Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa merupakan amalan-amalan ibadah yang tidak hanya oleh umat sekarang tetapi juga
dijalankan pada masa umat-umat terdahulu. bagi orang yang beriman ibadah puasa
merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab untuk
mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipat gandaan pahala kebaikan,dan pengangkatan
derajat. Allah telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya diantara amal-amal
ibadah lainnya. Puasa difungsikan sebagai benteng yang kukuh yang dapat menjaga
manusia dari bujuk rayu setan. Dengan puasa syahwat yang bersemayam dalam diri
manusia akan terkekang sehingga manusia tidak lagi menjadi budak nafsu tetapi manusia
akan menjadi majikannya.
Allah SWT memerintahkan puasa bukan tanpa sebab. Karena segala sesuatu yang
diciptakan tidaka ada yang sia-sia dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti demi
kebaikan hambanya. Kalau kita mengamati lebih lanjut ibadah puasa mempunyai manfaat
yang sangat besar karena puasa tidak hanya bermanfaat dari segi rohani tetapi juga dalam
segi lahiri. Barang siapa yang melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan maka
akan diberi ganjaran yang besar oleh allah.
Puasa mempunyai pengaruh menyeluruh baik secara individu maupun masyarakat dalam
hadits telah disebutkan hal-hal yang terkait dengan puasa seperti halnya mengenai
kesehatan, dan lain sebagainya. Dalam menjalankan puasa secara tidak langsung telah
diajarkan perilaku-perilaku yang baik seperti halnya sabar, bisa mengendalikan diri dan
mempunyai tingkah laku yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian puasa?
2. Apa macam- macam puasa?
3. Apa syarat dan rukun puasa?
4. Apa saja yang membatalkan puasa?
5. Apa saja sunat-sunat dalam berpuasa?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk memberikan pedoman bagi kita umat islam dalam menjalankan
ibadah khususnya ibadah puasa.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa Saumu menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala sesuatu, seperti
menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan
sebagainya. Menurut istilah agama islam yaitu menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, satu hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari
dengan niat dan beberapa syarat.
Firman Allah Swt :

Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar.(Al-baqarah:187).
B. Macam - Macam Puasa
1. Puasa Wajib
Puasa wajib artinya puasa yang dikerjakan mendapat pahala, jika tidak dikerjakan
mendapat dosa.
Adapun macam-macam puasa wajib adalah :
a. Puasa Ramadhan
Puasa ramadhan ialah puasa yang dilaksanakan pada bulan ramadhan. Hukum
melaksanakan puasa ramadhan adalah wajib bagi setiap orang yang telah
memenuhi syarat wajibnya.
Firman Allah Swt.
(183: )

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
(Q.S. Al Baqarah [2] : 183).
Puasa ramadhan mulai diwajibkan kepada umat Islam pada tahun kedua hijriyah.
Dalam puasa ramadhan niat untuk berpuasa harus dilaksanakan malam hari
sebelum puasa. Sedang untuk puasa sunah boleh dilaksanakan siang hari saat
puasa sebelum matahari condong ke barat (masuk waktu dhuhur) asal sejak
terbit fajar belum makan atau minum sama sekali.

Hal-hal yang disunahkan ketika berpuasa antara lain :


a) memperbanyak membaca Al Quran.
b) Segera berbuka jika sudah waktunya tiba.
c) Ketika berbuka dengan makanan atau minuman yang manis, lebih utama
berbuka dengan kurma.
d) Berdoa lebih dahulu ketika akan berbuka.
Doanya sebagai berikut :


Artinya : Ya Allah, untuk-Mu saya berpuasa, kepada-Mu beriman dan dengan
rizki-Mu saya berbuka. Dengan rahmat-Mu ya Tuhan yang Maha Pengasih.
e) Mengakhirkan makan sahur kira-kira 15 menit sebelum waktunya imsak
(habis).
f) Memberi makan untuk berbuka atau sahur kepada orang yang berpuasa.g)
Memperbanyak ibadah, sedekah dan infak.
b. Puasa Kifarat
Puasa kifarat yaitu puasa sebagai denda terhadap orang yang bersetubuh pada
saat berpuasa (pada siang hari ) bulan ramadhan. Adapun denda (kifarat) bagi
yang bersetubuh di siang hari bulan ramadhan yaitu :
a) Puasa dua bulan berturut-turut, atau
b) Memerdekakan seorang budak muslim, atau
c) memberi makan orang miskin sebanyak 60 (enam puluh) orang.
c. Puasa Nazar
Puasa nazar ialah puasa yang dilakukan karena pernah berjanji untuk berpuasa
jika keinginannya tercapai. Misalnya seorang siswa bernazar: jika saya
mendapat rangking pertama maka saya akan puasa dua hari. Jika keinginannya
tersebut tercapai maka puasa yang telah dijanjikan (dinazarkannya) harus (wajib)
dilaksanakan. Hukum nazar sendiri adalah mubah tetapi pelaksanaan nazarnya
jika hal yang baik wajib dilaksanakan, tetapi jika nazarnya jelak tidak boleh
dilaksanakan, misalnya jika tercapai keinginannya tadi akan memukul temannya
maka memukul temannya tidak boleh dilaksanakan.

2. Puasa Sunah
Puasa sunah adalah puasa yang boleh dikerjakan dan boleh tidak, puasa sunah
sering disebut dengan puasa Tathawu artinya apabila dilakukan mendapat pahala
dan apabila tidak dilakukan tidak berdosa. Ada beberapa macam puasa sunah yang
waktu pelaksanaannya berbeda-beda, antara lain;
a. Puasa Syawal, Yang dimaksud dengan puasa Syawal adalah puasa enam hari di
bulan Syawal setelah tanggal 1 di bulan Syawal, yang pelaksanaannya boleh
secara berturut-turut dan boleh selang-seling yang penting sejumlah enam hari.
Nabi Muhammad saw. bersabda ;
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al Anshari r.a. bahwa Rasulullah SAW.
pernah bersabda: Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu disusul

dengan

berpuasa 6 (enam) hari di bulan Syawal, maka ( pahalanya ) bagaikan puasa


setahun penuh. ( H.R Muslim)
b. Puasa hari Arafah, Puasa sunah hari arafah adalah puasa sunah yang
pelaksanaannya dilakukan pada tanggal 9 Dzuhijjah. Puasa sunah hari arafah
dapat menghapus dosa selama 2 (dua) tahun, yakni setahun yang lalu dan
setahun yang akan datang.
Nabi Muhammad saw. bersabda ;
Artinya : Puasa hari Arafah itu dihitung oleh Allah dapat menghapus ( dosa )
dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang. (HR Muslim).
c. Puasa Asyura, Puasa sunah pada bulan Asyura, ada tiga tingkatan, yaitu :
1. Berpuasa tiga hari yaitu, tanggal 9, 10 dan 11 di bulan Syura atau Muharam.
2. Berpuasa dua hari yaitu, tanggal 9 dan 10 di bulan Syura atau Muharam.
3. Berpuasa satu hari yaitu, tanggal 10 Syura atau Muharam.
Bulan Syura adalah bulan kemenangan nabi Musa as dan Bani Israil dari musuh,
barang siapa berpuasa As Syura dihapus ( dosanya ) satu tahun yang lalu.
Nabi Muhammad saw. bersabda ;
Artinya : Puasa pada hari As Syura menghapus ( dosa ) selama satu tahun yang
lalu. ( H.R. Muslim).

d. Puasa bulan Syaban

Puasa di bulan Syaban ini tidak ada ketentuan, apabila dalam mengerjakan
puasa di bulan Syaban lebih banyak daripada di bulan lain adalah lebih baik.
Nabi bersabda :
Artinya : Rasulullah pernah berpuasa penuh di bulan syaban, juga pernah
berpuasa di bulan syaban tidak penuh (dengan tidak berpuasa pada hari-hari
yang sedikit jumlahnya) (H.R. Bukhari)
e. Puasa hari Senin dan Kamis
Allah Swt pada setiap Senin dan kamis mengampuni dosa-dosa setiap muslim,
supaya kita diampuni dosanya oleh Allah, maka berpuasalah.
Rasulullah saw. bersabda ;
Artinya : Rasulullah saw. bersabda : Ditempatkan amal-amal umatku pada hari
Senin dan Kamis, dan aku senang amalku ditempatkan, maka aku berpuasa.
(HR Ahmad dan Tirmidzi ).
Hadis diriwayatkan dari Aisyah, Nabi SAW. bersabda:
Artinya : Dari Aisyah ra. Ia berkata: Bahwasanya Nabi SAW selalu memilih
puasa hari senin dan hari kamis. (H.R. Tirmidzi)
f. Puasa pada pertengahan bulan Qomariyah
Puasa pertengahan bulan ini dilakukan setiap tanggal 13, 14 dan 15 Qamariyah.
Sabda Rasulullah saw.
Artinya : Dari Abu Dzar, : Barang siapa puasa tiga hari setiap bulannya maka
sungguh ia telah puasa selama satu tahun penuh. ( HR Ahmad dan Tirmidzi )
Hadis Abu Dzar yang lain menjelaskan:
Artinya :Ketika kamu ingin puasa setiap bulan tiga hari maka puasalah setiap
tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulannya. (H.R. Ahmad,Tirmidzi dan Ibnu Hiban)
g. Puasa Daud
Puasa Daud yaitu puasa yang dilakukan dengan cara sehari berpuasa sehari
berbuka ( tidak berpuasa ).
Nabi SAW. bersabda :
Artinya :Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya puasa (sunah) yang paling
disenangi oleh Allah adalah puasa Nabi Dawud, dan salat (sunah) yang paling
disenangi oleh Allah adalah salat Nabi Dawud, Nabi Dawud tidur separuh

malam, lalu salat sepertiga malam, kemudian tidur lagi seperenam malam, dan
beliau berpuasa sehari lalu berbuka sehari (selang-seling) (H.R. Bukhari)
3. Puasa makruh
Menurut fiqih 4 (empat) mazhab, puasa makruh itu antara lain :
a. Puasa pada hari Jumat secara tersendiri
Berpuasa pada hari Jumat hukumnya makruh apabila puasa itu dilakukan secara
mandiri. Artinya, hanya mengkhususkan hari Jumat saja untuk berpuasa.
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Saya mendengar Nabi saw. bersabda:
Janganlah kamu berpuasa pada hari Jumat, melainkan bersama satu hari
sebelumnya atau sesudahnya.
b. Puasa sehari atau dua hari sebelum bulan Ramadhan
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw. beliau bersabda: Janganlah salah seorang
dari kamu mendahului bulan Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari,
kecuali seseorang yang biasa berpuasa, maka berpuasalah hari itu.
c. Puasa pada hari syak (meragukan)
Dari Shilah bin Zufar berkata: Kami berada di sisi Amar pada hari yang
diragukan Ramadhan-nya, lalu didatangkan seekor kambing, maka sebagian
kaum menjauh. Maka Ammar berkata: Barangsiapa yang berpuasa hari ini
maka berarti dia mendurhakai Abal Qasim saw.
4. Puasa Haram
Ada puasa pada waktu tertentu yang hukumnya haram dilakukan, baik karena
waktunya atau karena kondisi pelakukanya.
a. Hari Raya Idul Fitri
Tanggal 1 Syawwal telah ditetapkan sebagai hari raya sakral umat Islam. Hari itu
adalah hari kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu
syariat telah mengatur bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk
berpuasa sampai pada tingkat haram. Meski tidak ada yang bisa dimakan, paling
tidak harus membatalkan puasanya atau tidak berniat untuk puasa.
b. Hari Raya Idul Adha
Hal yang sama juga pada tanggal 10 Zulhijjah sebagai Hari Raya kedua bagi
umat Islam. Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan
untuk menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin

dan kerabat serta keluarga. Agar semuanya bisa ikut merasakan kegembiraan
dengan menyantap hewan qurban itu dan merayakan hari besar.
c. Hari Tasyrik
Hari tasyrik adalah tanggal 11, 12 dan 13 bulan Zulhijjah. Pada tiga hari itu umat
Islam masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih
diharamkan untuk berpuasa. Pada tiga hari itu masih dibolehkan utnuk
menyembelih hewan qurban sebagai ibadah yang disunnahkan sejak zaman nabi
Ibrahim as.
d. Puasa sepanjang tahun / selamanya
Diharamkan bagi seseorang untuk berpuasa terus setiap hari. Meski dia sanggup
untuk mengerjakannya karena memang tubuhnya kuat. Tetapi secara syar`i puasa
seperti itu dilarang oleh Islam. Bagi mereka yang ingin banyak puasa, Rasulullah
SAW menyarankan untuk berpuasa seperti puasa Nabi Daud as yaitu sehari
puasa dan sehari berbuka

C. Penentuan Awal Puasa


Puasa Ramadhan adalah puasa yang telah ditentukan jumlah bilangan hari dan waktu
pelaksanaannya, yakni satu bulan penuh. Ada yang berjumlah 30 hari ada pula yang
berjumlah 29 hari. Perintah puasa pertama kali adalah pada tahun ke-2 Hijriah. Untuk
menentukan awal dan akhir bulan ramadhan dapat dimulai dengan salah satu sebab
sebagai berikut:
1. Dengan cara rukyatul hilal, yaitu dengan melihat bulan sabit tanggal satu bulan
qamariyah dengan mata telanjang.

Artinya: maka diantara kamu sekalian yang menyaksikan akan adanya awal
ramadhan haruslah ia puasa(QS. AL-Baqarah:185)
Oleh para ulama masih dipersoalkan tentang Hilal (melihat bulan):
a. Menurut Imam Hanafi
a) Jika seandainya langit cerah, wajib yang melihat itu semuanya/orang banyak
(melihat bulan). Dan orang tersebut mengatakan ashadu dan bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah.
b) Dan kalau seandainya cuaca tidak cerah (mendung/berkabut), maka cukup satu
orang yang adil, berakal, baliqh (kesaksian). Dan tidak perlu mengucap ashadu.

b. Menurut Imam Maliki


a) Yang melihat hilal itu orang banyak, maka wajib puasa, sekalipun orang yang
melihat hilal itu tidak semuanya adil.
b) Bahwa yang melihat hilal itu 2 orang yang adil.
c) Kalau yang melihat hilal hanya 1 orang (laki-laki), maka yang wajib puasa hanya
dia sendiri.
c. Menurut Imam Syafii
a) Melihat oleh orang yang adil, walaupun hanya 1 orang (baik laki-laki /
perempuan) dan wajib mengucap ashadu.
b) Kalau yang melihat hilal itu orang yang tidak adil (baik laki-laki / perempuan)
maka puasa wajib hanya bagi dirinya.
d. Menurut Imam Hambali
Diterima,apabila

hilal

itu

dilihat

(perkadaan)

orang

mukallaf

(laki-

laki/perempuan, merdeka/hamba) yang adil, baik adil secara zhahir maupun secara
batin. Baik cuaca cerah /mendung dan mengucapkam ashadu.
kesimpulan hukum bahwa permulaan puasa itu harus berdasarkan atas rukyat bila
cuaca cerah; dan atas dasar istikmal (menggenapkan jumlah bilangan bulan
Sya'ban)

bila

cuaca

buruk,

misalnya

karena

mendung

sehingga

tidak

memungkinkan dilakukan rukyat.


2.

Berita terlihatnya bulan


a. Menurut Malik, tidak boleh berpuasa dan berbuka kalau informasinya kurang
dari dua orang yang adil. Riwayat dari Malik bahwa dia tidak menerima
kesaksian dua orang informan, kecuali bila cuaca berawan.
b. Menurut SyafiI dari riwayat Muzani, untuk memulai puasa cukup seorang
informan, sedangkan untuk berbuka atau berahri raya minimal dua orang
informan.
c. Menurut Abu Hanifah, kalau cuaca berawan, cukup seorang informan, kalau
cuaca cerah harus sekelompok informan. Riwayat dari Abu hanifah bahwa dia
menerima kesaksian dua orang informan yang adil pada saat cuaca cerah

3. Dengan kabar mutawatir, yaitu kabar orang banyak, sehingga mustahil mereka akan
dapat sepakat berdusta atau sekata atas kabar yang dusta.
4. Percaya kepada orang yang melihat.
5. Dengan ilmu hisab atau kabar dari ahli hisab (ilmu bintang).
D. Waktu Niat Puasa
Sebagaimana diketahui, bahwa niat itu adalah salah satu rukun dri puasa, namun
bukan saja puasa, tetapi semua ibadah harus dimulai dengan niat yang ikhlas kepada
Allah.
Nabi bersabda:

sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat (HR.

Bukhari, muslim).
Mengenai waktu niat, terdapat perbedaan pendapat. Dalam hal niat puasa wajib (jenis
apa saja), para ulama berbagai mazhab sepakat bahwa niat harus dilaksanakan pada
malam hari. Pendapat ini didasarkan pada hadis Rasul saw. yang diriwayatkan oleh
Sayidah 'Aisyah:
"Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum terbit fajar, maka
tidak sah puasanya".Lain halnya puasa sunnah, waktu berniat tidak harus malam hari,
tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu
Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama
mazhab Hambali, untuk puasa sunah, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur.
Kembali ke persoalan, seandainya lupa berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah
melakukan niat setelah terbit fajar atau pagi harinya?
Ada beberapa pendapat mengenai waktu niat puasa menurut 4 madzhab :
1. Pendapat mazhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan
bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah.
Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang
sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa qadha, puasa kafarat, puasa
karena telah melakukan haji tamattu' dan qiran --sebagai gantinya denda/dam, dll)
maka tidak sah puasanya.
Karena, menurut mazhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada
malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-waktu
tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan pusa-puasa sunnah yang tidak

dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar
sampai sebelum Dhuhur.
2. Mazhab Malikiyah : Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan
pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang
berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum
tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun
puasa sunnah.
3. Mazhab Syafi'iyah : Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada
waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadhan; yang sifatnya menjadi tanggungan
seperti qadha, nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun
puasa sunnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya
matahari.
Karena Nabi saw. suatu hari berkata pada 'Aisyah: 'Apakah kamu mempunyai
makanan?'. Jawab 'Aisyah: 'Tidak punya'. Terus Nabi bilang: 'Kalau begitu aku
puasa'. Lantas 'Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata
kepadanya: 'Adakah sesuatu yang bisa dimakan?'. Jawab 'Aisyah: 'Ada'. Lantas
Nabi berkata: 'Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa'.
4. Mazhab Hanbaliyah : Tidak beda dari Syafi'iyah, mazhab ini mengharuskan niat
dilakukan pada malam hari, untuk semua jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah,
berbeda dari Syafi'iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur
(dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar).
E. SyaratSyarat Puasa
1. Syarat Wajib Puasa
a. Berakal, orang yang gila tidak wajib Puasa.
b. Balig (umur 15 tahun ke atas) atau ada tanda yang lain. Anak-anak tidak wajib
puasa.
c. Kuat berpuasa, orang yang tidak kuat, misalnya karena sudah tua atau sakit, tidak
wajib puasa.
2. Syarat Sah Puasa
a. Islam, orang yang bukan islam tidak sah puasa.
b. Mumayiz (dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik).
c. Suci dari darah haid (kotoran) ataupun nifas(darah sehabis melahirkan).

Orang yang haid atau nifas itu tidak sah puasa, tetapi keduanya wajib mengqada
(membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya.
d. Dalam waktu yang diperbolehkan puasa padanya. Dilarang pada dua hari raya
dan hari Tasyriq (tanggal 11-12-13).[6]
F. Rukun Puasa
1. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama bulan ramadhan. Yang dimaksud
dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya. Kecuali puasa sunat, boleh
berniat pada siang hari, asal sebelum zawal (matahari condong ke barat)
2. Menahan diri dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari.
G. Perkara yang Membatalkan Puasa
1. Makan dan Minum
Firman Allah Swt :

Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dan benang hitam,
yaitu fajar.(Al-baqarah : 187)
Makan dan minum yang membatalkan puasa ialah dilakukan dengan sengaja. Kalau
tidak sengaja, misalnya lupa, tidak membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw :
Artinya : Barang siapa lupa, sedangkan ia dalam keadaan puasa, kemudian ia
makan

atau

minum,

maka

hendaklah

puasanya

disempurnakan,

karena

sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum. (Riwayat Bukhari


dan Muslim)
Memasukan sesuatu kedalam lubang yang ada pada badan, seperti lubang telinga,
hidung, dan sebagainya, menurut sebagian ulama sama dengan makan dan minum,
artinya membatalkan puasa. Mereka mengambil alas an dengan qias, diqiaskan
(disamakan) dengan makan dan minum. Ulama yang lain berpendapat bahwa hal itu
tidak membatalkan karena tidak dapat diqiaskan dengan makan dan minum.
Menurut pendapat yang kedua itu, kemasukan air sewaktu mandi tidak
membatalkan puasa, begitu juga memasukkan obat melalui lubang badan selain
mulut, suntik, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa karena yang demikian
tidak dinamakan makan atau minum.

2. Muntah yang disengaja, sekalipun tidak ada yang kembali kedalam. Muntah yang
tidak disengaja tidaklah membatalkan puasa.
Sabda Rasulullah Saw :Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw, telah berkata, Barang
siapa terpaksa muntah, tidaklah wajib mengqada puasanya, dan barang siapa yang
mengusahakan muntah, maka hendaklah dia mengqada puasanya. Riwayat Abu
Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban).
3. Bersetubuh
Firman Allah Swt :

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri
kamu. (Al-baqarah :187)
Laki-laki yang membatalkan puasanya dengan bersetubuh diwaktu siang hari
dibulan Ramadhan, sedangkan dia berkewajiban puasa, maka ia wajib membayar
kafarat. Kafarat ini ada 3 tingkat :
a. Memerdekakan hamba
b. Kalau tidak sanggup memerdekakan hamba puasa dua bulan berturut-turut.
c. Kalau tidak kuat puasa bersedekah dengan makanan yang mengenyangkan
kepada enam puluh fakir miskin, tiap-tiap orang liter.
4. Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sejabis melahirkan).
Dari Aisyah. Ia berkata, Kami disuruh oleh Rasulullah Saw. Mengqada puasa,
dan tidak disuruhnya untuk mengqada shalat. (Riwayat Bukhari)
5. Gila, jika gila itu dating waktu siang hari, batallah puasa.
6. Keluar mani dengan sengaja (karena bersentuhan dengan perempuan atau lainnya).
Karena keluar mani itu adalah puncak yang dituju orang pada persetubuhan, maka
hukumnya disamakan dengan bersetubuh. Adapun keluar mani karena bermimpi,
mengkhayal, dan sebagainya, tidak membatalkan puasa.[8]
Orang-orang yang diperbolehkan berbuka pada Bulan Ramadhan adalah sebagai
berikut :
1. Orang yang sakit apabila tidak kuasa berpuasa, atau apabila berpuasa maka sakitnya
akan bertambah parah atau akan melambatnya sembuhnya menurut keterangan
yang ahli dalam hal itu. Maka orang tersebut boleh berbuka, dan ia wajib mengqada
apabila sudah sembuh, sedangkan waktunya adalah sehabis bulan puasa nanti.

2. Orang yang dalam perjalanan jauh (80,640 km) boleh berbuka, tetapi ia wajib
mengqada puasa yang ditinggalkannya itu.
3. Orang tua yang sudah lemah, tidak kuat lagi berpuasa karena tuanya, atau karena
memang lemah fisiknya, bukan karena tua. Maka ia boleh berbuka, dan ia wajib
membayar Fidyah (bersedekah) tiap hari liter beras atau yang sama dengan itu
(makanan yang mengenyangkan) kepada fakir dan miskin.
4. Orang hamil dan orang yang menyusui anak. Kedua perempuan tersebut, kalau
takut akan menjadi mudarat kepada dirinya sendiri atau beserta anaknya, boleh
berbuka, dan mereka wajib mengqada sebagaimana orang yang sakit. Kalau
keduanya hanya takut akan menimbulkan mudarat terhadap anaknya (takut
keguguran atau kurang susu yang dapat menyebabkan si anak kurus), maka
keduanya boleh berbuka serta wajib qada dan wajib Fidyah (memberi makan fakir
miskin, tiap-tiap hari liter). Keterangannya adalah ayat di atas dan sabda
Rasulullah Saw, berikut ini :Dari Anas. Rasulullah Saw. Telah berkata,
sesungguhnya Allah telah memaafkan setengah Shalat dari orang musafir, dan
memaafkan pada puasanya, dan Dia memberikan (kemurahan) kepada wanita yang
hamil dan yang sedang menyusui. (Riwayat lima orang ahli hadis).[9]
H. Sunat Puasa
1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah
terbenam.
Sabda Rasulullah Saw : Dari Sabl Saad, Rasulullah Saw. Berkata, senantiasa
manusia dalam kebaikan selama mereka menyegerakkan berbuka puasa. (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
2. Berbuka dengan Kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.
Diriwayatkan :Dari Anas, Nabi Saw. Berbuka dengan rutab (kurma gemading)
sebelum shalat, kalau tidak ada dengan kurma, kalau tidak ada juga , beliau minum
beberapa teguk. (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)
3. Berdoa sewaktu berbuka puasa
Sabda Rasulullah Saw :Dari Ibnu Umar, Rasulullah Saw. Apabila berbuka puasa,
beliau berdoa: Ya Allah, karena engkau saya puasa, dan dengan rezeki pemberian
Engkau saya berbuka, dahaga telah lenyap dan urat-urat telah minum, serta pahala
tetap bila allah Swt. Menghendaki.( Riwayat Bukhari dan Muslim)

4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan
ketika puasa.
Sabda Rasulullah Saw : Dari Anas. Rasulullah Saw. Telah berkata, makan
sahurlah kamu. Sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkat (menguatkan
badan menahan lapar karena puasa).(Riwayat Bukhari dan Muslim)
5. Mentakhirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.
Sabda Rasulullah Saw :
Dari Abu Zar,Rasulullah Saw. Telah berkata ,senantiasa umatku dalam kebaikan
selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka.(Riwayat Ahmad)
6. Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.
7. Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa
8. Memperbanyak membaca Al-quran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar)
karena mengikuti perbuatan Rasulullah Saw.[12]
I. Hikmah Puasa
Ibadah puasa mengandung beberapa hikmah, diantaranya sebagai berikut :
1. Tanda terimakasih kepada Allah Swt karena semua ibadah yang mengadung arti
terimakasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang tidak terbatas
banyaknya, dan tidak ternilai harganya.
Firman Allah Swt :

Dan jika kamu menghitung

nikmat

Allah,

tidak

dapat

kamu

menghinggakannya.(Ibrahim: 34)
2. Didikan kepercayaan
Seorang yang telah sanggup menahan makan dan minum dari harta yang halal
kepunyaannya sendiri, karena ingat perintah Allah, sudah tentu ia tidak akan
meninggalkan segala perintah Allah, dan tidak akan berani melanggar segala
larangan-Nya.
3. Didikan perasaan belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seseorang yang telah
merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur
kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut
yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas
kasihan dan suka menolong fakir miskin.
4. Guna menjaga kesehatan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa adalah salah satu rukun islam yang wajib dikerjakan oleh hamba Allah yang
bertakwa, didalamnya banyak terdapat manfaat bagi jasmani dan rohani, puasa sendiri
dibagi menjadi dua macam, yaitu puasa wajib dan puasa sunah.
Puasa wajib adalah puasa wajib dikerjakan yang dilaksanakan mendapat pahala dan
tidak dikerjakan mendapat dosa. Puasa Sunnah adalah puasa yang boleh dikerjakan
ataupun tidak. Puasa wajib meliputi puasa ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nadzar.
Sedangkan puasa sunah meliputi puasa daud, puasa senin kamis, puasa syawal, puasa
arafah, puasa asyura, puasa syaban, dan puasa pada bulan pertengahan komariah.

Puasa haruslah dilakukan pada selain hari-hari yang telah diharamkan dan dalam
menjalankannyapun

harus

menghindari

hal-hal

yang

dapat

membatalkan

puasa.diantaranya muntah dengan sengaja,ragu, berubah niat, danlain sebagainya.


Puasa mengandung banyak hikmah baik dalam segi kejiwaan seperti membiasakan
sabar dan berprilaku baik. Dalam segi social seperti sikap saling tolong
menolong.dalam segi kesehatan seperti, membersihkan usus. Maupun dalam segi
rohani yaitu selalu berdzikir kepada allah.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Burhanudin Yusuf. Misteri Bulan Ramadhan. 2006. Jakarta: QultumMedia.
Hawwa Said. 2004. Al-Islam. Jakarta: Gema Insani Press
Rusyid, Ibnu. 2007. Bidayatul Mujtahid. Jakarta: Pustaka Amani
Rasjid Sulaiman. 2010. Fiqih Islam. Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Handrianto Budi, Miftah Faridl. 2007. Puasa Ibadah Karya Makna (online),
(http://books.google.co.id/books, diunduh 7 Desember 2012 pukul 10:07 WIB).
Sumaji Muhammad Anis. 2008. 125 Masalah Puasa (online), http://books.google.co.id.
Diunduh 7 Desember 2012 pukul 10:25 WIB).
Yasin Ahmad Hadi. 2009. Puasa Cinta (online), http://books.google.co.id. Diunduh 7
Desember 2012 pukul 10:40 WIB).

http://www.muhammadiyah.or.id/muhfile/download/fatwa_putusan_wacana_tarjih/tuntun
an_ibadah_bulan_ramadhan.pdf, 21.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai