A.Well Service
merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang
berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap
berproduksi (initial completion) maupun usaha perbaikan sumur akibat kerusakan
saat berproduksi (Work Over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini
bertujuan untuk mempertahankan serta meningkatkan laju produksi sumur.
Well Service dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Tool House adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memelihara
segala peralatan sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta
memperbaiki kerusakan yang ada pada sumur-sumur.
3. Transport Well Service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service
dengan selalu menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan yang
dibutuhkan saat melakukan service terhadapsumur.
Pekerjaan yang dilakukan oleh divisi ini dibagi dalam empat kelompok kerja yaitu :
initial completion, sevice, work over dan equipment maintanance.
a. Initial Completion
Initial Completion merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan
setelah pengeboran yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan segala peralatan
sehingga sumur dapat mulai berproduksi.
1. Run CBL (Cement Bond Logging)
Tujuannya untuk mengetahui kualitas penyemenan agar dapat diketahui daerah yang
belum tersemen dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi dengan baik dapat
mengakibatkan terjadinya komunikasi antara zona produktif dengan zona air. Bila ini
terjadi maka kandungan air yang terangkat ke permukaan akan tinggi.
2. Squeese Cementing
Squeeze cementing adalah kegiatan penyempurnaan semen sumur produksi.
Kegunaan squeeze cementing ini adalah :
a. Memperbaiki penyemenan primer yang tidak sempurna.
Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur
minyak. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke
dalam sumur. Rig yang digunakan di PT CPI Minas adalah Hydraulic Powered, Self
Propelled, Self Guyed, back in Type dan Double Mast.
b. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pompa biasanya
dilakukan pada sirkulasi air, tes casing, tes BOPE dan kill well.
Jenis-jenis pompa antara lain :
1. Pompa Duplex
Pompa ini termasuk jenis Positive Displacement Pump atau Reprocating Pump yang
dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep hisap (suction valve)
dan dua klep buang (discharge valve) karena itu disebut Double Acting Pump.
2. Pompa Triplex
Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang
bekerja sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan pompa Duplex.
c. Blow Out Preventer Equipment (BOPE)
Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat tekanan
reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow Out Preventer Equipment (BOPE) dipasang
di atas flange bagian atas dari suatu sumur yang dilekatkan oleh beberapa baut yang
dikunci kuat untuk keselamatn jiwa, operasi dan hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Subsurface Equipment
a. Packer
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman
tertentu dari lubang sumur.
Packer berfungsi untuk :
1. Menyekat antara tubing dan casing untuk menjebak cairan ke reservoar.
2. Mencegah masuknya semen ke lubang perforasi pada saat dilakukan squeeze
cementing.
e. Subproduce Equipment
Subproduce equipment adalah peralatan yang berfungsi untuk memindahkan minyak
dari perut bumi ke permukaan. Terdapat beberapa peralatan yang berfungsi sebagai
subproduce equipment yaitu sebagai berikut :
1. Reda pump, pompa submersible yang berfungsi memompakan minyak ke
permukaan. Pompa ini memiliki kapasitas yang beragam yaitu 100 15000 bpd.
2. Switch board, berfungsi menyuplai listrik pada reda pump dan mengontrol kerja
reda pump.
3. Transformer, untuk mengubah tegangan arus listrik dari line agar sesuai dengan
kebutuhan reda pump yang dipasang.
4. Tubing hanger, berfungsi untuk menggantung tubing pada casing head.
5. Cable guard, berfungsi sebagi pelindung flat cable extention.
B. Produce Subsurface Team
Tugas Produce Suibsurface Team adalah menangani sumur-sumur minyak yang ada
pada suatu area yang dikelolanya agar tetap dapat berproduksi dengan laju produksi
yang optimum. Team ini bertugas dari awal suatu proses produksi sampai ke
Gathering Station.
Produce Team dibagi menjadi :
1. Produce Subsurface team
2. Maintenance
3. Rotation Equipment
4. Well Service
Berdasarkan team kerjanya Produce Subsurface Team terbagi menjadi beberapa
bagian lagi, yaitu :
1. Reservoir Engineer
2. Production Engineer
3. Geologist
4. Technical Assistant
5. SPS Specialist
6. Well Test specialist
a. Production Engineer
Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur agar produksi tetap
optimal. Team Ini bekerja dengan membuat program yang akan dilaksanakan
Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari tiap formasi. Tujuannya untuk
mengtahui kemampuan produksi dari tiap zona formasi. Pada individual Zone Test
ini, digunakan REDA Pump. Dari individual zone test, selanjutnya dilakukan Micro
Motion Test dan dua data penting yang dapat diambil adalah Water Cut dan
Productioan Rate secara lebih teliti.
2. Swab Test
Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab test. Dari
swab test, dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu produksi sumur, dan
water cutnya tetapi data yang diambil masih secara kasar.
3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu formasi.
2. Stimulation
Stimulasi di sumur dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak. Metoda
stimulasi ini bisa dilakukan dengan Acidezing maupun Fracturing dengan
menggunakan bahan kimia tertentu untuk mengangkat skin yang ada pada zona
formasi yang rusak tadi. Pelaksanaanya harus hati-hati, karena keterlambatan dalam
melakukan swab dapat mengakibatkan plug yang justru dapat merusak formasi.
b. Maintenance
Bagian ini mempunyai tanggungjawab untuk mengoptimasikan dan memperbaiki jika
ada kerusakan pada alat-alat produksi, seperti pompa. Hal-hal tersebut misalnya, Zero
Maq (0 M), High ampere, Low Ampere dan lain-lain.
c. Water Injection Well (WIW)
Water injection well ini bertujuan untuk mengoptimasi injection rate suatu sumur, hal
ini dapat dilakukan dengan mengamati fluida yang masuk ke sumer dan yang keluar
dari sumur. Pola yang dipakai dilapangan minas ada dua, yaitu :
1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur produksi.
Pola inilah yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.
2. Peripheral
Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi. Dan hasil
injeksinya kurang optimal.
3. Line Drive
Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu sumur,
biasanya paling efektif pada zona yang banyak patahannya.
d. Initial Completion
Dalam hal ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai di bor
sehingga dapat memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah :
1. Melakukan Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui apakah ikatan
antara casing , cement dan formasi baik atau tidak. Bila kurang baik maka perlu
dilakukan sequeze cementing.
2. Mengolah dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan zona yang
dinilai produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan tes
kemampuan zona mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona mana yang
perlu diisolasi.
b. Geologist
Adalah team yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk
kemudian dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki
potensi untuk penambahan produksi minyak. Selain itu team ini juga menganalisa
hasil logging pada sumur baru untuk menganalisa formasi mana yang akan
diproduksi.
c. Reservoir Engineer
Team ini bertugas untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya
sebagai acuan production engineering dalam membuat program. Selain itu reservoir
engineer bertugas menghitung reserve dari suatu lapangan.
d. SPS Spesialist
Pompa yang banyak dipakai di minas adalah ESP. ESP sendiri juga dikenal sebagai
pompa REDA yang dikembangkan oleh REDA sekitar tahun 1950. Seperempat lebih
produksi minyak di dunia diperoleh dengan pompa ini yang sanggup memompakan
seratus sampai seratus ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :
1. Pump
Yaitu susunan beberapa stages dan masing-masing stages terdiri atas Impeller dan
Diffuser yang statis. Makin banyak stages, maka makin besar fluida yang dapat
dipompakan.
2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk kedalam
motor dan merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan pompa.
3. Electric Motor
Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi sebagai tenaga
pengerak pompa.
Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu Rotor dan stator.
Di atas pompa pada tubbing dipasang check valve. Valve ini berguna uintuk
mencegah agar fluida dalam tubbing tidak turun kebawah saat ESP mati. Turunnya
fluida akan memutar balik pompa dan merusak motor pompa. Selain check valve,
biasanya dipasang juga bleeder valve yang berguna untuk membuang fluida yang
terdapt dalam tubbing kedalam sumur.
e. Well Test Specialist (WTS)
Team ini bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-metoda
yang digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test, Static Bottom Hole
Pressure. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara rutin minimal satu bulan sekali
untuk setiap sumur. Metode pengujian itu adalah :
a. Micro Motion Test
Bertujuan untuk mengetahui laju produksi fluida, laju produksi minyak serta
menentukan besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan
densitas pada fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air formasi yang mengalir.
Namun alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi adanya gas,
sehingga hanya dapat digunakan untuk sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat
Micro Motion ini hanya dapat digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari
130 psi, sehingga pengesetan harus dilakukan dekat dengan sumur.
Komponen Micro Motion antara lain :
1. Sensor Unit
Sensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses dengan cepat
aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal.
2. Remote Flow Transmitter.
Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya berdasarkan konfigurasi yang
telah diprogram kealat interface
3. Transmitter Interface.
Bab ini akan menjelaskan proses secara analitis untuk engineer dilapangan dalam
memahami problem sehingga dilakukan operasi Work Over (WO) yang mahal
harganya dan berlawanan dengan operasi rutin sumur yang disebut Servicing.
Penekanan pada bab ini pada pembelajaran perilaku sumur-sumur yang stabil dan
sumur baru, penekannya pada bagian inflow disekitar komplesi sumur, sebagai
contoh penentuan permeabilitas disekitar sumur dan kinerja aliran disekitar
perforasi, atau kinerja aliran pada sumur yang dikomplesi secara open hole disekitar
lubang bor.
Sebagian besar penjelasan disekitar :
- Penyebab produksi tidak normal suatu sumur dengan decline curve yang establish.
- Bagaimana menguji perilaku sumur baru untuk mengevaluasi komplesi sumurnya.
- Kapan sumur akan deplesi (menyimpang kinerjanya).
- Apa penyebab utama masalah mekanik yang dapat dianalisa dilapangan.
Definisi servicing dan work over.
Pada tahun 1980 lebih dari 540.000 sumur minyak berproduksi dengan decline curve
yang stabil, kira-kira 510.000 atau 94 % menggunakan metoda pengangkatan
buatan, penggunaan pompa sucker rod 85 % dari metoda pengangkatan buatan yang
ada. Dengan demikian sebagian besar aktivitas produksi dilakukan dengan
pemeliharaan pompa sucker rod.
Fungsi dari unit service.
Upaya-upaya pemeliharaan pompa rod dinamakan well service dan jenis-jenis
peralatan yang digunakan untuk mendukung penarikan pompa sucker rod
dinamakan service unit (bukan rig).
Servis unit juga dapat digunakan untuk menarik tubing dalam rangkaian
pemeliharaan rutin peralatan sumur produksi yang merupakan bagian peralatan dari
rangkaian tubing, pada kondisi yang demikian tubing harus dilepaskan dengan
menggunakan kunci tong dan menariknya sesuai dengan berat rangkaian. Peralatan
yang digunakan juga untuk menarik tubing pump (jenis pompa sucker rod), valve
gas lift, packer produksi dengan penge-set-an berdasarkan berat rangkaian
tubingnya.
Dengan demikian perilaku satuan peralatan ini tanpa menggunakan pompa fluida
untuk mematikan sumur, mensirkulasi atau mengontrol sumur, juga tidak terdapat
rangkaian pipa yang diputar untuk melakukan pemboran atau pembuatan ulir dalam
usaha fishing (milling) atau juga tidak merupakan usaha-usaha pembersihan
didasar sumur.
Unit service memiliki operator, dengan demikian tidak ada usaha-usaha melakukan
perubahan komplesi juga tidak melibatkan engineer, pekerja-pekerja dibawah
pengawasan seorang pengawas produksi, dan pelaksanaan pekerjaanya berdasarkan
data sumur pada rangkaian rod atau rangkaian tubing.
Gambar 10.1B.
Kurva decline sumur tunggal
Pada lapangan yang telah establish, bentuk kurvanya menggambarkan kondisi sumur
yang sebenarnya sebagai respon sumur terhadap mekanisme reservoir untuk
diproduksi. Suatu reservoir yang kecil dengan tenaga pendorong gas drive akan
menunjukkan kurva dengan langkah produksi patah secara bertingkat-tingkat
sedangkan untuk tenaga pendorong reservoir yang besar dengan tenaga pendorong
air (water drive) akan menghasilkan kurva dengan penurunan secara perlahan-lahan.
Trend kurva tiba-tiba cenderung berubah menunjukkan adanya problema, kurva laju
minyak jatuh berhubungan dengan naiknya rate air yang berarti air telah menembus
perforasi secara total. Adanya fluida yang hilang (karena rate minyak yang menurun)
dan bersama-sama data tes menunjukkan adanya penurunan produksi ini
mengindikasikan adanya pengecilan permeabilitas atau pengisian pasir. Setelah
dilakukannya stimulasi, ulah sumur dapat diperkirakan dari bentuk kurva dan sangat
berguna, juga dalam perkiraan pengembalian investasi dapat lebih cepat karenanya
tambahan stimulasi dapat diputuskan. Beberapa contoh treatmen oleh stimulasi
dinyatakan pada Gambar 10.2.
Gambar 10.2
Contoh respon hasil stimulasi
Gambar 10.7
Kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air
Wettability (kebasahan):
Seperti bagian yang diberi tanda pada batas di Gambar 10.7 pengaruh kebasahan
terhadap permeabilitas efektif, telah didiskusikan pada terjadinya penyumbatan oleh
fines, bila permukaan batuan dibasahi oleh fluida, terjadi gaya tarikan antar batuan
dengan fluida tersebut sehingga fluida yang membasahi tersebut pada kondisi aliran
akan bertahan karena adanya tarikan antar batuan dengan fluida yang membasahi
didalam ruang pori, biasanya fluida yang membasahi adalah air, sedangkan minyak
dan gas akan bergerak lebih bebas dibandingkan air (bila lapisan film tipis ini
merupakan conate water/irreducible water), lihat Gambar 10.8.
Gambar 10.8
Pemblokan minyak pada formasi gas
Pemakaian fluida komplesi dengan menggunakan minyak (oil base) pada formasi
zone gas harus dihindari tujuannya agar ruang pori tidak tersaturasi/terjenuhi oleh
minyak sehingga pergerakan gas tidak mengalami hambatan oleh minyak, minyak
cenderung mengisi ruang pori yang besar yang diperlukan juga untuk mengalirkan
gas, sebaliknya air akan mengisi ruang pori yang kecil (batuan basah air).
Kebasahan suatu fluida terhadap suatu batuan dapat diubah dengan merendam ruang
pori menggunakan zat kimia (polimer) seperti mutual solven yang dapat merubah
kebasahan sehingga fasa mula-mula yang basah oleh minyak dapat diubah menjadi
basah air (polimer dapat mengikat batuan dan polimer dapat mengikat air sehingga
air lebih kuat menempel dengan batuan).
Pengisian Pasir.
Bila pasir masuk kelubang bor, dapat terbawa oleh aliran fluida yang tinggi dan
terbawa kepermukaan, namun pada diameter casing yang besar atau komplesi
terbuka aliran akan laminer, pasir akan terendapkan pada dasar lubang bor dan
menumpuk didalam sumur seperti pada Gambar 10.9.
Gambar 10.9
Pengisian pasir dari formasi yang tidak kompak.
Pada formasi yang packing antar butirnya ketat memiliki permeabilitas yang kecil
sehingga aliran yang terjadi linier (kearah vertikal), maka sejumlah pasir akan
mengisi diameter lubang yang besar yang berarti menambah hambatan aliran.
Pada perhitungan kehilangan tekanan melalui sand packing, terjadi kegagalan
dengan menggunakan diameter casing 6 in (ID), laju aliran minyak 30 BOPD
dengan viskositas 0,6 cp dan SG : 0,65, setinggi 5 ft yang terisi oleh pasir,
permeabilitas pasir 500 md terjadi kehilangan tekanan sebesar 840 psi.
Pasir yang terendapkan didasar sumur dapat diambil dengan cara penimbaan atau
dengan sirkulasi menggunakan pipa berdiameter yang kecil (makaroni) dimasukan
kedalam tubing sebagai wash pipa, dilakukan sirkulasi dengan menggunakan fluida
yang bersih atau nitrogen, sehingga pasirnya melalui anulus tubing-wash pipe.
Gegagalan sand control pada sumur yang di gravel pack.
Turunnya rate suatu sumur dengan cepat menunjukkan terjadinya penyumbatan pada
saringan ataupun pada gravel pack dengan adanya fines (atau scale dan endapan
parafin/asphaltens), disini metoda penggunaan packing haruslah memperhitungkan
adanya fines dan endapan parafin/aspaltenes.
Instalasi yang tidak sesuai.
Semakin bertambahnya produksi pasir menunjukkan instalasi pack tidak sesuai lagi
sehingga mengijinkan pasir dari formasi masuk ke saringan hal ini mungkin karena
sobeknya saringan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.10.
Gambar 10.10
Saringan wire wraped yang tererosi oleh aliran pasir.
Problem yang terjadi mungkin karena :
- Ukuran gravel dan slot tidak sesuai (terlalu besar).
- Gravel tidak mengisi disekitar casing sehingga tidak melindungi lubang sumur
pada kecepatan fluida yang tinggi pasir akan masuk.
Tunel perforasi tersumbat.
Lubang sumur yang dikomplesi tertutup (di gravel pack), pada formasi yang
mengandung pasir, kecenderungannya akan tersumbat terutama pada tunel
perforasinya (tunel melalui casing, semen dan formasi), bila lubang sumur
diproduksi partikel-partikel mengalir melalui tunel, pasir gravel mengisi didalam
casing dan pada tunel terdiri dari matrial kombinasi (pasir dari gravel pack dan pasir
dari formasi) seperti pada Gambar 10.11.
Gambar 10.11
Lubang perforasi (tinnel) yang tersumbat oleh pasir dari formasi.
Suatu studi mempelajari pengisian pasir pada tunel (diameter 0,5 in dan panjang
tunel 2 in), matrial formasi dapat mengisi total tunel (memblok) seluruh isi tunel.
Kehilangan tekanan melalui tunel (untuk cairan) dinyatakan :
Keterangan :
Gambar 10.12
Faktor inertial (beta) untu batu pasir
sebagai contoh kejadian, minyak dengan viskositas 0,8 cp, Sg : 1, mengalir melalui
diameter lubang perforasi (tunnel ) 0,5 in, yang memiliki permeabilitas 500 md pada
laju aliran minyak 10 BPD (per lubang perforasi), mengalami kehilangan tekanan
3640 psi, pada tunel yang sama diisi gravel dengan permeabilitas 125 darcy
mengalami kehilangan tekanan sebesar 18 psi.
Coning dari air atau gas.
Pada reservoir water drive, dengan produksi minyak, yang akan diganti dengan
sejumlah air direservoir kedalam zone produksi dari aquifer, bila minyak dan air
mengalir pada interval yang sama-sama permeabel, secara alami berdasarkan
gravitasi, air mengalir dibagian bawah, namun produksi menciptakan pressure
sink disekitar sumur yang kehilangan tekanannya lebih besar disekitar sumur
dibandingkan disemua tempat direservoir, akibatnya air pada bagian bawah dapat
mengalir keatas membentuk kerucut (cone) karena gradien aliran kearah vertikal
dibawah sumur lebih besar di bandingkan kearah horizontal dibantu karena adanya
tekanan kapiler sehingga air lebih masuk awal dapat terjadi, sebagai contoh pada
Gambar 10.13.
Gambar 10.13
Konsep ilustrasi gas/water coning
Pada lapisan gas bagian atas (gas cap) gas dapat masuk membentuk cone turun
kebawah kepuncak perforasi pada zone minyak, sehingga akan mengakibatkan
naiknya GOR, terproduksinya gas dari gas cap harus dihindari, karena sejumlah
volume gas yang diproduksi dapat dikonversi menjadi volume yang sama dengan
minyak dengan mengkuti manejemen reservoir yang benar, gas yang juga ikut
terproduksi dari gas cap, juga merupakan problema tersendiri pada sumur pompa.
Gas dan atau water coning terjadi pada reservoir yang sensitif rate artinya tidak
terjadi pada rate yang kecil, perolehan volume minyak yang maksimal didapat pada
rate produksi yang kecil pada waktu produksi yang cukup lama.
Untuk menyiasati rate, dilakukan produksi pada rate yang rendah komplesinya harus
dimodifikasi dengan dilakukannya work over seperti membuat barier kearah
horizontal agar air dan atau gas tidak menembus batas air-minyak dan atau batasgasminyak dengan jalan merekahkan formasi kearah horizontal pada sekitar batas
tersebut kemudian menginjeksikan semen sehingga permebilitas kearah vertikal
dapat menjadi kecil sekali.
Metoda pengontrol lainnya dapat dilakukan seperti squeeze cementing, plug backs,
spesial treatmen ke formasi (mengubah kebasahan) atau kemungkinan pemasangan
liner.
Gambar 10.16.
Hasil kenampakan CBL
Gas yang terdapat didalam semen akan membuat masalah tertentu, biasanya terjadi
pada saat komplesi yang kemudian hari menyebabkan kebocoran pada puncak liner,
dengan menggunakan teknik terbaru dari penggunaan casing-packer khusus dapat
memperkecil masalah gas dalam semen selama penyemenan tahap awal (primary).
Problem khusus pada Enhanced Oil Recovery.
Sumur produksi pada Enhanced Oil Recovery umumnya berasal dari kondisi yang
bervariasi sehingga memperkecil kapasitas aliran hidrokarbon, kemudian disusul
masalah terjadi tembus air pada lapisan yang memiliki permeabilitas besar pada
lapisan yang dekat dengan sumur injeksi. Gambar 10.17a menyatakan kejadian
tersebut.
Gambar 10.17a.
Proyek EOR
Pada proyek penginjeksian steam, uap panas (steam) dan air panas cenderung
mengalir pada bagian atas zone produksi batu pasir dan dapat menembus lebih dulu
sebelum front oil mencapai sumur produksi, Gambar 10.17b menyatakan kejadian
diatas.
Gambar 10.17b.
Penembusan awal dari steam pada thermal stimulasi
Engineer harus dapat menentukan problem potensial yang akan terjadi pada proyek
EOR, dan kemungkinan penembusan lebih awal paling sering terjadi, koreksi
problem yang demikian sering dilakukan work over pada sumur injeksi dan sumur
produksi meliputi koreksi pola pendesakan dengan mengatur sumur injeksi dan
produksi dan strategi perforasinya (untuk lapisan yang besar permeabilitasnya
jumlah lubang perforasi lebih sedikit dibandingkan permeabilitas lapisan yang
kecil).
Sumur produksi (atau injeksi) umumnya memiliki problem :
- Emulsi di formasi.
- Gas atau uap air panas mengunci pompa.
- Pasir akan larut dalam air panas (pada masalah gravel pack).
- Pengendapan karena masalah scale.
- Bakteri akan aktif dari fluida injeksi.
Kebocoran pada tubing, casing dan Packer.
Gas atau air tidak diinginkan masuk kedalam sumur melalui kebocoran, meskipun
secara kenyataan telah dilakukan pengujian tekanan setelah komplesi, beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya kebocoran seperti :
- Korosi pitting (korosi dengan membuat lubang kecil-kecil).
- Bagian sambungan mengalami korosi, stres.
- Rod bergesekan dengan tubung sehingga tubing bocor.
- Pengaruh tekanan (burst, collapse).
Kebocoran casing yang terjadi, dapat diindentifikasi karena adanya aliran lumpur
atau matrial asing, tubing bocor dideteksi dengan melakukan pengujian tekanan
menggunakan standing valve atau penyumbat (plug) landing niple. Sedangkan
packer dapat diuji melalui pengujian tekanan melalui ruang anulus.
Umunya kebocoran pipa disisi luar zone produksi dideteksi dari operasi dilapangan
melalui monitoring kurva produksinya, kegagalan seperti pipa collapse didalam zone
produksi dikacaukan dengan masalah permeabilitas (finggering), pengalaman
lapangan menyatakan, dengan sumur yang mirip problemanya menunjukkan tidak
memiliki pola sehingga perlu dilakukan evaluasi down hole (spinner).
Kinerja awal yang buruk.
Problem dapat diketahui dari curve decline karena menunjukkan sejarah produksi
suatu sumur, tetapi bagai mana operator mengetahui apakah kurva decline
menunjukkan kemampuan suatu sumur pada sumur baru.
Untuk contoh, bila sumur baru mengalir atau dipompa dengan laju aliran 500 bpd
pada awal pengujian, sedangkan kemampuannya memproduksi 800 bpd ?,
pertanyaan ini dijawab, sedikit sumur diproduksi dengan laju alir agak tinggi,
beberapa operator berusaha mengganggu (dengan work over) menggunakan rate
2500 bpd (flowing well) bila komplesi baik sumur tersebut dapat diproduksi dengan
rate 3500 bpd.
Berikut akan menjelaskan konsep perkiraan produktivity untuk sumur baru dari pada
melihat kurva laju produksi, dengan mengunakan data tes produksi (aktual).
Sebagian besar penyebab kerusakan terhadap kemampuan fluida mengalir karena
proses pemboran dan operasi well komplesi, sehingga diperlukan operasi work over.
Pembatasan potensial kerusakan akibat pemboran dan atau komplesi akan
dibicarakan dalam tiga mode.
- Perbaikan permeabilitas dengan partikel invasi.
- Pengembangan clay dan atau migrasi clay.
- Penyumbatan perforasi.
Ditambah dengan empat jenis problem karena keterbatasan kemampuan komplesi :
- Kurang telitinya evaluasi formasi (pembacaan logging).
- Tidak berhasilnya pembersihan didasar lubang atau stimulasi.
- Starup yang tidak sesuai dari kondisi sumur baru.
- Perencanaan tubing yang jelek.
Perkiraan produktivity, pengujian.
Perkiraan Productivity Index (PI) suatu, dari data pemboran ekplorasi, beberapa data
seperti permeabilitas reservoir (k) dan ketebalan (h) akan digunakan pada sumur
pengembangan. Kemudian perkiraan spasi sumur, ukuran lubang sumur dan
kemungkinan jenis fluida produksi, harga kh dapat digunakan untuk menghitung PI
suatu sumur.
PI sebanding dengan bpd/psi draw down, sedangkan untuk gas dalam scfd/psi, dasar
persamaannya adalah :
Untuk minyak (aliran mantap, non-komprsibel):
Untuk gas :
keterangan :
Qo = laju produksi minyak, bpd.
Qg = laju produksi gas, Mscfd.
Bo = Faktor volume formasi minyak.
P1 = tekanan statik reservoir, psia.
P2 = tekanan aliran dasar sumur, psia.
T = suhu di reservoir, oR.
Z = faktor kompresibilitas.
rw = jari-jari lubang sumur, ft.
re = jari-jari pengurasan, ft.
k = permeabilitas efektif, md.
.h = ketebalan bersih zone produktif, ft.
Jelaslah, untuk menjadikan data diatas lebih akurat harus diukur dari dalam sumur,
dengan menggunakan korelasi porositas dan permeabilitas dapat dicari dari data
coring, permeabilitas dapat juga ditentukan dari data logging (log porosity),
ketebalan net pay juga dari data logging dan dapat dibaca secara lebih teliti karena
akan dilakukan pembukaan perforasi pada zone ini.
Tekanan statik reservoir (juga suhu) diperoleh dari bom (pencatat tekanan dan
suhu terhadap waktu selama pengujian juga pengambilan sampel fluida, pada
pressure test/PBU test) dapat diperoleh setelah operasi perforasi dan pembersihan
dasar lubang bor, viskositas fluida yang diukur pada kondisi reservoir diperoleh dari
hasil pengujian bottom hole yang selanjutnya dikenal sebagai data PVT.
PI test :
Dengan diketahuinya tekanan statik reservoir (P1), PI dapat juga diukur dengan
jalan melakukan tes produksi, pada laju aliran yang tetap, rate stabil, bersamaan
dengan pengujian ini tekanan aliran dasar sumur (P2) di rekam dengan bomp
pressure. PI dihitung berdasarkan hubungan :
PI = Qo/g (P1-P2).
Contoh, suatu sumur mengalir dengan laju aliran 1200 bpd dengan draw down 600
psi, memiliki PI = 1200/600 = 2.0 bpd/psi.
bila PI tes sesuai dengan PI perkiraan, engginer akan memiliki tingkat percaya diri
tinggi dalam hal hasil pengukuran dan data asumsi, ini merupakan salah satu faktor
bahwa komplesi berhasil.
Test PBU :
Salah satu masalah adalah tidak diketahuinya permeabilitas (efektif) lapisan,
permeabilitas efektif merupakan hasil gabungan permeabilitas didalam reservoir
selama sumur diproduksi.
Karena disekitar lubang sumur terdapat zone permeabiliti yang kecil (tidak dapat di
perbaiki) akan menghambat aliran dan sering disebut sebagai skin damage.
Skin ini tidak dapat dideteksi oleh porosity log dan tidak terdapat pada sampel core,
selanjutnya dapat diketahui dengan pengujian tekanan dengan menurunkan bom
pressure untuk mengalisa aliran antara formasi hingga lubang sumur, dengan
mengukur pada kondisi sumur ditutup setelah diproduksi dengan rate yang konstan,
diperoleh tekanan statik reservoir (jika sumur baru).
Selama penutupan dipermukaan terjadi aliran menuju lubang sumur (alat didepan
perforasi sehingga pengaruh wellbore storage dapat diabaikan) aliran akan dihambat
oleh adanya skin (ini menunjukkan pengaruh langsung dari formasi ) karena
alirannya masih cepat sampai aliran semakin lambat skin tidak mempengaruhi dan
akhirnya rate di formasi tidak ada aliran sama sekali
Plot kenaikan tekana pada saat sumur ditutup terhadap waktu, seperti yang
dinyatakan pada Gambar 10.18, pengaruh skin dinyatakan sebagai slope (semakin
besar slope garis akan semakin besar pengaruh skin).
Gambar 10.18
Kurva PBU dengan pengaruh awal dari lubang bor.
Gambar 10.19 menyatakan luas sayatan bagian terjadinya skin dan distribusi
tekanan.
Gambar 10.19
Pengaruh skin terhadap distribusi tekanan
Tes PBU memerlukan :
- Laju aliran yang tetap stabil (demikian juga pada sumur pumping, rate pemompaan
diperlukan tetap sebelum sumur ditutup dan dicatat tekanan penutupannya terhadap
waktu penutupan), dengan produksi yang akurat dan waktu penutupan yang cukup
sehingga pulsa tekanan yang dianalisa berada pada formasi yang dimaksud (zone
skin dan zone bebas skin).
- Pressure bomb harus benar-benar ditempatkan didepan perforasi, pada saat
pencatatan tekanan vs waktu.
- Metoda penutupan sumur didasar lubang dari rangkaian pipa (diatas pressure
bomb).
Secara praktis kondisi ideal jarang tercapai, karena sumur ditutup dipermukaan,
akan ada pengaruh sesuadah penutupan dipermukaan yaitu mengalirnya fluida
disekitar dasar sumur menuju sumur, fasa gas akan terjadi hump dan akan terlihat
pada kurva, beberapa pengaruh akan nampak pada Gambar 10.20.
Gambar 10.20
Jenis kenampakan kurva PBU
Tidak dapat diperbaiki karena pengaruh pemboran atau pengaruh komplesi.
Pengaruh skin akan menghambat kemampuan formasi mengalirkan fluida karena
pengaruh aktifitas pemboran ataupun komplesi sumur, work over biasanya
diperlukan untuk mengurang pengaruh tersebut (mengilangkan damage), masalah ini
sering berhubungan dengan problem :
- Penyumbatan partikel.
- Pengembangan clay dan migrasi clay.
- Terjadinya penyumbatan pada perforasi.
Penyumbatan partikel.
Setelah formasi dibor hingga sumur akan diproduksikan, bagian didepan perforasi
mengalami kontak dengan fluida dari permukaan, biasanya susunan kimianya
berbeda dengan yang diformasi dan mengandung partikel padatan
Filter cake :
Bila berat kolom fluida (lumpur) lebih besar dari tekanan formasi, fluida (filtrat dan
partikel) masuk ke formasi dan padatannya akan memblok permukaan formasi
didalam lubang bor membentuk filter cake, hal demikian dibentuk lumpur
pemboran, akan menjadi penting terhadap kemampuan menahan fluida yang masuk
keformasi. Sebelum terbentuk cake terdapat sejumlah volume fluida masuk formasi
yang sebut spurt loss (cairan dan partikel kecil) yang masuk keformasi (biasanya
media pori). Partikel-partikel yang tinggal diruang pori akan mengalir kembali
kelubang sumur dan membentuk partikel bridge karena mengumpulnya di depan
perforasi.
Konsep Bridging :
Berdasarkan rumus sehari-hari (rule of thumb), partikel dengan 1/3 dari diameter
pore throat dapat membentuk bridge dan menyumbat, diameter pore throat dalam
mikron, kira-kira sama dengan akar permeabilitas (md), jika permeabilitas 100 md
dari batuan pasir, memiliki diameter pore throat 10 mikron meter, dengan demikian
diamater partikel kira-kira dengan ukuran 3 mikron dapat membentuk bridge dan
menyumbat.
Penekanan selanjutnya memerlukan pembersihan adanya bridge dan plug, suatu
penelitian pada 1 in sq permukaan batuan (batu pasir) dari core memiliki 3000
saluran ruang pori yang terbuka (saling berhubungan).
Batas keekonomian.
Zone yang telah diproduksikan dan menurun ratenya tidak selamanya ekonomis,
namun kondisi ekonomi bervariasi sangat besar, sumur dangkal mungkin batas
ekonomisnya kurang dari satu barel sehingga produser mendapat tambahan insentif
yang cukup besar, agar mendapatkan keuntungan yang besar beberapa operator
memasang pompa walaupun mengangkat beberapa ribu bbl air untuk mendapatkan
satu bbl minyak dan membayar well servicing dan menyewa tenaga pemeliharaan.
Dilapangan biaya pengangkatan dihitung pada basis perbarrel minyak, dengan
demikian biaya percepatan segera dapat dilakukan bila sumur memiliki kapasitas
besar, menggunakan pompa memerlukan biaya tenaga. Biaya pengangkatan yang
berlebihan dapat berakibat suatu sumur mencapai batas keekonomiannya.