I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. ES
Usia
: 22 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
: Islam
Alamat
Suku
: Jawa
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Tanggal Masuk RS
: 27 Juni 2014
Alloanamnesis
: Ayah (8, 12 Juli 2014), Ibu (11, 12, 16 Juli 2014), Kakak (16 Juli
2014)
a. Keluhan Utama
Pasien merasa ada yang mengejar-ngejar
b. Keluhan Tambahan
Pasien tampak bingung, berperilaku kacau, dan sering berbicara sendiri
c. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poli Jiwa RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 27 Juni 2014
diantar oleh keluarganya dengan keluhan merasa seperti ada yang mengejar, tampak
bingung, berperilaku kacau, dan sering berbicara sendiri. Kemudian pasien dipindahkan
v.
vi.
yang berusia lebih tua 4 tahun. Lama pacaran pasien tidak lebih dari 6 bulan.
Pasien sempat mengakui pernah berpacaran dengan adik kelas beberapa bulan
lalu yang tidak diketetahui oleh orang tuanya, hubungannya sudah sampai
berhubungan seksual dilaur pernikahan, namun setelah digali lebih lanjut
pasien tidak mau membicarakannya lagi. Pasien berkata bahwa sekarang sudah
vii.
f. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak bungsu dari dua bersaudara. Ayah pasien adalah pensiunan TNI
AL dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien memiliki seorang kakak perempuan
yang sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Pasien cenderung dimanja oleh
kedua orangtuanya. Keinginan pasien selalu dituruti, jika tidak dituruti pasien akan
ngambek hingga keinginannya dituruti. Hubungan pasien dengan orang tua dan
kakaknya cukup baik, namun pasien cenderung untuk tidak memberitahukan urusan
pribadinya dengan keluarganya, hanya mendiskusikan mengenai masalah pendidikan.
Menurut ayah pasien, nenek dari garis keturunan ibu juga pernah memiliki keluhan
yang sama seperti pasien,yaitu depresi dan sering melamun. Namun nenek sudah
meninggal dari 6 tahun yang lalu.
GENOGRAM
Ny. F, 67
Tn. T, 52
Ny. S, 49
Tn. M,
29
Ny. L, 27
Nn. E,
22
An. E, 1
= Laki - laki
=
Meninggal
=
Meninggal
= Pasien
= Gejala yang sama
=
g. Situasi Kehidupan
Sekarang
Saat iniPerempuan
pasien tinggal bersama orang tuanya di Bekasi sejak 3 bulan yang lalu dari
gejala mulai muncul. Selama masa kuliah, pasien sempat tinggal bersama kakaknya
selama 2 tahun, namun setelah kakanya lulus pasien tinggal sendiri (kos) dan menjelang
tingkat akhir pasien tinggal di rumah nenek pasien di Yogyakarta. Bila sedang ada
masalah pendidikan, pasien suka mendiskusikannya dengan kakaknya namun untuk
masalah pribadi pasien cenderung tertutup. Kakak pasien sudah berkeluarga sehingga
tidak tinggal lagi bersama pasien dirumah. Semenjak di Yogyakarta, pasien mengatakan
bahwa pasien jarang untuk bermain karena jadwal kuliah yang padat hingga sampai
malam hari. Namun saat ini pasien banyak memiliki waktu kosong karena hanya tinggal
menunggu jadwal sidang akhir, sehingga pasien menghabiskan waktu dengan pergi ke
warnet sendirian hingga mendapatkan video tentang ceramah keagamaan. Setelah
keluhan terjadi saat 3 bulan yang lalu, pasien tidak boleh lagi tinggal sendiri (kos) oleh
ayahnya. Pasien tinggal dirumah kakeknya di Yogyakarta agar dapat dipantau terus
perkembangannya selama 2 bulan terkahir.
h. Persepsi
1. Pasien Tentang Diri dan Lingkungan
Pasien sadar dirinya sedang sakit dan ingin sembuh namun pada saat bersamaan
pasien mengatakan bahwa semuanya sudah terlambat. Sudah terlambat karena
semuanya sudah terlanjur terjadi, pasien sudah merasa putus asa atas apa yang
pernah ia perbuat. Pasien merasa bersalah karena dirinya masih memiliki tanggung
jawab yang harus segera diselesaikan sehingga ingin pulang kerumah. Pasien selalu
mengatakan bahwa semuanya sudah terlambat, dan sangat sulit untuk kembali
seperti dahulu karena semunya telah berubah.
2. Keluarga Tentang Diri Pasien
6
Keluarga pasien mengetahui tentang penyakit pasien sehingga merasa sangat sedih
dan terpukul dengan keadaan pasien sekarang. Keluarga sangat berharap pasien
dapat sembuh dan beraktivitas lagi seperti dahulu.
3. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
Pasien mengatakan bahwa sering mengalami mimpi buruk, saat ditanya lebih lanjut
pasien tidak mau menceritakan mimpinya karena akan membuatnya ketakutan.
Namun mimpi itu bukan berupa bayangan mata satu atau tentang video ceramah
keagamaan. Saat ini pasien hanya berharap untuk pulang kerumah dan beraktivitas
lagi seperti dahulu. Pasien selalu menanyakan sudah hari keberapa puasa yang ia
lewati karena pasien sangat ingin berpuasa dan menjalankan shalat tarawih seperti
orang lain. Pasien ingin menyelesaikan sidang akhirnya yang sempat tertunda agar
dapat membanggakan kedua orang tuanya di masa depan.
III. STATUS MENTAL (dilakukan pada tanggal 12 Juli 2014)
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 22 tahun dengan penampilan lebih tua
dari usia, tinggi badan 160 cm, berat badan 65 kg, kulit sawo matang, rambut
panjang terkuncir sedikit berantakan, bibir kering, terdapat kantung mata, kuku
mulai panjang dan terdapat kotoran, kerapihan dan perawatan diri kurang. Pasien
memakai baju berlengan pendek warna putih dengan bawahan mukena dan
memakai selimut.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Selama wawancara pasien sedang berbaring di tempat tidur bangsal perawatan,
pasien tenang, tampak selalu memeluk boneka zebra dengan kedua tangannya.
Aktivitas psikomotor cenderung melambat. Pasien menunduk dan jarang
melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien cukup kooperatif, tampak bingung, selama wawancara selalu menjawab
pertanyaan dari pemeriksa, namun masih terbatas sehingga harus terus dipancing.
b. Alam Perasaan (Emosi)
1. Mood
: Hipotim
(suasana perasaan yang menurun, muram, sedih, cara berbicara
pelan, ekspresi wajah depresi, gerak gerik tubuhnya
lambat,
2. Afek
: Terbatas
(intensitas irama perasaan menurun, reaksi yang timbul setelah
membicarakan sesuatu sangat terbatas untuk dapat
memicu
emosi)
3. Keserasian
: Serasi antara mood dan afek
c. Pembicaraan
Bicara kurang spontan, volume suara pelan, intonasi rendah, artikulasi kurang jelas,
pasien hanya menjawab dengan beberapa kata. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan
pasien menjawab sesuai dengan pertanyaannya, namun terkadang kontak mata pasien
saat berbicara tidak fokus ke arah lawan bicara.
d. Gangguan Persepsi
Terdapat gangguan persepsi panca indera berupa halusinasi auditorik dan riwayat
halusinasi visual. Halusinasi auditorik yaitu pasien mendengar ada suara-suara bisikkan
yang mengontrol pikirannya. Riwayat halusinasi visual yaitu pasien melihat bayangan
mata satu, namun saat ditanya bayangan ini sudah lama tidak dia lihat.
e. Pikiran
1. Bentuk Pikiran
: Penghambatan (Blocking)
(terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum suatu
2.
Isi Pikiran
pikiran diselesaikan)
: - Waham kejar
(keyakinan salah, bahwa dirinya sedang diganggu,
dikejar-kejar oleh mata satu yang akan berbuat
jahat
kepada dirinya)
- Waham nihillistik
(keyakinan salah, bahwa dirinya dan dunia adalah tidak
ada dan akan berakhir)
3.
Tempat
Orang
di rumah sakit
: baik, pasien dapat mengenali pemeriksa, dokter, perawat, orang
tua, kakak, dan teman satu ruang perawatannya
3. Daya Ingat
i.
Jangka Panjang
ii.
Jangka Sedang
iii.
Jangka Pendek
seminggu terakhir
: baik, pasien dapat mengingat menu makan pagi sebelum
iv.
Jangka Segera
wawancara
: kurang baik, pasien dapat mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa dengan baik dan berurutan
dalam
waktu yang agak lama
4. Konsentrasi dan Perhatian
Kurang baik, karena pasien saat diberikan pertanyaan berhitung yang sederhana
memerlukan waktu yang lama untuk berpikir, juga saat wawancara perhatiannya
sering teralihkan.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik, pasien dapat menulis spontan dan membaca ulang tulisannya dengan baik.
Pasien juga mulai menulis catatan di kertas lembar dan mulai mengaji.
6. Kemampuan Visuospasial
Baik, pasien dapat menunjukkan jarum jam dengan benar namun dalam waktu yang
agak lama.
7. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat melanjutkan peribahasa berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke
tepian
8. Inteligensi dan kemampuan Informasi
Baik, pasien mengetahui siapa capres dan cawapres RI periode saat ini
g. Pengendalian Impuls
Pasien mempunyai riwayat impuls agresif, namun saat ini pengendalian impuls pasien
baik, pasien dapat mengendalikan diri dengan berperilaku baik dan sopan saat
diwawancara.
h. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial
Baik, pasien bersikap sopan terhadap pemeriksa, dokter, perawat dan petugas di
Paviliun Amino
2. Uji Daya Nilai
Baik, pasien berniat untuk memberikan donasi bantuan ke lembaga amal yang dia
ketahui
3. Penilaian Realita
RTA terganggu (gangguan tes realitas dengan menciptakan suatu realitas baru,
terdapat waham kejar, waham nihillistik dan halusinasi auditorik)
4. Tilikan
Derajat 2, pasien agak menyadari sakit dan membutuhkan terapi agar sembuh dari
penyakitnya, namun dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya dengan
mengatakan bahwa semuanya telah terlambat
i. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa keterangan pasien sejauh ini
dapat dipercaya karena ketika pemeriksa melakukan wawancara dengan ayah atau ibu
nya dan wawancara berulang kepada pasien, didapatkan pernyataan yang sama dari
keduanya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada tanggal 14 Juli 2014)
a. Status Interna
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Status Gizi
4. Tanda-tanda Vital
i.
Tekanan Darah
ii.
Nadi
iii.
Pernapasan
iv. Suhu
5. Mata
6. THT
: baik
: compos mentis
: kesan baik
BB (65 kg), TB (160 cm), BMI (25,39 kg/m2; overweight)
: 100/60 mmHg
: 60 x/menit
: 18 x/menit
: 37,1 C
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
: Tidak ada kelainan
10
7. Mulut
pecah
8. Leher
9. Thoraks
10. Abdomen
11. Ekstremitas
12. Kulit
b. Status Neurologis
1. GCS
: 15
2. Tanda-tanda Rangsang Meningeal : negatif
3. Tanda-tanda Efek Ekstrapiramidal : negatif
4. Cara Berjalan
: normal
5. Keseimbangan
: normal
6. Rigiditas
: rigiditas
7. Motorik
: baik
8. Sensorik
: baik
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (diambil pada tanggal 10 Juli 2014)
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi rutin
- Hemoglobin
: 13,3 g/dL
- Hematokrit
: 39 %
- Eritrosit
: 4,5 juta/L
- Leukosit
: 4.730/L* (di bawah nilai normal)
- Trombosit
: 253.000/ L
- MCV
: 87 fL
- MCH
: 30 pg
- MCHC
: 35 g/dL
Kimia Klinik
- Ureum
: 13 mg/dL* (di bawah nilai normal)
- Kreatinin
: 0,5 mg/dL* (batas bawah nilai normal)
- Natrium
: 140 mmol/L
- Kalium
: 3,7 mmol/L
- Klorida
: 105 mmol/L
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pemeriksaan dilakukan pada Nn. ES, jenis kelamin perempuan, usia 22 tahun, agama
Islam, suku Jawa, pendidikan terkahir SMA, pekerjaan mahasiswi, tinggal di Bekasi, masuk
pavilion Amino RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 27 Juni 2014 diantar oleh keluarganya
11
karena merasa seperti ada yang mengejar, tampak bingung, berperilaku kacau, dan sering
berbicara sendiri dari 3 bulan terakhir.
Berdasarkan pemeriksaan status mental tanggal 12 Juli 2014, pasien berpenampilan
sesuai umur, rawat diri kurang, selama wawancara pasien sedang berbaring di tempat tidur,
pasien kooperatif & tenang, aktivitas psikomotor cenderung melambat, jarang melakukan
kontak mata dengan pemeriksa. Terdapat mood yang hipotim dan afek yang terbatas, serasi
antara mood dan afek. Volume suara pelan, intonasi rendah, pasien hanya menjawab dengan
beberapa kata. Terdapat halusinasi auditorik dan riwayat halusinasi visual. Bentuk pikiran
blocking, isi pikiran berupa waham kejar dan nihillistik, proses pikiran psikosis.
Penilaian RTA terganggu. Nilai tilikan pasien adalah derajat 2, pasien agak menyadari
sakit dan membutuhkan terapi agar sembuh dari penyakitnya, namun dalam waktu yang
bersamaan menyangkal penyakitnya dengan mengatakan bahwa semuanya telah terlambat.
Secara umum hasil autoanamnesis dengan pasien dapat dipercaya.
Berdasarkan alloanamnesis dengan keluarga pasien, sebelumnya pasien tidak pernah
mengalami keluhan seperti ini. Keluhan dimulai saat 3 bulan yang lalu setelah pasien
dikirimkan video oleh temannya yang bernama Reqi dan Cici tentang seorang kyai yang
sedang berceramah mengenai keagamaan. Pasien merasa seperti ada yang mengejar, tampak
bingung, berperilaku kacau, dan sering berbicara sendiri. Pasien juga ketakutan akan dikejarkejar oleh mata satu dan mendengar suara-suara bisikkan di telinganya. Pasien menjadi
malas untuk beraktivitas ke luar rumah, hanya mengurung diri di kamar, melamun, berbicara
sendiri dan sempat melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat tangannya
menggunakan tali
Saat ini pasien mengatakan bahwa bayangan mata satu sudah mulai berkurang namun
bisikkan-bisikkan yang berkomentar terkadang masih ada. Pasien merasa bersalah dan
mengatakan merasa bertanggung jawab akan sesuatu. Pasien hanya berbaring ditempat tidur
dan asupan makan/minum pun berkurang, jika diajak berbicara suaranya pelan dengan
tatapan yang kosong dan tidak melihat lawan bicaranya
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pada pasien ditemukan adanya pola
perilaku yang secara klinik cukup bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala
12
13
kemudian pasien putus dengan kekasihnya tersebut. Masalah pendidikan yaitu pembimbing
skripsi yang sulit untuk ditemui sehingga menyulitkan proses pembuatan skripsinya.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian aktivitas sehari-hari menggunakan skala Global
Assessment of Functioning (GAF) menurut PPDGJ-III, didapatkan nilai GAF tertinggi 1
tahun terakhir adalah 80-71 dimana gejala sementara dan dapat diatasi. Nilai GAF saat
masuk rumah sakit yaitu 20-11 dimana bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri. Nilai GAF saat pemeriksaan terakhir
yaitu 50-41 dimana gejala berat dan disabilitas berat.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
IX. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
X. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak ditemukan permasalahan
b. Psikologis
- Mood
: Hipotim
- Afek
: Terbatas
- Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik dan riwayat halusinasi visual
- Bentuk pikir
: Blocking
- Isi Pikir
: Waham kejar dan waham nihilistik
- Proses Pikir
: Koherensia
14
RTA
: Terganggu
Tilikan
: Derajat 2
c. Lingkungan dan Sosial
Adanya tekanan dan masalah dari lingkungan pendidikan dan pertemanannya
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungtionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik :
- Fungsi keluarga yang stabil
- Tidak ada gangguan psikiatrik komorbid
Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk :
- Episode berat
- Terdapat gejala psikotik
XII. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
Sertraline 1 x 50 mg (PO)
Aripiprazole 1 x 10 mg (PO)
b. Psikoterapi
- Kepada Pasien
Psikosuportif:
Membantu pasien
belajar
bagaimana
untuk
maju
dan
membuat
sehat, seperti edukasi untuk perawatan diri, intake makanan dan minuman
Kepada Keluarga
Psikoedukasi :
Edukasi mengenai penyakit pasien, dengan cara memberikan penjelasan yang
bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien,
gejalanya, faktor yang memperberat dan cara pencegahannya. Keluarga diharapkan
dapat menerima dan mengerti keadaan pasien serta mendukung proses terapi dan
mencegah kekambuhan
15
Edukasi mengenai terapi yang diberikan, dengan cara menjelaskan mengenai terapi
yang diberikan serta efek samping yang mungkin dapat timbul. Selain itu juga
ditekankan pentingnya minum obat secara teratur sehingga diharapkan keluarga
dapat turut serta memantau.
XIII. DISKUSI
Berdasarkan PPDGJ-III kriteria diagnosis untuk Episode Depresif Berat dengan
Gejala Psikotik adalah :
a. Semua 3 gejala utama depresi harus ada :
- afek depresif
- kehilangan minat dan kegembiraan
- berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
b. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya :
- konsentrasi dan perhatian berkurang
- harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau orang lain
- tidur terganggu
- nafsu makan berkurang
c. Harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu
d. Sangat tidak mungkin pasien dapat meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
rumah tangga
e. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham melibatkan ide tentang dosa,
kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab
atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik berupa suara menghina atau menuduh
atau bau kotoran membusuk.
Pada pasien ini didapatkan gejala episode depresif seperti afek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, menurunnya aktivitas, nafsu makan berkurang, rasa bersalah dan
tidak berguna serta perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri. Didapatkan juga gejala
psikotik seperti halusinasi auditorik, riwayat halusinasi visual, waham kejar dan waham
nihilistik juga gejala negatif. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung selama kurun waktu
1 bulan terakhir. Gejala depresif lebih dominan dari gejala psikotik. Oleh karena itu,
menurut PPDGJ-III gejala diatas telah memenuhi kriteria untuk diagnosis episode depresif
berat dengan gejala psikotik (F32.3).
16
Diagnosis banding pada pasien ini adalah skizofrenia paranoid (F20.0) karena pada
pasien didapatkan gejala umum skizofrenia yaitu thought echo (isi pikiran dirinya sendiri
yang berulang atau bergema dalam kepalanya), delusion of passivity (waham tentang
dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar), dan halusinasi
auditorik (suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien). Diagnosis ini dapat disingkirkan karena pada skizofrenia paranoid gejala
halusinasi dan/atau waham harus terlihat lebih menonjol dari gejala lain, namun pada
pasien ini gejala hanya menonjol saat awal gejala. Pada episode depresif berat dengan
gejala psikotik, waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, rasa bersalah dan pasien
dapat merasa tanggung jawab atas hal itu, sama seperti gejala yang dialami pasien.
Berdasarkan diagnosis diatas, psikofarmaka yang dipilih adalah :
a. Sertraline 1 x 50 mg (PO) diberikan 1 kali sehari
Sertraline termasuk kedalam obat antidepresi golongan SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitors). Mekanisme kerja sertraline adalah dengan menghambat ambilan
(uptake)
serotonin
(5HT)
sehingga
terjadi
peningkatan
jumlah
aminergic
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7. Binarupa
Aksara: Jakarta
2. Depkes RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
3. Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
4. Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
18