Anda di halaman 1dari 4

Dasar Intepretasi Data Seismik

Metode seismik merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam
dunia perminyakan. Metode seismik adalah metode yang dilakukan dengan
membuat sumber getar buatan yang menjalar di bawah permukaan, dan ditangkap
oleh alat penerima (geophone). Data yang dihasilkan berupa analog yang
kemudian akan dikonversi menjadi data digital untuk diolah menjadi data yang
dapat diintepretasi.
Dalam

menghasilkan

data

untuk

intepretasi,

metode

seismik

ini

menggunakan parameter kecepatan waktu untuk mencapai suatu lapisan batuan


dengan memanfaatkan sumber getar atau sumber gelombang yang ditembakkan.
Kecepatan waktu ini akan berbeda pada kedalaman tertentu. Kecepatan akan
meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman dikarenakan efek kompaksi
dan diagenesa. Selain itu kecepatan juga dapat dipengaruhi oleh efek porositas
pada suatu batuan. Semakin tinggi nilai porositas, maka akan semakin rendah
kecepatan gelombang merambat pada suatu medium batuan yang memiliki
kondisi porositas tertentu. Pengaruh dari jenis fluida juga mempengaruhi
kecepatan gelombang merambat pada suatu medium. Misalkan pada fluida
minyak yang memiliki nilai densitas rendah maka kecepatan akan rendah. Selain
itu kecepatan gelombang yang merambat pada fluida, dapat dilihat dari bentuk
horizon seismik yang cenderung, flat spot menandakan bahwa terdapat wateroil contact dikarenakan berubahnya IA (impedansi akustik).
Metode seismik ini merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
pemetaan bawah permukaan dengan mengintegrasi data-data lainnya diantaranya
adalah data log, core, serta data lapangan (outcrop). Data-data tersebut saling
mendukung satu sama lain, sehingga salah satu data tidak dapat dihilangkan
karena akan mempengaruhi validasi data dari suatu intepretasi. Misalnya data well
log yang merupakan data satu dimensi dan hanya memiliki lingkup yang kecil,
artinya hanya diketahui kondisi geologi pada satu sumur. Namun data well log
memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Sedangkan data seismik merupakan data
yang memiliki cakupan secara regional, tetapi memiliki tingkat akurasi yang

rendah karena pengukuran dilakukan dengan menggunakan travel time. Dari


kekurangan dan kelebihan kedua jenis data tersebut, maka data ini disatukan
untuk menghasilkan data yang baik untuk diintepretasi.
Data seismik dapat disajikan dalam dua bentuk, baik secara 2D atau 3D
dengan keunggulannya masing-masing. Data seismik 2D berupa data seismic
section pada kertas atau disebut juga dengan penampang melintang dari benda 3D,
sedangkan data 3D berupa data-data yang sudah dibuat ilustrasi dari kejadian
geologi setempat, atau disebut juga dengan permodelan. Data 3D akan
menghasilkan data yang rinci karena terjadi peningkatan resolusi vertikal dan
horizontal.
Dalam tahap intepretasi juga diketahui terdapat sejumlah prosedur salah satu
contohnya adalah membuat peta bawah permukaan, diperlukan beberapa tahapan
proses untuk menghasilkan intepretasi yang baik. Tahap pertama adalah dengan
validasi data yang bertujuan untuk mengetahu apakah data dapat digunakan untuk
diintepretasi. Tahap kedua adalah data intepretasi dengan menyamakan dengan
data log, dimana data log memiliki akurasi yang baik. Sehingga data yang
dihasilkan adalah valid. Kemudian tahap ketiga meliputi mengekstraksi data
seismik dan mengubahnya menjadi sebuah map yang lebih efektif digunakan.
Tahap selanjutnya adalah melakukan intepretasi pada peta yang dihasilkan dan
dilakukan penyesuaian dengan data-data yang lainnya sehingga peta dapat
mewakilkan keadaan di bawah permukaan suatu daerah penelitian. Kemudian
langkah terakhir adalah review, yaitu dengan merekonstruksi proses yang
berkembang pada daerah penelitian.
Selain pembuatan peta bawah permukaan, dalam intepretasi perlu dilakukan
pengikatan data seismik dengan data bor disebut well seismic tie. Kedua data ini
tidak dapat dipisahkan, karena keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan yang
saling melengkapi. Well seismic tie ini dilakukan untuk meletakkan horizon
seismik (dalam skala waktu) pada posisi kedalaman sebenarnya sehingga data
seismik dapat dikorelasikan dengan data geologi lainnya. Teknik pengikatan ini
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu seismogram sintetik, check-shot survey,
dan vertical seismic profile (VSP).

Seismogram sintetik dilakukan dengan memasukkan data log sonic dan


densitas dimana kedua data yang digabungkan ini disebut dengan data KR
(kecepatan x densitas). Seismogram sintetik ini sering terjadi mis tie karena
menggunakan frekuensi yang sama, padahal umumnya frekuensi yang dipakai
diambil dari zona target (reservoir). Selain itu terdapat check-shot survey yang
dilakukan dengan mengukur kecepatan waktu (geophone terletak di dinding bor)
di dalam lubang bor dengan sumber gelombang tetap dipermukaan dan mendapat
data Time depth curve. Selanjutnya adalah vertical seismic profile yang dilakukan
hampir sama dengan Check-shot survey, namun geophone yang digunakan lebih
banyak dan didapat rekaman penuh. VSP ini menghasilkan data yang dapat
langsung diikat dengan data sumur.
Terkadang, data seismik yang dihasilkan tidak menghasilkan gambar yang
bagus atau horizon-horizon tidak dapat terlihat jelas. Hal ini membuat para
geoscientist menjadi sulit untuk melakukan intepretasi. Keadaan seperti ini
biasanya terjadi pada daerah dengan keadaan struktur geologi yang kompleks,
area yang memiliki high noise atau bising yang tinggi akibat pengaruh dari angin
dan pengaruh lalu lintas, serta memiliki dip yang tinggi pada lapisannya dan
beragam kondisi lainnya. Maka untuk mengatasi hal ini diperlukan teknik yang
baik dalam mengakuisi data berdasarkan pengetahuan geologi daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Hadi. 2014. Buku Panduan Praktikum Geologi dan Gas Bumi. Edisi Ke6. Universitas Diponegoro, Semarang
Sukmono, Sigit. 1999. Interpretasi Seismik Refleksi. Teknik Geofisika : Institut
Teknologi Bandung. Bandung
Tearpock, Daniel. Bischke, Richard. 2003. Applied Subsurface Geological
Mapping With Structural Methods. Prentice Hall PTR. Pearson Education,
Inc. New Jersey

Anda mungkin juga menyukai