Anda di halaman 1dari 5

Introduksi dan Overview Akuntansi Sektor Publik

Diposkan oleh MifthaFaridz Blog di 4/03/2013

1.1. Tujuan Dan Lingkup Matakuliah ASP


Sektor publik adalah sebagai aturan pelengkap pemerintah yang mengakumulasi hutang
sektor publik dan pemerintah pinjaman sektor publik untuk suatu tahun
tertentu. Sedangkan akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi
yang di terapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan
yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerjasama sektor publik.
1.1.1. Tujuan Akuntansi Sektor Publik
a. Management control: memberikan informasi untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis operasi dan alokasi daya yang dipercayakan kepada entitas;
b. Accountability memberikan informasi yang memungkinkan manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggungjawab pengelolaan secara tepat dan efektif program dan penggunaan
sumber yang menjadi wewenangnya.
1.1.2. Lingkup Akuntansi Sktor Publik
Akuntansi sektor publik mempunyai empat pilar utama, yaitu:
Manajemen
Merupakan bidang ASP yang mengupas akuntansi dari sisi internal organisasi.
Akuntansi
Bidang akuntansi di fokuskan pada pelaporan ke pemakai eksternal organisasi sektor publik
Pembelanjaan
Bidang ini adalah bidang yang terdiri daro pembuatan program investasi dan strategi
pengumpulan dana investasi itu sendiri.
Audit
Bidang ini adalah bidang yang dikembangkan sebagai prasarana pengendalian.

1.2. Jenis Dan Karakteristik Organisasi SP


1.2.1. Jenis OSP
Organisasi sektor publik merupakan penyedia barang publik. Diperlukan dalam rekayasa
struktur sosial,menjembatani masyarakat di struktur ekonomi tertentu untuk mempunyai
kekuatan ekonomi. Akuntansi Sektor Publik bergerak dalam lingkungan yang sangat
komplek.
Jenis-jenis OSP antara lain:
Instansi Pemerintah
- Pemerintah Pusat : Kementrian, Lembaga dan Badan Negara
- Pemetintah Daerah : SKPD
Organisasi Nir-laba Milik Pemerintah
Perguruan tinggi BHMN, RS milik pemerintah, yayasan milik pemerintah.
Organisasi Nir-laba Milik Swasta
Yayasan swasta, sekolah dan universitas milik swasta, RE milik swasta
1.2.2. Karakteristik OSP
Karakteristik utama OSP adalah:
- Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial, melainkan untuk mencapai suatu misi
atau tujuan tertentu
- Dimiliki secara kolektif oleh publik
- Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham sehingga dapat
diperjualbelikan

- Keputusan-keputusan yang terkait dengan kebijakan maupun operasi sering kali didasarkan
pada konsensus.
a.

b.
c.
d.
e.

Lingkungan organisasi sektor publik dipengaruhi oleh faktor-faktor :


Faktor Ekonomi
Meliputi : Pertumbuhan ekonomi; tingkat inflasi; pertumbuhan pendapatan per kapita,
struktur produksi; tanaga kerja; arus modal dalam negeri; cadangan devisa; nilai tukar uang;
utang dan bantuan luar negeri, infrastruktur; teknologi; kemiskinan dan kesenjangan
ekonomi; dan sektor informal.
Faktor Politik
Meliputi: Hubungan negara dengan masyarakat; legitimasi pemerintah; tiperezim yang
berkuasa; ideologi negara; elit politik dan massa; jaringan internasional; dan kelembagaan
Faktor Kultural
Meliputi: Keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya; sistem nilai di masyarakat;
historis; sosiologi masyarakat; karateristik masyarakat; dan tingkat pendidikan.
Faktor Demografi
Meliputi: Pertumbuhan penduduk; struktur usia penduduk; migrasi, dan tingkat kesehatan.

1.3. Kedudukan Dan Peran Organisasi SP


Organisasi sektor publik harus bisa memberikan pertanggungjawaban melalui laporan
keuangannya. Perlu dibuat standar akuntansi untuk acuan dan pedoman proses akuntansi
dalam organisasi sektor publik.

2. REGULASI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK


2.1. Review Regulasi Terkait ASP
2.1.1. Regulasi akuntansi sektor publik di era pra reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah yang ada pada masa Era pra Reformasi
dapat dirincikan sebagai berikut :
1. UU 5/1975 tentang Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah.
Tidak terdapat pemisahan secara konkrit antara eksekutif dan legislatif (Pasal 13 ayat 1).
2. PP 6/1975 tentang Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD.
Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
- Perbandingan anggaran dan realisasi
- Perbandingan standar dan realisasi
- Target prosentase fisik proyek
Perhitungan APBD terpisah dari pertanggungjawaban Kepala Daerah (terdapat dalam pasal
33).
3. Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah.
Menetapkan sistem single entry bookkeeping. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi
ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya
kas akan di catat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi pengeluaran. Sistem pencatatan single entry bookkeeping memiliki
kelebihan yaitu sangat sederhana tetapi memiliki kelemahan yaitu kurang bagus untuk
pelaporan (kurang memudahkan penyusunan pelaporan), sulit menemukan kesalahan
pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol, untuk mengatasi kelemahan tersebut maka
diperkenalkan double entry bookkeeping.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang Pelaksanaan APBD.
5. UU 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
6. Kepmendagri 3/1999 tentang Bentuk dan susunan Perhitungan APBD.
Bentuk laporan perhitungan APBD :

- Perhitungan APBD
- Nota Perhitungan
- Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)
7. Kepmendagri No.903-057/1988 tentang Penyempurnaan Bentuk dan Susunan Anggaran
Pendapatan Daerah Masuk dalam Pos Penerimaan Pembangunan.
Pinjaman (Pemda/BUMD) diperhitungkan sebagai pendapatan daerah.
Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/D Pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/ APBD, berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK, disampaikan kepada
DPR/DPRD selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan (setidak-tidaknya) :
- Laporan Realisasi APBN/APBD,
- Neraca,
- Laporan Arus Kas, dan
- Catatan atas Laporan Keuangan (dilampiri laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan
badan lainnya).
2.1.2. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola
keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
- Penataan peraturan perundang-undangan;
- Penataan kelembagaan;
- Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
- Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan
2.1.3. Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Paradigma baru dalam Reformasi Manajemen Sektor Publik adalah penerapan akuntansi
dalam praktik pemerintah untuk kegunaan Good Governance.
Terdapat tiga Undang-undang yang digunakan untuk penerapannya, yaitu :
1. UU No.17/2003 tentang keuangan negara.
mengatur mengenai semua hak dan kewajiban Negara mengenai keuangan dan pengelolaan
kekayaan Negara, juga mengatur penyusunan APBD dan penyusunan anggaran
kementrian/lembaga Negara (Andayani, 2007)
2. UU No.1/2004 tentang kebendaharawanan
mengatur pengguna anggaran atau pengguna barang, bahwa undang-undang ini mengatur
tentang pengelolaan keuangan Negara yang meliputi pengelolaan uang, utang, piutang,
pengelolaan investasi pemerintah dan pengelolaan keuangan badan layanan hukum.
(Andayani, 2007)
3. UU no.15/2004 tentang pemeriksaan keuangan negara
mengatur tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang
dilaksanakan oleh BPK. BPK menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan kepada DPR dan DPD. Sedangkan laporan keuangan pemerintah daerah
disampaikan kepada DPRD. (Andayani, 2007)
Empat Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara yang didasarkan pada ketiga Undangundang di atas, yaitu :
a. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kineja.
b. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah.
c. Adanya pemeriksa eksternal yang kuat, profesional dan mandiri dalam pelaksanaan
pemeriksaan.
d. Pemberdayaan manajer profesional.
Selain ketiga UU di atas, juga terdapat peraturan lain, yaitu :
1. UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional.

2. UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.


3. UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah.
4. UU No.24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

2.2. Barang dan Jasa Publik


Beberapa inisiatif yang diambil pemerintah guna memperbaiki penyelenggaraan pemerintah:
1. Reformasi hokum dan yudikatif, termasuk pembentukan Komisi Ombudsmanuntuk
menanggapi masalah korupsi dan pembentukan komisi Reformasi Hukum.
2. Perumusan strategi reformasi pegawai negeri sipil.
3. Rancangan undang-undang untuk memantapkan manajemen keuangan pemerintah.
4. Pembentukan Komisi Anti Korupsi.
5. Pembentukan Kemitraan bagi pembaruan tata pemerintahan di Indonesia yang didukung oleh
UNDP, Bank Dunia, dan ADB.
Mekanisme alokasi barang dan jasa dalam masyarakat dalah mekanisme pasar dan
mekanisme birokrasi. Barang publik adalah barang kolektif yang seharusnya dikuasai oleh
negara atau pemerintah.
2.2.1. Barang swasta murni
- Manfaatnya dirasakan sendiri
- Dihasilkan oleh swasta atau pemerintah
- Dijual melalui pasar
- Dibiayai dari hasil penjualan
Contoh: Mobil, sepatu, baju, dsb
2.2.2. Barang campuran
- Manfaatnya dirasakan bersama dan dikonsumsi bersama tetapi dapat terjadi kepadatan
- Dijual melalui pasar atau langsung oleh pemerintah Contoh: taman, jalan toll.
2.2.3. Barang campuran
- Barang swasta yang menimbulkan eksternalitas Dibiayai dari hasil penjualan atau dengan
APBN/APBD
Contoh: Rumah sakit, transportasi umum, Perguruan Tinggi
2.2.4. Barang publik murni
- Manfaatnya dirasakan bersama
- Dihasilkan oleh pemerintah
- Disalurkan oleh pemerintah
- Dijual melalui pasar atau langsung oleh pemerintah Contoh: Peradilan, Pertahanan Keamanan
Kebijakan pengadaan barang dan jasa publik

2.3. Etika Pengelola Keuangan dan Barang Publik


Etika bisnis adalah tindakan atau perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagaietis atau
tidak etis. beberapa pemikiran dari para filsafat mengenai etika :
1. Socrates
Beliau berpendapat bahwa semua pengetahuan (knowledge) dari seseorang itu sebetulnya
bersifat baik dan menjunjung nilai-nilai kebijakan. Tanpa didukung pengetahuan, seseorang
tidak mungkin dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang berbudi luhur.
2. Hume
Beliau berpendapat bahwa perilaku seseorang (personal merit) yang beretika sebenarnya
mempunyai beberapa nilai kualitas karakter dan kepribadian yang bermanfaat dan diterima
baik oleh orang lain maupun dirinya sendiri.

2.4. Kedudukan dan Peran Pemerintah


Semua masyarakat memiliki hak yang sama atas jaminan sosial dan ekonomi dari pemerintah
sebagai konsekuensi langsung atas pembayaran pajak yang telah dipenuhi. Kebijakan dan

regulasi yang ditetapkan pemerintah bisa berimbas pada bidang yang lain. Pemerintah
mempunyai peran menentukan kualitas tingkat kehidupan masyarakat secara individual.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen
kualitas jasa, yakni upaya meminimasi kesenjangan antara tingkat layanan dengan harapan
konsumen. Kinerja organisasi layanan publik harus diukur dari outcome-nya, karena outcome
merupakan variabel kinerja yang mewakili misi organisasi dan aktivitas oprasional, baik
aspek keuangan dan nonkeuangan. Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk
mempertimbangkan dimensi kualitas

Anda mungkin juga menyukai