Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN LAS ASETELIN

2.1

Tujuan Praktek
Tujuan dari laporan ini dibagi menjadi 2 tujuan yaitu:
2.1.1 Tujuan Umum
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai las
asetilin.
b. Dapat lebih memahami mengenai cara kerja menggunakan las

2.1

2.2

asetilin.
Alat-alat
2.2.1 Alat-alat Utama
a. Tabung Gas Asetilin
b. Katup tabung
c. Regulator
d. Torch (pembakaran)
2.1.2 Alat-alat Pembantu
a. Tang penjepit
b. Sikat kawat
c. Tip cleaner
d. Korek
2.1.3 Alat-alat Keselamatan Kerja
a. Kacamata las
b. Sarung Tangan
Bahan
2.3.1 Jenis Bahan
Jenis bahan yang digunakan baja ms
2.2.2

Ukuran Bahan
Ukuran bahan adalah 100 x 20 mm dengan tebal 2mm.

2.3
Landasan Teori
2.4.1 Pengertian Las Asetilin
Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam
(pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C 2H2) sebagai bahan
bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O 2 sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan
logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana
atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah

gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksiasetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak
dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur
elektroda terbungku.
2.3.2 Proses Pengelasan
2.3.2.1 Menentukan Nyala Api
Nyala api Karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di
antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru
berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan
terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya
ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan
dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan
bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

Nyala api Netral


Nyala ini terjadi bila perbandingan antara
oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala
terdiri atas kerucut dalam yang berwarna
putih bersinar dan kerucut luar yang
berwarna biru bening. Oksigen yang
diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300
sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut.

Nyala api oksidasi


Bila gas oksigen lebih daripada yang
dibutuhkan untuk menghasilkan nyala
netral maka nyala api menjadi pendek
dan

warna

kerucut

dalam

berubah

menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi


atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat
oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan
perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
2.4.2.2 Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan


Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di
bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung
pembakar (brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod)
dimiringkan dengan sudut antara 30 - 40 dengan benda kerja.
Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 3 mm
agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut
luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

Posisi pengelasan datar ( horizontal )


Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan
dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah,
untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander
terhadap benda kerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah
garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di
atas garis mendatar.

Posisi pengelasan tegak ( vertical )


Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke
atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan
tempat sambungan yang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )


Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan
dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan
pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut
brander dimiringkan 10 dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi
berada di belakangnya bersudut 45-60.

Pengelasan arah ke kiri ( maju )


Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan
ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda
kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah
pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan


ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja
yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

Operasi Branzing ( Flame Brazing )


Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses penyambungan
tanpa mencairkan logam induk yang disambung, hanya logam pengisi
saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan
kawat las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( 1550 C) lebih
tinggi dari kuningan (sekitar 1080C). dengan perbedaan titik car itu,
proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada proses
pengelasan.

Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )


Kasus pemotongan logam sebenarnya
dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Proses penggergajian (sewing) dan
menggunting

(shearing)

merupakan

contoh dari pro ses pemotongan logam


dan

lembaran

logam.

Proses

menggunting hanya cocok diterapkan


pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian
dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu
pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pelat tebal
denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini
dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkelbengkel menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala
api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih.
Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang memang
dibuat untuk keperluan memotong.

Operasi Perluasan ( Flame Gauging )


Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada
produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya.
Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih

dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu.


Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi
diisi kembali dengan logam las.

Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )


Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen
dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang. Batang
lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai
pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian
yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan
terbesar.

2.4. Langkah Kerja


Berikut langkah kerja menyambung dua plat dalam proses las asitelin:
1. Menyiapkan semua peralatan, bahan dan tempat yang akan digunakan.
2. Menggunakan peralatan pengaman (Safety).
3. Meletakkan plat pada tempat pengelasan.
4. Memasang selang regulator las pada tabung yang telah disiapkan.
5. Memakai kaca mata las agar cahaya las tidak merusak mata.
6. Meletakkan benda kerja (plat) pada meja las sampai keduanya sejajar dan
rapat
7. Menyalakan api pada las asitelin dengan cara memutarkan katup pembuka
gas asitelin dan menghidupkan api dengan korek api.
8. Mengatur nyala api dengan memutar katup gas asitelin dan gas oksigen
hingga nyala api yang optimal didapatkan.

9. Jika semua persiapan sudah lengkap, dekatkan las dengan benda kerja
(plat) untuk melakukan proses pengelasan. Pengelasan dilakukan dengan
memberikan bahan tambah berupa kawat pada benda kerja. Mula-mula
benda kerja dipanaskan hingga agak mencair kemudian meneteskan kawat
yang telah dfipanaskan dengan api las ke benda kerja dan meratakannya.
10. Jika proses pengelasan sudah selesai, alat las dimatikan dengan cara
mengecilkan gas asitelin dan gas oksigen sampai habis.
11. Membersihkan ujung las (torch) dengan tip cleaner untuk menghindari
12.

penyumbatan.
Pemberian identitas pada benda kerja yang sudah siap.

2.5 Hasil Praktikum


Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Dua plat sebelum disambung

Dua plat setelah disambung

Kedua plat dapat tersambung, akan tetapi hasilnya tidak begitu kuat. Hal
ini dikarenakan perbedaan jenis logam antara kawat dan benda kerja, sehingga
bagian las tidak dapat menyatu dengan baik. Bagian las akan membentuk rigi-rigi
dan lebih halus daripada dengan menggunakan las listrik. Rigi-rigi las lebih halus
dikarenakan dengan las asitelin lelehan logam dapat diratakan oleh tekanan gas
yang digunakan.

PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek dan pengamatan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi hasil las yang menggunakan las
asetilin, yaitu:

3.2

Gerakan pengelasan
Peleburan
Nyala api
Kecepatan gerakan pengelasan
Kebersihan lubang torch

Saran

Dalam pengerjaan las asetilin, harus berkonsentrasi dan serius.


Selalu menggunakan alat-alat keselamatan kerja.
Selalu membereskan dan mengecek tabung, apabila terjadi kebocoran.
Selalu menjaga kebersihan tempat las.

DAFTAR PUSTAKA
http://edyrahman2.blogspot.com/2013/05/memotong-dengan-gas-oxyacetylene.html
http://edyrahman2.blogspot.com/2013/05/las-gas-asetilen.html
http://popaymini.blogspot.com/2011/09/las-karbit-asetilin.html
http://www.scribd.com/doc/57114595/17/Dasar-Teori-Las-Asetilin

LAPORAN PRAKTIKUM
LAS ASETELIN

DISUSUN OLEH
NAMA

: YAN JOKO ANGGONO

NIM

: K2512073

PRODI/SMT

: PTM/III

Anda mungkin juga menyukai