
tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.
Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul
Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan
putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur
Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"
"Aku akan pergi bersama ayahku."
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata,
"Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya
seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau,
aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku
sekarang juga."
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan
gugup.
"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari
pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti
seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam
memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa
dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan
penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan
kepadanya?"
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya
Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus
melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak
kehendaknya dan berpisah dengannya.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya
dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang
ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin
Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah
dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis
yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau
tidak menyapaku seperti kemarin?"
Gadis itu menjawab dengan ketus,"Sinar berseri-seri
yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada
lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak
membutuhkanmu!"
*Sinar Kenabian*
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah
Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar
kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada
putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka
gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki
putra yang kelak menjadi nabi.
*Bersambung*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 9
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Pernikahan Abdullah dengan Aminah*
Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat
untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb. Aminah adalah
gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di
kalangan suku Quraisy.
Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang
gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi. Dedaunan
kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu,
padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang
tumbuh di kebun-kebun.
Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan
dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria.
Abdullah pun berniat pergi musim ini.
"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas
kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi
kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap
dapat menemukan suatu alasan untuk menahan
kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.
Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa
tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu besar rasa
sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus
berada di sisiku."
"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu,
Kanda."
Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam
perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak
berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor
kambing perah. Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang
dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan
daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk
pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."
Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia
memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu
adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah
suaminya.
*Hamzah bin Abdul Muthalib*
Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul
Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala.
Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah
yang seusia dengan beliau.
*Abdullah Meninggal*
Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza.
Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di
Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara
ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak
mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.
"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang,"
kata Abdullah kepada kawan-kawannya. "Kalian
berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa
aku jatuh sakit."
Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan
pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."
Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di
rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul
Muthalib.
"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra
sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan
adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."
Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah
paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah
wajah-wajah duka.
"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya,
"mari, kami antar engkau ke pusaranya."
Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah.
Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun,
kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah.
Apalagi di saat itu ia tengah menantikan kelahiran
bayinya.
"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah
seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini,
tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi
kita."
Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang
kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang
mengubah jalannya sejarah dunia.
*Peninggalan Abdullah*
Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta,
sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan
bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh
Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal
dari Habasyah.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 10
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Kelahiran Muhammad *صلى هللا عليه وسلم
Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada
tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun
gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat
itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi.
(Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan
pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).
Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah
kepada Abdul Muthalib dan katakan, 'Sesungguhnya telah
lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan
lihatlah '."
Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi
itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi
rasa sayang.
"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh,
di hatiku kini dirimu hadir sebagai pengganti
Abdullah."
Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong
cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali ini tidak
kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib
berdoa dan bersyukur.
"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.
*Muhammad* berarti *terpuji*, sebuah nama yang tidak
umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup
dikenal.
Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih
unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.
"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya
seseorang kepada Abdul Muthalib.
"Muhammad."
"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek
moyang kita?"
"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan
di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul
Muthalib.
*Cahaya Aminah*
Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat
seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar
tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.
Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku
tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita
desa yang bisa menyusui anak-anaknya.
Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari
penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat
belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.
Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan
wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk
disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama
Halimah binti Abu Dzu'aib.
"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun
kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di
kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi
menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada
malam hari karena lapar."
"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang
dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi
kesengsaraan ini," jawab sang suami.
Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi
bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman
serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam
gendongan ibunya yang mereka temui.
"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan
tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan kakeknya yang
merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul
Uzza saling berpandangan.
Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada
Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak.
Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi
lain, Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan
sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran
untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak
yatim.
*Tsuwaibah*
Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad
disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab.
Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.
Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya
Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.
*In syaa Allah bersambung....*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 11
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Halimah*
Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka
melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi
untuk dibawa pulang dan disusui.
Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,
"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang
tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada
anak yatim itu dan mengambilnya."
"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga
Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim
tersebut."
Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah
dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas
bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega
karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih
karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke
depan.
"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah
dengan pipi yang hangat dialiri air mata.
Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku
tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak
bertambah beban."
Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.
"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah
kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya
sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah
itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada
suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa
tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."
Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua
mereka ternyata kini menghasilkan susu.
"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak
menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.
Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.
"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata
Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan
kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."
"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah
mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."
*Kebanggaan Rasulullah*
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni.
Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, "Aku
adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku
anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin
Bakr."
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Keberkahan*
Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti
sampai di situ.
Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad,
terjadi hal yang mengherankan.
"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada
keledai tungganganku?" tanya Halimah.
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali,"
Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan
cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang
dibawanya cukup berat."
Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa
menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad
lainnya yang telah berjalan lebih dulu.
"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu
keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang
engkau tunggangi saat kita pergi?"
"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang
keledaiku yang dulu."
"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"
Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah
terkejut.
"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.
"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur!
Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah
pun yang lebih gersang dari ini!"
"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita
jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah
dan meminum susu mereka setiap hari."
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama
mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini
tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
*(Ada sambungnya)...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 12
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Muhammad Kembali Ke Dusun*
Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada
Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan
putra tunggalnya itu.
"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan
sehat!" ujar Aminah.
Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata
berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah
merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus
berterimakasih?"
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah.
Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan
Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu,
sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi
keberkahan.
"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi
membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi
besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit
menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah,"
pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan
ada benarnya, tetapi hatinya bimbang karena hampir tak
sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul
Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan
cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia
berkata:
"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai
ia berusia lima tahun," kata Abdul Muthalib, "agar ia
di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa
mendengarkan bahasa Arab yang murni dengan fasih
pula."
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas
Muhammad demi masa depan putranya sendiri.
"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah
itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani
Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa
yang sangat mengguncangkan.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Pembelahan Dada*
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga
Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur Muhammad
belum lagi genap tiga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing
bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah seorang
putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.
"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh
seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan.
Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"
Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad.
Mereka menemukan anak itu sedang sendiri. Wajah
Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya
memperhatikan wajah Muhammad baik-baik.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian
putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka
mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang
mereka cari."
Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad
pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan.
"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin"
kata Halimah kepada suaminya.
"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab
Harits
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 13
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Percakapan dengan Aminah*
Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan
menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima
kedatangan mereka dengan rasa heran,
"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu
susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal
denganmu?"
"Ya," jawab Halimah,
"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah
menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa
takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya.
Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau
inginkan."
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah,
"berkatalah dengan benar kepadaku."
Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa
berat, "Ada dua orang berbaju putih membawanya ke
puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu
dari dalam dadanya."
Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya
memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah
Aminah demikian tenang.
"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?"
tanya Aminah.
Halimah mengangguk,
"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga
cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."
Aminah menarik napas.
"Demi Allah," katanya,
"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke
dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi
orang besar di kemudian hari. Ketika aku
mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku.
Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana
Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung
yang lebih ringan dan lebih mudah seperti yang
kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan
tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit."
Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah
menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut,
"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."
Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-
lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat
Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Orang-Orang Habasyah*
"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni
bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia
sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu
anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing.
"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima,
anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.
Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa
orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan
mereka.
"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.
Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat
Halimah datang menjemput.
Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai
beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil
berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar
ketika orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa
memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad.
"Paman mau apa?" tanya Muhammad.
"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!"
perintah salah seorang dari mereka.
Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah
itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa
berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula
dan kembali berunding berbisik-bisik.
"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa
yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada Muhammad
dan saudara-saudaranya.
Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang
Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang
mereka katakan,
"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada
raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk
tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan
anak ini kelak akan menjadi orang besar."
Diam-diam, Halimah menjauh,
"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang
juga!"
*Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil*
Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang
Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka
diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada
Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala
saudaramu dan yang seperti aku ini, yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia
haruslah kamu dengar."
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Muhammad Menghilang*
Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun
dari kejauhan orang-orang Habasyah itu terlihat
bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal
daerah itu dengan baik, sehingga mereka bisa
melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah
walaupun dengan susah payah.
Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas
menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-
saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.
"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima
dengan mata berkaca-kaca.
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu
persatu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan
dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang
tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.
Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,
"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan
ibu dan kakekmu."
Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba.
Saat melalui kerumunan orang itulah, Muhammad
terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut
orang-orang Habasyah itu diam-diam masih mengikuti
mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik
Muhammad.
Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib,
"Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad,
namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang
dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia
berada."
Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul
Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada
Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 14
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Bertemu Kakek dan Ibunda*
Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama
Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy.
Keduanya menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib,
"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."
Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.
"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.
Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah
berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi
unta yang hebat?"
"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan
mendudukkannya di atas bahu.
"Kau kini telah menduduki untanya, Nak!
Ha....ha....ha...."
"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"
"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat
unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi
Ka'bah."
Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah.
Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhanb untuk
cucunya itu dan mendoakannya.
"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul
Muthalib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka
saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan
di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As
Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya
dengan limpahan kasih yang demikian besar.
"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti
yang pernah dikatakan ibumu," kata Halimah sambil
beranjak pergi.
Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali
silaturahim dengan ibu susunya itu.
*Gembala Kambing*
Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya
di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui sebagai seorang
gembala.
*Waraqah bin Naufal*
Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah
(kelak menjadi istri Muhammad).
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap
mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi
hamba Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia
bermurah hati terhadap orang orang miskin yang
membutuhkan pertolongannya.
*Di Bawah Asuhan Kakek*
Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak sebagai pengasuh
cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan sungguh-sungguh
dan mencurahkan segala kasih sayangnya.
Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan
seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus
tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak
beliau, paman-paman Muhammad, tidak ada yang berani
duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di
atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau
langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak
duduk di atas hamparan. Namun, ketika Abdul Muthalib
datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:
"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah,
sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."
Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan
tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya
punggung Muhammad penuh sayang. Abdul Muthalib
bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu
timbul ketika Aminah kemudian berniat membawa Muhammad
ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara
ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah,
ayah Muhammad. Sudah lama Aminah memendam keinginan
untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia
akan berangkat dengan ditemani putranya seorang.
*Aminah Wafat*
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak
perempuan peninggalan Abdullah. Sesampainya di
Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah.
Kepada Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya
meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa
dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia mendengar
ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah
tercinta yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-
sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam menceritakan
kepada sahabat-sahabatnya tentang kisahperjalanan masa
kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah
nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya
itu, kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah
penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun
bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua
ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat
bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga kemudian
meninggal di tempat itu.
"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah
wafat.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh,
Muhammad menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat
itu.
Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi
seorang anak yatim piatu.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Abwa*
Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara
Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 15
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Abdul Muthalib Wafat*
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang
sambil menangis hatinya pilu karena kini sebatang
kara. Muhammad makin merasa kehilangan. Ia menjalani
takdir sebagai seorang anak yatim-piatu. Terasa
olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin sedih.
Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya
cerita keluhan duka kehilangan ayahandanya semasa ia
dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi
untuk tidak kembali lagi, sebagaimana ayahnya dulu.
Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup
yang berat, sebagai seorang yatim-piatu.
Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut
kedatangan cucunya itu dengan rasa iba yang dalam.
Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada
Muhammad.
Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila
kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup lebih lama lagi.
Namun, Allah سبحانه و تعال
sudah menentukan lain.
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia.
Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun. Ia
mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil
berlinangan air mata.
Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas
begitu dalam pada diri Rasulullah, sehingga di dalam
Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan
Rasulullah ﷺakan nikmat yang dianugerahkan
kepadanya di tengah kesedihan itu,
ِ أَلَ ْم َي
ج ْدكَ َيتِيمًا َف َآو ٰى
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu?
Surah Ad-Duha (93:6)
َو َوجَ دَ كَ ضَ ااًّل َفهَدَ ٰى
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk.
Surah Ad-Duha (93:7)
*Keluarga Umayyah*
Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat
bagi keluarga Hasyim. Tidak ada anak-anak Abdul
Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan,
pandangan tajam, terhormat, dan berpengaruh di
kalangan Arab seperti dirinya.
Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil
tampuk pimpinan yang memang sejak dulu mereka idam-
idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari
keluarga Hasyim.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Diasuh Abu Thalib*
Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang
anaknya untuk mengasuh Muhammad. Ia tidak menunjuk
Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak
menunjuk Harist, putranya yang tertua karena Harist
adalah orang yang tidak mampu.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh
Muhammad karena sekalipun miskin, Abu Thalib memiliki
perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan
Quraisy.
Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi
pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti,
dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia
bahkan lebih mendahulukan kepentingan Muhammad
daripada anak-anaknya sendiri.
Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai
pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak anak kecil
dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya
tidak pernah berhutang kepada orang lain. Abu Thalib
lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu,
Muhammad ikut bekerja seperti anak-anak Abu Thalib
yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu
Thalib, menggembalakan kambing, dan mencari rumput.
Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi
orang yang bersih hatinya dan dijauhkan dari dosa. Ia
yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan
mengabulkan permohonannya. Seperti yang dilakukannya
ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu Thalib,
lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda.
Marilah berdoa meminta hujan".
Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia
menempelkan punggung Muhammad ke dinding Ka'bah dan
berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala
penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras
hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.
*(In syaa Allah bersambung)...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 16
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Mengikuti Paman*
Hati Muhammad kecil merasa pengap dengan kehidupan di
Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak fakir miskin
seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang
tanpa rasa malu.
Muhammad juga melihat setiap malam pintu rumah orang-
orang kaya tertutup rapat. Di dalam, mereka berpesta
pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan
sampai pagi sambil dijaga oleh para budak. Padahal, di
tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang mencari
rezeki antara hidup dan mati.
Muhammad sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk
reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu mereka juga
tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang
yang hidup menderita. Orang-orang itu jika tidak
memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa
menggadaikan anak gadis, istri atau ibunya untuk
dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi
melepaskan diri dari lilitan hutang.
Di depan gubuk-gubuk itu, Muhammad melihat para pemuda
berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi impian tentang
datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah
dari kebiadaban. Para pemuda itu berkumpul
mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang
legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang
berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.
Suatu saat, pada usia Muhammad 12 tahun, Abu Thalib
berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari nafkah.
"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad
"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan
jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu menempuh
kesulitan sedemikian berat!".
Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Muhammad berlindung.
Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi
kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di
sampingnya.
"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang
diri apabila Paman pergi nanti?" tanya Muhammad begitu
mengiba.
Abu Thalib sangat terharu,
"Demi Allah, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak
boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah
dengannya selama-lamanya."
*Lihb Si Peramal*
Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan
membawa anak-anaknya untuk diramal.
Suatu hari, Lihb melihat Muhammad.
"Kemarilah, hai anak muda!" serunya. Namun, Abu Thalib
segera menyembunyikan Muhammad dan membawanya pergi
hingga Lihb berteriak-teriak,
"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku
lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan menjadi orang
besar di kemudian hari!"
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Jamuan Buhaira*
Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke *Syam
1)*. Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah
ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia
adalah pendeta yang pandai. Di rumah ibadahnya, selalu
ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu kepada
Buhaira.
Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan
Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat itu.
Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira.
Ketika rombongan Quraisy, termasuk Abu Thalib dan
Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira
memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan
yang banyak.
Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah
ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada rombongan
Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti
ke mana pun kafilah pergi. Ada sesuatu atau seorang di
dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik
matahari.
Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah
beristirahat di bawah pepohonan rindang dan berkata
"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat
makanan untuk kalian. Aku ingin kalian semua, anak
kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah
di rumahku"
Salah seorang Quraisy bertanya,
"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa
yang engkau perbuat kepada kami hari ini. Padahal,
kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang
sebenarnya terjadi padamu?"
"Engkau benar," jawab Buhaira,
"dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun,
kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan aku ingin
menjamu kalian. Aku telah membuat makanan dan kalian
semuanya harus ikut makan."
Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke
rumah Buhaira untuk memenuhi undangannya. Hanya saja,
Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia
ditugaskan menjaga perbekalan kafilah.
______________
1) Negeri *Syam*
Abu Thalib berangkat tahun 582 Masehi ke negeri Syam.
Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya
(sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan Palestina.
Syam berada di bawah pemerintahan Romawi Timur
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 17
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Percakapan Buhaira*
Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu
yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia
kembali mengulangi permintaannya,
"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak
makan makananku ini."
Salah seorang Quraisy berkata,
"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang
layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling
kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan
rombongan."
Buhaira menggeleng-geleng kepala,
"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan
bersama kalian!."
Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari
mereka bahkan berkata,
"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ikut makan bersama
kami."
Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan
mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain.
Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata
Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari
hasil pengamatannya itulah, Buhaira mengambil
kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat
kenabian."
Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih,
rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju tempat
perkemahan mereka untuk beristirahat.
Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi.
Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara.
"Hai anak muda," panggil Buhaira,
"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan engkau
harus menjawabnya."
Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,
"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil
menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada
yang sangat aku benci melainkan keduanya."
Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya,
"Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu
dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab
pertanyaanku."
Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,
"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau
tanyakan."
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Saran Buhaira kepada Abu Thalib*
Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad,
tentang tidur Muhammad, tentang postur tubuh Muhammad,
dan banyak lagi hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu
sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian,
Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda
kenabian di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian
itu seperti bekas orang berbekam.
Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya
kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''
''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib
Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas
mempunyai ayah yang masih hidup"
Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.
"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"
Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.
"Apa yang dikerjakan ayahnya?"
"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada
dalam kandungan ibunya "
"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-
dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan
sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.
"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara
mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari
orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat
padanya seperti apa yang aku lihat, mereka pasti akan
membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera
bawa pulang dia ke negeri asalmu!"
Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia
yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka
dari itu, segera setelah urusan perdagangannya
selesai, Abu Thalib segera membawa Muhammad pulang.
Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi
melindungi keponakannya itu.
*Bushra* (kota di mana Buhaira tinggal)
Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan
kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi
Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi
sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan
Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan
mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan
paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak lebih
ke Utara.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 18
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Perlindungan Allah*
Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh
Buhaira, karena peringatan itu memang beralasan.
Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan
rumah Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab bernama
Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya
menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada
Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak dengan
ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya,
ketiga orang ini juga telah mendengar tentang
Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa
dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud
membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha
memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya
akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya bahwa
bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu
mendekati Muhammad untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam
perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar
dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari
hadapan Buhaira.
Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-
kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh
menjadi orang yang paling ksatria, paling baik
akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik
pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling
murni kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan
akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga semua orang
menjulukinya *"Al Amin"* karena Allah mengumpulkan
sifat-sifat itu pada diri Muhammad.
*Kelak setelah menjadi Rasul,* Muhammad bercerita
tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil
dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,
"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil
Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan yang
biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas
baju untuk alas di atas pundak (sebagai ganjalan)
untuk memikul batu.
"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba
seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya
menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia
berkata, 'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil
pakaianku dan memakainya. Setelah itu, aku memikul
batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian
dan tidak seperti teman temanku."
*Membantu Paman*
Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk
membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan
*Perang Fijar*
Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan
Jazirah Arab. Muhammad juga mengalami perang. Perang
itu disebut Perang Fijar.
Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima
belas tahun.
Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.
Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-
Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena
Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin
kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari
belakang dan membunuh Urwa.
Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak
diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin
mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas
kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci.
Selama empat tahun berturut-turut, kedua belah pihak
saling menyerang.
Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas
memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan
memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada
tahun-tahun berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke
arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman:
pihak yang menderita lebih sedikit korban manusianya
harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya
sejumlah selisih kelebihan korban. Dalam hal ini,
pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban
harus membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh
orang Hawazin.
*Barradz bin Qois*
Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah
seorang pemabuk.
Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat
naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat
dan membuat onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan,
menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois
diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah,
Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz bin Qois
membunuh Urwa bin Utba.
*(Bersambung)....*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 19
*HILFUL FUDHUL*
Selain mengikuti peperangan, Muhammad yang masih
remaja juga mengikuti sebuah perjanjian yang amat
baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful
Fudhul.
Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para
pedagang asing yang sering kali terdzalimi. Pencetus
perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing
dari Yaman.
Saat itu, Ash bin Wa'il, seorang saudagar Mekah, tidak
mau membayar utang kepada si pedagang. Pedagang itu
lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.
Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy.
Mereka khawatir apabila dibiarkan terus, para pedagang
Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang
Fijar mengakibatkan mulai terjadinya perpecahan di
pihak Quraisy.
Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari
keluarga yang lain sudah mulai berani mencoba
menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. Maka dari
itu, atas usulan Zubair bin Abdul Munthalib, seorang
paman Muhammad, orang-orang Quraisy dari keluarga
Hasyim, Zuhra, Taim berkumpul. Mereka bersepakat dan
berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas bahwa Tuhan
akan berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu
tertolong.
Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah
bin Jud'an At Taimi yang megah. Perjanjian Hilful
Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak
orang lemah. Muhammad ikut menyaksikan perjanjian dan
amat menyukainya.
Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang
Rosullullah, Muhammad bersabda: " _Aku tidak suka
mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'an
itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku
diajak, pasti akan kutolak_"
*Besarnya Diyat*
Diyat adalah pembayaran ganti rugi.
Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya
sebanyak 100 ekor unta. Satu kaki/tangan/mata jadi
buta diganti dg 50 ekor unta.
Jika wajah cacat total, nilai gantinya 100 unta.
Luka sampai menembus otak, 33 ekor unta.
Cacat kelopak mata, 25 ekor unta.
Satu jari hilang/tulang retak, 15 ekor unta.
Luka sampai tulang kelihatan, 10 ekor unta.
Satu gigi copot, 5 ekor unta.
Demikian seterusnya dalam ketetapan yang rinci.
*MENGGEMBALAKAN KAMBING*
Muhammad melewati masa remajanya dengan menggembalakan
kambing. Beliau pernah berkata kepada para sahabatnya,
"Musa diutus, dia menggembala kambing. Daud diutus,
dia menggembala kambing. Aku diutus juga menggembala
kambing keluargaku di Ajyad."
Sambil menggembala, pikiran Muhammad menerawang,
"Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu
kemilau? Siapa yang membuat udara untuk kuhirup? Siapa
yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat
matahari mengejar bulan dan bulan mengejar matahari?"
Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Muhammad selalu
sibuk berpikir. Hal itu membuat akhlak beliau terjaga
demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi
di Mekah.
Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana,
laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri sering
pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa
busana, pesta mabuk-mabukan setiap malam, dan masih
banyak keburukan lain.
Meski demikian, pernah juga Muhammad ingin pergi ke
kota untuk melihat sebuah pesta pernikahan.
"Tolong jaga kambing-kambingku," pinta Muhammad kepada
seorang teman gembalanya.
"Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-
senang," kata teman Muhammad.
"Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti
seorang pertapa."
Muhammad pun pergi memasuki Mekah.
Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan
yang dipenuhi berbagai hiburan dan musik.
Namun, belum sempat Muhammad tiba dirumah itu,
tubuhnya tiba tiba disergap keletihan. Muhammad duduk
bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi.
Ia tidak sempat melihat tontonan di pesta sedikit pun.
Esok harinya, Muhammad datang lagi ke Mekah dengan
maksud yang sama. Kali ini, sebelum ia tiba di tempat
pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun
dari langit, musik yang jauh lebih indah daripada
semua musik di dunia ini. Musik itu membuai Muhammad
dan ia pun kembali tertidur.
Sejak itu, Muhammad tidak lagi berminat
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 20
*Khadijah*
Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan
anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal, saudara-
saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan
peninggalan orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa
kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan
berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan
sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka dari itu,
Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya
sendiri berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa
kalau pun tidak mendapat harta warisan, dia mampu
mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya
sendiri.
Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu
orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim, dan orang-
orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu,
Khadijah menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah
lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi
dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya,
dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah
tidak menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan
bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja
yang pantas dihormati.
Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu,
biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika sebuah
kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar
negeri. Orang yang dimintai bantuan itu
bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya
untuk dijual ke pasar-pasar asing. Khadijah sangat
teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai
merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat
tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada
waktu dan tempat yang tepat.
Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar,
sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy berangkat
dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya
adalah harta perdagangan milik Khadijah. Dia seperti
mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia
menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi "emas".
Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu Quraisy"
atau "Ratu Mekah".
Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah
tidak akan menjadikan Khadijah *(kelak)* sebagai istri
seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama
yang membuatnya sepadan dengan Muhammad
Catatan
Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung
bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai 2500 ekor
dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah
perlu organisasi yang baik, biaya besar, dan
keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh
anggota kafilah harus berani menyabung nyawa untuk
mempertahankan harta yang dibawanya.
*Wanita Suci*
Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin
Naufal. Waraqah adalah sanak saudara Khadijah yang
paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab
Jahiliah yang menyembah berhala sehingga menyimpang
jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang setia
dan lurus. Dia tidak pernah meminum minuman keras dan
berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin
yang membutuhkan pertolongannya.
Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin
Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala dan
patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut
setia ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur
hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan segera menemui
sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan
yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah
dan Waraqah akan membeli anak itu dan membesarkannya
seperti anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak
menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya kembali.
Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak
itu akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah
itu barulah dia mengizinkan sang Ayah membawa pulang
anaknya kembali.
Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan
penuh keteladanan ini membuat semua orang menjulukinya
juga sebagai *Khadijah At Thahirah* atau Khadijah yang
suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita
dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan
merendahkan wanita.
Catatan
Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita
terkenal.
Di antaranya adalah:
~ Hindun, istri Abu Sofyan dan
~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.
Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual
keperluan wanita, seperti pakaian, parfum, perhiasan
emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang
ini tidak memerlukan banyak ruang, ringan dan laku
keras di mana-mana.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 21
*Pembicaraan Abu Thalib*
Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah
kembali mulai menyusun kafilah perdagangan musim panas
mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria.
Khadijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya,
tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi
pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang,
namun, tidak satu pun yang berkenan di hatinya.
Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan
menawarkan kepadanya Muhammad, keponakannya yang baru
berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu
Thalib tahu bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman,
tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad lebih dari
sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun
telah mendengar nama Muhammad. Satu hal yang Khadijah
yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah
menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa
dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu
Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali
lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada
orang lain. Oleh karena itu, Abu Thalib pulang dengan
gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah
yang kemudian menerangkan tentang seluk beluk
perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan
tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu
penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah.
Khadijah menyertakan seorang pembantu laki-lakinya
yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad
di perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya
yang lain, Muhammad datang pada hari yang telah
ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah
yang sedang menanti mereka dengan surat-surat
perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera
berangkat. Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat
menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari.
Mereka beristirahat pada siang hari karena perjalanan
siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah
ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.
*Imbalan untuk Muhammad*
Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen
adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib minta
empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak
kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang
dekat dan kusukai."
*Berdagang ke Syam*
Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah
adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisarah
menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat
menarik yang mereka lewati. Muhammad juga menemui
bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab
terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para
pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah
pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung
dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian
Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang tajam,
serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku
terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah
didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang
berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah untuk
dijual dengan harga tinggi.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad
pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan Muhammad
sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya
pada setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu,
Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan
setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir.
Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisarah. Ia tidak
menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat
terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat
manusia.
Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai
kelompok Nasrani di Syria. Setiap masing-masing dari
mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal
seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok.
Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-
pikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu
terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk
handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas.
Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan
karena mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang
tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi
mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti
dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat
lagi mereka menahan air mata.
*Hari Jum'at*
Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka
ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi,
khutbah Jum'at Rasulullah hampir terganggu, karena
saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah
semua orang pada saat itu.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 22
*Perasaan Khadijah*
Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang
kembali. Di tempat perhentian Marr Al Zahran, sehari
perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului
datang ke Mekah untuk memberi laporan perdagangan.
Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di Mekah.
Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu
tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.
Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas
datang menyambut dan Muhammad pun melaporkan hasil
penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai
pengalaman kecil dalam perjalanan. Saat itu, Khadijah
sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad
pulang, Maisaråh menceritakan sendiri kesan-kesannya
terhadap Muhammad.
"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang
demikian sempurna memandang masa depan. Keputusan-
keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak
pernah salah. Ia juga sangat jujur dan sopan,"
demikian sebagian kisah Maisaråh.
Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen
barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan
mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada
hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat
menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi
hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya
tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal,
keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar
biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut
memiliki "Sentuhan penuh berkah".
Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam
dalam pemikiran yang sungguh-sungguh. Setelah cukup
lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,
"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad
dan juga dari apa yang kulihat sendiri, aku
berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan
kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah
yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara
para rasul pada masa yang akan datang."
*Pernikahan Agung*
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan
bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu setelah
suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan
Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak.
Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu
hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu,
Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah
adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga
tahu bahwa ada satu laki-laki yang seperti itu di
Mekah, ia adalah Muhammad.
Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya
tentang Muhammad, Nafisah tidak terkejut lagi.
Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk
mengetahui bagaimana pandangan Muhammad tentang
dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun
bertanya,
"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda.
Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda telah menikah
dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak.
Mengapa Anda tidak menikah?"
"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum
mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah."
"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik,
kaya, dan terhormat mau menikah dengan Anda walaupun
Anda belum mampu?"
Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,
"Siapakah wanita itu?"
Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri
Khuwailid."
Alis Muhammad tambah terangkat,
"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah
denganku? Bukankah Anda tahu bahwa banyak bangsawan
kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang
telah melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"
"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan
semuanya kepadaku. Aku akan mengurus semuanya."
Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun
mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun
dilangsungkan.
Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-
pamannya yang ikut berbahagia.
*Perawakan Muhammad*
Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung.
Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan pembesar
Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda
yang gagah diiringi para pemuda Bani Hasyim yang
menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita Bani
Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah
mempelai wanita.
Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi
cahaya lilin dalam lampion-lampion yang digantung
dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas
7 batang lilin.
Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk
menyambut para tamu yang datang menjelang sore hari.
Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan
brokat digantung begitu serasi. Lantainya tertutup
karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.
Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya
seperti matahari terbit. Ia mengenakan pakaian
pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat
itu. Abu Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam
memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin Naufal adalah
wakil pengantin wanita.
Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya
tampan dan indah. Perawakannya sedang, tidak terlampau
tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan
bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang
alis yang lengkung, lebat dan bertaut. Sepasang
matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya agak
kemerahan, tampak lebih menarik dan kuat. Pandangannya
tajam dengan bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya
halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya
lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya
terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki
yang tebal. Jika berjalan, badannya agak condong ke
depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air mukanya
membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan
matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh
kepadanya.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 23
*Sifat Muhammad*
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan
pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya, Allah
telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan
tinggi dengan harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan
gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang
hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal
ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama
Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah
akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta
berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa
Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing
istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu
dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat membuat
orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat
kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang
yang rendah hati. Itu adalah sifatnya yang menonjol.
Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli
siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja
mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar
badannya untuk menghadap orang yang mengajaknya
berbicara.
Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia
justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang
lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang
tidak bisa diajak bergurau. Ia sering juga membuat
humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu
yang benar.
Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak
pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila marah,
tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia
marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di
keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan tidak
menampakkannya keluar.
Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada,
berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia
bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan
siapa saja. Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia
mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas,
dan tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-
sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga
menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang
yang bergaul dengan Muhammad.
*Mahar Pernikahan*
"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal
dengan suara agak keras. "Saksikanlah bahwa aku
menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin
senilai 12 ekor unta betina."
*Kambing Sedekah*
Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad
memerintahkan agar seekor kambing disembelih di depan
pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada
fakir miskin. Itu belum termasuk para undangan yang
menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun
dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung daging.
*Baqum Si Pedagang Romawi*
Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan,
tetapi aktif bergaul dalam masyarakat. Suatu hari
terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad
menjadi semakin harum. Peristiwa itu didahului oleh
banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di
sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang
jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah.
Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang
sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan
untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang takut
apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa
dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki
dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga
tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di
laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten
kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani yang berasal
dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan
serombongan orang untuk membeli kapal itu, membongkar
kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun
kembali Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai
ahli kayu.
Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar
dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut dikutuk
Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa
yang menimpa Abrahah dan pasukan gajahnya saat ingin
menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan
diri merombak sudut bangunan bagian selatan. Setelah
itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia
tidak juga dikutuk, mereka pun mulai melakukan
pembenahan Ka'bah.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 24
*Membangun Ka'bah*
Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi
menjadi empat bagian. Setiap kabilah masing-masing
mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan
dibangun kembali.
Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung
Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu, pekerjaan
dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan
membongkar dinding serta fondasi. Muhammad ikut
terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari
itu.
Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa
dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu, batu itu
mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu
granit biru dari bukit sekitarnya. Sebuah bahan
pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari
Syria pun mulai digunakan.
Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai
perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah
satu jengkal atau sekitar dua meter. Dalamnya diuruk
tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila
banjir datang kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di
sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi. Dinding
dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai
diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga
untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas
dari banjir. Isinya terlindungi dari hujan, panas dan
tangan jahil pencuri.
Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana
sampai dinding tembok mencapai tinggi satu setengah
meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad,
ditempatkan kembali ke tempatnya semula di sudut
timur.
Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan,
berebut lah setiap kabilah untuk melaksanakannya.
Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah
lain sehingga kedua kelompok saling beradu mulut
sampai suasana menjadi semakin panas.
Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al
Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihormati dan
dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui
oleh semua pihak, "Serahkanlah putusan ini di tangan
orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."
*HAJAR ASWAD*
Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa
adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak lega.
"Ini dia Al Amin" seru mereka.
"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia
bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima
putusannya."
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang
mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30
tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan
bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan
pada mata setiap orang dari masing-masing kabilah
Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah
mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di
antara kabilah-kabilah itu.
Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,
"tolong bawakan sehelai kain."
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan
menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati Hajar
Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di
tengah-tengah.
"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain
ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan
bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar
Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan
meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad
yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda.
Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan
bijaksana.
*Putra Putri Muhammad*
Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau
wanita yang penuh kasih, setia, dan menyerahkan
seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga
wanita yang subur. Setelah lima belas tahun berumah
tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan
Abdullah.
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi,
sedangkan keempat anak perempuan yang lain tetap hidup
hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya
Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.
Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah,
Muhammad sering melihat kesedihan di wajah istrinya
itu . Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi
masyarakat jahiliah adalah hal yang amat penting dan
dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya,
mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat
memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur
bayi perempuannya hidup-hidup dari pada
membesarkannya.
Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu
memiliki anak-anak perempuan. Mereka menyayangi semua
anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu
mereka, Fatimah, yang saat itu masih berusia lima
tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya. Hanya
saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi
merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.
*Kekayaan Terbesar*
Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar
adalah istri yang salehah. Khadijah adalah kekayaan
terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam
hidup beliau.
*Bersambung...*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 25
*Rumah Tangga Muhammad*
Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup
dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar
kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau
wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar
beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju
berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik
atau putih. Rasulullah juga gemar memakai surban
dengan salah satu ujungnya menggelantung antara
pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya
terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah
sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya
sebagai anak.
*Zaid bin Haritsah*
Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin
Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin
Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa
merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah membeli
Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid
bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara
diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan
pulang bersama ibunya ketika datang para perampok
gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia
hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke
sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah
memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang
bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid
seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdullah yang telah
tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun,
secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak
anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan
merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan
tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada
Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap
bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad.
Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai
putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil
Zaid bin Muhammad.
*Di kemudian hari*, Allah melarang anak angkat
mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta
seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan
anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu
tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun,
bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan
bagi manusia?" demikian pikir Muhammad.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang
berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang?
Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas
terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang
jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa
pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang
begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua
keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam
kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari
kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari
keramaian dan pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu,
sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal
tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan
itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu
dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari
setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin
lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh.
Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40
tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini
menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani
dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
*(Bersambung)*
02/09/21 13.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 26
*Diangkat Menjadi Utusan Allah*
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia
datang membangunkan Muhammad yang sedang tidur karena
kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra
(Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad
menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad
merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu
berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian,
setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya baca?"
barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama
hingga ayat kelima:
َا ْقرَ ْأ ِباسْ ِم رَ بِّكَ الَّذِي َخلَق
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
Surah Al-'Alaq (96:1)
َخلَقَ اإْل ِ ْنسَ انَ مِنْ عَ لَ ٍق
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Surah Al-'Alaq (96:2)
ا ْقرَ ْأ َورَ بُّكَ اأْل َ ْكرَ ُم
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Surah Al-'Alaq (96:3)
الَّذِي عَ لَّ َم ِب ْال َقلَ ِم
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Surah Al-'Alaq (96:4)
عَ لَّ َم اإْل ِ ْنسَ انَ مَا لَ ْم َيعْ لَ ْم
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Surah Al-'Alaq (96:5)
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun
pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya terhujam oleh
firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun
dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati,
"Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah
diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada
siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh
gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri
celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam
hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil.
Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau
memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam
bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan
terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di
seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa
malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.
*Ketulusan Khadijah*
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan
nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari
suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang,
Muhammad berjalan pulang dengan hati yang sudah di
penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus
berdenyut keras dan hati berdebar ketakutan, beliau
pulang ke rumah.
"Selimuti aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil
kedinginan seperti terkena demam. Setelah rasa
takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan
tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.
"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah
terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu
bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang,
"bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi Dia yang
memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau
akan menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah
takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat
tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau
selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati
tamu serta menolong mereka yang dalam kesulitan atas
jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan
tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang gelisah.
Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan
diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu
dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang
Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan
beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang
Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan
keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang
*Rasulullah, utusan Allah*.
*Kabar dari Waraqah bin Naufal*
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu.
Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan
nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa
yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan
Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi
untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan,"
demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun,
senyum itu segera menghilang, berganti rasa takut
memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal
menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai
menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-
ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau
memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang
bijak yang dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin
Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur, dan
menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci
Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah.
Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus
besar' 1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh,
dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya
tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur.
Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh
ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh
suaminya menggigil, napasnya terlihat sesak dengan
keringat memenuhi wajah.
_______________
1) *Namus Besar*
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal
dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab undang-undang
atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah
dalam Al Qur'an.
*Bersambung...*
02/09/21 18.01 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
#Bagian Ke 28
*Shalat*
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang
diajarkan Allah kepada Rasulullah ﷺ. Suatu
saat, ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali
yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat
Rasulullah ﷺdan Khadijah rukuk, sujud, serta
membaca ayat-ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika
Rasulullah ﷺdan Khadijah selesai shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah
telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak
manusia menyembah Allah."
Kemudian, Rasulullah ﷺmengajak sepupunya itu
untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan
berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun
membacakan beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali
bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian
indah.
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya
terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah
ﷺdan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka
berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu
Thalib.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu
dengan Abu Thalib," demikian kata Ali, "apa gunanya
saya harus berunding dengan dia untuk menyembah
Allah?"
Jadi, *Ali* adalah anak pertama yang memeluk Islam.
Kemudian, *Zaid bin Haritsah*, bekas budak yang ikut
Rasulullah ﷺ, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga
Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas
budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan
untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu
betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang
Quraisy menyembah berhala yang diwarisi dari nenek
moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun
kerasnya perlawanan orang.
*Keislaman Abu Bakar*
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah
teman akrab Rasulullah ﷺsejak zaman sebelum
Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah
orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang
Rasulullah ﷺ. Beliau segera keluar mencari
sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar
bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah),
ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat di
majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa
engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan
masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda
Rasulullah ﷺ,
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya.
Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan
keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa
yang kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar,
aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa,
yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah
menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu
taat kepada-Nya."
Rasulullah ﷺmemperdengarkan beberapa ayat Al
Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar
langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya
itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang pun yang
ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya
melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu.
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada
teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengikuti
Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqash
pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
*Keislaman Utsman bin Affan*
Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang
keislamannya:
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib
untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama
kemudian, Rasulullah ﷺdatang ke tempat itu
juga dan aku perhatikan beliau. Waktu itu, tampak
jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu
rupa?"
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan
terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga
kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai
dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan
kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah, mendengar
kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian,
Rasulullah membacakan ayat,
٢٢ َم َومَا ُتوعَ ُدون3ْ َوفِي ال َّسمَا ِء ِر ْزقُ ُك
ِ َْف َورَ بِّ ال َّسمَا ِء َواأْل َر
٢٣ َض إِ َّن ُه لَحَ ٌّق م ِْث َل مَا أَ َّن ُك ْم َت ْنطِ قُون
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa
yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan
bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi
seperti apa yang kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).
Kemudian, Rasulullah ﷺberdiri dan pergi
keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang.
Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
*Pengorbanan Seorang Istri*
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah,
sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh
orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya,
memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan
Islam yang tidak pernah beliau nikmati.
*Bersambung...*
03/09/21 06.06 - Anda telah mengubah subjek dari
"Sirah Nabi SAW" menjadi "Kisah Rasulullah SAW"
03/09/21 06.07 - Anda telah menambahkan Aira dan Eryn
03/09/21 06.08 - Anda telah mengubah subjek dari
"Kisah Rasulullah SAW" menjadi "Eri Family 😍"
03/09/21 06.08 - Anda telah mengubah subjek dari "Eri
Family 😍" menjadi "Nangka 78😍"
03/09/21 06.09 - nancy.drwater: Anda telah menghapus
pesan ini
03/09/21 06.10 - Anda telah menambahkan Papa Manda
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: ال َّسالَ ُم عَ لَ ْي ُك ْم َورَ حْ م َُة هّٰللا ِ َوبَرَ َكا ُت ُه
Mohon ijin share forward-an.
*KISAH RASULULLAH *ﷺ
*Bagian 1 Pendahuluan*
*JAZIRAH ARAB*
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas
gurun pasir. Ada banyak tanah subur yang telah dihuni
sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di
daerah pantai, seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan
Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah
subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai
tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana.
Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil
gandum. Demikian banyak gandum yang dihasilkan
sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk Jazirah Arab yang ketika Nabi Muhammad
dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa.
Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk
ditanami. Sementara itu, kota Thaif terkenal karena
buah-buahannya.
Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi
gunung dan bukit-bukit batu yang besar. Tidak ada
sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas.
Karenanya, penduduk Arab umumnya suka mengembara.
Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat
memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-
hewan ternak mereka.
*Unta*
Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk
gurun pasir. Ia dapat mengarungi gurun selama 17 hari
tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat
menempuh jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau
melahap ranting dan rumput pahit yang di jauhi
kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan
mengubahnya menjadi susu bermutu tinggi yang dapat
digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan,
bulunya dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka
alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai
perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut.
Kukunya dibakar dan diulek menjadi tepung untuk obat
luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai
bahan bakar. Unta adalah karunia Allah untuk penduduk
gurun pasir.
*Letak Mekah*
Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke
arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia menghadapkan
diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi
Muhammad ﷺdilahirkan.
Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu
luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit mengurung
lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma
ada tiga jalan untuk keluar dan masuk Mekah. Jalan
pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut
Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina.
Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah
tempat persinggahan rombongan kafilah, baik yang
datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya,
yang datang dari Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail
lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi sebuah
kota.
*Pakaian Orang Arab*
Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian
mereka longgar, hangat pada musim dingin, dan sejuk
pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari
sengatan matahari serta angin kering.
Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua
helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ketiak.
Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai
kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta. Warnanya
krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat
atau putih.
Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat
longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya berlurik
merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna
hitam atau putih. Tudung kepala berwarna merah, putih,
atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari
debu dan badai pasir.
*Badui*
Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka
adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi mereka
sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam
alam yang keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas,
para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya.
Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam
kekalahan.
Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang
memberi, dan sangat menghormati tamu. Mereka juga
tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga
sangat mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang
Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah
orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan
wadah makanan di lutut. Dengan demikian, tidak bisa
dibedakan mana majikan dan mana bawahan.
Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi
Muhammad ﷺdiutus. Berkat bimbingan Nabi
Muhammad lah orang orang Badui dari padang pasir yang
sunyi ini mampu mengguncang dunia. Merekalah yang
akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia.
Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang
besar dan dihormati.
Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi,
perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh
kisah Nabi Ibrahim عَ لَ ْي ِه السَ الَ ُم.
Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ﷺ.
*Bersambung*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
*Bagian 2*
*Nenek Moyang Nabi Muhammad *ﷺ
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad bernama
Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat
dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi
dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian
menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah
berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas,
giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!" demikian
keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada
suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa
persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal,
saat itu makanan amat sulit didapat.
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami
dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah.
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi
pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan
sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang
datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas
maupun pada musim dingin. Demikian pandainya penduduk
Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain
yang mampu menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu,
masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.
Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah
alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga
sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di
tempat ini.
*Pembagian Urusan*
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
_Hijabah_ : Pemegang kunci Ka'bah,
_Siqayah_ : Penyedia air dan makanan buat para
peziarah,
_Rifadah_ : Mengatur pembagian dana dari orang kaya
untuk fakir miskin,
_Qiyadah_ : Mengatur urusan peperangan.
*Percaya Takhayul*
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan
tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan
melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya
berbelok ke arah kiri. Sepanjang hari itu, dia jadi
murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun
belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada
takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang
mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa
mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke
kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini
disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati,
rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa
di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang
menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini", kata seorang kepada
temannya dengan bangga, "Cincin ini adalah pemberian
seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya
uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-
coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin
ini, aku merasa jauh lebih kuat!".
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan.
Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala
berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan
kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan
binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh
berhala. Bahkan mereka terkadang sampai hati
mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap
keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih
melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
*Awal Mula Penyembahan Berhala*
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika
seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar
bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di
Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya
orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw.
Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala
yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
*Gemar Mabuk dan Berjudi*
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak.
Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa
saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol
minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai.
Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang
kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah
kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta
dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta
tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka
juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang
amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan,
setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih
banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka
meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang
berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman
keras.
*Barm*
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari
orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam
kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong
dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang
dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir
miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini
dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut
barm.
*Bersambung*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 3
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Perampok Kejam dan Tidak Sopan*
Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa.
Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak pernah
melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta
dan benda, tetapi juga orang yang dirampok. Perampok
biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya
menjadi tawanan dan budak belian.
Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai
melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya
sendiri mereka bunuh. Ada yang dikubur hidup hidup ke
dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan
diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika
mempunyai anak perempuan.
Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang
mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan
tidak memberikan makan serta minum sampai si unta
mati. Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi
tunggangan si mati.
Musuh yang tertangkap diperlakukan sangat kejam.
Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan
membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yang
diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau hidung
musuh yang kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya
dijadikan tempat minum arak.
Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun,
Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.
Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu.
Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai
membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta
mahir bersyair. Namun mereka juga mempunyai kebiasaan
buruk.
*Memakan Bangkai Binatang*
Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang
dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan.
Binatang yang sudah mati pun disayat dagingnya,
dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah,
binatang, dan makanan darah yang dibekukan.
*Muthalib*
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika
melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah),
Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan
terpandang.
"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang
Yatsrib.
"Dia adalah Salma binti Amr."
"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."
Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun
menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim tinggal di
Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim
melanjutkan perniagaannya. Namun, itulah kali terakhir
Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah
kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.
Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian
diberi nama Syaibah. Sementara itu, sepeninggal
Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah
dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang
dicintai penduduk Mekkah. Orang-orang Quraisy
menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti
Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya
yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.
"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib,
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka
Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan
kekuasaan ayahnya menggantikan aku."
Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia
tersentak,
"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."
"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.
"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan
tetap tinggal di sini," jawab Syaibah
*Syaibah*
Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban)
di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim
telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal
di Mekkah.
*ABDUL MUTHALIB*
"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab
Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang
senantiasa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".
"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga
menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali
menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat
wajah anak ini, rasa sayangku timbul kepadanya.
Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali dan
berdiri di hadapanku.
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah
adalah kerajaan ayahnya dan Mekah adalah tanah suci
yang di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah
pantas putramu pergi ke sana dan melanjutkan
pemerintahan ayahnya?".
Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca.
Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu tetap
tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah
bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia
pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."
Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya
itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang
pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka
bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah
budaknya.
"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!"
panggil mereka kepada Syaibah.
"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku,
Hasyim!"
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian
sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah
itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Dia kelak
menjadi kakek Nabi Muhammad ﷺ.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 6
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*TEBUSAN SERATUS UNTA*
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun
Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam
yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila.
Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan
pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka. Namun,
masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib
melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun
luluh.
"Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala
tetap berkenan kepadaku?"
"Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita,
kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku
Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui
seorang dukun di Yatsrib.
"Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
"Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor
unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika
yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya,
kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan
anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah.
Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi.
Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.
Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah
terus jumlah unta. Ketika jumlah unta sudah mencapai
100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
"Dewa sudah berkenan," seru orang orang.
"Tidak," bantah Abdul Muthalib. "Harus dilakukan
sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah
nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan
dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan
karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
*Keturunan Dua Orang yang Disembelih*
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
"Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek
moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
*Si Penguasa Yaman*
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah
peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman,
sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan
Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang
penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
"Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh
bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah
kepada para menterinya.
"Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama
Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh
penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat
berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah
menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah
seorang menteri.
"Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu
kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai
sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di
Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan
orang!"
"Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru
yang bisa menandingi Ka'bah?"
"Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah!
Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita
miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam
yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin
gereja itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah
yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu
mengunjunginya dengan rasa puas.
"Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan
datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya,
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua
mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
*Bendungan Ma'rib*
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum
datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan
kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan
yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib.
Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah
sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke
negeri lain.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 4
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Harta Abdul Muthalib*
Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi
seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya
dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta
ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun
meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di
Yatsrib. Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan
berkuda. Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta
Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan
sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang
zaman.
*Sumber Air Mekah*
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi
tamu-tamu yang datang ke Mekah. Setelah ratusan tahun
Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari
beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
*MENGGALI SUMUR ZAMZAM*
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan
orang selama ratusan tahun. Namun, Abdul Muthalib
tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu
pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air
yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
"Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. "Aku
harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah
dilupakan orang! Apalagi aku bertugas menyediakan air
dan makanan bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya,
"Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat
untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra
satu-satunya, "Harits, temani ayah mencari dan
menggali kembali Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di
mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah
beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat,
Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.
"Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata
Harits.
"Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus
menemukannya! Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik
jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam.
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat
perbuatan mereka dengan heran.
"Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib?
Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah
menggalinya, tapi tidak berhasil?"
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi
Ismail عليه ااسالمpernah mencoba menggali Zamzam tapi tidak
berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji
berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur
Zamzam ditemukan.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 5
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Bernadzar*
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10
anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku
tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang
menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10
anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban
untuk Tuhan."
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul
Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki.
Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak
memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak
itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi
dan dicintainya.
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang
di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak
laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan
itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa
di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara
kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat
memanggil juru qidh untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh
(Nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya
masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak
panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak
yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan
melarangnya melakukan perbuatan itu.
"Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah
kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak
kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui
niatnya itu?
*Menemukan Zamzam*
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib
tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi
mendengar suara yang bergema berulang-ulang, "Temukan
Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur
Zamzam! Temukan!"
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat
baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan
menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah
menjadi tawa.
"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan
akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara
berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib
saking kagetnya.
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-
pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz
bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang-orang
Quraisy datang berbondong-bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas
itu!" pinta mereka.
"Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara
aku dan kamu sekalian dengan permainan _qidh_ (anak
panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan
dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia
mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-
apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-
tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah
Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah
Abdul Muthalib dan Ka'bah. Oleh karena itu, Abdul
Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan
keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam
memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat
ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang
dapat membantunya.
*Pedang dan Pelana Emas*
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu
Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam
rumah suci itu sebagai perhiasan.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 7
*Penyerbuan*
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi.
Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba
Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah
suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu
dibuat. Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak
sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk
Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu.
Seperti biasa, mereka tetap berbondong-bondong
berziarah ke Mekah.
"Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.
"Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan
Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan
tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab
tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat
kita!"
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena
pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik
di atas gajah yang paling besar dan kuat.
"Maju!" perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh
gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangkatan pasukan ini untuk
menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut.
Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa
kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di
hadapan musuh.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan
masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan
tetapi, ia dikalahkan dan ditawan.
Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah
Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan
dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah.
*Al Qullayus*
Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah
agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi ke
gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab
marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah
mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi
memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di
dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk
menghancurkan Ka'bah.
*Sikap Penduduk Mekah*
"Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan
kepada setiap orang untuk bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta
pendapat Abdul Muthalib untuk bertempur. Abdul
Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan,
semuanya akan sia-sia. Pasukan Mekah akan ditaklukkan.
Karena itu, ia menjawab dengan bijak,
"Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah
telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah
tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin
menghancurkan Ka'bah. Kita akan selamat jika tidak
menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi
mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah
bersama beberapa orang pemuka Mekah.
"Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu,"
kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
"Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain
yang engkau minta?" tanya Abrahah.
"Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika
engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari
daerah Tihama yang subur."
Abrahah menggeleng, "Tidak."
"Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada
Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia
pergi.
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi.
Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan
Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu
Catatan
*Abrahah Al Asyram*
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia
datang dari negeri Habasyah di Afrika, kemudian
menduduki Yaman.
70.000 pasukan Habasyah yang dipimpin Aryath berhasil
mengalahkan Yaman. Akan tetapi, Aryath kemudian
dibunuh oleh Abrahah. Sejak itulah Abrahah memerintah
Yaman.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 8
*Kehancuran Abrahah*
Allåhlah yang melindungi rumah suci-Nya. Ketika
pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah
berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah
itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha
berjalan lagi ke arah Yaman.
"Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah
pada tunggangannya.
"Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu
mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak
ketakutan! Ada apa sebenarnya?"
"Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak
seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan
burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari
seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke
arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha
menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang,
termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah abadikan dalam *surat Al Fil* :
ِيل ِ أَلَ ْم َترَ َك ْيفَ َفعَ َل رَ بُّكَ ِبأَصْ حَ ا
ِ ب ْالف
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu
telah bertindak terhadap tentara bergajah?
Surah Al-Fil (105:1)
ِيلٍ أَلَ ْم َيجْ عَ ْل َكيْدَ ُه ْم فِي َتضْ ل
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk
menghancurkan Ka´bah) itu sia-sia?
Surah Al-Fil (105:2)
َابي َلِ َوأَرْ سَ َل عَ لَي ِْه ْم َطيْرً ا أَب
dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang
berbondong-bondong,
Surah Al-Fil (105:3)
ٍ ِم ِبحِجَ ارَ ٍة مِنْ س3ْ ِيه
جِّيل ِ َترْ م
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah
yang terbakar,
Surah Al-Fil (105:4)
ول3ٍ ف مَأْ ُك ٍ َْفجَ عَ لَ ُه ْم َكعَ ص
lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan (ulat).
Surah Al-Fil (105:5)
*Wabah Penyakit*
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dibawa
burung itu adalah kuman kuman wabah penyakit cacar.
Dalam beberapa hari saja seluruh pasukan mati dengan
tubuh rusak seperti daun dimakan ulat.
Abrahah berhasil kembali ke Yaman, tetapi tidak lama
setelah itu ia pun mati seperti pasukannya.
*Kembali ke Mekah*
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak jadi disembelih
karena telah ditebus ayahnya dengan 100 ekor unta.
Abdullah adalah pemuda yang berwajah tampan. Kegagahan
parasnya banyak menarik perhatian gadis-gadis Mekah.
Apalagi setelah mereka tahu bahwa nyawa Abdullah telah
ditebus dengan 100 ekor unta, suatu jumlah yang luar
biasa yang tidak pernah dialami seorang pun
sebelumnya. Walaupun banyak gadis yang berusaha
menggodanya, kesopanan Abdullah tetap terjaga.
*Gadis yang Meminang*
Setelah penebusan Abdullah, Abdul Muthalib menggandeng
tangan putranya menuju rumah Wahb bin Abdul Manaf.
Wahb mempunyai seorang putri bernama Aminah. Abdul
Muthalib sudah sepakat dengan Wahb untuk menikahkan
putra-putri mereka.
Namun, di tengah jalan, seorang gadis cantik menegur
Abdullah, "Engkau akan pergi ke mana, wahai Abdullah?"
"Aku akan pergi bersama ayahku."
Tanpa memedulikan Abdul Muthalib, gadis itu berkata,
"Kulihat engkau memang dituntun ayahmu, tak ubahnya
seperti seekor unta yang akan disembelih. Demi engkau,
aku akan menerimamu jika engkau mau menikahi diriku
sekarang juga."
Abdullah terperangah. Ia menatap gadis itu dengan
gugup.
"Siapakah gadis ini? Pikir Abdullah, "dilihat dari
pakaiannya yang dipenuhi perhiasan mahal, ia pasti
seorang gadis bangsawan. Matanya yang hitam
memancarkan sinar yang teduh seperti yang biasa
dimiliki gadis-gadis berperangai lemah lembut dan
penuh kasih sayang. Apa yang harus kukatakan
kepadanya?"
Ketika Abdullah menoleh kepada ayahnya, dilihatnya
Abdul Muthalib memberi isyarat agar Abdullah terus
melangkah dan tidak menggubris sang gadis .
"Aku bersama ayahku." Aku tak kuasa menolak
kehendaknya dan berpisah dengannya.
Abdullah kembali berjalan bersama ayahnya. Hatinya
dipenuhi rasa iba dan simpati kepada gadis yang
ditinggalkannya.
Hari itu juga, Abdul Muthalib datang ke rumah Wahb bin
Abdul Manaf. Mereka sepakat menjodohkan Abdullah
dengan Aminah.
Keesokan harinya, Abdullah bertemu lagi dengan gadis
yang kemarin. Abdullah menyapanya, "Mengapa engkau
tidak menyapaku seperti kemarin?"
Gadis itu menjawab dengan ketus,"Sinar berseri-seri
yang kemarin kulihat pada wajahmu sudah tidak ada
lagi. Karena itu, sekarang aku sudah tidak
membutuhkanmu!"
*Sinar Kenabian*
Sinar berseri-seri yang dilihat sang gadis pada wajah
Abdullah menurut sebagian ahli sejarah adalah sinar
kenabian yang akan diturunkan Abdullah kepada
putranya.
Ketika Abdullah sudah dijodohkan dengan Aminah, maka
gadis itu sudah tidak bisa lagi berharap akan memiliki
putra yang kelak menjadi nabi.
*Bersambung*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 9
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Pernikahan Abdullah dengan Aminah*
Allah sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat
untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb. Aminah adalah
gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di
kalangan suku Quraisy.
Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang
gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi. Dedaunan
kurma di kota Tha'if kembali bersemi. Sementara itu,
padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang
tumbuh di kebun-kebun.
Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan
dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria.
Abdullah pun berniat pergi musim ini.
"Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas
kepergianmu. Entah mengapa hatiku diliputi
kekhawatiran dan kegelisahan. Aku bahkan berharap
dapat menemukan suatu alasan untuk menahan
kepergianmu," keluh Aminah kepada suaminya.
Abdullah tersenyum menentramkan, "Hatiku pun terasa
tertinggal di sini, Dinda. Aku tahu begitu besar rasa
sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus
berada di sisiku."
"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu,
Kanda."
Abdullah mengangguk, "Tetapi Dinda, kini di dalam
perutmu ada bayi kita. Kau tahu aku adalah pemuda tak
berada. Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor
kambing perah. Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang
dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan
daging kering. Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk
pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."
Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu. Ia
memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu
adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah
suaminya.
*Hamzah bin Abdul Muthalib*
Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul
Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala.
Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah
yang seusia dengan beliau.
*Abdullah Meninggal*
Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza.
Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di
Yatsrib. Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara
ibunya. Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak
mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.
"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang,"
kata Abdullah kepada kawan-kawannya. "Kalian
berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa
aku jatuh sakit."
Kawan-kawannya mengangguk, "Akan kami sampaikan
pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini."
Kafilah Mekah pun beranjak pulang. Ketika tiba di
rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul
Muthalib.
"Harits!" panggil Abdul Muthalib kepada putra
sulungnya. "Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan
adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang."
Harits pun segera berangkat. Ketika tiba di rumah
paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah
wajah-wajah duka.
"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya,
"mari, kami antar engkau ke pusaranya."
Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah.
Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib. Namun,
kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah.
Apalagi di saat itu ia tengah menantikan kelahiran
bayinya.
"Selamat jalan, Kanda," isak Aminah, "hilanglah
seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini,
tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi
kita."
Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang
kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang
mengubah jalannya sejarah dunia.
*Peninggalan Abdullah*
Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta,
sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan
bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh
Rasulullah. Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal
dari Habasyah.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 10
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Kelahiran Muhammad *صلى هللا عليه وسلم
Pada hari Senin pagi tanggal 12 Rabiul Awwal pada
tahun yang sama dengan penyerbuan Abrahah (tahun
gajah), Aminah melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat
itu bertepatan dengan bulan Agustus tahun 570 Masehi.
(Sebagian pendapat mengatakan bahwa Aminah melahirkan
pada tanggal 20 atau 21 April tahun 571 Masehi).
Aminah mengutus seseorang sambil berkata, "Pergilah
kepada Abdul Muthalib dan katakan, 'Sesungguhnya telah
lahir bayi untukmu. Oleh karena itu, datang dan
lihatlah '."
Abdul Muthalib bergegas datang. Ketika mengambil bayi
itu dari pelukan Aminah, dadanya bergemuruh dipenuhi
rasa sayang.
"Kehadiranmu mengingatkan aku kepada ayahmu. Sungguh,
di hatiku kini dirimu hadir sebagai pengganti
Abdullah."
Dengan penuh rasa syukur, orangtua itu menggendong
cucunya berthawaf, mengelilingi Ka'bah. Kali ini tidak
kepada berhala, tetapi kepada Allah. Abdul Muthalib
berdoa dan bersyukur.
"Aku memberimu nama Muhammad," kata Abdul Muthalib.
*Muhammad* berarti *terpuji*, sebuah nama yang tidak
umum di kalangan masyarakat Arab, tetapi cukup
dikenal.
Kemudian, ia memerintahkan orang untuk menyembelih
unta dan mengundang makan masyarakat Quraisy.
"Siapa nama putra Abdullah, cucumu itu?" tanya
seseorang kepada Abdul Muthalib.
"Muhammad."
"Mengapa tidak engkau beri nama dengan nama nenek
moyang kita?"
"Kuinginkan ia menjadi orang yang terpuji, bagi Tuhan
di langit dan bagi makhluk-Nya di bumi," jawab Abdul
Muthalib.
*Cahaya Aminah*
Ketika Aminah mengandung Nabi Muhammad, ia melihat
seberkas sinar keluar dari perutnya dan dengan sinar
tersebut ia melihat istana-istana Busra di Syam.
Saat itu di kalangan bangsawan Arab sudah berlaku
tradisi yang baik, yakni mereka mencari wanita-wanita
desa yang bisa menyusui anak-anaknya.
Anak-anak disusukan di pedalaman agar terhindar dari
penyakit, memiliki tubuh yang kuat dan agar dapat
belajar bahasa Arab yang murni di daerah pedesaan.
Tidak lama kemudian ke Mekah datanglah serombongan
wanita dari kabilah bani Sa'ad mencari bayi untuk
disusui. Di antara mereka ada seorang ibu bernama
Halimah binti Abu Dzu'aib.
"Suamiku," Panggil Halimah "tahun ini sungguh tahun
kering tak ada tersisa sedikit pun hasil panen di
kampung halaman kita. Lihat unta tua kita tidak lagi
menghasilkan susu sehingga anak-anak menangis pada
malam hari karena lapar."
"Semoga kita mendapat bayi seorang bangsawan kaya yang
dapat memberi kita upah yang layak untuk menanggulangi
kesengsaraan ini," jawab sang suami.
Namun harapan mereka tak terkabul, hampir semua bayi
bangsawan kaya telah diambil oleh teman-teman
serombongan mereka. Hanya ada satu bayi dalam
gendongan ibunya yang mereka temui.
"Namanya Muhammad" kata Aminah kepada pasangan
tersebut "ia anak yatim tinggal aku dan kakeknya yang
merawatnya." Halimah dan suaminya, Al-Harits bin Abdul
Uzza saling berpandangan.
Mereka enggan menerima anak yatim karena tidak ada
Ayah yang dapat memberi mereka upah yang layak.
Pasangan tersebut menggeleng dan pergi mencari bayi
lain, Aminah memandangi bayi dalam dekapannya dengan
sendu. Setiap wanita Bani Saad yang mendapat tawaran
untuk menyusui Muhammad, selalu menolaknya karena anak
yatim.
*Tsuwaibah*
Sebelum kedatangan para wanita Bani sa'ad, Muhammad
disusui Tsuwaibah budak perempuan Abu Lahab.
Hanya beberapa hari Muhammad disusui oleh Tsuwaibah.
Akan tetapi, di kemudian hari, di sepanjang hidupnya
Muhammad selalu memperlakukan Tsuwaibah dengan baik.
*In syaa Allah bersambung....*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 11
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Halimah*
Ketika Halimah dan Harits kembali ke rombongan, mereka
melihat semua kawan mereka telah mendapatkan bayi
untuk dibawa pulang dan disusui.
Melihat itu, Halimah berkata kepada suaminya,
"Demi Allah, aku tak ingin mereka melihatku pulang
tanpa membawa bayi. Demi Allah, aku akan pergi kepada
anak yatim itu dan mengambilnya."
"Tidak salah kalau engkau mau melakukannya. Semoga
Allah memberi kita keberkahan melalui anak yatim
tersebut."
Akhirnya Halimah dan suaminya kembali menemui Aminah
dan membawa Muhammad ke dusun mereka. Aminah melepas
bayinya itu dengan perasaan lega bercampur sedih. Lega
karena akhirnya ada yang mengasuh Muhammad, sedih
karena harus berpisah dengannya selama dua tahun ke
depan.
"Pergilah, Nak. Ibu menunggumu di sini," bisik Aminah
dengan pipi yang hangat dialiri air mata.
Tatkala menggendong Muhammad, Halimah keheranan, "Aku
tidak merasa repot membawanya, seakan-akan tidak
bertambah beban."
Kemudian, Halimah menyusui Muhammad.
"Lihat, bayi ini menyusu dengan lahap," kata Halimah
kepada suaminya.
Setelah menyusui Muhammad, Halimah menyusui bayinya
sendiri. Bayi itu juga menyusu dengan lahap. Setelah
itu, Muhammad dan bayi Halimah tertidur dengan lelap.
"Anak kita tidur dengan lelap," bisik Halimah kepada
suaminya, "padahal, sebelumnya kita hampir tidak bisa
tidur karena ia rewel terus sepanjang malam."
Malam itu, keduanya bertambah heran karena unta tua
mereka ternyata kini menghasilkan susu.
"Engkau tahu, Halimah. Sebelum ini unta tua kita tidak
menghasilkan susu setetes pun," gumam Harits.
Suami istri itu meminum air susu unta sampai kenyang.
"Malam ini benar-benar malam yang indah, " kata
Halimah kepada Harits, "bayi kita tertidur lelap dan
kita pun bisa beristirahat dengan perut kenyang."
"Demi Allah, tahukah engkau Halimah, engkau telah
mengambil anak yang penuh berkah."
"Demi Allah, aku pun berharap demikian."
*Kebanggaan Rasulullah*
Lingkungan di Bani Sa'ad benar-benar sangat murni.
Kelak Rasulullah pun dapat berkata dengan bangga, "Aku
adalah keturunan Arab yang paling tulen. Sebab aku
anak suku Quraisy yang menyusui di Bani Sa'ad bin
Bakr."
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Keberkahan*
Keberkahan yang dibawa Muhammad kecil tidak berhenti
sampai di situ.
Ketika dalam perjalanan kembali ke dusun Bani Sa'ad,
terjadi hal yang mengherankan.
"Suamiku, tidakkah engkau melihat hal yang aneh pada
keledai tungganganku?" tanya Halimah.
"Saat kita pergi, keledai ini berjalan pelan sekali,"
Harits menanggapi, "tetapi, kini ia dapat berjalan
cepat seolah tak kenal lelah. Padahal, beban yang
dibawanya cukup berat."
Keledai itu berjalan cukup cepat sehingga bisa
menyusul dan melewati rombongan wanita Bani Sa'ad
lainnya yang telah berjalan lebih dulu.
"Halimah putri Abu Dhu'aibi!" panggil para wanita itu
keheranan, "tunggulah kami! Bukankah ini keledai yang
engkau tunggangi saat kita pergi?"
"Demi Allah, begitulah," balas Halimah, "ini memang
keledaiku yang dulu."
"Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa!"
Ketika tiba di rumah, Halimah dan Harits tambah
terkejut.
"Sepetak tanah kita!" bisik Halimah tak percaya.
"Sepetak tanah kita ini jadi begitu hijau dan subur!
Padahal, saat kita berangkat, tak ada sepetak tanah
pun yang lebih gersang dari ini!"
"Domba-domba juga!" seru Harits, "domba domba kita
jadi gemuk dan susunya penuh. Kini kita dapat memerah
dan meminum susu mereka setiap hari."
Begitulah keberkahan yang mereka terima selama
mengasuh Muhammad. Namun, dua tahun pun berlalu, kini
tiba saatnya mengembalikan Muhammad kepada ibunya.
*(Ada sambungnya)...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 12
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Muhammad Kembali Ke Dusun*
Halimah dan suaminya mengembalikan Muhammad kepada
Aminah. Alangkah bahagianya Aminah bertemu lagi dengan
putra tunggalnya itu.
"Lihat! Kini engkau tumbuh menjadi anak yang tegap dan
sehat!" ujar Aminah.
Aminah memandang Halimah dan suaminya dengan mata
berbinar-binar penuh rasa terimakasih," Kalian telah
merawat Muhammad dengan baik, bagaimana aku harus
berterimakasih?"
Halimah dan suaminya berpandangan dengan gelisah.
Sebenarnya mereka merasa berat berpisah dengan
Muhammad. Mereka amat menyayangi anak itu. Selain itu,
sejak Muhammad datang, kehidupan mereka dipenuhi
keberkahan.
"Kami cuma berharap andaikan saja engkau sudi
membiarkan anak ini tetap bersama kami hingga menjadi
besar. Sebab, aku khawatir ia terserang penyakit
menular yang kudengar kini sedang mewabah di Mekah,"
pinta Halimah.
Aminah menyadari bahwa yang mereka pinta dan katakan
ada benarnya, tetapi hatinya bimbang karena hampir tak
sanggup berpisah lagi dengan putranya. Ketika, Abdul
Muthalib datang. Bangga sekali ia melihat pertumbuhan
cucunya yang begitu bagus di daerah pedalaman, maka ia
berkata:
"Aku ingin Muhammad kembali ke Dusun Bani Sa'ad sampai
ia berusia lima tahun," kata Abdul Muthalib, "agar ia
di situ belajar berkata-kata dan telinganya terbiasa
mendengarkan bahasa Arab yang murni dengan fasih
pula."
Aminah mengerti bahwa ia harus kembali melepas
Muhammad demi masa depan putranya sendiri.
"Beri aku waktu beberapa hari bersama putraku, setelah
itu bolehlah kalian membawanya kembali," kata Aminah.
Akhirnya, Muhammad pun dibawa kembali ke dusun Bani
Sa'ad. Namun, di sana ia mengalami sebuah peristiwa
yang sangat mengguncangkan.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Pembelahan Dada*
Peristiwa itu terjadi tidak lama setelah keluarga
Halimah kembali ke pedalaman. Saat itu umur Muhammad
belum lagi genap tiga tahun.
Hari itu, Muhammad kecil ikut menggembalakan kambing
bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba salah seorang
putra Halimah datang berlari-lari sambil menangis.
"Ada apa?" Tanya Halimah dan suaminya panik.
"Saudaraku yang dari Quraisy itu! Dia diambil oleh
seorang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan.
Perutnya dibelah sambil dibalik-balikkan!"
Halimah dan Harits segera berlari mencari Muhammad.
Mereka menemukan anak itu sedang sendiri. Wajah
Muhammad pucat pasi. Halimah dan suaminya
memperhatikan wajah Muhammad baik-baik.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?" tanya mereka.
"Aku didatangi oleh seorang laki-laki berpakaian
putih. Aku dibaringkan lalu perutku dibedah. Mereka
mencari sesuatu di dalamnya. Aku tak tahu apa yang
mereka cari."
Tanpa bertanya lagi Halimah segera membawa Muhammad
pulang. Hatinya dipenuhi kecemasan.
"Aku takut Muhammad didatangi dan digoda oleh jin"
kata Halimah kepada suaminya.
"Lebih baik kita membawanya kembali ke Mekah," jawab
Harits
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 13
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Percakapan dengan Aminah*
Karena kejadian itu, Halimah kembali ke Mekah dan
menyerahkan Muhammad kepada ibunya. Aminah menerima
kedatangan mereka dengan rasa heran,
"Mengapa engkau mengantarkannya kepadaku, wahai ibu
susuan? Padahal sebelumnya engkau meminta ia tinggal
denganmu?"
"Ya," jawab Halimah,
"Allah telah membesarkan Muhammad. Aku sudah
menyelesaikan apa yang menjadi tugasku. Aku merasa
takut karena ada banyak kejadian terjadi padanya.
Jadi, ia aku kembalikan kepadamu seperti yang engkau
inginkan."
"Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Aminah,
"berkatalah dengan benar kepadaku."
Halimah terdiam sejenak, lalu bercerita dengan rasa
berat, "Ada dua orang berbaju putih membawanya ke
puncak bukit. Mereka membelah dan mengeluarkan sesuatu
dari dalam dadanya."
Setelah berkata demikian, Halimah mengangkat wajahnya
memandang Aminah, tetapi ia terkejut melihat wajah
Aminah demikian tenang.
"Apakah engkau takut setanlah yang mengganggunya?"
tanya Aminah.
Halimah mengangguk,
"Itulah sebenarnya yang membuatku khawatir sehingga
cepat-cepat mengembalikannya kepadamu."
Aminah menarik napas.
"Demi Allah," katanya,
"Setan tidak akan mendapatkan jalan untuk masuk ke
dalam jiwa Muhammad. Sesungguhnya, anakku akan menjadi
orang besar di kemudian hari. Ketika aku
mengandungnya, aku melihat sinar keluar dari perutku.
Dengan sinar tersebut aku bisa melihat istana-istana
Busra di Syam menjadi terang-benderang.
Demi Allah, aku belum pernah melihat orang mengandung
yang lebih ringan dan lebih mudah seperti yang
kurasakan. Ketika aku melahirkannya, ia meletakkan
tangannya di tanah dan kepalanya menghadap ke langit."
Halimah mendengar semua itu dengan takjub. Aminah
menyentuh tangan Halimah dan berkata lembut,
"Biarkan ia bersamamu dan pulanglah dengan tenang."
Muhammad kecil pun kembali dibawa pulang. Namun, lagi-
lagi terjadi sebuah peristiwa yang akhirnya membuat
Halimah benar-benar kawatir dan mengembalikan Muhammad
kepada ibunya.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Orang-Orang Habasyah*
"Kak, tunggu!" seru Muhammad sambil berlari menuruni
bukit. Saat itu, usia Muhammad sudah 5 tahun. Ia
sedang berlari mengejar saudara-saudaranya, yaitu
anak-anak Halimah. Mereka sedang menggembala kambing.
"Ayo Muhammad kejar kami kalau bisa!" ujar Syaima,
anak perempuan sulung Halimah sambil tertawa.
Anak-anak itu terus bermain. Diam-diam, ada beberapa
orang Nasrani dari Habasyah sedang memerhatikan
mereka.
"Lihat, Kak! Itu Ibu datang!" seru Muhammad.
Anak-anak menoleh. Mereka memekik senang melihat
Halimah datang menjemput.
Namun, wajah Halimah tampak khawatir. Ia mencurigai
beberapa bayangan yang sedang mengintai sambil
berbisik-bisik di kejauhan. Hatinya makin berdebar
ketika orang-orang Habasyah itu datang mendekat. Tanpa
memedulikan dirinya, mereka langsung mendekati
Muhammad.
"Paman mau apa?" tanya Muhammad.
"Berbaliklah, Nak! Kami ingin melihat punggungmu!"
perintah salah seorang dari mereka.
Muhammad membalikkan badan, lalu orang-orang Habasyah
itu saling pandang dengan wajah terkejut. Tanpa
berkata apa-apa lagi, mereka berbalik ke tempat semula
dan kembali berunding berbisik-bisik.
"Kalian bermainlah lagi, Ibu akan mencari tahu apa
yang mereka bicarakan!" kata Halimah kepada Muhammad
dan saudara-saudaranya.
Diam-diam, Halimah mendekati tempat orang-orang
Habasyah itu berada dan terkejut mendengar apa yang
mereka katakan,
"Kita harus merampas anak ini dan membawanya kepada
raja di negeri kita. Kita telah mengetahui seluk beluk
tentang dia! Ada tanda di punggungnya yang meramalkan
anak ini kelak akan menjadi orang besar."
Diam-diam, Halimah menjauh,
"Aku harus melarikan Muhammad dari mereka sekarang
juga!"
*Tanda-Tanda Rasul Terakhir pada Injil*
Orang-orang Nasrani Habasyah itu tahu bahwa seorang
Rasul terakhir akan dibangkitkan dan mereka
diperintahkan mengikutinya seperti yang tertera pada
Injil di bagian Kitab Ulangan (18): 15-22,
"Bahwa seorang Nabi di antara kamu, dari antara segala
saudaramu dan yang seperti aku ini, yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allah-mu bagi kamu, maka dia
haruslah kamu dengar."
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Muhammad Menghilang*
Halimah cepat-cepat mengajak Muhammad pergi, namun
dari kejauhan orang-orang Habasyah itu terlihat
bergegas mengikuti mereka. Untunglah Halimah mengenal
daerah itu dengan baik, sehingga mereka bisa
melepaskan diri dari kejaran orang-orang Habasyah
walaupun dengan susah payah.
Tidak berapa lama kemudian, Halimah berkemas
menyiapkan Muhammad untuk segera kembali ke Mekah.
Sedih sekali Muhammad harus berpisah dengan saudara-
saudaranya. Syaima, Unaisah, dan Abdullah.
"Muhammad, jangan lupakan kami ya?" pinta Syaima
dengan mata berkaca-kaca.
Muhammad mengangguk sambil memeluk mereka satu
persatu. Kemudian, berangkatlah Muhammad meninggalkan
dusun Bani Sa'ad dengan semua kenangan indah yang
tidak akan pernah hilang dari benaknya seumur hidup.
Halimah mengelus kepala Muhammad penuh sayang,
"Bergembiralah, Muhammad. Engkau akan berjumpa dengan
ibu dan kakekmu."
Mekah pada malam hari sangat ramai ketika mereka tiba.
Saat melalui kerumunan orang itulah, Muhammad
terpisah dan hilang. Halimah kebingungan. Ia takut
orang-orang Habasyah itu diam-diam masih mengikuti
mereka dan mengambil kesempatan ini untuk menculik
Muhammad.
Sambil menangis, Halimah mendatangi Abdul Muthalib,
"Sungguh, pada malam ini, aku datang dengan Muhammad,
namun ketika aku melewati Mekah Atas, ia menghilang
dariku. Demi Allah, aku tidak tahu di mana kini ia
berada."
Setelah memerintahkan orang untuk mencari, Abdul
Muthalib berdiri di samping Ka'bah, lalu berdoa kepada
Allah agar Dia mengembalikan Muhammad kepadanya.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 14
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Bertemu Kakek dan Ibunda*
Tidak lama kemudian, datanglah seseorang bernama
Waraqah bin Naufal dan seorang temannya dari Quraisy.
Keduanya menyerahkan Muhammad kepada Abdul Muthalib,
"Ini anakmu, kami menemukannya di Mekah Atas."
Alangkah lega dan gembiranya Abdul Muthalib.
"Cucuku!" katanya sambil mendekap Muhammad.
Abdul Muthalib memperhatikan cucunya dengan wajah
berseri-seri, "Apakah kamu mau kakek ajak menunggangi
unta yang hebat?"
"Mau. Tetapi, mana untanya kek?"
Sambil tertawa, orang tua itu mengangkat Muhammad dan
mendudukkannya di atas bahu.
"Kau kini telah menduduki untanya, Nak!
Ha....ha....ha...."
"Wah, unta hebatnya kok sudah tua ya Kek?"
"Biar tua, tapi ini unta yang hebat, cucuku! Lihat
unta ini mampu mengajakmu berthawaf mengelilingi
Ka'bah."
Abdul Muthalib membawa Muhammad berthawaf di Kabah.
Setelah itu ia memintakan perlindungan Tuhanb untuk
cucunya itu dan mendoakannya.
"Mari kita menemui ibumu sekarang," ajak Abdul
Muthalib.
Alangkah senangnya anak dan ibu itu ketika mereka
saling bertemu. Walaupun demikian, tersisip kesedihan
di hati Muhammad ketika ia melepas Halimah As
Sa'diyah, ibu susu yang selama ini telah merawatnya
dengan limpahan kasih yang demikian besar.
"Selamat tinggal Muhammad. Jadilah orang besar seperti
yang pernah dikatakan ibumu," kata Halimah sambil
beranjak pergi.
Sampai dewasa, Muhammad tidak pernah memutuskan tali
silaturahim dengan ibu susunya itu.
*Gembala Kambing*
Mulai dari hidupnya di Bani Sa'ad sampai masa kecilnya
di Mekah, hidup Nabi Muhammad dilalui sebagai seorang
gembala.
*Waraqah bin Naufal*
Waraqah bin Naufal adalah paman Khodijah
(kelak menjadi istri Muhammad).
Waraqah bin Naufal tidak menyukai berhala. Ia tetap
mengikuti ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, menjadi
hamba Allah yang setia.
Ia tidak meminum minuman keras dan tidak berjudi. Ia
bermurah hati terhadap orang orang miskin yang
membutuhkan pertolongannya.
*Di Bawah Asuhan Kakek*
Sejak itu, Abdul Muthalib bertindak sebagai pengasuh
cucunya. Ia mengasuh Muhammad dengan sungguh-sungguh
dan mencurahkan segala kasih sayangnya.
Abdul Muthalib adalah pemimpin seluruh Quraisy dan
seluruh Mekah. Untuk dia, diletakkan hamparan khusus
tempatnya duduk di bawah naungan Ka'bah. Anak-anak
beliau, paman-paman Muhammad, tidak ada yang berani
duduk di tempat itu. Mereka duduk di sekeliling
hamparan itu sebagai penghormatan kepada ayah mereka.
Suatu saat, Muhammad kecil yang montok itu duduk di
atas hamparan tersebut. Serentak paman-paman beliau
langsung memegang dan menahan Muhammad agar tidak
duduk di atas hamparan. Namun, ketika Abdul Muthalib
datang dan melihat kejadian tersebut, berkata:
"Biarkan anakku itu," katanya, "Demi Allah,
sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung."
Kemudian, Abdul Muthalib duduk di atas hamparan
tersebut sambil memangku Muhammad. Dielus-elusnya
punggung Muhammad penuh sayang. Abdul Muthalib
bergembira dengan apa yang dilakukan cucunya itu.
Lebih-lebih lagi, kecintaan kakek kepada cucunya itu
timbul ketika Aminah kemudian berniat membawa Muhammad
ke Yatsrib untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara
ibunya dari keluarga Najjar.
Perjalanan ini juga bertujuan menengok makam Abdullah,
ayah Muhammad. Sudah lama Aminah memendam keinginan
untuk menengok makam suami tercintanya itu. Kini, ia
akan berangkat dengan ditemani putranya seorang.
*Aminah Wafat*
Dalam perjalanan itu, Aminah membawa Ummu Aiman, budak
perempuan peninggalan Abdullah. Sesampainya di
Yatsrib, mereka disambut oleh saudara-saudara Aminah.
Kepada Muhammad diperlihatkan rumah tempat ayahnya
meninggal dulu serta tempat ia dikuburkan.
Itu adalah saat pertama Muhammad benar-benar merasa
dirinya sebagai anak yatim. Apalagi ia mendengar
ibunya bercerita panjang lebar tentang sang ayah
tercinta yang setelah beberapa waktu tinggal bersama-
sama, kemudian meninggal dunia.
(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam menceritakan
kepada sahabat-sahabatnya tentang kisahperjalanan masa
kecil beliau ke Yatsrib yang saat itu telah berubah
nama menjadi Madinah.
Beliau amat terkenang dengan perjalanan bersama ibunya
itu, kisah perjalanan penuh cinta pada Madinah, kisah
penuh duka pada orang yang ditinggalkan keluarganya.)
Sesudah cukup sebulan tinggal di Madinah, mereka pun
bersiap pulang. Mereka berjalan dengan menggunakan dua
ekor unta yang mereka bawa dari Mekah.
Akan tetapi, di tengah perjalanan, di sebuah tempat
bernama Abwa*), Aminah menderita sakit hingga kemudian
meninggal di tempat itu.
"Ibu! Ibu!" panggil Muhammad kepada ibunya yang sudah
wafat.
Dalam pelukan Ummu Aiman, dengan air mata meleleh,
Muhammad menyaksikan tubuh ibunya dikuburkan di tempat
itu.
Pada usia enam tahun. Muhammad SAW telah menjadi
seorang anak yatim piatu.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Abwa*
Abwa adalah sebuah dusun yang terletak di antara
Madinah dengan Juhfa. Jaraknya 37 km dari Madinah
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 15
آل مُحَ مَّدِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Abdul Muthalib Wafat*
Muhammad dibawa pulang oleh Ummu Aiman. Ia pulang
sambil menangis hatinya pilu karena kini sebatang
kara. Muhammad makin merasa kehilangan. Ia menjalani
takdir sebagai seorang anak yatim-piatu. Terasa
olehnya hidup yang makin sunyi dan semakin sedih.
Baru beberapa hari yang lalu, ia mendengar dari ibunya
cerita keluhan duka kehilangan ayahandanya semasa ia
dalam kandungan.
Kini, ia melihat sendiri di hadapannya, ibunya pergi
untuk tidak kembali lagi, sebagaimana ayahnya dulu.
Muhammad yang masih kecil itu kini memikul beban hidup
yang berat, sebagai seorang yatim-piatu.
Ketika tiba di Mekah, Abdul Muthalib menyambut
kedatangan cucunya itu dengan rasa iba yang dalam.
Kecintaan Abdul Muthalib pun semakin bertambah kepada
Muhammad.
Rasa duka Muhammad mungkin agak ringan apabila
kakeknya, Abdul Muthalib, dapat hidup lebih lama lagi.
Namun, Allah سبحانه و تعال
sudah menentukan lain.
Pada usia 80 tahun, sang kakek pun meninggal dunia.
Saat itu, Muhammad berusia delapan tahun. Ia
mengiringi jenazah kakeknya ke kubur sambil
berlinangan air mata.
Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas
begitu dalam pada diri Rasulullah, sehingga di dalam
Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan
Rasulullah ﷺakan nikmat yang dianugerahkan
kepadanya di tengah kesedihan itu,
ِ أَلَ ْم َي
ج ْدكَ َيتِيمًا َف َآو ٰى
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu?
Surah Ad-Duha (93:6)
َو َوجَ دَ كَ ضَ ااًّل َفهَدَ ٰى
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk.
Surah Ad-Duha (93:7)
*Keluarga Umayyah*
Kematian Abdul Muthalib merupakan pukulan yang berat
bagi keluarga Hasyim. Tidak ada anak-anak Abdul
Muthalib yang memiliki keteguhan hati, kewibawaan,
pandangan tajam, terhormat, dan berpengaruh di
kalangan Arab seperti dirinya.
Kemudian keluarga Umayyah tampil ke depan mengambil
tampuk pimpinan yang memang sejak dulu mereka idam-
idamkan, tanpa menghiraukan ancaman yang datang dari
keluarga Hasyim.
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Diasuh Abu Thalib*
Sebelum wafat, Abdul Muthalib menunjuk salah seorang
anaknya untuk mengasuh Muhammad. Ia tidak menunjuk
Abbas yang kaya, namun agak kikir. Ia juga tidak
menunjuk Harist, putranya yang tertua karena Harist
adalah orang yang tidak mampu.
Abdul Muthalib menunjuk Abu Thalib untuk mengasuh
Muhammad karena sekalipun miskin, Abu Thalib memiliki
perasaan yang halus dan paling terhormat di kalangan
Quraisy.
Abu Thalib juga amat menyayangi kemenakannya itu. Budi
pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti,
dan baik hati, sangat menyenangkan Abu Thalib. Ia
bahkan lebih mendahulukan kepentingan Muhammad
daripada anak-anaknya sendiri.
Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai
pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak anak kecil
dan hidup dalam kemiskinan. Namun demikian, pamannya
tidak pernah berhutang kepada orang lain. Abu Thalib
lebih suka bekerja keras memeras keringat untuk
menafkahi keluarganya. Karena itulah, tanpa ragu,
Muhammad ikut bekerja seperti anak-anak Abu Thalib
yang lain. Ia ikut membantu pekerjaan keluarga Abu
Thalib, menggembalakan kambing, dan mencari rumput.
Abu Thalib merasa bahwa Muhammad kelak akan menjadi
orang yang bersih hatinya dan dijauhkan dari dosa. Ia
yakin, jika mengajak Muhammad berdoa, Tuhan akan
mengabulkan permohonannya. Seperti yang dilakukannya
ketika orang-orang Quraisy berseru "Wahai Abu Thalib,
lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda.
Marilah berdoa meminta hujan".
Maka, Abu Thalib keluar bersama Muhammad. Ia
menempelkan punggung Muhammad ke dinding Ka'bah dan
berdoa. Kemudian, mendung pun datang dari segala
penjuru, lalu menurunkan hujan yang sangat deras
hingga tanah di lembah-lembah dan di ladang menjadi
gembur.
*(In syaa Allah bersambung)...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 16
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Mengikuti Paman*
Hati Muhammad kecil merasa pengap dengan kehidupan di
Mekah. Setiap hari, dilihatnya anak-anak fakir miskin
seusianya bekerja bersama-sama dengan bertelanjang
tanpa rasa malu.
Muhammad juga melihat setiap malam pintu rumah orang-
orang kaya tertutup rapat. Di dalam, mereka berpesta
pora, menyaksikan para penari, dan bermabuk-mabukan
sampai pagi sambil dijaga oleh para budak. Padahal, di
tempat lain, ia melihat orang-orang berjuang mencari
rezeki antara hidup dan mati.
Muhammad sering sekali melintas di depan gubuk-gubuk
reyot dan rumah-rumah kumuh. Pintu-pintu mereka juga
tertutup rapat, tetapi di dalamnya tinggal orang-orang
yang hidup menderita. Orang-orang itu jika tidak
memiki bahan makanan, besok atau lusa terpaksa
menggadaikan anak gadis, istri atau ibunya untuk
dikumpulkan menjadi budak para saudagar demi
melepaskan diri dari lilitan hutang.
Di depan gubuk-gubuk itu, Muhammad melihat para pemuda
berkumpul. Pikiran mereka dipenuhi impian tentang
datangnya mukjizat yang akan mampu membebaskan Mekah
dari kebiadaban. Para pemuda itu berkumpul
mengelilingi seorang laki-laki yang bercerita tentang
legenda-legenda indah orang-orang terdahulu yang
berjuang melawan raja yang sewenang-wenang.
Suatu saat, pada usia Muhammad 12 tahun, Abu Thalib
berniat pergi berdagang ke Syam untuk mencari nafkah.
"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad
"Tetapi, perjalanan padang pasir begitu sulit dan
jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecilmu menempuh
kesulitan sedemikian berat!".
Saat itu, hanya Abu Thalib tempat Muhammad berlindung.
Ia merasa amat kesepian jika harus menghadapi
kehidupan Mekah seorang diri, tanpa ada paman di
sampingnya.
"Kepada siapakah Paman akan meninggalkan aku seorang
diri apabila Paman pergi nanti?" tanya Muhammad begitu
mengiba.
Abu Thalib sangat terharu,
"Demi Allah, aku pasti membawanya pergi. Ia tidak
boleh berpisah denganku dan aku tidak boleh berpisah
dengannya selama-lamanya."
*Lihb Si Peramal*
Orang-orang Quraisy sering mendatangi Lihb dengan
membawa anak-anaknya untuk diramal.
Suatu hari, Lihb melihat Muhammad.
"Kemarilah, hai anak muda!" serunya. Namun, Abu Thalib
segera menyembunyikan Muhammad dan membawanya pergi
hingga Lihb berteriak-teriak,
"Celakalah kalian, bawa ke sini anak muda yang aku
lihat tadi! Demi Allah, anak ini akan menjadi orang
besar di kemudian hari!"
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Jamuan Buhaira*
Berangkatlah rombongan kafilah Quraisy menuju ke *Syam
1)*. Ketika tiba di Busra, mereka melewati rumah
ibadah seorang pendeta Nasrani bernama Buhaira. Ia
adalah pendeta yang pandai. Di rumah ibadahnya, selalu
ada pendeta dan umat Nasrani yang menuntut ilmu kepada
Buhaira.
Biasanya, Buhaira tidak pernah menggubris rombongan
Quraisy yang setiap tahun melintas di tempat itu.
Namun, kali ini ada yang berubah pada diri Buhaira.
Ketika rombongan Quraisy, termasuk Abu Thalib dan
Muhammad, singgah di dekat rumah ibadahnya, Buhaira
memerintahkan para pembantunya untuk membuat masakan
yang banyak.
Buhaira berbuat begitu karena dari jendela rumah
ibadahnya, ia melihat hal yang aneh pada rombongan
Quraisy. Ada awan kecil yang bergerak pelan mengikuti
ke mana pun kafilah pergi. Ada sesuatu atau seorang di
dalam kafilah yang dilindungi awan itu dari terik
matahari.
Buhaira bergegas mendatangi kafilah yang tengah
beristirahat di bawah pepohonan rindang dan berkata
"Hai orang-orang Quraisy, sungguh aku telah membuat
makanan untuk kalian. Aku ingin kalian semua, anak
kecil, orang dewasa, budak, dan orang merdeka, singgah
di rumahku"
Salah seorang Quraisy bertanya,
"Demi Allah, hai Buhaira, alangkah istimewanya apa
yang engkau perbuat kepada kami hari ini. Padahal,
kami sering melewati tempat mu ini. Apa yang
sebenarnya terjadi padamu?"
"Engkau benar," jawab Buhaira,
"dulu aku memang seperti yang engkau katakan. Namun,
kalian, semuanya, adalah tamuku kali ini dan aku ingin
menjamu kalian. Aku telah membuat makanan dan kalian
semuanya harus ikut makan."
Dengan senang hati, rombongan Quraisy pun masuk ke
rumah Buhaira untuk memenuhi undangannya. Hanya saja,
Muhammad tidak ikut karena ia masih kecil. Ia
ditugaskan menjaga perbekalan kafilah.
______________
1) Negeri *Syam*
Abu Thalib berangkat tahun 582 Masehi ke negeri Syam.
Syam saat itu adalah sebuah negeri yang wilayahnya
(sekarang) meliputi Syria, Yordania, dan Palestina.
Syam berada di bawah pemerintahan Romawi Timur
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 17
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Percakapan Buhaira*
Akan tetapi, segera saja Buhaira merasakan ada sesuatu
yang kurang dari rombongan Quraisy itu. Maka, ia
kembali mengulangi permintaannya,
"Hai Orang-orang Quraisy, jangan sampai ada yang tidak
makan makananku ini."
Salah seorang Quraisy berkata,
"Hai Buhaira, tidak ada seorang pun tertinggal yang
layak datang kepadamu, kecuali anak muda yang paling
kecil di antara kami. Ia berada di tempat perbekalan
rombongan."
Buhaira menggeleng-geleng kepala,
"Kalian jangan seperti itu. Panggil dia untuk makan
bersama kalian!."
Orang-orang Quraisy merasa malu. Salah seorang dari
mereka bahkan berkata,
"Demi Lata dan Uzza, adalah aib dari kami kalau putra
Abdullah bin Abdul Muthalib tidak ikut makan bersama
kami."
Setelah Muhammad dipanggil, Buhaira memeluknya dan
mendudukkannya bersama rombongan Quraisy yang lain.
Sambil menyaksikan tamu-tamunya makan, sebenarnya mata
Buhaira tertuju kepada Muhammad dengan seksama. Dari
hasil pengamatannya itulah, Buhaira mengambil
kesimpulan dalam hati, "Anak ini mempunyai sifat-sifat
kenabian."
Jamuan selesai. Sambil mengucapkan terimakasih,
rombongan Quraisy pun membubarkan diri menuju tempat
perkemahan mereka untuk beristirahat.
Namun, Buhaira tidak membiarkan Muhammad pergi.
Diajaknya anak itu untuk duduk dan bicara.
"Hai anak muda," panggil Buhaira,
"dengan menyebut nama Lata dan Uzza, aku akan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadamu dan engkau
harus menjawabnya."
Wajah Muhammad tampak berubah dan ia menjawab,
"Jangan bertanya tentang apa pun kepadaku sambil
menyebut nama Lata dan Uzza. Demi Allah, tidak ada
yang sangat aku benci melainkan keduanya."
Buhaira tersenyum dan mengulangi permintaannya,
"Baiklah, kalau begitu aku akan bertanya kepadamu
dengan menyebut nama Allah dan engkau harus menjawab
pertanyaanku."
Wajah Muhammad berubah cerah dan ia mengangguk,
"Tanyakan kepadaku apa saja yang ingin engkau
tanyakan."
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Saran Buhaira kepada Abu Thalib*
Buhaira menanyakan banyak sekali hal kepada Muhammad,
tentang tidur Muhammad, tentang postur tubuh Muhammad,
dan banyak lagi hal lainnya.
Muhammad menjawab semua itu dan semua jawaban itu
sesuai benar dengan perkiraan Buhaira. Kemudian,
Buhaira melihat punggung Muhammad dan mendapati tanda
kenabian di antara kedua bahu Muhammad. Tanda kenabian
itu seperti bekas orang berbekam.
Setelah itu, Buhaira mendekati Abu Thalib dan bertanya
kepada nya, ''apakah anak muda ini anakmu? ''
''Iya, dia anakku." Jawab Abu Thalib
Buhaira menggeleng.
"Tidak, dia bukan anakmu. Anak muda ini tidak pantas
mempunyai ayah yang masih hidup"
Abu Thalib agak tercengang, lalu dia pun mengangguk.
"Kau benar. Dia bukan anakku, dia anak saudaraku"
Buhaira mengangguk-angguk puas lalu bertanya lagi.
"Apa yang dikerjakan ayahnya?"
"Ayahnya telah meninggal dunia ketika dia masih berada
dalam kandungan ibunya "
"Engkau benar" kata Buhaira menghela nafas dalam-
dalam. Kemudian, sambil berbisik, dia menyampaikan
sebuah saran dengan sangat sungguh-sungguh.
"Sekarang, dengar saranku baik-baik. Bawa anak saudara
mu ini ke negeri asalmu sekarang juga! Jaga dia dari
orang-orang Yahudi! Demi Allah, jika mereka melihat
padanya seperti apa yang aku lihat, mereka pasti akan
membunuhnya. sesungguhnya, akan terjadi sesuatu yang
besar pada diri anak saudaramu ini. Karena itu, segera
bawa pulang dia ke negeri asalmu!"
Abu Thalib tampak ketakutan dengan peringatan itu. Dia
yakin bahwa apa yang dikatakan Buhaira itu benar. Maka
dari itu, segera setelah urusan perdagangannya
selesai, Abu Thalib segera membawa Muhammad pulang.
Sesulit apa pun beban hidupnya, Abu Thalib tidak
pernah lagi pergi berdagang ke tempat jauh demi
melindungi keponakannya itu.
*Bushra* (kota di mana Buhaira tinggal)
Jalur yang dilewati kafilah Abu Thalib adalah jalan
kafilah Barat yang menyusuri Laut Merah, Madyan, Wadi
Al Qurra, Hijir, dan Kota Bushra.
Kota Bushra atau Bostra telah lama didirikan Romawi
sebagai ibu kota wilayah Hauran, untuk menahan serbuan
Badui pedalaman.
Di kota ini, Romawi memusatkan pasukan dan
mengumpulkan pajak dari para kafilah.
Bagi kafilah sendiri, Bostra adalah pusat perdagangan
paling ramai sebelum tiba di Syria yang terletak lebih
ke Utara.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 18
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مَّد
*Perlindungan Allah*
Abu Thalib segera melaksanakan apa yg disarankan oleh
Buhaira, karena peringatan itu memang beralasan.
Segera, setelah Abu Thalib dan Muhammad meninggalkan
rumah Buhaira, datanglah 3 orang ahli kitab bernama
Zurair, Daris, dan Tammam kepada Buhaira. Ketiganya
menyandang senjata di pinggang. Mereka bertanya kepada
Buhaira apakah ia juga melihat seorang anak dengan
ciri-ciri seperti ini dan itu.
Buhaira tahu bahwa mereka mencari Muhammad. Rupanya,
ketiga orang ini juga telah mendengar tentang
Muhammad. Buhaira memandang senjata2 yang mereka bawa
dengan perasaan ngeri.
Buhaira tahu mereka mencari Muhammad dengan maksud
membunuhnya. Oleh karena itu, Buhaira berusaha
memberikan perlindungan kepada Muhammad.
Tidak henti-hentinya Buhaira menasihati ketiga tamunya
akan adanya kekuasaan Allah. Diingatkannya bahwa
bagaimanapun usaha mereka, mereka tidak akan mampu
mendekati Muhammad untuk membunuhnya.
Akhirnya, ketiganya pun melihat kebenaran dalam
perkataan Buhaira. Batallah niat mereka untuk mengejar
dan membunuh Muhammad, kemudian berlalulah mereka dari
hadapan Buhaira.
Allah menjaga Muhammad dari kejahatan dan kotoran-
kotoran jahiliyah. Allah membimbing Muhammad tumbuh
menjadi orang yang paling ksatria, paling baik
akhlaknya, paling mulia asal-usulnya, paling baik
pergaulannya, paling agung sikap santunnya, paling
murni kejujurannya, paling jauh dari keburukan dan
akhlak yang mengotori kaum lelaki sehingga semua orang
menjulukinya *"Al Amin"* karena Allah mengumpulkan
sifat-sifat itu pada diri Muhammad.
*Kelak setelah menjadi Rasul,* Muhammad bercerita
tentang perlindungan Allah kepadanya sejak masa kecil
dari segala bentuk kejahiliyahan. Rasulullah bersabda,
"Pada masa kecilku, aku bersama anak-anak kecil
Quraisy mengangkut batu untuk satu permainan yang
biasa dilakukan anak-anak. Semua dari kami melepas
baju untuk alas di atas pundak (sebagai ganjalan)
untuk memikul batu.
"Aku maju dan mundur bersama mereka. Namun, tiba-tiba
seseorang yang belum pernah aku lihat sebelumnya
menamparku dengan tamparan yang amat menyakitkan. Ia
berkata, 'Kenakan pakaianmu!' Kemudian, aku mengambil
pakaianku dan memakainya. Setelah itu, aku memikul
batu di atas pundakku dengan tetap mengenakan pakaian
dan tidak seperti teman temanku."
*Membantu Paman*
Muhammad juga pernah menjadi gembala sewaan, untuk
membantu Abu Thalib yang hidup dalam kemiskinan
*Perang Fijar*
Sebagai seorang remaja yang tumbuh di lingkungan
Jazirah Arab. Muhammad juga mengalami perang. Perang
itu disebut Perang Fijar.
Saat peperangan dimulai, Umur Muhammad memasuki lima
belas tahun.
Perang itu sendiri disebabkan sebuah pembunuhan.
Barradz bin Qois dari Bani Kinanah membunuh Urwa Ar-
Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin, hanya karena
Barradz jengkel ketika Urwa dipilih untuk memimpin
kafilah dagang Nu'man bin Mundhir yang kaya.
Diam diam , Barradz mengikuti kafilah Urwa dari
belakang dan membunuh Urwa.
Padahal ketika itu adalah bulan suci, bulan yang tidak
diperkenankan bagi siapa pun untuk menumpahkan darah.
Karena Quraisy pelindung Barradz, Bani Hawazin
mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas
kematian Urwa. Perang pun pecah pada bulan suci.
Selama empat tahun berturut-turut, kedua belah pihak
saling menyerang.
Dalam pertempuran itu, awalnya Muhammad bertugas
memunguti anak panah lawan yang berjatuhan dan
memberikannya kepada paman-pamannya. Namun, pada
tahun-tahun berikutnya, dia juga meluncurkan panah ke
arah lawan untuk melindungi paman-pamannya.
Perang pun berakhir dengan perdamaian ala pedalaman:
pihak yang menderita lebih sedikit korban manusianya
harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya
sejumlah selisih kelebihan korban. Dalam hal ini,
pihak Quraisy yang lebih sedikit menderita korban
harus membayar kelebihan korban sebanyak dua puluh
orang Hawazin.
*Barradz bin Qois*
Barradz bin Qois, si penyebab Perang Fijar, adalah
seorang pemabuk.
Karena merusak citra sukunya, dia diusir dan mendapat
naungan suku lain. Namun di sana, dia juga mabuk berat
dan membuat onar kemudian diusir lagi.
Akhirnya, Harb bin Muawiyah, ayah Abu Sofyan,
menampungnya walaupun hampir saja Barradz bin Qois
diusir lagi, karena terus berbuat onar.
Dikarenakan perlindungan Harb dari Quraisy inilah,
Bani Hawazin menyerang Quraisy ketika Barradz bin Qois
membunuh Urwa bin Utba.
*(Bersambung)....*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian ke 19
*HILFUL FUDHUL*
Selain mengikuti peperangan, Muhammad yang masih
remaja juga mengikuti sebuah perjanjian yang amat
baik. Perjanjian itu kelak dikenal dengan nama Hilful
Fudhul.
Perjanjian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak para
pedagang asing yang sering kali terdzalimi. Pencetus
perjanjian ini adalah protes seorang pedagang asing
dari Yaman.
Saat itu, Ash bin Wa'il, seorang saudagar Mekah, tidak
mau membayar utang kepada si pedagang. Pedagang itu
lalu menggubah syair dan membacakannya di depan umum.
Syair ini amat menggugah perasaan para pemuka Quraisy.
Mereka khawatir apabila dibiarkan terus, para pedagang
Asing tidak mau lagi memasuki Mekah. Apalagi Perang
Fijar mengakibatkan mulai terjadinya perpecahan di
pihak Quraisy.
Sepeninggal Abdul Munthalib, orang-orang Quraisy dari
keluarga yang lain sudah mulai berani mencoba
menentang kekuasaan pemerintahan Quraisy. Maka dari
itu, atas usulan Zubair bin Abdul Munthalib, seorang
paman Muhammad, orang-orang Quraisy dari keluarga
Hasyim, Zuhra, Taim berkumpul. Mereka bersepakat dan
berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas bahwa Tuhan
akan berada di pihak yang terdzalimi, sampai orang itu
tertolong.
Pertemuan ini sendiri berlangsung di rumah Abdullah
bin Jud'an At Taimi yang megah. Perjanjian Hilful
Fudhul ini menjamin perlindungan terhadap hak-hak
orang lemah. Muhammad ikut menyaksikan perjanjian dan
amat menyukainya.
Di kemudian hari, setelah diutus menjadi seorang
Rosullullah, Muhammad bersabda: " _Aku tidak suka
mengganti perjanjian yang kuhadiri di rumah Ibn Jud'an
itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku
diajak, pasti akan kutolak_"
*Besarnya Diyat*
Diyat adalah pembayaran ganti rugi.
Untuk kematian/wajah cacat total ganti ruginya
sebanyak 100 ekor unta. Satu kaki/tangan/mata jadi
buta diganti dg 50 ekor unta.
Jika wajah cacat total, nilai gantinya 100 unta.
Luka sampai menembus otak, 33 ekor unta.
Cacat kelopak mata, 25 ekor unta.
Satu jari hilang/tulang retak, 15 ekor unta.
Luka sampai tulang kelihatan, 10 ekor unta.
Satu gigi copot, 5 ekor unta.
Demikian seterusnya dalam ketetapan yang rinci.
*MENGGEMBALAKAN KAMBING*
Muhammad melewati masa remajanya dengan menggembalakan
kambing. Beliau pernah berkata kepada para sahabatnya,
"Musa diutus, dia menggembala kambing. Daud diutus,
dia menggembala kambing. Aku diutus juga menggembala
kambing keluargaku di Ajyad."
Sambil menggembala, pikiran Muhammad menerawang,
"Siapa yang menciptakan bintang-bintang yang begitu
kemilau? Siapa yang membuat udara untuk kuhirup? Siapa
yang membuat jantungku berdetak? Siapa yang membuat
matahari mengejar bulan dan bulan mengejar matahari?"
Ribuan pertanyaan seperti itu membuat Muhammad selalu
sibuk berpikir. Hal itu membuat akhlak beliau terjaga
demikian baik dari perbuatan buruk yang sering terjadi
di Mekah.
Pada saat itu, orang menyembah patung di mana-mana,
laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri sering
pergi berduaan, orang-orang melakukan thawaf tanpa
busana, pesta mabuk-mabukan setiap malam, dan masih
banyak keburukan lain.
Meski demikian, pernah juga Muhammad ingin pergi ke
kota untuk melihat sebuah pesta pernikahan.
"Tolong jaga kambing-kambingku," pinta Muhammad kepada
seorang teman gembalanya.
"Baiklah, memang sudah giliranmu yang pergi bersenang-
senang," kata teman Muhammad.
"Selama ini, kami selalu ada di padang gembala seperti
seorang pertapa."
Muhammad pun pergi memasuki Mekah.
Di ujung kota, ia melihat ada sebuah pesta pernikahan
yang dipenuhi berbagai hiburan dan musik.
Namun, belum sempat Muhammad tiba dirumah itu,
tubuhnya tiba tiba disergap keletihan. Muhammad duduk
bersandar di dinding dan tertidur lelap sampai pagi.
Ia tidak sempat melihat tontonan di pesta sedikit pun.
Esok harinya, Muhammad datang lagi ke Mekah dengan
maksud yang sama. Kali ini, sebelum ia tiba di tempat
pesta, telinganya mendengar musik indah yang turun
dari langit, musik yang jauh lebih indah daripada
semua musik di dunia ini. Musik itu membuai Muhammad
dan ia pun kembali tertidur.
Sejak itu, Muhammad tidak lagi berminat
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 20
*Khadijah*
Namanya Khadijah binti Khuwalid. Sosoknya cantik dan
anggun. Setelah ayah dan ibunya meninggal, saudara-
saudara Khadijah saling membagi harta kekayaan
peninggalan orangtuanya. Namun, Khadijah sadar bahwa
kekayaan dapat membuat orang hidup menganggur dan
berfoya-foya.
Dia dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan kekuatan
sikap untuk mengatasi godaan harta. Maka dari itu,
Khadijah pun memutuskan untuk membangun kekayaannya
sendiri berbekal warisan orangtuanya.
Tidak lama kemudian, Khadijah telah membuktikan bahwa
kalau pun tidak mendapat harta warisan, dia mampu
mendapatkan kekayaan itu dari hasil jerih payahnya
sendiri.
Dengan harta yang diperolehnya, Khadijah membantu
orang-orang miskin, janda, anak-anak yatim, dan orang-
orang cacat. Jika ada seorang gadis yang tidak mampu,
Khadijah menikahkan dan memberi mas kawinnya. Khadijah
lembut dan ramah. Walau menjadi pemimpin tertinggi
dalam menjalankan bisnis keluarga sepeninggal Ayahnya,
dia juga mau menerima saran-saran orang lain. Khadijah
tidak menyukai adanya jarak hubungan antara atasan dan
bawahan. Dia menganggap bawahan sebagai rekan kerja
yang pantas dihormati.
Khadijah sendiri selalu tinggal di rumah. Karena itu,
biasanya dia minta bantuan seorang agen, jika sebuah
kafilah sedang dipersiapkan untuk pergi ke luar
negeri. Orang yang dimintai bantuan itu
bertanggungjawab membawa barang-barang dagangannya
untuk dijual ke pasar-pasar asing. Khadijah sangat
teliti memilih seorang agen. Dia juga sangat lihai
merencanakan waktu keberangkatan kafilah dan tempat
tujuannya sebab barang akan terjual dengan cepat pada
waktu dan tempat yang tepat.
Begitu suksesnya Khadijah sebagai seorang saudagar,
sampai-sampai jika sebuah kafilah Quraisy berangkat
dari Mekah, bisa dipastikan lebih dari separuhnya
adalah harta perdagangan milik Khadijah. Dia seperti
mempunyai sentuhan emas. Diibaratkan jika dia
menyentuh debu, debu ini akan berubah menjadi "emas".
Karena itu penduduk Mekah menjulukinya "Ratu Quraisy"
atau "Ratu Mekah".
Kalau hanya kekayaan yang menjadi ukuran, tentu Allah
tidak akan menjadikan Khadijah *(kelak)* sebagai istri
seorang rosul. Pasti ada sifat lain yang lebih utama
yang membuatnya sepadan dengan Muhammad
Catatan
Sebuah kafilah dagang pada masa itu ibarat kampung
bergerak. Hewan beban berjumlah 1000 sampai 2500 ekor
dan diiringi seratus sampai tiga ratus orang. Kafilah
perlu organisasi yang baik, biaya besar, dan
keberanian yang cukup. Jika ada perampok, seluruh
anggota kafilah harus berani menyabung nyawa untuk
mempertahankan harta yang dibawanya.
*Wanita Suci*
Khadijah mempunyai seorang paman bernama Waraqah bin
Naufal. Waraqah adalah sanak saudara Khadijah yang
paling tua. Dia Sangat mengutuk kebiasaan bangsa Arab
Jahiliah yang menyembah berhala sehingga menyimpang
jauh dari apa yang diajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail. Waraqah sendiri adalah hamba Allah yang setia
dan lurus. Dia tidak pernah meminum minuman keras dan
berjudi. Dia murah hati terhadap orang-orang miskin
yang membutuhkan pertolongannya.
Khadijah sangat terpengaruh pemikiran Waraqah bin
Naufal. Khadijah juga sangat membenci berhala dan
patung-patung sesembahan.
Bersama beberapa keluarganya, Khadijah adalah pengikut
setia ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Jika mendengar ada seorang anak perempuan akan dikubur
hidup-hidup. Waraqah dan Khadijah akan segera menemui
sang Ayah dan mencegah perbuatannya. Jika kemiskinan
yang menjadi alasan rencana pembunuhan itu, Khadijah
dan Waraqah akan membeli anak itu dan membesarkannya
seperti anak kandung sendiri.
Sering kali beberapa waktu setelah itu, ayah si anak
menyesali perbuatannya dan mengambil putrinya kembali.
Waraqah dan Khadijah akan memastikan dulu bahwa anak
itu akan diasuh dengan benar dan disayangi, setelah
itu barulah dia mengizinkan sang Ayah membawa pulang
anaknya kembali.
Budi pekerti Khadijah yang agung, santun, lembut dan
penuh keteladanan ini membuat semua orang menjulukinya
juga sebagai *Khadijah At Thahirah* atau Khadijah yang
suci.
Pertama kalinya dalam bangsa Arab seorang wanita
dijuluki demikian, padahal orang Arab pada masa
jahiliah itu sangat mengagungkan laki-laki dan
merendahkan wanita.
Catatan
Selain Khadijah, ada pula beberapa saudagar wanita
terkenal.
Di antaranya adalah:
~ Hindun, istri Abu Sofyan dan
~ Asma binti Mukharribah, ibu Abu Jahl.
Para Saudagar wanita ini biasanya juga menjual
keperluan wanita, seperti pakaian, parfum, perhiasan
emas dan perak, permata dan obat-obatan. Barang-barang
ini tidak memerlukan banyak ruang, ringan dan laku
keras di mana-mana.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 21
*Pembicaraan Abu Thalib*
Pada musim semi tahun 595 Masehi, para pedagang Mekah
kembali mulai menyusun kafilah perdagangan musim panas
mereka, untuk membawa barang dagangan ke Syria.
Khadijah juga sedang mempersiapkan barang dagangannya,
tetapi ia belum menemukan seseorang untuk menjadi
pemimpin kafilahnya. Beberapa nama diusulkan orang,
namun, tidak satu pun yang berkenan di hatinya.
Mendengar itu, Abu Thalib mendatangi Khadijah dan
menawarkan kepadanya Muhammad, keponakannya yang baru
berusia 25 tahun, untuk menjadi agen Khadijah. Abu
Thalib tahu bahwa Muhammad belum cukup berpengalaman,
tetapi ia sangat yakin bahwa Muhammad lebih dari
sekadar mampu.
Sebagaimana penduduk Mekah yang lain, Khadijah pun
telah mendengar nama Muhammad. Satu hal yang Khadijah
yakin adalah kejujuran Muhammad. Bukankah orang Mekah
menjulukinya "Al Amin" atau "Orang yang bisa
dipercaya". Maka, Khadijah menyetujui tawaran Abu
Thalib. Bahkan ia hendak memberi imbalan dua kali
lipat kepada Muhammad dari yang biasa diberikan kepada
orang lain. Oleh karena itu, Abu Thalib pulang dengan
gembira.
Segera saja Abu Thalib dan Muhammad menemui Khadijah
yang kemudian menerangkan tentang seluk beluk
perdagangan. Otak Muhammad yang cerdas bekerja dengan
tangkas. Ia segera memahami semuanya. Tidak satu
penjelasan pun yang ia minta untuk diterangkan ulang.
Maka, kafilah pun disiapkan dengan suara riuh rendah.
Khadijah menyertakan seorang pembantu laki-lakinya
yang terpercaya, Maisarah, untuk mendampingi Muhammad
di perjalanan. Diantar Abu Thalib dan paman-pamannya
yang lain, Muhammad datang pada hari yang telah
ditentukan. Mereka disambut seorang paman Khadijah
yang sedang menanti mereka dengan surat-surat
perdagangan.
Pemimpin kafilah membunyikan tanda dan semuanya segera
berangkat. Pada musim panas, kafilah Mekah berangkat
menjelang senja dan terus berjalan pada malam hari.
Mereka beristirahat pada siang hari karena perjalanan
siang akan sangat melelahkan semua orang.
Maka, berangkatlah Muhammad menempuh jalur yang pernah
ditempuh bersama pamannya 13 tahun yang lalu.
*Imbalan untuk Muhammad*
Imbalan yang diberikan Khadijah untuk seorang agen
adalah dua ekor unta. Akan tetapi, Abu Thalib minta
empat ekor unta. Maka, Khadijah pun menjawab,
"Kalau permintaan itu bagi orang yang jauh dan tidak
kusukai saja akan kukabulkan, apalagi buat orang yang
dekat dan kusukai."
*Berdagang ke Syam*
Dalam perjalanan, Muhammad mengenali bahwa Maisarah
adalah teman yang baik. Dengan senang hati, Maisarah
menunjukkan dan menceritakan sejarah berbagai tempat
menarik yang mereka lewati. Muhammad juga menemui
bahwa anggota kafilah yang lain sangat ramah dan akrab
terhadapnya.
Setelah satu bulan berjalan, tibalah mereka di Syria.
Setelah beristirahat beberapa hari, mulailah para
pedagang menuju ke pasar. Walaupun ini adalah
pengalaman pertama. Muhammad sama sekali tidak bingung
dengan tugasnya. Maisarah tercengang melihat kelihaian
Muhammad mengambil keputusan, pikirannya yang tajam,
serta kejujurannya. Semua barang yang mereka bawa laku
terjual dengan jumlah keuntungan yang belum pernah
didapatkan Khadijah sebelum itu.
Setelah itu, Muhammad membeli barang-barang
berkualitas yang akan dibawa pulang ke Mekah untuk
dijual dengan harga tinggi.
Di Syria, setiap orang yang berjumpa dengan Muhammad
pasti sangat terkesan olehnya. Penampilan Muhammad
sangat memesona, ramah, dan sangat besar perhatiannya
pada setiap orang. Di tengah-tengah kesibukan itu,
Maisarah melihat bahwa Muhammad selalu memanfaatkan
setiap waktu senggang untuk menyendiri dan berpikir.
Ini benar-benar tidak lazim bagi Maisarah. Ia tidak
menyadari bahwa tuan mudanya ini memang sangat
terbiasa meluangkan waktu untuk memikirkan nasib umat
manusia.
Muhammad juga amat heran melihat perpecahan berbagai
kelompok Nasrani di Syria. Setiap masing-masing dari
mereka memiliki jalan dan pendapat sendiri padahal
seharusnya mereka bergabung dalam satu kelompok.
Manakah yang paling benar dari semuanya itu. Pikiran-
pikiran seperti ini membuat mata Muhammad selalu
terbuka pada saat orang-orang lain terlelap tidur.
Akhirnya, waktu untuk pulang pun tiba. Oleh-oleh untuk
handai tolan pun dibeli dan semua barang dikemas.
Waktu pulang adalah waktu yang paling menggembirakan
karena mereka akan berjumpa lagi dengan orang-orang
tercinta di kampung halaman. Mereka tidak sabar lagi
mendengar tawa ria anak-anak mereka saat kembali nanti
dan mereka sadar jika waktu itu tiba, tidak akan kuat
lagi mereka menahan air mata.
*Hari Jum'at*
Hari Jum'at pada zaman jahiliyah adalah hari bersuka
ria di seluruh jazirah. Semua orang sibuk di pasar.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa, pernah terjadi,
khutbah Jum'at Rasulullah hampir terganggu, karena
saat itu datang kafilah membawa barang dagangan.
Pada hari Jum'at, semangat berdagang mengaliri darah
semua orang pada saat itu.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 22
*Perasaan Khadijah*
Setelah beberapa bulan, kafilah Mekah pun datang
kembali. Di tempat perhentian Marr Al Zahran, sehari
perjalanan dari Mekah, para agen biasanya mendahului
datang ke Mekah untuk memberi laporan perdagangan.
Muhammad pun demikian. Ia lebih dulu tiba di Mekah.
Namun, sebelum bertemu Khadijah, ia berthåwaf dulu
tujuh keliling mengelilingi Ka'bah.
Dari atas balkonnya yang megah, Khadijah bergegas
datang menyambut dan Muhammad pun melaporkan hasil
penjualan, barang yang dibeli, serta berbagai
pengalaman kecil dalam perjalanan. Saat itu, Khadijah
sudah sangat terkesan dengan hasil yang diperoleh
Muhammad, tetapi itu belum seberapa. Setelah Muhammad
pulang, Maisaråh menceritakan sendiri kesan-kesannya
terhadap Muhammad.
"Sungguh, belum pernah aku melihat pemuda yang
demikian sempurna memandang masa depan. Keputusan-
keputusannya selalu tepat dan perkiraannya tidak
pernah salah. Ia juga sangat jujur dan sopan,"
demikian sebagian kisah Maisaråh.
Khadijah betul-betul sangat terkesan dengan agen
barunya itu. Waraqah bin Naufal pun datang dan
mendengar sendiri kisah Maisarah tentang Muhammad. Ada
hal yang aneh pada diri Maisarah. Biasanya, ia sangat
menekankan laporannya pada masalah-masalah bisnis.
Akan tetapi, kini persoalan dagang seolah-olah menjadi
hal kecil. Yang dibicarakan Maisarah kali ini hanya
tentang Muhammad, Muhammad, dan Muhammad. Padahal,
keuntungan yang mereka dapat kali ini benar-benar luar
biasa. Jika dikatakan bahwa Khadijah memiliki
"Sentuhan Emas", tepatlah apabila Muhammad disebut
memiliki "Sentuhan penuh berkah".
Ketika Waraqah telah mendengar semua itu, ia tenggelam
dalam pemikiran yang sungguh-sungguh. Setelah cukup
lama berdiam diri, ia berkata kepada Khadijah,
"Mendengar darimu dan dari Maisarah mengenai Muhammad
dan juga dari apa yang kulihat sendiri, aku
berpendapat bahwa ia memiliki semua sifat dan
kemampuan sebagai seorang utusan Allah. Mungkin dialah
yang ditakdirkan untuk menjadi salah seorang di antara
para rasul pada masa yang akan datang."
*Pernikahan Agung*
Khadijah memiliki teman seorang wanita bangsawan
bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu setelah
suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan
Quraisy yang melamarnya, namun Khadijah menolak.
Nafisah tahu bahwa Khadijah takut semua lamaran itu
hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu,
Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah
adalah seorang laki-laki berakhlak agung. Nafisah juga
tahu bahwa ada satu laki-laki yang seperti itu di
Mekah, ia adalah Muhammad.
Karena itulah, begitu Khadijah membuka diri kepadanya
tentang Muhammad, Nafisah tidak terkejut lagi.
Khadijah meminta Nafisah mencari jalan untuk
mengetahui bagaimana pandangan Muhammad tentang
dirinya. Maka, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang
dari Ka'bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun
bertanya,
"Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda.
Banyak lelaki yang lebih muda dari Anda telah menikah
dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak.
Mengapa Anda tidak menikah?"
"Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum
mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah."
"Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik,
kaya, dan terhormat mau menikah dengan Anda walaupun
Anda belum mampu?"
Muhammad balik bertanya dengan sedikit terperangah,
"Siapakah wanita itu?"
Nafisah tersenyum, "Wanita itu adalah Khadijah putri
Khuwailid."
Alis Muhammad tambah terangkat,
"Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah
denganku? Bukankah Anda tahu bahwa banyak bangsawan
kaya raya dan kepala-kepala suku di Arab ini yang
telah melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?"
"Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan
semuanya kepadaku. Aku akan mengurus semuanya."
Ketika itu Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun
mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun
dilangsungkan.
Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-
pamannya yang ikut berbahagia.
*Perawakan Muhammad*
Jarang ada pernikahan dilangsungkan demikian agung.
Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan pembesar
Mekah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda
yang gagah diiringi para pemuda Bani Hasyim yang
menghunus pedang. Sementara itu, kaum wanita Bani
Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah
mempelai wanita.
Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi
cahaya lilin dalam lampion-lampion yang digantung
dengan rantai-rantai emas. Setiap lampion terdiri atas
7 batang lilin.
Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk
menyambut para tamu yang datang menjelang sore hari.
Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan
brokat digantung begitu serasi. Lantainya tertutup
karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.
Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya
seperti matahari terbit. Ia mengenakan pakaian
pengantin yang sangat indah dan jarang ada duanya saat
itu. Abu Thalib adalah wakil mempelai laki-laki dalam
memberi sambutan, sedangkan Waraqah bin Naufal adalah
wakil pengantin wanita.
Tidak ada laki-laki segagah Muhammad. Paras wajahnya
tampan dan indah. Perawakannya sedang, tidak terlampau
tinggi, juga tidak pendek. Rambutnya hitam sekali dan
bergelombang. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang
alis yang lengkung, lebat dan bertaut. Sepasang
matanya lebar dan hitam, di tepi putih matanya agak
kemerahan, tampak lebih menarik dan kuat. Pandangannya
tajam dengan bulu mata yang hitam pekat. Hidungnya
halus dengan barisan gigi yang bercelah-celah.
Cambangnya lebar, berleher jenjang, dan indah. Dadanya
lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya
terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kaki
yang tebal. Jika berjalan, badannya agak condong ke
depan, melangkah cepat-cepat, dan pasti. Air mukanya
membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan
matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh
kepadanya.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 23
*Sifat Muhammad*
Muhammad telah mendapat karunia Allah dengan
pernikahan ini. Dari seorang pemuda tidak kaya, Allah
telah mengangkatnya menjadi laki-laki berkedudukan
tinggi dengan harta yang mencukupi.
Seluruh penduduk Mekah memandang pernikahan ini dengan
gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang
hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal
ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama
Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah
akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta
berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa
Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing
istrinya menuju kebahagiaan hidup.
Kehidupan berlanjut dan keikutsertaan suami istri itu
dalam pergaulan yang baik dengan masyarakat membuat
orang semakin menghormati mereka. Walau telah mendapat
kehormatan demikian itu, Muhammad tetaplah seorang
yang rendah hati. Itu adalah sifatnya yang menonjol.
Jika ada yang mengajaknya berbicara, tidak peduli
siapa pun itu, ia akan mendengarkan dengan penuh
perhatian tanpa menoleh kepada orang lain. Tidak saja
mendengarkan dengan hati-hati, Muhammad bahkan memutar
badannya untuk menghadap orang yang mengajaknya
berbicara.
Semua orang tahu bahwa bicara Muhammad sedikit. Ia
justru lebih banyak mendengarkan pembicaraan orang
lain. Selain bicara, Muhammad bukanlah orang yang
tidak bisa diajak bergurau. Ia sering juga membuat
humor dan mengajak orang lain tertawa, tetapi apa yang
ia katakan dalam bergurau sekali pun adalah sesuatu
yang benar.
Orang menyukai Muhammad yang apabila tertawa, tidak
pernah sampai terlihat gerahamnya. Apabila marah,
tidak pernah sampai tampak kemarahannya. Orang tahu ia
marah hanya dari keringat yang tiba-tiba muncul di
keningnya. Muhammad selalu menahan marah dan tidak
menampakkannya keluar.
Orang-orang menyayangi Muhammad karena ia lapang dada,
berkemauan baik, dan menghargai orang lain. Ia
bijaksana, murah hati, dan sangat mudah bergaul dengan
siapa saja. Namun, dibalik semua kelembutan itu, ia
mempunyai tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas,
dan tidak pernah ragu-ragu dalam tujuannya. Sifat-
sifat demikian berpadu dalam dirinya sehingga
menimbulkan rasa hormat yang dalam bagi orang-orang
yang bergaul dengan Muhammad.
*Mahar Pernikahan*
"Saksikanlah para hadirin," kata Waraqah bin Naufal
dengan suara agak keras. "Saksikanlah bahwa aku
menikahkan Khadijah dengan Muhammad, dengan mas kawin
senilai 12 ekor unta betina."
*Kambing Sedekah*
Setelah upacara resmi pernikahan selesai, Muhammad
memerintahkan agar seekor kambing disembelih di depan
pintu rumah Khadijah dan membagikan dagingnya kepada
fakir miskin. Itu belum termasuk para undangan yang
menghadiri jamuan pada malam harinya.
Jadi, selain diundang jamuan makan, fakir miskin pun
dapat membawa pulang ke rumah beberapa kantung daging.
*Baqum Si Pedagang Romawi*
Muhammad bukankah orang yang suka berpangku tangan,
tetapi aktif bergaul dalam masyarakat. Suatu hari
terjadilah sebuah peristiwa yang membuat nama Muhammad
menjadi semakin harum. Peristiwa itu didahului oleh
banjir besar yang melanda Mekah. Bukit-bukit di
sekitar Mekah tanpa ampun menumpahkan air hujan yang
jarang turun itu ke kota yang tepat berada di bawah.
Banjir itu menyebabkan dinding Ka'bah yang memang
sudah lapuk jadi retak dan terancam runtuh.
Sebenarnya, sebelum banjir tiba, sudah ada gagasan
untuk memperbaiki Ka'bah, tetapi orang-orang takut
apabila Tuhan Ka'bah marah. Setelah banjir, tidak bisa
dielakkan lagi bahwa dinding Ka'bah harus diperbaiki
dan ditinggikan.
Sudah menjadi takdir Allah bahwa waktu itu juga
tersiar berita ada sebuah kapal Romawi terdampar di
laut Merah, dekat dengan pelabuhan Syu'aibah. Kapten
kapal Romawi itu adalah seorang Nasrani yang berasal
dari Mesir. Baqum, namanya.
Orang-orang Mekah mengutus Walid bin Mughirah dan
serombongan orang untuk membeli kapal itu, membongkar
kayu kayunya, dan mengangkutnya untuk membangun
kembali Ka'bah. Baqum pun akhirnya dikontrak sebagai
ahli kayu.
Pada mulanya, tidak seorang pun berani membongkar
dinding Ka'bah walau sedikit, karena takut dikutuk
Tuhan. Mungkin mereka masih ingat dengan jelas apa
yang menimpa Abrahah dan pasukan gajahnya saat ingin
menghancurkan Ka'bah.
Akan tetapi, akhirnya, Walid bin Mughirah memberanikan
diri merombak sudut bangunan bagian selatan. Setelah
itu, ia menunggu sampai besok. Ketika pagi tiba dan ia
tidak juga dikutuk, mereka pun mulai melakukan
pembenahan Ka'bah.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 24
*Membangun Ka'bah*
Dalam pengerjaan Ka'bah orang-orang Quraisy dibagi
menjadi empat bagian. Setiap kabilah masing-masing
mendapat pekerjaan satu sudut yang harus dirombak dan
dibangun kembali.
Pemugaran Ka'bah dimulai dengan memindahkan patung
Hubal dan patung kecil lainnya. Setelah itu, pekerjaan
dilanjutkan dengan membersihkan pelataran dan
membongkar dinding serta fondasi. Muhammad ikut
terlibat dalam pekerjaan yang berlangsung berhari-hari
itu.
Ada sebuah batu fondasi berwarna hijau yang tidak bisa
dibongkar dengan cara apa pun. Karena itu, batu itu
mereka biarkan. Selanjutnya, didatangkanlah batu-batu
granit biru dari bukit sekitarnya. Sebuah bahan
pencampur semen bernama bitumen yang didatangkan dari
Syria pun mulai digunakan.
Pemugaran Ka'bah ini sebenarnya lebih menyerupai
perbaikan hasil karya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Pondasi Ka'bah ditinggikan sampai empat hasta ditambah
satu jengkal atau sekitar dua meter. Dalamnya diuruk
tanah menjadi lantai yang sulit dicapai air apabila
banjir datang kembali. Bersamaan dengan itu, pintu di
sisi timur laut pun diangkat setinggi pondasi. Dinding
dinaikkan sampai 18 hasta. Saat itulah Ka'bah mulai
diberi atap bekas kapal yang kandas itu. Sebuah tangga
untuk naik turun juga disiapkan. Kini Ka'bah bebas
dari banjir. Isinya terlindungi dari hujan, panas dan
tangan jahil pencuri.
Pembangunan berjalan lancar sesuai dengan rencana
sampai dinding tembok mencapai tinggi satu setengah
meter dan tiba saatnya batu hitam, Hajar Aswad,
ditempatkan kembali ke tempatnya semula di sudut
timur.
Karena ini merupakan upacara suci penuh kehormatan,
berebut lah setiap kabilah untuk melaksanakannya.
Kabilah Abdu Dar merasa lebih berhak daripada Kabilah
lain sehingga kedua kelompok saling beradu mulut
sampai suasana menjadi semakin panas.
Di tengah keadaan itu, muncul Abu Umayyah bin Al
Mughirah. Ia adalah orangtua yang dihormati dan
dipatuhi. Ia pun mengajukan sebuah usul yang disetujui
oleh semua pihak, "Serahkanlah putusan ini di tangan
orang yang pertama kali memasuki pintu Shafa."
*HAJAR ASWAD*
Ternyata yang datang pertama kali dari pintu Shafa
adalah Muhammad. Orang-orang pun bersorak lega.
"Ini dia Al Amin" seru mereka.
"Dia adalah orang yang bisa dipercaya. Kami yakin dia
bisa memecahkan persoalan ini. Kami akan menerima
putusannya."
Orang-orang Quraisy pun menceritakan persoalan yang
mereka alami. Muhammad yang saat itu belum berumur 30
tahun, memandang mereka dengan matanya yang teduh dan
bijaksana. Muhammad melihat berkobarnya api permusuhan
pada mata setiap orang dari masing-masing kabilah
Quraisy. Keadaan ini benar-benar genting. Kalau salah
mengambil keputusan, akan terjadi pertumpahan darah di
antara kabilah-kabilah itu.
Muhammad berpikir sejenak, lalu dia berkata,
"tolong bawakan sehelai kain."
Kain pun segera diberikan. Muhammad mengambil dan
menghamparkan kain itu. Dia lalu mendekati Hajar
Aswad. Diangkatnya batu hitam itu dan diletakkan di
tengah-tengah.
"Hendaknya, setiap ketua kabilah memegang ujung kain
ini," kata beliau lagi.
Kemudian, para ketua kabilah memegang ujung kain dan
bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Di tempat Hajar
Aswad semula berada. Muhammad mengangkat dan
meletakkannya kembali.
Semua pihak merasa amat puas dengan keputusan Muhammad
yang adil itu. Demikianlah, pada waktu muda.
Rasulullah telah menjadi orang yang cerdas dan
bijaksana.
*Putra Putri Muhammad*
Khadijah adalah wanita teladan yang terbaik. Beliau
wanita yang penuh kasih, setia, dan menyerahkan
seluruh hidupnya untuk suami tercinta. Khadijah juga
wanita yang subur. Setelah lima belas tahun berumah
tangga, Khadijah melahirkan enam orang anak. Mereka
adalah:
Ruqayyah, Zainab, Ummi Kultsum, Fatimah, Qasim dan
Abdullah.
Namun, Qasim dan Abdullah wafat ketika masih bayi,
sedangkan keempat anak perempuan yang lain tetap hidup
hingga dewasa. Kita dapat membayangkan betapa sedihnya
Muhammad dan Khadijah kehilangan kedua putra mereka.
Ketika pulang ke rumah dan duduk di samping Khadijah,
Muhammad sering melihat kesedihan di wajah istrinya
itu . Saat itu, mempunyai anak laki-laki bagi
masyarakat jahiliah adalah hal yang amat penting dan
dianggap sebagai sebuah kebanggaan. Sebaliknya,
mempunyai anak perempuan adalah hal yang amat
memalukan, bahkan banyak orang yang memilih mengubur
bayi perempuannya hidup-hidup dari pada
membesarkannya.
Tentu saja Muhammad dan Khadijah tidak merasa malu
memiliki anak-anak perempuan. Mereka menyayangi semua
anak mereka tanpa pilih kasih. Apalagi putri bungsu
mereka, Fatimah, yang saat itu masih berusia lima
tahun, anak cantik yang sedang lucu-lucunya. Hanya
saja kehilangan dua anak laki-laki yang masih bayi
merupakan derita yang berat bagi orangtua mana pun.
*Kekayaan Terbesar*
Rasulullah pernah berkata bahwa kekayaan terbesar
adalah istri yang salehah. Khadijah adalah kekayaan
terbesar Rasulullah pada saat-saat paling sulit dalam
hidup beliau.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 25
*Rumah Tangga Muhammad*
Muhammad selalu membuat suasana rumahnya menjadi hidup
dengan canda dan keramahan. Beliau suka berkelakar
kepada siapa pun. Bukan hanya kepada istri dan putri-
putrinya, beliau juga amat ramah kepada pembantunya.
Sejak muda, Rasulullah amat gemar memakai parfum. Bau
wewangian itu akan membuat orang-orang di sekitar
beliau merasa senang. Rasulullah tidak menyukai baju
berwarna merah. Beliau lebih suka baju berwarna lurik
atau putih. Rasulullah juga gemar memakai surban
dengan salah satu ujungnya menggelantung antara
pundak.
Beliau tidak pernah menggunakan baju yang seluruhnya
terbuat dari sutera.
Kemudian datanglah satu orang yang amat Rasulullah
sayangi. Begitu sayangnya sampai beliau mengangkatnya
sebagai anak.
*Zaid bin Haritsah*
Suatu hari, keponakan Khadijah yang bernama Hakim bin
Hizam membawa seorang budak laki-laki bernama Zaid bin
Haritsah. Zaid dibawa ke rumah Khadijah dalam keadaan
mengenaskan. Lehernya dibelenggu sehingga ia terpaksa
merangkak seperti seekor kuda. Bunda Khadijah membeli
Zaid dan memperlakukannya dengan baik.
Muhammad amat menyukai Zaid. Apalagi ketika Zaid
bercerita bahwa ia dijadikan budak dengan cara
diculik.
Lima belas tahun yang lalu, Zaid kecil sedang berjalan
pulang bersama ibunya ketika datang para perampok
gurun. Zaid disergap dan dibawa lari. Sejak itulah ia
hidup sebagai seorang budak yang diperjualbelikan ke
sana kemari. Nasiblah yang membawanya bertemu dengan
Rasulullah, orang yang amat Zaid cintai.
Melihat Muhammad amat menyayangi Zaid, Khadijah
memberikan Zaid kepada suaminya itu. Khadijah yang
bijaksana mengerti bahwa suaminya menganggap Zaid
seolah sebagai pengganti Qasim dan Abdullah yang telah
tiada. Muhammad segera memerdekakan Zaid. Namun,
secara tidak terduga, datanglah Haritsah, ayah Zaid.
Haritsah telah bertahun-tahun mencari Zaid sejak
anaknya itu menghilang. Haritsah amat menyayangi dan
merindukan Zaid sehingga ia membuat puisi kesedihan
tentang anaknya itu. Zaid pun amat menyayangi ayahnya.
"Silakan membawa Zaid pulang," kata Muhammad kepada
Haritsah. "Tetapi, seandainya Zaid memilih tetap
bersama saya, saya tidak akan menolaknya."
Ternyata, Zaid lebih memilih tinggal bersama Muhammad.
Muhammad amat bahagia sehingga mengangkat Zaid sebagai
putra beliau. Sejak saat itu, Zaid sering dipanggil
Zaid bin Muhammad.
*Di kemudian hari*, Allah melarang anak angkat
mewarisi harta ayah angkatnya yang telah wafat. Harta
seorang ayah tetaplah menjadi hak anak kandung, bukan
anak angkat. Maha adil Allah Yang Agung.
*Gua Hira*
"Berhala berhala yang bernama Hubal, Lata dan Uzza itu
tidak pernah menciptakan seekor lalat sekali pun,
bagaimana mungkin mereka akan mendatangkan kebaikan
bagi manusia?" demikian pikir Muhammad.
"Siapakah yang berada di balik semua ini? Siapa yang
berada di balik luasnya langit dan tebaran bintang?
Siapa yang berada di balik padang pasir yang panas
terbakar kilauan matahari? Siapa pencipta langit yang
jernih dan indah, langit yang bermandi cahaya bulan
dan bintang yang begitu lembut, begitu sejuk? Siapa
pembuat ombak yang berdebur dan penggali laut yang
begitu dalam? Siapa yang berada di balik semua
keindahan ini?"
Demikianlah Muhammad tidak mencari kebenaran dalam
kisah-kisah lama atau tulisan para pendeta. Ia mencari
kebenaran lewat alam. Ia mengasingkan dirinya dari
keramaian dan pergi ke Gua Hira.
"Betapa sia-sianya hidup manusia, waktu terus berlalu,
sementara jiwa-jiwa rusak karena dikuasai khayal
tentang berhala-berhala yang mampu melakukan ini dan
itu. Betapa sia-sianya hidup manusia karena tertipu
dengan segala macam kemewahan yang tiada berguna.'"
Beliau mengasingkan diri seperti itu beberapa hari
setiap bulan dan sepanjang bulan Ramadhan. Semakin
lama, jiwanya semakin matang dan semakin terisi penuh.
Sampai suatu ketika, saat usia Muhammad menginjak 40
tahun, datanglah seseorang yang bukan dari dunia ini
menemui beliau di Gua Hira. Muhammad yang pemberani
dan tenang itu amat terkejut melihatnya.
*(Bersambung)*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 26
*Diangkat Menjadi Utusan Allah*
Makhluk yang datang itu adalah Malaikat Jibril. Ia
datang membangunkan Muhammad yang sedang tidur karena
kelelahan. Jibril berkata kepada Muhammad, "Iqra
(Bacalah)!"
Dengan hati yang masih rasa terkejut, Muhammad
menjawab, "Apa yang harus saya baca."
Kemudian Malaikat Jibril mendekap sehingga Muhammad
merasa lemas. Jibril melepaskan dekapannya, lalu
berkata lagi, "Bacalah!"
Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian,
setelah Muhammad berkata, "Apa yang harus saya baca?"
barulah Jibril membacakan Surat Al 'Alaq ayat pertama
hingga ayat kelima:
َا ْقرَ ْأ ِباسْ ِم رَ بِّكَ الَّذِي َخلَق
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan,
Surah Al-'Alaq (96:1)
َخلَقَ اإْل ِ ْنسَ انَ مِنْ عَ لَ ٍق
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Surah Al-'Alaq (96:2)
ا ْقرَ ْأ َورَ بُّكَ اأْل َ ْكرَ ُم
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Surah Al-'Alaq (96:3)
الَّذِي عَ لَّ َم ِب ْال َقلَ ِم
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Surah Al-'Alaq (96:4)
عَ لَّ َم اإْل ِ ْنسَ انَ مَا لَ ْم َيعْ لَ ْم
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Surah Al-'Alaq (96:5)
Setelah mengucapkan ayat-ayat itu, Malaikat Jibril pun
pergi meninggalkan Muhammad yang hatinya terhujam oleh
firman Allah tadi.
Muhammad mendadak tersentak sadar. Beliau terbangun
dari ketakutan sambil bertanya-tanya dalam hati,
"Siapa gerangan yang kulihat tadi? Apakah aku telah
diganggu jin?"
Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan, tetapi tidak ada
siapa pun. Muhammad diam sebentar dengan tubuh
gemetar. Beliau lalu lari ke luar gua, menyusuri
celah-celah gunung sambil mengulang pertanyaan dalam
hati, "Siapa gerangan yang menyuruhku membaca tadi?"
Mendadak, Muhammad mendengar namanya dipanggil.
Panggilan tersebut terasa dahsyat sekali. Beliau
memandang ke cakrawala dan melihat malaikat dalam
bentuk manusia. Muhammad tertegun ketakutan dan
terpaku di tempatnya. Ia memalingkan wajah, tetapi di
seluruh cakrawala, ke mana pun beliau memandang rupa
malaikat yang indah itu tidak juga berlalu.
*Ketulusan Khadijah*
Di rumah, Khadijah tiba-tiba merasa khawatir dengan
nasib suaminya. Beliau mengutus orang untuk mencari
suaminya itu, tetapi tidak berhasil menemukannya.
Sementara itu, setelah rupa malaikat menghilang,
Muhammad berjalan pulang dengan hati yang sudah di
penuhi wahyu Allah. Dengan jantung yang terus
berdenyut keras dan hati berdebar ketakutan, beliau
pulang ke rumah.
"Selimuti aku," pinta Muhammad kepada Khadijah.
Khadijah segera menyelimuti suaminya yang menggigil
kedinginan seperti terkena demam. Setelah rasa
takutnya mereda, beliau memandang Khadijah dengan
tatapan mata meminta kekuatan dan perlindungan.
"Khadijah, kenapa aku?" kata Muhammad.
Kemudian, Muhammad menceritakan semua yang telah
terjadi. Beliau juga berkata bahwa ia takut semua itu
bukan datang dari Allah, melainkan gangguan jin.
"Wahai putra pamanku," jawab Khadijah penuh sayang,
"bergembiralah dan tabahkan hatimu. Demi Dia yang
memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau
akan menjadi nabi atas umat ini. Sama sekali Allah
takkan mencemoohkanmu sebab engkaulah yang mempererat
tali kekeluargaan dan jujur dalam berkata-kata. Engkau
selalu mau memikul beban orang lain dan menghormati
tamu serta menolong mereka yang dalam kesulitan atas
jalan yang benar."
Kata-kata Khadijah itu menuangkan rasa damai dan
tenteram ke dalam hati suaminya yang sedang gelisah.
Khadijah benar-benar yakin bahwa suaminya itu bukan
diganggu jin. Beliau malah memandang suaminya itu
dengan penuh rasa hormat.
Muhammad pun segera tenang kembali. Beliau memandang
Khadijah dengan penuh kasih dan rasa terimakasih.
Tiba tiba, sekujur tubuhnya terasa amat letih dan
beliau pun tertidur lelap.
Sejak saat itu, berakhirlah kehidupan tentang seorang
Muhammad. Mulai saat itu, kehidupan penuh perjuangan
keras dan pahit akan dilaluinya sebagai seorang
*Rasulullah, utusan Allah*.
*Kabar dari Waraqah bin Naufal*
Khadijah menatap suaminya yang tertidur pulas itu.
Dilihatnya kembali suaminya yang tertidur dengan
nyenyak dan tenang sekali. Khadijah membayangkan apa
yang baru saja dituturkan suaminya. Firman Allah dan
Malaikat yang indah. Luar biasa!
"Semoga kekasihku ini memang akan menjadi seorang nabi
untuk menuntun umat ini keluar dari kegelapan,"
demikian pikir Khadijah.
Saat berpikir demikian, senyumnya mengembang. Namun,
senyum itu segera menghilang, berganti rasa takut
memenuhi hati tatkala dibayangkan nasib yang bakal
menimpa suaminya itu apabila orang-orang ramai
menentangnya.
Demikianlah, pikiran bahagia dan sedih terus berganti-
ganti dalam benak Khadijah. Akhirnya, beliau
memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada seseorang
bijak yang dipercayanya.
Khadijah pun pergi menemui pamannya, Waraqah bin
Naufal, seorang pendeta Nasrani yang jujur, dan
menceritakan semua yang didengarnya dari Muhammad.
Waraqah bertafakur sejenak, lalu berkata, "Mahasuci
Ia, Mahasuci. Demi Dia yang memegang hidup Waraqah.
Khadijah, percayalah, suamimu telah menerima 'namus
besar' 1) seperti yang pernah diterima Musa. Sungguh,
dia adalah nabi umat ini. Katakan kepadanya supaya
tetap tabah."
Khadijah pulang. Dilihatnya suaminya masih tertidur.
Dipandanginya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh
ikhlas, bercampur harap dan cemas. Tiba-tiba, tubuh
suaminya menggigil, napasnya terlihat sesak dengan
keringat memenuhi wajah.
_______________
1) *Namus Besar*
Namus besar yang dimaksud Waraqah bin Naufal berasal
dari bahasa Yunani, noms, artinya kitab undang-undang
atau kitab suci yang diwahyukan. Namus bukan istilah
dalam Al Qur'an.
*Bersambung...*
03/09/21 06.12 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
#Bagian Ke 28
*Shalat*
Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang
diajarkan Allah kepada Rasulullah ﷺ. Suatu
saat, ketika Rasulullah ﷺdan Khadijah sedang
melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali
yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat
Rasulullah ﷺdan Khadijah rukuk, sujud, serta
membaca ayat-ayat Al Qur'an.
"Kepada siapa kalian sujud?" tanya Ali ketika
Rasulullah ﷺdan Khadijah selesai shalat.
"Kami sujud kepada Allah," jawab Rasulullah, "Allah
telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak
manusia menyembah Allah."
Kemudian, Rasulullah ﷺmengajak sepupunya itu
untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan
berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun
membacakan beberapa ayat Al Qur'an yang membuat Ali
bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian
indah.
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya
terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah
ﷺdan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka
berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu
Thalib.
"Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu
dengan Abu Thalib," demikian kata Ali, "apa gunanya
saya harus berunding dengan dia untuk menyembah
Allah?"
Jadi, *Ali* adalah anak pertama yang memeluk Islam.
Kemudian, *Zaid bin Haritsah*, bekas budak yang ikut
Rasulullah ﷺ, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga
Rasulullah: istri beliau, sepupu beliau, serta bekas
budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan
untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu
betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang
Quraisy menyembah berhala yang diwarisi dari nenek
moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, betapa pun
kerasnya perlawanan orang.
*Keislaman Abu Bakar*
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah bani Taim adalah
teman akrab Rasulullah ﷺsejak zaman sebelum
Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah
amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah
orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang
Rasulullah ﷺ. Beliau segera keluar mencari
sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar
bertanya kepada Rasulullah,
"Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah),
ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat di
majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh, bahwa
engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan
masih banyak lagi yang mereka katakan."
"Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah," sabda
Rasulullah ﷺ,
"Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya.
Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan
keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa
yang kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar,
aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa,
yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah
menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu
taat kepada-Nya."
Rasulullah ﷺmemperdengarkan beberapa ayat Al
Qur'an. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar
langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya
itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang pun yang
ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya
melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu.
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada
teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengikuti
Rasulullah.
Dalam waktu singkat, Utsman bin Affan, Thalhah bin
Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Sa'ad bin Abu Waqash
pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
*Keislaman Utsman bin Affan*
Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang
keislamannya:
"Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib
untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama
kemudian, Rasulullah ﷺdatang ke tempat itu
juga dan aku perhatikan beliau. Waktu itu, tampak
jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan
berkata,
"Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu
rupa?"
"Aku menjawab, 'Aku merasa kagum terhadap engkau dan
terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga
kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai
dirimu."
Utsman melanjutkan, "Kemudian, Rasulullah mengucapkan
kalimat 'Laa illaha illallah'. Demi Allah, mendengar
kalimat itu, aku langsung bergetar. Kemudian,
Rasulullah membacakan ayat,
٢٢ َم َومَا ُتوعَ ُدون3ْ َوفِي ال َّسمَا ِء ِر ْزقُ ُك
ِ َْف َورَ بِّ ال َّسمَا ِء َواأْل َر
٢٣ َض إِ َّن ُه لَحَ ٌّق م ِْث َل مَا أَ َّن ُك ْم َت ْنطِ قُون
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa
yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan
bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi
seperti apa yang kamu ucapkan."
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).
Kemudian, Rasulullah ﷺberdiri dan pergi
keluar. Aku pun mengikuti beliau dari belakang.
Kemudian, aku menghadap beliau dan aku masuk Islam."
*Pengorbanan Seorang Istri*
Khadijah yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah,
sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh
orang-orang kafir. Beliau berjuang di sisi suaminya,
memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama.
Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan
Islam yang tidak pernah beliau nikmati.
*Bersambung...*
03/09/21 07.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 29
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Kaum Muslimin Awal*
Mengetahui betapa kerasnya kebencian orang-orang
Quraisy, kaum Muslimin permulaan (Assaabiquunal
Awaluun), melaksanakan ibadah mereka secara sembunyi-
sembunyi. Jika hendak shalat mereka pergi ke celah-
celah gunung di Mekah. Keadaan ini berlangsung selama
tiga tahun berturut-turut. Sementara itu, sedikit demi
sedikit Islam semakin meluas. Firman Allah yang turun
satu demi satu semakin memperkuat keyakinan kaum
Muslimin.
Ada satu hal yang membuat dakwah Islam berkembang,
yaitu keteladan Rasulullah ﷺ, yang beliau
contohkan dengan sangat baik. Beliau adalah orang yang
penuh bakti dan penuh kasih sayang. Beliau juga sangat
rendah hati sekaligus gagah berani. Tutur kata beliau
lembut dan selalu berlaku adil. Hak setiap orang pasti
ditunaikan sebagaimana mestinya. Perlakuan Rasulullah
ﷺterhadap orang-orang yang lemah, yatim
piatu, orang sengsara, dan orang miskin adalah
perlakuan yang penuh kasih, lembut dan sayang.
Pada malam hari beliau tidak cepat tidur, Beliau
bertahajud dan membaca wahyu yang disampaikan Allah
padanya. Beliau selalu merenung tentang nasib umatnya.
Beliau juga merenungkan betapa luar biasanya
penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Seluruh
permohonannya dihadapkan kepada Allah. Hal-hal seperti
itu membuat orang-orang yang sudah beriman semakin
bertambah cintanya kepada Islam dan semakin kukuh
keimanannya. Mereka sudah berketetapan hati
meninggalkan sesembahan nenek moyang mereka dan tidak
takut siksaan orang-orang kafir yang membencinya.
Kalau orang lain telah Rasulullah ﷺdakwahi
bagaimana dengan keluarga beliau? Apakah beliau juga
berdakwah kepada paman-paman beliau yang sebagiannya
merupakan para pembesar Quraisy yang disegani? Apa
yang mereka lakukan ketika mereka tahu bahwa
Rasulullah ﷺmengajak meninggalkan sesembahan
berhala yang telah begitu lama diwariskan oleh nenek
moyang mereka.
*Jamuan Makan Untuk Kerabat*
Tidak ada yang lebih dicintai Rasulullah ﷺ
daripada kaum kerabatnya sendiri. Setelah tiga tahun,
turunlah firman Allah yang memerintahkan agar beliau
berdakwah kepada kerabatnya.
ََوأَ ْنذِرْ عَ شِ يرَ َتكَ اأْل َ ْقرَ ِبين
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang
terdekat,
Surah Asy-Syu'ara' (26:214)
ََن ا َّتبَعَ كَ مِنَ ْالم ُْؤ ِمنِين ْ َو
ِ اخفِضْ جَ َناحَ كَ لِم
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang
mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
Surah Asy-Syu'ara' (26:215)
ََفإِنْ عَ صَ ْوكَ َفقُ ْل إِ ِّني ب َِري ٌء ِممَّا َتعْ مَلُون
Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah:
Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang kamu kerjakan;
Surah Asy-Syu'ara' (26:216)
يز الرَّ ح ِِيم ِ َو َت َو َّك ْل عَ لَى ْالعَ ِز
Dan bertawakkallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa
lagi Maha Penyayang,
Surah Asy-Syu'ara' (26:217)
Rasulullah ﷺmengundang makan keluarga besar
beliau. Mereka pun datang,
"Muhammad beri aku arak!" seru seorang paman beliau
yang bernama Zubair.
Namun Rasulullah SAW hanya menyuguhkan susu. Setelah
mereka makan, Rasulullah ﷺberdiri dan
berkata,
"Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan
Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah
masyarakat lebih baik dari yang saya bawakan kepada
kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan
akhirat yang terbaik. Allah telah menyuruhku mengajak
kamu sekalian. Siapa di antara kamu yang mau
mendukungku?"
Setelah sesaat terpesona, semua orang menggerutu dan
bangkit hendak pulang. Namun mereka kembali
terperangah ketika Ali bin Abu Thalib yang masih
remaja bangkit seraya berseru lantang,
"Rasulullah saya akan membantumu! Saya adalah lawan
siapa saja yang engkau tentang!"
Rasulullah ﷺmenepuk bahu Ali sambil berkata
kepada yang lain,
"Inilah saudara saya, pembantu, dan pengganti saya.
Ikuti dan patuhilah dia!"
Mendadak tawa hadirin meledak. Seseorang berkata
kepada Abu Thalib,
"Ia memerintahkan engkau supaya mendengar dan mematuhi
anakmu sendiri"
Kemudian, semua orang bubar begitu saja. Tidak seorang
pun di antara para undangan yang tertawa terbahak-
bahak itu menyadari bahwa di antara mereka akan
ditebas Ali memang bersungguh-sungguh dengan kata-
katanya itu.
*Walid bin Mughirah*
Pada awal kenabian, ada seorang bernama Walid bin
Mughirah. Ia mempunyai dua sahabat yang merupakan
penyair hebat. Dengan syair-syairnya, mereka berusaha
menjelek-jelekkan Rasulullah SAW. Dengan syair, Walid
mempengaruhi orang banyak dengan dua sahabat
penyairnya.
*Penduduk Mekah Tidak Hirau*
Meski ajaran Rasulullah ﷺmeluas dengan cepat,
penduduk Mekah masih berhati-hati dan tidak terlalu
hirau. Mereka menduga ajakan Rasulullah ﷺakan
hilang dengan sendirinya dan orang akan kembali
menyembah kepercayaan nenek moyang mereka. Yang
akhirnya, yang menang pasti Hubal, Latta dan Uza pikir
mereka, tidak sadar bahwa keimanan murni yang
diajarkan Rasulullah ﷺtidak dapat dikalahkan.
*Bersambung...*
03/09/21 07.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 30
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Seruan dari Bukit Shafa*
Rasulullah ﷺmenaiki Bukit Shafa. Kemudian
dengan suara lantang, beliau memanggil-manggil,
"Wahai orang-orang Quraisy! Wahai orang-orang
Quraisy!"
Penduduk Mekah yang sibuk dengan urusannya terkejut
dan menoleh.
"Muhammad berseru dari atas Shafa!" seru mereka.
Seketika, orang-orang datang berduyun sambil bertanya-
tanya khawatir,
"Ada apa?"
Rasulullah SAW memandang kerumunan orang di bawah yang
menatapnya dengan wajah penuh tanda tanya.
"Bagaimana pendapat kalian kalau kuberi tahu bahwa di
balik-bukit ini ada pasukan berkuda yang siap
menyerbu. Percayakah kamu kepadaku?"
tanya Rasulullah ﷺ.
"Kami percaya!" jawab orang-orang yang di berkerumun
itu.
"Kami tidak akan meragukan kata-katamu. Tidak pernah
kami mendengar engkau berdusta."
Rasulullah ﷺmenarik napas dan menyampaikan
seruannya,
"Aku mengingatkan kalian sebelum datang siksa yang
amat berat! Wahai orang-orang Quraisy, Allah
memerintahkan aku untuk memberi peringatan kepada
kalian bahwa yang terbaik bagi kehidupan dunia dan
akhirat adalah mengucapkan kalimat 'Laa ilaaha
illallaah Muhammadurrasulullah."
Sejenak orang-orang tampak terpesona. Namun, Abu Lahab
yang juga hadir di situ, dengan cepat naik darah. Ia
berseru keras-keras mencaci Rasulullah ﷺ,
"Celaka engkau, Muhammad! Binasa dan celakalah
seluruh hari-harimu! Hanya untuk omong kosong itukah
kamu mengumpulkan kami?"
Rasulullah ﷺtidak berkata apa-apa dihina
sekeras itu. Beliau hanya menatap tajam wajah Abu
Lahab. Setelah teriakan Abu Lahab itu, orang-orang
Quraisy seperti disadarkan dari rasa terpesonanya.
Mereka bubar dengan bermacam tingkah. Ada yang
mengerutkan kening, ada yang berbisik-bisik, ada yang
melirik Rasulullah SAW sambil tersenyum mencibir.
Hinaan Abu Lahab itu tidak dibiarkan Allah.Turunlah
firman yang mengutuk perbuatan itu.
*Turunnya Surat Al-Lahab*
Allah berfirman: mengutuk Abu Lahab
َّب َو َتبٍ َّت يَدَ ا أَ ِبي لَ َه
ْ َتب
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia
akan binasa.
Surah Al-Lahab (111:1)
َمَا أَ ْغ َن ٰى عَ ْن ُه مَالُ ُه َومَا َكسَ ب
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa
yang ia usahakan.
Surah Al-Lahab (111:2)
ب ٍ سَ َيصْ لَ ٰى َنارً ا َذاتَ لَ َه
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Surah Al-Lahab (111:3)
ب ِ َوامْ رَ أَ ُت ُه حَ مَّالَ َة ْالحَ َط
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
Surah Al-Lahab (111:4)
جي ِدهَا حَ ْب ٌل مِنْ مَسَ ٍد ِ فِي
Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Surah Al-Lahab (111:5)
Wahai Abu Lahab, sekarang apa yang akan engkau
katakan? Dengarlah, keponakanmu Muhammad tidak akan
pernah lagi bungkam terhadap orang yang menentangnya.
Keponakanmu Muhammad tidak akan pernah lagi menerima
caci maki dan hinaan dari siapa pun sekali pun dari
pamannya sendiri. Jika caci maki itu ditujukan pada
ajaran Allah yang dibawanya. Keponakanmu Muhammad
bahkan siap terjun ke medan laga untuk menghadapi
orang-orang yang sombong dan congkak seperti dirimu.
Wahai Abu Lahab dengarkanlah! Dengarkanlah firman
Allah yang baru turun itu! Bukankah firman itu seperti
gelegar petir yang menyambar dirimu?
Dirimulah yang binasa, Abu Lahab! Seluruh hari-
harimulah yang binasa! Binasalah kedua tanganmu dan
sungguh engkau akan benar-benar binasa!
*Abu Lahab*
Nama asli Abu Lahab adalah Abdul Uzza. Abu Lahab
artinya si "Umpan Api".
Bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Rasulullah
ﷺdihina Abu Lahab. Abu Lahab adalah paman
Rasulullah ﷺ.
Lebih dari itu Rasulullah SAW menikahkan kedua
putrinya, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan ke dua
putra Abu Lahab, Utbah dan Utaibah.
*Ummu Jamil*
Selain Abu Lahab, ada seorang lagi yang amat murka
dengan turunnya Surat Al Lahab. Dia adalah Ummu Jamil,
istri Abu Lahab. Begitu mendengar bunyi Surat Al Lahab
yang disampaikan orang kepadanya, hati Ummu Jamil
menggelegak marah. Ia keluar rumah dan berjalan ke
sana kemari mencari sasaran pelampaisan kemarahan.
Tidak lama kemudian, ia bertemu dengan Abu Bakar.
Amarahnya naik ke ubun ubun.
"Apa maksud temanmu melantunkan syair tentang diriku?"
bentak Ummu Jamil kepada Abu Bakar.
Abu Bakar mengerti bahwa yang dimaksud Ummu Jamil
adalah Rasulullah. Sebenarnya, saat itu Rasulullah ada
di sisi Abu Bakar, tetapi Allah menutupi beliau dari
pandangan Ummu Jamil.
"Demi Allah, temanku itu tidak pandai bersyair!"
sanggah Abu Bakar.
"Bukankah temanmu itu mengatakan bahwa di leherku ada
tali dari sabut yang dipintal?"
Ummu Jamil meraba-raba lehernya. Di leher itu, ada
untaian kalung yang amat indah. Ia mempertontonkan
perhiasannya itu kepada Abu Bakar sampai Abu Bakar
merasa jengah dan memalingkan wajahnya.
"Inilah tali sabut yang dimaksud temanmu itu?" ejek
Ummu Jamil sambil tersenyum. "Tidakkah ini merupakan
tali sabut paling indah di dunia?"
Ummu Jamil kemudian berlenggak-lenggok genit sambil
mempermainkan kalungnya. Ia tertawa dengan congkak.
Abu Bakar tidak membalas, beliau cuma memejamkan mata.
Melihat Abu Bakar yang tetap tenang, Ummu Jamil
melengos pergi sambil mengomel,
"Semua orang Quraisy tahu bahwa aku adalah putri
kebanggaan mereka!"
Ummu Jamil adalah wanita yang sangat cantik. Ummu
Jamil berarti "Ibu Kecantikan". Namun, seperti
suaminya, Ummu Jamil sangat membenci Rasulullah dan
kaum Muslimin. Begitu bencinya sampai ia menyuruh
budak-budaknya melemparkan kotoran dan batu kepada
Rasulullah setiap kali beliau lewat.
*Bersambung...*
03/09/21 15.47 - Eryn telah mengubah subjek dari
"Nangka 78😍" menjadi "My Family"
03/09/21 18.00 - Anda telah mengubah ikon grup ini
04/09/21 16.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 31
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Minta Mukjizat*
Bersungguh-sungguh atau hanya sekedar mengejek, orang-
orang Quraisy sering meminta mukjizat kepada
Rasulullah.
"Kalau Tuhanmu bisa menurunkan mukjizat, kami pasti
akan beriman kepadamu!" demikian seru salah seorang
dari mereka kepada Rasulullah.
"Muhammad! Kalau engkau benar benar Rasulullah,
mintalah Tuhan agar menyulap Bukit Shafa dan Marwa
menjadi bukit-bukit emas!" seru yang lain.
"Ya, itu benar! Tetapi kalau Tuhanmu tidak sanggup
membuat bukit emas, cobalah turunkan ayat-ayat Allah
itu dalam sebuah kitab yang diturunkan langsung dari
langit! Itu pun sudah akan membuat kami beriman!"
Rasulullah tidak menanggapi permintaan-permintaan aneh
itu. Melihat Rasulullah yang tetap diam dan tenang,
orang-orang Quraisy jadi semakin kesal. Dari waktu ke
waktu, sering di muka umum dan disaksikan orang
banyak, mereka mengajukan permintaan-permintaan lain
yang lebih mustahil.
"Muhammad, kami dengar engkau sering membicarakan
Jibril. Mengapa engkau tidak menampakkan Jibril di
hadapan kami agar kami yakin?"
"Muhammad, kalau Tuhammu memang sehebat yang engkau
katakan, mintalah Ia menghidupkan orangtua-orangtua
kami yang sudah mati!"
"Muhammad, katamu engkau membawa agama kasih sayang
buat seluruh alam! Kalau begitu, mintalah Tuhanmu agar
memunculkan mata air yang lebih sedap dari sumur
Zamzam! Bukankah engkau tahu bahwa penduduk Mekah
sangat memerlukan air?"
"Ya, setidaknya mintalah Tuhanmu melenyapkan bukit-
bukit yang mengurung Mekah agar kota ini dapat mudah
dicapai orang dari arah mana pun!"
*Jawaban untuk Kaum Quraisy*
Allah sendirilah yang menjawab permintaan-permintaan
itu melalui firman-Nya:
َت مِنَ ْال َخي ِْر َومَا َم َّسنِي ُ ْت أَعْ لَ ُم ْالغَ ْيبَ اَل سْ َت ْك َثر ُ ِقُ ْل اَل أَمْ ل
ُ ك لِ َن ْفسِ ي َن ْفعًا َواَل ضَ ًّرا إِاَّل مَا َشا َء هَّللا ُ ۚ َولَ ْو ُك ْن
ُ َ َ اَّل َ َ
َالسُّو ُء ۚ إِنْ أنا إِ نذِي ٌر َوبَشِ ي ٌر لِق ْو ٍم ي ُْؤ ِمنون
Katakanlah: Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-
orang yang beriman.
Surah Al-A'raf (7:188)
Melalui ayat ini, Allah menyuruh Rasulullah
mengatakan, "Wahai orang Quraisy, aku hanyalah seorang
pemberi peringatan. Bukankah aku tidak meminta
kepadamu hal-hal di luar kemampuan akal? Mengapa kamu
justru memintaku menunjukkan hal-hal yang tidak masuk
akal?
"Wahai orang Quraisy, bukankah Al Qur'an itu sendiri
merupakan sebuah mukjizat? Kemudian, mengapa kamu
masih meminta mukjizat yang lain? Apakah jika mukjizat
itu benar-benar diturunkan, kamu akan beriman
kepadaku? Bukankah jika mukjizat itu turun, kamu akan
mengatakan bahwa aku hanyalah seorang penyihir yang
mengada-ada?
"Wahai orang Quraisy, kalau kamu tidak mau menyembah
Allah dan tetap menyembah berhala, mengapa tidak kamu
minta saja mukjizat-mukjizat tadi kepada para berhala
itu? Bukankah kamu tahu bahwa berhala-berhala itu
tidak dapat mendatangkan kebajikan? Bukankah mereka
tidak bergerak, tidak hidup, dan hanya terbuat dari
batu dan kayu? Bukankah mereka tidak dapat membela
diri jika ada orang yang datang dan menghancurkannya?
Demikianlah, Rasulullah menjawab dengan kata-kata yang
tidak dapat lagi dibantah kebenarannya. Namun, apakah
orang-orang kafir itu seketika mau menerima Islam?
Tidak, mereka bahkan melakukan hal-hal lain untuk
menyingkirkan Rasulullah.
*Ammarah bin Walid*
Sekali pun tidak memeluk Islam, Abu Thalib adalah
pelindung Rasulullah. Jika ada orang yang membahayakan
Rasulullah, Abu Thalib dan kabilahnya siap membelanya
sampai titik darah penghabisan. Tidak ada musuh
Rasulullah yang berani membunuh beliau tanpa
menghadapi Abu Thalib dan kabilahnya. Karena
mengetahui kokohnya perlindungan Abu Thalib ini, para
pemuka Quraisy mendatangi orangtua itu di rumahnya.
"Abu Thalib," demikian mereka mengajak bicara,
"keponakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita,
mencaci agama kita, dan menganggap sesat nenek moyang
kita. Engkau harus menghentikan dia sekarang. Jika
tidak, biarlah kami yang akan menghadapinya. Kalau
kamu melindunginya juga, biar kabilah-kabilah kami
yang akan menghadapi kabilahmu."
Abu Thalib menghela napas berat,
"Demi Tuhan Ka'bah, biar seluruh Mekah menghalangi
jalanku, aku akan tetap melindungi kemenakanku itu."
Para pemimpin Quraisy itu saling berpandangan, lalu
pergi tanpa berkata apa-apa. Bagaimanapun, mereka
belum sanggup menghadapi perang saudara yang akan
menghancurkan kota Mekah. Mereka memutar akal dan
menemukan muslihat lain.
Para pemimpin Quraisy itu kembali mendatangi Abu
Thalib sambil membawa serta Ammarah bin Walid. Ia
adalah pemuda Quraisy yang gagah perkasa dan paling
tampan wajahnya.
"Ambillah dia! Jadikan dia sebagai anak. Ia jadi
milikmu. Namun, serahkanlah keponakanmu yang menyalahi
agama kita dan agama nenek moyang kita, yang memecah
belah persatuan kita itu untuk kami bunuh!"
"Bagaimana, Abu Thalib? Bukankah ini pertukaran yang
adil? Seorang laki-laki ditukar pula dengan seorang
laki-laki!"
Wajah Abu Thalib berubah murka. Dengan mata menyala,
ditatapinya para bangsawan itu satu demi satu.
"Betapa buruknya tawaran kalian kepadaku ini!" geram
Abu Thalib.
"Bayangkan, kalian memberikan anakmu kepadaku untuk
aku beri makan, sedangkan aku harus menyerahkan anakku
untuk kalian bunuh! Demi Tuhan Ka'bah, ini adalah hal
yang tidak boleh terjadi buat selamanya!"
Abu Thalib adalah pemimpin kabilah Bani Hasyim. Kini
Bani Hasyim terpecah dua. Kaum miskinnya membela Abu
Thalib, sedang kaum kayanya membela Abu Lahab.
*Bersambung...*
04/09/21 16.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 32
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Dahsyatnya Iman*
Abu Thalib memanggil Rasulullah dan berkata,
"Muhammad, orang-orang Quraisy kembali datang padaku
dan mengatakan, 'Wahai Abu Thalib, engkau adalah orang
terhormat dan terpandang di kalangan kami. Oleh karena
itu, kami meminta baik-baik kepadamu untuk
menghentikan keponakanmu itu, tetapi tidak juga engkau
lakukan. Ingatlah, kami tidak akan tinggal diam
terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak
menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-
berhala kita. Suruh diam dia atau kami lawan dia
hingga salah satu pihak nanti binasa! ' "
Abu Thalib memandang wajah keponakannya lekat-lekat,
hampir seperti memohon, lalu katanya,
"Jagalah Aku, Nak. Jaga juga dirimu. Jangan Aku
dibebani dengan hal-hal yang tidak dapat kupikul."
Rasullullah tertegun. Beliau tahu, pamannya seolah
sudah tidak berdaya lagi membelanya. Pamannya hendak
meninggalkan dan melepasnya. Sementara itu, kaum
muslimin masih lemah dan belum mampu membela diri.
Namun, semua diserahkan pada kehendak Allah.
Rasullullah bertekad untuk terus berdakwah. Lebih baik
mati membawa iman daripada menyerah atau ragu-ragu.
Oleh karena itu, dengan seluruh kekuatan jiwa,
Rasulullah berkata,
"Paman, demi Allah, kalau pun mereka meletakkan
matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku
agar aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan
kutinggalkan. Biar nanti Allah yang akan membuktikan
apakah kemenangan itu ada di tanganku atau aku binasa
karenanya."
Begitulah kedahsyatan iman Rasulullah. Abu Thalib
sampai tertegun dan gemetar mendengar tekad
keponakannya itu. Rasulullah pergi sambil menitikkan
airmata, tetapi Abu Thalib memanggilnya kembali sambil
berkata,
"Anakku katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan
menyerahkan engkau apa pun yang terjadi."
*Utsman dan Ruqayyah*
Sore itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan hati yang
sangat sedih. Seharian, beliau melihat para
pengikutnya disiksa.
Betapa berat penderitaan orang-orang Muslim saat itu.
Khadijah menghampiri suaminya tercinta. Dihibur dan
dikuatkannya kembali diri Rasulullah .
Tiba-tiba, pintu terbuka. Ruqayyah, putri kedua
Rasulullah, tiba-tiba masuk sambil menangis. Ruqayyah
mendekap pangkuan ibunya sambil menangis tersedu-sedu.
"Ada apa, sayang?" tanya Khadijah begitu lembut,
menutupi kekhawatirannya sendiri akan berita buruk
yang dibawa putrinya itu.
"Suamiku menceraikan aku, Bunda," isak Ruqayyah. "Ayah
mertuaku, Abu Lahab, menyuruh suamiku menceraikan aku
dan suamiku menurut. Ia dijanjikan akan dinikahkan
kembali dengan putri bangsawan."
Rasulullah dan Khadijah saling bertatapan sedih. Sudah
sekejam itu Abu Lahab bertindak untuk menyakiti
Rasulullah dan keluarganya.
"Ummu Jamil, ibu mertuaku, merobek-robek bajuku,"
lanjut Ruqayyah pilu. "Abu Lahab memukuliku. Abu
Lahab, Ummu Jamil, dan suamiku, Utbah, bersumpah tidak
akan menerima lagi kehadiranku selama ayah masih tetap
mendakwahkan Islam."
Seberapa pun tabahnya Khadijah, akhirnya air matanya
menitik juga melihat putrinya yang kini menjadi orang
terusir. Dengan lembut, Rasulullah memeluk putrinya
itu dan menghapus air mata di pipinya.
"Aku lebih sayang Ayah dan Bunda daripada siapa pun di
dunia ini," bisik Ruqayyah kepada Rasulullah.
Dengan hati pilu, Rasulullah pergi menemui Abu Bakar.
Rasulullah menceritakan kejadian yang menimpa
Ruqayyah.
"Ya Rasulullah," kata Abu Bakar dengan lembut.
"Sebenarnya, dari dulu, Utsman bin Affan sudah menaruh
hati pada Ruqayyah, tetapi Utbah mendahuluinya. Utsman
sangat menyesal tidak dapat menyunting putri Anda."
Mendengar penuturan Abu Bakar, Rasulullah pun kemudian
menikahkan Utsman dengan Ruqayyah. Untuk sementara,
berakhir satu kesedihan.
Masih banyak lagi cobaan dan ujian lain yang akan
mendera Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
*Duri-duri di Jalan*
Gangguan Ummu Jamil dan Abu Lahab semakin menjadi
jadi. Setiap kali Rasulullah ﷺberjalan untuk
menemui para pengikutnya, setiap itu pula beliau
menemukan duri-duri bertebaran di jalan. Perlahan dan
berhati-hati, Rasulullah ﷺmelangkah agar duri
tidak menembus kakinya. Namun, hampir setiap kali pula
dalam keadaan itu, kotoran dan batu melayang ke arah
beliau.
Suara tawa melengking terdengar jika Rasulullah
ﷺtengah sibuk menghindari lemparan batu dan
kotoran. Sambil menghapus kotoran yang melekat di
pakaian, Rasulullah menoleh ke arah suara tawa. Ummu
Jamil dan Abu Lahab kelihatan begitu menikmati
penderitaan Rasulullah ﷺ. Ummu Jamil
berpakaian mencolok dan selalu menatap Rasulullah
ﷺdengan tatapan menghina.
"Lihat!" lengking Ummu Jamil,
"Inilah Muhammad, anak gembel yang berani membawa
agama baru! Agama yang dikiranya dapat menyamakan
kedudukan para bangsawan dan budak!"
Rasulullah ﷺtidak berkata apa-apa untuk
membalas. Beliau hanya balik menatap dengan tatapan
yang tajam.
"Percuma kamu banyak berkata, istriku! Telinganya
sudah tuli!" Sembur Abu Lahab. "Hai, para budak!
Lanjutkan kesenangan kalian!”
Seketika itu juga, budak-budak kuat bertubuh besar
milik Abu Lahab dan Ummu Jamil kembali melempari
Rasullulah ﷺdengan batu, kotoran, dan pasir.
Diperlakukan seperti itu, Rasulullah ﷺtidak
membalas sedikit pun. Beliau hanya menghindar, menahan
sakit, seraya bersabar dan terus bersabar.
*Bersambung...*
06/09/21 11.38 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 27
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Orang yang Berselimut*
Muhammad yang kini telah menjadi Rasulullah terbangun
karena mendengar Malaikat Jibril membawakan wahyu
kepadanya,
يَا أَ ُّيهَا ْال ُمد َِّّث ُر
Hai orang yang berkemul (berselimut), (QS: Al-
Muddassir 74:1)
ْقُ ْم َفأ َ ْنذِر
bangunlah, lalu berilah peringatan! (74:2)
َْورَ بَّكَ َف َكبِّر
dan Tuhanmu agungkanlah! (74:3)
َْو ِثيَابَكَ َف َطهِّر
dan pakaianmu bersihkanlah, (74:4)
َْوالرُّ جْ َز َفاهْ جُر
dan perbuatan dosa tinggalkanlah, (74:5)
َواَل َتمْ ُننْ َتسْ َت ْك ِث ُر
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. (74:6)
َْولِرَ بِّكَ َفاصْ ِبر
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
(74:7)
Khadijah memandang Rasulullah dengan kasih yang
bertambah besar. Beliau perlahan mendekati suaminya.
Khadijah dengan lembut memintanya agar kembali tidur.
"Waktu tidur dan istirahat sudah tidak ada lagi,
Khadijah," demikian jawab Rasulullah.
"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan
kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya
mereka beribadah hanya kepada Allah. Namun, siapa yang
akan kuajak? Siapa pula yang akan mendengarkan?"
Khadijah cepat cepat menentramkan hati suaminya.
Diceritakannya apa yang tadi dikatakan Waraqah. Dengan
penuh semangat, Khadijah menyatakan diri sebagai orang
yang mengimani Rasulullah.
Dengan demikian, tercatat dalam sejarah bahwa orang
pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah.
Untuk lebih menentramkan Rasulullah, Khadijah meminta
suaminya memberitahu dirinya apabila malaikat datang.
Kemudian Jibril memang datang, namun hanya Rasulullah
yang dapat melihatnya. Khadijah mendudukkan Rasulullah
di pangkuan sebelah kiri, lalu ke pangkuan sebelah
kanan. Malaikat Jibril masih terlihat oleh Rasulullah.
Namun, ketika Khadijah melepas penutup wajahnya,
Rasulullah melihat Sang Malaikat menghilang.
Dari kejadian itu, Bunda Khadijah merasa yakin bahwa
yang datang itu benar-benar malaikat, bukan jin.
*Bertemu Waraqah*
Tidak lama kemudian, Rasulullah bertemu dengan Waraqah
bin Naufal. Saat itu, Rasulullah sedang melaksanakan
thawaf. Sesudah Rasulullah menceritakan keadaannya,
Waraqah berkata, "Demi Dia yang memegang hidup
Waraqah, engkau adalah nabi atas umat ini. Engkau
telah menerima Namus Besar seperti yang pernah
disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan,
disiksa, diusir, dan diperangi orang. Kalau sampai
pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela
yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah
diketahui-Nya pula."
Kemudian, Waraqah mendekat dan mencium ubun-ubun
Rasulullah.
Kini Rasulullah memalingkan wajah ke sekitarnya,
melihat orang-orang yang menyembah patung-patung batu.
Orang-orang ini juga menjalankan riba dan memakan
harta anak yatim. Mereka jelas-jelas berada dalam
kesesatan. Kepada orang orang inilah Rasulullah
diperintahkan untuk menyeru agar mereka menghentikan
perbuatan perbuatan itu.
Namun, apakah mereka mau berhenti begitu saja? Orang
orang Quraisy itu benar-benar amat kuat dalam memegang
keyakinan mereka.
Orang orang itu bahkan siap berperang dan mati untuk
mempertahankan keyakinan mereka. Untuk itu, Rasulullah
memerlukan datangnya wahyu penuntun lagi.
Namun, wahyu yang dinanti Rasulullah ternyata tidak
juga turun. Jibril tidak pernah datang lagi untuk
waktu yang lama. Rasulullah merasa amat terasing. Rasa
takutnya kembali muncul. Beliau takut jika Allah
melupakan bahkan tidak menyukainya. Rasulullah kembali
pergi ke bukit dan menyendiri lagi di Gua Hira. Ingin
rasanya beliau membumbung tinggi dengan sepenuh jiwa,
menghadap Allah, dan bertanya mengapa dirinya seolah
ditinggalkan.
Apa gunanya hidup ini kalau harapan besar Rasulullah
untuk menuntun umat ternyata menjadi kering.
Rasulullah saat itu, benar benar hampir merasa putus
asa.
*Surat Adh Dhuha*
Tiba-tiba, wahyu itu turun:
َوالضُّحَ ٰى
Demi waktu matahari sepenggalahan naik,
Surah Ad-Duha (93:1)
َواللَّي ِْل إِ َذا سَجَ ٰى
dan demi malam apabila telah sunyi (gelap), (93:2)
مَا َو َّدعَ كَ رَ بُّكَ َومَا َقلَ ٰى
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci
kepadamu. (93:3)
َولَآْل خِرَ ةُ َخ ْي ٌر لَكَ مِنَ اأْل ُولَ ٰى
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang sekarang (permulaan). (93:4)
َولَسَ ْوفَ يُعْ طِ يكَ رَ بُّكَ َف َترْ ضَ ٰى
Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya
kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas. (93:5)
ج ْدكَ َيتِيمًا َف َآو ٰى ِ يَ م
ْ َ لَ أ
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu
Dia melindungimu? (93:6)
َو َوجَ دَ كَ ضَ ااًّل َفهَدَ ٰى
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu
Dia memberikan petunjuk. (93:7)
َو َوجَ دَ كَ عَ ا ِئاًل َفأ َ ْغ َن ٰى
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan,
lalu Dia memberikan kecukupan. (93:8)
َْفأَمَّا ْال َيتِي َم فَاَل َت ْق َهر
Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang.
(93:9)
َْوأَمَّا السَّا ِئ َل فَاَل َت ْن َهر
Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu
menghardiknya.
(93:10)
ِّثْ َوأَمَّا ِبنِعْ َم ِة رَ بِّكَ َفحَ د
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu
siarkan. (93:11)
Rasa cemas dan takut di hati Rasulullah kini hilang
sudah. Betapa damainya firman Allah itu terasa di hati
beliau. Rasulullah harus menjauhi setiap perbuatan
mungkar dan membersihkan pakaian. Beliau harus
mengajak orang mengingat Allah. Beliau harus tabah
menghadapi gangguan, tidak boleh menolak orang yang
meminta bantuan, dan berlaku lembut kepada anak yatim.
Allah juga mengingatkan bahwa Rasulullah yatim, lalu
Allah melindunginya lewat asuhan kakeknya, Abdul
Muthalib, dan pamannya, Abu Thalib.
Dulu, Rasulullah hidup miskin, lalu Allah memberinya
kekayaan. Allah pula yang telah menyandingkan beliau
dengan Khadijah, yang menjadi kawan semasa muda, kawan
semasa beliau ber-tahannuts, kawan yang penuh cinta
kasih, yang memberi nasihat dengan rasa kasih sayang.
Allah telah mendapati Rasulullah tidak tahu jalan,
lalu diberi-Nya beliau petunjuk kenabian. Cukuplah
semua itu. Hendaklah mulai sekarang, Rasulullah
mengajak orang kepada kebenaran, sedapat mungkin,
sekuat mungkin.
*Bersambung...*
06/09/21 11.39 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 33
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Bilal bin Rabbah*
Beberapa pengikut Rasulullah yang pertama berasal dari
kalangan miskin dan lemah. Ajaran Islam yang melarang
penindasan membuat banyak budak dengan segera menjadi
seorang Muslim. Namun, jika tuan mereka tahu akan hal
ini, para budak itu dipaksa harus memilih:
kembali menyembah berhala atau disiksa habis-habisan.
"Lemparkan dia dan baringkan tubuhnya di atas pasir!"
raung Umayyah bin Khalaf Al Juhmi. Rupanya, ia sangat
murka mengetahui seorang budaknya, Bilal bin Rabbah,
menjadi pengikut Rasulullah. Lebih murka lagi ia
ketika tahu bahwa Bilal, si pemuda hitam itu, lebih
memilih menghadapi siksa dan membangkang kehendaknya
daripada harus keluar dari agama barunya itu.
Orang-orang suruhan Umayyah membuka seluruh baju
Bilal. Kemudian, budak malang itu ditelentangkan di
atas padang pasir yang panasnya begitu menyengat saat
matahari berada di atas kepala.
"Budak jelek, engkau akan diperlakukan seperti ini
hingga engkau mati atau engkau mengingkari Muhammad
dan kembali menyembah Lata dan Uzza!".
Menghadapi ancaman itu, Bilal hanya berkata,
"Ahad! Ahad!" ("Maha Esa Allah! Maha Esa Allah! ")
Suara cambuk memerihkan telinga ketika Bilal disiksa,
"Ahad! Ahad!"
"Letakkan batu besar di atas dadanya!" raung Umayyah.
Bilal merasa dadanya hampir remuk dan terasa sesak
sekali, sehingga nyaris ia tidak dapat lagi bernapas
atau pun bersuara, tetapi ia tetap melantunkan kalimat
juangngya. "Ahad! Ahad! Ahad!"
Ibu Bilal, Hamamah, juga disiksa tuannya. Menurut
suatu riwayat, ia gugur dalam penyiksaan itu dan wafat
sebagai syuhada.
(Dalam riwayat yang lain, Hamamah, dimerdekakan
Rasulullah).
*Khalid bin Sa'id*
Seperti Bilal, Khalid bin Sa'id termasuk orang-orang
pertama yang beriman. Khalid adalah orang ke kelima
yang masuk Islam. Ia bermimpi akan jatuh ke jurang
api, tapi diselamatkan oleh seseorang yang ternyata ia
adalah Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam
*Siksaan Demi Siksaan*
Setelah melihat Umayyah menyiksa Bilal sedemikian
kejam, para pemilik budak dan pembesar Quraisy yang
lain ikut menyiksa para budak mereka yang ketahuan
memeluk agama Islam. Beragam siksaan sangat kejam
ditimpakan kepada para pemeluk Islam pertama itu.
"Hukuman apa yang harus kutimpakan kepada budak
pembangkang ini, Tuan?" Tanya algojo.
Sang Tuan tersenyum sinis, "Cambuk dia sampai tanganmu
tidak mampu lagi!"
Algojo melaksanakan tugasnya dengan patuh. Suara
lecutan cambuk disertai erangan orang terdengar dari
detik ke detik. Setiap lecutan membuat rasa sakit
lebih perih dari lecutan sebelumnya. Sebagian orang
yang kuat bertahan hingga pingsan. Sebagian yang lain
gugur karena tidak kuat menahan derita.
Lebih dari itu, ternyata bukan hanya cambuk yang
bicara.
"Buka pakaiannya!" perintah seorang bangsawan kepada
tukang pukulnya.
Beberapa budak Muslim yang malang itu segera saja
menjadi tidak berbaju.
"Pakaikan mereka pakaian besi yang ketat menempel di
kulit!" seringai sang bangsawan.
Para tukang pukul segera menurut.
"Sekarang, bakar baju besi yang telah dikenakan itu!"
seru bangsawan dengan buas.
Jerit kesakitan budak-budak Muslim itu amat memilukan
karena baju besi yang dibakar itu menghanguskan
seluruh kulit tubuh mereka.
*Ummu Ubais dan Zinnirah*
Ummu Ubais dan Zinnirah adalah dua perempuan Muslim
yang disiksa sampai jadi buta. Orang-orang Quraisy
mengejek dengan mengatakan bahwa kebutaan itu
disebabkan mereka dikutuk berhala.
Akan tetapi, dengan izin Allah, keduanya kemudian
dapat melihat lagi sehingga orang-orang Muslim dapat
membalas ejekan orang-orang kafir.
*Bersambung...*
06/09/21 11.39 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 34
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Syahidah Pertama*
Sabar, demikian sabda Rasulullah ﷺ, setiap
kali para pengikutnya mengadukan penderitaan mereka.
Saat itu memang tidak ada lagi yang dapat diperbuat
selain sabar sampai mati. Sabar yang demikian membuat
para pemeluk Muslim pertama sanggup menanggung derita
siksa di luar batas kemampuan fisik manusia.
Khabbab bin Al Arat pernah meminta agar Rasulullah
ﷺberdo'a kepada Allah dalam menghadapi
penindasan ini. Mendengar ini, Rasulullah duduk
dengan wajah merah padam seraya bersabda,
"Sungguh telah terjadi sebelum kamu, ada orang yang
disisir badannya dengan sisir besi hingga dagingnya
mengelupas dan terlihat tulang-tulangnya. Akan tetapi,
ia tetap teguh memegang keyakinannya. Allah ُس ْبحَ ا َن ُه َو َتعَ الَى
akan menyempurnakan urusan ini sampai seorang
penunggang kuda berjalan dari Shan'a ke Hadramaut dan
ia tidak takut kecuali kepada Allah. Ingatlah,
serigala akan tetap ada di tengah-tengah gembalaan,
hanya saja kalian lengah."
Sumayyah adalah ibu Ammar bin Yasir. Beserta suami dan
anaknya, Sumayyah disiksa karena mengikuti ajaran
Rasulullah. Ia diseret di jalan-jalan Kota Mekah, lalu
dilempar ke padang pasir.
"Pukuli dia! Pukuli dia sekuat-kuatnya!" Perintah Abu
Jahal.
Sumayyah pun dipukuli sampai pingsan. Kejadian ini
dilakukan berulang-ulang selama berhari-hari. Namun,
semakin sakit tubuhnya, iman Sumayyah malah semakin
tinggi.
"Engkau mengikuti Muhammad karena tertarik pada
ketampanannya!" ejek Abu Jahal.
"Tidak," geleng Sumayyah,
"Aku mengikuti Rasulullah karena percaya pada apa yang
beliau sampaikan. Aku mengikuti Rasulullah karena
beliau mengajarkan ada Tuhan yang lebih patut disembah
daripada berhala-berhala kalian!"
Akhirnya, kesabaran Abu Jahal pun habis. Dia mengambil
tombak dan menusuk Sumayyah.
Sumayyah tercatat dalam sejarah sebagai perempuan
muslim pertama yang syahid (syahidah) karena membela
Islam.
*Surga Untuk Keluarga Yasir*
Ketika Rasulullah ﷺmenyaksikan Yasir,
Sumayyah dan putra Yasir yang bernama Ammar disiksa
habis-habisan, beliau bersabda, "Sabar wahai keluarga
Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah
surga."
*PENEBUSAN*
Melihat saudara-saudara baru mereka disiksa demikian
kejam, Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan semua orang
kaya yang beriman segera bertindak. Abu Bakar
mendatangi Umayyah bin Khalaf yang sedang menyiksa
Bilal.
"Bebaskan dia," pinta Abu Bakar.
"Tidak!" Cibir Umayyah.
"Engkau dan temanmu telah meracuni pikirannya! Justru
aku yang minta kamu menghentikan pengaruh jahatmu
terhadap budakku ini!"
Abu Bakar merasa bahwa hati Umayyah tidak mungkin
dibujuk lagi, maka dia segera mengajukan penawaran.
"Kubeli Bilal darimu! Lihat, ini lima uqiyah emas!
Ambil uang itu, dan berikan Bilal kepadaku!"
Dengan seringai penuh kemenangan, Umayyah menyambar
uang-uang emas itu.
"Wahai Abu Bakar! Andaikata engkau menawar satu uqiyah
saja, sudah tentu aku menjualnya! Dia sudah tidak
berharga lagi bagiku!"
Wajah Abu Bakar memerah, bukan karena marah, melainkan
karena dipenuhi rasa bahagia bisa menolong saudaranya
yang tertindas.
"Jangan hanya lima uqiyah" ujar Abu Bakar sepenuh
hatinya, "Andaikan engkau menjual seratus uqiyah pun,
aku akan tetap membelinya!"
Kini giliran wajah Umayyah yang memerah. Terbayang
keuntungan yang akan didapatnya seandainya ia menawar
lebih tinggi lagi.
Abu Bakar yang baik hati kemudian membebaskan Bilal.
Tidak berhenti sampai di situ, beliau pun terus
menggunakan hartanya untuk membebaskan lima kaum
muslimin lain yang tengah disiksa. Budak terakhir yang
dibebaskan adalah budak milik Umar bin Khattab.
Orang-orang Quraisy mengejek Abu Bakar, "Alangkah sia-
sianya Abu Bakar itu! Dia membuang-buang uang untuk
membebaskan orang!"
Namun, semangat Abu Bakar justru membakar kaum
muslimin lain untuk turut berusaha keras membebaskan
saudara-saudara mereka.
*Bersambung...*
06/09/21 13.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian35
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Darul Arqam*
Waktu terus berjalan. Kegigihan dakwah Rasulullah
ﷺmulai berbuah, sedikit demi sedikit, para
pemeluk Islam mulai bertambah. Rumah Rasulullah yang
kecil itu mulai terasa sempit.
"Ya Rasulullah, alangkah baiknya jika kita memindahkan
tempat pertemuan ke rumahku," usul Arqam. "Rumahku
cukup luas untuk menampung jumlah kita yang sudah
puluhan orang. Lagi pula, letaknya ada di puncak
bukit. Orang-orang jahat tidak mudah mencapai tempat
itu untuk mengganggu kita."
Rasulullah pun setuju. Oleh karena itu, pertemuan
setiap malam pun pindah ke rumah Arqam. Sebagian
pemeluk Islam waktu itu adalah orang-orang lemah: para
budak, buruh, orang miskin, perempuan-perempuan fakir,
serta orang tertindas lain. Sisanya adalah golongan
orang terpelajar dan pedagang kaya.
Sebenarnya, kebanyakan pedagang mulanya agak ragu.
"Bagaimana jika nanti ajaran baru ini menutup Mekah
dari rombongan saudagar dari tempat-tempat lain? Kalau
demikian yang terjadi, kita akan bangkrut." Ujar
seorang pedagang.
Namun, keraguan itu ditepis Rasulullah. Islam tidak
akan menutup Mekah. Islam juga tidak akan mengubah
musim ziarah ketika justru banyak pedagang mancanegara
berdatangan ke Mekah. Islam tidak melarang semua itu.
Hal yang dilarang adalah:
1. Menyembah berhala
2. Menyerahkan persembahan dan korban kepada bangsawan
Quraisy
3. Bertelanjang ketika thawaf di Ka'bah
4. Menyelenggarakan pelacuran
5. Mengeluarkan kata-kata kotor dan tindakan buruk
lain saat melaksanakan ziarah
*Rencana Para Pemuka Quraisy*
Setelah mendengar penjelasan Rasulullah, para pedagang
pun merasa lega. Kebanyakan mereka bukan pedagang
budak dan tidak menarik untung dari korban yang
dipersembahkan untuk bangsawan-bangsawan Quraisy. Iman
mereka pun semakin kuat.
Melihat Islam semakin dicintai para pengikutnya, para
pembesar Quraisy pun menyusun rencana lain...
"Apa yang harus kita lakukan?" teriak seorang pemuka
Quraisy.
"Abu Bakar dan teman-temannya terus membebaskan budak-
budak kita! Tidak ada jalan lain, bunuh budak-budak
itu agar yang lain ketakutan!"
"Tidak," geleng Abu Jahal lemah. "Sumayyah telah
kubunuh, tapi itu tidak membuat yang lain takut. Cari
saja cara yang lain!"
Seorang pemuka Quraisy berdiri cepat,
"Pukuli Muhammad sampai remuk! Dengan demikian,
wibawanya akan hancur dan pengikutnya pun bubar
ketakutan!"
"Namun, keluarga Muhammad dari Bani Hasyim akan
membelanya!" lengking yang lain.
"Siapa? Abu Thalib sudah terlalu tua! Yang harus kita
takuti dari Bani Hasyim adalah Hamzah! Namun, engkau
lihat sendiri, Hamzah sibuk berfoya-foya sendiri! Ia
tidak peduli pada nasib keponakannya itu! Pilihlah dua
orang yang paling ditakuti di Mekah untuk melaksanakan
tugas ini!"
Sejenak, orang-orang terdiam sambil memandang
berkeliling. Kemudian, seorang dari mereka menunjukkan
jarinya kepada pemuda bertubuh tinggi besar,
"Engkau, Umar bin Khattab! Engkau dan Abu Jahal! Tidak
ada orang lain yang berani melawan kalau kalian
memukuli Muhammad!"
Orang-orang berseru "setuju."
"Sabar," tiba-tiba seseorang berseru,
"langkah awal bukanlah serangan fisik! Hancurkan dulu
wibawanya! Ku usulkan agar kita suruh para budak
melempari Muhammad dan meneriakinya sebagai pembohong,
orang gila, dan tukang sihir!"
Usul itu disetujui. Mulai hari itu, setiap Rasulullah
melewati jalan-jalan di Mekah, para budak, para wanita
yang nasibnya justru sedang diperjuangkan Rasulullah,
meneriaki beliau,
"Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"
Suara mereka keras dan tajam layaknya orang sedang
mengusir kucing yang masuk dapur. Kemudian, apa yang
terjadi jika Abu Jahal atau Umar mulai memukuli
Rasulullah
*Kuda Jantan*
Saat itu merupakan masa yang berat bagi Rasulullah.
Beliau pergi ke sebuah tempat yang teduh, berbaring di
atas batu, dan berusaha menahan air matanya agar tidak
jatuh. Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding
cacian dan celaan dari orang-orang yang justru sedang
diperjuangkan Rasulullah mati-matian.
Sementara itu, di depan Ka'bah, Abu Jahal berkoar di
depan teman temannya, "Aku bersumpah untuk menghantam
kepala Muhammad dengan sebuah batu ketika dia sedang
sujud kepada Tuhannya!"
Beberapa orang bersorak memberi semangat, sedangkan
yang lain saling pandang dengan terkejut. Itu adalah
sebuah tindakan kejam yang dapat menimbulkan kematian.
Jika Muhammad meninggal, Bani Hasyim pasti akan
menuntut balas dan Mekah akan terpecah oleh perang
saudara. Namun, Abu Jahal telah mengucapkan sumpah
yang tidak dapat ditarik lagi tanpa mencoreng mukanya
sendiri. Oleh karena itu, mereka memilih untuk
mengamati apa yang terjadi dengan dada berdebar-debar.
Kesempatan yang ditunggu Abu Jahal pun tiba. Saat itu,
Rasulullah sedang shalat di depan Ka'bah. Ketika
beliau sujud, Abu Jahal dengan cepat melangkah
mendekat. Kedua tanganya yang menggenggam batu
terangkat tinggi-tinggi, matanya menyala buas.
Namun, ketika batu akan dihujamkan sekuat tenaga,
mendadak Abu Jahal berbalik pergi. Batu di tangannya
lepas dan wajahnya pucat ketakutan.
"Ada apa?" semua teman- temannya bertanya kebingungan.
Dengan napas tersendat-sendat, Abu Jahal berkata,
"Demi Tuhan, di depanku tadi berdiri seekor kuda
jantan. Belum pernah aku menyaksikan seekor kuda
jantan serupa itu. Kepala, tengkuk, dan giginya
sungguh mengerikan. Aku yakin dia akan menelanku
seandainya batu tadi kuhantamkan!"
Abu Jahal pergi cepat-cepat untuk menenangkan diri.
Orang-orang memandang Rasulullah dengan heran dan
takjub. Sementara itu, Rasulullah tetap melanjutkan
shalat dengan khusyuk. Wajah beliau begitu teduh dan
tenteram.
Bersambung
06/09/21 13.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian36
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Singa Padang Pasir*
Orang-orang terus menertawakan Rasulullah setiap kali
lewat. "Pembohong besar! Orang gila! Tukang sihir!"
Abu Jahal terus menyemangati orang-orang yang mengejek
sambil kerap kali melontarkan caci maki juga.
Rasulullah mendadak berhenti melangkah. Beliau
berpaling dengan tenang menghadap Abu Jahal, dengan
sorot matanya tajam. Abu Jahal berhenti dan terdiam.
Dengan wajah sayu penuh belas kasihan, Rasulullah
memandang orang-orang kecil yang mengejeknya.
Seketika, sorak-sorai pun mereda. Semua orang yang
berada di sekitar tempat itu terpesona melihat keadaan
Rasulullah. Baru kali ini mereka seolah disadarkan,
betapa menyakitkannya ejekan mereka itu diterima
Rasulullah.
Sorot mata Rasulullah seolah berkata, "Mengapa kalian
mengejekku? Bukankah aku sedang berjuang menyelamatkan
kalian dari kekejaman bangsa Quraisy dengan membawa
Islam yang mulia? Seandainya kalian tahu, ejekan Abu
Jahal itu tidak begitu menyakitkan dibanding kata-kata
kalian, sebab kepada kalianlah Allah meyuruhku menebar
kasih sayang."
Tanpa sepatah kata pun, Rasulullah berlalu. Orang-
orang bubar dengan membawa perasaan masing-masing.
Tatapan Rasulullah tadi sangat berkesan di hati
seorang budak perempuan. Ketika budak itu berjalan
pulang, ia melihat Hamzah bin Abdul Muthalib datang.
Hamzah adalah paman Nabi, usia mereka hampir sebaya.
Dari kecil, Rasulullah dan Hamzah dibesarkan bersama,
bermain bersama, dan menjadi sahabat karib. Karena
itulah Hamzah begitu menyayangi Rasulullah.
Hamzah berjalan gagah dan bangga memasuki Mekah. Ia
betul-betul laki-laki perkasa dengan perawakan tinggi
dan kekar. Dengan wajah angkuh, Hamzah melangkah
sambil menyandang busurnya. Ia habis berburu.
Orang-orang yang melihatnya pun berbisik kagum. Namun,
budak perempuan tadi merasa ada yang janggal, mengapa
orang segagah ini tidak membela Muhammad, keponakannya
sendiri?
Mengapa ia bisa setenang itu?
Tahukah ia bahwa Muhammad keponakannya, dicaci maki
orang?
Muhammad dihina pemimpin kabilah lain yang menjadi
saingan Bani Hasyim!
Pantaskah ia disebut sebagai pemuda perkasa yang
pantang menyerah pada lawan, sedangkan ia tidak
berbuat apa pun ketika seorang keluarga Bani Hasyim
dicaci maki orang?
Dengan dada hampir meluap, budak perempuan itu menegur
Hamzah, "Tuan, tidak tahukah Anda apa yang menimpa
kemenakanmu itu?"
Hamzah berhenti dan budak perempuan itu menceritakan
apa yang dilihatnya. Dalam sekejap saja, wajah Hamzah
memerah. Tanpa berkata apa pun, ia berbalik menuju
Ka'bah dengan langkah bergegas. Ia mencari Abu Jahal.
*Kebimbangan Hamzah*
Di depan Ka'bah, Abu Jahal bercerita kepada beberapa
temannya, "Puas rasanya melihat Muhammad dicaci begitu
banyak orang", ujar Abu Jahal, "Kalau kuberi semangat
sedikit lagi, bukan tidak mungkin mereka akan
memukulinya."
Teman-temannya terlihat ikut bersemangat. Beberapa
orang mulai ikut bicara, tetapi mendadak semuanya
terdiam dan memandang ke satu arah. Abu Jahal ikut
menoleh dan seketika kerongkongannya tercekat. Hamzah
bin Abdul Muthalib, sang pahlawan Bani Hasyim,
menjulang di belakangnya dengan mata menyala tanpa
ampun.
"Beraninya engkau mencaci maki Muhammad, padahal aku
telah memeluk agamanya? Coba lakukan penghinaanmu
kepadaku jika engkau benar-benar jantan!"
Setelah berkata begitu, Hamzah melayangkan busurnya.
Bunyinya mendecit, cepat , dan keras sehingga kepala
Abu Jahal pun terluka.
Beberapa teman Abu Jahal serempak berdiri. Tampaknya,
perkelahian tidak terhindarkan lagi. Ketika Abu Jahal
melihat ini, ia mengangkat tangan untuk mencegah teman
temannya. Abu Jahal yakin, dalam keadaan seperti itu,
Hamzah tidak akan ragu-ragu membunuh orang.
Dengan napas tersengal, Abu Jahal memegangi kepalanya.
Ia berkata sambil menahan marah, "Kita tinggalkan saja
dia! Aku memang telah mencaci maki kemenakannya."
Mereka pun pergi dengan geram dan murung. Namun, hati
Hamzah belum lagi lega. Ia pulang dengan bimbang,
"Mengapa begitu mudah kutinggalkan agama nenek
moyangku?"
Setelah melewati malam yang gelisah, Hamzah akhirnya
berdoa, "Ya Tuhan, jika Muhammad benar, teguhkanlah
hatiku. Jika Muhammad salah, jauhkanlah aku darinya!"
Hamzah menemui Rasulullah dengan sedih dan
menceritakan semua kegelisahan hatinya. Rasulullah
lalu membacakan beberapa ayat Al Qur'an.
Perlahan, hati Hamzah dipenuhi rasa tenang, haru, dan
kagum. Dengan bulat hati, ia pun berkata,
"Aku menyaksikan bahwa engkau itu sungguh benar, maka
itu tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku!"
Bukan main bersyukurnya Rasulullah. Kini, Islam telah
memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi kekerasan
Quraisy. Hamzah memeluk Islam pada akhir tahun ke enam
kenabian (nubuwwah).
Orang-orang Quraisy tidak putus asa, Mereka mempunyai
cara lain untuk menekan perjuangan Rasulullah.
*Singa Allah dan Singa Rasul-Nya*
Kemudian seluruh kegagahan Hamzah dibaktikannya untuk
membela Allah dan agama-Nya, sehingga Rasulullah
memberi Hamzah julukan istimewa, Singa Allah dan Singa
Rasulullah. Hamzah adalah komandan Sariyah yang
pertama.
Sariyah adalah pasukan Muslim yang berangkat tanpa
disertai Rasulullah.
Bersambung
07/09/21 07.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian37
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Tawaran Utbah bin Rabi'ah*
"Sesak dadaku melihat Muhammad dan para pengikutnya!"
teriak seorang pembesar Quraisy. "Setiap hari mereka
semakin kuat!" geram yang lain. "Semua gangguan dan
siksaan kita seolah tidak berpengaruh apa-apa. Sangat
mengherankan!" gerutu yang lain menggelengkan kepala.
Ketika suasana bertambah panas, Utbah bin Rabi'ah
berdiri. Semua orang memandangnya dan menunggu.
"Kalau jalan kekerasan tidak membuahkan hasil, sudah
saatnya kita mencoba cara lain, " kata Utbah bin
Rabi'ah.
Suaranya pelan dan tenang.
"Kalau kalian setuju, aku akan bicara dengan Muhammad
dan menawarkan beberapa hal menarik kepadanya. Apakah
kalian setuju?"
Setelah terdiam sejenak, akhirnya orang orang Quraisy
itu pun setuju.
"Coba laksanakan usulmu! Kami bersedia memberi apa
saja asal Muhammad mau bungkam!" kata mereka.
Utbah bin Rabi'ah pun menemui Rasulullah.
"Anakku," katanya lembut,
"engkau adalah orang terhormat. Namun kini, engkau
membawa soal besar sehingga masyarakat kita tercerai-
berai. Sekarang dengarlah, kami menawarkan kepadamu
beberapa hal, mungkin sebagiannya bisa engkau terima.
Anakku, kalau yang engkau inginkan adalah harta, kami
siap mengumpulkan dan memberikan harta kami sehingga
engkau akan menjadi seorang paling kaya. Kalau engkau
ingin kedudukan, akan kami angkat engkau sebagai
pemimpin kami sehingga kami tidak akan mengambil
keputusan tanpa persetujuanmu. Kalau engkau ingin
menjadi raja, akan kami nobatkan engkau menjadi raja
kami. Jika engkau diserang penyakit yang tidak dapat
engkau sembuhkan sendiri, akan kami biayai
pengobatannya dengan harta kami sampai engkau sembuh."
Rasulullah terdiam sejenak. Utbah bin Rabi'ah merasa
kata katanya yang berbunga itu seolah menguap tanpa
jejak ke udara.
*Surat Fushilat*
Rasulullah lalu membaca ayat-ayat Al Qur'an Surat
Fushilat mulai dari ayat pertama:
ِ ْهللا الرَّ ح
من الرَّ ح ِِيم ِ ِبسْ ِم
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
(1). حم
Haa Miim. (Haa Miim) hanya Allah saja yang mengetahui
arti dan maksudnya.
(2). َت ْن ِزي ٌل مِنَ الرَّ حْ ٰ َم ِن الرَّ ح ِِيم
Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
(3). ًَيا لِ َق ْو ٍم َيعْ لَمُون3ًّ ت آيَا ُت ُه قُرْ آ ًنا عَ رَ ِب
ْ َصل
ِّ ُِك َتابٌ ف
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam
bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui,
(4). َبَشِ يرً ا َو َنذِيرً ا َفأَعْ رَ ضَ أَ ْك َث ُر ُه ْم َف ُه ْم اَل َيسْ َمعُون
yang membawa berita gembira dan yang membawa
peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling
(daripadanya); maka mereka tidak (mau) mendengarkan.
(5). ََو َقالُوا قُلُو ُب َنا فِي أَ ِك َّن ٍة ِممَّا َت ْدعُو َنا إِلَ ْي ِه َوفِي َآذا ِن َنا َو ْق ٌر َومِنْ َب ْي ِن َنا َو َب ْينِكَ حِجَ ابٌ َفاعْ َم ْل إِ َّن َنا عَ امِلُون
Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang
menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di
telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada
dinding, maka lakukanlah (sesuai kehendak kamu);
sesungguhnya kami akan melakukan (sesuai kehendak
kami)".
Rasulullah terus membacakan ayat-ayat lanjutannya yang
menuturkan tentang Rasulullah hanyalah seorang pemberi
peringatan, tentang gunung-gunung yang kokoh, tentang
penciptaan langit dan tujuh lapisannya, tentang azab
petir yang menimpa kaum Tsamud, tentang ngerinya nasib
kaum kafir yang menolak wahyu dari Allah.
Ayat-ayat itu begitu memesona Utbah sampai ia lupa
pada apa yang ia tawarkan kepada Rasulullah. Hatinya
semakin hanyut, larut, dan...
"Cukuplah Muhammad. Cukuplah sekian saja!" seru Utbah.
Ia diam sejenak, lalu kemudian bertanya lagi,
"Apakah engkau dapat menjawab selain yang tadi engkau
baca?"
"Tidak".
Utbah terpana.
"Jadi, inilah Muhammad," pikirnya.
"Laki laki ini bukanlah orang yang ingin memiliki
gunungan harta, kedudukan, kerajaan, dan sama sekali
bukan orang sakit. Ia hanyalah orang yang ingin
mempertahankan tugasnya dengan baik sekali dan ia tadi
mengucapkan kata kata penuh mukjizat..."
Begitulah, akhirnya Utbah bin Rabi'ah kembali dengan
tangan hampa. Para pembesar Quraisy pun kecewa karena
Rasulullah menolak tawaran mereka. Kemudian,
penganiayaan dan siksaan terhadap kaum Muslimin pun
berlanjut dan semakin ganas.
Bersambung
07/09/21 07.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 38
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Ke Habasyah*
Gangguan terhadap kaum Muslimin semakin berat dari
hari ke hari. Bahkan, beberapa orang gugur karena
disiksa terlalu keras. Berdasarkan wahyu dari Allah,
Rasulullah pun memerintahkan agar mereka berhijrah.
"Wahai Rasulullah, ke mana kami akan pergi?"
Rasulullah menasehati agar mereka pergi ke Habasyah
yang rakyatnya menganut agama Kristen.
"Tempat itu diperintah oleh seorang raja dan tidak ada
orang yang dianiaya di situ. Itu bumi yang jujur,
sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua,"
demikian sabda Rasulullah.
Mematuhi perintah Rasulullah, berangkatlah rombongan
pertama kaum Muslimin ke Habasyah pada bulan Rajab,
tahun ke lima kenabian. Rombongan itu terdiri atas 12
orang pria dan 4 perempuan. Dengan sembunyi-sembunyi,
mereka meninggalkan Mekah, menyeberangi laut ke benua
Afrika, dan tiba di pantai Habasyah. Seperti yang
dikatakan Rasulullah, Najasyi, Raja Habasyah itu,
memberi mereka perlindungan dan tempat yang baik.
Kelak, ketika mendengar bahwa orang Quraisy tidak lagi
menyiksa kaum Muslimin, mereka kembali pulang. Namun,
ternyata berita itu tidak benar.
Di Mekah, keadaan justru semakin buruk bagi kaum
Muslimin. Mereka pun berangkat kembali ke Habasyah,
kali ini dengan jumlah rombongan yang lebih besar,
terdiri atas 83 orang pria dan 18 wanita dipimpin oleh
Ja'far bin Abu Thalib.
*Habasyah*
Saat itu Habasyah adalah negara yang meliputi bagian
selatan Mesir, Erytrea, Ethiopia, dan Sudan. Habasyah
artinya 'persekutuan'. Dahulu Habasyah bersekutu
dengan kerajaan Saba atau Himyar. Kaum Muslimin
berangkat dari Teluk Syu'aibah, sebelah selatan
Jeddah.
*Amarah Umar*
Umar bin Khattab duduk termenung di rumahnya. Di
seluruh Mekah, tidak ada seorang pun yang mampu
melunakkan hati Umar. Ia begitu cepat naik pitam dan
garang. Ia tidak pernah luluh oleh rayuan gadis-gadis
penghibur setiap kali ia mendatangi para penjual
khamr.
Ia tidak pula pernah terbujuk ikut bergabung dengan
para pejalan malam yang suka bergerombol di pelataran
rumah sambil mendengarkan para penabuh rebana.
Segalanya tidak mampu melembutkan kekerasan hatinya
yang suka bertindak garang dan menakutkan.
Namun kini, ia tengah duduk termenung sendiri.
"Hamzah, apa yang terjadi padamu? Engkau menaklukkan
dan mempermalukan Abu Jahal, temanmu sendiri! Apa yang
membuatmu jadi seperti ini? Bahkan, engkau berani
meninggalkan agama nenek moyang kita dan bergabung
dengan Muhammad! Ini jelas akan membuat pengikut agama
baru ini jadi sombong dan besar kepala!
Hamzah, bukankah engkau, Abu Jahal, Khalid bin Walid
dan aku telah bersama membuat Quraisy jadi suku paling
disegani? Semua itu berkat kerja keras dan keuletan
kita berempat. Suku-suku yang lain iri kepada Quraisy
karena Quraisy memiliki kita. Ini semua gara-gara
Muhammad! Hamzah tidak lagi mau minum-minum bersamaku.
Betapa sepinya malam-malam tanpa Hamzah!"
"Muhammad, engkau membuat pusing kepala orang-orang
miskin, para budak, buruh kasar, dan para perempuan
lemah! Engkau membuat mereka berani menentang para
majikan! Apa yang engkau sampaikan pasti sebuah sihir.
Muhammad, tegakah engkau melihat para pengikut mu
pergi meninggalkan tanah air nya ke Habasyah yang
begitu jauh?
Ini benar-benar keterlaluan! Aku harus membunuh
Muhammad sekarang juga! Meski aku harus berhadapan
dengan Hamzah, aku akan membunuhmu dan membuat Mekah
kembali seperti dulu!"
Setelah berpikir begitu, Umar bin Khattab mencabut
pedangnya. Amarahnya dengan cepat naik ke ubun-ubun.
Dengan langkah-langkah yang tidak bisa dirintangi,
Umar berjalan cepat menuju Darul Arqam. Matanya
mengandung api dan pedangnya membara! Tidak seorang
pun bisa menghalangi Umar jika ia sudah bertekat
dengan sunguh-sunguh!
*Duka Umar*
Ummu Abdillah adalah seorang perempuan tua. Ia juga
tetangga Umar bin Khattab. Setelah ia sekeluarga
memeluk Islam, Umar suka mengganggunya. Padahal
sebelum itu, Umar cukup hormat dan bahkan
menyayanginya.
Saat itu, Ummu Abdillah tengah membereskan barang-
barang untuk dibawa hijrah ke Habasyah. Tiba-tiba,
hati nya berdebar. Ia melihat Umar bin Khattab
melangkah dengan pedang terhunus! Karena tidak ada
waktu lagi untuk lari ke dalam rumah, Ummu Abdillah
bersembunyi di balik barang-barangnya. Hatinya
berdebar tidak karuan. Tanpa sadar, ia menahan napas
ketika Umar semakin mendekat.
Akan tetapi, Umar melihatnya dan berhenti.
"Jadi engkau benar benar akan berangkat, wahai Ummu
Abdillah?"
Ummu Abdillah keluar dari tempat persembunyiannya. Ia
heran karena suara Umar tidak terdengar marah seperti
biasanya.
"Ya, demi Allah. Engkau telah menyakitiku dan
menindasku. Aku akan benar-benar pergi ke bumi Allah
hingga Allah memberikan jalan keluar bagiku," sahut
Ummu Abdillah.
Sesaat, Umar tampak merenung, "Ini dia tetanggaku,
mereka akan pergi juga meninggalkan Mekah."
Umar berpaling, menatap wajah tua Ummu Abdillah dan
berkata dalam hati, "Begitu jauh jalan yang akan
ditempuh orang tua ini, begitu sedikit barang yang
bisa dibawanya."
Akhirnya Umar melangkah pergi sambil berkata parau,
"Semoga Allah senantiasa menyertaimu."
Ummu Abdillah terpana. Belum pernah Umar berlaku
selembut ini sejak mereka memeluk Islam.
"Tidakkah engkau melihat kelemahlembutan dan kedukaan
Umar terhadap kita?" tanya Ummu Abdillah kepada
putranya.
"Apakah Ibu berharap ia akan memeluk Islam?" tanya
sang putra. "Dia tidak akan pernah memeluk Islam
sebelum keledai bapaknya juga masuk Islam!"
*Bersambung...*
08/09/21 15.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 39
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Berita untuk Umar*
Umar melanjutkan langkahnya menuju Darul Arqam.
"Sudah jelas, Muhammad-lah yang menyebabkan semua
kesengsaraan ini! Aku harus membunuhnya agar Mekah
kembali damai dan tenang. Mengenai Hamzah, aku akan
bertarung dengannya. Aku yang mati atau Hamzah yang
mati, itu tidak terlalu membuatku risau."
Tiba-tiba, lamunannya buyar ketika Nu'aim bin Abdullah
menegurnya, "Hendak kemana, wahai putra Khattab?"
"Aku akan menemui Muhammad! Dia yang menukar agama
nenek moyang kita. Dia yang memecah belah masyarakat
Quraisy. Dia memiliki banyak angan-angan bodoh. Dia
yang mencaci tuhan-tuhan kita. Untuk semua
kesalahannya itu, aku akan menebas lehernya!"
"Demi Allah, engkau telah tertipu oleh dirimu sendiri,
wahai Umar! Apakah tindakanmu membunuh Muhammad akan
dibiarkan saja oleh Bani Abdi Manaf? Tidakkah lebih
baik engkau pulang dan mengurusi keluarga mu sendiri?"
Umar berhenti melangkah dan bertanya tajam, "Keluarga
ku yang mana?"
"Saudara sepupumu sendiri, Sa'id bin Zaid bin Ammar
dan istrinya yang tak lain adalah adik perempuanmu,
Fathimah binti Khattab. Mereka telah mengikuti ajaran
Muhammad, urusi saja mereka dulu!"
Umar segera membalikkan badan dan melangkah cepat
menuju ke rumah adiknya.
"Kalau itu benar, aku akan bertindak pada Sa'id bin
Zaid seperti yang pernah dilakukan oleh ayahku yang
garang. Al Khattab, kepada ayah Sa'id, Zaid bin Ammar!
Berani-beraninya dia memeluk Islam, sedangkan dia tahu
aku membenci agama itu!"
Dengan keras, Umar bin Khattab menggedor pintu rumah
Sa'id bin Zaid dan Fatimah. Suaranya berdentum-dentum
keras mengejutkan siapa saja yang ada di dalam rumah.
Sudah bisa diduga, kali ini akan jatuh lagi korban
dalam penganiayaan yang menimpa kaum Muslimin.
*Amuk Umar bin Khattab*
Di dalam rumah, Sa'id dan Fathimah binti Khattab
sedang mengikuti ayat Al Qur'an yang dibacakan oleh
Khabbab bin Al Arat. Begitu pintu berguncang diketuk
Umar, Sa'id dan Fathimah segera menyembunyikan
Khabbab. Fathimah segera menyembunyikan lembaran-
lembaran yang tadi mereka baca di bawah pahanya.
Sa'id membuka pintu dan Umar bergegas masuk.
"Suara apa yang baru kudengar itu?" bentak Umar.
" Tidak.... kami tidak mendengar suara apa pun tadi "
Seketika amarah Umar bin Khattab meledak, "Kudengar
kalian telah mengikuti ajaran Muhammad!"
Belum sepatah kata pun keluar dari mulut kedua suami
istri itu, pedang Umar sudah terayun dan gagangnya
mengenai Sa'id hingga ia jatuh terjerembab di lantai
dan luka. Melihat suaminya berdarah, Fathimah bangkit
berusaha melerai, tetapi tangan Umar cepat sekali
menampar wajahnya.
Fathimah jatuh di samping suaminya dengan darah
mengucur dari wajahnya.
Meski garang, Umar terkenal lembut dan penyayang
kepada keluarganya sendiri. Melihat darah Fathimah,
Umar tertegun.
"Fathimah berdarah," pikirnya, "Mengapa aku bisa
sampai begitu? Aku menyayangi adikku itu sepenuh
hati, bahkan lebih mirip rasa sayang antara ayah
kepada putrinya!"
Fathimah yang lembut dan biasanya selalu patuh kepada
Umar, kali ini mengangkat wajah, menentang langsung
paras kakaknya itu.
"Baiklah," seru Fathimah
"lakukanlah apa saja yang engkau kehendaki!"
Fathimah sudah siap menghadapi berbagai kemungkinan
yang akan terjadi. Ia siap disiksa oleh kakaknya
sendiri yang dari kecil begitu menyayanginya, ia
bahkan siap untuk mati. Kedua tangannya terentang,
seolah siap menerima tikaman pedang Umar ke dadanya.
*Al Qur'an bukan Mantra Syair*
Suatu malam, Umar bin Khattab diam-diam mendengar
Rasulullah ﷺmembaca Al Qur'an pada malam
hari, Umar terpesona. Namun, ia berkata dalam hati,
"Ah, ini pasti ucapan seorang penyair". Bisik hati
Umar.
Saat itu Rasulullah ﷺmembaca surah Al Haqqah
ayat 41,
ََومَا ه َُو ِب َق ْو ِل َشاعِ ٍر ۚ َقلِياًل مَا ُت ْؤ ِم ُنون
"Dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair.
Sedikit sekali kamu beriman kepadanya."
Kembali, Umar bin Khattab diam-diam datang ke rumah
Rasulullah pada tengah malam dan mendengar Rasulullah
membaca Al Qur'an. Umar berkata dalam hati, "Kalau ini
bukan ucapan tukang tenung, ini pasti ucapan Muhammad,
bukan Firman Tuhan."
Namun, sesegera itu juga, Rasulullah membaca Surah Al
Haqqah ayat 43:
ََت ْن ِزي ٌل مِنْ رَ بِّ ْالعَ الَمِين
"Ia (Al Qur'an) adalah wahyu yang diturunkan dari
Tuhan seluruh alam."
*Bersambung...*
08/09/21 15.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 40
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Surat Thohaa*
Akan tetapi, Umar tidak bisa melawan rasa sayang
kepada adiknya. Amarahnya padam seperti api terguyur
hujan. Ia duduk, diam dalam penyesalan. Ditatapnya
wajah adiknya dalam-dalam, disesalinya luka akibat
tamparannya tadi.
"Perlihatkan lembaran-lembaran tadi yang kalian baca
agar aku tahu apa yang Muhammad bawa," pinta Umar.
"Kami khawatir engkau merampas lembaran-lembaran itu."
"Tidak perlu takut, perlihatkanlah. Aku bersumpah akan
mengembalikannya."
Saat itu, timbul harapan di hati Fatimah agar kakaknya
memeluk Islam.
"Kakak engkau adalah penyembah berhala, karena itu
engkau kotor. Sesungguhnya, lembaran ini tidak boleh
disentuh kecuali orang yang suci."
Tanpa berkata lagi, Umar berdiri lalu mandi. Setelah
itu ia kembali dan membaca lembaran-lembaran yang
berisi surat Thohaa.
طه
Thaahaa.
مَا أَ ْن َز ْل َنا عَ لَ ْيكَ ْالقُرْ آنَ ِل َت ْش َق ٰى
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu
menjadi susah;
إِاَّل َت ْذكِرَ ًة ِل َمنْ ي َْخ َش ٰى
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut
(kepada Allah),
ت ْال ُعلَى َ َت ْن ِزياًل ِممَّنْ َخلَقَ اأْل َرْ ضَ َوال َّسم
ِ َاوا
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan
langit yang tinggi.
ش اسْ َت َو ٰى ِ ْالرَّ حْ ٰ َمنُ عَ لَى ْالعَ ر
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di
atas ´Arsy.
الثرَ ٰى َّ َض َومَا َب ْي َن ُهمَا َومَا َتحْ ت ِ ْت َومَا فِي اأْل َر َ لَ ُه مَا فِي ال َّسم
ِ َاوا
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang
di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang
di bawah tanah.
َوإِنْ َتجْ َهرْ ِب ْال َق ْو ِل َفإِ َّن ُه َيعْ لَ ُم السِّرَّ َوأَ ْخ َفى
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya
Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi.
هَّللا ُ اَل إِ ٰلَ َه إِاَّل ه َُو ۖ لَ ُه اأْل َسْ مَا ُء ْالحُسْ َن ٰى
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-
nama yang baik),
Umar terus membaca sebagian besar lembaran-lembaran
tadi, lalu berhenti. Tangannya terkulai. Matanya sayu.
Dikembalikannya lembaran-lembaran tadi ke tangan
Fatimah. Dengan rasa heran dan penuh harap, Fatimah
memerhatikan wajah kakaknya.
Kemudian di dengarnya Umar mendesah. "Alangkah bagus
dan agung kata-kata ini."
Seolah mendadak matahari yang terang benderang muncul
dari balik awan. Khattab bin Al Arat segera keluar
dari persembunyiannya.
"Wahai Umar!" serunya meluap-luap, "aku sungguh
berharap mudah-mudahan Allah mengistimewakan dirimu.
Kemarin kudengar Rasulullah berdoa, "Ya Allah!
kuatkanlah Islam dari dua Umar, Abu Jahal bin 'Amr bin
Hisyam atau Umar bin Khattab!"
Mendengar itu, Umar segera bangkit dan bergegas menuju
Darul Arqam. Namun, tangannya masih menghunus pedang
dan wajahnya seperti singa padang pasir yang siap
bertarung.
*Keislaman Umar bin Khattab*
Berdentum-dentum pintu Darul Arqam diketuk Umar.
Sebelum membuka pintu, seorang sahabat mengintip
keluar dan terkejut, seperti baru mengalami mimpi
buruk.
"Pengetuk pintu adalah Umar bin Khattab!" desisnya
panik kepada Rasulullah dan orang-orang di dalam,
"Dia datang dengan pedang terhunus!"
Hamzah bin Abdul Muthalib berdiri dan berkata tenang.
"Biarkan saja dia masuk. Jika dia datang dengan maksud
baik, kita sambut dengan baik. Namun, jika dia datang
dengan maksud jahat, kita bunuh saja dia dengan
pedangnya"
Setelah berkata begitu, tangan Hamzah bergerak meraba
gagang pedangnya. Suasana tambah mencekam ketika pintu
dibuka. Namun, Umar tidak juga masuk, ia tetap berdiri
dengan sikap garang di depan pintu.
Melihat itu, Rasulullah pun berdiri dan berjalan cepat
menghampiri Umar. Dengan kecepatan yang bahkan tidak
terduga oleh Umar sendiri, tangan Rasulullah yang
mulia bergerak dan mencengkeram leher baju Umar dengan
kuat.
Dengan suara tegas yang tidak bisa dibantah,
Rasulullah berkata,
"Wahai Umar! Dengan maksud apa engkau datang? Demi
Allah, aku tidak akan melihat engkau berhenti dengan
sikap dan tindakanmu terhadap kami hingga Allah
menurunkan bencana untukmu"
Kerongkongan Umar tersekat karena begitu terkejut.
Kesombongannya runtuh, bahkan rasa takut menguasai
dirinya. Dengan suara lirih ia berkata "Wahai
Rasulullah....... "
Semua orang di Darul Arqam tercengang. Mereka lebih
tercengang lagi mendengar Umar bin Khattab, sang Singa
Quraisy, melanjutkan kata-katanya,
"Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan
Utusan-Nya"
Rasulullah melepaskan cengkeramannya dan berkata
penuh rasa syukur, "Subhanallah ....."
Takbir Hamzah membahana. Pada bulan Dzulhijjah tahun
keenam kenabian itu, Umar bin Khattab, Sahabat
berperang dan teman minumnya, menjadi saudara seiman.
Hati mereka terikat dalam tali yang tidak bisa putus
lagi sampai ke akhirat. Dengan kegembiraan yang tiada
tara, Rasulullah mengusap dada Umar agar sahabat
barunya itu tetap dalam keimanan.
*Bersambung...*
08/09/21 15.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 41
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Berdakwah Terang-Terangan*
Keesokan harinya, Umar mengingat-ingat siapa yang
paling keras memusuhi Rasulullah. Jawabannya pun
langsung ditemukan, "Abu Jahal!" Tanpa membuang waktu,
Umar pergi mengetuk pintu rumah Abu Jahal. Abu Jahal
keluar dan menyambut Umar,
"Selamat datang, wahai kemenakanku! Kabar apakah
gerangan yang engkau bawa?"
"Aku datang untuk memberitahukan kepadamu bahwa aku
telah memercayai ajaran-ajaran Muhammad!"
Wajah Abu Jahal pucat. Sambil membanting pintu, ia
berseru lantang,
"Mudah-mudahan tuhan mengutukmu. Alangkah buruknya
kabar yang engkau bawa!"
Tidak berhenti sampai disitu, di sepanjang jalan, Umar
memberi tahu setiap orang bahwa ia telah memeluk
Islam.
Setelah itu, Umar pergi ke Ka'bah dan mengumumkan
keislamannya. Rasa takut bercampur benci semakin
membengkak di hati orang-orang Quraisy yang masih
kafir.
Setelah masuk Islam, Umar bertanya,
"Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas
kebenaran mati maupun hidup?"
Ketika Rasulullah membenarkannya dengan tegas, Umar
meminta agar Rasulullah dan kaum Muslimin keluar
secara terang-terangan. Rasulullah menyetujui hal itu.
Beliau dan umatnya pun keluar ke jalan-jalan Kota
Mekah dalam dua barisan menuju Masjidil Haram. Barisan
sebelah kanan Rasulullah dipimpin oleh Hamzah dan
barisan di sebelah kiri dipimpin oleh Umar bin
Khattab.
Sejak itulah Umar digelari Al Faruq (sang pembeda
kebenaran dan kebathilan).
*Islam Mengajarkan Kebaikan*
Islam kemudian menjadi bahan diskusi hangat di Kota
Mekah. Mereka yang penasaran terus bertanya kepada
temannya yang Muslim. Sementara itu, mereka yang benci
tidak henti-hentinya menjelekkan agama ini.
"Apa yang diajarkan agama baru ini? Katakan kepadaku,
Sobat. Biar aku paham mengapa kamu begitu mudah
meninggalkan agama nenek moyang kita," kata seseorang
kepada sahabatnya.
"Engkau tahu bahwa hidupku sangat sulit," jawab teman
Muslimnya,
"setiap kali kulihat orang-orang kaya mengendarai
kuda-kuda istimewa, mengenakan pakaian mewah, dan
memasuki rumah megah, aku jadi bertanya, untuk apa
sebenarnya Tuhan menciptakan aku ini? Aku tidak bisa
menikmati hidup kecuali bekerja keras untuk makan
sehari-hari. Aku tidak tahu setelah aku mati akan ke
mana aku pergi. Sungguh sulit rasanya menjadi orang
yang berharga dan mulia."
Sang muslim menoleh dan melihat wajah temannya itu
tampak bersungguh-sungguh.
"Namun kemudian, Islam datang dan mengajarkan bahwa
kemuliaan bukan terletak pada tumpukan emas dan perak
kita, akan tetapi pada sebanyak apa kebaikan yang
telah kita buat. Islam tidak melarang perdagangan dan
orang menjadi kaya, tetapi Islam mengajarkan bahwa
nilai cinta kasih, persaudaraan, tolong-menolong, dan
kebersamaan berada jauh di atas nilai setumpuk harta.
Tahukah engkau, setelah datangnya Islam, aku merasa
menjadi yang lebih berarti daripada sebelumnya."
Sang teman mengangguk-angguk.
"Lebih dari itu," lanjut si Muslim,
"Islam mengenalkan aku kepada siapa sebenarnya
Pencipta alam yang patut disembah: bukan berhala yang
tidak bisa apa-apa, melainkan Allah.
Melalui Rasulullah, Allah menurunkan perkataan-Nya
buat kita. Coba dengarkan beberapa ayat berikut ini.
Engkau akan tahu bahwa tidak seorang penyair pun yang
mampu menandingi keindahan bahasanya apalagi kebenaran
isinya."
Kemudian, beberapa ayat Al Qur'an mengalun dari mulut
si Muslim dan langsung menembus hati temannya yang
kini kian larut dan kian dekat pada kebenaran.
*Kesaksian Musuh*
Bahkan para musuh Rasulullah pun tidak dapat
mengingkari kejujuran Rasulullah.
Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib bahwa
Abu Jahal pernah berkata kepada Rasulullah,
"Sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, tapi kami
mendustakan apa yang engkau bawa."
*Utusan Quraisy*
Apa yang terjadi dengan Muslim yang berhijrah ke
Habasyah.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka berlindung di
Habasyah!" Seru seseorang pembesar Quraisy.
"Dengan perlindungan yang diberikan Raja Najasyi, aku
khawatir mereka akan bertambah kuat dan membahayakan
kita!"
"Kirim utusan kepada Najasyi!" Sambut pembesar yang
lain,
"bujuk dia, katakan apa saja agar dia memulangkan para
pengikut Muhammad itu!"
Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi'ah diutus
menemui Raja Habasyah, Najasyi. Tiba di Habasyah,
mereka mempersembahkan hadiah-hadiah berharga untuk
raja dan para pembesarnya.
"Paduka Raja," kata mereka, "kaum Muslim yang datang
ke negeri Paduka ini adalah budak-budak kami yang
tidak punya malu. Mereka meninggalkan agama bangsanya
dan tidak pula menganut agama Paduka. Mereka membawa
agama yang mereka ciptakan sendiri yang tidak kami
kenal dan tidak juga Paduka kenal. Kami diutus kepada
Paduka oleh pemimpin-pemimpin masyarakat mereka, oleh
orangtua-orangtua mereka, paman mereka, dan keluarga
mereka sendiri, agar Paduka sudi mengembalikan orang-
orang itu kepada kami. Kami lebih mengetahui betapa
orang-orang itu mencemarkan dan memaki-maki tuhan-
tuhan kami.
Sebenarnya, kedua utusan tersebut telah menyogok para
pembesar istana untuk membantu meyakinkan raja. Namun,
Najasyi adalah raja yang bijaksana. Dia sama sekali
tidak terpengaruh hadiah-hadiah yang dibawa kedua
utusan Quraisyi. Dia tidak mau mengusir kaum Muslimin
kembali sebelum ia mendengar sendiri apa alasan mereka
pergi meninggalkan Mekah.
"Bawa para pengungsi itu ke hadapanku!" perintah
Najasyi.
Seluruh kaum Muslimin menghadap, Raja bertanya, Agama
apa ini yang sampai membuat Tuan-Tuan meninggalkan
masyarakat Tuan sendiri, tetapi tidak juga Tuan-Tuan
menganut agamaku atau agama lain?"
08/09/21 15.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH*
#Bagian Ke 42
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Jawaban Kaum Muslimin*
Saat itu, yang menjadi juru bicara kaum Muslimin
adalah sepupu Rasulullah yang amat tampan, Ja'far bin
Abu Thalib.
"Paduka Raja," Ucap Ja'far penuh hormat,
"ketika itu, kami masyarakat yang bodoh, kami
menyembah berhala, bangkai pun kami makan, segala
kejahatan kami lakukan, memutuskan hubungan dengan
kerabat, dengan tetangga pun kami tidak baik, yang
kuat menindas yang lemah.
Demikian keadaan kami sampai Tuhan mengutus seorang
utusan-Nya dari kalangan kami yang sudah kami kenal
asal-usulnya. Dia jujur, dapat dipercaya, dan bersih
pula.
Dia mengajak kami menyembah Allah Yang Mahatunggal,
meninggalkan batu-batu dan patung-patung yang selama
ini kami dan nenek moyang kami menyembah.
Dia menganjurkan kami untuk tidak berdusta, untuk
berperilaku jujur, mengadakan hubungan baik dengan
keluarga dan tetangga, menyudahi pertumpahan darah,
serta menghentikan perbuatan terlarang lainnya.
Dia melarang kami melakukan segala kejahatan dan
menggunakan kata-kata dusta, melarang memakan harta
anak yatim, dan melarang mencemarkan perempuan-
perempuan bersih.
Dia minta kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-
Nya. Selanjutnya, disuruhnya kami melakukan shalat,
zakat, dan shaum (lalu Ja'far menyebut beberapa
ketentuan Islam).
Kami pun membenarkannya. Kami turut segala yang
diperintahkan Allah. Lalu, yang kami sembah hanya
Allah Yang Mahatunggal, tidak menyekutukan-Nya dengan
apa dan siapa pun juga.
Segala yang diharamkan kami jauhi dan yang dihalalkan
kami lakukan. Oleh karena itulah, masyarakat kami
memusuhi kami, menyiksa kami, dan menghasut kami, dan
supaya kami meninggalkan agama kami dan kembali
menyembah berhala supaya kami membenarkan segala
keburukan yang pernah kami lakukan dulu.
Oleh karena mereka memaksa kami, menganiaya kami,
menekan kami, dan menghalang-halangi kami dari agama
kami, maka kami pun keluar, pergi ke negeri Tuan ini.
Tuan jugalah yang menjadi pilihan kami. Senang sekali
kami berada di dekat Tuan, dengan harapan, di sini
tidak akan ada penganiayaan."
Najasyi mendengarkan penuh dengan kesungguhan, lalu
katanya, "Adakah ajaran Tuhan yang dibawanya itu yang
dapat Tuan-tuan bacakan kepada kami?"
*Surat Maryam*
"Ya," jawab Ja'far.
Lalu, ia membaca surat Maryam, ayat 29-33:
ت إِلَ ْي ِه ۖ َقالُوا َك ْيفَ ُن َكلِّ ُم َمنْ َكانَ فِي ْال َم ْه ِد صَ ِب ًّيا ْ ََفأ َ َشار
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata:
Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih di dalam ayunan?
Surah Maryam (19:29)
َقا َل إِ ِّني عَ ْب ُد هَّللا ِ آ َتانِيَ ْال ِك َتابَ َوجَ عَ لَنِي َن ِب ًّيا
Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia
memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku
seorang nabi,
Surah Maryam (19:30)
ت حَ ًّيا ُ ْالز َكا ِة مَا دُم َّ ت َوأَ ْوصَ انِي ِبال
َّ صاَل ِة َو ُ َوجَ عَ لَنِي ُمبَارَ ًكا أَ ْينَ مَا ُك ْن
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana
saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup;
Surah Maryam (19:31)
َوب ًَّرا ِب َوالِدَ تِي َولَ ْم َيجْ عَ ْلنِي جَ بَّارً ا َشقِ ًّيا
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan
aku seorang yang sombong lagi celaka.
Surah Maryam (19:32)
ث حَ ًّيا ُ َُوت َوي َْو َم أ ُ ْبع
ُ ت َوي َْو َم أَم ُ َوال َّساَل ُم عَ لَيَّ ي َْو َم وُ ل ِْد
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada
hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada
hari aku dibangkitkan hidup kembali.
Surah Maryam (19:33)
Ayat-ayat Al-Qur'an itu membenarkan kitab Injil. Semua
pemuka istana dibuat terkejut. Mereka berkata,
"Itu kata-kata yang keluar dari sumber yang
mengeluarkan kata-kata Isa Al Masih."
Penuh haru, Najasyi membenarkan para pembesar
istananya,
"Kata- kata ini dan yang dibawa oleh Musa, keluar dari
sumber cahaya yang sama."
Najasyi berpaling kepada kedua utusan Quraisy,
"Pergilah. Kami takkan menyerahkan mereka kepada Tuan-
Tuan!"
Kaum Muslimin saling berpandangan penuh syukur.
Sementara itu, Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi'ah
berjalan keluar istana dengan wajah murung.
"Tidak bisa begini," keluh Abdu
llah.
"Tidak bisa kita jauh-jauh datang kesini untuk
kemudian pulang dengan tangan hampa dan terhina."
Amr bin Ash, yang terkenal lihai dalam bersiasat,
merenung sejenak.
"Rasanya, aku masih punya siasat lain," katanya.
"Namun, biar kita kembali esok hari. Biarkan para
pengikut Muhammad itu merasa senang. Besok, akan kita
kejutkan mereka dengan pertanyaan yang akan kita
ajukan kepada Najasyi."
*Bersambung...*
09/09/21 07.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 43
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Kaum Muslimin Menang*
Siasat para utusan Quraisy itu sederhana saja.
"Paduka" kata mereka kepada Najasyi keesokan harinya,
sesungguhnya kaum Muslimin menuduh keji terhadap Isa
anak Maryam."
Mendengar itu, Najasyi terkejut. Dia langsung
memanggil Ja'far dan teman-temannya.
"Benarkah kalian menuduh Isa anak Maryam dengan
tuduhan yang jelek?" tanya Najasyi.
Ja'far kembali menjawab dengan tenang. "Tentang dia,
pendapat adalah seperti yang dikatakan Nabi kami. "Dia
adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Ruh-Nya dan firman-
Nya yang disampaikan perawan Maryam. "
Najasyi turun dari singgasananya dengan mata berbinar
gembira. Dia mengambil sebuah tongkat dan membuat
garis lurus diatas tanah.
"Antara agama Tuan-Tuan dan agama kami," katanya penuh
gembira bercampur haru, "sebenarnya tidak lebih dari
garis ini."
Nyata bagi Najasyi bahwa kaum Muslimin mengakui Nabi
Isa, mengenal adanya Kristen, dan menyembah Allah.
Kedua utusan Quraisy pun pulang dengan tangan hampa.
Tidak ada celah bagi tuduhan atau siasat yang mereka
lancarkan. Kenyataan pahit ini akan segera sampai
kepada para pemuka Quraisy di Mekah.
Setelah itu kaum Muslimin tinggal di Habasyah dengan
perasaan aman dan tentram.
*Sempat Kembali*
Kaum muslimin yang berhijrah ke Habasyah sempat
kembali ke mekah karena mendengar berita bahwa orang
Quraisy sudah tidak terlalu keras memusuhi Rasulullah
dan pengikutnya. Namun, ketika mengetahui bahwa orang
Quraisy malah bersikap semakin keras, mereka kembali
berhijrah ke Habasyah.
*Ajakan Saling Menyembah Tuhan*
Di Mekah, para pembesar Quraisy, Abu Jahal bin Hisyam,
Abu Sufyan bin Harb, Abu Lahab, Utbah bin Rabi'ah,
Walid bin Mughirah, dan Ummayah bin Khalaf mengundang
Rasulullah ke pertemuan mereka. Sejenak, hati
Rasulullah penuh harapan, mungkin lewat pertemuan hari
ini mereka akan tersentuh oleh Islam.
Alangkah kecewanya Rasulullah ketika lagi-lagi yang
mereka tawarkan kepadanya adalah soal harta dan
kekuasaan. Beliau diam sejenak, lalu berkata,
"Apa yang kalian katakan sama sekali tidak pernah
terlintas dalam lubuk hatiku. Aku datang memenuhi
ajakan kalian untuk mengadakan perundingan. Tidak ada
maksud sama sekali untuk mencari harta kekayaan, tidak
pula kemuliaan, dan kekuasaan.
Allah telah mengutus diriku sebagai utusan bagi kalian
semua. Jika kalian mau menerima ajaran-ajaran yang
kubawa, hal itu merupakan keberuntungan kalian di
dunia dan di akhirat. Jika kalian semua menolak, aku
akan bersabar hingga Allah memutuskan persoalan yang
terjadi di antara aku dan kalian."
Para pembesar Quraisy itu mengerutkan kening. Lagi-
lagi Muhammad bicara tentang Tuhannya. Salah seorang
di antara mereka pun akhirnya bicara,
"Marilah antara kami dan engkau mengadakan kerja sama
dalam persoalan ketuhanan ini. Jika yang kami sembah
lebih baik daripada yang kamu sembah, kami akan
memperoleh keuntungan darinya. Jika yang engkau sembah
lebih baik daripada yang kami sembah, engkau akan
memperoleh keuntungan darinya."
Orang itu menarik napas sejenak, lalu melanjutkan
lagi,
"Maka, engkau harus menyembah tuhan-tuhan kami dan
menjalankan perintah-perintahnya. Kami akan menyembah
Tuhanmu dan menjalankan perintah-Nya."
Rasulullah tidak menunggu sejenak pun untuk
menanggapi. Beliau mengutip sebuah ayat Al Qur'an
(surah Al-Kafirun),
َاَل أَعْ ُب ُد مَا َتعْ ُب ُدون
Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Surah Al-Kafirun (109:2)
َواَل أَ ْن ُت ْم عَ ِاب ُدونَ مَا أَعْ ُب ُد
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Surah Al-Kafirun (109:3)
َواَل أَ َنا عَ ِاب ٌد مَا عَ ب َْد ُت ْم
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,
Surah Al-Kafirun (109:4)
َواَل أَ ْن ُت ْم عَ ِاب ُدونَ مَا أَعْ ُب ُد
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah.
Surah Al-Kafirun (109:5)
ِ لَ ُك ْم دِي ُن ُك ْم َولِيَ د
ِين
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.
Surah Al-Kafirun (109:6)
Perundingan pun buntu. Para pembesar Quraisy itu
merasa tidak ada jalan lagi untuk melakukan perubahan.
Mereka merasa harus mengambil tindakan keras! Begi
tu kerasnya sampai Muhammad dan pengikutnya akan
meminta ampun kepada mereka!
*Pemboikotan*
"Kalian bayangkan!" seru seorang pemuka Quraisy kepada
yang lainnya. "Jumlah pengikut Muhammad kian
bertambah! Budak-budak kita telah berani mengangkat
muka di hadapan tuan-tuannya sebab mereka dilindungi
para pengikut Muhammad yang kaya raya! Jika kita
menyiksa budak itu, pasti datang salah seorang
pengikut Muhammad yang tanpa berat hati akan
membebaskan mereka!"
"Itu yang membuatku khawatir!" sahut yang lain,
"bayangkan jika jumlah budak yang dibebaskan itu makin
banyak dan mereka diberi senjata, kita pasti akan
kewalahan menghadapinya!"
Pembesar yang lain terdiam. Mereka mengakui ancaman
besar itu.
"Sejak Hamzah dan Umar mengikuti Muhammad, kita benar-
benar kekurangan kekuatan," keluh seseorang.
Kata-kata itu menyakitkan dan membuka luka lama. Bagi
para pembesar itu, puluhan budak yang masuk Islam
tidak sebanding dengan keislaman seorang Hamzah atau
Umar.
"Muhammad tidak akan berdaya kalau keluarganya dari
Bani Hasyim tidak melindunginya!" geram seseorang.
"Ya, Bani Hasyim pun belum semuanya jadi pengikut
Muhammad, mereka harus menerima akibatnya! Kita boikot
mereka semua! Jangan beri mereka kesempatan untuk
mencari nafkah! Kita buat mereka semua miskin dan
sengsara!"
Seruan itu disambut ramai oleh para pembesar.
Akhirnya, mereka mengeluarkan sebuah pengumuman yang
mereka tulis di atas sebuah lembaran. Isinya melarang
seluruh manusia menjalin hubungan pernikahan dan jual
beli dengan Bani Hasyim. Lembaran itu mereka
gantungkan di dinding Ka'bah.
Keesokan harinya, penduduk Mekah menjadi gempar.
Keputusan ini akan membuat Bani Hasyim terkucil,
kelaparan dan tertekan.
*Bersambung...*
09/09/21 07.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 44
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Derita Pemboikotan*
Pemboikotan kecil-kecilan terhadap kaum Muslimin
sebenarnya telah lama dijalankan. Kalau ada seseorang
saudagar menjadi Muslim, Abu Jahal akan mengatakan,
"Akan kami boikot barang-barangmu dan mengubahmu
sampai jadi pengemis."
Rasulullah ﷺ, Bani Hasyim dan kaum Muslimin
diasingkan ke dalam Syi'ib, benteng kecil milik Abu
Thalib. Kaum Quraisy menegaskan bahwa jika Bani Hasyim
menyerahkan Rasulullah ﷺ, pemboikotan kepada
mereka akan dicabut. Namun, bukannya merasa takut,
Bani Hasyim malah semakin setia kepada Rasulullah
ﷺyang merupakan anggota keluarga mereka.
Pemboikotan ini berjalan tiga tahun lamanya. Selama
itu, hanya musim haji saja Rasulullah ﷺdan
para pengikutnya bebas berdakwah keluar Syi'ib. Itu
pun selalu diikuti Abu Lahab sambil mengolok-olok
Rasulullah ﷺdengan kata-kata kasar. Pada
musim haji itu, Mekah ramai didatangi para peziarah
dari pelosok jazirah.
Akibat adanya pelarangan hubungan dagang, saat itu,
Rasulullah ﷺtidak dapat membeli makanan yang
cukup. Pada waktu-waktu yang sulit, mereka sering
terpaksa makan daun-daunan dan kulit-kulit pohon yang
tipis. Anak-anak menangis pada malam hari karena
kelaparan. Semetara itu, orang-orang dewasa mengganjal
perutnya dengan batu agar tidak masuk angin.
Perbuatan kejam itu juga menimbulkan rasa kasihan
sebagian orang Quraisy. Apalagi yang memiliki hubungan
saudara dengan Bani Hasyim. Orang-orang itu sering
dengan berbagai cara menolong keluarga mereka di dalam
Syi'ib.
Suatu ketika Abu Jahal sedang meronda di sekitar
Syi'ib, memergoki Hakim bin Hisyam bin Khuwailid dan
budak laki-lakinya berusaha meyelundupkan gamdum dan
makanan lain untuk bibinya yang tidak lain Khadijah
istri Rasulullah ﷺ.
Tanpa ampun, Abu Jahal memukuli budak laki-laki itu
dan merampas karung gandumnya.
"Aku bersumpah....!" teriak Abu Jahal terengah-engah
sambil terus memukul. "Aku bersumpah tidak seorang pun
dapat menyelundupkan makanan kepada Muhammad!"
Pada saat itu, Al Bakhtari datang sambil berseru
kepada Abu Jahal. " Hei makanan ini tadinya milik
bibinya. Bibinya lalu mengirimkan kepadanya, mengapa
engkau melarangnya mengantarkan makanan tersebut
kepada bibinya lagi?"
Kemudian keduanya berkelahi Abu Jahal terluka karena
dipukul dengan tulang unta.
*Syi'ib Abu Thalib*
Syi'ib Abu Thalib, tempat kaum muslimin digiring,
dikurung dan dijaga, dikelilingi dinding batu tinggi
yang tidak dapat dipanjat. Letaknya di Bukit Abu
Qubays, sebelah timur Mekah. Pintu masuknya berupa
celah sempit dengan tinggi kurang dari dua meter yang
hanya dapat dimasuki unta dengan susah payah.
*Derita di Pengasingan*
"Ibuuu aku lapar,"...tangis seorang anak di dalam
Syi'ib.
"Besok ya nak! Besok kita dapat kiriman makanan,"
jawab ibunya.
"Tidak mau, aku mau makan sekaraaaang....." Karena
tidak kuat menahan perutnya yang perih, anak itu
menangis dan menjerit-jerit.
Tangis dan jerit anak-anak terdengar hampir setiap
malam dari dalam Syi'ib. Sebagian penduduk Mekah mulai
tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, tetapi
mereka takut untuk membantu.
Ada empat ratus orang keluarga Bani Hasyim yang
bertahan di dalam Syi'ib. Kehidupan mereka begitu
keras dan penuh dengan kekurangan, tetapi tidak
satupun yang berniat mengkhianati Rasulullah
ﷺ. Padahal, tidak semua anggota keluarga
telah memeluk agama Islam, termasuk Abu Thalib, sang
pemimpin Bani Hasyim.
Kehadiran Rasulullah ﷺdi tengah-tengah mereka
sudah cukup membuat mereka lupa akan segala kecemasan
dan membuat mereka selalu berbahagia. Mereka mengerti
bahwa Allah telah memilih mereka untuk melindungi
utusan-Nya dari semua musuh. Bagi Bani Hasyim, itu
sebuah kehormatan yang membuat mereka tidak mau
menukar Rasulullah dengan apa pun, bahkan dengan
sebuah kerajaan sekali pun. Mereka bahkan menjalankan
tahun-tahun pengasingan yang pahit itu dengan rasa
bangga.
Tidak satu pun dari empat ratus orang itu berniat
untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Padahal, mereka
tidak tahu kapan pengasingan itu akan berakhir. Hari
demi hari, minggu demi minggu, b
ulan demi bulan dijalani dengan penuh harapan. Mereka
semua sudah bertekad mengikuti Rasulullah ﷺ
kemana pun. Mereka lebih suka menjadi tawanan dari
pada bebas tanpa Rasulullah. Bagi mereka, hidup tanpa
Rasulullah ﷺadalah hidup yang tidak layak di
jalani.
Selama masa-masa sulit itu, ada sosok penting selain
Rasulullah ﷺyang menjadi sosok teladan bagi
semua penghuni Syi'ib, bagaimana mereka harus
menjalani hidup dengan penuh ketabahan.
*Bersambung...*
10/09/21 06.44 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 45
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Ketabahan Khadijah*
Khadijah-lah yang menjadi teladan bagi semua orang
pada saat-saat sulit itu. Beliau adalah keturunan
bangsawan dan dibesarkan dalam lingkungan yang mewah.
Namun, ketika harus meninggalkan rumahnya yang luas
dan tinggal di lembah yang sempit. Khadijah sama
sekali tidak menunjukkan keengganan. Beliau
mengumpulkan segala kekuatan, keberanian, kemampuan,
serta bangkit penuh semangat.
Pada saat-saat itu, air adalah hadiah yang sangat
berharga. Khadijah memberikan kepada Ali bin Abu
Thalib keping-keping emas untuk membeli air yang
kemudian beliau bagikan secara merata kepada semua
yang membutuhkan.
Khadijah adalah bidadari pelindung bagi kaumnya.
Beliau amat memerhatikan nasib anak-anak, keluarga
Bani Hasyim. Setiap kali ada bahan makanan yang
berhasil di dapatkan, Khadijah mengatur agar anak-anak
mendapatkannya lebih dahulu daripada orang dewasa.
Setelah itu, beliau mendahulukan kepentingan para
orang tua dibandingkan kepentingannya sendiri.
Khadijah selalu menjadikan sabar dan shalat sebagai
sumber kekuatannya. Beliau memohon pertolongan Allah
setiap saat. Ketika berdoa, Khadijah tidak hanya
mendapatkan pertolongan, tetapi juga keberanian,
kekuatan, kedamaian, ketenangan dan kepuasan.
Selama tiga tahun di pengasingan itu, kekayaan
Khadijah yang berlimpah itu habis. Sebagian besar
harta itu digunakan untuk membeli air. Beliau amat
berbahagia karena dapat menggunakan kekayaannya itu
untuk menyelamatkan hamba Allah yang paling mulia,
Muhammad ﷺdan keluarganya.
Beliau menganggap semua itu adalah sebuah kehormatan,
sehingga sangat mensyukurinya.
Di tengah-tengah bencana dan kesusahan itu, Khadijah
tetap tegar dalam keimanan. Hal itulah yang menjadi
sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan bagi orang-
orang di sekitar beliau. Khadijah selalu berhubungan
dengan Allah lewat shalat. Shalat adalah rahasia
keberanian beliau. Perilaku beliau yang tenang dan
lembut menjadi pendorong (kekuatan) bagi seluruh
anggota Bani Hasyim di tengah-tengah kesulitan itu.
*Perhiasan Terindah di Dunia*
Islam sangat memuliakan kaum wanita. Rasulullah
ﷺbersabda:
"Seindah-indahnya perhiasan di muka bumi ini adalah
wanita sholihah."
Hikmahnya "Wanita adalah tiang sebuah bangsa. Apabila
wanitanya baik, baik pulalah suatu bangsa. Namun,
apabila wanitanya jelek, jelek pulalah bangsa itu."
*Harta Abu Bakar*
Ketika masuk Islam, Abu Bakar memiliki harta sebanyak
50.000 dirham. Beliau membebaskan tujuh budak dengan
400 dirham per orang. Jadi, uang beliau terpakai
sebanyak 2.800 dirham, sebagian besar sisanya
dipergunakan untuk mempertahankan hidup bersama kaum
muslimin di dalam Syi'ib
*Thufail Ad Dausi*
Di tengah-tengah kesulitan itu, Rasulullah yang tidak
pernah menyerah, sedikit demi sedikit terus
mendapatkan kemenangan. Suatu hari, datanglah seorang
bangsawan dan penyair cendekia dari luar Mekah,
bernama Thufail Ad Dausi. Seketika itu juga, orang-
orang Quraisy memberinya peringatan,
"Hati-hati terhadap Muhammad, jangan dengar kata-
katanya. Dia telah memecah belah orang dengan
keluarganya. Kami takut jika kamu mendengarnya, kaum
kamu juga akan terpecah-belah. Hati-hati dan jangan
sekali-kali mendengarkannya!"
Diperingatkan seperti itu, membuat Thufail penasaran.
"Namun, aku adalah cendikiawan dan penyair. Aku dapat
mengenal mana yang baik dan mana yang buruk. Apa
salahnya kalau aku mendengarkan sendiri apa yang akan
dikatakan orang itu? Jika ternyata baik akan aku
terima, kalau buruk akan kutinggalkan."
Setelah berfikir begitu, Thufail Ad Dausi mengikuti
Rasulullah sampai ke rumahnya.
"Tuan benarkah Anda seperti dituduhkan orang?" tanya
Thufail,
"Apa yang Anda bawa dan Anda sampaikan kepada mereka?"
Rasulullah menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dan
membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Hati Thufail segera
luluh dan dia pun memeluk Islam. Ketika kemudian ia
kembali kepada kaumnya, sebagian mereka langsung
memeluk Islam, sebagian yang lain tampak ragu.
Selain Thufail ada dua puluh orang yang diutus
masyarakat beragama Nasrani untuk mencar
i tahu tentang Rasulullah. Begitu bertemu dan
berbincang dengan beliau, mereka langsung menyambut,
menerima, dan beriman kepada beliau.
Orang-orang Quraisy menjadi geram dan memaki-maki
mereka.
"Kalian ini utusan yang gagal! Kalian disuruh oleh
masyarakat seagamamu mencari berita tentang orang itu.
Sebelum kamu kenal benar-benar siapa dia, agama kamu
sudah kamu tinggalkan dan lalu percaya saja apa yang
dikatakannya."
*Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Akhnas*
Melihat orang-orang di luar Mekah seperti Thufail Ad
Dausi dan orang-orang Nasrani memeluk Islam, para
Pembesar Quraisy yang paling gigih memusuhi Rasulullah
pun jadi bertanya-tanya,
"Benarkah yang dibawa Muhammad itu benar?"
Diam-diam Abu Sufyan pergi pada suatu malam mendekati
kediaman Rasulullah. Dia tahu Rasulullah selalu bangun
malam dan membaca Alquran. Saat Abu Sufyan mendengar
ayat-ayat Alquran dibacakan, begitu tenang dan damai
hatinya. Suara Rasulullah yang merdu menggema di
kalbunya.
Fajar pun tiba dan Abu Sufyan bergegas pulang. Namun
saat itu, dia memergoki Abu Jahal juga sedang
mendengarkan bacaan Rasulullah. Mereka saling pandang
tanpa mampu berkata, lewatlah Akhnas bin Syariq.
Rupanya, Akhnas pun diam-diam pergi mendengarkan
Rasulullah membaca Alquran. Mereka bertiga pun saling
menyalahkan.
"Kejadian ini tidak boleh terulang lagi," ujar salah
satu dari mereka.
"Jika masyarakat kita tahu, kedudukan kita akan lemah
dan mereka akan berpihak kepada Muhammad."
Ketiganya pun berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatan itu.
Namun, pada malam berikutnya, mereka terbawa
perasaannya masing-masing seperti kemarin. Tanpa dapat
menolak bisikan hati, mereka kembali ke tempat semalam
dan mendengarkan ayat Alquran dibacakan. Hampir Fajar,
mereka mereka bertemu dan saling menyalahkan laki.
Perbuatan itu terulang lagi pada malam ketiga. Ketika
mereka saling bertemu pada waktu fajar, kembali mereka
saling tuduh.
Rasa takut kemudian timbul di hati masing-masing.
Mereka takut kehilangan kedudukan jika masyarakatnya
memeluk Islam. Rasa takut inilah yang membuat mereka
berteguh hati untuk membuang jauh-jauh perasaan tenang
dan damai yang mereka rasakan saat mendengar bacaan
Alquran.
Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang
kembali ke rumah Rasulullah pada tengah malam untuk
mendengarkan beliau secara diam-diam.
*Bersambung...*
10/09/21 06.44 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 46
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Mengejek Al Qur'an*
وم َّ ُأَ ٰ َذلِكَ َخ ْي ٌر ُن ُزاًل أَ ْم َشجَ رَ ة
3ِ الز ُّق
(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik
ataukah pohon zaqqum.
Surah As-Saffat (37:62)
َِلظالِمِين َّ إِ َّنا جَ عَ ْل َناهَا فِ ْت َن ًة ل
Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai
siksaan bagi orang-orang yang zalim.
Surah As-Saffat (37:63)
إِ َّنهَا َشجَ رَ ةٌ َت ْخ ُر ُج فِي أَصْ ِل ْالجَ ح ِِيم
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar
dari dasar neraka yang menyala.
Surah As-Saffat (37:64)
ينِ ُِوس ال َّشيَاط 3ُ َط ْل ُعهَا َكأ َ َّن ُه ُرء
mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.
Surah As-Saffat (37:65)
Surat Ash-shaffat ayat 62-65 menjelaskan tentang
makanan orang di neraka berupa buah zaqqum.
Abu Jahal mengatakan bahwa pohon zaqqum itu tentunya
seperti kurma Yatsrib yang dapat kamu santap.
Kemudian, Allah menghina Abu Jahal dalam Surat Ad-
Dukhan ayat 43 - 49 .
وم3ِ الز ُّقَّ َإِنَّ َشجَ رَ ت
Sesungguhnya pohon zaqqum itu,
Surah Ad-Dukhan (44:43)
َطعَ ا ُم اأْل َث ِِيم
makanan orang yang banyak berdosa.
Surah Ad-Dukhan (44:44)
ونِ ُط ُ َك ْال ُمه ِْل ي َْغلِي فِي ْالب
(Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam
perut,
Surah Ad-Dukhan (44:45)
ْ ْ
ِيم ِ كَغَ ليِ الحَ م
seperti mendidihnya air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:46)
ُخ ُذوهُ َفاعْ تِلُوهُ إِلَ ٰى سَ َوا ِء ْالجَ ح ِِيم
Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah
neraka.
Surah Ad-Dukhan (44:47)
ِيم ْ ِ صبُّوا َف ْوقَ رَ ْأسِ ِه مِنْ عَ َذا ُ ُث َّم
ِ ب الحَ م
Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari)
air yang amat panas.
Surah Ad-Dukhan (44:48)
ُذ ْق إِ َّنكَ أَ ْنتَ ْالعَ ِزي ُز ْال َك ِري ُم
Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi
mulia.
Surah Ad-Dukhan (44:49)
*Abdullah bin Ummi Maktum*
Seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum
bertanya,
"Ada seseorang bernama Muhammad yang membawa ajaran
baru?" Temannya mengiyakan.
"Ajaran yang mengajak meyembah Tuhan Yang Mahatinggi?"
tanya Abdullah bin Ummi Maktum lagi.
"Benar"
"Tuhan itu tidak bisa diraba seperti berhala?"
"Betul, Abdullah bin Ummi Maktum. Begitulah yang
diajarkannya."
Abdullah bin Ummi Maktum termenung sambil menggosok-
gosok ujung jemari tangannya.
"Tuhan yang tidak bisa diraba?" Pikir Abdullah bin
Ummi Maktum,
"padahal ujung jariku ini sudah mengenal betul
berhala-berhala. Aku bahkan bisa membedakan Latta dan
Uzza dengan memegang hidung mereka. Seandainya aku
bisa bertemu sendiri dengan Muhammad!"
Dipenuhi rasa ingin tahu yang besar, Abdullah bin Ummi
Maktum menemui Rasulullah. Sayang sekali, saat itu
Rasulullah sedang menyampaikan ayat-ayat Al Qur'an
kepada Walid bin Mughirah. Ia adalah seorang pembesar
Quraisy yang sangat diharapkan keislamanannya.
Akan tetapi, Abdullah bin Ummi Maktum tidak mengetahui
kehadiran Walid, karena buta, dia terus mendesak,
mendesak dan mendesak Rasulullah agar saat itu juga
menerangkan tentang Islam kepadanya.
Karena tidak tahan didesak terus, sedangkan beliau
sedang mendakwahi seorang tokoh penting, Rasulullah
membuang wajah beliau.
Saat itu, firman Allah turun untuk menegur beliau,
(QS 'Abasa, 80 ayat 1-6)
عَ بَسَ َو َت َولَّ ٰى
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
Surah 'Abasa (80:1)
أَنْ جَ ا َءهُ اأْل َعْ م َٰى
karena telah datang seorang buta kepadanya.
Surah 'Abasa (80:2)
َومَا ي ُْد ِريكَ لَعَ لَّ ُه ي ََّز َّك ٰى
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya
(dari dosa),
Surah 'Abasa (80:3)
الذ ْكرَ ٰى ِّ أَ ْو ي ََّذ َّك ُر َف َت ْن َفعَ ُه
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu
pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Surah 'Abasa (80:4)
َن اسْ َت ْغ َن ٰى ِ أَمَّا م
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
Surah 'Abasa (80:5)
َفأ َ ْنتَ لَ ُه َتصَ د َّٰى
maka kamu melayaninya.
Surah 'Abasa (80:6)
Demikianlah, Allah sangat menjaga utusan-Nya dari
kesalahan, bahkan untuk kesalahan sekecil itu. Apalagi
Rasulullah adalah orang yang sangat halus perasaanya
sehingga jika akan merugikan orang miskin atau orang
lemah, beliau merasa takut.
*Karena Dengki*
Kebanyakan para pembesar Quraisy tidak mau mengikuti
Nabi bukan karena lebih yakin dengan berhala,
melainkan lebih k
arena dengki, mengapa Muhammad diangkat menjadi Nabi,
bukan mereka?
Walid bin Mughirah berkata, "Wahyu didatangkan kepada
Muhammad bukan kepadaku, padahal aku kepala dan
pemimpin Quraisy, juga tidak kepada Abu Mas'ud Amr bin
Umair Ats Tsaqafi sebagai pemimpin Tsaqif. Kami adalah
pembesar-pembesar dua kota."
*Bersambung...*
11/09/21 06.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 47
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Hisyam bin Amr*
Hisyam bin Amr berjalan bolak-balik di depan rumahnya
sambil menggerutu, "Tiga tahun sudah Bani Hasyim
diasingkan! Padahal, mereka masih bersaudara dengan
suku-suku Quraisy yang lain. Ada yang sebagai sepupu,
ipar, paman, bibi.
Kalau saja tidak ada aku dan beberapa orang lain yang
suka menyelundupkan makanan dengan diam-diam, Bani
Hasyim tentu sudah kelaparan! Sudah saatnya aku harus
berbuat sesuatu!"
Dengan tekad demikian, Hisyam bin Amr pergi menemui
sahabatnya, Zuhair bin Umayyah. Zuhair adalah adalah
anggota bani Makhzum, tapi bibinya adalah Atikah binti
Abdul Muthalib dari Bani Hasyim.
"Zuhair," tegur Hisyam,
"Aku heran engkau masih bisa tenang menikmati makanan,
pakaian, dan lainnya, padahal engkau tahu keluarga
ibumu dikurung sedemikian rupa hingga tidak boleh
berhubungan dengan orang lain, tidak boleh berjual
beli, tidak boleh saling menikahkan! Aku bersumpah
kalau mereka itu keluargaku dari pihak ibuku, keluarga
Abdul Hakam bin Hisyam, lalu diajak untuk mengasingkan
mereka, tentu aku tolak mentah-mentah!"
Zuhair terperangah,
"Sebetulnya sudah lama sekali persoalan ini meresahkan
hatiku," kata Zuhair kemudian.
"Jadi apa lagi yang engkau tunggu?" tanya Hisyam.
Keduanya pun sepakat untuk bersama-sama membatalkan
piagam kejam itu. Namun, itu tidak cukup. Mereka harus
mendapat dukungan juga dari yang lain.
Kemudian, secara rahasia malam itu juga mereka menemui
Mut'im bin Adi dari Bani Naufal, Abu Al Bakhtary bin
Hisyam, dan Zam'a bin Aswad dari Bani Asad. Kelima
orang itu membulatkan tekad untuk membatalkan piagam
yang telah tiga tahun dipasang di dinding Ka'bah.
*Merobek Piagam*
Esok harinya, Zuhair mengelingi Ka'bah tujuh kali
seraya berseru, "Hai penduduk Mekah! Kamu sekalian
enak-enak makan dan berpakaian, padahal Bani Hasyim
binasa, tidak bisa membeli atau menjual sesuatu pun!
Demi Allah, saya tidak akan duduk sebelum piagam yang
kejam ini dirobek!"
Ketika itu, Abu Jahal berada tidak jauh dari tempat
Zuhair, dengan cepat, datang menghampiri sambil
berteriak,
"Engkau pendusta! Demi Allah, piagam itu tidak boleh
dirobek!"
"Jika Zuhair engkau sebut pendusta, engkau jauh lebih
pendusta!" balas Zam'a bin Aswad,
"Sebenarnya dulu pun saat piagam itu ditulis, kami
tidak rela!"
"Zam'a benar!" dukung Abu Al Bakhtary,
"dulu kami tidak rela terhadap penulisan piagam itu
dan kami pun tidak ikut menetapkannya!"
"Zam'a dan Abu Al Bakhtary benar!" sahut Mut'im bin
Adi,
"dan siapa yang berkata selain itu dialah sang
pendusta.
"Kami menyatakan kepada Allah untuk membebaskan diri
dari piagam itu dan apa yang tertulis di dalamnya!"
Mata Abu Jahal berkilat-kilat dan bahunya gemetar
menahan marah.
"Kalian pasti sudah bersekongkol tadi malam!"
tuduhnya.
"Kalian diam-diam berkumpul ditempat tersembunyi dan
memutuskan untuk mengingkari piagam bersama ini!"
Perang mulut hampir memuncak ketika Abu Thalib yang
ketika dari tadi diam di pojok, berjalan mendatangi
mereka. Sikapnya yang tenang membuat orang-orang yang
sedang bertengkar terdiam.
Mereka memandang Abu Thalib dan menanti yang akan
dikatakan pemimpin Bani Hasyim itu.
"Semalam Muhammad menyampaikan sebuah pesan kepadaku
mengenai piagam itu, "demikian kata Abu Thalib.
*Rayap yang Diutus Allah*
"Muhammad menyampaikan kepadaku bahwa Allah telah
mengutus rayap untuk memusnahkan piagam itu", lanjut
Abu Thalib dengan tenang.
Orang-orang itu saling pandang dengan rasa heran
bercampur takjub. Benarkah kabar ini?
Abu Thalib cepat berkata lagi,
"Jika kemenakan ku itu berbohong, kita biarkan apa
yang ada di antara kalian dan dia. Biarlah kami
menanggung pengasingan selamanya. Namun jika Muhammad
benar, kalian harus berhenti memboikot dan berbuat
semena-mena terhadap kami."
Tampak sekali Abu Thalib sangat yakin dengan
perkataannya sehingga bersedia menanggung boikot
sampai mati jika perkataan Rasulullah tidak benar.
Semua orang terdiam. Mereka terharu sekaligus
mengagumi rasa saling percaya dan kesetiaan yang
demikian tinggi antara Abu Thalib dan Rasulullah.
"Baiklah, engkau adil," kata mereka,
"kami terima perkataanmu tadi, Abu Thalib."
Berbondong-bondong, mereka pergi ke Ka'bah dan
menemui bahwa yang dikatakan Rasulullah memang benar.
Rayap telah memakan isi piagam itu, kecuali sebagian
kecil yang bertuliskan "Bismika allahumma (Dengan
nama-Mu ya Allah)."
Demikianlah, akhirnya piagam itu dibatalkan.
Rasulullah dan keluarganya kini bisa kembali berada di
tengah-tengah masyarakat seperti semula.
Apakah kini Rasulullah dan para pengikutnya bisa
bernafas lebih lega? Apalagi adanya kekuasaan Allah
melalui rayap, mungkinkah hati orang-orang musyrik
berubah? Ternyata sama sekali tidak! Justru kekufuran
mereka semakin menjadi-jadi. Mereka itu seperti yang
tercantum dalam firman Allah:
ٌَّوإِنْ يَرَ ْوا آي ًَة يُعْ ِرضُوا َو َيقُولُوا سِ حْ ٌر مُسْ َتمِر
Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu
tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: (Ini
adalah) sihir yang terus menerus.
Surah Al-Qamar (54:2)
*Bulan-Bulan Suci*
Ada empat bulan suci dalam setahun ketika Rasulullah
dan kaum Muslimin dibebaskan dari pemboikotan. Bulan-
bulan suci itu adalah bulan pertama, *Muharram* (saat
diharamkannya kekerasan), lalu bulan ketujuh, *Rajab*
(yang dihormati), kemudian bulan kesebelas,
*Dzulqa'dah* (bulan damai), terakhir bulan kedua belas
*Dzuhijjah* (bulan haji).
*Tetap Berdakwah*
Bulan-bulan suci (Muharram, Rajab Dzulqa'dah,
Dzulhijjah) itulah dimanfaatkan Rasulullah untuk
semakin giat berdakwah selama pemboikotan.
*Bersambung...*
11/09/21 06.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 48
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Ketegaran Tiada Banding*
Suatu ketika, di tengah jalan, Rasulullah berpapasan
dengan Umayyah bin Khalaf. Umayyah bin Khalaf adalah
seorang pemuda berperangai buruk. Ia suka bermusuhan
dan tidak punya rasa takut kepada siapa pun. Sekali
pun Umar bin Khatthab dan Hamzah bin Abdul Muthalib
telah bergabung dengan pasukan kaum Muslimin. Umayyah
menganggap enteng-enteng saja. Dia bahkan telah
sesumbar akan membunuh Rasulullah dengan tangannya
sendiri.
Oleh karena itu, ketika berpapasan dengan Rasulullah,
Umayyah langsung menggertak sambil menunjuk kuda yang
dituntunnya, "Aku beri makan kuda ini, tidak lain
adalah untuk membunuhmu!"
Rasulullah menatap Umayyah dengan tajam sambil
membalas cepat, "Tidak, justru akulah yang akan
membunuhmu dengan izin Allah."
Kini Rasulullah tidak segan lagi menjawab setiap
ejekan dan ancaman orang-orang Quraisy. Beliau semakin
gencar dan tekun berdakwah tanpa memperdulikan
resikonya lagi. Keberanian Rasulullah ini meruntuhkan
wibawa musuh-musuh beliau yang selama ini selalu
membangga-banggakan diri.
Masyarakat kecil perlahan mulai terpengaruh dengan
keberanian Rasulullah ini. Mereka merasa, jika
bergabung dengan kaum Muslimin, mereka tidak akan
diejek dan disakiti semena-mena lagi. Kekukuhan hati
Rasulullah dalam menghadapi bahaya merambah ke hati
orang-orang yang tertindas.
Suatu hari, seorang pria asing menjerit, "Wahai orang-
orang Quraisy! Adakah orang yang bersedia menolong
diriku? Hakku dirampas oleh Amr bin Hisyam (Abu
Jahal)! Aku adalah pendatang dan telah dilakukan
sewenang-wenang!"
Siapa orang Quraisy yang berani menantang keganasan
Abu Jahal untuk menolong laki-laki malang ini?
*Keberanian Rasulullah*
Memang tidak ada yang berani! Tidak seorang pun!
Namun, mereka menyarankan kepada laki-laki asing itu,
"Carilah Muhammad dan minta tolong kepadanya."
Walau menyarankan begitu, hampir semua orang yakin,
Rasulullah akan mampu melakukannya. Semua tahu bahwa
Abu Jahal adalah musuh Rasulullah yang paling jahat
dan beringas.
"Ada apa, Saudara? Apa yang bisa kubantu?" Demikian
sapa Rasulullah ketika orang asing itu datang.
"Tuan, aku adalah orang asing di sini. Amr bin Hisyam
tidak mau membayar unta yang dibeli dariku!"
Rasulullah mengajak lelaki itu ke rumah Abu Jahal.
Melihat mereka, orang-orang tertawa gaduh. Mereka
yakin Muhammad tidak akan punya cukup keberanian untuk
menghadapi Abu Jahal. Muhammad pasti akan mengecewakan
laki-laki asing itu. Mereka bersiap-siap melontarkan
ejekan paling menyakitkan untuk meruntuhkan wibawa
Rasulullah di hadapan para pengikutnya.
Ketika Rasulullah dan orang asing itu tiba di rumah
Abu Jahal, ia sedang berada ditengah-tengah budak dan
para penunggang kudanya. Tiba-tiba pintu diketuk
dengan keras. Wajah Abu Jahal memerah menahan marah,
"Siapa yang berani mengetuk pintuku sekeras itu? Tidak
tahu dia kalau aku sedang bersama bawahanku! Dengan
mudah, mereka bisa kusuruh melumatkan orang itu!"
Abu Jahal membuka pintu dan terkejut melihat
Rasulullah di depannya. Saat itu wajah Rasulullah
tampak sangat penuh percaya diri. Hati beliau sudah
bulat untuk membela orang yang teraniaya ini.
Abu Jahal tidak berkata sepatah kata pun. Ia masuk ke
rumah dan keluar lagi untuk membayar pembelian unta
laki-laki asing itu.
Orang asing itu sangat berterimakasih kepada
Rasulullah. Ia segera pergi dan bercerita kepada
orang-orang di sekitar Ka'bah. Mau tidak mau,
keberanian Rasulullah ini menimbulkan rasa kagum di
hati mereka. Mereka yang tadi sudah siap mengejek pun
membubarkan diri dengan perasaan bercampur aduk,
kesal, geram, tetapi sekaligus hormat dan kagum.
*Laki-laki dari Suku Ghifar*
Kabar tentang ajaran Islam sudah mulai menyebar ke
seluruh pelosok Jazirah Arabia. Suatu hari, datanglah
seorang laki-laki berwajah ramah dan bijaksana. Abu
Thalib melihatnya, lalu menegur, "Sepertinya Anda
laki-laki asing?"
"Betul, namaku Abu Dzar dari suku Ghifar."
Sebelum datang sendiri, Abu Dzar mengutus seorang
saudaranya untuk mencari tahu tentang Rasulullah.
Sesudah melihat apa
yang dilakukan Rasulullah, saudara Abu Dzar
melaporkan,
"Demi Allah, aku telah melihat orang menyuruh kepada
kebaikan dan mencegah dari keburukan."
Karena belum puas dengan berita itu, Abu Dzar pun
datang ke Mekah. Ali bin Abu Thalib mengajak Abu Dzar
bermalam di rumahnya. Esok harinya, Ali bertanya
kepada Abu Dzar,
"Jika Anda tidak berkeberatan bercerita, apa yang
mendorong Anda datang ke negeri ini?"
"Kalau Anda berjanji untuk merahasiakannya, aku akan
menceritakannya."
Ali mengangguk.
Kemudian, Abu Dzar berkata,
"Di kampungku, kami mendengar tentang seseorang yang
bernama Muhammad. Orang mengatakan bahwa ia membawa
ajaran baru. Aku ingin menemuinya. Namun, aku tahu
pemerintah Quraisy akan menindak setiap orang asing
yang sengaja menemuinya."
"Ikuti saya," bisik Ali bin Abu Thalib, masuklah ke
tempat saya masuk. Jika saya melihat orang yang saya
khawatirkan akan mengganggu keselamatan Tuan, saya
akan merapat ke tembok dan Tuan silahkan berjalan
terus."
Malam itu juga, Abu Dzar bertemu Rasulullah.
"Hatiku sangat pedih melihat orang-orang kaya yang
congkak, budak-budak yang sengsara, kaum perempuan
yang tertindas, kaum miskin yang tidak mampu berbuat
apa-apa. Apa yang Islam tawarkan untuk mengatasi
semua ini?" tanya Abu Dzar.
Rasulullah menjawab semua pertanyaan itu sampai Abu
Dzar merasa sangat puas. Saat itu juga, Abu Dzar
menyatakan keimanannya dengan semangat menggelora.
Ketika Abu Dzar berpamitan, Rasulullah berpesan.
"Wahai Abu Dzar, kembalilah ke masyarakatmu.
Kabarkanlah kepada mereka ajaran Islam, dan
rahasiakanlah pertemuan kita ini dari penduduk Mekah
karena aku khawatir mereka akan mengganggu
keselamatanmu."
Abu Dzar malah pergi ke Ka'bah dan berseru-seru
mengajak orang masuk Islam.
*Anjuran bersabar kepada Abu Dzar*
Suatu hari, Rasulullah bertanya kepada Abu Dzar,
"Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu jika menjumpai
para pembesar yang mengambil barang upeti untuk mereka
pribadi?"
Jawab Abu Dzar,
"Demi yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, akan
saya tebas mereka dengan pedang saya!"
Sabda Rasulullah,
_Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu?
Yaitu bersabarlah sampai kamu menemuiku._
*(Bersambung)...*
12/09/21 16.33 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian49
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Abu Thalib Sakit Keras*
Beberapa bulan setelah piagam dihapus, Rasulullah
kembali mengalami ujian besar. Kali ini bukan
penyiksaan dari pihak lawan, melainkan berupa
kehilangan orang yang beliau cintai.
Karena sudah lanjut usia dan menderita kehidupan berat
di pengasingan selama tiga tahun, Abu Thalib jatuh
sakit. Saat itu usianya sudah delapan puluh tahun.
Mengetahui Abu Thalib sakit keras, orang-orang Quraisy
khawatir akan terjadi perang antara kaum Quraisy dan
Rasulullah beserta para pengikutnya. Apalagi dipihak
Rasulullah ada Hamzah dan Umar yang terkenal garang
dan keras. Selama ini, Abu Thalib selalu bisa menjadi
penengah kedua belah pihak.
Para pemuka Quraisy menemui Abu Thalib dipembaringan
dan berkata,
"Abu Thalib, engkau adalah keluarga kami juga.
Sekarang ini, keadaan antara kami dan kemenakanmu
sudah sangat mencemaskan kami. Panggilah dia. Kami dan
dia akan saling memberi dan menerima. Biarlah dia
dengan agamanya dan kami dengan agama kami pula".
Rasulullah Kemudian datang. Mengetahui maksud
kedatangan mereka, Rasulullah bersabda,
"Sepatah kata saja saya minta yang akan membuat mereka
merajai semua orang Arab dan bukan Arab."
"Katakanlah, demi ayahmu," kata Abu Jahal,
"sepuluh kata sekali pun silahkan!"
Rasulullah bersabda,
"Katakan, tidak ada ada Tuhan selain Allah dan
tinggalkan segala penyembahan selain Allah."
"Muhammad," seru mereka,
"maksudmu tuhan-tuhan itu dijadikan satu saja?"
Para Pembesar Quraisy Saling pandang dengan kecewa
menghadapi keteguhan Rasulullah.
"Pulanglah," kata mereka satu sama lain,
"orang Ini tidak akan memberikan apa-apa seperti yang
kamu kehendaki. Pergilah Kalian!"
*Abu Thalib Wafat*
Rasulullah duduk di sisi pembaringan pamannya. Dengan
sedih, ditatapnya wajah bijaksana orang tua itu. Hati
Rasulullah dipenuhi rasa duka, tidak hanya karena
melihat sakit sebelum maut yang diderita Abu Thalib,
tetapi juga karena sampai saat itu, pamannya belum
juga membuka hatinya kepada Islam.
Rasulullah menggenggam tangan pamannya dengan lembut.
Inilah Abu Thalib yang dulu mengajaknya berdagang ke
Syam karena tidak tega berpisah dengannya. Inilah
pamannya yang dulu merawatnya penuh kasih sayang,
bahkan mencintainya melebihi kecintaan kepada anak-
anaknya sendiri. Inilah Abu Thalib yang membuka jalan
pertemuannya dengan Khadijah dan mendorongnya menjadi
pemimpin kafilah dagang Khadijah. Inilah Abu Thalib
yang selalu menjadi pelindungnya sejak dirinya menjadi
yatim sampai menjadi utusan Allah.
Abu Thalib membuka matanya yang sayu dan memandang
Rasulullah, "Demi Allah, wahai anak saudaraku, aku
tidak melihatmu menawarkan sesuatu yang berat kepada
para pemuka kaummu."
Sejenak timbul harapan Rasulullah akan keislaman
pamannya itu,
"Wahai pamanku, ucapkanlah satu kalimat maka dengan
kalimat tersebut engkau berhak mendapat syafaatku pada
Hari Kiamat."
Akan tetapi, Abu Thalib tetap enggan menerima ajakan
tersebut. Kemudian wafatlah ia. Kini, hilang sudah
seorang pelindung Rasulullah. Mulai saat ini,
Rasulullah harus menghadapi semuanya sendiri.
*Kata-Kata Terakhir Abu Thalib*
Ketika Rasulullah mengajak Abu Thalib mengucapkan
syahadat pada saat-saat terakhirnya, Abu Thalib
berkata,
"Kalau saja aku tidak khawatir nasib keluargaku akan
dianiaya setelah kepergianku dan kaum Quraisy bakal
mengatakan, bahwa aku berucap karena gentar menghadapi
sakaratul maut, aku tentu mengucapkannya. Kalau pun
kuucapkan, itu sekadar menyenangkan hatimu."
*Khadijah Wafat*
Seusai penguburan Abu Thalib, Rasulullah kembali ke
rumah dan menemukan Khadijah jatuh sakit. Rasulullah
menggenggam tangan Khadijah yang kini terasa panas.
Dari hari ke hari, wajah Khadijah semakin pucat dan
gemetar, Rasulullah amat terharu. Pada saat-saat
seperti ini, istrinya itu tetap berusaha menguatkan
hatinya. Seolah-olah Khadijah tahu bahwa perjuangan
suaminya masih sangat panjang dan berliku, sedangkan
perjuangannya sendiri sudah mencapai titik akhir.
Akhirnya saat perpisahan sepasang suami istri yang
mulia itu pun tiba. Hanya bebe
rapa hari setelah Abu Thalib meninggal, Khadijah pun
wafat dengan tenang.
Dalam beberapa hari saja, Rasulullah kehilangan dua
orang yang sangat berarti dalam hidupnya, paman yang
mengasuh dan melindunginya serta istri yang setia
mendampingi dalam menempuh semua suka dan duka,
terutama setelah beliau diangkat menjadi Rasul selama
sepuluh tahun terakhir kehidupan mereka. Masa-masa
duka ini dikenal dengan nama 'Amul Huzni (tahun
kesedihan).
Saat itu, seolah-olah semua kegembiraan di hati
Rasulullah pudar. Indahnya kehidupan seolah-olah ikut
terkubur bersama jasad dua orang kesayangan itu.
Rasulullah tertunduk di samping pusara Khadijah. Air
mata beliau mengalir tanpa tertahan.
Beliau ingat, betapa besar penderitaan pamannya dan
kesengsaraan yang dipikul istrinya saat mereka
bertindak melindungi beliau. Rasanya, hidup Khadijah
lebih banyak dilalui dengan menanggung begitu berat
beban perjuangan dibanding menikmati manisnya
kehidupan.
Keluarga dan sahabat merasakan betul kesedihan
Rasulullah. Sekuat tenaga, mereka berusaha menghibur
Rasulullah. Inilah saat-saat ketika para pengikut,
yang biasanya dihibur dan dikuatkan hatinya oleh
Rasulullah, berganti menghibur dan menguatkan hati
Rasulullah. Sungguh pada saat yang mengharukan, tetap
ada keindahan yang tampak dalam persaudaraan mereka.
_Bersambung_
12/09/21 16.33 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian50
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Kenangan akan Khadijah*
Kenangan akan Khadijah tetap hidup di hati Rasulullah
sampai beliau wafat. Rasulullah ingat pernikahan
mereka yang penuh berkah. Itulah satu-satunya
pernikahan di dunia ini yang dipenuhi berkah surga dan
dunia sekaligus.
Saat pernikahan itu, Khadijah mengadakan jamuan buat
semua orang, mulai dari yang paling kaya sampai yang
paling miskin. Bangsa Arab yang saat itu hanya
mengenal air putih, dalam walimah pernikahan
Rasulullah dan Khadijah, disuguhi minuman segar sari
buah dan sirup mawar.
Selama beberapa hari, semua orang, baik tua maupun
muda, makan di rumah Khadijah. Kepada orang-orang
miskin, Khadijah memberikan beberapa keping uang emas
dan perak serta pakaian. Kepada para janda, Khadijah
menyumbangkan kebutuhan hidup yang belum pernah mereka
rasakan sebelumnya.
Rasulullah juga terkenang saat setelah menikah,
Khadijah tidak lagi tertarik pada perdagangan serta
kesuksesan yang diraihnya. Pernikahan telah mengganti
perhatian Khadijah. Beliau telah mendapatkan Muhammad
Al Musthafa sebagai hartanya yang paling berharga di
dunia ini. Begitu Khadijah menjadi istri Rasulullah
semua perak, emas, dan berlian kehilangan harga di
matanya. Rasullullah menjadi satu-satunya yang
Khadijah sayangi, perhatikan, dan cintai. Beliau
mengabdikan diri sepenuhnya pada kehidupan
Rasulullah.
Saat-saat didampingi Khadijah boleh dikatakan
merupakan sat-saat yang sangat membahagiakan
Rasulullah. Dari rahim Khadijah-lah lahir dua orang
putra dan empat orang putri Rasulullah, termasuk
puteri terkecil mereka Fatimah Az Zahra, yang menjadi
cahaya mata ayahnya.
Tidak ada laki-laki lain yang cocok mendampingi
Khadijah selain Rasulullah. Begitu serasinya mereka
sampai ada ahli sejarah yang menduga bahwa seandainya
Khadijah tidak bertemu Rasulullah dalam hidupnya,
kemungkinan besar Khadijah tidak akan menikah sampai
akhir hidupnya, karena bukanlah kekayaan, ketampanan,
dan keturunan yang menarik hati Khadijah, melainkan
keluhuran budi yang mampu meluluhkan hatinya. Itulah
yang ada dalam diri Rasulullah.
*Rumah di Surga*
Dalam Shahih Al Bukhari, Abu Hurairah berkata, Jibril
mendatangi rumah Rasulullah seraya berkata, "Wahai
Rasulullah, inilah yang datang Khadijah sambil membawa
bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau
minuman. Jika ia datang, sampaikan salam padanya dari
Rabb-nya dan sampaikan kabar kepadanya tentang sebuah
rumah di Surga yang di dalamnya tidak ada hiruk-pikuk
dan keletihan."
*Khadijah Wanita Sempurna*
Sebelum kedatangan Islam, Khadijah dijuluki Ratu
Mekah. Namun, ketika cahaya Islam terbit, Allah
memberi beliau kedudukan sebagai ibu kaum beriman
*(ummulmukminin)*. Saat itu, sebagian kaum Muslimin
adalah orang-orang miskin. Mereka tidak bisa mencari
nafkah, karena orang-orang kafirlah yang menguasai
perdagangan. Orang-orang itu tidak memberikan
kesempatan bagi kaum Muslimin untuk bekerja. Pada saat
itu, kaum Muslimin bisa terhindar dari kelaparan
berkat bantuan Khadijah.
Khadijah juga memberi mereka tempat tinggal. Khadijah
menggunakan begitu banyak uangnya untuk orang-orang
Muslim di Mekah yang miskin akibat boikot orang-orang
musyrik. Pertolongan Khadijah telah mematahkan tujuan
orang-orang musyrik untuk menarik para pengikut
Rasulullah yang miskin pada kekafiran lagi.
Khadijah tidak pernah menyisakan sampai uang terakhir
yang dimilikinya demi kesejahteraan para pemeluk
Islam. Cinta Khadijah kepada mereka tidak berbeda
dengan cinta ibu kepada anaknya. Kalian tahu, seorang
ibu rela mengorbankan nyawanya sendiri demi
keselamatan anak-anaknya. Seorang ibu bisa merasakan
lapar, namun jika anak-anaknya kelaparan, ia akan
mengutamakan anak-anaknya lebih dulu. Ia akan
memberikan jatah makannya untuk anak-anaknya dan rela
menahan lapar. Bahkan jika anak-anaknya merasa kenyang
dan senang, itu sudah cukup membuat seorang ibu juga
merasa senang dan kenyang sehingga ia lupa rasa lapar
yang dideritanya sendiri. Cinta seorang ibu tidak
mengenal syarat. Cinta seorang ibu penuh perlindungan
dan penuh kasih.
Dengan
keluhuran budi istrinya yang begitu agung sangat wajar
jika Rasulullah merasa amat berduka ketika Khadijah
wafat.
*Rasulullah Amat Mencintai Khadijah*
Begitu besarnya cinta Rasulullah kepada Khadijah
sampai beliau bersabda, "Demi Allah! Allah tidak
menggantikan Khadijah dengan seorang yang lebih baik.
Ia telah beriman kepadaku pada saat orang-orang
mengingkari risalahku. Ia percaya kepadaku pada saat
orang-orang nendustaiku. Ia telah mengorbankan
hartanya padahal orang lain tidak mau melakukannya,
dan Allah telah melimpahkan karunia bagiku anak-anak
melalui Khadijah.
*Setelah Abu Thalib Tiada*
Ketika ibunya wafat, Fatimah Az Zahra baru berusia
tiga tahun. Anak perempuan yang matanya masih basah
karena baru kehilangan ibunya itu kini melihat ayahnya
dihina orang sejadi-jadinya. Para tetangga mereka
seperti Hakam bin Ash, Uqbah bin Abu Muith, Adi bin
Hamra, dan Abu Lahab sangat sering melempar batu
ketika ayahnya sedang shalat. Bahkan tidak cuma batu,
tetapi juga jeroan kambing. Jeroan kambing itu pernah
mereka melemparkan ke dalam panci masakan Rasulullah
yang siap disajikan.
Kejadian paling ringan yang pernah menimpa Rasulullah
adalah ketika seorang Quraisy pandir mencegatnya di
jalan dan secara tiba-tiba menyiramkan tanah ke atas
kepala beliau. Rasulullah tidak membalas hinaan itu.
Beliau pulang ke rumah dengan kepala yang penuh tanah.
Di rumah, Fatimah membersihkan kepala ayahnya sambil
menangis.
Tidak ada yang lebih pilu rasanya hati seorang ayah
dibanding mendengar tangis anaknya. Apalagi yang
menangis ini adalah anak perempuan yang baru saja
ditinggal mati ibunya. Hampir kaku rasanya Rasulullah
karena begitu pilu, bahkan beliau hampir saja ikut
menangis.
Muhammad adalah ayah yang bijaksana dan penuh kasih
sayang pada putri-putrinya. Tak ada lagi yang beliau
lakukan menghadapi tangis pilu putrinya selain memohon
pertolongan kepada Allah dengan keimanan sepenuh hati.
"Jangan menangis, putriku," begitu yang Rasulullah
bisikkan kepada Fatimah sambil menghapus air matanya,
"sesungguhnya Allah akan melindungi ayahmu."
Rasulullah kemudian berkata,
"Sebelum wafat Abu Thalib, orang-orang Quraisy itu
tidak seberapa menggangguku."
Apa yang kemudian beliau lakukan untuk melepaskan diri
dari tekanan Quraisy yang semakin menjadi-jadi?
Bersambung
13/09/21 07.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 51
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Tindakan Bengis Abu Lahab*
Sepeninggal Abu Thalib, Abu Lahab terpilih sebagai
ketua Bani Hasyim. Segera setelah ia terpilih, Abu
Lahab menyatakan melepas perlindungan terhadap diri
Rasulullah dengan memberikan pengumuman secara terbuka
di Pasar Ukazh dan di Ka'bah. Ini adalah tindakan yang
amat kejam, sampai Rasulullah sempat minta
perlindungan dari keluarga selain Bani Hasyim.
Bani Hasyim adalah satu di antara sekian banyak
kabilah. Pemimpin sebuah kabilah dipilih karena bijak,
berani, dan tegas. Pemimpin kabilah menduduki
kedudukan terhormat. Pemimpin kabilah biasanya dipilih
setelah berusia 40 tahun.
Dalam pertempuran, kaum muda berjuang di garis depan
melindungi pemimpin kabilah dan sesepuh di garis
belakang.
*Cara Rasulullah Berdakwah*
Ada 6 cara yang dilakukan Rasulullah untuk berdakwah:
1. Mengumpulkan orang.
2. Mendatangi tempat-tempat pertemuan dan keramaian.
3. Mendatangi kota-kota lain.
4. Menugasi setiap muslim untuk berdakwah.
5. Menugasi muslim pilihan untuk mengajar.
6. Mengirimkan surat dan utusan kepada para raja dan
pemimpin.
*Tha'if*
Rasulullah berdakwah ke Tha'if pada tahun 10 kenabian
(akhir Mei 619). Tha'if terletak 100 kilometer sebelah
Tenggara Mekah. Tha'if adalah kota pegunungan dengan
ketinggian hampir 2.000 meter diatas permukaan laut.
Tha'if adalah kota dagang dengan hasil bumi dan
perkebunan buah seperti anggur.
Rasulullah mencoba mengalihkan dakwah langsung keluar
Kota Mekah. Bersama Zaid bin Haritsah, Rasulullah
pergi ke kota Tha'if. Tiba di kota itu, Rasulullah
menemui tiga orang pembesar kota dan menawarkan Islam
kepada mereka. Apa tanggapan mereka?
"Bahkan akan kusobek-sobek selubung Ka'bah untuk
membuktikan bahwa demikian tidak percayanya aku
padamu!" ujar seseorang.
Mendengar temannya bicara seperti itu, yang lain
tersenyum mengejek sambil berkata,
"Apakah Tuhan tidak mendapatkan orang yang lebih baik
daripada kamu? Kalau engkau seorang nabi, pastilah
engkau terlalu mulia untuk menjadi teman bicaraku.
Kalau bukan, maka engkau terlalu rendah kulayani."
Rasulullah meminta tiga pembesar Tha'if yaitu Mas'ud,
Abdu Yalail, dan Habib, tidak mengumumkan kepada
masyarakat penolakan mereka terhadap beliau. Akan
tetapi, ketiga pembesar itu tidak mengabulkan
permintaan Rasulullah. Mereka malah menghasut agar
para pemuda mengolok-olok Rasulullah.
Mereka keluar dan berteriak kepada orang banyak,
"Wahai penduduk Tha'if! Lihat orang ini! Ia mencoba
mengganti para berhala kita dengan satu Tuhan baru
yang tidak terlihat!"
Para pemuda mulai datang bergerombol dengan wajah
memerah karena murka.
"Orang ini rupanya berniat menipu dan membodohi
kalian! Apa yang akan kalian perbuat?"
"Usir dia!"
"Jangan cuma diusir, lempar dia dengan batu agar jera
dan tidak berani membawa kegilaannya kemari!"
Kemudian, mulailah para pemuda melempari Rasulullah
dengan batu. Melihat hal itu, orang-orang kaya tidak
mau ketinggalan. Mereka menyuruh budak-budaknya,
"Hei, tunggu apalagi? Ambil batu dan lempari dia!
Sekaranglah saatnya kalian bersenang-senang!"
Rasulullah dan Zaid berlari di sepanjang jalan ke luar
Kota Tha'if. Mereka diikuti hujan batu disertai
gemuruh caci maki dan cemooh gerombolan pemuda dan
budak. Batu-batu terbang berbunyi debag-debug
menghantam seluruh tubuh Rasulullah meski sudah
dilindungi Zaid. Darah suci Rasulullah berceceran di
sepanjang jalan.
*Do'a Rasululllah*
Setelah jauh keluar dari kota, gerombolan orang yang
mengejar Rasulullah pun membubarkan diri dengan senyum
puas dan mengejek. Saat itu Rasulullah bertemu dengan
seorang istri pembesar Tha'if dari Bani Jumah yang
sedang lewat. Perempuan itu memandang Rasulullah
dengan rasa kasihan bercampur heran.
"Lihatlah, apa yang ditimpakan kepada kami oleh rakyat
suamimu," sabda Rasulullah.
Mendengar orang Tha'iflah yang menganiaya beliau,
perempuan itu berlalu dengan perasaan takut jika
diketahui orang bahwa ia menunjukkan belas kasihan
kepada Rasulullah.
Untuk melepas lelah dan membasuh luka, Rasulullah dan
Zaid berlindung di sebuah ke
bun anggur milik Utbah dan Syaibah. Keduanya anak
Rabi'ah, seorang pembesar Quraisy. Saat itu, keluarga
Rabi'ah memerhatikan Rasulullah dari jauh, tetapi
mereka tidak berbuat apa pun.
Setelah napasnya kembali normal, Rasulullah mengangkat
kepala dan menengadah ke langit. Beliau memanjatkan
doa yang amat mengharukan.
"Allahuma ya Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan
kelemahanku, kurangnya kemampuanku, serta kehinaanku
di hadapan manusia."
"Oh Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, Engkaulah
Pelindungku."
"Kepada siapa hendak Engkau serahkan aku? Kepada orang
jauh yang berwajah muram, kepadaku, atau kepada musuh
yang akan menguasai diriku?"
"Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak
peduli, karena sungguh luas kenikmatan yang Engkau
limpahkan kepadaku."
"Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari
kegelapan, dunia, dan akhirat."
"Janganlah kemurkaan-Mu menimpa aku."
"Kepada-Mu lah aku menghamba sampai Engkau puas sesuai
kehendak-Mu. Tiada yang lebih kuat dan kuasa dari
pada-Mu."
*_Bersambung_*
13/09/21 07.53 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian52
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Di Kebun Anggur*
Melihat penderitaan yang begitu buruk dialami
Rasulullah, Utbah dan Syaibah merasa iba. Mereka
menyuruh seorang budak mereka untuk memberikan buah
anggur kepada Rasulullah.
Rasulullah menjulurkan tangan untuk memgambil anggur
seraya mengucap, "Bismillah."
Budak itu terkejut keheranan mendengar ucapan itu.
"Kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk
negeri ini." ujarnya.
Kemudian, Rasulullah bertanya kepada sang budak siapa
namanya dan dari negeri mana dia berasal, serta apa
agamanya.
"Namaku Addas, aku berasal dari Niniveh di
Mesopotamia. Aku beragama Nasrani."
Rasulullah kemudian berkata lagi, "Dari negeri baik-
baik, Yunus bin Matta."
Dengan rasa heran yang lebih besar daripada
sebelumnya, Addas bertanya, "Darimana Tuan tahu nama
Yunus bin Matta?"
"Dia saudaraku," jawab Rasulullah, "dia seorang nabi
dan aku juga seorang nabi."
Mendengar itu, hati Addas dipenuhi rasa haru yang
menyengat. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia mencium
kepala, tangan, dan kaki Rasulullah.
Utbah dan Syaibah memerhatikan hal itu dengan heran.
"Lihat, ia merusak budakmu," kata Syaibah.
Ketika Addas kembali, mereka bertanya dengan marah,
"Mengapa pula engkau cium kepala, tangan, dan kaki
orang itu?"
"Itulah laki-laki yang paling baik di negeri ini,"
jawab Addas.
"Ia mengatakan sesuatu yang hanya diketahui oleh para
nabi."
Utbah dan Syaibah saling pandang sebelum berkata
dengan keras,
"Addas, jangan sampai orang itu memalingkan engkau
dari agamamu. Agamamu itu lebih baik daripada
agamanya."
*Saat Paling Getir*
Jibril dan Malaikat Penjaga Gunung, menawarkan diri
untuk menghancurkan Tha'if. Namun, Rasulullah menolak,
beliau bahkan mendoakan kebaikan bagi penduduk Tha'if.
*Kembali ke Mekah*
Setelah Abu Thalib meninggal, Abu Lahab lah yang
terpilih sebagai pemimpin kabilah Bani Hasyim. Abu
Lahab langsung mengumumkan kepada khalayak bahwa Bani
Hasyim kini tidak lagi melindungi Rasulullah. Hal itu
berarti Rasulullah boleh dianiaya, bahkan sampai
dibunuh oleh siapa pun tidak akan ada yang menuntut
balas kematiannya.
Dalam perjalanan kembali ke Mekah, keadaan Nabi yang
tanpa perlindungan ini merisaukan Zaid. Zaid pun
bertanya,
"Wahai Rasulullah, apa yang akan kita lakukan jika
kita kembali ke Mekah tanpa perlindungan? Aku khawatir
jika orang akan berbuat sewenang-wenang kepada Anda."
Rasulullah menatap Zaid dengan pandangan menghibur
sambil berkata dengan keyakinan penuh,
"Allah akan melindungi agama dan Rasul-NYA."
Tiba-tiba di luar Mekah, melalui seorang penduduk,
Rasulullah menghubungi Al Akhnas bin Syariq untuk
menanyakan apakah ia mau memberi perlindungan. Namun,
Al Akhnas menolak.
Rasulullah kemudian menghubungi Suhail bin Amr dari
Bani Amr bin Lu'ay, tetapi ia juga menolak.
Akhirnya *Al Muth'im bin Adi* bersedia memberi
perlindungan.
Esok paginya, Al Muth'im menuju Ka'bah dan memgumumkan
perlindungannya. Abu Lahab datang dan memprotes dengan
ejekan,
"Kamu memberi perlindungan atau menjadi pengikutnya?"
"Kami memberi perlindungan kepada orang yang
seharusnya engkau lindungi", jawab Al Muth'im.
Suatu hari, Rasulullah pergi ke Ka'bah, Abu Jahal
melihatnya dan berseru kepada sekumpulan orang Quraisy
dengan nada menghina,
"Wahai keturunan Abdu Manaf, inilah Nabi kalian."
Menanggapi olokan itu, Utbah bin Rabi'ah berkata,
"Peduli apa pula engkau, apakah kita ini mempunyai
seorang nabi atau raja?"
Rasulullah mendekati keduanya dan berkata,
"Wahai Utbah, demi Allah ucapanmu adalah tanggunganmu
sendiri. Sementara untukmu, Abu Jahal, nasib jelek
akan menimpamu sehingga kelak engkau akan sedikit
tertawa dan banyak menangis."
*Saat Penuh Perjuangan*
Setelah Abu Thalib meninggal ruang gerak dakwah
Rasulullah di Mekah semakin sempit. Beliau pun mencoba
mengalihkan dakwah Islam ke suku-suku Arab lain yang
sering berdatangan ke Mekah pada bulan-bulan haji.
Setiap hari Rasulullah mengunjungi perkemahan Badui,
setiap kali itu pula Abu Lahab mengikuti beliau.
Setelah beliau beranjak pergi, Abu Lahab mendekat dan
berkata,
"Orang yang tadi hanya ingin menukar kepercayaan Anda
kepada Latta dan Uzza, serta jin-jin sekutu Anda,
dengan agama sesat yang dibawanya."
Seorang pemuka kabilah Badui pernah bertanya kepada
Rasulullah,
"Kalau kami jadi pengikutmu dan Tuhan memberimu
kemenangan menghadapi lawanmu, apakah kami akan
berkuasa setelah Anda?"
Rasulullah menjawab,
"Kekuasaan adalah pemberian Allah ketika Ia
menghendaki."
Dengan muka masam, pemimpin kabilah itu berkata ketus,
"Dugaan saya, Anda ini mengharap kami melindungi Anda
dari orang Badui dengan dada kami, lalu kalau Anda
menang orang lain akan memetik untung! Tidak, terima
kasih."
bersambung_
14/09/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian53
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Aisyah dan Saudah*
Walau keadaan semakin berat, Rasulullah tetap berjuang
dengan gigih. Namun demikian, semakin gigih pula
suku-suku pengembara Arab menolak beliau.
Pada saat penuh perjuangan itulah, Rasulullah menikah
dengan Aisyah, putri Abu Bakar. Pernikahan itu
bertujuan mempererat tali persaudaraan dengan para
pendukung Islam yang setia. Tali persaudaraan yang
erat itu sangat penting pada saat-saat sulit seperti
itu.
Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah merupakan
penghargaan setingi-tingginya bagi Abu Bakar, ayah
Aisyah sekaligus sahabat Rasulullah. Pernikahan ini
merupakan suatu bentuk kemenangan dalam persaudaraan
yang penuh cinta kasih antara Abu Bakar dan Rasulullah
sejak masa sebelum diangkat menjadi Rasul.
Sebelumnya Rasulullah menikahi Saudah. Saat itu Saudah
telah menjadi janda setelah suaminya meninggal di
Habasyah. Tujuan pernikahan itu adalah untuk menolong
Saudah yang hampir hidup terlunta-lunta setelah
suaminya wafat. Saudah adalah wanita yang pertama
dinikahi Rasulullah sepeninggal Khadijah.
Setelah berduka ditinggal Abu Thalib dan Khadijah,
kesukaran yang dihadapi Rasulullah bertambah dengan
semakin kerasnya orang Quraisy memusuhi beliau. Pada
saat itulah, Allah menghibur Rasulullah dengan sebuah
perjalanan luar biasa yang tidak pernah kita temui
lagi kedasyatannya dalam sejarah.
*Isra'*
Pada suatu malam yang hening, Malaikat Jibril
mendatangi Rasulullah. Wajahnya putih berseri dan
berkilau seperti salju. Demikian heningnya saat itu
sampai tidak terdengar suara burung malam, gemericik
air, dan siulan angin.
"Hai orang yang sedang tidur, bangunlah!" sapa
Malaikat Jibril.
Rasulullah bangun. Saat itu, beliau sedang tidur di
rumah sepupunya, Ummu Hani binti Abu Thalib.
Jibril membawa Buraq kehadapan Rasulullah. Buraq
adalah hewan yang bentuknya lebih kecil dari kuda tapi
lebih besar dari keledai dengan sayap dikedua sisi
tubuhnya. Warnanya putih. Setiap kali ia melangkah,
jauhnya sama dengan jarak pandang.
Setelah Rasulullah naik ke punggungnya. Buraq pun
meluncur seperti anak panah, sedangkan Jibril terbang
mengiringi dalam jarak yang dekat sekali. Mereka
terbang melintasi padang-padang pasir menuju ke utara.
*Ifrit*
Dalam perjalanan Isra', satu Ifrit mengejar
Rasulullah sambil membawa obor. Ifrit adalah bangsa
jin yang amat jahat. Jibril mengajarkan sebuah doa
kepada Rasulullah yang membuat obor Ifrit padam dan
Ifrit tersungkur jatuh.
Akhirnya Rasulullah tiba di Baitul Maqdis, Yerusalem,
Palestina. Di atas Baitul Maqdis Rasulullah bertemu
Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Ketiga nabi
mulia itu ditemani nabi-nabi lain. Rasulullah kemudian
memimpin shalat semua nabi dan rasul itu.
Selesai shalat, dibawakan kehadapan Rasulullah tiga
buah bejana. Satu berisi khamr, satu berisi air, dan
satu lagi berisi susu.
*Mi'raj*
Rasulullah mendengar sebuah suara berkata, "Kalau ia
memgambil air, ia akan tenggelam dan begitu juga
umatnya. Kalau ia mengambil khamr, ia akan tersesat
dan begitu pula umatnya. Kalau dia mengambil susu, ia
akan dibimbing dan begitu juga umatnya."
Oleh karena itu, Rasulullah mengambil bejana berisi
susu dan meminumnya dengan menyebut nama Allah. Jibril
pun berkata kepada Rasulullah, "Anda telah diberkati
dan begitu pula umat Anda, Muhammad."
Setelah itu, beliau dibawa naik sampai ke langit.
Tangga dipancangkan di atas batu Yaqub.
Mi'raj berarti tangga. Saat naik ke langit, Rasulullah
meniti Mi'raj, bukan lagi menaiki Buraq. Buraq
menunggu di bawah ditambatkan di pintu Baitul Maqdis.
Oleh Jibril, tangga ini diletakkan di atas batu besar
dan ujungnya terus menjulang sampai ke langit.
Dengan tangga itu, Rasulullah naik ke atas langit
berlapis tujuh. Setiap tingkatan langit di jaga oleh
malaikat agar tidak ada setan yang bisa mencuri-dengar
rahasia-rahasia langit.
Di langit pertama, Rasulullah melihat semua malaikat
tersenyum, kecuali satu saja. Rasulullah bertanya
kepada Jibril, lalu Jibril menjawab bahwa itu adalah
Malik, malaikat penjaga neraka, Rasulullah bertanya
lagi kepada J
ibril,
"Bisakah engkau memerintahkannya untuk memperlihatkan
neraka?"
"Malik, perlihatkan neraka kepada Muhammad."
Lalu Malik mengangkat penutup neraka dan api berkobar
tinggi sampai Rasulullah mengira bahwa ia akan
membakar segalanya.
*Illiyyin dan Sijjin*
Illiyyin adalah nama suatu tempat di surga tertinggi.
Sementara itu, Sijjin adalah tempat yang terletak di
bawah Neraka Jahanam.
Rasulullah meminta agar Jibril memerintahkan Malik
mengendalikan kobaran api yang sangat dasyat itu.
Malaikat Malik pun melakukannya dan menutup kembali
pintu neraka.
Setelah itu, Rasulullah melihat seorang laki-laki
sedang duduk melihat roh-roh manusia yang lewat
dihadapannya. Jika roh itu baik, ia akan mengucapkan
selamat seraya berkata,
"Roh yang baik dari tubuh yang baik."
Jika yang lewat itu roh yang buruk, wajah laki-laki
itu jadi keruh sambil berkata,
"Huh! Roh yang jelek dari tubuh yang jelek!"
"Siapa laki-laki itu, wahai Jibril?" tanya Rasulullah.
Jibril menjelaskan bahwa itu adalah Nabi Adam yang
sedang menilai roh keturunannya. Roh orang yang
beriman membuat Nabi Adam gembira, sedangkan roh orang
kafir dan murtad membuat beliau kesal dan murung.
_Bersambung_
14/09/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian54
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Ke Langit Berikutnya*
Rasulullah melanjutkan perjalanannya bersama Jibril.
Beliau melihat berbagai kondisi para penghuni surga
dan neraka.
*Menerima Perintah Shalat*
Di langit keenam, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa.
Kemudian Rasulullah dibawa ke hadapan Arasy sehingga
bertemu Allah. Segalanya tidak dapat dilukiskan dengan
lidah dan di luar jangkauan daya otak manusia. Bertemu
dengan Allah Yang Maha Agung membuat Rasulullah
merasakan kesejukan sampai ke tulang punggungnya.
Kemudian, rasa tenang dan damai membanjiri perasaan
beliau, begitu terasa nikmat. Pada saat itulah,
Rasulullah, Allah memerintahkan agar setiap Muslim
melakukan shalat lima puluh kali sehari semalam.
Begitu Rasulullah turun dari Arasy, beliau bertemu
Nabi Musa yang berkata,
"Bagaimana engkau mengharap pengikut-pengikutmu akan
melakukan shalat lima puluh kali setiap hari? Sebelum
engkau, aku sudah punya pengalaman, sudah kucoba
terhadap Bani Israil sekuat daya. Percayalah dan
kembalilah kepada Allah, minta supaya dikurangi jumlah
shalat itu."
Kemudian Rasulullah kembali menemui Allah. Kemudian
jumlah shalat dikurangi jadi empat puluh kali setiap
hari.
Namun, Nabi Musa menganggap masih di luar kemampuan
orang. Dia sarankannya lagi Rasulullah kembali meminta
keringanan. Demikianlah, beberapa kali Rasulullah
bolak-balik menemui Allah sampai akhirnya jumlah
shalat ditetapkan menjadi lima kali sehari semalam.
Kemudian, Rasulullah kembali ke Bumi dengan menuruni
tangga. Buraq pun membawa Rasulullah kembali ke Mekah.
*Mengabarkan Isra Mi'raj*
Menjelang fajar Rasulullah membangunkan Ummu Hani dan
keluarganya.
"Oh Ummu Hani," sabda Rasulullah,
"seperti engkau maklum, semalam aku shalat malam
terakhir bersama kamu. Kemudian aku ke Baitul Maqdis
dan shalat di sana. Baru saja, saat ini, kita shalat
subuh bersama."
Rasulullah kemudian bangkit, meninggalkan Ummu Hani
yang masih terperangah. Ummu Hani tahu beliau akan
keluar dan mengabarkan Isra' dan Mi'raj kepada orang
banyak. Rasulullah berdiri dan berjalan ke pintu
begitu cepat seolah-olah tidak sabar lagi untuk
mengabarkan perjalanan ini. Padahal, beliau tahu apa
akan dikatakan orang Quraisy yang selama ini
memusuhinya. Namun, semangat Rasulullah tidak
terhalangi oleh hal-hal semacam itu.
Rasa khawatir Ummu Hani menggunung seketika. Begitu
cepatnya langkah Rasul sehingga Ummu Hani terpaksa
menarik jubah Rasul dengan tergesa-gesa.
"Ya Rasulullah, jangan mengatakannya pada khalayak
ramai. Nanti mereka menuduh engkau berdusta dan mereka
akan menghinamu."
Rasulullah tersenyum menentramkan, "Demi Allah, saya
akan tetap mengatakannya."
Ummu Hani tidak bisa berkata apa-apa lagi melihat
tekad Rasulullah yang sudah demikian kuat. Ketika
Rasulullah pergi, dilihatnya beliau dengan pandangan
khawatir. Ummu Hani segera memanggil seorang hamba
sahayanya, seorang perempuan dari Habasyah.
"Pergilah, ikuti Rasulullah dan dengar yang dikatakan
kaumnya terhadap beliau."
Hamba sahaya itu pun bergegas pergi.
Bersambung lagi..
14/09/21 20.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian55
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Quraisy Gempar*
Saat itu, di dekat Ka'bah telah berkumpul para
pembesar Quraisy. Mereka melihat Rasululllah, Abu
Jahal bertanya dengan congkak,
"Hai Muhammad! Adakah engkau mendapat suatu perkara
baru lagi?"
"Ya, aku baru mendapat suatu perkara yang baru."
"Apa itu? Ceritakanlah," Abu Jahal bersiap mengejek.
"Semalam aku pergi ke Baitul Maqdis."
Senyum Abu Jahal melebar,
"Ke Baitul Maqdis dan pagi-pagi begini sudah kembali
tiba disini?"
"Ya, semalam aku pergi di Baitul Maqdis."
Abu Jahal tertawa sambil menggeleng-geleng heran,
"Apakah kamu berani menyatakan hal ini di muka kaumku?
Kalau memang berani, saya akan memanggil mereka.
Ceritakanlah kepada mereka hal yang telah kamu katakan
kepadaku tadi!"
"Baik panggil mereka kemari," tegas Rasulullah.
Seketika itu juga, Abu Jahal pergi memanggil semua
pembesar Quraisy dan orang-orang biasa.
Dalam waktu singkat, semua orang berduyun-duyun ke
hadapan Rasulullah.
"Hai Muhammad!" Seru Abu Jahal.
"Katakanlah kepada kaumku sekarang seperti yang kamu
katakan tadi kepadaku!"
Rasulullah pun bersabda,
"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."
Orang-orang terperangah. Semua orang yang hadir disitu
bersikap seolah-olah kurang jelas mendengar kata-kata
Rasulullah.
"Pergi kemana, Muhammad?"
"Semalam saya pergi ke Baitul Maqdis."
Seketika itu, gemparlah suasana. Suara tawa dan cemooh
menggemuruh. Mengalahkan suara-suara itu Abu Jahal
berteriak,
"Muhammad itu memang selalu mengada-ada dengan
ucapannya!"
Olok-olok makin terdengar riuh. Ada yang mengejek. Ada
yang tertawa. Ada yang bertepuk tangan.
Bagi bangsa Arab, tepuk tangan adalah bukan tanda
semangat. Tepuk tangan atau menaruh tangan diatas
kepala adalah tanda mengejek dan hinaan bagi seseorang
yang kata-katanya dianggap tidak bisa dipercaya.
Orang-orang itu memanggil Abu Bakar. Mereka ingin tahu
yang akan dikatakan Abu Bakar, orang yang selama ini
begitu kukuh kepercayaannya kepada Rasulullah.
*Abu Bakar Membenarkan Cerita Rasulullah*
"Kalian berdusta," kata Abu Bakar kepada orang-orang
yang datang kepadanya.
"Sungguh, Muhammad kini berada di Ka'bah sedang
berbicara dengan orang banyak."
"Kalaupun itu yang dikatakannya," kata Abu Bakar,
"Tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan
kepadaku bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke
bumi pada waktu malam atau siang aku percaya. Padahal
tadi itu lebih mengherankan daripada berita sekarang
ini."
Abu Bakar kemudian mendatangi Rasulullah. Saat itu,
orang-orang Quraisy sedang meminta Rasulullah
menggambarkan bentuk Baitul Maqdis. Mereka tahu,
Rasulullah belum pernah satu kali pun berkunjung ke
tempat itu. Sementara itu, beberapa orang dari mereka
telah terbiasa berdagang sampai ke Syam dan melewati
Baitul Maqdis berkali-kali. Abu Bakar adalah salah
seorang yang pernah berdagang ke sana.
Mendengar Rasulullah begitu tepat menggambarkan
keadaan Baitul Maqdis, Abu Bakar berkata di hadapan
semua orang,
"Rasulullah, saya percaya!"
Bahkan, orang-orang kafir sekali pun menggeleng-geleng
kepala, heran bercampur kagum mendengar kata-kata Abu
Bakar. Mereka menghormati kesetiaan dan tingginya rasa
percaya Abu Bakar kepada Rasulullah.
Rasulullah sendiri sangat gembira mendengar perkataan
Abu Bakar. Padahal saat itu, semua orang dihadapannya
tengah bertanya-tanya, mengejek, dan mencaci. Bahkan
yang lebih menyakitkan, beberapa orang yang sudah
memeluk Islam kembali murtad karena tidak percaya
dengan apa yang Rasulullah sampaikan.
Sejak saat itu Rasulullah memberi julukan kehormatan
dan kesayangan "As-Shiddiq" kepada Abu Bakar. Artinya
adalah "yang tulus hati", "yang sangat jujur."
*Bukti dari Kafilah*
Merasa belum cukup mendengar betapa tepat gambaran
Rasulullah tentang Baitul Maqdis, orang-orang Quraisy
meminta bukti yang lain.
Rasulullah mengatakan, bahwa dalam perjalanan, beliau
melewati beberapa kafilah yang sedang dalam perjalanan
menuju Mekah atau ke arah Syam. Rasulullah mengatakan
bahwa di salah satu kafilah, seekor unta terjerembab
karena terkejut oleh kehadiran Bura
q. Rasulullah juga mengatakan tempat kafilah itu
berada.
"Saya melanjutkan perjalanan," demikian sabda
Rasulullah,
"sampai tiba di Dhajanan, melewati sebuah kafilah bani
fulan. Kutemukan mereka semua sedang tertidur. Mereka
mempunyai sebuah guci yang tertutup. Saya membuka
tutupnya dan meminum air itu lalu menutupnya kembali."
Sudah menjadi kebiasaan kafilah Arab untuk menyediakan
guci minum yang bisa dinikmati oleh siapa pun tanpa
perlu izin lagi. Bahkan biasanya yang disediakan
adalah susu.
"Sebagai bukti kafilah itu sekarang sedang menuruni
dataran tinggi Baydha di celah Tan'im. Kafilah itu
dipimpin seekor unta berwarna kelabu dengan muatan dua
kantong, yang satu hitam dan yang lain belang."
Orang-orang kemudian bergegas menuju celah itu. Mereka
menemukan bahwa unta pertama yang mereka jumpai sedang
memimpin kafilah memang persis seperti yang
digambarkan Rasulullah.
Orang-orang juga bertanya kepada anggota kafilah itu
tentang guci air.
"Ketika kami bangun pada pagi hari tadi, guci itu
masih tertutup, tetapi isinya kosong. Padahal semalam
guci itu penuh berisi air," jawab anggota kafilah.
Orang-orang saling berpandangan mengakui yang
Rasulullah katakan. Terlebih lagi setelah itu, mereka
bertanya pada rombongan kafilah lain tentang unta yang
terjerembab.
"Kami memang terkejut mendengar sesuatu seperti apa
yang bergerak cepat di langit. Sesuatu itu membuat
seekor unta kami terkejut dan terjerembab."
Demikian bukti-bukti kebenaran Isra' Mi'raj sudah
begitu kuat. Namun, orang-orang seperti Abu Jahal
tidak bisa berubah menjadi orang beriman.
_Bersambung_
14/09/21 20.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian56
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Rintangan dari Abu Lahab*
Selain terus-menerus berdakwah kepada orang-orang
Mekah, Rasulullah juga menyampaikan ajaran Islam
kepada orang-orang yang datang ke Mekah. Bangsa Arab
berkumpul di Mekah pada pekan-pekan tertentu beberapa
kali dalam setahun, misalnya di Pasar Ukazh, yang
diadakan selama bulan Syawal, kemudian Pasar Mujannah,
yang berlangsung setelah bulan Syawal selama dua puluh
hari.
Jika Rasulullah tahu ada rombongan datang, Beliau
segera pergi mendatangi mereka sambil berkata,
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah
memerintahkan kamu sekalian supaya menyembah kepada-
NYA dan janganlah kamu menyekutukan Dia dengan
sesuatu."
"Wahai sekalian manusia ucapkanlah olehmu, Tiada Tuhan
melainkan Allah, supaya kamu berbahagia!"
Namun, di mana pun Rasulullah datang pasti di belakang
beliau Abu Lahab datang mengikuti sambil berseru
keras-keras,
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya orang ini
memerintahkan kamu sekalian supaya meninggalkan agama
orangtua-orangtuamu terdahulu! Hai sekalian manusia,
janganlah kamu dengarkan perkataan orang ini karena
dia itu pendusta!"
Bahkan sesekali jika marahnya sudah memuncak, Abu
Lahab melempar kepala Rasulullah dari belakang dengan
batu!
Akibat tindakan Abu Lahab ini, sangat sedikit orang
yang mau menerima seruan Islam. Orang-orang Islam pun
bahkan belum berani menunjukkan keislamannya secara
terang-terangan. Kebanyakan orang mencaci, mencemooh,
mengusir, dan mendustakan Rasulullah.
Akan tetapi, beliau tidak pernah berputus asa. Beliau
terus berdakwah semakin gencar dan semakin
bersemangat. Berkat kegigihan yang luar biasa inilah,
Allah mulai menunjukkan tanda-tanda kemenangan dari
sebuah kota bernama Yatsrib.
*Utbah bin Rabi'ah*
Selain Abu Lahab, salah seorang yang memusuhi
Rasulullah adalah Utbah bin Rabi'ah. Namun, Utbah
lebih lembut. Utbah memberi Rasulullah anggur ketika
beliau diusir dari Tha'if.
*Orang-Orang Yatsrib*
(Suatu saat kelak, Rasululllah mengubah nama Yatsrib
menjadi Madinah). Orang-orang Yatsrib termasuk
rombongan orang Arab yang sering datang ke Mekah.
Mereka terpecah menjadi dua golongan orang Aus dan
orang Khazraj.
Kedua suku ini saling berperang satu sama lain selama
120 tahun. Suatu saat kaum Aus menang. Pada saat lain,
orang Khazraj yang mengalahkan Aus.
Suatu malam di Bukit Aqabah, Mina, Rasulullah bertemu
dengan enam orang Khazraj. Mula-mula beliau mengajukan
pertanyaan, kemudian orang-orang itu menjawab dengan
sopan. Kemudian Rasulullah memperkenalkan diri dan
bertanya,
"Bagaimana keadaan kalian di Yatsrib?"
Sesudah itu beliau mengajak mereka duduk bersama dan
memenuhi ajakan itu dengan penuh rasa ingin tahu.
Sesudah saling bertanya, Rasulullah mengajak mereka ke
tempat yang sunyi, sedikit jauh dari penglihatan
orang. Di tempat itu, Rasulullah membacakan ayat-ayat
Al-Qur'an. Keenam orang Khazraj itu mengerti dan
tertarik segala apa yang beliau serukan.
Setelah Rasulullah yakin dengan kesungguhan orang-
orang ini, beliau mengajak berpindah tempat lagi ke
bawah Bukit Aqabah. Tempat itu benar-benar terlindung
dari jangkauan penglihatan orang. Di tempat aman
itulah, Rasulullah mengajak mereka mendukung kenabian
beliau. Rasulullah meminta agar mereka ikut
menyebarkan ajaran Islam di kota asal mereka, Yatsrib.
Orang-orang itu minta waktu untuk berunding.
"Rupanya ini adalah jalan yang diberikan Tuhan,"
demikian salah satu dari mereka berkata,
"Aku sudah bosan berperang dengan Aus, mudah-mudahan
ajaran Islam ini akan menyatukan kita dan Aus dalam
perdamaian."
Setelah selesai, mereka menyatakan percaya dan
sungguh-sungguh mendukung penyebaran Islam di Yatsrib.
Rasulullah kemudian menasihati agar mereka seiya
sekata, tolong-menolong, dan bantu-membantu dalam
menjalankan tugas mulia ini.
*Baiat Aqabah Pertama*
Keenam orang itu kembali ke Yatsrib dan menyerukan
Islam kepada seluruh penduduknya.
"Muhammad adalah nabi terakhir utusan Tuhan yang
didustakan kaumnya sendiri," demikian kata mereka.
Segera saja nama Rasulullah menjadi terkenal di
kalanga
n penduduk Yatsrib.
Pada musim haji berikutnya, lima dari enam orang itu
kembali ke Mekah bersama tujuh orang rekan mereka. Dua
berasal dari Aus dan sepuluh orang berasal dari
Khazraj. Mereka menemui Rasulullah di Bukit Aqabah.
Saat itu, sudah dua belas tahun lamanya Rasulullah
menyebarkan Islam.
Setelah Rasulullah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an
mereka menyatakan percaya akan seruan beliau.
Rasulullah pun kemudian membaiat (sumpah setia)
mereka.
Inilah yang terkenal sebagai Baiat Aqabah pertama.
Dalam baiat ini, Rasulullah mengajak mereka bersumpah
untuk:
1. Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-NYA
2. Tidak mencuri
3. Tidak bergaul dengan wanita yang belum dinikahi
4. Tidak membunuh anak-anak, seperti yang saat itu
banyak terjadi
5. Tidak berdusta dan tidak membuat kedustaan
6. Tidak menolak perkara yang baik
7. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik saat
senang maupun susah
8. Hendaknya selalu mengikuti Rasulullah, baik
terpaksa maupun sukarela
9. Jangan begitu saja merebut suatu perkara kecuali
Allah memberikan bukti tanda-tanda kekafiran kepada
orang yang mengerjakannya
10. Hendaklah mengatakan kebenaran di mana pun berada
dan tidak takut akan celaan orang
Sebagai penutup, Rasulullah bersabda,
"Hendaklah kalian menepati janji-janji ini, kelak
kalian akan menerima balasan Allah berupa surga.
Namun, jika ada yang menyalahi janji ini, aku serahkan
urusannya kepada Allah semata."
*Ucapan Baiat*
Ucapan baiat atau sumpah setia ini sebenarnya adalah
menjulurkan tangan kanan ke depan telapak tangan
menghadap keatas, sedangkan pembaiat menjabat dengan
posisi tangan disebelah atas.
Baiat Aqabah yang pertama dikenal dengan nama baiat
wanita sebab Rasulullah belum meminta mereka membela
beliau dengan berperang.
_bersambung_
15/09/21 16.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian57
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Pengiriman Mush'ab bin Umair*
Setelah baiat terlaksana dengan sempurna, semua orang
kembali ke perkemahan masing-masing sambil menyimpan
kejadian itu baik-baik di dalam hati.
Musim haji pun segera selesai. Ketika rombongan Muslim
Yatsrib berangkat pulang. Rasulullah menyertakan
seorang duta pertama. Tugas duta ini adalah
mengajarkan syariat Islam dan pengetahuan agama kepada
kaum Muslimin. Selain itu, ia juga berkewajiban
menyebarkan ajaran Islam kepada orang-orang yang masih
menyembah berhala.
Rasulullah memilih Mush'ab bin Umair untuk
melaksanakan tugas ini. Mush'ab termasuk pemeluk Islam
pertama dan terpercaya dalam pengetahuan tentang
hukum-hukum Allah, bacaan Al-Qur'an, serta
ketaatannya.
Setelah sahabat Rasulullah itu datang, semakin banyak
orang Yatsrib memeluk Islam. Seiring dengan itu,
persatuan Aus dan Khazraj semakin kuat sampai akhirnya
hilanglah rasa permusuhan di hati mereka masing-
masing.
*Jum'at Pertama*
Melihat Islam berkembang demikian pesat, orang-orang
Yahudi Yastrib amat khawatir. Mereka takut agamanya
lenyap terdesak oleh Islam. Oleh karena itu, setiap
hari Sabtu mereka berkumpul di suatu tempat dan
mengadakan keramaian untuk menunjukkan keagungan agama
mereka.
Ketika mendengar hal ini, Rasulullah memerintahkan
Umair untuk mengumpulkan kaum Muslimin setiap hari
Jum'at untuk mengerjakan shalat dua rakaat berjamah.
Mush'ab segera mengumpulkan kaum Muslimin di Hazmun-
Nabit.
Itulah shalat jum'at pertama dalam sejarah Islam.
Shalat pertama itu diikuti oleh empat puluh orang.
*Abdurrahman bin Auf*
Rasulullah juga pernah memerintahkan Abdurrahman bin
Auf secara diam-diam pergi ke daerah Damatul Jandal
untuk berdakwah. Selama tiga hari, Abdurrahman bin Auf
berdakwah sampai akhirnya pemimpin mereka Al Ashbag
pun masuk Islam.
*Baiat Aqabah Kedua*
Satu tahun berikutnya, jumlah jama'ah haji dari
Yatsrib lebih banyak, termasuk dalam rombongan itu
tujuh puluh lima muslim. Dua di antaranya kaum
perempuan.
Saat itu tahun 622 Masehi, tiga belas tahun sudah
Rasulullah berdakwah dengan lemah lembut, mengalah
terhadap segala siksaan, serta menanggung semua
kesakitan dengan kesabaran dan pengorbanan.
Tidak selamanya Allah mengajarkan umat-NYA untuk terus
mengalah. Suatu saat pukulan harus dibalas pukulan,
serangan pun harus dibalas serangan. Dengan tujuan
inilah Rasulullah mengadakan pertemuan dengan ketujuh
puluh lima Muslim itu.
Mereka bersepakat bertemu tengah malam di bukit Aqabah
pada hari-hari tasyriq. Hari Tasyriq adalah tiga hari
berturut-turut setelah hari Raya Qurban (Idhul Adha).
Kali ini mereka tidak bertemu di kaki bukit, tetapi di
puncaknya. Semua orang mendaki lereng-lereng Aqabah
yang curam, termasuk kedua Muslimah tersebut. Saat
itu, Rasulullah disertai pamannya, Abbas bin Abdul
Muthalib. Abbas menyadari bahwa pertemuan ini dapat
berakibat perang terhadap orang yang memusuhi
keponakannya.
"Saudara-saudara dari Khazraj," demikian Abbas
berkata, "posisi Muhammad di tengah-tengah kami sudah
diketahui bersama. Kami dan mereka yang sepaham
dengannya telah melindunginya dari gangguan masyarakat
kami sendiri. Dia adalah orang yang terhormat di
kalangan masyarakatnya dan mempunyai kekuatan di
negerinya sendiri. Namun, dia ingin bergabung dengan
Tuan-Tuan juga. Jadi, kalau memang Tuan-Tuan merasa
dapat menepati janji seperti yang Tuan-Tuan berikan
kepadanya dan dapat melindungi dari mereka yang
menentangnya, silahkan Tuan-Tuan laksanakan. Akan
tetapi kalau Tuan-Tuan akan menyerahkan dia dan
membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat Tuan-
Tuan, dari sekarang lebih baik tinggalkan saja."
Orang-orang Yatsrib pun menjawab, "Sudah kami dengar
yang Tuan katakan. Sekarang silahkan Rasulullah
bicara. Kemukakanlah yang Tuan senangi dan disenangi
Allah."
Setelah membaca ayat Al-Qur'an dan memberi semangat
Islam, Rasulullah bersabda,
"Saya minta ikrar Tuan-Tuan untuk membela saya seperti
membela istri-istri dan anak-anak Tuan-Tuan sendiri."
*Kesetiaan Kaum Anshar*
Saad bin Ubadah, seorang pemimpin Anshar
berkata kepada Rasulullah,
"Hanya kepada kamilah Rasulullah menghendaki sesuatu.
Demi jiwaku yang ada ditangan-NYA, andaikan engkau
menyuruh agar kami menceburkan diri ke dalam samudra,
tentulah kami akan melakukannya."
*Dialog Sebelum Ikrar*
Seorang pemuka masyarakat yang tertua disitu, Al Bara'
bin Ma'rur, berkata,
"Rasulullah, kami sudah berikrar. Kami adalah orang
peperangan dan ahli bertempur yang sudah kami warisi
dari leluhur kami."
Namun, sebelum Al Bara' selesai bicara, Abu Haitham
bin Tayyihan menyela,
"Rasulullah, kami memutuskan perjanjian dengan orang-
orang Yahudi. Namun, apa jadinya kalau apa yang kami
lakukan ini lalu kelak Allah memberikan kemenangan
kepada Tuan, apakah Tuan akan kembali kepada
masyarakat Tuan dan meninggalkan kami?"
Rasulullah tersenyum dan berkata,
"Tidak, saya sehidup semati dengan Tuan-Tuan. Tuan-
Tuan adalah saya dan saya adalah Tuan-Tuan. Saya akan
memerangi siapa saja yang Tuan-Tuan perangi dan saya
akan berdamai dengan siapa saja yang Tuan-Tuan ajak
berdamai."
Tatkala mereka siap berikrar, Abbas bin Ubadah
menyela,
"Saudara-saudara dari Khazraj, untuk apakah kalian
memberikan ikrar kepada orang ini? Kamu menyatakan
ikrar dengan dia untuk melakukan perang terhadap yang
hitam dan yang merah (perang habis-habisan melawan
siapa pun). Kalau Tuan-Tuan merasa bahwa jika harta
benda Tuan-Tuan binasa dan para pemuka Tuan-Tuan
terbunuh, Tuan-Tuan hendak menyerahkan dia kepada
musuh, lebih baik dari sekarang tinggalkan saja dia.
Kalau pun itu yang Tuan-Tuan lakukan, ini adalah
perbuatan hina dunia dan akhirat.
Sebaliknya, jika Tuan-Tuan dapat menepati seperti
yang Tuan-Tuan berikan kepadanya itu, sekali pun harta
benda Tuan-Tuan habis dan para pemimpin Tuan-Tuan
terbunuh, silahkan saja Tuan-Tuan terima dia. Itulah
suatu perbuatan yang baik, dunia dan akhirat."
Orang-orang pun menjawab,
"Akan kami terima, sekali pun harta benda kami habis
dan bangsawan kami terbunuh. Namun, Rasulullah, kalau
dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami
peroleh?"
Rasulullah menjawab dengan tenang dan pasti, "Surga."
*Kepribadian yang Mengagumkan*
Kesetiaan kaum Anshar pada saat baiat menunjukkan
begitu dalamnya kepercayaan yang tertanam dalam hati
mereka kepada Rasulullah. Rasulullah memiliki
kepribadian yang daya pesonanya tidak dapat dijangkau
kedalamannya. Siapa pun yang bergaul dengan beliau,
pasti akan luluh dalam pesona itu.
*_bersambung_*
15/09/21 16.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 58
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Ikrar*
Mereka mengulurkan tangan kepada Rasulullah dan
berikrar. Inilah yang tercatat dalam sejarah sebagai
Baiat Aqabah kedua. Dalam Ikrar kedua ini, mereka
berkata,
"Kami berikrar mendengar dan setia pada waktu suka dan
duka, pada waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan
berkata yang benar di mana saja kami berada, dan kami
tidak takut kritik siapa pun atas jalan Allah ini."
Rasulullah menjabat tangan para lelaki, tetapi tidak
menyentuh tangan wanita. Setelah itu, beliau berkata,
"Pilihlah dua belas orang pemimpin dari kalangan Tuan-
Tuan yang akan menjadi penanggung jawab
masyarakatnya."
Mereka lalu memilih sembilan orang Khazraj dan tiga
orang Aus. Kepada para pemimpin itu, Rasulullah
berkata,
"Tuan-Tuan adalah penanggung jawab masyarakat seperti
pertanggungjawaban pengikut-pengikut Isa binti Maryam.
Terhadap masyarakat saya, sayalah yang bertanggung
jawab."
Peristiwa ini selesai tengah malam di celah Gunung
Aqabah, jauh dari masyarakat ramai. Saat itu,mereka
berharap hanya Allah saja yang mengetahui urusan
mereka. Namun, ternyata ada orang lain yang kebetulan
sedang lewat dan merasa curiga dengan suara-suara dari
puncak bukit. Orang itu memanjati lereng gunung dan
menyaksikan baiat Aqabah kaum Muslimin.
*Ketentuan Perang*
Salah satu isi penting ikrar Aqabah kedua ini adalah
dicantumkannya ketentuan tentang perang. Pihak Anshar
berjanji akan membela Rasulullah sekali pun harus
berperang dan mengorbankan jiwa. Semua itu dilakukan
kaum Anshar tanpa pamrih sama sekali tidak
mengharapkan apa pun dari Rasul kecuali keridhaan
Allah.
*Quraisy Terkejut*
Orang yang mengintai peristiwa ikrar tadi berteriak,
memberi tahu penduduk Quraisy yang tinggal di Mina,
tidak jauh dari Aqobah
"Muhammad dan orang-orang yang pindah agama itu sudah
berkumpul! Mereka akan memerangi kamu!"
Walau cuma mendengar selintas, orang itu mengetahui
maksud kaum Muslimin. Dengan berteriak keras-keras, ia
bermaksud mengacaukan baiat kaum Muslimin. Orang itu
berharap kaum Muslimin jadi takut, gelisah, dan
membatalkan perjanjian mereka dengan Rasulullah.
Namun, tekad kaum Muslimin sudah tidak lagi
tergoyahkan. Bahkan, dengan semangat menyala, Abbas
bin Ubadah berkata kepada Rasulullah,
"Demi Allah yang telah mengutus Tuan atas dasar
kebenaran, kalau sekiranya Tuan berkenan, penduduk
Mina itu besok akan kami habiskan dengan pedang kami!"
Rasulullah menjawab, "Kami tidak diperintahkan untuk
itu. Kembalilah ke kemah Tuan-Tuan."
Dengan cepat dan diam-diam, kaum Muslimin kembali ke
kemah mereka dan tidur sampai pagi, seolah-olah tidak
pernah terjadi apa pun.
Akan tetapi, pagi itu, orang Quraisy sudah mengetahui
berita adanya ikrar. Mereka benar-benar sangat
terkejut. Para pemuka Quraisy berkumpul dengan cepat
dan segera bertindak. Mereka mendatangi para pemimpin
rombongan Aus dan Khazraj.
"Apa yang terjadi? Kami dengar tadi malam kalian
menjanjikan sesuatu kepada Muhammad!" ujar pemimpin
Quraisy setengah menuduh.
Tidak semua rombongan Aus dan Khazraj adalah Muslim.
Kebetulan para pemimpin rombongan adalah mereka yang
belum beriman.
"Tidak! Kalian pasti salah! Tidak seorang pun dari
rombongan kami keluar perkemahan tadi malam!" bantah
para pemimpin rombongan dari Yatsrib itu.
Tadi malam, kaum Muslimin memang bergerak diam-diam.
Mereka tidak memberi tahu anggota rombongan yang belum
beriman tentang perjanjian mereka dengan Rasulullah.
Akhirnya, orang-orang Quraisy kembali dengan hati
ragu. Sementara itu, dengan tenang, anggota rombongan
dari Yatsrib berkemas dan berangkat pulang.
*Hijrah*
Kaum Anshar atau 'para penolong', demikianlah
Rasulullah menjuluki para sahabat barunya dari kota
Yatsrib.
Sebelum kaum Anshar datang, rasanya dakwah Islam akan
berputar di sekitar Mekah saja. Padahal, seluruh
penduduk Mekah sudah diancam habis-habisan oleh para
pemimpin Quraisy agar tidak menjadi pengikut
Rasulullah. Di mata orang Quraisy, tiba-tiba saja
Islam sudah menjadi kuat nun jauh di Yatsrib sana dan
itu di luar jangkauan mereka.
Tanpa membuang waktu
lagi, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya
menyusul kaum Anshar ke Yatsrib. Dengan sangat cerdik,
beliau memerintahkan kaum Muslimin hijrah dengan
berpencar-pencar dan diam-diam agar tidak menimbulkan
kepanikan Quraisy.
Mulailah mereka berhijrah sendiri-sendiri dalam
kelompok-kelompok kecil. Cara seperti itu berbeda
dengan yang dilakukan Nabi Musa yang membawa kaumnya
berhijrah dalan kelompok besar sekaligus. Ketika orang
Quraisy tahu, mereka mulai panik.
"Tahan mereka yang mencoba mengungsi itu! Kurung orang
yang mencoba pergi!" perintah seorang pemimpin.
"Mengapa tidak kita bunuh saja?" seru yang lain.
"Apa kamu sudah tidak waras? Kalau kita bunuh,
kabilahnya akan menuntut balas!
Quraisy akan dipecah dalam perang saudara! Itu sudah
pasti akan menguntungkan Muhammad! Tidak, tidak ada
yang di bunuh. Bujuk saja supaya mereka kembali kepada
sesembahan lama. Iming-imingi dengan harta kalau
perlu. Jika tidak mau juga, siksa dengan keras!"
Demikian keras orang Quraisy bertindak, sampai-sampai
ada istri yang dipisahkan dari suaminya. Kalau
istrinya orang Quraisy, ia tidak boleh ikut suaminya
hijrah. Jika tidak menurut, wanita itu akan mereka
kurung.
Semua itu rela dijalani kaum Muslimin. Mereka rela
berpisah dari keluarga bahkan meninggalkan harta untuk
berhijrah demi kebebasan menyembah Allah.
_Bersambung_
16/09/21 21.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian Ke 59
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Umar dan Hamzah Hijrah*
Akhirnya berangkatlah kaum Muslimin secara berangsur-
angsur.
Yang tinggal di Mekah saat itu hanyalah Rasulullah,
Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Hamzah, Umar bin
Khattab, dan beberapa gelintir orang yang tidak
menemukan cara untuk meloloskan diri. Ketika Abu Bakar
meminta izin untuk berhijrah, Rasulullah menjawab,
"Jangan tergesa-gesa, mungkin saja Allah memerintahkan
aku berhijrah dengan disertai seorang kawan."
Akhirnya, Hamzah pun berangkat bersama beberapa orang.
Namun, beda dengan saudara-saudara Muslimnya yang
berangkat dengan sembunyi-sembunyi. Hamzah bin Abdul
Mutthalib berangkat terang-terangan sambil menyandang
pedang. Sorot matanya seolah-olah berkata,
"Siapa pun yang berani mencegahku pergi, akan
menghadapi tebasan pedang!"
Melihat sorot mata itu, tidak seorang Quraisy pun yang
berani bertanya-tanya.
Setelah itu, Umar bin Khattab pun menyusul. Ia pergi
bersama beberapa orang lemah dan miskin yang tidak
mungkin dibiarkan pergi jika dikawal seorang pelindung
yang disegani Quraisy.
Sambil menyandang pedang, meletakkan busurnya di
pinggang. Umar bin Khattab pergi melewati Ka'bah.
Tangannya menggenggam anak-anak panah. Di hadapan para
pembesar Quraisy yang sedang duduk-duduk disitu, ia
berkata,
"Siapa di antara kalian yang ingin ibunya merasakan
kematian anaknya, yang ingin anaknya menjadi yatim,
dan istrinya menjadi janda, temuilah aku di belakang
lembah ini."
Namun, tidak seorang pun beranjak memenuhi tantangan
itu. Melihat tantangannya tidak terjawab, Umar bin
Khattab melompat ke atas kuda dan pergi memimpin
rombongan hijrah. Kepergiannya diikuti tatapan penuh
rasa takut sekaligus benci orang-orang yang memusuhi
Islam.
Kini, tinggallah Rasulullah, Abu Bakar, dan Ali bin
Abu Thalib yang belum berhijrah. Melihat Rasulullah
sendirian, para pemuka Quraisy merencanakan sesuatu
yang jahat untuk mencelakakan beliau.
*Quraisy Mengincar Rasulullah*
Pada sebuah pertemuan bernama Darun Nadwah, para
pemimpin Quraisy berkumpul untuk menentukan sikap
terhadap Rasulullah.
"Sudah berkali-kali kita membicarakan kepergian
Muhammad dan pengikutnya ke Yatsrib, tetapi sampai
saat ini tidak ada satu pun tindakan yang bisa kita
lakukan!" ujar seseorang.
"Betul, padahal persoalan ini begitu gawat buat kita.
Sadarilah oleh kalian, jika Muhammad dan pengikutnya
berkumpul di Yatsrib, suatu saat bisa saja mereka
datang ke sini untuk menyerang kita!"
"Dan kafilah-kafilah dagang kita!" jerit yang lain.
"Kafilah-kafilah dagang kita harus melalui daerah
pinggiran Yatsrib untuk bisa sampai ke Syam! Apa
jadinya jika perdagangan kita mereka tutup? Kita akan
kelaparan dan menderita! Persis seperti kita mengurung
Muhammad dan keluarganya selama beberapa tahun di
Syi'ib Abu Thalib!"
Semua orang bergidik ngeri membayangkan kemungkinan
itu. Sejenak tidak seorang pun tahu harus berkata apa.
Sampai akhirnya, seseorang memecahkan keheningan,
"Kita harus segera bertindak! Kemukakan usul kalian
tentang apa yang harus kita lakukan!"
"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya
rapat-rapat, kemudian kita awasi biar dia mengalami
nasib seperti penyair-penyair semacamnya sebelum dia,
seperti Zuhair dan Nabighah!"
Namun pendapat ini tidak mendapat dukungan yang lain.
"Kita usir dia! Buang saja dia keluar Mekah!"
Namun, nanti dia bisa bergabung dengan pengikutnya di
Yatsrib!"
Akhirnya mereka menyetujui usul Abu Jahal yang sangat
kejam,
"kita ambil seorang anak muda yang tangguh dan
terpandang dari setiap suku. Kemudian suruh mereka
menusuk Muhammad secara bersama-sama dengan pedang-
pedang yang telah diasah setajam mungkin. Bani Abdu
Manaf dan Bani Hasyim tidak akan bisa membalas
kematian Muhammad karena seluruh suku di sini terlibat
pembunuhan itu! Paling-paling kita hanya harus
membayar ganti rugi yang bisa kita tanggung bersama-
sama!"
*Persiapan Hijrah Rasulullah*
Pada hari dilaksanakannya rapat untuk membunuh
Rasulullah. Jibril turun dan menyampaikan firman Allah
yang membongkar rencana Quraisy tersebut. Sete
lah itu, Jibril berkata,
"Ya Rasulullah! Jangan Anda tidur malam ini di atas
tempat tidur yang biasa, sesungguhnya Allah menyuruh
Anda agar berangkat hijrah ke Yatsrib."
Jibril juga menyampaikan bahwa kawan hijrah Rasulullah
adalah Abu Bakar. Setelah mendengar perintah tersebut,
tanpa membuang waktu lagi, Rasulullah pergi ke rumah
Abu Bakar.
Saat itu, tengah hari. Panas matahari terasa membakar
kepala. Rasulullah berjalan sambil menutup muka dan
kepala. Begitu tiba di depan rumah Abu Bakar, beliau
segera memanggil-manggil sahabatnya itu.
Abu Bakar terkejut,
"Rasulullah sampai memerlukan datang di tengah panas
yang amat menyengat begini, pasti ada sesuatu yang
penting."
Tergesa-gesa Abu Bakar keluar menyambut Rasulullah dan
menyilakan beliau masuk. Rasulullah duduk dan berkata,
"Allah telah mengizinkan aku keluar dan hijrah."
Dengan hati berdebar dan penuh harap, Abu Bakar
bertanya,
"Berkawan dengan ..... saya ya Rasulullah?"
Rasulullah tersenyum, " Ya dengan izin Allah."
Saat itu juga, Abu Bakar menangis karena begitu
bahagia. Sudah berbulan-bulan lamanya ia berharap agar
Allah memberinya kehormatan untuk menemani hijrah
Rasulullah. Saat ini, impiannya itu menjadi kenyataan.
Abu Bakar bangkit dan menunjukkan dua ekor unta yang
sangat bagus,
"Ya Rasulullah ambillah salah satu dari kedua ekor
unta ini untuk kendaraan Tuan."
Rasulullah kemudian memilih seekor unta dan beliau
namakan Al-Qushwa. Abu Bakar segera berkemas. Beliau
memerintahkan kedua putrinya, yaitu Aisyah dan Asma,
untuk membantu menyiapkan bekal.
Rasulullah cepat-cepat kembali ke rumah dan memanggil
Ali bin Abi Thalib. Beliau berpesan agar Ali
mengembalikan semua barang orang-orang yang sebelumnya
dititipkan kepada Rasulullah.
*Pemandu*
Rasulullah dan Abu Bakar menyewa seorang pemandu atau
penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith. Ia
termasuk orang Quraisy yang tinggal di luar kota
Mekah. Ia hafal benar jalan-jalan dan situasi di
daerah itu. Ia masih seorang musyrik, tetapi dapat
dipercaya.
*Daya Tahan Rasulullah*
Hijrah menandai berakhirnya periode Mekah dalam dakwah
Rasulullah. Selama 13 tahun berdakwah di Mekah,
Rasulullah telah menunjukkan daya tahan, kesabaran,
dan ketabahan yang luar biasa. Beliau menerima semua
perlakuan buruk orang kafir selama bertahun-tahun
tanpa amarah, apalagi hingga patah semangat.
*_bersambung_*
16/09/21 21.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian60
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Dikepung*
Abu Bakar berpesan kepada putranya, Abdullah, agar
setiap hari mendengarkan rencana-rencana Quraisy saat
mereka tahu Rasulullah telah berangkat hijrah:
"Abdullah, setiap petang pergilah ke Gua Tsur tempat
Rasulullah dan aku bersembunyi. Ajaklah adikmu, Asma.
Suruh ia membawa makanan untuk kami."
Abu Bakar juga menugasi pembantunya, Amir bin Fuhaira,
agar menggembalakan kambing-kambingnya di dekat Gua
Tsur selama Rasulullah dan Abu Bakar sembunyi di situ.
Amir bertugas memerah susu kambing untuk minum
Rasulullah dan Abu Bakar, sekaligus memberi peringatan
jika orang-orang Quraisy itu mendekat.
Malam pun tiba, Rasulullah telah besiap-siap. Beliau
meminta Ali bin Abu Thalib untuk tidur di atas tempat
tidur beliau dan menggunakan selimut yang biasa beliau
kenakan.
Kemudian, datanglah para pembunuh ke rumah Rasulullah.
Mereka adalah para pemuda kekar yang berasal dari
berbagai kabilah. Pembunuh-pembunuh itu bersenjata
lengkap dan mengepung rumah Rasulullah dari segala
penjuru: depan, belakang, dan samping. Disertai para
ketua kabilah, jumlah semuanya hampir seratus orang.
Tampaknya tidak ada celah sedikit pun untuk meloloskan
diri.
Menurut sebuah riwayat, salah seorang dari mereka
mengintai ke dalam rumah Rasulullah dengan memanjat.
Konon, setiap kali ia memanjat, terdengarlah suara
tangis seorang anak perempuan. Orang itu pun segera
turun. Begitulah yang terjadi berkali-kali.
Menurut adat kesopanan Quraisy, terhinalah seorang
ksatria yang memasuki rumah orang yang akan
dibunuhnya dan hinalah seorang ksatria yang sampai
merusak keamanan seorang perempuan. Anak perempuan
tadi adalah seorang keluarga Rasulullah yang terbangun
dari tidurnya.
Demikianlah, para pembunuh terus berusaha mengintai
untuk memastikan apakah Rasulullah masih berada di
rumah atau tidak. Ketika melihat Ali bin Abu Thalib
yang tidur dengan berselimut, mereka menyangka itu
adalah Rasulullah. Dengan demikian, tenanglah mereka.
*Rasulullah Meloloskan Diri*
Ketika saatnya tiba, Rasulullah keluar rumah dengan
sangat perlahan. Beliau mengambil segenggam pasir dan
menaburkannya ke kepala para pengepung sambil membaca
doa. Dengan pertolongan Allah, para pengepung itu
tidak dapat melihat Rasulullah ke luar rumah. Bahkan
semuanya jadi mengantuk dan tertidur. Rasulullah pun
pergi.
Tidak lama kemudian, Abu Bakar datang. Setelah tahu
apa yang terjadi, Abu Bakar segera menyusul Rasulullah
dan berhasil menemui beliau di tengah perjalanan
menuju Gua Tsur. Pagi hampir tiba ketika tiba-tiba
muncul seorang laki-laki tua yang tidak seorang pun
pernah melihatnya. Orang tua itu berseru nyaring untuk
membangunkan para pengepung, "Hai orang banyak! Kamu
semua di sini sedang menunggu apa? Mengapa kalian
tertidur demikian pulas?"
"Kami sedang menunggu Muhammad! Bukankah ia masih
tidur di dalam!"
Orang itu menggeleng-geleng,
"Kasihan .... kasihan .... kasihan sekali kalian!
Muhammad sudah pergi dari tadi setelah menaburkan
pasir di kepala kalian!"
Para pemuda gagah itu bangkit, sambil membersihkan
pasir di kepala mereka,
"Aduh, pasir di kepala kita! Sungguh keterlaluan!
Keterlaluan!"
Salah seorang dengan gemas menggedor-gedor pintu rumah
Rasulullah. "Muhammad! Muhammad! Muhammad!"
Mereka kemudian menyerbu masuk dengan pedang terhunus.
Hanya dalam waktu beberapa detik, mereka mengelilingi
tempat tidur Rasulullah.
Dengan kasar, selimut ditarik dan pedang-pedang
terangkat siap untuk dihujamkan. Namun, Ali bin Abu
Thalib yang tidur di tempat Rasulullah itu segera
melompat bangun dan siap menghadapi maut.
Wajah para pemuda itu membeku pucat melihat bukan
Rasulullah yang berbaring.
"Mana Muhammad?" hardik mereka kasar.
"Aku tidak tahu!" jawab Ali bin Abu Thalib.
Para pemuda itu kemudian menggiring Ali bin Abu Thalib
ke dekat Ka'bah. Di sana mereka memukul, menendang,
dan menampar wajah beliau. Namun, Ali lebih baik mati
daripada mengatakan di mana Rasulullah berada. Dengan
putus asa, mereka pun melepaskan Ali bin Abu Thalib
yang telah bertahan demikian berani.
*Di Gua Tsur*
Saat itu Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Gua Tsur.
Selama berjalan, Abu Bakar sebentar-sebentar melangkah
di muka Rasulullah, lalu disamping, kemudian pindah ke
belakang. Demikian berulang-ulang.
"Abu Bakar, saya tidak mengerti perbuatanmu ini?" ucap
Rasulullah.
"Ya Rasulullah, saya takut kita diikuti pengintai.
Untuk mengelabuhi mereka, saya berpindah-pindah
berjalan di dekat Anda."
Saat itu Rasulullah berjalan dengan kaki telanjang.
Padahal beliau tidak biasa berjalan tanpa alas kaki.
Akibatnya, kaki Rasulullah dipenuhi luka. Tiba di Gua
Tsur, Abu Bakar meminta Rasulullah menunggu sebentar
di luar. Abu Bakar tahu Gua Tsur banyak dihuni
binatang-binatang liar, buas, dan berbisa seperti ular
dan kalajengking. Tidak seorang manusia pun berani
masuk ke dalamnya.
Abu Bakar pun masuk dan membersihkan gua tanpa
menghiraukan bahaya yang mengancam. Ia merobek
pakaiannya secarik demi secarik untuk menutup semua
lubang yang terlihat. Setelah itu, dengan pakaian
terkoyak-koyak, ia menyingkirkan batu-batu. Mendadak
seekor ular yang bersembunyi di balik bebatuan itu
menggigit kakinya dengan keras. Sakit sekali bekas
gigitan itu seperti hendak meledakkan kepalanya.
Namun, Abu Bakar menahan rasa sakit itu dan terus
bekerja tanpa bersuara.
Setelah selesai, Rasulullah pun masuk. Demikian
lelahnya beliau hingga tertidur dengan meletakkan
kepala di pangkuan Abu Bakar. Saat itu, rasa sakit
bekas gigitan ular semakin terasa menyengat sampai-
sampai air mata Abu Bakar menetes-netes. Setitik air
mata itu menetes di muka Rasulullah. Beliau bangun
dengan terkejut.
"Mengapa engkau menangis wahai Abu Bakar?"
"Saya digigit ular, ya Rasulullah."
"Oh, mengapa tidak engkau katakan dari tadi?"
"Saya takut membangunkan engkau."
Rasulullah memeriksa luka Abu Bakar dan mengusapnya.
Seketika itu juga, bengkak dan rasa sakitnya lenyap.
Kemudian, Rasulullah bertanya,
"Kemana pakaianmu?"
Abu Bakar menceritakan semua yang terjadi. Rasulullah
terharu. Beliau pun berdoa, "Ya Allah, letakkan Abu
Bakar kelak pada hari Kiamat pada derajatku!"
*_bersambung_*
17/09/21 11.00 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian61
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Memburu Rasulullah*
Di Mekah, musyrikin Quraisy tampak panik. Para
pembesar berkumpul sepagi mungkin. Dengan segera,
pasukan berkuda disebar ke beberapa perkampungan
seputar Mekah, untuk mencari Rasulullah.
"Mengapa Muhammad bisa lolos? Bukankah kita telah
mengepung begitu rapat sampai tidak seekor ular gurun
pun dapat lolos?" teriak seorang pembesar.
Semua orang terdiam. Mereka berusaha mencari
jawabannya. Namun, tidak seorang pun bisa menjelaskan
apa yang terjadi.
"Sudahlah, itu tidak penting!" akhirnya seseorang
berseru.
"Sekarang yang paling mendesak adalah menemukan
Muhammad secepat mungkin! Ada yang punya usul?"
"Panggil pencari jejak paling ahli! Suruh dia melacak
jejak Muhammad!"
Usul itu segera dijalankan. Pencari jejak yang amat
ahli itu mengikuti jejak yang ditinggalkan Rasulullah.
Pasukan bersenjata lengkap mengikuti di belakangnya
dengan wajah tidak sabar. Sebagian besar dari mereka
adalah para pemuda yang semalam ditugaskan menyergap
Rasulullah.
Setelah bekerja dengan teliti, pencari jejak itu
menarik napas sambil menggeleng, "Jejaknya sudah
terhapus oleh orang yang lalu lalang tadi pagi!"
"Gawat!" gemas seseorang. "Apa kau punya usul lain,
pencari jejak?"
"Siapa sahabatnya? Kita bisa bertanya kepada sahabat
Muhammad yang paling dekat!"
Orang Quraisy saling pandang dan serempak bergumam,
"Abu Bakar!"
Dipimpin Abu Jahal, pasukan pencari itu tiba di rumah
Abu Bakar. Asma binti Abu Bakarlah yang keluar
membukakan pintu.
"Di mana ayahmu?" bentak Abu Jahal.
"Dia pergi dan saya tidak tahu ke mana perginya,"
jawab Asma dengan berani.
"Jangan berdusta! Katakan ke mana perginya?"
"Saya tidak tahu! Di rumah hanya ada ibu dan saudari
saya."
"Ah, terlalu!" sambil bersungut, Abu Jahal menampar
wajah Asma keras-keras.
*Sarang Laba-Laba*
Ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa
jalan, sang pencari jejak menemukan jejak
mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda
mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur.
Namun, di situ jejak terputus. Mereka kebingungan.
"Ke mana arah kita? Ke kanan atau ke kiri?" tanya
komandan pasukan. "Apakah Muhammad masuk ke dalam gua
itu atau terus mendaki ke puncak?"
"Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak.
Namun, lewatlah seorang gembala dan mereka
menanyainya.
"Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang
gembala.
"Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke
sana."
Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar, ketika
mendengarnya,
"Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke dalam sini?
Bukan keselamtanku yang aku khawatirkan, melainkan
keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.
Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua.
Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, "Ya
Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti
kita akan terlihat."
Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar,
sesungguhnya Allah bersama kita."
Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.
"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya
komandan mereka dingin.
"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin
Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!"
"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat
di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika Muhammad masuk
ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."
Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain
sambil menghela napas, "Baiklah, naik kudamu! Kita
cari ke arah lain!" Pasukan pun menjauh.
Sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua
itu adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal
sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tidak ada
laba-laba dan burung merpati yang bersarang.
Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga
mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi
sebagian jalan masuk.
Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya
kepada Allah dan Rasul-Nya semakin bertambah kuat.
*Perjuangan Anak Muda*
Abdullah bin Abu Bakar dan saudarinya, Asma binti Abu
Bakar, masih muda ketika mereka membantu hijrah
Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas
mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma
mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para
pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya
tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan
seluruh kesanggupanya untuk berjuang.
*Menenteramkan Kakek*
Abu Quhafah adalah ayah Abu Bakar. Dia buta. Setelah
Abu Bakar hijrah, Abu Quhafah mendatangi Asma. Sang
kakek khawatir Abu Bakar tidak meninggalkan sepeser
pun untuk putrinya.
Memang demikian, karena Abu Bakar membawa semua
uangnya untuk perjuangan Islam di Madinah.
Asma membungkus batu dan berkata, Ayah telah
meninggalkan banyak uang untuk kami. Abu Quhafah
meraba batu itu dan hatinya tentram karena ia
menyangka Abu Bakar memang meninggalkan uang yang
banyak.
_bersambung_
17/09/21 11.00 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian62
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Menuju Yatsrib*
Tiga hari tiga malam lamanya, Rasulullah dan Abu Bakar
tinggal di Gua Tsur. Selama tiga hari itu pula,
musyrikin Quraisy kelabakan. Abdullah bin Abu Bakar
menjalankan tugasnya dengan sangat baik. Setiap hari
ia memata-matai pembicaraan orang Quraisy dan
menyampaikan ke Gua Tsur ketika petang tiba. Asma
binti Abu Bakar setiap sore mengantarkan makanan
bersama Abdullah. Sementara itu, Amir bin Fuhairah
yang menggembalakan kambing di luar Gua Tsur selalu
memerah susu kambing agar Rasulullah dan Abu Bakar
tidak kehausan sekaligus memberi tahu jika ada orang
yang mendekat. Ketiga orang itu menjalankan tugasnya
dengan tenang sehingga tidak satu pun orang Quraisy
yang mencurigai gerak-gerik mereka.
Setelah tiga hari, kepanikan di kota Mekah sudah agak
mereda. Saat itu lah Rasulullah dan Abu Bakar
berangkat ke Madinah. Mereka diiringi Abdullah bin
Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang saat itu masih
kafir. Ketika akan berangkat, ternyata tidak ada tali
yang dapat digunakan untuk menggantungkan makanan dan
minuman di pelana unta. Asma memecahkan masalah itu.
Dengan sigap ia merobek sabuknya menjadi dua helai
kain panjang. Sejak saat itu, Asma dikenal dengan
Dzatun Nithaqain (yang bersabuk dua).
Dengan cerdik Rasulullah memilih jalan yang sulit dan
tidak bisa dilalui orang. Beliau memilih jalan memutar
ke tepi laut. Mereka berusaha secepatnya menjauhi
Mekah dan menghindari daerah pemukiman.
Di Mekah orang ribut mendengar sebuah pengumuman yang
sangat menarik,
"Siapa pun yang dapat menemukan Muhammad dan
membawanya sampai ke Mekah, akan mendapat hadiah 100
ekor unta."
Dengan cepat, berita itu menyebar sampai ke dusun-
dusun yang jauh. Suraqah bin Malik, kepala kabilah
Bani Mudlij, turut mendengar berita itu.
Suatu saat, ia didatangi seorang anggota kabilahnya
yang datang tergopoh-gopoh.
"Tuan, tadi saya melihat dari jauh ada beberapa unta
lewat di tepi pantai. Mungkin itulah Muhammad!"
"Bukan, itu orang lain!" kata Suraqah.
Namun, setelah berkata begitu, Suraqah cepat-cepat
pulang dan mengambil senjata lengkap. Ia pacu kudanya
ke arah yang ditunjukkan orang tadi.
Ternyata yang di buru Suraqah memang benar rombongan
Rasulullah.
*Suraqah bin Malik*
Dengan cepat, Suraqah telah berada di belakang
rombongan Rasulullah. Abu Bakar yang selalu waspada
menoleh dan melihat musuh mendekat,
"Ya Rasulullah, ada orang mengejar kita! Kita tentu
akan tertangkap!"
Namun, Rasulullah tetap tenang. Tanpa menoleh ke
belakang, beliau bersabda,
"Tenanglah sahabatku, jangan bersusah hati.
Sesungguhnya Allah bersama kita."
Kemudian, Rasulullah berdoa, "Ya Allah, cukupkanlah
kami akan dia (Suraqah) sekehendak Engkau."
Saat itu juga, kuda Suraqah tergelincir dan
penunggangnya terpelanting. Suraqah terdiam sejenak.
Ia merasa ada yang tidak beres. Suraqah pun memaksa
kudanya bangkit dan mengejar lagi.
Dengan keras kepala, Suraqah memaksa berdiri kudanya
yang hampir tidak mampu bangkit. Ia lalu kembali
mengejar. Untuk ketiga kalinya, namun Suraqah terjatuh
lagi. Saat itu hilanglah niat jahat dalam hatinya. Ia
memanggil-manggil Rasulullah.
Beliau pun berhenti dan membiarkan Suraqah mendekat.
"Maafkan saya, beribu-ribu maaf!" kata Suraqah.
"Jangan engkau balas perbuatan saya, wahai Muhammad!
Berilah saya sebuah surat jaminan bahwa engkau tidak
akan membalas saya saat engkau dan agamamu kelak telah
menguasai seluruh jazirah Arab."
Rasulullah tersenyum dan mengabulkannya.
"Tahukah Anda bahwa orang-orang Quraisy menjanjikan
100 ekor unta bagi siapa pun yang dapat membawa Anda
kembali" ucap Suraqah.
Rasulullah kembali tersenyum menyejukkan hati.
Dengan penuh semangat, Suraqah menawarkan bekal dan
peralatan untuk perjalanan jauh. Namun, Rasulullah
menolaknya dengan halus. Beliau hanya berpesan agar
Suraqah merahasiakan pertemuan ini.
Sebelum kembali berangkat, Rasulullah bersabda,
"Ya Suraqah, suatu saat kelak engkau akan berpakaian
dan memakai perhiasan, gelang, serta emas yang biasa
di pakai raja-raja Persia."
Dengan hati dipenu
hi rasa bahagia, Suraqah memandang wajah Rasulullah
yang pergi menjauh.
*Memerah Susu*
Tidak lama kemudian, rombongan Rasulullah melewati
kemah seorang ibu yang bernama Ummu Ma'bad. Mereka pun
berhenti untuk membeli kurma, daging, dan susu. Tempat
seperti itu memang biasa menyediakan perbekalan untuk
para musyafir yang lewat. Namun sayang, apa yang
mereka inginkan ternyata sudah habis. Ummu Ma'bad yang
baik hati merasa iba.
"Demi Allah, seandainya ada sesuatu yang Tuan-Tuan
butuhkan, silahkan mengambilnya,Tuan-Tuan tidak perlu
membayar."
Rasulullah melihat kambing kurus dan bertanya,
"Bagaimana keadaan kambing itu, Ummu Ma'bad? Apakah ia
bisa mengeluarkan susu?"
"Kambing itu adalah kambing yang sakit-sakitan Tuan.
Ia sama sekali tidak menghasilkan susu."
"Apakah engkau memperkenankan saya memerah susunya?
tanya Rasulullah lagi.
"Silahkan jika memang Tuan mengira ia dapat
menghasilkan susu."
Dengan izin Allah, kambing sakit-sakitan itu
menghasilkan susu ketika Rasulullah memerahnya. Susu
itu beliau berikan kepada Abu Bakar, lalu Abdullah bin
Uraiqith, dan terakhir untuk beliau sendiri. Sesudah
itu, beliau memerahkan susu untuk Ummu Ma'bad. Dan,
beliau memerahkan segelas lagi untuk suami Ummu
Ma'bad.
"Ambillah ini satu gelas buat Abu Ma'bad jika nanti ia
datang."
Setelah itu, Rasulullah dan rombongannya pun
meneruskan perjalanan. Sesudah matahari terbenam,
datanglah Abu Ma'bad. Melihat segelas susu telah
disediakan untuknya, ia keheranan dan bertanya pada
istrinya, dari mana segelas susu ini Ummu Ma'bad?"
"Ini dari kambing kita yang sakit-sakitan."
Kemudian Ummu Ma'bad bercerita panjang lebar. Abu
Ma'bad segera keluar dan memerah susu kambing yang
kurus itu.
Ternyata sejak saat itu sampai mati kambing kurus itu
selalu menghasilkan banyak susu.
Abu Ma'bad berkata kepada istrinya,
"Sungguh, saya bercita-cita apabila kelak saya dapat
berjumpa dengan orang yang kau ceritakan itu, saya
hendak menjadi pengikut dan sahabatnya."
_bersambung_
18/09/21 08.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian63
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Buraidah*
Tidak hanya Suraqah bin Malik yang mengincar hadiah
seratus ekor unta. Pemimpin Kabilah Banu Sahmin yang
bernama Buraidah bin Al Hasib Al Aslami juga keluar
mencari beliau. Ia memimpin tujuh puluh orang prajurit
dan menyusuri jalan-jalan ke arah Yatsrib. Di suatu
tempat, tiba-tiba saja secara kebetulan mereka bertemu
rombongan Rasulullah.
"Kepung!" perintah Buraidah. Beberapa detik kemudian,
tujuh puluh pedang, tombak, dan panah mengurung
Rasulullah dan memaksa beliau berhenti. Buraidah
menegur Rasulullah. Beliau pun menjawabnya. Kemudian,
sebelum Buraidah sempat bertanya lagi, Rasulullah
mendahuluinya, "Siapa Anda?"
"Saya Buraidah bin Al Hasib."
Dengan tenang Rasulullah berkata kepada Abu Bakar,
"Mudah-mudahan suasana mencekam ini kembali menjadi
lebih baik."
Kemudian, beliau memandang kembali Buraidah dan
bertanya, "Dari keturunan siapa Anda?"
"Dari desa Aslam, keturunan Sahmin."
Kembali Rasulullah memalingkan wajahnya ke Abu Bakar
dan berkata, "Kita telah selamat dan keluar dari
jangkauan panah mereka."
"Siapakah engkau?" Kali ini Buraidah yang bertanya.
"Saya Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib."
Dengan kehendak Allah, saat itu juga Buraidah
mengucapkan dua kalimat syahadat dan memeluk Islam.
Melihat pemimpin mereka memeluk Islam, tujuh puluh
orang pasukan pengepung pun mengikuti jejaknya.
Setelah itu, Buraidah dan pasukannya mengawal
rombongan Rasulullah sampai keluar dari wilayah
mereka.
Dalam situasi diburu dan dikejar pun, Rasulullah tetap
mampu mengumpulkan pengikut, berkat ketenangan,
kekuatan iman, dan pertolongan Allah.
*Penyebaran Islam di Yatsrib*
Pesatnya perkembangan Islam di Yatsrib tidak lepas
dari jasa Mush'ab bin Umair yang diutus Rasulullah ke
Yatsrib untuk mengajarkan Islam. Mush'ab yang cerdas
dan berhati lembut mampu membuat orang yang
memusuhinya menjadi kawan.
Berikut ini adalah salah satu kisah kecemerlangan
dakwah Mush'ab bin Umair.
Jauh sebelum Rasulullah dan kaum Muslimin Mekah
berhijrah, di Yatsrib, Mush'ab bin Umair sedang
mengajarkan Islam kepada sekelompok orang di kebun
Bani Zafar. Sa'ad bin Muadz tidak senang mendengar
berita ini. Ia lalu mendatangi Usaid bin Hudhair.
Kedua orang ini adalah para pemimpin kaumnya.
"Usaid temui orang Mekah itu. Dia datang ke daerah
kita dan mengajarkan agama baru kepada orang-orang
kita. Agama itu bisa membuat orang lemah dan miskin
bangkit melawan kita."
Mendengar itu, Usaid pergi menjinjing tombak ke kebun
Bani Zafar. Ditegurnya Mush'ab bin Umair dengan tombak
teracung. Namun, Mush'ab berkata tenang, "Maukah kau
duduk dulu dan mendengarkan? Kalau kau tidak
menyukainya, aku bersedia pergi dari sini."
Usaid berpikir sejenak, "Baiklah, itu cukup adil."
Kemudian, ia duduk dan mendengarkan Mush'ab. Semakin
lama, hati Usaid makin tertarik. Akhirnya, ia memeluk
Islam saat itu juga. Setelah itu, ia menemui Sa'ad bin
Muadz.
"Apa? Jadi sekarang justru engkau ikut memeluk agama
baru itu?" teriak Sa'ad marah.
Ia pun bergegas menemui Mush'ab sambil menyandang
pedangnya. Namun, apa yang terjadi pada Usaid, terjadi
pula pada Sa'ad. Begitu mendengar penjelasan Mush'ab
tentang Islam, ia begitu tertarik sehingga menjadi
Muslim saat itu juga.
Setelah itu, tanpa membuang waktu, ia pergi menemui
kaumnya dan berseru, "Hai Banu Abdul Asyhal, apa yang
kalian ketahui tentang diriku?"
"Engkau adalah pemimpin kami, yang paling dekat dengan
kami, engkau punya pendapat dan pengalaman yang
terpuji."
Maka kata-katamu, baik wanita maupun pria, bagiku
adalah suci selama kalian beriman kepada Allah dan
utusan-Nya," demikian seru Sa'ad bin Muadz.
Sejak saat itu, seluruh suku Abdul Asysal memeluk
Islam.
*Amr bin Jamuh*
Keberanian kaum Muslimin di Yatsrib benar-benar di
luar dugaan kaum Muslimin di Mekah. Para pemuda di
sana dengan sangat berani mempermainkan berhala-
berhala orang-orang yang masih musyrik.
Amr bin Jamuh adalah seorang bangsawan dari Banu
Salamah. Ia mempunyai sebuah berhala bernama Manat
yang terbuat dari kayu. Setelah itu para pemuda dari B
anu Salamah masuk Islam, diam-diam mereka mengambil
Manat pada malam hari dan memasukkan berhala kayu itu
ke dalam lubang penuh lumpur.
"Manat! Kemana Tuhanku itu?" seru Amr bin Jamuh.
Pagi-pagi sekali, ia sudah datang ke tempat
penyembahan dan kebingungan mencari Manat yang hilang.
Setelah mencari kesana kemari, ia menemukan Manat
tersuruk di tempat yang sangat kotor.
Amr segera mengambil, mencuci, dan membersihkan
tuhannya itu sampai bersih dan meletakkannya lagi di
tempat semula.
"Siapa yang berani mengganggu Manat, akan kutebas
lehernya!" ancam Amr bin Jamuh kepada orang-orang
disekitarnya.
Namun, pada malam harinya para pemuda Muslim kembali
mengambil dan memasukkan Manat ke lubang yang kotor
dan berlumpur. Sambil menuduh-nuduh dan memgancam-
ancam, Amr bin Jamuh kembali mencuci dan membersihkan
tuhannya.
Begitulah terjadi berkali-kali sampai akhirnya rasa
kesal Amr bin Jamuh berbalik pada Manat. Amr
mengalungkan pedang pada Manat sambil berkata pada
tuhannya itu, "Kalau kau memang berguna, bertahanlah!
Kusertakan pedang ini bersamamu!"
Keesokan harinya, Amr sudah kembali kehilangan Manat.
Ia menemukan tuhannya itu di dalam sumur bersama
bangkai seekor anjing. Sementara itu, pedangnya
hilang.
"Mengapa kau tidak membela dirimu? Mengapa kau biarkan
dirimu terhina?" keluh Amr tidak berdaya.
Beberapa orang pemuka masyarakat yang sudah memeluk
Islam mendekati Amr dan memgajaknya berbicara. Saat
itu, sadarlah Amr bin Jamuh betapa sesatnya ia selama
ini. Setelah itu, tanpa ragu lagi ia memeluk Islam dan
menjadi Muslim yang taat.
_Bersambung_
18/09/21 08.52 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian64
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Rasulullah Tiba di Quba*
Kaum Muslimin di Yatsrib sudah mendengar bahwa
Rasulullah telah meninggalkan Mekah. Oleh sebab itu
mereka menanti-nanti dan berharap-harap kedatangan
beliau. Bahkan beberapa dari mereka pergi ke Quba,
suatu kampung yang letaknya beberapa mil dari Yatsrib
untuk menyambut Rasulullah.
Setiap pagi mereka pergi bersama-sama ke tempat itu.
Jika sampai siang Rasulullah belum datang, mereka
pergi dan berteduh sebentar di tempat lain. Ketika
petang tiba, dan Rasulullah belum juga tiba, mereka
pulang ke Yatsrib. Begitu terus setiap hari.
Rasulullah dan rombongan memang masih agak jauh dari
Yatsrib. Suatu hari ketika panas matahari tengah
begitu terik, Rasulullah tiba di Quba. Saat itu,
penduduk Quba juga sudah banyak yang memeluk Islam.
Mereka juga tengah menanti-nanti kedatangan
Rasulullah. Namun, tidak seorang pun yang sudah
mengenal wajah Rasulullah dan Abu Bakar. Oleh sebab
itu, ketika beliau dan Abu Bakar berteduh di bawah
pohon kurma, tidak seorang pun yang datang menyambut.
Sampai akhirnya, lewatlah seorang Yahudi yang
mengetahui Rasulullah dan Abu Bakar yang tengah
berteduh itu. Yahudi itu segera naik ke tempat yang
tinggi dan berteriak sekeras-kerasnya,
"Hai orang-orang Arab! Itulah orang yang kamu harap-
harap dan kamu nanti-nanti kedatangannya! Ia telah
berada di sini! Ia telah datang!"
Demikian teriak orang Yahudi itu berulang-ulang.
Orang-orang Quba datang berduyun-duyun ke tempat
Rasulullah berteduh. Ketika tiba, mereka memberi
hormat kepada Abu Bakar. Melihat itu, Abu Bakar segera
membuka selendangnya dan meneduhi Rasulullah. Barulah
orang-orang sadar bahwa mereka telah salah menyalami
orang.
Orang-orang meminta Rasulullah beristirahat selama
beberapa hari di Quba. Rasulullah pun mengabulkan
permintaan itu. Beliau tinggal di rumah seorang
sahabat Anshar bernama Kaltsum bin Hadam.
*Kerinduan pada Rasulullah*
Banyak penduduk Muslim Yatsrib yang belum melihat Nabi
Muhammad. Kerinduan akan sosok Rasulullah melambung
saat menanti kedatangan beliau. Mereka ingin bertemu
laki-laki yang telah menderita jiwa dan raga dalam
berjuang, terusir dari kampung halaman, tetapi tetap
bersemangat, percaya diri, kokoh, berhati tulus, dan
terus berdakwah, tanpa pernah berhenti.
*Hijrah Ali bin Abu Thalib*
Bagaimana dengan Ali bin Abu Thalib, sesuai dengan
pesan Rasulullah, setelah mengembalikan barang-barang
titipan kepada pemiliknya, Ali bin Abu Thalib
berangkat hijrah. Ali pergi mengawal keluarga
Rasulullah dan keluarga Abu Bakar. Mereka adalah
Fatimah, Ummu Kultsum, Saudah, Ummu Aiman dan anaknya,
Usamah. Selain itu juga turut istri Abu Bakar, Ummu
Ruman dan anak-anaknya, Aisyah, Asma, dan Abdullah.
Juga ada orang-orang Muslim lain yang lemah dan tidak
berdaya.
Terbayang dengan jelas betapa beratnya tugas Ali bin
Abu Thalib saat berhijrah. Apalagi mereka semua
kekurangan, sehingga Ali bin Abu Thalib harus berjalan
kaki menempuh jarak lebih dari 400 kilometer di tengah
padang pasir itu.
Selama perjalanan, mereka berhenti dan bersembunyi
pada siang hari untuk menghindari kejaran pasukan
Quraisy. Jika malam tiba, barulah mereka berangkat dan
meneruskan perjalanan.
Akhirnya, tibalah rombongan hijrah Ali bin Abu Thalib
di Quba. Di sana, mereka berjumpa dengan Rasulullah
yang masih berada di tempat itu.
Begitu jauh dan beratnya perjalanan, kaki Ali bin Abu
Thalib membengkak dan dipenuhi luka di sana-sini.
Rasulullah merasa sangat iba kepada sepupunya ini.
Beliau berdoa kepada Allah memohon agar Allah berkenan
menyembuhkan semua luka di kaki Ali dan memulihkan
kekuatannya seperti sedia kala.
Dengan kedua tangan beliau yang mulia itu, Rasulullah
mengusap kaki Ali bin Abu Thalib. Alhamdulillah,
segera saja pulihlah semua luka, kempislah bengkak,
dan lenyaplah semua rasa sakit dari kaki Ali bin Abu
Thalib.
Saat Ali bin Abu Thalib dan orang-orang yang
dikawalnya tiba di Quba, Rasulullah telah berhenti di
sana selama lebih dari sepuluh hari. Dalam sepuluh
hari itu, beliau dan para sahabat yang lain telah
membangun s
ebuah masjid. Itulah masjid pertama dalam sejarah
Islam. Di dalam Al Qur'an, Allah menyebut masjid itu
dengan nama Masjid Taqwa. Sampai kini, masjid itu
dikenal sebagai Masjid Quba.
*Masjid Quba*
Rasulullah adalah orang pertama yang meletakkan batu
untuk mendirikan Masjid Quba. Setelah itu, beliau
menyuruh Abu Bakar lalu Umar bin Khattab dan
setelahnya Utsman bin Affan. Ammar bin Yasir adalah
orang yang pertama kali membangun temboknya. Kemudian,
para sahabat Muhajirin dan Anshar membangunnya
bersama-sama.
Begitu masjid selesai kaum Muslimin di Quba menyangka
Rasulullah akan tinggal di Quba lebih lama lagi.
Namun, Allah memerintahkan Rasulullah untuk berangkat
ke Yatsrib. Begitu mengetahui hal itu, dengan wajah
sedih, Kaum Muslimin Quba mendatangi Rasulullah dan
bertanya pelan,
"Ya Rasulullah apakah Tuan memang menghendaki rumah
yang lebih baik daripada rumah kami?"
Rasulullah mengerti betapa besar rasa sayang kaum
Muslimin Quba terhadap dirinya. Beliau pun menjawab
dengan kata-kata yang sangat halus,
"Oh tidak begitu, Allah memerintahkan saya berangkat
ke Yatsrib. Karenanya, hendaklah Tuan-Tuan membiarkan
unta saya terus melanjutkan perjalanan."
Sebelum berangkat, Rasulullah berdiri di Masjid Quba.
Para sahabat berkumpul dihadapan beliau. Rasulullah
bertanya kepada mereka,
"Apakah Anda sekalian orang-orang beriman?"
Semuanya terdiam, tidak seorang pun yang berani
menjawab. Kemudian, Rasulullah bertanya lagi,
"Apakah Anda sekalian orang-orang yang beriman?"
Kembali semua orang terdiam kecuali Umar bin Khattab.
Saat itu Umar menjawab,
"Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka semua orang-orang
beriman dan saya termasuk salah seorang dari mereka."
Rasulullah bertanya lagi,
"Apakah anda sekalian percaya pada keputusan Allah?"
Kali ini semuanya menjawab, "Ya."
"Apakah Anda sekalian bersabar akan malapetaka yang
menimpa?"
"Ya, ya Rasulullah."
"Dan apakah Anda sekalian bersyukur saat mendapat
kebahagiaan?" "Bersyukur saat mendapat kebahagiaan?"
"Ya, kami bersyukur ya Rasulullah."
"Demi Tuhan, kalau begitu Anda sekalian orang-orang
beriman."
*Mengapa Masjid Dibangun Lebih Dulu?*
Masyarakat Islam tidak akan tegak jika tidak ada
masjid. Oleh karena itu, perbedaan pangkat, kekayaan,
kedudukan, dan lainnya akan terhapus jika umat Islam
selalu bertemu setiap hari di masjid untuk menyembah
Allah. Masjid juga merupakan tempat berkumpulnya kaum
Muslimin untuk mempelajari syariat Allah.
_Bersambung_
19/09/21 08.31 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian65
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Shalat Jum'at Pertama*
Rasulullah berangkat dari Quba pada Jum'at pagi.
Beliau diiringi para sahabat Muhajirin dan Anshar.
Sebagian berkendaraan, sebagian lagi berjalan kaki.
Ketika waktu shalat Jum'at tiba, Rasulullah tengah
melewati Wadi Ranuna. Tempat itu dekat dengan
perkampungan Bani Amr bin Auf. Rasulullah berhenti dan
mendirikan shalat Jum'at bersama para sahabatnya.
Itulah shalat Jum'at pertama yang didirikan
Rasulullah.
Dalam shalat itu, Rasulullah berkhutbah,
"Wahai seluruh manusia hendaklah kalian mengerjakan
amal kebaikan demi kalian sendiri. Sungguh kalian
mengetahui, demi Allah, sesungguhnya akan datang suatu
hari ketika salah satu dari kalian dikejutkan oleh
suara gemuruh, sehingga ia akan melupakan harta apa
pun yang dimilikinya. Pada hari itu, Allah akan
berfirman kepadanya langsung tanpa ada yang
menerjemahkan dan menghalang-halangi. Firman-Nya,
"Tidaklah telah datang seorang Rasul kepadamu lalu ia
menyampaikan ajaran kepadamu dan Aku telah memberikan
harta kepadamu serta Aku telah memberikan banyak
karunia kepadamu. Namun, semua itu kamu gunakan untuk
dirimu sendiri."
"Saat itu, ia akan melihat ke kanan dan ke kiri,
tetapi tidak melihat apa pun. Namun, ketika melihat ke
muka, ia akan menatap Neraka Jahanam. Siapa pun yang
dapat menjaga wajahnya dari bahaya api neraka,
walaupun dengan separuh kurma, hendaklah ia banyak
menyebut kalimat thayyibah karena kalimat thayyibah
itu adalah sesuatu yang indah yang akan diberi balasan
sampai tujuh ratus kali lipat. Keselamatan dan rahmat
Allah serta barokah-Nya semoga dilimpahkan atas kamu
dan atas Rasulullah."
Pada saat shalat Jum'at itu, Rasulullah berkhutbah
setelah shalat didirikan. Baru pada kemudian hari,
Rasulullah mengubah cara itu sehingga khutbah
dilakukan sebelum shalat Jum'at dilakukan.
Rasulullah pun melanjutkan perjalanan. Setiap kali
melewati sebuah perkampungan, orang-orang selalu
berebut menawarkan tempat bersinggah dan beristirahat
kepada beliau. Namun, selalu mengulang jawaban yang
sama,
"Biarkanlah unta ini berjalan, sesungguhnya ia
diperintah Allah agar berhenti ditempat yang
dikehendaki-Nya."
*Tiba di Madinah*
Kota Yatsrib dipenuhi bermacam perhiasan indah untuk
menyambut kedatangan Rasulullah. Ketika beliau tiba,
seluruh kaum Muslimin perempuan dan laki-laki, anak-
anak dan budak belian, keluar rumah untuk menyambut
kedatangan Rasulullah yang telah lama mereka nantikan.
Anak-anak lelaki dan para budak laki-laki ramai-ramai
berbaris di jalan seraya bersorak,
"Telah datang Muhammad! Telah datang Rasulullah! Ya
Muhammad! Ya Rasulullah!"
Para pemuda dan laki-laki dewasa menghunus pedang dan
tombak sebagai tanda siap mati membela Rasulullah.
Kaum Muslimin yang mengiringi Rasulullah dari Quba
berseru bersama,
"Telah datang Nabi Allah! Telah datang Nabi Allah!
Telah datang Nabi Allah!"
Sementara itu, anak-anak perempuan naik ke atas rumah
seraya bersama membaca syair,
"Kami anak-anak perempuan keturunan Najjar, hai orang
yang cinta bertetangga dengan Nabi Muhammad!"
Mendengar sambutan yang begitu hangat dan penuh sayang
itu, Rasulullah bertanya,
"Apakah kalian semua cinta kepadaku?"
"Ya, sudah tentu ya Rasulullah!" jawab semuanya.
Dengan hati bergetar penuh kasih, Rasulullah bersabda,
"Allah mengetahui bahwa hatiku sangat mencintai kalian
semua."
Ada orang yang menangis, ada juga orang yang tersenyum
saat mendengar pernyataan cinta dari Rasulullah yang
begitu mulia, yang begitu mereka cintai, dan yang
begitu mereka rindukan. Maka rebana-rebana pun
berbunyi dan kaum wanita berpantun.
من ثنية الوداع¤ طلع البدر علينا
Thola’al badru ‘alaynâ min tsaniyyatil wadâ’i
ما دعا هلل داع¤ وجب الشکر علينا
Wajabasy-syukru ‘alaynâ mâ da’â lillâhi dâ’î
جئت باألمر المطاع¤ أيها المبعوث فينا
Ayyuhâl mab’ûtsu fînâ ji'ta bil amril muthô’i
_Telah terbit purnama di atas kita._
_Dari kampung Tsaniyyatil Wada._
_Wajiblah kita bersyukur akan apa yang diserukan
penyeru._
_Duhai orang yang diutus kepada kami._
_Engkau datang dengan perintah yang dit
aati._
Demikian seterusnya, pantun-pantun kehormatan
diucapkan oleh kaum Muslimin laki-laki dan perempuan
ketika mereka menyambut kedatangan Rasulullah. Itu
adalah suatu saat yang amat membahagiakan dan tidak
akan pernah terulang lagi dalam sejarah, suatu
penyambutan yang begitu tulus dan penuh cinta.
*Muhajirin yang Pertama*
Abu Salamah bin Abdul Asad adalah Muhajirin yang
pertama tiba di Madinah. Setelah itu, menyusul Amir
bin Rabi'ah bersama istrinya, Laila binti Abi Hasymah.
Beliaulah wanita Muhajirin yang pertama tiba di
Madinah.
_bersambung_
19/09/21 08.31 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian66
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Tempat Rasulullah Menginap*
Semua keluarga di Yatsrib berebut menawarkan diri
menjadi tuan rumah kepada Rasulullah. Semuanya ingin
agar Rasulullah bersedia tinggal di lingkungan mereka.
Rasulullah mengetahui bahwa jika ia menentukan
pilihan, keluarga yang tidak terpilih akan malu dan
kecewa. Karena itu, beliau memasrahkan pilihan itu
kepada Allah. Dengan halus, beliau berkata kepada
semua kepala keluarga,
"Biarkanlah untaku ini berjalan karena ia diperintah
oleh Allah dan akan berhenti ditempat yang Allah
kehendaki."
Kaum Muslimin mengikuti Al Qushwa yang berjalan
perlahan-lahan. Di suatu tempat milik dua orang anak
yatim, unta Rasulullah itu berhenti dan merebahkan
perutnya ke pasir. Rasulullah mengajak Al Qushwa
berjalan lagi. Namun, tidak lama kemudian, ia kembali
ke tempat semula dan merebahkan perutnya lagi ke
pasir.
"Inilah tempat kediamanku, in syaa Allah," demikian
sabda Rasulullah. Kemudian, beliau berdoa empat kali,
"Ya Allah, semoga Engkau menempatkan aku di tempat
kediaman yang diberkahi dan Engkaulah sebaik-baik yang
memberi tempat kediaman."
Rasulullah membeli tanah dari kedua anak yatim
tersebut.
Rasulullah turun dan bertanya,
"Di mana rumah saudaraku yang paling dekat dari sini?"
Dengan penuh gembira,
"Abu Ayyub segera menjawab, "Saya, ya Rasulullah! Itu
rumah saya!"
Rasulullah tersenyum dan berkata,
"Baiklah Abu Ayyub, jika Anda berkenan, aku akan
tinggal di rumah Anda untuk sementara waktu. Silahkan
sediakan tempat untukku."
Abu Ayyub tergopoh-gopoh memasuki rumahnya karena
begitu gembira. Disiapkannya tempat untuk Rasulullah
serapi mumgkin. Kemudian, ia kembali menghadap
Rasulullah dan berkata,
"Ya Rasulullah, sungguh saya sudah menyediakan tempat
beristirahat bagi Tuan. Dengan berkah Allah, silahkan
berdiri dan masuk ke dalam."
*Gentong Pecah*
Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub. Abu Ayyub ingin
Rasulullah tinggal di lantai atas, tetapi Rasul
menolak. Suatu ketika gentong Abu Ayyub pecah dan
airnya tumpah. Abu Ayyub dan istrinya segera
menggunakan selimut satu-satunya untuk menyerap air
agar tidak menetes ke tempat tinggal Rasulullah.
Setelah itu, Abu Ayyub mendesak Rasulullah agar
tinggal di atas. Akhirnya Rasulullah pun bersedia
tinggal di atas.
*Mendirikan Masjid*
Tujuh bulan lamanya, Rasulullah dan keluarganya
tinggal di rumah Abu Ayyub. Selama itu, Abu Ayyub,
Sa'ad bin Ubadah, As'ad bin Zurarah, dan yang lainya
mengirim makanan untuk keluarga Rasulullah secukup-
cukupnya. Setiap pagi dan petang, Ummu Ayyub memasak
makanan dan tidak mereka makan sebelum terlebih dahulu
mereka sajikan kepada Rasulullah dan keluarganya.
Demikianlah budi Abu Ayyub dan keluarganya kepada
Rasulullah.
Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub sampai beliau
mendirikan masjid dan rumah sendiri. Ketika akan
mendirikan masjid, Rasulullah memgumpulkan Bani Najjar
yang menjadi pemilik tanah ditempat itu.
"Wahai Bani Najjar," demikian sabda Rasulullah,
"hendaklah kalian tawarkan harga kebun-kebun ini
kepadaku karena aku akan membelinya."
"Ya Rasulullah, kami tidak akan menghargai kebun-kebun
itu karena mengharap ridha Allah saja."
Namun, Rasulullah tetap meminta mereka memberikan
harga walaupun
rendah. Akhirnya, Abu Bakar membayar harganya sebesar
sepuluh dinar.
Setelah itu, bersama para sahabat, Rasulullah
membenahi tanah itu, membersihkan pohon, dan
membongkar serta memindahkan kuburan yang sudah rusak.
Setelah itu barulah mendirikan masjid.
Rasulullah meletakkan batu pertama, lalu beliau
meminta Abu Bakar meletakkan batu selanjutnya,
kemudian beliau menyuruh Umar bin Khattab, setelah itu
Utsman bin Affan, dan terakhir Ali bin Abu Thalib.
Beliau bersabda,
"Mereka itulah khalifah-khalifah setelah aku."
Setelah itu, semua orang bekerja keras dengan gembira
dan penuh semangat. Sambil bekerja, Rasulullah
bersyair,
"Ya Allah sesungguhnya pahala itu pahala akhirat,
maka kasihilah sahabat-sahabat Anshar dan Muhajirin."
Para sahabat menjawab syair Rasulullah,
"Jika kami duduk termenung, padahal Nabi bekerja,
yang demikian itu sungguh perbuatan yang tidak
pantas."
Batu diangkat, diletakkan, disusun, dan disisipkan
sampai akhirnya masjid pun selesai. Pagarnya dari batu
dan tanah, tiangnya dari batang-batang kurma, atapnya
pelepah kurma. Kiblatnya menghadap ke Baitul Maqdis.
Ketika itu, Ka'bah belum menjadi kiblat.
Di sisi masjid, didirikan dua buah kamar untuk tempat
tinggal Rasulullah dan keluarganya. Sungguh, sebuah
masjid sederhana yang penuh berkah.
*Warna Masjid*
Umar bin Khattab pernah berkata tentang bagaimana
sebuah masjid dibangun. Kata beliau,
"Lindungilah orang-orang dari tampias hujan. Janganlah
kalian mewarnai (dinding masjid) dengan warna merah
atau kuning sehingga dapat menimbulkan fitnah."
Bersambung
20/09/21 08.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian67
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Nama Yatsrib Menjadi Madinah*
Yatsrib berasal dari nama Yatsrib bin Mahlail. Ia
adalah keturunan raja-raja Amaliqah yang dahulu pernah
berkuasa di kota itu. Setelah Rasulullah hijrah,
beliau mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah.
Cuaca di Kota Madinah sangat kering. Pada musim dingin
suhunya sangat rendah dan pada musim panas suhunya
jauh lebih panas dari pada Mekah. Banyak sahabat
Muhajirin yang tidak kuat dengan cuaca tersebut dan
jatuh sakit. Mereka dilanda demam tinggi yang
melemahkan tubuh. Abu Bakar, Bilal, dan Amir bin
Fuhairah termasuk yang jatuh sakit.
Saat sakit, Abu Bakar sering berkata,
".....mati itu lebih dekat dari pada tali sepatu
kita."
Sementara itu, Bilal tidak suka berkata apa-apa jika
sedang sakit. Namun, ketika sakitnya hilang, ia sering
menangis karena merindukan Mekah sambil berkata,
"Apakah aku dapat berjalan malam hari di lembah yang
di sekelilingku ada pohon-pohon idzkir dan jalil (nama
pohon yang banyak terdapat di Mekah). Dan apakah pada
suatu hari aku dapat sampai lagi ke tempat air
Majinnah dan apakah dapat terlihat lagi olehku Gunung
Syamah dan Gunung Thafil (dua buah gunung dekat
Mekah)."
Akan halnya dengan Amir bin Fuhairah, jika menderita
demam tinggi sering bersyair,
"Sungguh aku mendapati mati sebelum merasakannya...."
Rasulullah amat prihatin dengan sakit beberapa orang
sahabat akibat cuaca panas tersebut. Beliau juga
mendengar keluhan-keluhan mereka. Karena itu,
Rasulullah pun berdoa kepada Allah,
"Ya Allah, berikanlah kami rasa cinta pada Kota
Madinah sebesar rasa cinta kami pada Mekah, atau
bahkan lebih! Ya Allah, berilah berkah pada pekerjaan
kami untuk mencari nafkah, sehatkanlah Kota Madinah
ini untuk kami, dan pindahkanlah panasnya ke tempat
lain yang Engkau kehendaki."
Allah mengabulkan doa Rasulullah itu dan memindahkan
panas Kota Madinah ke Dusun Juhfah yang letaknya 82
mil dari Madinah.
Selain berdoa dan mengatasi masalah cuaca, Rasulullah
pun melakukan hal lain yang sangat indah agar kaum
Muhajirin yang berasal dari Mekah tumbuh rasa cintanya
pada Madinah.
*Tabarruk*
Tabarruk adalah mengaharapkan berkah.
Suatu ketika, saat Rasulullah tidur, datanglah Ummu
Sulaim. Melihat keringat Rasulullah yang sangat harum
menetes, Ummu Sulaim menadahnya. Tidak lama kemudian,
Rasulullah bangun dan bertanya,
"Apa yang sedang kamu lakukan, wahai Ummu Sulaim?"
Ummu Sulaim menjawab,
"Kami mengharap berkahnya untuk anak-anak kecil kami,"
Rasulullah kemudian berkata, "Engkau benar."
*Saling Bersaudara*
Suatu hari, Rasulullah mengumpulkan para sahabat
Muhajirin dan Anshar. Di hadapan mereka, beliau
bersabda,
"Hendaklah kalian bersaudara dalam agama Allah dua
orang - dua orang."
Para sahabat saling pandang. Beberapa di anatara
mereka tersenyum. Kemudian, Rasulullah bersabda,
"Hamzah bin Abdul Muthalib, singa Allah dan singa
Rasul-Nya, bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, putra
angkat Rasulullah."
Kemudian Rasulullah menyebut nama-nama sahabat lain
yang saling dipersaudarakan. Seorang Muhajirin
dipersaudarakan dengan seorang dari Anshar. Tercatat
dalam sejarah, ada seratus orang yang saling
dipersaudarakan. Lima puluh dari Anshar dan lima puluh
dari Mihajirin.
Tujuan Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya
adalah untuk menghilangkan rasa asing dalam diri
sahabat Muhajirin di Kota Madinah. Selama itu,
persaudaraan ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa
semua orang Islam bersaudara. Selain itu, juga agar
setiap Muslim menjadi saling menolong yang kuat
menolong yang lemah, yang mampu menolong yang
kekurangan.
Buah persaudaraan ini akan dirasakan terus selama
tahun-tahun sulit yang kelak ditempuh Rasulullah dan
para sahabatnya di Madinah. Ternyata, kalangan Anshar
memperlihatkan sikap ramah yang luar biasa kepada
saudara-saudara Muhajirin mereka.
Sudah sejak semula golongan Anshar menyambut gembira
kaum Mihajirin. Mereka begitu mengerti bahwa kaum
Muhajirin meninggalkan segala yang mereka miliki,
termasuk harta benda dan seluruh kekayaan di Mekah.
Sebagian besar dari mereka
memasuki Madinah dengan perut lapar tanpa ada lagi
yang dapat dimakan. Apalagi mereka memang bukan orang
berada dan berkecukupan.
Tentu saja sebagai kaum yang berbudi, kaum Muhajirin
tidak begitu saja terlena dengan bantuan saudara-
saudara Anshar mereka. Kaum Muhajirin berusaha
melakukan banyak pekerjaan agar mereka bisa kembali
mandiri secepatnya.
*Persaudaraan Sejati*
Aqidah Islamiyah adalah dasar persaudaraan sejati.
Tidak mungkin dua orang yang berlainan agama bisa
bersaudara seerat dua orang yang sama agamanya.
Rasulullah menghimpun hati para sahabatnya begitu
dekat, sehingga tidak ada perbedaan di antara mereka
kecuali ketakwaan dan amal shalih.
_bersambung_
20/09/21 08.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian68
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Bertani dan Berdagang*
Pada awal kehidupan mereka di Madinah, kaum Muhajirin
benar-benar mengalami masa yang sulit. Sampai suatu
hari, pernah paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul
Muthalib, datang kepada beliau dengan perut lapar
sambil bertanya kalau-kalau Rasulullah punya sesuatu
untuk dimakan.
Berdagang adalah salah satu pekerjaan yang banyak
dikuasai kaum Muhajirin. Abdurrahman bi Auf yang sudah
dipersaudarakan Rasulullah dengan Sa'ad bin Rabi
pernah ditawari Sa'ad separuh hartanya. Namun,
Abdurrahman menolak pemberian itu. Ia hanya minta
ditinjukkan jalan ke pasar. Di sana, mulailah
Abdurrahman berdagang mentega dan keju. Dalam waktu
tidak terlalu lama, berkat kepandaiannya berdagang,
Abdurrahman bin Auf berhasil meraih kekayaannya
kembali. Dapat pula ia menikahi dan memberikan mas
kawin kepada seorang Muslimah dari Madinah. Sesudah
itu, Abdurrahman bin Auf pun memiliki kafilah-kafilah
yang pulang dan pergi membawa barang perdagangan.
Selain Abdurrahman, banyak pula kaum Muhajirin yang
melakukan pekerjaan serupa. Begitu pandainya penduduk
Mekah berdagang sampai orang mengatakan bahwa dengan
perdagangan, orang Mekah dapat mengubah pasir menjadi
emas.
Sementara itu, kaum Muhajirin yang lain, seperti Abu
Dzar, Umar, dan Ali bin Abu Thalib memilih pekerjaan
sebagai petani. Keluarga-keluarga mereka terjun
menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama
pemiliknya. Selain mereka, ada pula kaum Muhajirin
yang tetap mengalami kesulitan hidup. Sungguh pun
begitu, mereka tidak mau menjadi beban orang lain.
Mereka membanting tulang melakukan pekerjaan apa pun
yang halal.
Ada lagi segolongan orang Arab yang datang ke Madinah
dan menyatakan masuk Islam. Namun, keadaan mereka amat
miskin dan serba kekurangan sampai ada yang tidak
mempunyai tempat tinggal. Rasulullah menyediakan
tempat tinggal untuk mereka di selasar masjid yang di
sebut shuffah. Mereka yang tinggal di tempat itu di
sebut ahli Shuffah. Belanja mereka diberikan oleh kaum
Muslimin yang berkecukupan, baik dari kaum Muhajirin
maupun dari kaum Anshar.
Di Madinah kaum Muslimin sudah mengerjakan shalat lima
waktu. Namun, dengan jumlah yang semakin banyak,
sulitlah semua orang tahu bahwa waktu shalat telah
tiba.
*Riwayat Adzan*
"Kita gunakan saja bendera, ya Rasulullah," usul
seorang sahabat.
"Bendera tidak membangunkan orang tidur, gunakan saja
terompet," usul yang lain.
"Terompet mungkin terlalu keras, bagaimana dengan
lonceng?" tambah sesorang.
"Mungkin tidak perlu semua itu, cukuplah menyuruh
seseorang berseru, 'Ash Shalah!" usul sahabat yang
lain.
Rasulullah pun menyetujui usul terakhir ini. Lalu
beliau bersabda, "Ya Bilal, bangunlah dan panggillah
orang dengan 'Ash Shalah!"
Maka, apabila waktu shalat tiba, Bilal pun berseru-
seru, "Ash shalatu jami'ah! Shalatlah berjamaah!
Shalatlah berjamaah!"
Sampai suatu malam, Abdullah bin Zaid yang berada
dalam keadaan setengah tertidur melihat seorang laki-
laki membawa genta. Abdullah ingin membelinya untuk
memanggil shalat.
Orang itu berkata,
"Akan kutunjukkan yang lebih baik daripada itu.
Berserulah Allahu Akbar! Allahu Akbar! Asyhadu allaa
ilaaha illallah! Asyhadu allaa ilaaha illallah!
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah! Asyhadu anna
Muhammadar Rasulullah! Hayya 'alasshalah! Hayya
'alasshalah! Hayya 'alal falah! Hayya 'alal falah!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laa ilaaha illallah!"
Kemudian, orang tersebut berdiri ke tempat yang agak
jauh dan mengajarkan bacaan iqamat. Keesokan harinya,
Abdullah bin Zaid mengabarkan mimpinya kepada
Rasulullah. Dengan wajah berseri, Rasulullah bersabda,
"Itu mimpi yang benar, Insya Allah. Pergilah engkau
menemui Bilal karena Bilal itu suaranya lebih tinggi
dan lebih panjang. Ajarkanlah Bilal segala apa yang
diucapkan orang dalam mimpimu itu. Hendaklah Bilal
memanggil orang shalat dengan cara demikian itu!"
Bilal pun kemudian mengumandangkan adzan dan iqamat
seperti yang diajarkan Abdullah bin Zaid kepadanya.
Mendengar Bilal, Umar bin Khattab datang tergopoh-
gopoh menemui Rasulullah samb
il berkata,
"Ya Rasulullah! Demi Zat yang telah mengutus engkau
dengan benar, sungguh semalam saya telah bermimpi
bertemu seseorang dan berseru sebagaimana yang
diucapkan Bilal."
Rasulullah pun bersabda,
"Segala puji bagi Allah, demikian itulah yang lebih
tetap."
*Seorang Laki-Laki Penduduk Syurga*
Semakin lama, Bilal semakin dekat di hati Rasulullah,
yang kemudian menyatakan Bilal sebagai seorang laki-
laki penduduk surga. Akan tetapi, sikap Bilal tidak
berubah. Ia tetap seorang yang mulia, besar hati, dan
selalu memandang dirinya tidak lebih dari seorang
Habasyah yang pernah menjadi budak belian.
*Perjanjian dengan Kaum Yahudi*
Sejak dari dulu Madinah bukan hanya dihuni oleh orang-
orang Arab saja, melainkan juga kaum Yahudi. Ada tiga
keluarga besar Yahudi yang menetap di Madinah. Bani
Quraizhah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa. Orang-orang
Arab yang tinggal di Madinah dari suku Aus dan suku
Khazraj pernah saling bermusuhan selama puluhan tahun.
Setiap suku dipengaruhi oleh orang-orang Yahudi.
Namun, ketika Islam datang mempersaudarakan mereka,
lenyaplah rasa permusuhan itu untuk selamanya. Sejak
saat itu, kaum Yahudi kehilangan pengaruh mereka atas
orang Arab di Madinah.
Semakin hari, semakin gemilang dan majulah kaum
Muslimin. Hal itu tidak diterima dengan rela oleh kaum
Yahudi. Mereka pun mendirikan persatuan sendiri untuk
menghalangi kemajuan Islam. Melihat gelagat tidak baik
ini, Rasulullah pun mengirimkan surat perjanjian
kepada orang Yahudi.
Isinya kurang lebih sebagai berikut :
1. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling
mendengki.
2. Janganlah kaum Yahudi dan Muslimin saling membenci.
3. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin hidup bersama
satu bangsa.
4. Hendaklah kaum Yahudi dan Muslimin mengerjakan
ajarannya masing-masing dan tidak saling mengganggu.
5. Jika kaum Yahudi di serang musuh dari luar,
Muslimin wajib membantunya.
6. Jika kaum Muslimin yang diserang, Yahudi wajib
datang membantu.
7. Jika Kota Madinah diserang dari luar, kaum Yahudi
dan Muslimin harus mempertahankannya bersama-sama.
Pada bagian akhir perjanjian disepakati bahwa apabila
timbul perselisihan antara kedua belah pihak,
Rasulullah akan menjadi hakimnya.
Demikian dalam perjanjian ini tercantum kebebasan
beragama, keselamatan harta benda, dan kebebasan
mengutarakan pendapat. Kota Madinah dan sekitarnya
menjadi tempat yang terhormat bagi seluruh penduduk
karena penghuninya saling menghormati dan saling
membela.
Perjanjian ini menunjukkan bahwa Rasulullah adalah
pemimpin yang sangat cerdas. Perjanjian ini belum
pernah dilakukan oleh rasul-rasul terdahulu.
*Suka Menipu dan Berkhianat*
Perjanjian antara kaum Muslimin dan Yahudi ini
kemudian dirusak oleh tabiat kaum Yahudi yang suka
menipu dan berkhianat. Makanya kaum Yahudi tidak
senang dengan isi perjanjian yang telah disepakati
tersebut, lalu mereka melanggarnya dengan berbagai
penipuan dan pengkhianatan.
*_Bersambung_*
21/09/21 08.27 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian69
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Menikah dengan Aisyah*
Suasana damai dan tentram menyelimuti Kota Madinah.
Pada saat itulah Rasulullah yang sudah menikahi Aisyah
binti Abu Bakar di Mekah, merayakan pernikahan beliau
tersebut. Ketika itu, Aisyah sudah menjelang remaja.
Beliau adalah seorang gadis yang lemah lembut dengan
air muka yang manis dan sangat disukai banyak orang
karena pandai bergaul. Pernikahan ini membuat
persahabatan Rasulullah dengan Abu Bakar Ash Shiddiq
semakin erat.
Setelah menikah, Aisyah berpindah dari rumah ayahnya
ke rumah Rasulullah di samping masjid. Tidak terkira
rasa bahagia Aisyah. Ia melihat pada diri Rasulullah
ada sesuatu yang lain dibandingkan kebanyakan orang.
"Rasulullah adalah suami sekaligus ayahku," demikian
pikir Aisyah dalam hati.
"Beliau adalah suami yang penuh cinta kasih tapi juga
tidak berkeberatan ikut bermain-main bersamaku.
Subhanallah, beliau benar-benar manusia yang luar
biasa. Aku benar-benar mencintainya setulus hatiku
untuk selamanya, dari dunia sampai akhirat kelak."
Setelah menikah dengan Aisyah yang cerdas dan periang,
beban pikiran Rasulullah terkurangi. Mengurus umat
satu kota penuh memerlukan konsentrasi yang amat
tinggi hingga menyebabkan rasa lelah yang luar biasa.
Namun, jika beliau pulang ke rumah dan bertemu Aisyah,
segala lelah dan beban berat terasa hilang. Canda,
senyum, dan bakti Aisyah menumbuhkan rasa riang dan
semangat baru dalam hati Rasulullah. Tidak terkira
besarnya kasih sayang Rasulullah kepada Aisyah.
Suasana hati Rasulullah yang tenteram mengimbas luas
kepada penduduk Madinah. Mereka merasakan kehidupan
bersama Rasulullah jauh lebih baik daripada kehidupan
mereka dahulu. Mungkin saat ini sebagian orang justru
dalam keadaan lebih miskin dari dahulu. Akan tetapi,
ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama Islam jauh
lebih mahal daripada apa pun, tidak akan terbeli oleh
seberapa besar pun harta yang dapat dikumpulkan.
Maka dari itu, kaum Muslimin pun melaksanakan tugas-
tugas agama dengan penuh semangat. Mereka mulai
menunaikan zakat dan mengerjakan shaum. Sedikit demi
sedikit, ajaran Islam mulai menemukan kekuatannya.
*Ummu Abdillah*
Untuk menghibur Aisyah dari kesedihan karena tidak
memiliki putra dan agar istri tercintanya itu merasa
diperhatikan dan disayang, Rasulullah mengizinkan
Aisyah mengangkat putra saudarinya, Asma binti Abu
Bakar. Keponakan Aisyah itu bernama Abdillah sehingga
Aisyah dikenal orang dengan panggilan Ummu Abdillah.
*Akhlaq dan Budi Pekerti Rasulullah*
Rasulullah mengajarkan bahwa kehidupan dalam Islam itu
dilandasi oleh rasa persaudaraan. Beliau bahkan
mengatakan bahwa tidak sempurna iman seseorang sebelum
ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya
sendiri.
Seseorang bertanya kepada Rasulullah,
"Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?"
Beliau menjawab,
"Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang
yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal."
Rasulullah menjadikan dirinya teladan tertinggi bagi
setiap Muslim. Beliau amat rendah hati dan tidak mau
diagung-agungkan walaupun beliau adalah manusia
terbaik.
Beliau bersabda,
"Jangan memujaku seperti orang-orang Nasrani yang
memuja anak Maryam. Aku adalah hamba Allah. Sebut saja
aku hamba Allah dan utusan-Nya."
Pernah suatu ketika, beliau mengunjungi para sahabat
yang sedang berkumpul. Serempak mereka berdiri
menyambutnya seperti layaknya orang lain menyambut
orang yang mereka hormati. Namun, Rasulullah tidak
menyukai hal itu. Beliau bersabda,
"Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang
mau saling diagungkan."
Setiap kali mengunjungi para sahabatnya, Rasulullah
tidak pernah memilih-milih tempat duduk. Beliau duduk
begitu saja di mana pun ada tempat luang. Ia bergurau
dengan para sahabat, bergaul erat dengan mereka,
diajaknya mereka berbincang-bincang. Jika para sahabat
kebetulan disertai anak-anak mereka, Rasulullah
mengajak anak-anak itu bermain-main. Kemudian,
didudukkannya anak-anak itu dipangkuan beliau.
Rasulullah tidak pernah menolak undangan. Beliau
selalu datang apabila diundan
g, baik oleh orang merdeka, budak sahaya, maupun orang
miskin.
Dikunjunginya orang yang sakit walaupun letaknya jauh
di ujung kota. Orang yang datang minta maaf selalu
beliau maafkan. Beliau selalu yang memulai memberi
salam kepada orang yang dijumpai. Beliau pasti selalu
yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-
sahabatnya.
Tidak akan pernah lagi kita menjumpai seorang pemimpin
yang begitu lembut dan begitu menyayangi rakyatnya,
pemimpin yang hidup sederhana seperti kebanyakan
rakyatnya, pemimpin yang mampu memberi nasihat dan
teladan, pemimpin yang selalu siap memberi dan
mendapat tempat di lubuk hati terdalam setiap orang
yang mengenalnya.
م رَ سُو ٌل مِنْ أَ ْنفُسِ ُك ْم عَ ِزي ٌز عَ لَ ْي ِه مَا عَ ِن ُّت ْم حَ ِريصٌ عَ لَ ْي ُك ْم ِب ْالم ُْؤ ِمنِينَ رَ ءُوفٌ رَ حِي ٌم3ْ لَ َق ْد جَ ا َء ُك
_Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari
kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang
kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keislaman) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap
orang-orang yang beriman._
Surah At-Taubah (9:128)
*Shalat Rasulullah*
Shalat Rasulullah adalah shalat yang paling indah
dibanding semua sahabatnya. Beliau melakukan shalat
seakan sedang berjumpa dengan orang yang paling ia
sayangi sehingga sulit rasanya untuk berpisah. Shalat
beliau seakan-akan merupakan suatu pertemuan terakhir
dengan orang yang dicintainya. Shalat beliau begitu
khusyuk, seolah-olah beliau sedang bercakap-cakap dan
memandang Allah.
_bersambung_
21/09/21 08.27 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian70
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Rasa Sayang Rasulullah*
Rasulullah adalah orang yang paling penyayang. Apabila
beliau tahu ada orang yang sedang menunggu, padahal
beliau sedang shalat, beliau percepat shalat itu dan
beliau tanya apa keperluannya. Sesudah beliau memenuhi
keperluan orang tadi, beliau lanjutkan kembali
ibadahnya.
Dalam rumah tangga, Rasulullah ikut memikul beban
keluarga. Beliau ikut mencari pakaian, menambal baju
yang berlubang, serta memerah susu kambing. Beliau
juga membetulkan sendiri sepatunya yang rusak. Beliau
penuhi sendiri semua keperluan beliau, mulai mengambil
minum sampai mengurus unta.
Beliau duduk dan makan bersama dengan para pembantu
dan mengurus keperluan orang yang lemah, menderita,
dan miskin. Apalagi melihat ada orang yang membutuhkan
sesuatu, beliau dan keluarganya mengalah, sekali pun
beliau saat itu juga dalam kekurangan. Tidak ada
sesuatu yang disimpan untuk esok, bahkan kelak ketika
beliau wafat. Baju besi beliau sedang tergadai di
tangan seorang Yahudi karena beliau memerlukan uang
untuk belanja keluarga.
Beliau sangat baik hati, mudah tersenyum, dan selalu
memenuhi janji. Suatu ketika ada delegasi dari Raja
Najasyi dari Habasyah datang berkunjung. Beliau
sendiri yang melayani mereka. Para sahabat datang
menegur, "Wahai Rasulullah, sudah cukuplah, bukankah
ada orang lain untuk mengerjakannya?"
"Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita ketika
berhijrah ke tempat mereka," jawab Rasulullah. "Saya
ingin membalas sendiri kebaikan mereka."
Begitu setianya beliau sehingga selalu ada yang
menyebut nama Khadijah, kenangan indah muncul bagai
pelangi menghiasi hati beliau. Suatu ketika, ada
seorang wanita datang. Beliau menyambutnya begitu
gembira dan beliau tanyai wanita itu baik-baik. Ketika
wanita itu sudah pergi, beliau berkata, "Ketika masih
ada Khadijah, ia suka mengunjungi kami. Mengingat
hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman."
Begitu halus perasaan Rasulullah, begitu lembut
hatinya, sampai beliau biarkan cucunya bermain-main
dengannya ketika beliau sedang shalat. Bahkan beliau
shalat dengan membawa Umamah, cucu beliau dari Zainab.
Umamah beliau taruh di atas bahu. Saat beliau sujud,
beliau letakkan Umamah, jika beliau berdiri, Umamah
ditaruh lagi keatas bahunya.
*Rasulullah Menyayangi Binatang*
Kebaikan dan kasih sayang Rasulullah tidak terbatas
kepada sesama manusia saja, tetapi juga kepada
binatang. Suatu ketika, beliau pernah bangun dan
membukakan pintu untuk seekor kucing yang sedang
berlindung di tempat itu. Beliau juga pernah merawat
seekor ayam jantan yang sedang sakit-sakitan.
Rasulullah juga mengelus-elus seekor kuda penuh rasa
sayang dengan lengan baju beliau. Suatu ketika,
dilihatnya Aisyah menaiki seekor unta. Aisyah merasa
sukar mengendalikan unta yang agak bandel itu sehingga
Aisyah menarik-narik tali kekang dengan tidak sabar.
Kemudian, Rasulullah mendekat dan menegur lembut,
"Hendaknya engkau berlaku lemah lembut, ya Aisyah."
Meskipun demikian, kasih sayang, kelembutan, dan rasa
persaudaraan yang Rasulullah ajarkan bukan berarti
menunjukkan kelemahan. Rasa kasih sayang dan
kelembutan selalu harus bersama sikap yang adil.
Rasulullah mengajarkan bahwa tanpa keadilan,
persaudaraan sejati tidak mungkin ada.
Sabda beliau,
"Barang siapa menyerang kamu, seranglah dengan
seimbang, seperti mereka menyerang kamu."
Pada saat lain, Rasulullah juga berkata,
"Hukum qishas (membalas perbuatan dengan seimbang,
misalnya pembunuh yang terbukti bersalah harus dibalas
dibunuh pula) berarti kelangsungan hidup bagi kamu,
hai orang-orang yang mengerti."
Jadi, kasih sayang yang diajarkan Rasulullah juga
mengandung unsur kekuatan. Oleh sebab itu, seorang
Muslim bisa bersikap lemah lembut sekaligus tegas jika
memang diperlukan. Jika seseorang tidak dapat bersikap
tegas, ia akan menjadi bulan-bulanan orang-orang
berhati jahat.
Rasulullah mengajarkan bahwa jiwa seorang Muslim harus
kuat, tidak mengenal kata menyerah kecuali kepada
Allah. Seorang Muslim yang taat kepada Allah tidak
merasa lemah apabila mengh
adapi rintangan.
*Menagkap Burung untuk Permainan*
Dalam hadist riwayat Nasa'i dan Ibnu Hibban,
Rasulullah bersabda,
"Barang siapa menangkap seekor burung hanya untuk
bermain-main, kelak pada hari kiamat, burung itu akan
mengadu kepada Allah, "Wahai Tuhanku, orang itu telah
membunuh aku untuk mainan belaka, tidak untuk
mengambil manfaat dariku."
*Keseharian Rasulullah*
Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa, tidak boleh
ada rasa takut dalam hati seorang Muslim, kecuali jika
ia melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa itu
tidak akan menjadi kuat jika berada dalam kekuasaan
orang lain. Karena itulah, Rasulullah mengajak para
sahabatnya berhijrah ke Madinah.
Jiwa akan jadi lemah jika sudah dikuasai oleh hawa
nafsu. Nafsu akan harta, kendaraan, pakaian, makanan,
dan banyak lagi. Jika seseorang sudah mencintai harta
dunia seperti itu, kekuatan rohaninya melemah dan
tidak lagi mampu berjuang, beribadah, serta berbakti
layaknya seorang Muslim sejati.
Rasulullah adalah contoh yang sangat ideal dalam
mengendalikan hawa nafsu. Jiwa Rasulullah sudah begitu
kuat sehingga tidak begitu peduli jika segala yang
dimilikinya akan habis akibat beliau sangat suka
memberi kepada orang lain. Sampai-sampai, ada orang
yang berkata,
"Dalam memberi, Rasulullah seperti sudah tidak takut
kekurangan."
Rasulullah mengajarkan agar kitalah yang menguasai
kehidupan dunia, bukan kehidupan dunia yang menguasai
kita. Beliau tidak menganjurkan kita agar hidup
miskin, tetapi hidup sederhana dan tidak berlebihan.
Alas tidur Rasulullah bukanlah kasur yang empuk,
melainkan hanya terdiri atas kulit yang dilapisi
serat. Tidak pernah beliau makan sampai kenyang.
Beliau selalu menyudahi makannya sebelum kenyang.
Tidak pernah Rasulullah makan roti dari tepung gandum
dua hari berturut-turut. Sebagian besar makanan beliau
adalah bubur.
Pada hari lain, Rasul makan kurma. Jarang sekali
beliau dan keluarganya dapat makan roti sop (roti yang
dibasahi kuah kaldu dan daging). Bahkan sering sekali
beliau harus menahan lapar. Beliau pernah mengganjal
perutnya dengan batu yang dikaitkan dengan ikat
pinggangnya agar rasa laparnya tertahan.
Namun, bukan berarti Rasulullah berpantang makan
makanan enak. Beliau dikenal suka sekali makan kaki
kambing muda, labu, madu, dan manisan walupun amat
jarang beliau dapatkan. Begitulah cara Rasulullah
mengendalikan diri terhadap makanan.
_bersambung_
22/09/21 08.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian71
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Kesederhanaan Rasulullah*
Kesederhanaan Rasulullah dalam berpakaian sama dengan
kesederhanaan beliau dalam hal makanan. Suatu hari,
ada seorang wanita memberikan sehelai pakaian kepada
beliau. Kebetulan saat itu beliau memang memerlukan
pakaian. Namun, kemudian datang seorang laki-laki yang
meminta pakaian itu. Tanpa berpikir panjang lagi,
Rasulullah pun memberikan pakaian itu.
Pakaian beliau biasanya terdiri atas sebuah baju dalam
dan baju luar yang terbuat dari wol, katun, atau
sebangsa serat. Sesekali, beliau tidak menolak pakaian
agak mewah yang dibuat dari tenunan Yaman jika ada
acara yang menghendaki demikian. Alas kaki yang
digunakan Rasulullah juga amat sederhana. Tidak pernah
beliau menggunakan sepatu kecuali hadiah dari Najasy.
Sungguh pun begitu, bukan berarti beliau menyiksa diri
dengan semua kesederhanaan itu. Beliau hanya
mengendalikan dan menjaga diri agar tidak berlebih-
lebihan.
Allah berfirman,
م ۖ َومَا َظلَمُو َنا َو ٰلَكِنْ َكا ُنوا3ْ ت مَا رَ َز ْق َنا ُك ِ َو َظلَّ ْل َنا عَ لَ ْي ُك ُم ْالغَ مَا َم َوأَ ْن َز ْل َنا عَ لَ ْي ُك ُم ْالمَنَّ َوالس َّْل َو ٰى ۖ ُكلُوا مِنْ َط ِّيبَا
ْ
َأَ ْنفُسَ ُه ْم يَظلِمُون
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan
kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang
baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan
tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah
yang menganiaya diri mereka sendiri.
Surah Al-Baqarah (2:57)
ََوا ْب َت ِغ فِيمَا آ َتاكَ هَّللا ُ ال َّدارَ اآْل خِرَ َة ۖ َواَل َت ْنسَ َنصِ يبَكَ مِنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ سِ نْ َكمَا أَحْ سَ نَ هَّللا ُ إِلَ ْيكَ ۖ َواَل َتب ِْغ ْال َفسَ اد
َض ۖ إِنَّ هَّللا َ اَل ُيحِبُّ ْال ُم ْفسِ دِين ِ ْفِي اأْل َر
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Surah Al-Qasas (28:77)
Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib bertanya tentang
sunnah Rasulullah. Rasulullah pun menjawab,
"Makrifat (mendekatkan diri kepada Allah) adalah
modalku, akal pikiran adalah sumber agamaku, cinta
adalah dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku,
berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan
adalah perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu
adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan
adalah sasaranku, fakir adalah kebanggaanku, menahan
diri adalah pekerjaanku, keyakinan adalah makananku,
kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah
ukuranku, berjihad adalah perangaiku, dan hiburanku
adalah shalat."
*Rantai Emas*
Suatu ketika Rasulullah melihat Fathimah Az-Zahra,
putrinya, sedang memakai rantai emas. Rasulullah
bersabda,
"Fathimah, gembirakah jika orang berkata, Di tangan
putri Rasulullah ada seikat rantai dari api neraka?"
Fathimah kemudian menjual rantai itu dan uangnya
digunakan untuk membebaskan seorang budak. Rasulullah
pun berkata,
"Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan
Fathimah dari api neraka."
*Rasulullah Belajar Bertani*
Rasulullah tidak menempatkan dirinya sebagai seorang
raja, meskipun banyak orang Anshar menginginkannnya.
Seorang raja biasanya tinggal menikmati uang dan
makanan. Tidak demikian dengan Rasulullah. Beliau
mewajibkan bagi dirinya sendiri bekerja agar bisa
makan. Beliau ikut belajar bertani, padahal saat itu
usianya sudah di atas 53 tahun. Apalagi seperti
kebanyakan orang Mekah, bertani adalah suatu pekerjaan
baru yang masih asing bagi beliau.
Rasulullah juga menganjurkan agar kaum pria
meringankan beban pekerjaan kaum wanita. Demikian pula
sebaliknya, beliau juga mempersilahkan kaum wanita
yang tidak sedang sibuk dengan urusan rumah tangga,
untuk turut membantu pria bekerja. Maka, banyaklah
kaum wanita yang bekerja, termasuk mereka yang di
Mekah dulu terbiasa hidup berkecukupan di balik
dinding rumahnya.
Asma binti Abu Bakar adalah contoh Muslimah yang
bekerja dengan tangannya sendiri. Ia tidak peduli m
eski ayahnya adalah saudagar kaya yang sukses. Abu
Bakar membawa seluruh kekayaannya saat berhijrah,
tetapi beliau infakkan semuanya untuk memberikan
santunan kepada mereka yang tidak mampu bekerja.
Rasulullah segera menghimbau sahabat-sahabatnya yang
mampu untuk mengikuti jejak Abu Bakar. Tidak pantas
rasanya jika ada Muslim berpakaian mewah, sedangkan
saudaranya keluar rumah dengan bajunya compang-
camping. Malu rasanya jika ada Muslim kenyang memakan
daging dan roti, sedangkan saudara-saudaranya hanya
mampu memakan kurma basah.
Kesejahteraan kaum Muslimin pun meningkat dengan
pasti. Apalagi setelah Rasulullah meminta para
saudagar kaya dari Muhajirin dan Anshar membeli tanah-
tanah kosong untuk dijadikan lahan pertanian. Maka,
sejumlah besar kaum Muhajirin pun mendapat lahan
pekerjaan. Akibatnya, hasil panen meningkat dan
membanjiri pasar-pasar Madinah. Dengan cepat kaum
Muhajirin sudah tidak lagi menjadi beban saudara-
saudara Anshar mereka.
Namun, ada kalangan yang tidak menyukai perubahan ini.
"Jika dibiarkan begini, orang-orang miskin itu akan
meremehkan kita! Bayangkan, Muhammad mengajarkan bahwa
dalam tiap harta orang kaya ada hak orang miskin! Enak
betul mereka!" demikian kata salah seorang yang tidak
suka itu.
_bersambung_
22/09/21 08.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian72
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Orang Yahudi Khawatir*
Mereka yang tidak suka itu adalah orang-orang Yahudi.
Padahal, suasana damai di Madinah sejak Rasulullah
datang sangatlah menguntungkan perdagangan kaum
Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi tidak rela melihat
kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam semakin
menguat. Dakwah Islam sulit sekali menembus kalangan
Yahudi karena kaum Yahudi tidak mengakui adanya
seorang nabi yang bukan dari bangsa mereka. Itulah
ajaran mereka.
Begitu pun, seandainya saja para pemimpin Yahudi sudah
menghalangi dakwah Rasulullah, tentu banyak umat
mereka yang memeluk Islam. Di antara segelintir yang
berislam itu adalah seorang rabbi (pendeta Yahudi)
yang bernama Abdullah bin Salam.
Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam pun mengajak
keluarganya untuk turut serta. Usahanya berhasil.
Seluruh keluarga Abdullah bin Salam bersama-sama
memeluk Islam. Namun, Abdullah bin Salam masih
merahasiakan keislamannya kepada teman-teman
Yahudinya.
"Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku
dan merendahkan aku jika mereka tahu aku masuk Islam,"
demikian kata Abdullah kepada Rasulullah,
"sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada
kaum saya."
Rasulullah pun mengabulkan permintaan itu. Beliau
menanyakan kepada orang Yahudi mengenai pendapat
mereka tentang Abdullah bin Salam.
Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik
tentang Abdullah bin Salam.
"Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan
kami."
Mendengar hal itu, Abdullah bin Salam pun keluar
menemui kaumnya dan berkata,
"Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku
sebagai pemimpin, pendeta, dan cendekiawan, kalian
bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa
Rasulullah adalah agama yang benar."
Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi
pucat kehilangan darah karena begitu terkejut. Sesaat,
tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya
berpikir jernih, mereka menanggapi Abdullah bin Salam
dengan marah,
"Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan
meninggalkan agama kita."
Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai
mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan
berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat
kasar.
Demikianlah, sejak saat itu, kaum Yahudi mulai
bersepakat untuk menghancurkan Islam.
*Orang Yahudi Kecewa*
Sebelum Rasulullah diutus, orang-orang Yahudi sudah
mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu dekat akan
ada seorang nabi yang diangkat Allah. Namun, mereka
menduga bahwa nabi itu akan lahir dari kalangan
Yahudi. Mereka suka membanggakan diri terhadap orang-
orang Arab,
"Sesungguhnya hampir datang seorang nabi yang akan
segera dibangkitkan. Kami akan mengikutinya dan
membantunya memerangi kalian, sebagaimana dulu kami
memerangi kaum 'Ad dan 'Iram."
Namun, justru ketika nabi yang diharapkan itu datang,
mereka malah ingkar, tidak mau percaya, dan
mendustakan segala apa yang telah mereka katakan dan
mereka ketahui sendiri. Para pendeta Yahudi mengejek
dan menggunakan segala tipu daya untuk menghalangi
seruan Rasulullah.
Beberapa ketua Yahudi mendatangi Rasulullah dan
bertanya congkak,
"Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap
makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?"
Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah
berubah karena menahan marah. Seketika, turunlah
Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah seraya
menyampaikan firman Allah yang pernah diturunkan di
Mekah untuk menjawab,
قُ ْل ه َُو هَّللا ُ أَحَ ٌد
Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Surah Al-Ikhlas (112:1)
َّ هَّللا ُ ال
ص َم ُد
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.
Surah Al-Ikhlas (112:2)
لَ ْم َيل ِْد َولَ ْم يُولَ ْد
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Surah Al-Ikhlas (112:3)
َولَ ْم َي ُكنْ لَ ُه ُكفُ ًوا أَحَ ٌد
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
Surah Al-Ikhlas (112:4)
Sesudah Rasulullah membaca ayat tersebut, para ketua
Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia berkata,
"Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana
Allah itu. Berapa hasta tinggi-Nya, bagaimana l
engan-Nya, bagaimana...."
Sudah tentu Rasulullah menjadi sangat marah, lebih
marah daripada yang pertama. Namun, Jibril kembali
turun memadamkan rasa marah Rasulullah sambil
menyampaikan firman Allah untuk menjawab pertanyaan
lancang itu,
َّات ِب َيمِي ِن ِه ۚ ُس ْبحَ ا َن ُه َو َتعَ الَ ٰى ْ ات م
ٌ َط ِوي َ َومَا َقدَ رُوا هَّللا َ حَ َّق َق ْد ِر ِه َواأْل َرْ ضُ جَ مِيعًا َق ْبضَ ُت ُه ي َْو َم ْالقِيَا َم ِة َوال َّسم
ُ َاو
ُ ْ
َعَ مَّا ُيش ِركون
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan
yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam
genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung
dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha
Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
Surah Az-Zumar (39:67)
Ajaran Yahudi tidak pernah menarik hati orang Arab
karena orang Yahudi kurang mengajarkan nilai-nilai
kesatriaan yang dijunjung tinggi orang Arab. Mereka
juga sering menyembunyikan Taurat dan tidak mau
mengajarkannya kepada orang lain.
*Bani Israil*
Dalam Al Qur'an, orang Yahudi disebut Bani Israil,
artinya keturunan Israil. Israil adalah panggilan
orang untuk Nabi Ya'qub. Nabi Ya'qub-lah yang
menurunkan bangsa Yahudi.
_Bersambung_
23/09/21 08.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian73
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Orang-orang Yahudi Mengejek Rasulullah*
Suatu saat, Rasulullah berdakwah kepada orang Yahudi.
Saat itu, beliau diiringi oleh beberapa orang sahabat.
Setelah Rasulullah berseru dengan panjang lebar,
orang-orang Yahudi menyangkal dan tidak mempercayai
beliau. Maka dari itu, para sahabat maju dan berkata,
"Hai kaum Yahudi, hendaklah kamu sekalian takut kepada
Allah! Demi Allah, sesungguhnya beliau adalah utusan
Allah. Kamu dulu pernah menyebut-nyebut nama beliau
kepada kami dan kamu dulu pernah juga menerangkan
sifat-sifat beliau ini kepada kami, tetapi mengapa
sekarang kamu ingkar?"
Saat itu, seorang Yahudi bernama Wahab bin Yahudi
menyahut,
"Kami sekali-kali belum pernah berkata begitu kepada
kamu. Dan Allah tidak akan menurunkan kitab lagi
sesudah kitab Taurat dan tidak pula akan membangkitkan
seorang utusan dan nabi lagi sesudah nabi Musa.
Perkataanmu seluruhnya bohong! Begitu juga dengan
seluruh perbuatan kamu, dan sahabatmu yang mengaku
rasul itu?"
Seketika itu juga, Allah menurunkan wahyu kepada
Rasulullah yang berbunyi:
ٍ ير َواَل َنذ
ِير ۖ َف َق ْد ٍ ِم رَ سُولُ َنا ُي َبيِّنُ لَ ُك ْم عَ لَ ٰى َف ْترَ ٍة مِنَ الرُّ س ُِل أَنْ َتقُولُوا مَا جَ ا َء َنا مِنْ بَش3ْ ب َق ْد جَ ا َء ُك
ِ يَا أَهْ َل ْال ِك َتا
هَّللا
جَ ا َء ُك ْم بَشِ ي ٌر َو َنذِي ٌر ۗ َو ُ عَ لَ ٰى ُك ِّل َشيْ ٍء َقدِي ٌر
Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu
Rasul Kami, menjelaskan (syari´at Kami) kepadamu
ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu
tidak mengatakan: Tidak ada datang kepada kami baik
seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi
peringatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Surah Al-Ma'idah (5:19)
Masih sangat banyak ejekan dan bantahan orang Yahudi
terhadap dakwah Rasulullah beserta para sahabatnya.
Orang Yahudi mengatakan bahwa Allah itu fakir,
sedangkan mereka kaya. Ada yang meminta agar Allah
menurunkan Al Qur'an dalam bentuk catatan dari langit
dan minta agar Allah memancarkan beberapa sungai di
tanah Arab untuk orang Yahudi.
Dengan mengejek dan menghina, mereka menyangka bisa
merendahkan Islam dan utusan-Nya. Mereka bahkan
berharap kepercayaan kaum Muslimin kepada Rasulullah
dan firman Allah bisa digoyah. Namun, Rasulullah dan
para pengikutnya tetap tegar.
Kedengkian orang-orang Yahudi tidak berhenti sampai di
situ. Mereka bahkan berani melakukan perbuatan yang
sangat berbahaya bagi kaum Muslimin.
*Merasa Lebih Tinggi*
Keangkuhan orang Yahudi berasal dari kepercayaan
mereka kepada Allah menjadikan mereka bangsa pilihan,
bangsa yang lebih tinggi dari semua bangsa lain. Sikap
ini membuat orang Yahudi sangat sulit menyatu dengan
masyarakat di setiap negeri yang mereka tinggali.
*Yahudi Menghasut*
Syas bin Qais adalah salah satu pemimpin Yahudi yang
paling keras memusuhi Rasulullah. Suatu hari, ia
melewati tempat berkumpul kaum Muslimin. Hatinya panas
melihat para pemuda Anshar dari suku Aus dan Khazraj
duduk bersama dalam persaudaraan yang erat. Padahal,
dahulu kedua suku itu bermusuhan.
Syas bin Qais berkata kepada kawan-kawannya ,
"Orang-orang Bani Qaila (Aus dan Khazraj) sudah
bersatu. Demi Allah, kita tidak berarti apa-apa kalau
para pemuka Aus dan Khazraj telah terikat persatuan."
Kemudian Syas mengirim seorang pemuda Yahudi yang
berkawan karib dengan para pemuda Anshar. Dengan halus
dan licik, pemuda Yahudi itu menyinggung-nyinggung
kembali Perang Buath yang dahsyat di masa saat itu,
pihak Aus dapat mengalahkan Khazraj. Ternyata, hal itu
memang membangkitkan ingatan masa lampau yang pahit.
Para pemuda Anshar dan Aus dan Khazraj lalu
bersitegang, saling membanggakan diri, dan hanyut
dalam pertengkaran.
"Demi Allah! Kalau kamu mau, mari kita hidupkan
kembali peperangan hebat itu!" sahut salah satu pihak
berteriak marah.
"Marilah kita lakukan! Marilah kita lakukan!
Perjanjian kamu di Adh Dhahirah! Senjata! Senjata!"
sahut yang lain panas.
Dengan cepat peristiwa itu sampai ke telinga
Rasulullah. Segera saja beliau pergi menemui kedua
kelompok it
u bersama beberapa orang sahabat.
"Wahai kaum Muslimin! ALLAH! ALLAH!" demikian seru
beliau.
"Apakah kamu menyerukan kembali ke masa jahiliah
sedang saya masih ada di hadapan kamu? Setelah Allah
memberi petunjuk Islam kepadamu? Dan setelah Allah
memuliakan kamu dengan Agama ini? Dan Ia telah
memutuskan dari kamu urusan-urusan jahiliah? Dan Ia
telah menyelamatkan kamu dari kekafiran? Dan Ia telah
mempersatukan dan menjinakkan hati-hati kamu dengan
Islam?"
Rasulullah mengingatkan mereka bahwa Islam telah
mempersatukan dan membuat mereka benar-benar
bersaudara, membuat semua saling mencintai.
Lalu, luruhlah segala kemarahan. Di depan Rasulullah,
mereka berpelukan sambil menangis. Semuanya lalu
beristighfar dan memohon semoga kiranya Allah
mengampuni mereka.
*Wujud Ukhuwah*
Ukhuwah adalah persaudaraan. Salah satu wujudnya dalam
Islam adalah mengucapkan salam kepada sesama Muslim,
menengok yang sakit, menghibur orang yang tertimpa
musibah, bersama menolak kejahatan, berbagi
kegembiraan, memaafkan orang yang bersalah, dan
menghentikan gosip tentang tetangga, entah gosip itu
baik atau buruk.
_Bersambung_
23/09/21 08.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian74
آل مُحَ مد ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
*Mengalihkan Kiblat ke Ka'bah*
Orang-orang Yahudi pun mendatangi Rasulullah dan
berkata, "Muhammad, tentu sudah engkau ketahui bahwa
semua nabi dan rasul sebelummu pergi ke Baitul Maqdis.
Di sanalah sebetulnya tempat tinggal mereka. Jika
engkau benar-benar seorang rasul, engkau pasti akan
pergi ke sana, bukan? Anggap saja Madinah ini sebagai
perantara hijrah kamu dan umatmu dari Mekah ke Baitul
Maqdis!"
Namun, saat itu juga Rasulullah tahu bahwa mereka
berusaha melakukan tipu daya kepada beliau. Apalagi
saat itu kiblat shalat kaum Muslimin adalah Baitul
Maqdis, bukan Ka'bah di Mekah.
Namun, sekali lagi, pendapat orang-orang Yahudi tadi
dipecahkan oleh firman Allah yang memerintahkan
Rasulullah dan kaum Muslimin menghadap Ka'bah saat
sedang shalat. Saat itu, genap tujuh belas bulan
Rasulullah berhijrah ke Madinah. Allah berfirman,
ْث مَا ُك ْن ُت ْم ِ ِ َْق ْد َنرَ ٰى َت َقلُّبَ َوجْ ِهكَ فِي ال َّسمَا ِء ۖ َفلَ ُن َولِّ َي َّنكَ قِ ْبلَ ًة َترْ ضَ اهَا ۚ َف َو ِّل َوجْ هَكَ َش ْطرَ ْال َمس
ُ ج ِد ْالحَ رَ ام ۚ َوحَ ي
َم َش ْطرَ هُ ۗ َوإِنَّ الَّذِينَ أُو ُتوا ْال ِك َتابَ لَ َيعْ لَمُونَ أَ َّن ُه ْالحَ ُّق مِنْ رَ ب ِِّه ْم ۗ َومَا ُ ِبغَ اف ٍِل عَ مَّا َيعْ مَلُون3ْ َف َولُّوا وُ جُو َه ُك
هَّللا
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke
kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya
orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling
ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan
Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.
Surah Al-Baqarah (2:144)
Kaum Muslimin menyambut gembira peralihan kiblat ini.
Sementara itu, orang-orang Yahudi sangat menyesalkan
keputusan ini. Sekali lagi, mereka berusaha melakukan
tipu daya dengan mengatakan,
"Kami akan menjadi pengikutmu Muhammad, apabila kamu
berada kembali mengubah kiblat ke arah Baitul Maqdis!"
Kembali firman Allah turun membalas kata-kata berbisa
ini:
اس مَا َواَّل ُه ْم عَ نْ قِ ْبلَت ِِه ُم الَّتِي َكا ُنوا عَ لَ ْيهَا ۚ قُ ْل هَّلِل ِ ْال َم ْش ِر ُق َو ْالم َْغ ِربُ ۚ َي ْهدِي َمنْ َي َشا ُء ِ سَ َيقُو ُل ال ُّس َفهَا ُء مِنَ ال َّن
َ
إِلى صِ رَ اطٍ مُسْ تق ٍِيم ٰ َ
Orang-orang yang kurang akalnya di antara manusia akan
berkata: Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam)
dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka
telah berkiblat kepadanya? Katakanlah: Kepunyaan
Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.
Surah Al-Baqarah (2:142)
اس َو َي ُكونَ الرَّ سُو ُل عَ لَ ْي ُك ْم َش ِهي ًدا ۗ َومَا جَ عَ ْل َنا ْال ِق ْبلَ َة الَّتِي ِ شهَدَ ا َء عَ لَى ال َّن ُ َو َك ٰ َذلِكَ جَ عَ ْل َنا ُك ْم أُم ًَّة َوسَ ًطا ِل َت ُكو ُنوا
ۗ ُ ت لَ َك ِبيرَ ًة إِاَّل عَ لَى الَّذِينَ هَدَ ى هَّللا ْ ُك ْنتَ عَ لَ ْيهَا إِاَّل لِ َنعْ لَ َم َمنْ َي َّت ِب ُع الرَّ سُو َل ِممَّنْ َي ْن َقلِبُ عَ لَ ٰى عَ قِ َب ْي ِه ۚ َوإِنْ َكا َن
ٌُوف
اس لرَ ء رَ حِي ٌم َ ِ َومَا َكانَ هَّللا ُ لِيُضِ يعَ إِيمَانك ْم ۚ إِنَّ َ ِبالن
َّ هَّللا ُ َ
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat
Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi
saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan
Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya
nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang
membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang kepada manusia.
Surah Al-Baqarah (2:143)
*Yahudi Mengejek Firman Allah*
Di tengah pertentangan yang seru antara kaum Muslimin
dan Yahudi di Madinah, datanglah delegasi Nasrani dari
Najran. Mereka mengendarai enam puluh buah kendaraan.
Dengan pakaian dari Yaman yang indah, memakai cincin
emas dan selendang sutera, orang-orang Nasrani itu
langsung menuju ke masjid dan mengerjakan shalat
dengan menghadap ke Timur. Beberapa sahabat hendak
menegur, tetapi Rasulu
llah mengisyaratkan agar mereka dibiarkan.
Setelah shalat, orang-orang Nasrani menghadap
Rasulullah dan memberi hadiah berupa permadani indah
yang bergambar dan beberapa buah tikar dari bulu.
Rasulullah menolak permadani bergambar dan menerima
tikar dari bulu.
Sebenarnya, tujuan orang-orang Nasrani ini adalah
untuk menambah keributan antara kaum Muslimin dan
orang Yahudi sehingga orang-orang Nasrani dapat
diuntungkan. Begitu bertemu Rasulullah, orang-orang
Nasrani berusaha menjelaskan mengapa mereka menganggap
Nabi Isa adalah anak Allah dan mengapa mereka
menyembah tiga tuhan. Satu per satu alasan itu
dipatahkan Rasulullah. Bahkan, Rasulullah berbalik
mengajak mereka menyembah Allah Yang Maha Esa dan
menjelaskan kerasulannya.
Namun, walau sudah demikian jelas Rasulullah
menyampaikan kebenaran, para pendeta Nasrani itu terus
bersikeras mendustakan beliau. Mereka tetap mengatakan
bahwa Nabi Isa adalah putra Allah dan Allah itu hanya
salah satu dari tiga tuhan.
Akhirnya, atas perintah Allah, Rasulullah mengajak
mereka ber-mubahalah dengan bersabda,
"Marilah, kami ajak anak-anak kami dan anak-anak kamu,
wanita kami dan wanita kamu, diri-diri kami dan diri-
diri kamu bersama sungguh-sungguh berdoa, lalu kita
jadikan laknat Allah menimpa kepada siapa di antara
kita yang berdusta."
Orang-orang Nasrani itu hendak menerima, namun Al
Aqib, penasihat tertinggi mereka berkata,
"Sesungguhnya, Muhammad itu adalah nabi yang diutus
dan kamu telah mengetahui itu dengan pasti. Tidak ada
suatu kaum yang ber-mubahalah dengan seorang nabi
kecuali ia pasti hancur binasa."
Mendengar itu, orang-orang Nasrani memutuskan untuk
menolak usul Rasulullah. Mereka memilih untuk kembali
ke Najran dengan tetap memeluk agama mereka.
*Sepupu*
Orang Arab dan Yahudi (Ibrani) bisa dikatakan
merupakan sepupu. Nenek moyang mereka adalah Nabi
Ibrahim. Putra sulung Nabi Ibrahim, yaitu Nabi Ismail
ditempatkan di Mekah dan menjadi leluhur orang Arab.
Sementara itu, putra Nabi Ibrahim yang lain, yaitu
Nabi Ishaq, menurunkan bangsa Yahudi.
_Bersambung_
24/09/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian75
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Merindukan Mekah*
Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang
terusir paksa dari Mekah, tanah kelahiran mereka
sendiri. Rasa rindu akan Mekah semakin lama semakin
besar. Banyak sekali hal yang membuat kaum Muhajirin
merasa demikian sebab Mekah bukan sekedar tempat
lahir, melainkan juga merupakan kota yang luar biasa.
Di Mekah terdapat Ka'bah, rumah Allah yang dibangun
oleh Nabi Ibrahim, tempat para penduduk dan bahkan
seluruh orang Arab berziarah. Kewajiban berziarah ke
Ka'bah sudah begitu mendarah daging dalam diri orang
Arab, baik itu Muslim maupun bukan. Kewajiban suci itu
tidak bisa dilepaskan begitu saja, meski orang Quraisy
pasti akan mencegah kedatangan setiap Muslim.
Selain itu, di Mekah masih tertinggal keluarga yang
mereka cintai walaupun masih dalam kehidupan syirik
karena menyembah berhala. Keluarga inilah yang sudah
sangat ingin mereka ajak ke dalam kehidupan Islam. Di
Mekah pula masih tertinggal harta benda dan barang
perdagangan yang disita Quraisy tatkala mereka
berhijrah.
Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar
karena mereka telah keluar dari kota itu akibat
tindakan keras Quraisy. Bukan menjadi adat orang-orang
Mekah untuk menyerah terhadap ketidakadilan tanpa
melakukan pembalasan.
Bahkan Rasulullah sendiri tidak kuasa melupakan Mekah.
Di Mekah sana terkubur jasad Khadijah, kekasih yang
sangat beliau cintai. Tidak ada negeri yang lebih
beliau sayangi melebihi Mekah, tanah tumpah darah yang
menimbulkan begitu banyak kenangan.
Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari
Mekah. Ia menemui Rasulullah dan Aisyah.
"Bagaimana situasi Mekah saat kau tinggalkan?" tanya
Aisyah.
Laki-laki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah,
padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang hiruk
pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan
menuju perbukitan. Suaranya penuh pilu dan sedih.
Kerinduan Rasulullah begitu memuncak sehingga kedua
mata beliau berkaca-kaca penuh linangan air mata.
"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku,"
demikian ucap Rasulullah.
Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus
umat, Rasulullah juga dibahagiakan dengan pernikahan
putri bungsunya, Fathimah Az Zahra.
*Orang-orang Munafik*
Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di
Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi,
salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan
sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak
pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin
Ubay bin Salul, sampai akhirnya Islam datang.
Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh
lainnya yg ditaati dan dihormati kaumnya yaitu Abu
Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah
orangtua dari sahabat Rasulullah ﷺyang
bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa
dipanggil sebagai Pendeta oleh kaumnya.
Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah
mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk disematkan
padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Maka ketika
kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam
permusuhan kepada Rasulullah ﷺdan menuduh
Rasul telah mengambil mahkota kepemimpinannya.
Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin
Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan
kemunafikan dan dendam kesumat.
Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada
kekafirannya, ia pergi bersama belasan kaumnya ke
Mekah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah
ﷺ.
Rasul bersabda
"Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta),
tetapi panggilah dia Fasiq."
Sebelum berangkat ke Mekah Abu Amir menemui Rasulullah
dan bertanya,
"Agama apa yang engkau bawa?"
Rasulullah bersabda,
"Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama
Ibrahim."
Abu Amir berkata,
"Aku juga menganut agama Ibrahim."
Rasulullah bersabda,
"Engkau tidak menganut agama Ibrahim."
Abu Amir menjawab,
"Betul, aku menganut agama Ibrahim!"
"Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru
ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang bukan
merupakan bagian darinya."
Rasulullah bersabda,
"Aku tidak pernah melakukan itu sem
ua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan
putih suci."
Abu Amir berkata,
"Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan
terusir, terasing, dan sendirian."
Rasulullah bersabda,
"Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."
Demikianlah yang dilakukan musuh Allah, Abu Amir, ia
beranjak ke Mekah.
*Abdullah Bin Ubay*
Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada
pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-ragu
hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia masuk Islam secara
terpaksa.
Suatu hari, Rasulullah ﷺpergi menunggang
keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah, di atas
keledainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat
selimut asal Fadak yang diikat dengan serat palem.
Rasulullah berjalan melewati Abdullah Bin Ubay Bin
Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang
bernama Muzahim.
Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa
orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah melihat
Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau ﷺmerasa
malu melewatinya dengan mengendarai keledai, maka
Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan
salam lalu duduk sejenak.
Rasulullah membacakan Al Quran kepada Abdullah Bin
Ubay Bin Salul, dan mengajaknya kepada agama Allah,
mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan
keras, memberi kabar gembira, dan ancaman padanya.
Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa.
Setelah Rasulullah selesai berbicara, Abdullah Bin
Ubay Bin Salul berkata,
"Wahai Muhammad sesungguhnya tidak ada orang yang
lebih baik perkatannya dari perkataanmu. Apabila yang
engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu.
Siapa pun yang datang menemuimu, bicaralah engkau
kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang
menemuimu, tidak usahlah engkau bersusah payah datang
kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu tidak
menyukainya."
Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama
beberapa dari kaum Muslimin berkata,
"Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke
majelis-majelis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi
Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang
dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan Dia memberi
petunjuk bagi kami padanya."
Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya
menentang pendapatnya, ia bersyair:
_"Kala tuanmu menjadi musuhmu._
_Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan
menjatuhkanmu._
_Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya._
_Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."_
Rasulullah beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke
rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan Abdullah Bin Ubay Bin
Salul masih terbersit di wajah Rasulullah. Sa'ad Bin
Ubadah berkata,
"Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di
wajahmu, apakah Engkau baru mendengar hal yang tidak
engkau sukai?"
Rasulullah bersabda,
"Betul sekali."
Sa'ad Bin Ubadah berkata,
"Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada
Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ketika engkau
datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota
yang akan kami berikan padanya sebagai pemimpin. Ia
beranggapan Engkau telah merampas mahkota kepemimpinan
itu darinya."
_Bersambung_
24/09/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian76
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Sahabat-sahabat Rasul yang sakit*
Aisyah رضي هللا عنهماmengisahkan saat Rasulullah sampai di
Madinah, Madinah kala itu merupakan bumi Allah yang
paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya
banyak sahabat Rasulullah yang terjangkit sakit demam.
Allah menjaga Rasulullah ﷺsehingga beliau
tidak terjangkit wabah demam.
Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu
rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam. Lalu
Aisyah menjenguk mereka.
Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.
Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah
saja yang tahu.
Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,
"Bagaimana kabar ayahanda?"
Abu bakar menjawab:
_Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi
hari._
_Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali
sandalnya sendiri._
Aisyah berkata,
"Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia
katakan."
Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan
bertanya,
"Bagaimana kabarmu wahai Amir?"
Amir Bin Fuhairah menjawab:
_Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya._
_Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari
atasnya_
_Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya_
_Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan
tanduknya._
Aisyah berkata,
"Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang
dikatakannya."
Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di
emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil
berkata:
_Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat
di luar Mekah),_
_Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon
beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-tumbuhan),_
_Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?_
_Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat
olehku?_
Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada
Rasulullah.
*Doa untuk Para Sahabat*
Aisyah ra berkata kepada Rasulullah,
"Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar
dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam
tinggi."
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa sallam berdoa,
"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah
sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Mekah,
atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah.
Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha' Madinah
(yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke
Mahyaa'h."
Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.
Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang
mengerjakan shalat dengan cara duduk.
Rasulullah SAW keluar menemui mereka yang kala itu
menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata,
"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang
yang duduk itu pahalanya setengah shalat orang yang
berdiri."
Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat
mungkin walaupun mereka demikian lemah dan sedang
sakit dengan harapan mendapatkan pahala.
*Penanggalan Hijrah*
Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul
Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat matahari
tidak begitu panas.
Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53
tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi dan
Rasul.
Rasulullah tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal,
Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab,
Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul
Hijjah.
Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun
berikutnya Rasulullah tidak berperang melawan kaum
musyrikin.
Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan
Rasulullah ke Madinah, beliau keluar untuk berperang
dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah
perintahkan, serta memerangi orang-orang musyrik.
Rasulullah menunjuk Sa'ad Bin Ubadah sebagai
penggantinya di Madinah selama beliau berada di medan
jihad.
*Diijinkan Berperang*
Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi
kaum muslimin di Madinah di mana kaum Quraisy tidak
sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mau
menghentikan kejahatannya, Allah mengizinkan kaum
muslim untuk berperang. Allah berfirman,
ظ ِلمُوا ۚ َوإِنَّ هَّللا َ عَ لَ ٰى َنصْ ِر ِه ْم لَ َقدِي ٌر ُ أُذِنَ ِللَّذِينَ ُي َقا َتلُونَ ِبأ َ َّن ُه ْم
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-oran
g yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha
Kuasa menolong mereka itu,
Surah Al-Hajj (22:39)
Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang
menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut hanyalah
untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-
syiar Allah.
الز َكا َة َوأَ َمرُوا ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َنه َْوا عَ ِن ْال ُم ْن َك ِر ۗ َوهَّلِل ِ عَ اقِب َُة ِ ْالَّذِينَ إِنْ َم َّك َّنا ُه ْم فِي اأْل َر
َّ ض أَ َقامُوا ال
َّ صاَل َة َوآ َتوُ ا
ُور مُ اأْل
ِ
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah
kembali segala urusan.
Surah Al-Hajj (22:41)
Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa
izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah hijrah
tidak di Mekah.
Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi
saat itu di mana sumber utamanya adalah kekuatan dan
kesewenang-wenangan kaum Quraisy.
Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka
pada jalur perdagangan dari Mekkah ke Syam. Dalam hal
ini Rasulullah ﷺmenempuh dua langkah yaitu:
Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau
perjanjian untuk tidak melakukan permusuhan dengan
kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur
perdagangan itu.
Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau
tidak mengadakan permusuhan dengan kabilah Juhairah,
sebelum melakukan kegiatan militer.
Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian
ke jalur tersebut
_Bersambung_
25/09/21 11.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian77
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Peperangan dan Ekspedisi Sebelum Badr*
Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum
muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan militer.
mereka melakukan patroli militer yang bertujuan
menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang mengelilingi
Madinah, serta jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke
Mekah, mengadakan perjanjian-perjanjian dengan
kabilah-kabilah yang berdomisili di sepanjang jalan
tersebut, memberikan kesan kepada orang-orang Yahudi
dan Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa
kaum muslimin telah memiliki kekuatan dan mereka telah
terbebas dari kelemahan mereka serta memperingatkan
kepada orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan
mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan mereka,
dan merasakan adanya bahaya yang mengancam
perekonomian mereka, agar mereka cenderung untuk
berdamai dan menghentikan keinginan mereka untuk
menyerang kaum muslimin, menghalangi jalan menuju
Allah serta menyiksa kaum muslimin yang lemah di
Mekah, agar kaum muslimin pun menjadi bebas untuk
menyampaikan risalah Allah di seluruh Jazirah.
Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah
sebagai berikut :
1. Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan
tahun pertama Hijriah Rasulullah ﷺmengangkat
Hamzah bin Abdul Muthalib untuk memimpin ekspedisi
ini, ekspedisi ini berkekuatan 30 orang yang terdiri
atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy
yang datang dari Syam yang dipimpin oleh Abu Jahal
dengan kekuatan 300 Orang. Setelah sampai di Saiful
Bahri di sekitar daerah Laut Merah bertemulah pasukan
kaum muslimin dengan kafilah Quraisy dan siap untuk
bertempur. Namun Majdi bin Amru al-juhani sekutu
Quraisy dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah
mereka dan menghalangi mereka sehingga pertempuran pun
tidak terjadi.
Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan
oleh Rasulullah ﷺwarnanya putih dan dibawa
oleh Abu Mursyid Kinas Bin Hushain Al Ghanawi.
Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi
selanjutnya adalah:
*Perang Al Abwa' atau Waddan*
Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua
Hijriyah atau Agustus tahun 623 M. Setelah mewalikan
urusan kota Madinah kepada Saad bin Ubadah Rasulullah
ﷺkeluar memimpin langsung pasukan yang
berkekuatan 70 orang, khusus orang-orang Muhajirin
untuk mencegah kafilah Quraisy. Setelah tiba di
Waddan, beliau tidak menjumpai pasukan Quraisy.
Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian
persekutuan dengan Bani Dhamrah, yang ketika itu
pemimpinnya adalah Amru bin Makhsya Adh Dhamri. Naskah
perjanjian tersebut adalah sebagai berikut
Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad ﷺ
kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta dan diri
mereka aman dan mereka berhak mendapatkan pertolongan
jika diserang. Kecuali apabila mereka memerangi agama
Allah.
Apabila Nabi ﷺmengajak mereka untuk
menolongnya, mereka akan menyambutnya.
Waddan terletak antara Mekah dan Madinah. Antara
Waddan dan Rabigh setelah Madinah 29 mil dan Abwa'
terletak di dekat Waddan.
Inilah peperangan pertama yang diikuti oleh
Rasulullah. Kepergian beliau itu selama 15 malam
benderanya berwarna putih dan pembawanya adalah Hamzah
bin Abdul Mutholib.
Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi
selanjutnya adalah:
*Perang Buwath*
Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun
kedua Hijriyah atau September 623 M. Rasulullah
ﷺkeluar memimpin pasukan berkekuatan 200
orang dari para sahabatnya, untuk mencegah kafilah
Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan
Umayyah bin Khalaf Al-Jami.
Kafilah itu membawa 2500 unta. Setibanya di Buwath di
sekitar Ridhwa, beliau tidak menjumpai kafilah.
Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan
kota Madinah kepada Saad bin Muadz. Benderanya
berwarna putih dan dibawa oleh Saad bin Abi Waqqash
radliyallahu anhu.
*Perang Sawan*
Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun
kedua Hijriyah atau September tahun 623 M. Karz bin
Jabir Al Fihri dengan pasukannya dari kaum muslimin
menyerang pinggiran kota Madinah dan merampas beberapa
b
inatang ternak.
Karena itu Rasulullah ﷺkeluar dengan para
sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk mengejar
pasukan Karz hingga tiba di lembah Safwan yang
letaknya tidak jauh dari Badr. Namun beliau tidak
menjumpai Karz dan teman-temannya, lalu pulang tanpa
melakukan pertempuran. Perang ini disebut juga dengan
*Perang Badr pertama*. Dalam perang ini urusan kota
Madinah diwakilkan kepada Zaid bin Haritsah.
Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Ali bin Abi
Tholib.
Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi,
ekspedisi selanjutnya adalah:
*Perang Dzil Usyairah*
Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula
dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua Hijriyah atau
November dan Desember tahun 623 M. Rasulullah
ﷺkeluar memimpin pasukan berkekuatan 150
(dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin. Dalam
hal ini bisa tidak memaksa seorang pun untuk ikut
serta dalam peperangan tersebut.
Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara
bergantian untuk mencegah kafilah Quraisy yang
berangkat ke Syam. Telah terdengar berita tentang
keberangkatan mereka dari Mekah membawa barang-barang
dagangan kaum Quraisy. Setibanya di Dzil Usyairah,
beliau tidak menjumpai kafillah tersebut, mereka telah
lolos beberapa hari sebelumnya. Kafilah inilah yang
dicari sepulang mereka dari Syam, dan menjadi penyebab
terjadinya *Perang Badr Kubro*.
Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah ﷺberangkat
pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal Jumadil
Akhir.
(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli
siroh dalam menentukan bulan terjadinya peperangan
ini).
Dalam peperangan ini Rasulullah ﷺmengadakan
perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dan
sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.
Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah
diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul Asad Al
Makhzumi. Bendera peperangan itu berwarna putih dan
dibawa oleh Hamzah bin Abdul muththalib رضي هللا عنه.
_Bersambung_
25/09/21 11.58 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#bagian78
ِ اَللَّ ُه َّم صَ ِّل عَ لَى مُحَ َّم ٍد َو عَ لَى
آل مُحَ مد
*Perang Badr Kubra*
#Bagian 92
*Kesedihan Umar*
*Bersambung..*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
ﷺ
#Bagian 93
*Semangat Quraisy*
*Bersambung*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
ﷺ
#Bagian 94
Rasulullah ﷺbersabda,
"Jangan meminta pertolongan orang-orang kafir dalam
melawan orang-orang musyrik sebelum mereka masuk
Islam."
*Bersambung...*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
ﷺ
#Bagian 95
Abu Dujanah
Rasulullah ﷺbersabda,
"Ditempatkan di bagian terdepan dari jalan Allah
selama 1 hari lebih baik daripada dunia dan segala
isinya!" Beliau juga berkata,
Pertempuran
Ali bin Abi Thalib pun maju. Dengan tangkas dan sangat
cepat. Ali menebas lawannya itu sampai terbelah dua.
Melihat hal itu Rasulullah ﷺmenjadi lega.
Seketika, takbir pun berkumandang dari barisan
muslimin. Rasulullah ﷺmemerintahkan pasukan
muslim melancarkan serangan.
*Bersambung...*
03/10/21 13.41 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian 96
Syahidnya Hamzah
Di kemudian hari, ketika ia sudah memeluk Islam,
Wahsyi menceritakan peristiwa Uhud dengan air mata
duka dan penyesalan.
*Bersambung...*
04/10/21 16.54 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian 97
Tergiur Harta
Bencana
*Bersambung...*
04/10/21 16.54 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian 98
*Rasulullah Terluka*
Akhir Pertempuran
*Bersambung...*
05/10/21 06.14 - nancy.drwater: KISAH RASULULLAH
ﷺ
Bagian 99
*Bersambung...*
05/10/21 06.14 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
#Bagian 100
Mengejar Musuh
*Bersambung...*
06/10/21 09.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 101
Ummu Salamah
*Bersambung*
06/10/21 09.36 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 102
Peristiwa Ar Raji
*Bersambung...*
07/10/21 19.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 103
Khubaib bin Adiy
Rasulullah Berduka
Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-
gumpal. Mendung di hati Rasulullah ﷺdan kaum
muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi.
Penyair Rasulullah, Hasan bin Tsabit membacakan syair-
syair duka untuk mengenang kepergian enam orang
syuhada itu.
Bagian 104
Membayar Diyat
Pengkhianatan Yahudi
Rasulullah Selamat
*Bersambung...*
08/10/21 07.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 105
Bani Nadhir pun tercekam rasa takut dan bingung. Tidak
ada pilihan lain bagi mereka selain menyiapkan diri
untuk pergi. Mereka mulai mengemas barang-barang ke
atas unta-unta mereka.
Ketentraman
*Bersambung...*
08/10/21 07.45 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 106
Suasana Madinah pun menjadi tentram setelah Bani
Nadhir dikeluarkan. Hati mereka semua lega dengan
suasana yang begitu tenang tentram dan aman. Al
Muhajirin kini dapat hidup mandiri berkat tanah-tanah
yang dibagikan dan itu membuat orang-orang Anshor
turut bergembira.
Badar Terakhir
Kemenangan
Pasukan Quraisy sudah berjalan selama 2 hari dan tiba
di Zahran dan bermalam di Majannah, sebuah pangkalan
air di daerah itu. Namun hati Abu Sufyan semakin
berat. Ia memikirkan lagi akibat perperangan dengan
kaum muslimin. Ketakutan membayangi hatinya. Puncaknya
Abu Sufyan berusaha mencari alasan untuk pulang.
*Bersambung...*
09/10/21 19.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 107
Perang Sobekan Kain
Bani Musthaliq
*Bersambung...*
09/10/21 19.48 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 108
"Apa kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari itu?"
tanya Rasulullah.
"Apa itu?"
Rasulullah ﷺmenjawab,
"Bagaimana, wahai Umar jika kelak orang-orang bicara
bahwa Muhammad telah membunuh salah seorang
sahabatnya? tidak aku tidak akan membunuhnya!"
Surat Al Munafiqun
*Bersambung...*
10/10/21 09.59 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 109
Aisyah menuturkan,
"Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama
sebulan. Saat itu rupanya orangorang sudah banyak
mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku
belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja, aku
tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ﷺ
yang biasa ku rasakan ketika aku sakit. Beliau hanya
masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya,
"Bagaimana keadaanmu?"
Ia pun ku tegur,
*Bersambung...*
10/10/21 09.59 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 110
Rasulullah pun Terganggu
Rasulullah ﷺbersabda,
"Wahai kaum muslimin siapa yang akan membela ku dari
laki-laki yang telah menyakiti keluargaku (dengan
menyebarkan berita bohong)? Demi Allah, aku tidak
mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik.
Sesungguhnya mereka orang-orang yang menyebarkan
berita bohong itu telah menyebut nama seorang laki-
laki (shofwan) yang aku tidak mengenal yaitu kecuali
sebagai orang yang baik."
Ayahku menjawab,
"Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab."
Firman Allah
*Bersambung...*
11/10/21 15.18 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 111
Ibu Aisyah berkata,
"Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah
ﷺ.
Yahudi Menghasut
"Tuan-tuan Yahudi,"
"Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula,
lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim. Menurut
tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang
menyembah berhala atau agama Muhammad?"
Pasukan Ahzab
Bagian 112
Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan
kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah tampuk
kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap
pemimpin suku yang lain.
Menggali Parit
Bagian 113
Pengkhianatan Yahudi
*Bersambung...*
12/10/21 18.16 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 114
Kaum Muslimin Sangat Terkejut
*Bersambung...*
13/10/21 06.30 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 115
Rasulullah Mengutus Nu'aim bin Mas'ud
*Bersambung...*
13/10/21 15.44 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 116
Topan
*Bersambung...*
14/10/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 117
*Keputusan Saad Bin Muadz*
Perintah Berjilbab
Islam adalah agama yang sangat menghormati kaum
wanita. Sebelum Rasulullah ﷺdiutus,
kebanyakan hubungan kaum wanita dengan kaum laki-laki
tidak lebih baik dari hubungan antara hewan betina
dengan hewan jantan.
Di Arab dan beberapa tempat lain, kaum wanita biasa
mempertontonkan diri untuk memamerkan kecantikan
dengan berbagai perhiasannya kepada orang-orang lain
selain suaminya. Wanita-wanita seperti itu biasa
bertukar pandang dan saling melontarkan katakata
pujian yang manis kepada kaum lelaki.
*Bersambung...*
14/10/21 16.34 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 118
Setelah itu, turunlah Perintah agar kaum muslimah
mengenakan jilbab yang menutup dada,
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat. Surah An-Nur (24:30)
Bagian 119
*Berhaji*
*Bersambung...*
15/10/21 18.05 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 120
Ikrar Ridhwan
Perjanjian Hudaibiyah
*Bersambung...*
16/10/21 19.13 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 121
Ketidakpuasan Umar
"Memang betul!"
"Memang betul!"
Rasulullah ﷺbersabda,
*Bersambung...*
17/10/21 15.20 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 122
Nasihat Ummu Salamah
Abu Bashir
*Bersambung...*
17/10/21 15.20 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 123
Kelompok Abu Bashir
Istri-istri Rasulullah
*Bersambung...*
18/10/21 14.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 124
Seruan Rasulullah agar Bekerja
*Bersambung...*
18/10/21 14.32 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 125
Utusan Kepada Heraklius
Bismillahirrohmanirrohim
*Bersambung...*
21/10/21 12.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 126
Surat kepada Kisra, Raja Persia
"Bismillahirrohmanirrohim.
Hathib menambahkan,
Muqauqiss menjawab,
Bismillahirrohmanirrohim,
*Bersambung...*
21/10/21 12.55 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 127
Bismillahirohmanirohim,
Perang Khaibar
"Allah merahmatinya."
*Bersambung...*
23/10/21 19.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 128
Jalannya Pertempuran
Rasulullah ﷺbersabda,
Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab
dengan garang. Dalam duel Ali berhasil membunuh
Marhab.
Kemenangan
*Bersambung...*
23/10/21 19.24 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 129
Pembagian Harta Rampasan dan Kedatangan Ja'far
Shafiyah
*Bersambung...*
24/10/21 15.22 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 130
Rasulullah Melarang Hidup Meminta-minta
"Allah!"
Beliau bersabda,
"Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain
Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah."
*Bersambung...*
24/10/21 15.22 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 131
Umroh Qadha
Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian
Hudaibyah disepakati. Rasulullah ﷺsegera
memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat
melakukan umratul qadha atau umroh pengganti.
Umroh Qadha
*Bersambung..*
26/10/21 11.43 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 132
Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah
kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah, aku
mengikut agama Islam!"
"Dan memang itulah yang benar, dan apa pun yang akan
terjadi,"
Perang Mut'ah
*Bersambung...*
26/10/21 11.43 - nancy.drwater: *KISAH RASULULLAH
*ﷺ
Bagian 133
Rasulullah ﷺbersabda,
"Engkau sajalah."
"Tidak saya tidak akan mampu."
*Bersambung...*
*KISAH RASULULLAH *ﷺ
Bagian 134
Rasulullah ﷺbersabda,
*Bersambung...*
Bagian 135
Rasulullah ﷺbersabda,
*Bersambung...*