Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah dan rahmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Gangguan afektif bipolar ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah
untuk memenuhi tugas di kepaniteraan klinik Ilmu Kejiwaan Rumah Sakit Jiwa Dharmagraha,, serta
agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para pembacanya.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

dr. Rosmalia Suparso, SpKJ

Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, oleh karena itu

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan-kekurangan tersebut.


Besar keinginan penulis untuk dapat menerima saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan referat ini. Demikian harapan penulis agar referat ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Jakarta, 4 November 2014

Penulis

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 1

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Selva Awandari
Thea Tania
Gabriella Bonia Abriani

Fakultas

: Kedokteran

Universitas

: Universitas Tarumanagara

Tingkat

: Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang pendidikan

: Ilmu Kesehatan Jiwa

Periode Kepaniteraan Klinik : 20 Oktober 2014 22 november 2014


Judul Referat

: Gangguan Afektif Bipolar

Diajukan

: November 2014

Pembimbing

: dr. Rosmalia Suparso, SpKJ

TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN

Pembimbing

dr. Rosmalia Suparso, SpKJ

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
IV. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................42

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 3

GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

DEFINISI
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood yang
terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik, atau campuran yang biasanya
disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.
Pasien yang menderita hanya episode depresif dikatakan mengalami gangguan
depresif berat. Gangguan Bipolar I adalah suatu perjalanan klinis yang dikarakteristikkan
oleh terdapatnya satu atau lebih episode manik atau campuran, dimana individu tersebut juga
mempunyai satu atau lebih episode depresi mayor. Gangguan bipolar II ditandai oleh adanya
episode depresif berat yang berganti-ganti dengan episode hipomania, yaitu episode gejala
manik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk episode manik yang ditemukan pada
gangguan bipolar I. Kekambuhan ditunjukkan oleh perpindahan polaritas dari episode atau
terdapatnya interval diantara episode-episode paling sedikit 2 bulan tanpa adanya gejalagejala mania.
Gangguan bipolar yang berdasarkan pada Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa (PPDGJ) III sifatnya berulang (sekurang kurangnya dua episode) dimana
afek pasien dan tingkat aktifitasnya jelas terngganggu,pada waktu terntentu terdiri dari
peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktifitas (mania atau hipomania) ,dan pada
waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktifitas (depresi). Pada
gangguan ini spesialnya adalah ada penyembuhan total yang sempurna di setiap episode.
Episode manik biasanya terjadi tak terduga dan berlangsung paling cepat dua minggu sampai
dengan lima bulan, lain halnya jika depresi yang cenderung lebih lama (Rusdi M, 2003).
Episode manik terdiri dari 3 tingkatan keparahannya, meliputi (1) hipomanik, (2)
manik dengan gejala psikotik dan (3) manik tanpa gejala psikotik. Contoh gangguan
hipomanik yaitu jika wanita sedang jatuh cinta terhadap pria. Perasaan sangat gembira,
bersemangat dalam melakukan segala aktivitas, dan gairah seksual yang meningkat.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 4

Gangguan hipomanik lebih bisa dikontrol daripada manik karena gejala yang dialami tidak
menyimpang dari masyarakat. (DellOsso L, dkk. 2006).
Contoh gangguan manik seperti sangat optimis dalam suatu pekerjaan. Selain itu
perasaan mudah tersinggung saat berdiskusi dan curiga bila ada pasangan selingkuh. Gejala
tersebut sangat berat karena aktivitas sosialnya menjadi sangat kacau. Selain itu manik
merupakan hiperaktifitas motorik seperti bekerja melebihi kemampuan/kewajaran yang
terkadang tidak produktif, kegembiraan yang berlebihan, banyak bicara, dan disertai dengan
waham kebesaran. Pengertian waham kebesaran yaitu perilaku yang sesuai dengan keinginan
wahamnya, tidak sistematik, perilaku yang menyimpang dari norma- norma yang ada di
masyarakat.

EPIDEMIOLOGI
Insiden
Insiden gangguan bipolar tiap tahunnya kurang dari 1% tetapi gangguan
tersebut sulit ditebak karena gangguan bipolar sulit di deteksi
Sex
Gangguan bipolar I angka kejadiannya sama antara laki-laki dan perempuan.
Episode manik lebih banyak dialami oleh perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Sedangkan episode depresi lebih bnyak dialami oleh laki-laki.
Usia
Onset usia pada gangguan bipolar biasanya terjadi di usia 30 tahun dan bisa
juga pada usia remaja dan dewasa
Lingkungan
Gangguan depresi ebih sering terjadi pada pasien yang single atau berpisah
dibandingkan dengan yang sudah menikah

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 5

ETIOLOGI
2.1 Faktor Biologis
Dari penelitian yang ada didapatkan hipotesis bahwa gangguan mood
adalah berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik.
Norepinefrin dan serotonin dari amin biogenik merupakan dua transmitter yang
paling berperan dalam patofisiologi mood. Penuruan serotonin merupakan salah
satu pencetus depresi, seperti penelitian yang dilakukan pada orang yang bunuh
diri, didalam cairan serebrospinal mereka ditemukan kadar serotonin yang rendah.
2.2 Faktor Genetika
Dari

data penelitian

pada

faktor

genetik

dinyatakan

bahwa

perkembangan gangguan mood sangat dipengaruhi oleh genetik. Peran dari faktor
genetik pada bipolar lebih besar dari depresi. Penelitian yang dilakukan dalam
keluarga, apabila satu orang dari orang tua penderita gangguan mood memiliki
gangguan mood maka anak mereka memiliki faktor resiko 50%. Contoh lain pada
anak kembar monozigotik, presentasi untuk bipolar sekitar 33%-90% sedangkan
pada depresi memiliki presentasi sekitar 50%, tetapi untuk anak kembar dizigotik
memiliki presentasi hanya 25%.
2.3 Faktor Psikosisoal
Dari pengamatan klinis yang diamati, peristiwa kehidupan sangatlah
memainkan peran dalam gangguan mood terutama depresi. Seperti adanya
penelitian anak yang kehilangan orang tuanya pada saat mereka berusia kurang
dari 11 tahun atau kehilangan pasangan merupakan stressor terbesar pada
gangguan mood terutama depresi.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 6

GAMBARAN KLINIS
Terdapat dua pola gejala dasar pada gangguan mood, satu untuk depresi dan satu
untuk mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan
bipolar I. beberapa pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan
cirri mania dan depresif
5.1 Episode Depresif
Suatu mood depresi dan hilangnya minat atau kesenangan merupakan gejala utama
dari depresi. Pasien mungkin mengatakan bahwa mereka merasa murung, putus asa, dalam
kesedihan, atau tidak berguna. Pasien seringkali menggambarkan gejala depresi sebagai suatu
rasa nyeri emosional yang menderita sekali. Pasien terdepresi kadang-kadang mengeluh tidak
dapat menangis, suatu gejala yang menghilang saat mereka membaik.
Hampir semua pasien terdepresi (97%) mengeluh adanya penurunan energy yang
menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sekolah dan pekerjaan, dan penurunan
motivasi untuk mengambil proyek baru. 80% pasien mengeluh sulit tidur, khususnya
terbangun pada dini hari (yaitu, insomnia terminal) dan sering terbangun pada malam hari,
selama mana mereka mungkin merenungkan masalahnya.
Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Tetapi
beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan, penambahan berat badan, dan tidur
yang bertambah. Pasien tersebut diklasifikasikan di dalam DSM-IV sebagai cirri atipikal dan
juga dikenal sebagai memiliki disforia histeroid. Pada kenyataannya, kecemasan merupakan
gejala yang sering pada depresi, yang mengenai sebanyak 90% pasien depresi. Gejala
vegetatif lainnya adalah menstruasi yang tidak normal dan penurunan minat dan kinerja di
dalam aktivitas seksual.
Kecemasan (termasuk serangan panik), penyalahgunaan alcohol, dan keluhan somatic
(seperti konstipasi dan nyeri kepala) seringkali mempersulit pengobatan depresi. Kira-kira
50% dari semua apsien menggambarkan suatu variasi diurnal dari gejalanya, dengan suatu
peningkatan keparahan di pagi hari dan gejala meringan di malam hari. Gejala kognitif adalah

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 7

laporan subjektif yang berupa ketidakmampuan berkonsentrasi (84% pasien di dalam suatu
penelitian) dan gangguan dalam berpikir (67% pasien pada penelitian lain)
Depresi pada anak-anak dan remaja
Prestasi akademik yang buruk, penyalahgunaan zat, perilaku antisocial, promiskuitas
seksual, membolos, dan melarikan diri mungkin merupakan gejala depresi pada remaja.

Depresi pada lanjut usia


Depresi lebih sering pada lanjut usia dibandingkan pada populasi umum. Sejumlah penelitian
telah melaporkan data yang menyatakan bahwa depresi pada lanjut usia mungkin
berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, kematian pasangan, penyakit fisik yang
menyertai, dan isolasi social. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa depresi pada
lanjut usia jarang didiagnosis dan jarang diobati. Jarang dikenalinya depresi pada lanjut usia
mungkin karena pengamatan bahwa depresi lebih sering tampak dengan gejala somatic pada
usia lanjut daripada kelompok usia yang lebih muda.

5.2 Episode Manik


Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah merupakan tanda dari
episode manik. Selain itu, mood mungkin mudah tersinggung, khususnya jika rencana pasien
yang sangat ambisius terancam. Seringkali, seorang pasien menunjukan suatu perubahan
mood yang utama dari euphoria awal pada perjalanan penyakit menjadi lekas marah di
kemudian waktu.
Berjudi patologis, suatu kecenderungan untuk menanggalkan pakaian di tempattempat ramai, berpakaian dan mengenakan perhiasan dengan warna-warna yang terang dan
dengan kombinasi yang tidak sesuai, dan tidak memeprhatikan perincian-perincian yang kecil
(seperti lupa meletakkan gagang telepon pada tempatnya) juga merupakan gejala gangguan.
Pasien seringkali terokupasi oleh gagasan agama, politik, financial, seksual, atau penyiksaan
yang dapat berkembang menjadi system waham yang kompleks. Kadang-kadang, pasien
manic menjadi teregresi dan bermain dengan urin dan fesesnya.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 8

Mania pada Remaja


Seringkali salah di diagnosis sebagai gangguan kepribadian antisocial atau skizofrenia.
Gejala mania pada remaja mungkin berupa psikosis, penyalahgunaan alcohol atau zat lain,
usaha bunuh diri, masalah akademik, pemikiran filosofis, gejala gangguan obsesif-kompulsif,
keluhan somatic multiple, mudah tersinggung yang nyata yang menyebabkan perkelahian,
dan perilaku antisocial lainnya.

5.3 Gangguan Penyerta


Kecemasan. Pada gangguan kecemasan, DSM-IV menyatakan adanya gangguan ansietasdepresif-campuran (mixed anxiety-depressive disorder). Gejala yang penting dari kecemasan
dapat dan seringkali timbul bersama-sama dengan gejala yang penting dari depresi. Pasien
dari kedua jenis tersebut mungkin merupakan suatu kelompok pasien dengan gangguan
ansietas-depresi campuran
Ketergantungan alcohol. Ketergantungan alcohol seringkali menyertai gangguan mood. Baik
pasien gangguan depresif berat dan pasien gangguan bipolar I kemungkinan memenuhi
criteria diagnostic untuk gangguan pengguna alcohol
Gangguan hubungan dengan zat lainnya. Pada tiap pasien individual penyalahgunaan zat
mungkin terlibat didalam pencetusan episode penyakit, atau sebaliknya, penyalahgunaan zat
mungkin merupakan usaha pasien untuk mengobati sendiri penyakitnya. Walaupun pasien
manic jarang menggunakan sedative untuk meredam euforianya. Pasien depresi seringkali
menggunakan stimulant, seperti kokain dan amfetamin, untuk menghilangkan depresinya.
Kondisi medis. Depresi seringkali menyertai kondisi medis, khususnya pada lanjut usia. Jika
depresi dan kondisi medis terjadi bersama-sama, klinisi harus mencoba untuk menemukan
apakah kondisi medis dasar berhubungan secara patologis dengan depresi atau apakah tiap
obat yang digunakkan pasien untuk mengobati kondisi medis menyebabkan depresi

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 9

KLASIFIKASI DAN PEDOMAN DIAGNOSIS

Menurut ICD-X (International Classification of Disease and Related Health Problem)


dan PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) :

F30 F39 Gangguan Suasana Perasaan/ Mood [ Afektif]


F30 Episode manik
F30.0 Hipomania
F30.1 Mania tanpa gejala psikotik
F30.2 Mania dengan gejala psikotik
F30.8 Episode manik lain
F30.9 Episode manik, tidak ditentukan
F31 Gangguan Afektif Bipolar
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang hipomanik
F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang manik tanpa gejala psikotik
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang manik dengan gejala psikotik
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang depresi ringan atau sedang
.30 Tanpa gejala somatik
.31 Dengan gejala somatik
F31.4 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang depresi berat tanpa gejala psikotik
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang depresi berat dengan gejala psikotik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 10

F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang campuran


F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, episode sekarang dalam remisi
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar lain
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar, tidak ditentukan

F32 Episode Depresif


F32.0 Episode depresif ringan
F32.1 Episode depresif sedang
F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik
F32.8 Episode depresif lain
F32.9 Episode depresif, tidak ditentukan

F33 Gangguan Depresif Rekuren


F34 Gangguan Mood [Afektif] Persisten
F38 Gangguan Mood [Afektif] lain
F39 Gangguan Mood [Afektif] tidak ditentukan

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 11

2.2 Menurut DSM- IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) :

Gangguan Mood
Tuliskan keadaan sekarang gangguan depresif berat atau gangguan bipolar I pada digit
kelima:
1 ringan
2 sedang
3 parah, tanpa ciri psikotik
4 parah, dengan ciri psikotik
5 dalam remisi parsial
6 dalam remisi penuh
0 tidak ditentukan

Gangguan Depresif
296.xx Gangguan depresif berat
.2x episode tunggal
.3x rekuren
300.4 Gangguan distimik
311

Gangguan deperesif YTT

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 12

Gangguan Bipolar
296.xx Gangguan bipolar I
.0x episode manik tunggal
.40 episode terakhir hipomanik
.4x episode terakhir manik
.6x episode terakhir campuran
.5x episode terakhir terdepresi
.7 episode terakhir tidak ditentukan
296.89 Gangguan bipolar II
301.13 Gangguan siklotimik
296.80 Gangguan bipolar YTT
293.83 Gangguan mood karena kondisi medis umum
Gangguan mood akibat zat (lihat gangguan berhubungan zat untuk kode spesifik
zat
296.90 Gangguan mood YTT

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 13

2.3 PEDOMAN DIAGNOSIS : (PPDGJ- III)


F30 EPISODE MANIK :

Saat ini dalam keadaan manik, tetapi belum pernah mengalami afektif sebelum atau
sesudahnya.

Terdapat 3 gradasi :
F30.0 Hipomania

Suasana perasaan berada antara siklotimia dan mania

Pedoman diagnosis
(1)

Suasana perasaan yang meningkat

ringan dan menetap

sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut , disertai perasaan sejahtera


yang mencolok.
(2) Peningkatan aktivitas, berupa :

Bercakap-cakap, bergaul dan akrab berlebih

Peningkatan energi seksual

Pengurangan kebutuhan tidur


(3) Tidak terdapat kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan
oleh masyarakat

F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik

Suasana meninggi tidak sepadan dengan individu, sampai mengganggu fungsi

pekerjaan dan hubungan sosial

Serangan pertama paling sering antara 15 30 tahun

Pedoman diagnosis
1)Suasana perasaan yang meningkat tidak sepadan dengan keadaan individu
sampai hampir tak kendali
2)Aktivitas meningkat, berupa :

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 14

Pembicaraan cepat dan banyak

Berkurangnya kebutuhan tidur

Tidak dapat memusatkan perhatian

Harga diri melambung

Pemikiran serba hebat

Terlalu optimistik

(3). Berlangsung satu minggu atau lebih


(4) Hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosialnya terganggu

F30.2 Mania dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis lebih berat dari Mania tanpa gejala psikotik, dan disertai

waham atau halusinasi

Aktivitas fisik yang berlebihan tadi dapat menjurus kepada agresi dan

kekerasan; pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi yang dapat mengancam
dirinya

F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR


PENGERTIAN GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR

Harus pernah mengalami gangguan afektif sebelumnya ( hipomanik, manik, depresif,


atau campuran )

Biasanya terdapat penyembuhan sempurna antar dua episode

Rata-rata episode manik berlangsung 4 bulan dan depresif 6 bulan

PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
1. Pedoman Umum

Semua jenis gangguan afektif bipolar harus pernah ada sekurangkurangnya satu episode afektif.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 15

Penggolongan tipe tergantung pada jenis afektif pada episode saat ini.

2. Berbagai tipe Gangguan Afektif Bipolar


F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomania

Episode saat ini sesuai dengan Hipomania

F31.1 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode saat ini memenuhi kriteria mania tanpa gejala psikotik.

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik

Episode saat ini memenuhi kriteria mania dengan gejala psikotik.

F31.3 Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Ringan atau Sedang

Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan
atau sedang.

F31.4 Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat tanpa Gejala Psikotik

Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat
tanpa gejala psikotik.

F31.5 Gangguan Bipolar, Episode Kini Depresi Berat dengan Psikotik

Episode saat ini harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat
dengan gejala psikotik.

F31.6 Gangguan Bipolar, Episode Kini Campuran

Episode saat ini menunjukkan gejala manik, hipomanik, dan depresif


yang tercampur atau bergantian dengan cepat serta telah berlangsung
sekurang-kurangnya dua minggu.

F31.7 Gangguan Bipolar, Episode Kini dalam Remisi

Sekurang-kurangnya pernah dua episode afektif dan saat ini tidak


terdapat gejala afektif yang nyata.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 16

F32 EPISODE DEPRESIF


PENGERTIAN UMUM

Mengalami suasana perasaaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan,


mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

Terdapat tiga variasi episode : ringan, sedang, dan berat.

Penegakan diagnosis dibutuhkan waktu paling sedikit 2 minggu.

Kelompok diagnosis ini hanya untuk episode afektif yang pertama saja.

PENGGOLONGAN DIAGNOSIS
F32.0 Episode Depresif Ringan
( 1 ) Sekurang-kurangnya dua gejala depresif yang khas (gejala A) :

Perasaan depresif

Kehilangan minat dan kesenangan

Mudah menjadi lelah

( 2 ) Sekurang-kurangnya dua dari gejala B :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Rasa bersalah dan tak berguna

Masa depan suram dan pesimis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

(3) Telah berlangsung paling sedikit dua minggu


(4) Tidak boleh ada gejala yang berat
(5) Masih dapat meneruskan pekerjaan dan kegiatan sosial.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 17

F32.1 Episode Depresif Sedang


(1) Paling sedikit dua dari gejala A
(2) Paling sedikit tiga dari gejala B
(3) Paling sedikit dua minggu
(4) Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

F32.2 Episode Depresif Berat Tanpa Gejala Psikotik


(1) Tiga dari gejala A
(2) Paling sedikit empat dari gejala B dan intensitas berat.
(3) Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan onset sangat
cepat.
(4) Tidak mungkin melakukan pekerjaan dan kegiatan sosial.

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik


Sama seperti F32.2 disertai dengan waham, halusinasi, atau stupor depresif.

F33 Gangguan depresi berulang


Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari

Episode depresi ringan F32.0

Episode depresi sedang F32.1

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 18

Episode depresi berat F32.2 dan F32.3

Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan akan tetapi frekuensinya lebih
jarang daripada gangguan bipolar
F33.0 gangguan depresif berulang episode kini ringan

Harus memenuhi kriteria gangguan depresi berulang dan episode


sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan

Sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-masing


selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna

F33.1 gangguan depresif berulang episode kini sedang

Harus memenuhi kriteria gangguan depresi berulang dan episode


sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi sedang

Sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-masing


selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna

F33.2 gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik

Harus memenuhi kriteria gangguan depresi berulang dan episode


sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat tanpa
gejala psikotik

Sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-masing


selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna

F33.3 gangguan depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 19

Harus memenuhi kriteria gangguan depresi berulang dan episode


sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi berat dengan
gejala psikotik

Sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-masing


selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna

F33.4 gangguan depresif berulang episode kini dalam remisi

Kriteria untuk gangguan depresi berulang harus pernah dipenuhi di


masa lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi
kriteria untuk episode depresi dengan derajat keparahan apapun atau
gangguan lain apapun dalam F30-F39

Sekurang-kurangnya 2 episode telah berlangsung masing-masing


selama minimal 2 minggu dengan selang waktu beberapa bulan tanpa
gangguan afektif yang bermakna

F34 gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Menetap


F34.0 Siklotimia

Ketidakstabilan menetap dari afek (suasana perasaan) meliputi banyak


periode depresi ringan dan hipomania ringan diantaranya tidak ada
yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria gangguan
afektif bipolar atau gangguan depresi berulang

Setiap episode alunan afektif (mood swing) tidak memenuhi kriteria


untuk kategori manapun yang disebut dalam episode manik atau
depresif

F34.1 Distimia

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 20

Afek depresif yang berlangsung sangat lama yang tidak pernah atau
jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguan depresif
berulang ringan atau sedang

Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung
sekurang kuragnya beberapa tahun,kadang kadang untuk jangka
waktu yang tidak terbatas

F34.8 Gangguan afektif menetap lainnya

Gangguan afektif menetap yang tidak cukup parah atau tidak


berlangsung cukup lama untuk memnuhi kriteria siklotimia dan
distimia namun secara klinis bermakna.

F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Lainnya


F38.0 Gangguan afektif tunggal lainnya

F38.00 Episode afektif campuran


Episode afektif yang berlangsung sekurangnya selama 2 minggu yang
bersifat campuran atau pergantian cepat (beberapa jam)

F38.1 Gangguan afektif berulang lainnya

F38.10 Gangguan depresif singkat berulang


episode depresif singkat yang berulang muncul kira-kira 1 kali sebulan
selama 1 tahun
Setiap episode depresif berlangsung <2 minggu (yang khas 2-3 hari
dengan pemulihan sempurna)

F38.8 Gangguan Afektif Lainnya

Kategori sisa untuk gangguan afektif yang tidak memenuhi kriteria


untuk kategori manapun

F38.9 Gangguan Afektif YTT


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 21

Dipakai sebagai langkah terakhir jika tidak ada istilah lain yang tidak
dapat digunakan

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Banyak penelitian mendapatkan bahwa gangguan mood cenderung memiliki


perjalanan penyakit yang panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Walaupun
gangguan mood sering dianggap ringan berbeda dengan skizofrenia, tetapi tidak seluruhnya
benar ; gangguan mood banyak meminta korban pada yang menderitanya. Kesimpulan umum
lain dari penelitian adalah bahwa stressor kehidupan seringkali mendahului episode pertama
gangguan mood dibandingkan episode selanjutnya. Temuan tersebut telah diinterpretasikan
sebagai menyatakan bahwa stress psikososial mungkin memainkan peranan di dalam
penyebab

awal

gangguan

mood

dan

bahwa,

walaupun

episode

pertama

dapat

menyembuhkan, perubahan yang berlangsung lama di dalam biologi otak menempatkan


pasien berada pada risiko benar untuk mengalami episode selanjutnya.
Gangguan Depresif Berat :
Onset : kira-kira 50% dari pasien di dalam episode pertama gangguan depresif berat
mengalami gejala depresif yang bermakna sebelum episode pertama yang diidentifikasikan.
Identifikasi awal dan terapi awal dapat mencegah perkembangan episode depresif yang
lengkap. Episode depresif pertama terjadi sebelum usia 40 tahun pada kira-kira 50% pasien.
Onset yang lanjut berhubungan dengan ada tidaknya riwayat keluarga gangguan mood,
gangguan kepribadian antisocial dan penyalahgunaan alcohol.
Durasi : Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan; sebagian
besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan antidepresan
sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala. Saat perjalanan penyakit
berkembang, pasien cenderung menderita episode yang lebih sering yang berlangsung lama.
Perkembangan Episode Manik : kira-kira 5-10% pasien dengan diagnosis awal
gangguan depresif berat menderita suatu episode manik 6-10 tahun setelah episode depresif

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 22

awal. Usia rata-rata untuk pergantian tersebut adalah 32 tahun dan keadaan ini sering terjadi
setelah 2 4 episode depresif.
Prognosis : Bukan suatu gangguan yang ringan dan cenderung kronis serta mengalami
relaps. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresif berat
memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama. Persentase pasien yang
sembuh setelah perawatan di rumah sakit menurun dengan berjalannya waktu dan pada waktu
lima tahun pasca perawatan di rumah sakit, 10-15 % pasien tidak pulih. Kira-kira 25% pasien
mengalami suatu rekurensi dalam 6 bulan pertama setelah pulang dari rumah sakit, kira-kira
30 50% dalam 2 tahun pertama, dan kira-kira 50-75 % dalam 5 tahun. Insidens relaps jauh
lebih rendah daripada angka tersebut pada pasien yang meneruskan terapi psikofarmakologis
profilaksis dan pada pasien yang hanya mengalami satu atau dua episode depresif. Pada
umumnya, saat pasien mengalami lebih banyak episode depresif, waktu antara episode
memendek, dan keparahan masing-masing meningkat.
Gangguan Bipolar I
Perjalanan penyakit : Paling sering dimulai dengan depresi (75% pada wanita, 67%
pada laki-laki), dan merupakan gangguan yang rekuren. Sebagian besar pasien mengalami
episode depresif maupun manik, walaupun 10-20% hanya mengalami episode manik.
Episode manik biasanya memiliki onset yang cepat (jam atau hari), tetapi dapat berkembang
lebih dari satu minggu.
Prognosis : Lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Kirakira 40-50% pasien gangguan bipolar I memiliki episode manik kedua dalam waktu 2 tahun
setelah episode pertama. Penelitian follow-up empat tahun pada pasien dengan gangguan
bipolar I menemukan bahwa status pekerjaan pramorbid yang buruk, ketergantungan alkohol,
ciri psikotik, ciri depresif, dan jenis kelamin laki-laki semuanya adalah faktor yang mengarah
pada prognosis buruk. Durasi episode manik yang singkat, usia onset yang lanjut, sedikit
pikiran bunuh diri, dan sedikit masalah psikiatrik dan medis yang bersama-sama mengarah
pada prognosis yang baik. Kira-kira 7% dari semua pasien gangguan bipolar I tidak
menderita gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan 40% menderita
gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki dari 2 sampai 30 epiosde manik, walaupun angka
rata-rata adalah sekitar 9. Kira-kira 40% dari semua pasien menderita lebih dari 10 episode.
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 23

Pada follow jangka panjang, 15% adalah sehat, 45% sehat tetapi memiliki relaps berganda,
30% remisi parsial, 10% sakit kronis.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Episode depresif
-

Deskripsi umum
Psikomotor

merupakan

gajala

yang

paling

umum.

Menggenggamkan tangan dan menarik rambut merupakan gejala


agitasi yang paling sering. Postur orang depresi yaitu membungkuk ,
tidak terdapat pergerakan yang spontan , dan pandangan mata yang
putus asa serta memalingkan pandangan. Pada pemeriksaan fisik
tampak pasien seperti pasien skizofrenia katatonik.
-

Mood ,afek, dan perasaan


Setengah dari pasien yang memiliki gangguan depresi selalu
menyangkal penyakitnya. Pasien sering kali dibawa oleh anggota
keluarganya atau teman kerjanya oleh karena penarikan sosal dan
penurunan aktivitas secara menyeluruh.

Pembicaraan
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan
volume bicara yang menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata
tunggal dan menunjukkan respon yang melambat terhadap pertanyaan.

Gangguan persepsi
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan
menderita episode depresi berat dengan cirri psikotik. Waham sesuai mood
pada pasien terdepresi adalah waham bersalah,memalukan, kegagalan,
kemiskinan, tidak berguna, penyakit somatic terminal (sebagai contoh

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 24

penyakit kanker dan otak yang membusuk). Halusinasi relative jarang


terjadi.
-

Pikiran
Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negative tentang
dunia dan dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan
perenungan tentang kehilangan, bersalah, bunuh diri dan kematian. Kirakira 10% dari pasien memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya
penghambatan pikiran dan kemiskinan isi pikiran.

Daya ingat
Kira-kira 50%-70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu
gangguan kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif,
dengan keluhan gangguan konsentrasi dan mudah lupa.

Pengendalian impuls
Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kirakira dua pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi untuk
melakukan bunuh diri saat mereka mulai mebaik dan mendapat kembali
energy yang diperlukan untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh
diri.

Reliabilitas
Semua informasi yang didapat dari pasien selalu menonjolkan hal
yang buruk dan menekankan yang baik

Episode manik
-

Deskripsi umum
Pasien yang sedang dalam episode manik akan banyak bicara,
hiperaktif, dan tereksitasi. Pada waktu tertentu mereka jelas sekali
menunjukkan gejala psikotik dan terdisorganisasi, sampai mereka

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 25

memerlukan pengikatan fisik dan penyuntikan intramuscular obat sedatif


agar mereka dapat tenang dan terkontrol.
-

Mood, afek dan perasaan


Pasien yang sedang dalam episode manik biasanya euphoria dan
lekas marah. Secara emosional mereka sangatlah labil, mereka bisa sangat
gampang berubah dari tertawa menjadi marah dan bisa menjadi depresi
dalam waktu yang singkat.

Pembicaraan
Pasien dalam episode manik sangatlah susah untuk dipotong saat
mereka sedang berbicara dan sering kali menjadi pengganggu badi orangorang disekitarnya. Apabila mereka sedang dalam keadaan aktifitas yang
meningkat, maka mereka akan berbicara penuh kelucuan, dan banyaknya
hal- hal yang tidak relefan. Dan apabila aktifitas lebih meningkat lagi
maka kemampuan konsentrasi mereka mulai hilang sehingga akan muncul
gagasan yang meloncat-loncat.

Gangguan persepsi
Waham ditemukan 75% dari semua pasien manik.

Pikiran
Isi pikirannya hanyalah kepercayaan dan kebesaran diri, pasien
dengan episode manik sering sekali perhatiannya mudah dialihkan.
Sedangkan fungsi kognitifnya tidak dapat dikendalikan, oleh sebab ide
mereka begitu cepat dan tidak terkendali.

Sensorium dan kognisi


Pada pasien dengan episode manik mereka masih bisa orientasi
dengan baik dan daya ingat mereka juga cukup baik, meskipun pada
beberapa pasien yang sangat euforik, mereka sering kali menjawab secara
tidak tepat (mania delirium).

Pengendalian impuls

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 26

Pasien dengan episode manik rata-rata senang menyerang dan


senang mengancam.
-

Pertimbangan dan Tilikan


Tanda dari pasien manik adalah gangguan pertimbangan, dan
mereka senang melanggar peraturan.

Reliabilitas
Oleh karena berbohong dan menipu lazim pada mania. Pasien
manik sudah sangat dikenal tidak dapat dipercaya informasinya.

TERAPI
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 27

a. Tujuan terapi
Tujuan terapi untuk gangguan bipolar adalah untuk mencegah terjadinya kekambuhan
episode mania, hypomania, atau depresif, mempertahankan berfungsi-fungsi normal, dan
untuk mencegah episode lebih lanjut mania atau depresi (Drayton&Weinstein, 2008).
b. Algoritma terapi
Pengobatan gangguan bipolar dapat bervariasi tergantung pada jenis episode pasien
mengalami. Setelah didiagnosis dengan gangguan bipolar pasien harus mendapat mood
stabilizer (misalnya litium, valproat) untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Selama episode
akut obat dapat ditambahkan dan kemudian dapat diturunkan takarannya setelah pasien stabil
(Drayton & Weinstein, 2008).
Algoritma dan Pedoman Umum Terapi Akut Pada Episode Mania atau Campuran
(Drayton & Weinstein, 2008)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 28

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 29

Algoritma dan Pedoman Umum Terapi Akut Pada Episode Depresi (Drayton
&Weinstein, 2008)

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 30

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 31

DAFTAR PUSTAKA

DellOsso, L., Pini, S., Cassano, G.B., Mastrocinque, C., Seckinger, R.A., Saettoni,
M. et al. 2002. Insight into illness in patients with mania, mixed mania, bipolar depression
and major depression with psychotic features. Bipolar Disorders, 4, 315-322.

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha

Page 32

Anda mungkin juga menyukai