Anda di halaman 1dari 11

Kepercayaan tradisional Indonesia 1.

Kalimantan selatan Dunia diciptakan dengan membentangkan bumi di atas kepala ular raksasa yang berenang di samudera purba. Seorang tuhan turun ke situ dan menemukan tujuh telur. Dari tujuh telur ini, 2 diantaranya berisi laki-laki dan perempuan, tapi tidak hidup.. Sang Tuhan kembali ke langit, meminta tuhan pencipta napas menghidupkan mereka. Jadilah mereka leluhur umat manusia. Dua pohon di bumi yang baru diciptakan kawin dan menghasilkan sebuah telur, yang menetas menjadi perawan bayangan. Tuhan turun ke bumi dan melihat perawan tanpa jiwa ini dan memberinya nyawa lalu pergi. Tuhan lain datang, mengumpulkan tanah untuk mempercantik tubuhnya, hujan untuk darahnya dan angin untuk napasnya, maka sempurnalah ia. Saat tuhan pertama kembali, ia melihat yang telah terjadi, ia marah dan merusak kapal yang ia bawa, sehingga air kehidupan di dalamnya tumpah kesegala arah, mengairi semua tanaman sehingga pohon-pohon yang tumbang tegak kembali. Sayangnya sang manusia tidak mendapat percikan air itu dan tidak menjadi abadi. Manusia itu adalah manusia pertama di bumi. Ular, harimau dan hewan liar lain tercipta dari tubuh Angoi. Tuhan yang memberi nafas pada manusia. Saat tuhan lain, yangingin menjadikan manusia abadi marah dan menyerang Angoi dan membunuhnya, memotong-motong tubuhnya dan menyebarkannya, jadilah potongan-potongan ini hewan-hewan buas. Pada versi lain, Pada awalnya sama dengan di atas, hanya kali ini ada dua telur saja. Satu menetas sebagai laki-laki dan satunya lagi perempuan. Keduanya ML dan sang perempuan melahirkan 7 anak perempuan dan 7 anak laki-laki, yang tidak hidup. Atas perintah tuhan, sang suami mencari benih kehidupan. Saat pergi ia melarang istrinya menjemur kelambu, tapi sang istri membandel. Saat itulah bertiup angin ke arah anak-anak mereka dan mereka mendadak hidup Satu versi mengatakan kalau pada awalnya hanya ada langit dan laut,dimana ular raksasa berenang dengan mahkota emas dikepalanya yang memiliki batu bersinar. Dari dunia langit, tuhan melemparkan tanah ke kepala ular, menjadi pulau di tengah samudera; dan pulau ini menjadi dunia. Versi lain mengatakan mereka mengirim utusan untuk melaporkan kondisi dan adalah utusan ini yang menyebarkan tanah di kepala ular.Versi lain dari daerah yang sama merupakan transisi dari mitos penciptaan dari sumatera. Menurut kisah ini, di dunia para tuhan, ada dua pohon, satu yang berbuah berbentuk bola. Dengan gerakan seekor burung, yang duduk di pohon ini, buah itu jatuh ke sungai roh, dimana tinggal ular raksasa; namun saat ular raksasa itu ingin menelan buah itu, buah itu lepas dan sampai ke pantai, berubah menjadi wanita. Ia menikahi seorang laki-laki yang muncul dari tunggul pohon yang hanyut di laut. Ia melahirkan pertama, enam sungai darah dari mana semua roh jahat datang; dan akhirnya dua anak laki-laki, salah satunya membawa benih semua tanaman dan hewan, turun dari dunia atas, dimana semua peristiwa ini terjadi, ke bumi (yang asalnya tidak disebutkan) Referensi: 1. SCHWANER, C. A. L. M., Borneo. Beschrijving van het stroomgebied van den Barito en reizen langs eenige voorname rivieren van het zuid-oost gedeelte van het eiland. 1837-47. 2 vols. Amsterdam, 1853. 2. Ular dengan batu mulia di kepalanya sering muncul dalam kisah-kisah nusantara: Sulawesi tengah lihat ADRIANI, N., dan KRUIJT,A. C., "Van Poso naar Mori," in MNZG xliv. 135-214 (1900). p. 158; Kepulauan Sangir, Adriani, 1894, "Sangireesche teksten met vertaling en aanteekeningen," dalam Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde v n N l n In xliv. 1-168, 386449, 461-524. p. 33. Ia juga

2. Batak Toba Mula Dyadi, tuhan tertinggi, berada di tempat tertinggi di tujuh langit dan memiliki pelayan dua ekor burung. Setelah menciptakan tiga manusia laki-laki, ia menciptakan sebuah pohon di salah satu langit yang rendah, cabangnya mencapai langit; selanjutnya tiga wanita yang dijadikan sebagai istri untuk ketiga anaknya. (versi lain mengatakan ketiga anak lakilaki itu lahir dari tiga telur kupu-kupu raksasa dan mereka mendapat tiga istri yangdikirim Mula Dyadi dari langit). Anak perempuan salah satu anak ini menolak menikahi sepupunya karena ia berwajah seperti kadal dan kulit seperti bunglon, dan mengabdikan waktunya menenun. Satu hari ia menjatuhkan jarumnya, yang jatuh dari dunia langit. Dengan benang yang terhubung ke jarum, ia turun ke permukaan laut yang membentang tanpa batas di bawah. Di samudera purba ini berenang seekor ular raksasa yang kepalanya ditaburkan segenggam tanah yang ia bawa atas permintaannya pada Mula Dyadi lewat pelayan burungnya, dan dengan demikian ia menciptakan dunia. Sang ular, tidak menyukai beban di kepalanya, dan berbalik, menyebabkan dunia yang baru diciptakan ini musnah menyatu dengan lautan. Maka Mula Dyadi menciptakan delapan matahari, yang panasnya akan mendidihkan lautan, dan saat ini sedang berjalan, sang wanita menusukkan pedangnya ke tubuh sang ular, yang tersingkap oleh laut yang menyurut dan mengikatkan dirinya kuat-kuat di sebuah kepulauan agar ia tidak lagi menghancurkan dunia. Dengan lebih banyak tanah, ia membuat lagi bumi; namun setelah ia bertanya bagaimana nasib remaja yang dijodohkan padanya. Mula Dyadi memutuskan kalau ia harus menikahinya, dan menggulungnya bersama sebuah senapan panah dalam karpet dan melemparkannya ke bumi. Ia selamat dan merasa lapar, ia menembak seekor merpati yang lepas tanpa terluka, namun menangkap panah itu dengan sigap dan terbang ke desa dimana sang wanita tinggal. Mengikutinya, sang remaja menemukan gadis yang dulu menolaknya, mendekatinya dan menikahinya, dan jadilah mereka leluhur umat manusia. Referensi : 1 WARNECK, J , R l g on B t k L pz g, 1909 KDDING, W , "D n

batakschen Gtt un V ltn zum B m n mu ," n Allg m Missions zeitschrift, xii. 402-09, 475-80 (1885). 2.. PLEYTE, C. M.,1894, Bataksche vertellingen. Utrecht , 1895, "An unpublished Batak Creation Legend," in JAI xxvi. 103-13.

3. Rotti Langit, pada asalnya sangat rendah, lalu dinaikkan saat enam dari tujuh matahari asali terbunuh. Kisah yang sama juga ditemukan pada Dayak Dusun, Nias dan Loeang-Sermata. Referensi: 1. EVANS, I. H. N., "Folk Stories of the Tempassuk and Tuaran Districts, British North Borneo," in JAI xliii. 422-80 (1913). 2. HUPE, P., "Korte verhandelingen over de zeden enz. der Dayaks," in TNI viii, part 3, pp. 127-72, 245-80 (1846). 3 SUNDERMANN, H , 1912, "D j kk F b ln un E z lung n," n BTLV lxvi. 169-215. 4. CHATELIN, L. N. H. A., "Godsdienst en bijgeloof der Niassers," in TTLV xxvi. 109-68 (1881). 5. RIEDEL, J. G. F., 1886, De sluik- en kroesharige rassen tusschen Selebes en Papua. 's-Gravenhage, 1886.

4. Halmahera Seorang pesuruh Tuhan membuat dua bentuk dari tanah, satu laki-laki dan satu perempuan. Saat mereka sudah dibuat, Tuhan turun dan memberi napas kehidupan. Saat tuhan itu pergi, tuhan lain datang dan menghancurkan dua bentuk itu. Sang pesuruh membuat lagi dua bentuk dan lagi-lagi di hancurkan. Ia kesal dan mengambil tahi Tuhan itu dan membentuk dua ekor anjing. Anjing-anjing itu ditugaskan menjaga dua bentuk manusia yang ia buat lagi. Kali ini ia berhasil dan akhirnya jadilah dua bentuk itu leluhur manusia setelah ditiup dengan napas kehidupan. Referensi: 1. KRUIJT, A. C., 1906, Het Animisme in den Indischen Archipel.'s-Gravenhage, 1906. 2. VAN BAARDA, M. J., "Het Loda'sch in vergelijking met het Galela'sch dialect op Halmaheira. Gevolgd door Loda'sche teksten en verhalen," in BTLV lvi. 317-496 (1904). 5. Toraja Manusia diciptakan dari batu Referensi KRUIJT, A. C., 1906, Het Animisme in den Indischen Archipel.'s-Gravenhage, 1906. 6. Minahasa Manusia diciptakan dari tanah, satu laki-laki dan satu perempuan, yang dihidupkan dengan meniupkan jahe bubuk ke kepala dan telinganya. Versi lain dari minahasa Sebuah batang kayu hanyut dan terdampar di pantai. Terbelah oleh Tuhan dan seorang tuhan keluar darinya. Ia adalah Tuhan sekaligus leluhur umat manusia. Masih versi lain dari minahasa Diawalnya angin bertiup di laut dan membuat gelombang besar, menghantam pantai, busanya berujud telur, matahari menyinarinya dan menetas menjadi anak laki-laki, yang tumbuh ajaib. Suatu hari, ia berjalan menyusuri pantai, ia melihat seorang gadis yang duduk di atas batu tempat ia dilahirkan. Ia memperistri sang gadis dan jadilah mereka nenek moyang manusia. Referensi: HICKSON, S. J., A Naturalist in the North Celebes: Narrative of Travels in Minahassa, the Sangir and Talaut Islands, with Notices of the Fauna, Flora and Ethnology of the Districts Visited. London, 1889. 7. Bugis dan Makassar Anak tuhan langit menurunkan pelangi sehingga ia dapat mengatur dan menyiapkan dunia bagi umat manusia. Setelah selesai, ia memperistri 6 tuhan wanita 3 turun dengannya dari dunia atas dan 3 berasal dari bumi atau dari dunia bawah, dan jadilah ia nenek moyang manusia Referensi: 1. WILKEN, G. A., 1884, "Het Animisme bij de volken van den Indischen Archipel," in De Indische Gids, vi, part I, pp. 13-58,925-1000; part 2, pp. 19-100, 19I-242. 2. KRUIJT, A. C., 1906, Het Animisme in den Indischen Archipel.'s-Gravenhage, 1906.

8. Kei Ada tiga saudara laki-laki dan dua saudara perempuan di dunia langit. Saat memancing, Parpara, si bungsu, menghilangkan mata pancing yang ia pinjam dari Hian, si sulung, yang marah karena kehilangan mata pancing. Hian menuntut agar mata pancing itu ditemukan dan dikembalikan. Setelah pencarian tanpa hasil, Parpara bertemu ikan yang bertanya apa masalahnya. Ikan itu mempelajari faktanya kemudian ikut menolong hingga akhirnya mereka menemukan ikan lain yang kesakitan karena sesuatu menyangkut ditenggorokannya. Benda itu adalah mata pancing yang hilang. Kemudian mata pancing itu dibawa si ikan ke parpara dan parpara mengembalikannya ke hian. Parpara ingin membalas hian, maka ia secara rahasia menyimpan wadah bamboo penuh air kelapa di bawah ranjang Hian sedemikian hingga saat ia bangun, air itu akan tumpah. Parpara menuntut agar air itu dikumpulkan. Hian dengan susah payah berusaha mengumpulkannya, dan menggali ke dalam tanah yang akhirnya tiba di dasar dunia langit. Para bersaudara heran dan turun. Waktu saudari perempuan terakhir turun, salah seorang saudara laki-laki mengintip,sang saudari malu dan menarik tali sehingga 3 saudara laki-laki dan satu saudari perempuan tertinggal di bumi. Mereka jadi nenek moyang manusia. Referensi: 1. RIEDEL, J. G. F., 1886, De sluik- en kroesharige rassen tusschen Selebes en Papua. 's-Gravenhage, 1886. 2. PLEYTE, C. M., 1893, "Ethnographische beschrijving der Kei eilanden," in Tijd. Nederl. Aardrikskundig Genootschaap, 2nd series,x. 56186, 797-840. 3. Bagian pertama mitos, yaitu insiden hilangnya mata pancing dan penemuannya tersebar luas di Indonesia, selain kepulauan Kei, juga di Halmahera, Sumba, Sulawesi dan Sumatera. Diduga mitos ini berasal dari Jepang (CHAMBERLAIN, B. H., "Kojiki or Records of Ancient Matters," in Trans. Asiat. Soc. Japan, suppl. Vol. x. (1882).pp. 119 ff.) dan pantai barat laut Amerika ( F. Boas, Indianische Sagen von der Nord-Pacifischen Kste Amerikas, Berlin, 1895, pp. 94, 99, 149, 190,238, 254, 289, and cf.. S. T. Rand, Legends of the Micmacs, New York,1894, p. 87).

9. Tontemboan, Minahasa Menurut bentuk mitos ini, pada awalnya hanya ada lautan dan batu besar yang disapu oleh gelombang, dan setelah, melahirkan bangau, berkeringat, dari keringatnya menghasilkan tuhan wanita yang disebut Lumimu-ut (LoeangSermata). Dinasehati oleh bangau itu akan keberadaan "negeri asali", dia mengambil kemudian dua genggam tanah yang ia sebarkan di atas batu, dan maka ia menciptakan dunia, dimana ia menanam benih semua tanaman dan pohon, agar mirip dengan "negeri asali". Setelah menciptakan bumi, lumimu-ut naik ke gunung, lalu angina barat bertiup dan membuatnya hamil. Seiring waktu ia melahirkan seorang anak laki-laki, dan saat ia telah tumbuh menjadi dewasa ibunya menyuruhnya mencari istri, namun sejauh ia mencari, ia tidak menemukan satupun. Maka Lumimu-ut memberinya tongkat yang panjangnya sama dengan tinggi badannya, memintanya mencari wanita yang harus lebih pendek dari tinggi tongkat ini, dan bila ia menemukan wanita demikian, maka ia ditakdirkan untuk menikahinya. Ibu dan anak ini kemudian berpisah satu pergi ke kanan dan satu ke kiri, dan mereka keliling dunia hingga akhirnya bertemu kembali, tanpa saling kenal, dan saat sang anak mencocokkan tinggi badan ibunya dengan tongkat, tinggi badan ibunya telah lebih pendek dari tongkat, karena tanpa sepengetahuannya,tongkat itu bertambah panjang. Karena itu, maka ia pun menikahi sang ibu, dan mereka melahirkan banyak anak yang kemudian menjadi tuhan.

Referensi: 1. SCHWARZ, J. A. F., and ADRIANI, N., Tontemboansche teksten. 3 vols. Leyden, 1907, 2. GRAAFLAND, N., De Minahassa; haar verleden en haar tegenwoordige toestand. Eene bijdrage lot de land- en volkenkunde. 2 vols. Rotterdam, 1867-69, 3. KRUIJT, A. C 1906, Het Animisme in den Indischen Archipel. 's-Gravenhage, 1906, 4. JUYNBOLL, H.. H., "Pakewasche teksten," in BTLV xlv. 315-28 (1895). 5. RIEDEL, J. G. F., 1886, De sluik- en kroesharige rassen tusschen Selebes en Papua. 's-Gravenhage, 1886. > >> 6. DAVIDSON, J. W., The Island of Formosa; Past and Present. London, > > 1903. > >> Nias > >> Manusia diciptakan dari buah atau biji pohon yang tumbuh dari > > jantung mahluk hidup pertama, lalu bermacam tuhan keluar dari buah > > lain dari bagian pohon atas. Saat dua buah terbawah masih sangat > > kecil, Latoere berkta pada Barasi-Loeloe dan Balioe, buah-buah paling > > bawah ini milikku. Tapi Balioe berkata "Kalau kau bisa membuat manusia > > dari buah-buah ini, mereka milikmu, jika tidak , tidak bisa,". Latoere > > tidak berhasil, Lowalangi mengirim alat ke Barasi- Loeloe dan dengan > > alat inipun, ia tidak bisa membuat manusia selain jasadnya. Tapi ia > > bisa membuat jasad laki-laki dan jasad perempuan. lowalangi lalu > > memberi Balioe angin, dan mengatakan, "latakkan semua angin itu ke > > mulut manusia. Bila ia terserap semua, ia akan abadi, bila sebagian > > saja, maka umurnya tergantung pada jumlah angin yang masuk." Balioe > > melakukan perintah Lowalangi dan memberi kedua manusia ini nama.. > > Jadilah mereka manusia pertama di bumi. > >> Versi lain dari Nias mengatakan kalau pada awalnya ada kegelapan > > pekat dan kabut. Kabut ini berkondensasi dan menjadi mahluk hidup > > tanpa suara dan gerakan, tanpa tangan, kaki dan kepala. Mahluk ini > > menciptakan mahluk lainnya yang kemudian mati. Dari jantung mahluk ini > > kemudian keluar sebuah pohon yang menumbuhkan tiga set biji > > masing-masing berisi tiga bij. Dari dua set pertama, keluar 6 mahluk. > > Dari set terakhir, 2 biji mengeluarkan laki-laki dan perempuan. > > Leluhur umat manusia. > >> Matahari dan bulan dibentuk dari kedua mata mahluk tanpa tangan dan > > kaki, dimana dari jantungnya tumbuh pohon dari benih dimana manusia > > dan tuhan berasal. > >> Referensi: > >> 1. CHATELIN, L. N. H. A., "Godsdienst en bijgeloof der Niassers," in > > Tijdschrift voor indische Taal-, Land- en Volkenkunde (TTLV) xxvi. > > 109-68 (1881). > >> 2. SUNDERMANN, H., 1884, "Die Insel Nias und die Mission daselbst," > > in Allgemeine Missionsschrift, xi. 345-54, 408-31, 442-60. (Reprinted, > > Barmen, 1905.) > >> 3. MODIGLIANI, E., Un viaggio a Nias. Milan, 1890. > >> Batak Karo > >> Batara Guru, tuhan langit dan istrinya, anak dari tuhan bawah tanah, > > bersedih karena tidak punya anak, mereka mengembara dengan hidup > > miskin di tepi laut. Disini mereka membuat sebuah taman kecil, yang > > dihancurkan oleh ular besar yang keluar dari laut. Saat batara guru > > mengusirnya, sang monster menuntut makanan. Tangannya hampir putus > > dimakan kalau saja Batara guru tidak melukai mulut ular itu dengan > > pedangnya. Saat tangannyadicabut dari mulut ular, dijari tangannya > > terdapat cincin ajaib. Dengan cincin itu, batara guru menjadi mampu > > membuat anak. Ia membuat 3 anak laki-laki dan 3 anak perempuan bersama

> > > > > > > > > > > > > >

> istrinya. Satu dari anak laki-lakinya menciptakan dunia yang > diletakkan di antara dunia langit dan dunia bawah. Dengan terciptanya > dunia manusia ini, dunia bawah menjadi gelap. Akibatnya, saudara > laki-lakinya yang tinggal di dunia bawah marah. Ia menghancurkan dunia > manusia ini. Sang anak pencipta ini membuat lagi dunia baru. Tapi > tetap juga dihancurkan. >> Hal ini berulang hingga tujuh kali dunia di ciptakan dan tujuh kali > pula di hancurkan. Akhirnya sang anak menemui Batara Guru untuk minta > bantuan. Ayahnya memberikan sebuah tiang besi untuk menopang bumi > dengan 4 sinar saling silang. Sejak saat itu, bumi tidak lagi dapat > dihancurkan dari bawah tanah oleh saudara sang pencipta bumi. >> Referensi: >> 1. WESTENBERG, C. J., "Aanteekeningen omtrent de godsdienstige > begrippen der Karo-Bataks," in Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volk nkun v n N l n In BTLV l 208-53 (1892). > >> 2. DE HAAN, C., "Verslag van eene Reis in de Bataklanden," in Verh. > > Bat. Gen. K. & W. xxxviii. 1-57 (1875). > >> 3. PLEYTE, C. M.,1894, Bataksche vertellingen. Utrecht > >> Batak Dairi > >> Sang batara guru mengirimkan utusannya untuk mencari makanan yang > > diinginkan istrinya yang sedang mengidam, namun sang utusan itu tidak > > berhasil. Batara guru lalu mengirim gagak, namun ia juga tidak > > menemukan makanan apapun di dunia langit. Dalam perjalanannya, ia > > menemukan sebuah gua, dimana ada sebuah lobang yang dasarnya tidak > > terlihat. Tali terpanjang masih terlalu pendek untuk mengukur > > kedalamannya, dan sebuah tongkat yang dilemparkan kedalamnya hilang > > tanpa suara. Penasaran ingin tahu, sang gagak terbang ke dalam lobang > > dan setelah penerbangan lama sekali dalam kegelapan, ia akhirnya tiba > > di sebuah permukaan samudera. Setelah begitu letih, sang gagak ingin > > kembali untuk melaporkan penemuannya, namun ia tidak ingat jalan > > keluarnya, walau untungnya, ia menemukan sebuah bamboo yang mengambang > > di atas lautan yang telah ia lempar dari lubang tadi, dan disinilah ia > > dapat beristirahat. > >> Sementara itu Batara Guru menjadi tidak sabar, dan ditemani beberapa > > pengawal, ia terbang turun memasuki mulut goa, membawa dari dunia > > langit segenggam tanah, tujuh potong kayu, sebuah pahat, seekor > > kambing dan seekor lebah; dan mencapai permukaan laut, ia membuat > > rakit dari potongan-potongan kayunya. Sang gagak muncul, duduk di atas > > potongan bamboo yang mengapung, dan atas permintaannya Batara Guru > > memanggil ke delapan arah mata angina, yang membuat kegelapan segera > > memberi tempat untuk cahaya. Dengan perintahnya sang kambing, ditemani > > dengan lebah, turun ke bawah rakit untuk menopangnya dengan tanduknya; > > namun saat menyelesaikan rakit itu, pahatnya patah, dan jatuh mengenai > > kepala sang kambing, yang membuatnya bergoyang kuat, dan rakit ikut > > bergoyang, dan sang tuhan memerintahkannya untuk tetap diam. Maka > > mengambil segenggam tanah yang ia bawa, Batara Guru menyebarkannya di > > atas rakit, menciptakan dunia dan memberikan tempat bagi sang gagak untuk > >> tinggal > >> Setelah Batara Guru menciptakan Bumi, ia mengirim seekor > > layang-layang ke bumi. Burung ini pulang karena tidak mau menetap dan > > mempopulasi bumi. Batara guru meminta anak-anaknya untuk mempopulasi > > bumi, tapi tidak satupun yang mau meninggalkan khayangan. Batara Guru > > lalu meminta burung layang-layangnya mengambil segumpal tanah basah > > dari bumi. Dari tanah itu, Batara Guru membuat satu laki-laki dan satu > > perempuan lalu menjemurnya hingga kering. Setelah mengeras, ia > > mengucapkan mantra tujuh kali sehingga mereka bernapas. Setelah itu,

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

> Batara Guru mengucapkan lagi mantra lain tujuh kali sehingga mereka > dapat berbicara . Mereka berkata "Mengapa engkau berkata begitu keras, > kakek, apa keinginan kakek?" dan Batara Guru menjawab, "Aku memanggil > kalian karena Aku menciptakan kalian agar kalian dapat berbicara. > Jangan lupa kalau Aku kakek kalian. Patuhi perintahKu dan jangan > pernah mengikuti yang lain". Pasangan ini berjanji, mereka turun ke > bumi dan menjadi >> manusia pertama di bumi. >> Referensi: >> VAN DER TUUK, H. N., Bataksche Leseboek, vierde stuk. Amsterdam, > 1862, PLEYTE, C. M.,1894, Bataksche vertellingen. Utrecht, >> Dayak Baram dan Rejang >> Setelah dua burung, Iri dan Ringgon, menciptakan bumi, tanaman dan > hewan mereka memutuskan membuat manusia. Pertama, mereka membuatnya > dari tanah liat, tapi saat dikeringkan mereka tidak dapat bergerak > atau berbicara sehingga dihancurkan. Lalu manusia dibuat dari kayu > keras, tapi hasilnya manusia yang sangat bodoh dan tidak berguna.. > Lalu kedua burung itu mencari bahan bagus dengan hati-hati dan memilih > kayu dari pohon kumpong, yang seratnya kuat dan getahnya berwarna > merah pekat.. Dari kayu ini dibuatlah dua manusia, satu laki-laki dan > satu eprempuan. Kedua burung pencipta ini terkesan dan bangga dengan > ciptaannya. Lalu mereka memutuskan untuk membuat lagi manusia lebih > banyak. Mereka mencari pohon kumpong lagi. Tapi saat mereka akan > membuatnya, mereka lupa rumus dan pola yang tepat untuk membuat > manusia. Akibatnya apa yang mereka ciptakan tidak sesempurna manusia > dan menjadi orang utan (Maia) dan monyet. >> Dayak Sakaram >> Sama dengan di atas, hanya saja terbalik, yang gagal dengan kayu dan > yang berhasil dengan tanah liat. >> Dayak Iban >> Dikisahkan bahwa pada awalnya hanya ada laut. Lalu diatasnya > melayang Ara dan Iri, yang berupa burung jantan dan betina. Serentak > mereka menciptakan dua telur raksasa dan dari telur ini keluarlah > langit dan bumi. >> Dalam kaitan antara pohon dan burung, diceritakan tentang seseorang > bernama Siu yang berburu sepanjang hari tanpa mendapatkan seekor > burungpun. Siu kemudian menemukan banyak burung di sebuah pohon ara. > Ia mengumpulkan burung-burung ini. Saat pulang, ia tersesat dan tiba > di rumah panjang milik Senggalang Burong. Setelah berjanji tidak > menceritakan keberadaan tempat ini, Siu dan Senggalang Burong menikah. > Darinya ia mendapat anak bernama Seragunting. Seragunting diajarkan > beragam kepandaian oleh orang tuanya dan kemudian ilmu ini diturunkan > pada seluruh keturunannya yang menjadi suku Iban. >> Melalui kelahiran Seragunting, dimulailah genealogi makhluk mistik > dengan kodrat ilahi, yang dalam garis keturunan selanjutnya melahirkan > makhluk mistik dengan kodrat manusiawi sebagai nenek moyang suku Iban. >> referensi : >> Laubscher, Mattias, 1977. Iban and Ngaju kognitive Studie Zur > Konvergenzen in Weltbild and Mythos, tom Harrison zur Gedaechtenis >> Dayak Dusun >> Sama dengan di atas, hanya percobaan pertama dengan batu dan kedua > dengan tanah liat dan yang kedua ini berhasil. >> Dayak Kanayatn >> Dalam mitos kejadian dikatakan kalau pada awalnya pusat alam semesta > berupa vorteks. Pada mula pertama bumi itu indah seperti tikar dan > langit seperti payung terbuka. Saedo adalah nama bumi dan Saeda adalah > nama langit. Kemudian bumi berguncang dan langit gemetar. Dari bumi

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

> dan langit kemudian memancar bulan dan matahari, dari mereka kemudian > keluar Kacau Balau dan Badai. Proses genealogi terus berlanjut. Kacau > Balau dan Badai memperanakkan Udara Mengawang dan Embun Menggantung. > Lalu dua anak ini melahirkan Pandai Besi dan Sang Dewi. Lalu dari > mereka lahir Segala Air dan Segala Sungai. Dari kedua Segala ini lahir > Bambu dan Perpohonan. Mereka lalu memperanakkan Tumbuhan merambat dan > umbi-umbian. Dan dua yang terakhir ini melahirkan Kesejukan Lumpur dan > Tulang Iga. Mereka menikah dan melahirkan Anterber dan Galeber. Kedua > orang inilah yang menjadi leluhur suku Kanayatn. >> Mitos lain mengatakan kalau suatu ketika Moyang Maha Penguasa bersin > sehingga terciptalah danau/air amutn (embun) dan danau/air duniang. > Setelah beberapa kali bersin, dan setiap bersin merubah ujud sebagian > dari danau, terciptalah manusia pertama. Mitos ini unik karena tidak > melibatkan perkawinan dalam mitenya. >> referensi : >> Vierling, Herman. 1990. Hermeneutic Stammersreligion Interkulturelle > Komunikation bei den Kendayan, Goetersioher Verlaghaus, Gerd Mohn. >> Dayak Bahau >> Versi lain mengatakan pada awalnya ada seekor laba-laba yang turun > dari langit, memintal jarring, dan menangkap batu yang jatuh dan > tumbuh dan tumbuh hingga memenuhi ruang hingga ke cakrawala. Lumut > kerak lalu jatuh dari langit ke atas batu, yang kemudian menyatu, lalu > dating seekor cacing, yang menciptakan tanah pertama dengan memakan > batu itu. Tanah ini menumpuk dan kemudian jatuh ke bumi dari atas > batu, menjadi pohon, yang awalnya kecil, lalu tumbuh besar. Seekor > kepiting lalu jatuh ke bumi dan dengan capitnya men menggali dan > mengaduk tanah, membentuk pegunungan dan lembah. Tanaman tumbuh di > bumi, dan sebuah tanaman merambat, mengelilingi pohon, menikahinya. > Akhirnya, satu laki-laki dan satu perempuan, turun dari langit lewat > pohon itu, sang laki-laki menjatuhkan gagang pedang dan sang wanita > menjatuhkan jarum. Kedua benda ini kawin dan melahirkan anak yang > hanya punya kepala dan badan, tanpa tangan dan kaki; dan monster ini > menghasilkan dua anak, >> satu laki-laki dan satu perempuan, yang kawin dan melahirkan > keturunan yang seiring waktu semakin mirip manusia hingga akhirnya > sepenuhnya mirip manusia. Mereka dan keturunannya lalu menjadi > tuhan-tuhan dalam segala jenis. >> Referensi >> 1. FURNESS, W. H., 2ND, Folk-Lore in Borneo: a Sketch. Wallingford, > Pa., 1899. >> 2. NIEUWENHUIS, A. W., Quer durch Borneo. 2 vols. Leyden, 1904. >> Dayak Kenyah >> Diceritakan kalau manusia diciptakan oleh Bungan Malan dengan kayu > aran. Dari cerita tradisi ini, kayu aran menjadi lambang kehidupan > bagi manusia dan memiliki nama "kayu udiep" (pohon kehidupan). >> Mitos lain yang mendapat pengaruh Iban mengatakan kalau Raja Petara > bersama istrinya menciptakan langit dan bumi, namun bumi ternyata > lebih besar dari langit sehingga dijadikannya sungai, gunung, lembah > dan sebagainya. Manusia diciptakan dari Pisang Bangkit dan darahnya > dari getah pohon kumpang yang berwarna merah. Istri Raja Petara > berseru kepada ciptaannya ini maka hiduplah mereka. Selain itu, dari > Pisang Rura yang dikawini oleh Burung Iri, lahirlah ikan-ikan. >> Hampir di semua suku ada mite yang menempatkan air atau sungai > sebagai unsur penentu dalam suatu peristiwa penciptaan. >> Referensi : >> Laubscher, Mattias, 1977. Iban and Ngaju kognitive Studie Zur > Konvergenzen in Weltbild and Mythos, tom Harrison zur Gedaechtenis

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

>> Dayak Kayan >> Menurut Kayan, pada awalnya tidak ada apa-apa kecuali lautan purba > dan langit yang melengkung, namun dari langit jatuh batu besar, dengan > permukaan gersang, seiring waktu, lender terkumpul, dimana > cacing-cacing lahir dan mengebor batu itu. Pasir yang dihasilkan oleh > pengeboran ini berkumpul dan menutupi batu itu dengan tanah, setelah > bertahun-tahun jatuh dari matahari pedang bergagang kayu, yang > kemudian tumbuh akar, menjadi pohon; sementara dari bulan, jatuh > sebuah tanaman merambat yang naik ke pohon dan berakar di atas batu. > Dari perkawinan ini lahirlah seorang anak laki-laki dan anak > perempuan, mereka menjadi nenek moyang Kayan. >> Dua keturunan monster tanpa tangan dan kaki yang diturunkan dari > gagang pedang dan jarum yang jatuh ke bumi, tepat di atas kulit kayu > dan dari sini terciptalah burung dan anjing. >> Versi lain dari Kayan mengatakan kalau hewan liar dan ikan tercipta > dari daun dan ranting pohon ajaib. >> Dayak Ngaju >> Mite penciptaan dimulai dengan perang suci di alam tengah antara > Tingang Betina dan Tembarirang yang memperebutkan buah-buahan Batang > Garing. Keduanya adalah ciptaan dari Mahatara, penguasa alam atas, dan > Jata, penguasa alam bawah, yang sepakat menciptakan alam tengah. > Akibat peperangan ini segalanya hancur, dan terciptalah alam semesta > baru dan isinya, termasuk sepasang insan, Putir Kahukum Bungking > Garing dan Manyamei Limut Garing Balua Unggon Tingang. Mereka > melahirkan Maharaja Sangiang, Maharaja Sangen dan Maharaja Buno. > Maharaja Buno lah yang kemudian menjadi leluhur umat manusia. >> referensi : >> Laubscher, Mattias, 1977. Iban and Ngaju kognitive Studie Zur > Konvergenzen in Weltbild and Mythos, tom Harrison zur Gedaechtenis >> Dayak Banua >> Dalam mite suku Banua dikisahkan tentang bayi yang terus menangis > tiada henti sampai kemudian neneknya memberinya daging ayam hitam dan > nasi ketan merah untuk dimakan. Beberapa saudaranya ikut makan. Dan > akhirnya mereka semua berubah menjadi burung. Satu-satunya anak yang > tidak ikut memakannya, Apang Paninggir, kemudian tumbuh dewasa. Suatu > ketika ia bertemu dengan saudara-saudaranya yang kelaparan di hutan. > Dan sejak itulah, tradisi memberi makanan korban kepada Nyahuk, > penghulu segala burung dan saudara dari manusia, merupakan hal yang > penting dalam masyarakat Banua. >> referensi : >> Coomans, Mikhe, MSF, 1980. Evangeliste en Kulturverandering, > Onderzoekk naarde verhonnding Lussar de Evangelistie en de > socio-kulturde veranderingen in de adat van Dajaks van Oost > Kalimantan (bisdom Samarinda) Indonesie. Koeln : Steyler Verlag, St > Augustine >> Seram dan Gorom dari maluku >> Di awalnya hanya ada wanita yang sangat cantik bernama Winia. Ia > muncul dari sebuah pohon bersama seekor babi. Wanita ini memanjat > pohon dan babinya ditinggal. Lalu datang wanita lain, Kilibaban, dari > laut dengan rakit dari papua dan mengambil babi itu. Lalu muncul > seorang laki-laki yang tidak tahu tentang kedua wanita ini. Laki-laki > itu melepas semua pakaiannya dan pergi memancing. Winia dan Kilibaban > tertawa melihatnya. Sang laki-laki mencari arah suara dan menemukan > Kilibaban. Ia lalu meminangnya untuk menjadi istri. Tapi kilibaban > menolak. Ia menunjuk ke arah pohon tempat Winia sembunyi. Laki-laki > itu memanjat pohon dan menemukan Winia. Ia pun melamarnya dan Winia > menerima. Jadilah mereka leluhur pertama umat manusia.

> > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > > >

>> Amboina dari maluku >> Manusia pertama muncul dari sebuah pohon setelah seekor burung > bertengger dan membuahinya. >> Referensi: >> RIEDEL, J. G. F., 1886, De sluik- en kroesharige rassen tusschen > Selebes en Papua. 's-Gravenhage, 1886. >> Buru dari maluku >> Manusia pertama dari pohon itu adalahwanita yang membuat api unggun > di bawah pohon. Pohon menjadi hangat karena api unggun dan lalu > terbelah dua, keluarlah seorang laki-laki darinya dan mereka menikah, > menjadi leluhur umat manusia. >> Referensi: >> RIEDEL, J. G. F., 1886, De sluik- en kroesharige rassen tusschen > Selebes en Papua.. 's-Gravenhage, 1886. >> Wetar >> Wanita pertama muncul dari buah sebuah pohon >> Referensi: >> RIEDEL, J. G. F., 1886, De sluik- en kroesharige rassen tusschen > Selebes en Papua. 's-Gravenhage, 1886. >> >> >> Indonesian_Atheist >> >> http://groups.yahoo.com/group/Indonesian_Atheist/ >> >> >> Subscribe to Indonesian_Atheist >> Powered by us.groups.yahoo.com >> > > --- End forwarded message --> > >

-----------------------------------Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/islamkristen/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:islamkristen-dig...@yahoogroups.com mailto:islamkristen-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to: islamkristen-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/

[islamkristen] Fwd: Re: Kepercayaan tradisional Indonesia utusan.allah

[islamkristen] Fw d gmmc8o+5482@e

Kirim email ke

utusan.allah

Anda mungkin juga menyukai