Anda di halaman 1dari 4

DRAMA KOLOSAL KISAH NABI BESAR MUHAMMAD SAW

LAHIRNYA NABI TERAKHIR

Ribuan tahun lalu mekkah hanyalah sebuah lembah padang pasir, tempat persingggahan para
khafillah dagang yang kemudian di ubah menjadi kota dimasa kekuasaan nabi Ismail
Alaihisallam, kota mekkah menjadi saksi atas lahirnya hatamul ambiyah, penutup para nabi,
beliau adalah Muhammad bin Abdullah, nenek monyang nabi Muhammad bernama Hasyim
bin Abdul Mannaf,
saat Hasyim berkuasa, kota mekkah terkenal sebagai pusat perdagangan yang makmur, tidak
ada yang dapat menyaingi masyarakat mekkah pada saat itu, namun sayangnya kehebatan
masyarakat mekkah dalam berdagang tidak sebanding dengan kebiasaan jahilliyah yang
sering mereka lakukan.
(2 remaja masuk)
A : Hei, lihatlah burung itu, sedari tadi ia terbang di atas kepalaku lalu berbelok ke arah kiri
B : Nenekku pernah berkata, jika burung itu berbelok ke arah kiri maka kau akan tertimpah
sial
A : bernarkah ucaapanmu?
B : Ya, tentu saja
Menurut kepercayaan masyarakat jahiliyyah jika burung itu berbelok ke arah kanan maka
nasib baik akan datang, begitupun sebaliknya orang orang arab pada masa jahiliyyah sangat
percaya terhadap tahayyul, kebiasaan jahiliyyah lainnya adalah penyembahan berhala,
merampok, mabuk-mabukan, serta berjudi masih menjadi kebiasaan yang selalu mereka
lakukan.
(Perampok dan pemabuk masuk merampok para pedagang)
Tak terasa tahun demi tahun berlalu dengan cepat, kepemimpinan Hasyim digantikan oleh
pemimpin yang lebih muda dan berkompeten di saat usianya telah lanjut. Sebelum beliau
meninggal, Hasyim mewariskan banyak sekali harta kepada Abdul Mutholib
(2 orang masuk)
Hasyim : Wahai keponakanku, semua ini adalah harta milik ayahmu, kau pantas untuk
mendapatkannya
Abdul Mutholib : Terimakasih wahai paman, aku akan menggunakan semua harta
peninggalan ayahku untuk kebaikan.
Saat ini Abdul Mutholib berperan sebagai shikoya yaitu orang yang bertugas menyediakan air
dan makanan bagi pengunjung kabah, Saat itu kabah sangat ramai di kunjungi oleh orang-
orang melebihi gereja di yaman milik raja Abrahah.
(pengunjung ka’bah masuk)
Namun seiring berjalannya waktu persediaan air semakin menipis, pada saat itulah Abdul
Mutholib teringat akan cerita sumur zam-zam , banyak orang mengatakan bahwa sumur zam-
zam telah tertimbun tanah ratusan tahun lalu jadi mustahil untuk di temukan.
Abdul mutholib memanggil salah satu putranya untuk membantunya mencari sumur zam-zam
yang telah tertimbun tanah ratusan tahun lalu. (kemarilah putraku)
(Empi masuk)
Abdul Mutholib dan putranya mulai menggali mencari keberadaan sumur zam-zam yang
telah tertimbun tanah ratusan tahun lalu, setelah mereka menggali di beberapa tempat, namun
tetap tidak menemukan hasi.
(3 orang masuk)
Orang-orang yang melihat perbuatan Abdul Mutholib dan putranya hanya bisa mencemooh
dan menertawakannya.
Saat abdul Mutholib tertidur, ia tiba-tiba saja terbangun karena mendengar suara, ia seperti
mendapatkan petunjuk tentang keberadaan sumur zam-zam dalam tidurnya.
Keesokan harinya, Abdul Mutholib kembali menggali di antara berhala berhala, tiba-tiba air
memancar, sekarang dengan di ketemukannya sumur zam-zam Abdul Mutholib tidak
khawatir lagi untuk memenuhi persediaan air dan keperluan bagi pengunjung kabah.
Hari demi hari berlalu, Abdul Mutholib merasa kelelahan dalam mengemban tugasnya
sebagai sikhoya, untuk itu beliau bernazar jika ia mempunyai 10 anak laki-laki untuk
meringankan pekerjaannya, maka ia akan mempersembahkan salah satu anaknya. Ternyata
takdir menentukan bahwa Abdul Mutholib mempunyai 10 anak laki-laki.
(Adnan, Egi, Empi masuk)
Saat mereka dewasa dilakukan undian kepada anak-anaknya tersebut untuk di persembahkan,
setelah di undi beberapa kali nama yang muncul selalu sama yaitu Abdullah si anak bungsu.
Sebenarnya tidak sampai hati Abdul Mutholib menyampaikan hal tersebut kala itu, saat
sedang berbincang dengan anaknya, datanglah segerombolan orang untuk membatalkan hal
tersebut.
A : Wahai saudaraku jangan engkau lakukan itu, batalkan nazarmu dan meminta ampunlah
kepada tuhan berhala.
Abdul Mutholib : Lalu apa yang harus aku persembahkan sebagai gantu putraku Abdullah?
A : Kalau engkau dapat menebusnya dengan harta maka berikanlah itu kepada berhala agar
mereka tetap berkenan kepadamu, karna menurut kami itu merupakan keputusan yang terbaik
Setelah melakukan perundingan cukup lama diputuskan bahwa Abdul Mutholib harus
menyerahkan 100 ekor unta sebagai ganti dari persembahan Abdullah.
Abdullah adalah pemuda baik, sopan, dan berwajah tampan. Banyak gadis mekkah yang
tertarik kepadanya, apalagi ketika mereka mendengar bahwa nyawa Abdullah setara dengan
100 ekor unta.
(Egi & Bila Masuk)
Singkat cerita.
Abdullah menikahi seorang wanita yang yang memiliki nasab yang paling baik di kalangan
suku Quraisy. Pada saat musim semi Abdullah berangkat untuk berdagang ke kota Syam, saat
itu Ibunda Aminah sedang mengandung.
Abdullah : Wahai istriku, musim semi telah tiba, ini artinya aku harus melakukan perjalanan
dagang ke Syam
Aminah : Jika itu memang kewajiban mu, pergilah wahai suamiku, meskipun sesungguhnya
aku sangat berat untuk melepaskan kepergianmu
Abdullah : Simpan kekhawatiranmu wahai istriku, aku sekarang ini harus bekerja keras untuk
calon bayi yang ada di dalam kandunganmu ini
Abdullah berangkat bersama kafillah dagang yang lain, Aminah melepas kepergian suaminya
dengan doa, perjalanan dagang Abdullah berjalan lancar, dalam perjalanan pulang Abdullah
Singgah di Madinah untuk menemui sanak saudara dari ibunya, ketika beristirahat tiba-tiba
Abdullah merasakan kesakitan dan merasa tidak sanggup melanjutkan perjalanan.

Abdullah : wahai kawanku, sepertinya aku tidak sanggup untuk melakukan perjalanan ke
Mekkah, tolong sampaikan kabar tidak baik ini kepada ayahku
Kawan : Baik wahai Abdullah, aku akan menyampaikannya kepada Abdul Mutholib
sesampainya di Mekkah.
Ketika berita itu sampai ke telinga Abdul Mutholib, beliau segera menyuruh anak sulungnya
“Harits” untuk melihat kondisi Abdullah dan mengajaknya untuk pulang ke Mekkah. Namun
setibanya Harits di madinah Abdullah telah meninggal beberapa saat sebelum Harits datang.
Semua anggota keluarga Abdul Mutholib berduka mendengar kematian Abdullah, tentu saja
Aminah lebih berduka karena kehilangan suami yang sangat ia cintai,
kemudian ia bedoa “wahai bayi yang ada dalam perutku, semoga kelak engkau tumbuh
menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar, seperti mendiang ayahmu, walaupun kalian
belum sempat bertemu”.
Setelah beberapa bulan ibunda Aminah merasakan tanda-tanda akan melahirkan, dan pada
saat itu juga kota Mekkah di serang olah raja Abrahah dari Yaman karena merasa iri dengan
kemahsyuran kabah, raja Abrahah membawa pasyukan gajah untuk menghancurkan kabah.
Pemimpin kota Mekkah pada saat itu yaitu Abdul Mutholib, kakek nabi Muhammad SAW ,
Kemudian beliau berdoa untuk meminta pertolongan dan perlindungan dari raja Abrahah,
disaat itu juga datanglah pertolongan Allah SWT dengan dikirimkan pasukan burung Ababil
yang membawa batu panas dan di jatuhkan pada pasukan gajah raja Abrahah, sehingga
pasukan gajah raja Abrahah hancur lebur menjadi debu.
Tepatnya pada hari senin tanggal 12 Robiul Awal tahun 571 masehi atau disebut dengan
tahun gajah yang ada di dalam Al-Quran surat Al Fil, Aminah melahirkan bayi laki-laki yang
tampan dan bersinar terang, dengan suka cita Abdul Mutholib menggendong cucunya ke
kabah untuk thawaf dan di beri nama “Muhammad” semoga kelak bayi ini menjadi orang
yang teruji dimanapun ia berada.
Ibunda Aminah meamndang bayinya dengan perasaan bahagia, seperti doa-doa yang selalu ia
panjatkan kepada Allah SWT telah menakdirkan Muhammad menjadi orang yang
berpengaruh mengubah sejarah Dunia.
Seperti yang telah di sebutkan di dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 107

Anda mungkin juga menyukai