Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan rahmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Gangguan afektif bipolar ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah
untuk memenuhi tugas di kepaniteraan klinik Ilmu Kejiwaan Rumah Sakit Jiwa Dharmagraha,, serta
agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, oleh karena itu
Penulis
Page 1
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: Selva Awandari
Thea Tania
Gabriella Bonia Abriani
Fakultas
: Kedokteran
Universitas
: Universitas Tarumanagara
Tingkat
Bidang pendidikan
Diajukan
: November 2014
Pembimbing
Pembimbing
Page 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
IV. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................42
Page 3
DEFINISI
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood yang
terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik, atau campuran yang biasanya
disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.
Pasien yang menderita hanya episode depresif dikatakan mengalami gangguan
depresif berat. Gangguan Bipolar I adalah suatu perjalanan klinis yang dikarakteristikkan
oleh terdapatnya satu atau lebih episode manik atau campuran, dimana individu tersebut juga
mempunyai satu atau lebih episode depresi mayor. Gangguan bipolar II ditandai oleh adanya
episode depresif berat yang berganti-ganti dengan episode hipomania, yaitu episode gejala
manik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk episode manik yang ditemukan pada
gangguan bipolar I. Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas dari episode atau
terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit 2 bulan tanpa adanya gejalagejala mania.
Gangguan bipolar yang berdasarkan pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III sifatnya berulang (sekurang kurangnya dua episode) dimana
afek pasien dan tingkat aktifitasnya jelas terngganggu,pada waktu terntentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktifitas (mania atau hipomania) ,dan pada
waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktifitas (depresi). Pada
gangguan ini spesialnya adalah ada penyembuhan total yang sempurna di setiap episode.
Episode manik biasanya terjadi tak terduga dan berlangsung paling cepat dua minggu sampai
dengan lima bulan, lain halnya jika depresi yang cenderung lebih lama (Rusdi M, 2003).
Episode manik terdiri dari 3 tingkatan keparahannya, meliputi (1) hipomanik, (2)
manik dengan gejala psikotik dan (3) manik tanpa gejala psikotik. Contoh gangguan
hipomanik yaitu jika wanita sedang jatuh cinta terhadap pria. Perasaan sangat gembira,
bersemangat dalam melakukan segala aktivitas, dan gairah seksual yang meningkat.
Page 4
Gangguan hipomanik lebih bisa dikontrol daripada manik karena gejala yang dialami tidak
menyimpang dari masyarakat. (DellOsso L, dkk. 2006).
Contoh gangguan manik seperti sangat optimis dalam suatu pekerjaan. Selain itu
perasaan mudah tersinggung saat berdiskusi dan curiga bila ada pasangan selingkuh. Gejala
tersebut sangat berat karena aktivitas sosialnya menjadi sangat kacau. Selain itu manik
merupakan hiperaktifitas motorik seperti bekerja melebihi kemampuan/kewajaran yang
terkadang tidak produktif, kegembiraan yang berlebihan, banyak bicara, dan disertai dengan
waham kebesaran. Pengertian waham kebesaran yaitu perilaku yang sesuai dengan keinginan
wahamnya, tidak sistematik, perilaku yang menyimpang dari norma- norma yang ada di
masyarakat.
EPIDEMIOLOGI
Insiden
Insiden gangguan bipolar tiap tahunnya kurang dari 1% tetapi gangguan
tersebut sulit ditebak karena gangguan bipolar sulit di deteksi
Sex
Gangguan bipolar I angka kejadiannya sama antara laki-laki dan perempuan.
Episode manik lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Sedangkan episode depresi lebih bnyak dialami oleh laki-laki.
Usia
Onset usia pada gangguan bipolar biasanya terjadi di usia 30 tahun dan bisa
juga pada usia remaja dan dewasa
Lingkungan
Gangguan depresi ebih sering terjadi pada pasien yang single atau berpisah
dibandingkan dengan yang sudah menikah
Page 5
ETIOLOGI
2.1 Faktor Biologis
Dari penelitian yang ada didapatkan hipotesis bahwa gangguan mood
adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.
Norepinefrin dan serotonin dari amin biogenik merupakan dua transmitter yang
paling berperan dalam patofisiologi mood. Penuruan serotonin merupakan salah
satu pencetus depresi, seperti penelitian yang dilakukan pada orang yang bunuh
diri, didalam cairan serebrospinal mereka ditemukan kadar serotonin yang rendah.
2.2 Faktor Genetika
Dari
data penelitian
pada
faktor
genetik
dinyatakan
bahwa
perkembangan gangguan mood sangat dipengaruhi oleh genetik. Peran dari faktor
genetik pada bipolar lebih besar dari depresi. Penelitian yang dilakukan dalam
keluarga, apabila satu orang dari orang tua penderita gangguan mood memiliki
gangguan mood maka anak mereka memiliki faktor resiko 50%. Contoh lain pada
anak kembar monozigotik, presentasi untuk bipolar sekitar 33%-90% sedangkan
pada depresi memiliki presentasi sekitar 50%, tetapi untuk anak kembar dizigotik
memiliki presentasi hanya 25%.
2.3 Faktor Psikosisoal
Dari pengamatan klinis yang diamati, peristiwa kehidupan sangatlah
memainkan peran dalam gangguan mood terutama depresi. Seperti adanya
penelitian anak yang kehilangan orang tuanya pada saat mereka berusia kurang
dari 11 tahun atau kehilangan pasangan merupakan stressor terbesar pada
gangguan mood terutama depresi.
Page 6
GAMBARAN KLINIS
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan mood, satu untuk depresi dan satu
untuk mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan
bipolar I. beberapa pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan
cirri mania dan depresif
5.1 Episode Depresif
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama
dari depresi. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, dalam
kesedihan, atau tidak berguna. Pasien seringkali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu
rasa nyeri emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh tidak
dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.
Hampir semua pasien terdepresi (97%) mengeluh adanya penurunan energy yang
menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah dan pekerjaan, dan penurunan
motivasi untuk mengambil proyek baru. 80% pasien mengeluh sulit tidur, khususnya
terbangun pada dini hari (yaitu, insomnia terminal) dan sering terbangun pada malam hari,
selama mana mereka mungkin merenungkan masalahnya.
Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Tetapi
beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambahan berat badan, dan tidur
yang bertambah. Pasien tersebut diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai cirri atipikal dan
juga dikenal sebagai memiliki disforia histeroid. Pada kenyataannya, kecemasan merupakan
gejala yang sering pada depresi, yang mengenai sebanyak 90% pasien depresi. Gejala
vegetatif lainnya adalah menstruasi yang tidak normal dan penurunan minat dan kinerja di
dalam aktivitas seksual.
Kecemasan (termasuk serangan panik), penyalahgunaan alcohol, dan keluhan somatic
(seperti konstipasi dan nyeri kepala) seringkali mempersulit pengobatan depresi. Kira-kira
50% dari semua apsien menggambarkan suatu variasi diurnal dari gejalanya, dengan suatu
peningkatan keparahan di pagi hari dan gejala meringan di malam hari. Gejala kognitif adalah
Page 7
laporan subjektif yang berupa ketidakmampuan berkonsentrasi (84% pasien di dalam suatu
penelitian) dan gangguan dalam berpikir (67% pasien pada penelitian lain)
Depresi pada anak-anak dan remaja
Prestasi akademik yang buruk, penyalahgunaan zat, perilaku antisocial, promiskuitas
seksual, membolos, dan melarikan diri mungkin merupakan gejala depresi pada remaja.
Page 8
Page 9
Page 10
Page 11
Gangguan Mood
Tuliskan keadaan sekarang gangguan depresif berat atau gangguan bipolar I pada digit
kelima:
1 ringan
2 sedang
3 parah, tanpa ciri psikotik
4 parah, dengan ciri psikotik
5 dalam remisi parsial
6 dalam remisi penuh
0 tidak ditentukan
Gangguan Depresif
296.xx Gangguan depresif berat
.2x episode tunggal
.3x rekuren
300.4 Gangguan distimik
311
Page 12
Gangguan Bipolar
296.xx Gangguan bipolar I
.0x episode manik tunggal
.40 episode terakhir hipomanik
.4x episode terakhir manik
.6x episode terakhir campuran
.5x episode terakhir terdepresi
.7 episode terakhir tidak ditentukan
296.89 Gangguan bipolar II
301.13 Gangguan siklotimik
296.80 Gangguan bipolar YTT
293.83 Gangguan mood karena kondisi medis umum
Gangguan mood akibat zat (lihat gangguan berhubungan zat untuk kode spesifik
zat
296.90 Gangguan mood YTT
Page 13
Saat ini dalam keadaan manik, tetapi belum pernah mengalami afektif sebelum atau
sesudahnya.
Terdapat 3 gradasi :
F30.0 Hipomania
Pedoman diagnosis
(1)
Pedoman diagnosis
1)Suasana perasaan yang meningkat tidak sepadan dengan keadaan individu
sampai hampir tak kendali
2)Aktivitas meningkat, berupa :
Page 14
Terlalu optimistik
Gambaran klinis lebih berat dari Mania tanpa gejala psikotik, dan disertai
Aktivitas fisik yang berlebihan tadi dapat menjurus kepada agresi dan
kekerasan; pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi yang dapat mengancam
dirinya
PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
1. Pedoman Umum
Semua jenis gangguan afektif bipolar harus pernah ada sekurangkurangnya satu episode afektif.
Page 15
Penggolongan tipe tergantung pada jenis afektif pada episode saat ini.
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan
atau sedang.
F31.4 Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat
tanpa gejala psikotik.
Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat
dengan gejala psikotik.
Page 16
Kelompok diagnosis ini hanya untuk episode afektif yang pertama saja.
PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
F32.0 Episode Depresif Ringan
( 1 ) Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang khas (gejala A) :
Perasaan depresif
Tidur terganggu
Page 17
Page 18
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih
jarang daripada gangguan bipolar
F33.0 gangguan depresif berulang episode kini ringan
F33.2 gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik
F33.3 gangguan depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik
Page 19
F34.1 Distimia
Page 20
Afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau
jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang
Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang kuragnya beberapa tahun,kadang kadang untuk jangka
waktu yang tidak terbatas
Page 21
Dipakai sebagai langkah terakhir jika tidak ada istilah lain yang tidak
dapat digunakan
awal
gangguan
mood
dan
bahwa,
walaupun
episode
pertama
dapat
Page 22
awal. Usia rata-rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun dan keadaan ini sering terjadi
setelah 2 4 episode depresif.
Prognosis : Bukan suatu gangguan yang ringan dan cenderung kronis serta mengalami
relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif berat
memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama. Persentase pasien yang
sembuh setelah perawatan di rumah sakit menurun dengan berjalannya waktu dan pada waktu
lima tahun pasca perawatan di rumah sakit, 10-15 % pasien tidak pulih. Kira-kira 25% pasien
mengalami suatu rekurensi dalam 6 bulan pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira
30 50% dalam 2 tahun pertama, dan kira-kira 50-75 % dalam 5 tahun. Insidens relaps jauh
lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis
profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresif. Pada
umumnya, saat pasien mengalami lebih banyak episode depresif, waktu antara episode
memendek, dan keparahan masing-masing meningkat.
Gangguan Bipolar I
Perjalanan penyakit : Paling sering dimulai dengan depresi (75% pada wanita, 67%
pada laki-laki), dan merupakan gangguan yang rekuren. Sebagian besar pasien mengalami
episode depresif maupun manik, walaupun 10-20% hanya mengalami episode manik.
Episode manik biasanya memiliki onset yang cepat (jam atau hari), tetapi dapat berkembang
lebih dari satu minggu.
Prognosis : Lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Kirakira 40-50% pasien gangguan bipolar I memiliki episode manik kedua dalam waktu 2 tahun
setelah episode pertama. Penelitian follow-up empat tahun pada pasien dengan gangguan
bipolar I menemukan bahwa status pekerjaan pramorbid yang buruk, ketergantungan alkohol,
ciri psikotik, ciri depresif, dan jenis kelamin laki-laki semuanya adalah faktor yang mengarah
pada prognosis buruk. Durasi episode manik yang singkat, usia onset yang lanjut, sedikit
pikiran bunuh diri, dan sedikit masalah psikiatrik dan medis yang bersama-sama mengarah
pada prognosis yang baik. Kira-kira 7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak
menderita gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita
gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki dari 2 sampai 30 epiosde manik, walaupun angka
rata-rata adalah sekitar 9. Kira-kira 40% dari semua pasien menderita lebih dari 10 episode.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Page 23
Pada follow jangka panjang, 15% adalah sehat, 45% sehat tetapi memiliki relaps berganda,
30% remisi parsial, 10% sakit kronis.
Deskripsi umum
Psikomotor
merupakan
gajala
yang
paling
umum.
Pembicaraan
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan
volume bicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata
tunggal dan menunjukkan respon yang melambat terhadap pertanyaan.
Gangguan persepsi
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan
menderita episode depresi berat dengan cirri psikotik. Waham sesuai mood
pada pasien terdepresi adalah waham bersalah,memalukan, kegagalan,
kemiskinan, tidak berguna, penyakit somatic terminal (sebagai contoh
Page 24
Pikiran
Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negative tentang
dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan
perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri dan kematian. Kirakira 10% dari pasien memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya
penghambatan pikiran dan kemiskinan isi pikiran.
Daya ingat
Kira-kira 50%-70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu
gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif,
dengan keluhan gangguan konsentrasi dan mudah lupa.
Pengendalian impuls
Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kirakira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi untuk
melakukan bunuh diri saat mereka mulai mebaik dan mendapat kembali
energy yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh
diri.
Reliabilitas
Semua informasi yang didapat dari pasien selalu menonjolkan hal
yang buruk dan menekankan yang baik
Episode manik
-
Deskripsi umum
Pasien yang sedang dalam episode manik akan banyak bicara,
hiperaktif, dan tereksitasi. Pada waktu tertentu mereka jelas sekali
menunjukkan gejala psikotik dan terdisorganisasi, sampai mereka
Page 25
Pembicaraan
Pasien dalam episode manik sangatlah susah untuk dipotong saat
mereka sedang berbicara dan sering kali menjadi pengganggu badi orangorang disekitarnya. Apabila mereka sedang dalam keadaan aktifitas yang
meningkat, maka mereka akan berbicara penuh kelucuan, dan banyaknya
hal- hal yang tidak relefan. Dan apabila aktifitas lebih meningkat lagi
maka kemampuan konsentrasi mereka mulai hilang sehingga akan muncul
gagasan yang meloncat-loncat.
Gangguan persepsi
Waham ditemukan 75% dari semua pasien manik.
Pikiran
Isi pikirannya hanyalah kepercayaan dan kebesaran diri, pasien
dengan episode manik sering sekali perhatiannya mudah dialihkan.
Sedangkan fungsi kognitifnya tidak dapat dikendalikan, oleh sebab ide
mereka begitu cepat dan tidak terkendali.
Pengendalian impuls
Page 26
Reliabilitas
Oleh karena berbohong dan menipu lazim pada mania. Pasien
manik sudah sangat dikenal tidak dapat dipercaya informasinya.
TERAPI
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha
Page 27
a. Tujuan terapi
Tujuan terapi untuk gangguan bipolar adalah untuk mencegah terjadinya kekambuhan
episode mania, hypomania, atau depresif, mempertahankan berfungsi-fungsi normal, dan
untuk mencegah episode lebih lanjut mania atau depresi (Drayton&Weinstein, 2008).
b. Algoritma terapi
Pengobatan gangguan bipolar dapat bervariasi tergantung pada jenis episode pasien
mengalami. Setelah didiagnosis dengan gangguan bipolar pasien harus mendapat mood
stabilizer (misalnya litium, valproat) untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Selama episode
akut obat dapat ditambahkan dan kemudian dapat diturunkan takarannya setelah pasien stabil
(Drayton & Weinstein, 2008).
Algoritma dan Pedoman Umum Terapi Akut Pada Episode Mania atau Campuran
(Drayton & Weinstein, 2008)
Page 28
Page 29
Algoritma dan Pedoman Umum Terapi Akut Pada Episode Depresi (Drayton
&Weinstein, 2008)
Page 30
Page 31
DAFTAR PUSTAKA
DellOsso, L., Pini, S., Cassano, G.B., Mastrocinque, C., Seckinger, R.A., Saettoni,
M. et al. 2002. Insight into illness in patients with mania, mixed mania, bipolar depression
and major depression with psychotic features. Bipolar Disorders, 4, 315-322.
Page 32