Ahok menuju DKI 2. Apalagi keputusan ini adalah keputusan secara sepihak
dari Ahok yang saat itu dirinya adalah anggota partai finalis pemilu. Tentu hal
ini membuat adanya banyak orang tidak suka dengannya karena keputusannya
yang terkesan terburu-buru. Namun di sisi lain, pada tanggal 8 September
2014 Ahok memiliki alasan bahwa jika dia dipilih DPRD maka semuanya
hanya untuk membalas budi baik dari DPRD, bahkan mungkin sampai
menganggarkan dana untuk DPRD. Bukannya memikirkan rakyat malah
memikirkan DPRD saja. Ahok menilai pemilihan melalui DPRD hanya akan
membuat kepala daerah merasa memiliki tanggung jawab kepada DPRD saja
bukan kapada rakyat. Hal ini tidak berimbas kepada kesejahteraan rakyat
melainkan kesejahtaraan DPRD. Sebaliknya, jika rakyat sendiri yang memilih
pemimpin mereka maka pemimpin daerah akan merasa memiliki tanggung
DKI Jakarta untuk segera menetapkan dan melantik Plt. Gubernur Jakarta,
Ahok, menjadi gubernur Jakarta definitif hingga tahun 2017. Sedangkan
kelompok KMP berada pada posisi yang sama dengan Front Pembela Islam
(FPI) yang secara terang-terangan menolak Ahok menjadi gubernur.
Perbedaan diantara dua kelompok ini membuat kelompok KMP tidak hadir
dalam sidang paripurna istimewa DPRD jakarta. Selain itu muncul wacana
yang menyatakan bahwa kelompok KMP akan membuat sidang paripurna
istimewa tandingan. Selain itu terdapat oknum dari anggota kelompok KMP
yang dianggap menyebarkan kampanye hitam berupa isu SARA serta mencari
celah undang-undang yang bisa menghentikan langkah Ahok untuk bisa atau
berhasil menjadi Gubernur definitif di DKI Jakarta.
Polemik ini akhirnya mencapai akhir, saat Mentri Dalam Negri menyurati
DPRD DKI untuk segera melaksanakan rapat paripurna khusus pada jumat
14 November 2014 dan yang sebelumnya Ahok adalah sebagai Pelaksana
tugas Gubernur DKI Jakarta itu akan diumumkan menjadi Gubernur DKI
oleh DPRD DKI Jakarta. DPRD selanjutnya akan menyurati Kemetrian
Dalam Negri dan Sekertaris Kabinet agar Presiden menetapkan Ahok Menjadi
Gubernur melalui Keputusan Presiden yang sedianya akan dilakukan hari pada
tanggal 17 November 2014. Selanjutnya, Ahok menyatakan terkait dengan
waktu dan tempat pelaksanaan pelantikan dirinya menjadi Gubernur DKI
Jakarta sepenuhnya merupakan kewenangan Bapak Presiden Joko Widodo.
Namun, walaupun sudah dilantik menjadi Gubernur, kisruh politik antara
DPRD dan Ahok, masih terjadi dan menyebabkan banyak hal belum
terlaksana. Kisruh tersebut telah menghambat pengesahan APBD Perubahan
dan pelaksanaannya. Oleh karena itu, seharusnya DPRD dan Ahok segera
mencari solusi politik, demi kebaikan dan kemajuan rakyat DKI Jakarta.