Anda di halaman 1dari 14

UMAR BIN KHATTAB

Nasab dan Ciri Fisiknya

Ia adalah Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Adi bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin
Qurth bin Razah bin Adi bin Kaab bin Luai, Abu Hafsh al-Adawi. Ia dijuluki al-Faruq.

Ibunya bernama Hantamah binti Hisyam bin al-Mughirah. Ibunya adalah saudari tua dari Abu
Jahal bin Hisyam.

Ia adalah seseorang yang berperawakan tinggi, kepala bagian depannya plontos, selalu bekerja
dengan kedua tangannya, matanya hitam, dan kulitnya kuning. Ada pula yang mengatakan
kulitnya putih hingga kemerah-merahan. Giginya putih bersih dan mengkilat. Selalu mewarnai
janggutnya dan merapikan rambutnya dengan inai (daun pacar) (Thabaqat Ibnu Saad, 3: 324).

Amirul mukminin Umar bin Khattab adalah seorang yang sangat rendah hati dan sederhana,
namun ketegasannya dalam permasalahan agama adalah ciri khas yang kental melekat padanya.
Ia suka menambal bajunya dengan kulit, dan terkadang membawa ember di pundaknya, akan
tetapi sama sekali tak menghilangkan ketinggian wibawanya. Kendaraannya adalah keledai tak
berpelana, hingga membuat heran pastur Jerusalem saat berjumpa dengannya. Umar jarang
tertawa dan bercanda, di cincinnya terdapat tulisan Cukuplah kematian menjadi peringatan
bagimu hai Umar.

Keistimewaan dan Keutamaannya

- Umar adalah Penduduk Surga Yang Berjalan di Muka Bumi

Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kami berada di sisi
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di surga. Kemudian aku melihat
seorang wanita sedang berwudhu di sebuah istana (surga), maka aku pun bertanya, Milik
siapakah istana ini? Wanita-wanita yang ada di sana menjawab, Milik Umar. Lalu aku teringat
dengan kecemburuan Umar, aku pun menjauh (tidak memasuki) istana itu. Umar radhiallahu
anhu menangis dan berkata, Mana mungkin aku akan cemburu kepadamu wahai Rasulullah.

Subhanallah! Kala Umar masih hidup di dunia bersama Rasulullah dan para sahabatnya, namun
istana untuknya telah disiapkan di tanah surga.

- Mulianya Islam dengan Perantara Umar

Dalam sebuah hadisnya Rasulullah pernah mengabarkan betapa luasnya pengaruh Islam di masa
Umar bin Khattab radhiallahu anhu. Beliau bersabda,

Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan
penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba dan dia
terlihat begitu lemah menarik timba tersebut, -semoga Allah Taala mengampuninya-. Setelah
itu datanglah Umar bin al-Khattab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah
melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga
setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk onta-onta
mereka.

Abdullah bin Masud mengatakan, Kami menjadi kuat setelah Umar memeluk Islam.

- Kesaksian Ali bin Abi Thalib Tentang Umar bin al-Khattab

Diriwayatkan dari Ibnu Mulaikah, dia pernah mendengar Abdullah bin Abbas berkata, Umar
radhiallahu anhu ditidurkan di atas kasurnya (menjelang wafatnya), dan orang-orang yang
berkumpul di sekitarnya mendoakan sebelum dipindahkan ketika itu aku hadir di tengah orang-
orang tersebut-. Aku terkejut tatkala seseorang memegang kedua pundakku dan ternyata ia
adalah Ali bin Abi Thalib. Kemudian Ali berkata (memuji dan mendoakan Umar seperti orang-
orang lainnya), Engkau tidak pernah meninggalkan seseorang yang dapat menyamai dirimu dan
apa yang telah engkau lakukan. Aku berharap bisa menjadi sepertimu tatkala menghadap Allah
Subhanahu wa Taala. Demi Allah, aku sangat yakin bahwa Allah akan mengumpulkanmu
bersama dua orang sahabatmu (Rasulullah dan Abu Bakar).

Aku sering mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Aku berangkat bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, dan
aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar.

- Umar adalah Seorang yang Mendapat Ilham

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum kalian terdapat sejumlah manusia yang
mendapat ilham. Apabila salah seorang umatku mendapakannya, maka Umarlah orangnya.

Zakaria bin Abi Zaidah menambahkan dari Saad dari Abi Salamah dari Abu Hurairah, dia
berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya orang-orang
sebelum kalian dari Bani Israil ada yang diberikan ilham walaupun mereka bukan nabi. Jika
salah seorang dari umatku mendapatkannya, maka Umarlah orangnya.

- Wibawa Umar

Dari Aisyah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya setan lari
ketakutan jika bertemu Umar.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Umatku yang paling penyayang adalah Abu
Bakar dan yang paling tegas dalam menegakkan agama Allah adalah Umar. (HR. Tirmidzi
dalam al-Manaqib, hadits no. 3791)
KISAH KHADIJAH BINTI KHUWAILID
Beliau adalah seorang sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Dia adalah putri dari Khuwailid
bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-Qurasyiyah al-Asadiyah. Dijuluki ath-
Thahirah yakni yang bersih dan suci. Sayyidah Quraisy ini dilahirkan di rumah yang mulia dan
terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fill (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung.
Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena
itulah banyak laki-laki dari kaumnya menaruh simpati kepadanya.

Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi yang membuahkan dua
orang anak yang bernama Halah dan Hindun.Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq
bin Aid bin Abdullah al-Makhzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka
cerai. Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau tetapi
beliau memprioritaskan perhatiannya dalam mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi
perniagaan yang mana beliau menjadi seorang yang kaya raya.

KHADIJAH BERTEMU MUHAMMAD

Suatu ketika, beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau
mendengar tentang Muhammad sebelum bitsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat
jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan
dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah.

Beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad melebihi dari apa yang dibawa oleh
selainnya. Muhammad al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah
dan Allah menjadikan perdagangannya tersebut menghasilkan laba yang banyak.

Pada suatu hari iaitu dikatakan sebelum Nabi Muhammad mengambil upah mengetuai
rombongan dagangan ke Syam itu, Siti Khadijah dikatakan telah didatangi satu mimpi yang agak
aneh dan ini menyebabkan beliau segera menemui sepupunya, pendita atau rahib agama Hanif,
Waraqah bin Naufal atau nama penuhnya Waraqah bin Nawfal bin Assad bin Abd al-Uzza bin
Qusayy Al-Qurashi.

"Malam tadi aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas
Kota Mekah, lalu turun ke arah bumi.

"Ternyata matahari itu turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu
membuatkanku terpegun.

"Lalu aku terbangun daripada tidurku itu" kata Siti Khadijah.

Mendengarkan itu, lalu Waraqah berkata; "Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahawa
seorang lelaki agung dan mulia akan datang untuk menjadi teman hidupmu.

"Dia memiliki kedudukan penting dan kemasyhuran yang semakin hari semakin meningkat,"
kata Waraqah.

Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad,
akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam dari
semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum
pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagamana kebanyakan laki-laki lain dan
perasaan-perasaan yang lain.

Gambar Hiasan

Akan tetapi dia merasa pesimis; mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat
umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi
para pemuka Quraisy yang melamarnya?
Maka disaat dia bingung dan gelisah karena problem yang menggelayuti pikirannya, tiba-tiba
muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk
dan berdialog hingga kecerdikan Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembuyikan oleh
Khodijah tentang problem yang dihadapi dalam kehidupannya. Nafisah membesarkan hati
Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang
wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas
cantik.Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang melamarnya.
Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad al-
Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukan kelihaian dan kecerdikannya:
Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?
Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah .
Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya raya,
cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya?
Muhammad : Siapa dia ?
Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid
Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju.

Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan
Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk
menikahi sayyidah Khadijah. Kemudian berangkatlah Abu Tholib, Hamzah dan yang lain
menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra
saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.
Setelah usai akad nikah, disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-
orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan diantara mereka
terdapat Halimah as-Sadiyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak susuannya.
Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah
perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang
sekarang menjadi suami tercinta.
Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad al-Amin dan jadilah dirinya
sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan
mengutamakan kepentingan suami dari pada kepentingan sendiri. Manakala Muhammad
mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad.
Demikian juga tatkala Muhammad ingin mengembil salah seorang dari putra pamannya, Abu
Tholib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Tholib radhiallhu anhu
agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam .
Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebehagaian dan nikmat yang
berlimpah, dan mengkaruniakan pada keduanya putra-putri yang bernama al-Qasim, Abdullah,
Zainab, Ruqqayah, Ummi Kalsum dan Fatimah.

Gua Hira'

KHADIJAH DAN ISLAM

Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan
yang pertama kali masuk Islam.
Beliau adalah seorang istri Nabi yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri
mendampingi Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang dicintainya untuk menolong, menguatkan
dan membantunya serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman
sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya.Tidaklah beliau mendapatkan
sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau
Shallallahu alaihi wasallam kecuali Allah melapangkannya melalui istrinya bila beliau kembali
ke rumahnya. Beliau (Khadijah) meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkannya
dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau Shallallahu alaihi wasallam. Dan
ayat-ayat Al-Quran juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah), Firman-Nya:
Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan
Rabb-Mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (belasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-Mu, bersabarlah!(Al-Muddatstsir:1-7).

Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah
dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan
bersenang-senang sudah habis. Khadijah radhiallhu anha turut mendakwahkan Islam
disamping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau. Diantara buah
yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah
meridhai mereka seluruhnya.
Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya,akan
tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan
Firman Allah Taala:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah
beriman , sedangkan mereka tidak diuji lagi? . (Al-Ankabut:1-2).

Allah memilih kedua putranya yang pertama Abdullah dan al-Qasim untuk menghadap Allah
tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat
dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam yang bernama Sumayyah
tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang
pencipta dengan penuh kemuliaan.
Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari
Utsman bin Affan radhiallhu anhu karena putrinya hijrah ke negeri Habsyah untuk
menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke
waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan. Akan tetapi tidak ada kata putus asa
bagi seorang Mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan Allah Taala :
Kamu sungguh-sungguh akan duji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberikan kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, ganguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian
itu termasuk urusan yang di utamakan . (Ali Imran:186).

Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya al-Amin
ash-Shiddiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala
musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan
kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesanangan dunia yang menipu yang hendak
ditawarkan dengan aqidahnya.
Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam
memantapkan kebenaran yang belum pernah dikenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari
prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda: Demi Allah wahai paman! seandainya
mereka mampu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku
meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga
Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenannya.

Begitulah Sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhan
diatas iman. Oleh karena itu, kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan
pemboikotan mereka terhadap kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi
dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel
pada dinding kabah; Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama
kaum Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halamannya untuk menempa kesabaran selama
tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya
pemboikotan yang penuh dengan kesusahan dan menghadapi kesewenang-wenangan para
penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman,
tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala
kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di usia 65 tahun.

Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian
menyusul seorang mujahidah yang sabar -semoga Allah meridhai beliau- tiga tahun sebelum
hijrah.
Di dalam melalui saat-saat sakarat ditemani suami tercinta, Rasulullah SAW. Dalam keadaan
kesakitan yang amat itu, dia mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan Jibril juga teruja.

Katanya, Wahai rasul utusan Allah, tiada lagi harta dan hal lainnya yang bersamaku
untuk aku sumbangkan demi dakwah. Andai selepas kematianku, tulang-tulangku mampu
ditukar dengan dinar dan dirham, maka gunakanlah tulang-tulangku demi kepentingan
dakwah yang panjang ini.

Rasulullah SAW berasa sayu mendengar semua itu. Jibril naik bertemu Allah. Jibril bertanyakan
Allah, adakah Allah mendengar kata-kata Saidatina Khadijah itu? Allah menjawab pertanyaan
Jibril bukan hanya kata-katanya sahaja yang Allah dengari malah bisikannya juga. Allah
meminta Jibril menyampaikan salam buat Saidatina Khadijah.

Jibril turun dan memberitahu Rasulullah SAW akan hal itu. Rasulullah SAW menyampaikan
salam tersebut kepada isteri tercinta. Ustaz turut menceritakan bahawa dalam sesetengah riwayat
tangan Saidatina Khadijah seakan bersilang saat menyambut salam itu dan Saidatina Khadijah
melafazkan bacaan yang begitu masyhur yang sering kita lafazkan selepas solat:
Allaahum ma antas salaam - waminkas salaam
Wa ilaika ya 'uudus salaam
Fahayyina rabbanaa bis salaam
Wa adkhilnal jan nataka daaras salaam
Tabaa rakta rabbanaa wa ta 'aalaita yaa dzal jalaali wal ikraam.

Ya Allah, Engkaulah kesejahteraan, dariMulah asal kesejahteraan dan kepadaMu


pula kembali kesejahteraan, maka hidupkanlah aku dengan kesejahteraan dan
masukkanlah aku kedalam surga kampung kesejahteraan. Maha Mulia Engkau
Ya Allah yang memiliki kemegahan dan kemuliaan.

Dan pergilah Saidatina Khadijah menghadap Allah SWT, kekasih yang dirindui. Terlalu hebat
wanita ini. Dialah insan pertama yang mengimani Rasulullah SAW. Tidak cukup dengan harta,
tulang-tulangnya juga ingin digunakan untuk membantu perjuangan Rasulullah.

Begitulah Nafsul Muthmainnah telah pergi menghadap Rabbnya setelah sampai pada waktu yang
telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam
berdakwah di jalan Allah dan berjihad dijalan-Nya.
Dalam hubungannya, beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu
meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya dan mencurahkan segala kemamapuan untuk
mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapat salam dari
Rabb-nya dan mendapat kabar gembira dengan rumah di surga yang terbuat dari emas,
tidak ada kesusahan didalamnya dan tidak ada pula keributan didalamnya.
Karena itu pula Rasulullah bersabda: Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-
baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid.

Ya Allah
ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah Ath-Thahirah.
Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa
yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia.
Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan
kaum muslimin.

Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Khadijah adalah teman yang tulus dalam
memperjuangkan Islam.

Di dalam kerinduan dan kesedihan Rasulullah saw di atas pemergian Abu Thalib dan isterinya
tercinta, Allah menggembirakan Rasulullah dengan membawanya naik ke langit di dalam
peristiwa Isra' dan Mikraj seterusnya memberikan ibadah teragung iaitu ibadah solat.

Wallahua'lam
Kisah Mengharukan Sayyidina Umar bin
Khattab ra.
Diposting Oleh Kiral Moerad Thursday, September 27, 2012 26 komentar

Assalamaualaikum Wr. Wb.


Pada kesempatan sebelumnya saya pernah menulis tentang 6 Wasiat Sayyidina Umar bin
Khattab ra. Jika belum membaca silahkan dibaca terlebih dahulu.

Pada kesempatan ini saya ingin berbagi sebuah kisah yang cukup mengharukan Umar bin
Khattab dengan salah satu putranya Abu Syahamah. Umar bin Khattab ra. adalah salah
seorang khalifah yang terkenal dengan ketegasannya dalam memimpin, Beliau tidak pernah
memandang bulu ketika hukum-hukum Allah haru dijalankan, termasuk keluarganya sendiri.
Sayyidina Umar mempunyai beberapa orang anak laki-laki, di antaranya ialah Abdul Rahman
bin Umar. Ia juga terkenal dengan panggilan Abu Syahamah.
Untuk mengetahui biografi lengkap dari sayyidina Umar silahkan lihat biografi lengkapnya di
wikipedia http://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Khattab

Suatu hari Abu Syahamah diuji oleh Allah dengan satu penyakit yang dideritainya selama kira-
kira setahun. Berkat kesabaran dan usahanya akhirnya penyakit tersebut dapat disembuhkan.
Sebagai rasa syukur dan tanda gembira terlepas dari ujian Allah ini, Abu Syahamah yang sudah
lama tidak keluar rumah itu, menghadiri majlis jamuan besar-besaran di sebuah rumah
perkampungan Yahudi atas jemputan kawan-kawannya yang juga terdiri daripada kaum Yahudi.
Abu Syahamah dan kawan-kawannya berpesta sehingga lupa kepada larangan Allah dengan
meminum arak sehingga mabuk.
Dalam keadaan mabuk itu, Abu Syahamah pulang melintasi pagar kaum Bani Najjar. Dia
melihat seorang perempuan Bani Najjar sedang berbaring, lalu mendekatinya dengan maksud
untuk memperkosanya. Ketika perempuan itu mengetahui maksud buruk dari Abu Syahamah
tersebut, dia berusaha untuk melarikan diri sehingga berhasil mencakar muka dan merobek baju
Abu Syahamah. Malangnya dia tetap saja tidak berdaya menahan Abu Syahamah yang sudah
dikuasai oleh syaitan. Akhirnya terjadilah pemerkosaan tersebut.

Akibat pemerkosaan tersebut perempuan itu hamil. Setelah sampai masanya anak yang
dikandung oleh perempuan itu pun lahir, lalu anak tersebut dibawa ke Masjid Rasulullah
Sallallahu 'Alaihi Wasallam untuk mengadap Amirul Mukminin untuk mengadukan hal kejadian
yang menimpa dirinya. Kebetulan yang menjabat sebagai khalifah pada waktu itu ialah
Sayyidina Umar ibnu Khattab.

"Wahai Amirul Mukminin, ambillah anak ini kerana engkaulah yang lebih bertanggungjawab
untuk memeliharanya daripada aku."

Mendengar kenyataan tersebut, Sayyidina Umar bin Khattab ra. merasa terkejut dan heran.
Perempuan itu berkata lagi: "Anak kecil ini adalah keturunan darah daging anak tuan yang
bernama Abu Syahamah." Sayyidina Umar bertanya: "Dengan jalan halal atau haram?"

Perempuan itu dengan berani menjawab: "Ya Amirul Mukminin, Demi Allah yang nyawaku di
tanganNya, dari pihak aku anak ini adalah halal dan dari pihak Abu Syahamah, anak ini haram."
Sayyidina Umar semakin kebingungan dan tidak mengerti maksud perempuan Bani Najjar ini
lalu menyuruh perempuan ini berterus terang.

Perempuan itu pun menceritakan kepada Sayyidina Umar peristiwa yang menimpa dirinya
sehingga melahirkan anak itu. Sayyidina Umar mendengar pengakuan perempuan itu sehingga
meneteskan air mata. Kemudian Sayyidina Umar menegaskan: "Wahai perempuan jariyah
(jariyah adalah panggilan budak perempuan bagi orang Arab), ceritakanlah perkara yang
sebenarnya supaya aku dapat menghukum perkara kamu ini dengan sebenar-benarnya dan seadil-
adilnya."

Perempuan itu menjawab: "Ya Amirul Mukminin, penjelasan apa yang tuan kehendaki
daripadaku? Demi Allah!, Sesungguhnya aku tidak berdusta dan aku sanggup bersumpah di
hadapan mushaf al-Qur'an."

Lalu Sayyidina Umar mengambil mushaf al-Qur'an dan perempuan itu pun bersumpah dari surah
al-Baqarah hingga surah Yassiin. Kemudian bertegas lagi: "Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya
anak ini adalah dari darah daging anakmu Abu Syahamah." Kemudian Sayyidina Umar berkata:
"Wahai jariyah! Demi Allah engkau telah berkata benar." Kemudian beliau berpaling kepada
para sahabat, katanya "Wahai sekalian sahabat Rasulullah, aku berharap kamu semua tetap di
sini sehingga aku kembali."

Tak lama kemudian Sayyidina Umar datang lagi sambil membawa uang dan kain untuk
diberikan kepada perempuan malang itu: "Wahai jariyah, ambillah uang sebanyak tiga puluh
dinar dan sepuluh helai kain ini dan halalkanlah perbuatan anakku terhadapmu di dunia ini dan
jika masih ada yang kurang, maka ambillah sewaktu berhadapan dengan Allah nanti."
Perempuan itu pun mengambil uang dan kain yang diberikan oleh Sayyidina Umar lalu pulang
ke rumah bersama-sama dengan anaknya.

Setelah perempuan itu pulang Sayyidina Umar bin Khattab ra. berkata kepada sahabat-
sahabatnya: "Wahai sekalian sahabat Rasulullah, tetaplah kamu di sini sehingga aku kembali."

Sayyidina Umar terus pergi menemui anaknya Abu Syahamah yang ketika itu sedang
menghadapi hidangan makanan. Setelah mengucap salam dia pun berkata: "Wahai anakku,
kesinilah dan marilah kita makan sama-sama. Tidakku sangka inilah hari terakhirmu untuk
kehidupan dunia."

Mendengar perkataan ayahnya itu, Abu Syahamah terkejut seraya berkata, "Wahai ayahku,
siapakah yang memberitahu bahawa inilah hari terakhir bekalanku untuk kehidupan dunia?
Bukankah wahyu itu telah putus setelah wafatnya Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam."

Kata Sayyidina Umar: "Wahai anakku, berkata benarlah sesungguhnya Allah Maha Melihat dan
Dia tidak dapat dilihat dengan pandangan mata dan Dialah Maha Luas Penglihatannya."
Sambung Sayyidina Umar lagi: "Masih ingatkah engkau, hari dimana engkau pergi ke satu
majlis di perkampungan Yahudi dan mereka telah memberikan kamu minum arak sehingga kamu
mabuk? Kemudian dalam keadaan mabuk kamu pulang melintasi perkampungan Bani Najjar di
mana engkau bertemu dengan seorang perempuan lalu memperkosanya? Berkata benarlah
anakku, kalau tidak engkau akan binasa."

Abu Syahamah mendengar kenyataan ayahnya itu dengan perasaan malu sambil diam membisu.
Dengan perlahan beliau membuat pengakuan: "Memang benar aku lakukan hal itu, tapi aku telah
menyesal di atas perbuatanku itu."

Sayyidina Umar menegaskan: "Tiada guna bagimu menyesal setelah berbuat suatu kerugian.
Sesungguhnya engkau adalah anak Amirul Mukminin tiada seorang pun yang berkuasa
mengambil tindakan ke atas dirimu, tetapi engkau telah memalukan aku di hadapan sahabat
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam."

Kemudian Sayyidina Umar memegang tangan Abu Syahamah lalu membawa ke tempat para
sahabat yang sudah sekian lama menunggu.

"Mengapa ayahanda melakukan ini?" Tanya Abu Syahamah.

"Kerana aku mau tunaikan hak Allah semasa di dunia supaya aku dapat lepas daripada dituntut di
akhirat kelak," jawab Sayyidina Umar bin Khattab ra. dengan tegas.

Abu Syahamah dengan cemas merayu: "Wahai ayahandaku, aku mohon dengan nama Allah,
tunaikanlah hak Allah itu di tempat ini, jangan malukan aku di hadapan sahabat Rasulullah
Sallallahu 'Alaihi Wasallam."

Jawab Sayyidina Umar: "Engkau telah membuat malu dirimu sendiri dan engkau telah
menjatuhkan nama baik ayahmu."

Ketika sampai di hadapan para sahabat mereka pun bertanya: "Siapakah di belakangmu wahai
Amirul Mukminin?" Jawab Sayyidina Umar: "Wahai sahabatku, sesungguhnya di belakang aku
ini adalah anakku sendiri dan dia telah mengaku segala perbuatannya, benarlah perempuan yang
menyampaikan khabar tadi."

Kemudian Sayyidina Umar memerintah budaknya (hambanya): "Wahai Muflih, pukullah anakku
Abu Syahamah, pukulah dia dengan rotan dia sehingga dia merasa sakit, jangan kasihani dia,
setelah itu kamu aku merdekakan kerana Allah."

Muflih agak keberatan untuk melakukannya kerana khuatir tindakannya itu akan memberi
mudharat kepada Abu Syahamah, tetapi terpaksa mengalah apabila diperintah oleh Sayyidina
Umar. Tatkala dia memukul Abu Syahamah sebanyak sepuluh kali, kedengaranlah Abu
Syahamah dalam kesakitan: "Wahai ayahandaku, rasanya seperti api yang menyala pada
jasadku."

Jawab Sayyidina Umar: "Wahai anakku, jasad ayahmu ini terasa lebih panas dari jasadmu."

Kemudian Sayyidina Umar memerintah Muflih memukul sebanyak sepuluh rotan lagi. Berkata
Abu Syahamah: "Wahai ayahandaku, tinggalkanlah aku supaya aku dapat mengambil sedikit
kesenangan."

Jawab sayyidina Umar: "Seandainya ahli neraka dapat menuntut kesenangan, maka aku pasti
akan berikan kepadamu kesenangan."

Setelah itu Sayyidina Umar menyuruh Muflih memukul Abu Syahamah sebanyak sepuluh rotan
lagi. Abu Syahamah merayu: "Wahai ayahandaku aku mohon kepadamu dengan nama Allah,
tinggalkanlah aku supaya aku dapat bertaubat."

Jawab Sayyidina Umar dengan pilu: "Wahai anakandaku, apabila selesai aku menjalankan hak
Allah, jika engkau hendak bertaubat pun maka bertaubatlah dan jika engkau hendak melakukan
dosa itu lagi pun maka lakukanlah dan engkau akan dipukul seperti ini lagi."

Selanjutnya Sayyidina Umar menyuruh Muflih memukul Abu Syahamah sebanyak sepuluh kali
lagi.

Abu Syahamah terus merayu: "Wahai ayahandaku, dengan nama Allah aku mohon kepadamu
berilah aku minum seteguk air."

Sayyidina Umar menjawab dengan tegas: "Wahai anakandaku, seandainya ahli neraka dapat
meminta air untuk diminum, maka aku akan berikan padamu air minum."

Perintah Sayyidina Umar diteruskan dengan meminta Muflih memukul lagi sebanyak sepuluh
rotan. Abu Syahamah mohon dia dikasihani: "Wahai ayahandaku, dengan nama Allah aku
mohon kepadamu kasihanilah aku." Sayyid
ina Umar dengan sayu menjawab: "Wahai anakandaku, kalau aku kasihankan kamu di dunia,
maka engkau tidak akan dikasihani di akhirat."

Sayyidina Umar selanjutnya memerintahkan Muflih memukul lagi sebanyak sepuluh kali
sabetan. Abu Syahamah dengan nada yang lemah berkata: "Wahai ayahandaku, tak kasihankah
ayahanda melihat keadaan aku begini sebelum aku mati?"

Sayyidina Umar menjawab: "Wahai anakandaku, aku akan heran kepadamu sekiranya engkau
masih hidup dan jika engkau mati kita akan berjumpa di akhirat nanti." Sayyidina Umar terus
memerintahkan Muflih memukul lagi sebanyak sepuluh rotan. Dalam keadan semakin lemah
Abu Syahamah berkata; "Wahai ayahandaku, rasanya seperti sudah sampai ajalku....."

Sayyidina Umar dengan perasaan sedih berkata: "Wahai anakandaku, jika engkau bertemu
Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam, sampaikan salamku kepadanya, katakan bahawa
ayahandamu memukul dirimu sehingga kau mati."

Di saat yang semakin hiba ini Sayyidina Umar terus menyuruh Abu Muflih memukul lagi
sebanyak sepuluh kali rotan. Setelah itu Abu Syahamah dengan kudrat yang semakin lemah
berusaha memohon simpati kepada para hadirin: "Wahai sekalian sahabat Rasulullah, mengapa
kamu tidak meminta pada ayahandaku supaya memaafkan aku saja?"

Kemudian salah seorang sahabat pun menghampiri Sayyidina Umar dan berkata: "Wahai Amirul
Mukminin, hentikanlah pukulan atas anakmu itu dan kasihanilah dia." Sayyidina Umar dengan
tegas berkata: "Wahai sekalian sahabat Rasulullah, apakah kamu tidak membaca ayat Allah
dalam surah an-Nuur ayat 2 yang tafsirnya: "Jangan kamu dipengaruhi kasihan belas pada
keduanya dalam menjalankan hukum Allah." Mendengar penjelasan Sayyidina Umar itu, sahabat
Rasulullah pun diam tidak membantah, sementara itu Sayyidina Umar terus memerintah Muflih
memukul sepuluh sebatan lagi. Akhirnya Abu Syahamah mengangkat kepala dan mengucapkan
salam dengan suara yang sangat kuat sebagai salam perpisahan yang tidak akan berjumpa lagi
sehingga hari kiamat.

Kemudian berkata Sayyidina Umar: "Wahai Muflih, pukullah lagi sebagai menunaikan hak
Allah." Muflih pun meneruskan pukulan untuk ke seratus kalinya.

"Wahai Muflih, cukuplah pukulanmu itu," perintah Sayyidina Umar apabila melihat anaknya
tidak bergerak lagi. Setelah itu Sayyidina Umar mengisytiharkan: "Wahai sekalian umat Islam,
bahawasanya anakku Abu Syahamah telah pergi menemui Allah." Mendengar pengumuman itu
ramailah umat Islam datang ke masjid sehingga masjid menjadi sesak. Ada di antara mereka
sedih dan terharu, malah ramai yang menangis melihat peristiwa tersebut.

Menurut sumber lain, daripada Kitab Sirah Umar bin al-Khattab al-Khalifatul Rasyid umumnya
masyarakat berpendapat kematian Abu Syahamah adalah disebabkan oleh pukulan rotan ayahnya
sendiri Sayyidina Umar Radhiallah 'Anhu. Setelah selesai jenazah Abu Syahamah dikebumikan,
pada malamnya Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhuma bermimpi bertemu dengan Rasulullah
Sallalllahu 'Alaihi Wasallam yang wajah baginda seperti bulan purnama, berpakaian putih dan
Abu Syahamah duduk di hadapan baginda dengan berpakaian hijau. Setelah itu Rasululah
Sallallahu 'Alaihi Wasallam berkata: "Wahai anak bapa saudaraku, sampaikan salamku pada
Umar dan beritahu kerpadanya bahawa Allah telah membalas setiap kebajikannya kerana tidak
menyepelekan hak Allah dan suatu kebahagiaan baginya sebab Allah telah menyediakan baginya
beberapa mahligai dan beberapa bilik di dalam Jannatun Na'im. Bahawa sesungguhnya Abu
Syahamah telah sampai pada tingkatan orang-orang yang benar di sisi Allah Yang Maha Kuasa.

Sumber: http://www.ruangfana.com/2012/09/kisah-mengharukan-sayyidana-umar-
bin.html#ixzz3WbCzTHlJ
Follow us: pojokmotivasi on Facebook

Anda mungkin juga menyukai