Anda di halaman 1dari 33

Well Service / Well Work

A.Well Service
merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala kegiatan yang
berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi usaha agar sumur siap
berproduksi (initial completion) maupun usaha perbaikan sumur akibat kerusakan
saat berproduksi (Work Over). Semua kegiatan yang dilakukan oleh team ini
bertujuan untuk mempertahankan serta meningkatkan laju produksi sumur.
Well Service dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Tool House adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan memelihara
segala peralatan sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift serta
memperbaiki kerusakan yang ada pada sumur-sumur.
3. Transport Well Service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan well service
dengan selalu menyediakan transport untuk mengantarkan segala peralatan yang
dibutuhkan saat melakukan service terhadapsumur.
Pekerjaan yang dilakukan oleh divisi ini dibagi dalam empat kelompok kerja yaitu :
initial completion, sevice, work over dan equipment maintanance.
a. Initial Completion
Initial Completion merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang dilakukan
setelah pengeboran yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan segala peralatan
sehingga sumur dapat mulai berproduksi.
1. Run CBL (Cement Bond Logging)
Tujuannya untuk mengetahui kualitas penyemenan agar dapat diketahui daerah yang
belum tersemen dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi dengan baik dapat
mengakibatkan terjadinya komunikasi antara zona produktif dengan zona air. Bila ini
terjadi maka kandungan air yang terangkat ke permukaan akan tinggi.
2. Squeese Cementing
Squeeze cementing adalah kegiatan penyempurnaan semen sumur produksi.
Kegunaan squeeze cementing ini adalah :
a. Memperbaiki penyemenan primer yang tidak sempurna.

b. Menutup zona lost circulation.


c. Memperbaiki casing yang bocor
d. Menutup lubang perporasi yang salah.
e. Mengisi zona yang tidak produktif
Teknik yang dilakukan dalam squeeze cementing ini ada dua :
1. High Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan tinggi
yang berfungsi untuk menutup rekahan yang merugikan yang terdapat di dalam
formasi.
2. Low Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan tekanan rendah.
Tujuannya untuk membentuk filter cake atau dinding penutup formasi,dan saluran
fracture yang mungkin saja terbuka sampai ke formasi.
3. Perforating
Perforating adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk melubangi casing agar
terjadi hubungan antara well bore dengan reservoir. Untuk melakukan hal ini
dibutuhkan suatu alat yang disebut GUN.
4. Swabbing
Swabbing yaitu pekerjaan mengangkat sejumlah fluida dari dalam sumur dengan
menggunakan alat penghisap (swab Tool) melalui tubing, drill pipe.
Fungsi swabbing adalah sebagai berikut :
1. Menentukan production rate dari sebuah zona sumur
2. Untuk menentukan apakah suatu casing mengalami kebocoran
3. Memancing agar suatu well dapat flowing.
4. Mengambil kembali spent acid yang telah dipompakan agar tidak merusak casing
b. Well Service Job
Well Service Job pada prinsipnya adalah kegiatan atau pekerjaan untuk merawat
suatu sumur supaya dapat terus berproduksi sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
merawat sumur ini diperlukan alat yang dapat membantu untuk mempermudah setiap
pekerjaan yang dilakukan.
1. Surface Equipment
Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan sumur.
a. Rig

Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran sumur
minyak. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa dari dan ke
dalam sumur. Rig yang digunakan di PT CPI Minas adalah Hydraulic Powered, Self
Propelled, Self Guyed, back in Type dan Double Mast.
b. Pompa
Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pompa biasanya
dilakukan pada sirkulasi air, tes casing, tes BOPE dan kill well.
Jenis-jenis pompa antara lain :
1. Pompa Duplex
Pompa ini termasuk jenis Positive Displacement Pump atau Reprocating Pump yang
dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep hisap (suction valve)
dan dua klep buang (discharge valve) karena itu disebut Double Acting Pump.
2. Pompa Triplex
Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston yang
bekerja sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan pompa Duplex.
c. Blow Out Preventer Equipment (BOPE)
Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat tekanan
reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow Out Preventer Equipment (BOPE) dipasang
di atas flange bagian atas dari suatu sumur yang dilekatkan oleh beberapa baut yang
dikunci kuat untuk keselamatn jiwa, operasi dan hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Subsurface Equipment
a. Packer
Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu kedalaman
tertentu dari lubang sumur.
Packer berfungsi untuk :
1. Menyekat antara tubing dan casing untuk menjebak cairan ke reservoar.
2. Mencegah masuknya semen ke lubang perforasi pada saat dilakukan squeeze
cementing.

3. Memisahkan zona-zona pada lubang bor.


4. Penyangga tubing.
5. Untuk keperluan pengetesan sumur seperti swab test.
6. Mengisolasi casing yang mengalami kebocoran.
b. Tubular Product
Tubular product dibagi menjadi tiga bagian yaitu drill pipe, casing dan tubing.
Drillpipe adalah pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi sebagai penyalur
lumpur pemboran dan mentransmisikan putaran rotary table sehingga dapat memutar
bit.
Drillpipe merupakan tubing tanpa las, panjang setiap bagiannya sekitar 30 ft.
Casing berfungsi untuk menahan tekanan formasi setelah lumpur dibuang dari dalam
sumur, mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga tidak mudah runtuh dan
menghindari terjepitnya pipa akibat mud cake atau lempung ketika produksi sedang
berlangsung.
c. Sand Pump
Pompa pasir (sand pump, bailer) berfungsi membersihkan pasir dari dalam lubang
sumur pada kedalaman yang sudah ditentukan. Cara kerjanya adalah dengan
menghisap pasir kotoran-kotoran tersebut sehingga dinamakan suction bailer.
c. Work Over
Work over adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan
sumur agar produksi sumur tersebut semakin meningkat, atau tetap dapat
dipertahankan termasuk diantaranya karakteristik sumur. Jenis-jenis pekerjaan work
over adalah :
1. Add perforation (penambahan lubang perforasi).
2. Pembersihan lubang-lubang perforasi.
3. Isolasi zona.
d. Equipment Maintenance
Perawatan dan penjagaan barang atau alat-alat dalam keadaan baik dan dapat dipakai
berulang-ulang kali merupakan pekerjaan dari equipment maintenance. Pekerjaan ini
sangat penting sekali mengingat peralatan yang dipakai dalam produksi minyak bumi
sangat mahal sehingga perlu untuk menghematnya. Disamping itu tempat ini juga
digunkan untuk memperbaiki peralatan yang rusak seperti packer, swivel dan reda
pump.

e. Subproduce Equipment
Subproduce equipment adalah peralatan yang berfungsi untuk memindahkan minyak
dari perut bumi ke permukaan. Terdapat beberapa peralatan yang berfungsi sebagai
subproduce equipment yaitu sebagai berikut :
1. Reda pump, pompa submersible yang berfungsi memompakan minyak ke
permukaan. Pompa ini memiliki kapasitas yang beragam yaitu 100 15000 bpd.
2. Switch board, berfungsi menyuplai listrik pada reda pump dan mengontrol kerja
reda pump.
3. Transformer, untuk mengubah tegangan arus listrik dari line agar sesuai dengan
kebutuhan reda pump yang dipasang.
4. Tubing hanger, berfungsi untuk menggantung tubing pada casing head.
5. Cable guard, berfungsi sebagi pelindung flat cable extention.
B. Produce Subsurface Team
Tugas Produce Suibsurface Team adalah menangani sumur-sumur minyak yang ada
pada suatu area yang dikelolanya agar tetap dapat berproduksi dengan laju produksi
yang optimum. Team ini bertugas dari awal suatu proses produksi sampai ke
Gathering Station.
Produce Team dibagi menjadi :
1. Produce Subsurface team
2. Maintenance
3. Rotation Equipment
4. Well Service
Berdasarkan team kerjanya Produce Subsurface Team terbagi menjadi beberapa
bagian lagi, yaitu :
1. Reservoir Engineer
2. Production Engineer
3. Geologist
4. Technical Assistant
5. SPS Specialist
6. Well Test specialist
a. Production Engineer
Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur agar produksi tetap
optimal. Team Ini bekerja dengan membuat program yang akan dilaksanakan

dilapangan khususnya yang berkaitan dengan operasi Well Service maupun


Workover. Tugas dari Production Engineer antara lain :
a. Gain Job
Berkaitan dengan perolehan produksi yang ada dilapangan dan kegiatannya antara
lain :
1. Perforasi
Adalah kegiatan awal untuk memproduksikan minyak dengan cara menembakkan
mesiu pada dinding casing atau formasi. Jenis-jenis perforasi adalah :
a. Add Perforation
Adalah melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu sumur dari jumlah
perforasi yang telah ada.
b. Re-Perforation
Adalah perforasi ulang yang dilakukan dengan untuk meningkatkan efektifitas dari
lubang yang telah ada maupun dilakukan setelah Squeeze Cementing
2. Zone Isolation
Adalah proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona yang sudah
tidak produktif akibat water cut yang tinggi. Untuk mengetahui suatu zona harus
diisolasi atau tidak, dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut :
a. Production Logging Tool (PLT)
Dilakukan dengan memasukkan alat Logging, sehingga dari data yang diperoleh
dapat dianalisa dan diperkirakan zona yang harus diisolasi.
b. Down Hole Video (DHV)
Dilakukan dengan memasukkan kamera kedalam lubang sumur, sehingga dapat
terlihat bagian bawah lubang sumur. Dari hasil rekaman kamera dapat diketahui zone
pada formasi yang harus diisolasi. Kebanyakan memakai Coiled Tubbing dalam
pengoperasiannya
c. Production Test (PT)
Dilakukan untuk mengetahui produksi dari suatu sumur. Production Test (PT) dapat
dilakukan dengan metoda-metoda, antara lain :
1. Individual Zone Test (IZT)

Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari tiap formasi. Tujuannya untuk
mengtahui kemampuan produksi dari tiap zona formasi. Pada individual Zone Test
ini, digunakan REDA Pump. Dari individual zone test, selanjutnya dilakukan Micro
Motion Test dan dua data penting yang dapat diambil adalah Water Cut dan
Productioan Rate secara lebih teliti.
2. Swab Test
Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab test. Dari
swab test, dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu produksi sumur, dan
water cutnya tetapi data yang diambil masih secara kasar.
3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari suatu formasi.
2. Stimulation
Stimulasi di sumur dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak. Metoda
stimulasi ini bisa dilakukan dengan Acidezing maupun Fracturing dengan
menggunakan bahan kimia tertentu untuk mengangkat skin yang ada pada zona
formasi yang rusak tadi. Pelaksanaanya harus hati-hati, karena keterlambatan dalam
melakukan swab dapat mengakibatkan plug yang justru dapat merusak formasi.
b. Maintenance
Bagian ini mempunyai tanggungjawab untuk mengoptimasikan dan memperbaiki jika
ada kerusakan pada alat-alat produksi, seperti pompa. Hal-hal tersebut misalnya, Zero
Maq (0 M), High ampere, Low Ampere dan lain-lain.
c. Water Injection Well (WIW)
Water injection well ini bertujuan untuk mengoptimasi injection rate suatu sumur, hal
ini dapat dilakukan dengan mengamati fluida yang masuk ke sumer dan yang keluar
dari sumur. Pola yang dipakai dilapangan minas ada dua, yaitu :
1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur produksi.
Pola inilah yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.
2. Peripheral
Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi. Dan hasil
injeksinya kurang optimal.

3. Line Drive
Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu sumur,
biasanya paling efektif pada zona yang banyak patahannya.
d. Initial Completion
Dalam hal ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai di bor
sehingga dapat memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-langkah yang
dilakukan adalah :
1. Melakukan Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui apakah ikatan
antara casing , cement dan formasi baik atau tidak. Bila kurang baik maka perlu
dilakukan sequeze cementing.
2. Mengolah dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan zona yang
dinilai produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan tes
kemampuan zona mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona mana yang
perlu diisolasi.
b. Geologist
Adalah team yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu sumur untuk
kemudian dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur tersebut masih memiliki
potensi untuk penambahan produksi minyak. Selain itu team ini juga menganalisa
hasil logging pada sumur baru untuk menganalisa formasi mana yang akan
diproduksi.
c. Reservoir Engineer
Team ini bertugas untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian hasilnya
sebagai acuan production engineering dalam membuat program. Selain itu reservoir
engineer bertugas menghitung reserve dari suatu lapangan.
d. SPS Spesialist
Pompa yang banyak dipakai di minas adalah ESP. ESP sendiri juga dikenal sebagai
pompa REDA yang dikembangkan oleh REDA sekitar tahun 1950. Seperempat lebih
produksi minyak di dunia diperoleh dengan pompa ini yang sanggup memompakan
seratus sampai seratus ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :
1. Pump
Yaitu susunan beberapa stages dan masing-masing stages terdiri atas Impeller dan
Diffuser yang statis. Makin banyak stages, maka makin besar fluida yang dapat

dipompakan.
2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk kedalam
motor dan merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan pompa.
3. Electric Motor
Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi sebagai tenaga
pengerak pompa.
Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu Rotor dan stator.
Di atas pompa pada tubbing dipasang check valve. Valve ini berguna uintuk
mencegah agar fluida dalam tubbing tidak turun kebawah saat ESP mati. Turunnya
fluida akan memutar balik pompa dan merusak motor pompa. Selain check valve,
biasanya dipasang juga bleeder valve yang berguna untuk membuang fluida yang
terdapt dalam tubbing kedalam sumur.
e. Well Test Specialist (WTS)
Team ini bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-metoda
yang digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test, Static Bottom Hole
Pressure. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara rutin minimal satu bulan sekali
untuk setiap sumur. Metode pengujian itu adalah :
a. Micro Motion Test
Bertujuan untuk mengetahui laju produksi fluida, laju produksi minyak serta
menentukan besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan
densitas pada fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air formasi yang mengalir.
Namun alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu tidak dapat mendeteksi adanya gas,
sehingga hanya dapat digunakan untuk sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat
Micro Motion ini hanya dapat digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari
130 psi, sehingga pengesetan harus dilakukan dekat dengan sumur.
Komponen Micro Motion antara lain :
1. Sensor Unit
Sensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses dengan cepat
aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi sinyal-sinyal.
2. Remote Flow Transmitter.
Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya berdasarkan konfigurasi yang
telah diprogram kealat interface
3. Transmitter Interface.

Merupakan unit yang menunjukkan hasil tes secara digital.


b. Sonolog Test
Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL) untuk sumur
mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang masih berproduksi. Prinsip
kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam sumur yang berasal dari gas N2.
Getaran tersebut dihubungkan dengan recorder yang berfungsi untuk menggambarkan
pola getaran gas N2 tersebut. Bila getaran tersebut melewati tubbing joint, pola
grafiknya akan membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan lagi ke permukaan
fluid level, pola aliran akan menggulung. Kedalam fluid level dapat dilihat dari
jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan kedalaman.
Peralatan Sonolog Test terdiri dari :
1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan pada kepala
sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran dari dalam
sumur.
Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang. Sebelum sumur
diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan untuk menentukan ukuran
pompa yang akan dipasang. Fluid level itu sendiri merupakan ukuran kemampuan
siatu sumur untuk memproduksikan fluidanya. Makin tinggi fluid level, makin bagus
produksinya karena tekanannya masih besar.
Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan untuk
mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang sebelumnya
telah dipasang. Flui level terdiri atas Static Fluid Level dan Working Fluid level.
Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran suatu pompa jika WFL sumur
tersebut sekitar 300 400 ft diatas Pump Setting Depth. Istilah support disini
menandakan bahwa pompa yang digunakan dapat menghisap fluida dari dalam sumur
dengan efisiensi yang optimal dan tidak merusaknya.
Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu diganti atau
tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah menandakan bahwa pompa
yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran pompa diturunkan laju alirannya.
Sedangkan untuk fluid level tinggi maka kemungkinan pompanya akan di size up.
Pada umumnya pompa yang dipakai dilapangan Minas adalah Electric Submersible
Pump (ESP). Pompa ini sangat sensitif terhadap perubahan laju alir, oleh karena itu
perubahan yang terlalu besar akan merusak pompa itu sendiri. Merek pompa ESP
yang banyk dipakai adalah jenis REDA dan Centrilift yang memiliki prinsip kerja
yang hampir sama.

c. Static Bottom Hole Pressure (SBHP)


Test ini dilakukan pada sumur obsevasi. Pengontrolan Bottom Hole Pressure (BHP)
menentukan tekanan formasi pada interval tertentu dalam program Interval Zone Test.
Didalam tabung SBHP Tools terdapat Bourden Tube, yang dapat diberikan tekana
dari luarl. Alat ini akan mengembang dan menguncup sesuai dengan perubahan
tekanan yang terjadi didalam sumur. Gerakan bourden tube akan menggores chart
yang terbuat dari logam, yang digerakkan dari permukaan oleh timer sehingga dari
goresan chart tersebut dapat dibaca berapa tekanan sesuai dengan perubahan tekanan
didalam sumur.

Bab ini akan menjelaskan proses secara analitis untuk engineer dilapangan dalam
memahami problem sehingga dilakukan operasi Work Over (WO) yang mahal
harganya dan berlawanan dengan operasi rutin sumur yang disebut Servicing.
Penekanan pada bab ini pada pembelajaran perilaku sumur-sumur yang stabil dan
sumur baru, penekannya pada bagian inflow disekitar komplesi sumur, sebagai
contoh penentuan permeabilitas disekitar sumur dan kinerja aliran disekitar
perforasi, atau kinerja aliran pada sumur yang dikomplesi secara open hole disekitar
lubang bor.
Sebagian besar penjelasan disekitar :
- Penyebab produksi tidak normal suatu sumur dengan decline curve yang establish.
- Bagaimana menguji perilaku sumur baru untuk mengevaluasi komplesi sumurnya.
- Kapan sumur akan deplesi (menyimpang kinerjanya).
- Apa penyebab utama masalah mekanik yang dapat dianalisa dilapangan.
Definisi servicing dan work over.
Pada tahun 1980 lebih dari 540.000 sumur minyak berproduksi dengan decline curve
yang stabil, kira-kira 510.000 atau 94 % menggunakan metoda pengangkatan
buatan, penggunaan pompa sucker rod 85 % dari metoda pengangkatan buatan yang
ada. Dengan demikian sebagian besar aktivitas produksi dilakukan dengan
pemeliharaan pompa sucker rod.
Fungsi dari unit service.
Upaya-upaya pemeliharaan pompa rod dinamakan well service dan jenis-jenis
peralatan yang digunakan untuk mendukung penarikan pompa sucker rod
dinamakan service unit (bukan rig).
Servis unit juga dapat digunakan untuk menarik tubing dalam rangkaian
pemeliharaan rutin peralatan sumur produksi yang merupakan bagian peralatan dari
rangkaian tubing, pada kondisi yang demikian tubing harus dilepaskan dengan
menggunakan kunci tong dan menariknya sesuai dengan berat rangkaian. Peralatan
yang digunakan juga untuk menarik tubing pump (jenis pompa sucker rod), valve
gas lift, packer produksi dengan penge-set-an berdasarkan berat rangkaian
tubingnya.
Dengan demikian perilaku satuan peralatan ini tanpa menggunakan pompa fluida
untuk mematikan sumur, mensirkulasi atau mengontrol sumur, juga tidak terdapat
rangkaian pipa yang diputar untuk melakukan pemboran atau pembuatan ulir dalam
usaha fishing (milling) atau juga tidak merupakan usaha-usaha pembersihan
didasar sumur.
Unit service memiliki operator, dengan demikian tidak ada usaha-usaha melakukan
perubahan komplesi juga tidak melibatkan engineer, pekerja-pekerja dibawah
pengawasan seorang pengawas produksi, dan pelaksanaan pekerjaanya berdasarkan
data sumur pada rangkaian rod atau rangkaian tubing.

Bagaimanapun efisiensi servicing secara umum adalah memperbaiki dan merupakan


fungsi keteknikan sehingga karenanya produksi minyak dapat bertambah dengan
memperkecil waktu perbaikan dan melakukan perbaikan terhadap kualitas kerja.
Rig workover.
Operasi work over memerlukan penggunaan rig work over, secara sederhana unit
servisnya memerlukan tambahan tenaga hidrolik atau peralat pemutar (rotary head)
untuk melakukan kerja pemutaran rangkaian pipa. Pompa yang berdiri sendiri dan
tangki yang diperlukan untuk menyuplai dan memsirkulasikan fluida pemati sumur
(kill fluid), rig work over yang modern memiliki meja putar (rotary table) yang
sebenarnya merupakan rig pemboran berskala kecil, sehingga pendefinisiannya
tergantung jenis kerja yang akan dilakukan.
Kemampuan menariknya harus melebihi berat rangkaian pipa sebagai syarat awal
pada rig work over, kemampuan ini dugunakan untuk menarik pipa yang terjepit
pada operasi fishing atau penarikan pipa yang menggunakan jar sehingga
memungkinkan untuk menarik keatas karena kemampuan rig workover ini.
Selanjutnya banyak rig work over menggunakan piringan yang dipasang dipuncak
menaranya dan pengoperasiannya menggunakan traveling block dan multi sheave
(block dengan banyak piringan untuk memperingan beban) serta menggunakan tali
henep yang menggunakan drum (gulungan), drum kedua memiliki diameter yang
lebih besar, digunakan untuk mengangkat rangkaian tubing, dan drum yang
memiliki diameter yang lebih kecil digunakan untuk operasi penimbaan pasir
didalam sumur atau swabbing.

Kriteria operasi work over.


Operasi work over dapat dengan baik didefinisikan berdasarkan pelaksanaan jenis
pekerjaaan yang dilakukan. Work over akan melibatkan satu atau lebih kriteria
sebagai berikut :
- Pekerjaan yang dilakukan pada awal penyelesaian sumur.
- Pekerjaan yang dilakukan untuk memodifikasi formasi atau treating formasi.
- Pekerjaan pemasangan pipa menjadi permanent (pemasangan casing atau liner ,
juga pemasangan permanent packer, bridge plug) yang dimodifikasi atau diperbaiki.
- Pekerjaan dimana sumur dilakukan rekomplesi memindahkan atau menambah zone
yang akan diproduksi.
- Pekerjaan yang dilakukan pembukaan tubing produksi sehingga memerlukan fluida
pembunuh (kill fluid) atau mengontrol tekanan.
Sehingga jelas operasi work over dapat mempengaruhi sifat fisik formasi disekitar
sumur terutama permeabilitas formasi atau berubahnya konfigurasi peralatan
menjadi permanen. Dengan demikian pengoperasian work over harus berhati-hati
termasuk perencanaannya dan supervisinya, pada dasarnya memerlukan

pengetahuan keteknikan , diskusi berikut akan mengemukakan penyebab-penyebab


untuk dilakukannya work over , dan indentifikasinya berdasarkan metoda analitis.
Perencanaan work over.
Work over harus direncanakan karena akan dapat menyebabkan masalah yang
terjadi selama pengoperasiannya, problem dapat terjadi secara tiba-tiba dan
memerlukan perhatian secepatnya, alternative sebagai perkiraan yaitu berdasarkan
terjadinya kehilangan produksi sehingga dilakukan program work over dan
rekomplesi dan dimasukkan dalam rencana anggaran.
Autority for expenditure (AFE).
Jenis-jenis work over memerlukan expenditures yang lebih besar dibandingkan
servicing, standart pelaksanaannya berasal dari kantor keteknikan dilapangan dan
disebut juga sebagai AFE atau Authority For Expenditure, dukumennya terdiri dari :
- Faktor-faktor teknik yang mendukung dilakukannya work over.
- Usulan prosedur work over juga sketsa penggambaran sumurnya.
- Perkiraan biaya dan justifikasi keekonomiannya (seperti pay out).
Work over yang dilakukan pada sumr baru (bila pengujian sumur menunjukkan rate
yang lebih kecil dari rate yang optimum) juga diperlukan AFE yang terpisah dari
AFE pengeboran sumurnya, juga prognosisnya.
Indikasi problem.
Pada sumur pengangkatan buatan , kegagalan yang terjadi pada system
pengangkatan pada umumnya disebabkan karena adanya kehilangan produksi,
seperti adanya kegagalan dan tidak diperlukannya work over, sebagai contoh bagian
tertentu dari sucker rod mengalami korosi dapat diselesaikan dengan merubah
matrialnya, namun bagian luar dari pumpa menunjukkan masalah yang lebih serius
karena adanya pasir yang ikut terproduksi.
Dengan anggapan kapasitas pengangkatan buatan bukan merupakan masalah,
engineer produksi dapat memperhatikan satu atau beberapa dari indikasi yang
menyatakan problem sehingga perlu dilakukan work over.
- Terjadi penurunan produksi dengan cepat pada sumur-sumur yang establish.
- Komplesi yang tidak sesuai dengan kondisi sumur (tidak sesuai dengan
performance sumur).
- Depletion (penurunan rate).
- kegagalan mekanik.
Terjadinya penurunan produksi secara tiba-tiba.
Beberapa penyebab penurunan produksi yang dapat di deteksi dengan melakukan
monitoring dari data testing sumur, monitoring penggunaan metoda decline curve
juga dapat dilakuan.
Kemungkinan problem yang didiskusikan adalah :
- Berkurangnya permeabilitas disekitar lubang sumur.

- Sand fill (terjadinya pengisian pasir pada pealatan produksi pompa).


- Kegagalan sand control dalam penggunaan gravel pack.
- Water atau gas coning.
- Terjadinya komunikasi antar zone.
- Problem khusus pada EOR.
- Terjadinya kebocoran pada tubing, casing dan packer.
Kurva decline produksi suatu sumur. (kurva penurunan produksi).
Kurva penurunan produksi merupakan alat dari sisi keteknikan untuk menganalisa
ulah sumur dan memperkirakan calon sumur yang akan di work over. Sejarah
produksi suatu sumur dapat dinyatakan dalam plot laju aliran minyak Vs waktu, laju
aliran air Vs waktu, demikian juga perbandingan gas terhadap minyak (GOR) Vs
waktu. Secara periodik sumur dilakukan pengujian dan hasilnya diplot dalam bentuk
kurva seperti pada Gambar 10.1A dan Gambar 10.1B.
Gambar 10.1A
Kurva perilaku suatu lapangan

Gambar 10.1B.
Kurva decline sumur tunggal
Pada lapangan yang telah establish, bentuk kurvanya menggambarkan kondisi sumur
yang sebenarnya sebagai respon sumur terhadap mekanisme reservoir untuk
diproduksi. Suatu reservoir yang kecil dengan tenaga pendorong gas drive akan
menunjukkan kurva dengan langkah produksi patah secara bertingkat-tingkat
sedangkan untuk tenaga pendorong reservoir yang besar dengan tenaga pendorong
air (water drive) akan menghasilkan kurva dengan penurunan secara perlahan-lahan.
Trend kurva tiba-tiba cenderung berubah menunjukkan adanya problema, kurva laju
minyak jatuh berhubungan dengan naiknya rate air yang berarti air telah menembus
perforasi secara total. Adanya fluida yang hilang (karena rate minyak yang menurun)
dan bersama-sama data tes menunjukkan adanya penurunan produksi ini
mengindikasikan adanya pengecilan permeabilitas atau pengisian pasir. Setelah
dilakukannya stimulasi, ulah sumur dapat diperkirakan dari bentuk kurva dan sangat
berguna, juga dalam perkiraan pengembalian investasi dapat lebih cepat karenanya
tambahan stimulasi dapat diputuskan. Beberapa contoh treatmen oleh stimulasi
dinyatakan pada Gambar 10.2.
Gambar 10.2
Contoh respon hasil stimulasi

Pengecilan Permeabilitas disekitar lubang bor.


Kemungkinan terjadi pengecilan pada :
- Tertutupnya/tersumbatnya rekahan.
- Formasi mengalami pengompakan.
- Butiran pasir bergerak menuju lubang sumur.
- Penyumbatan karena adanya fines (clay yang menjarum).
- Pengendapan karena terbentuknya scale.
- Akibat pengaruh permeabilitas efektif yang mengecil, batuan berubah
kebasahannya.
Akibat adanya aliran radial atau pengecilan garis arus menuju sumur yang
diperforasi, batuan (matrik dan semen) akan mengalami tarikan, konsep aliran radial
yang melalui ribuan channel (alur kecil) dan kemudian menuju sumur terjadi
pengecilan arus aliran menuju sumur,pada aliran radian laju aliran massanya tetap
untuk menuju lubang sumur kecepatanya bertambah besar sehingga terjadi
turbulensi sehingga viskositas fluida yang mengalir menjadi sangat berpengaruh,
pengaruh ini dapat dilihat dari persamaan hukum DArcy, hubungannya pada jarak
beberapa inci disekitar lubang sumur sangat kiritis dalam mempertahankan
permeabilitas pada keadaan awalnya. Gambar 10.3 menunjukkan pengaruh diatas.
Gambar 10.3
Permaebilitas disekitar lubang bor (Kerusakan Vs produktivity)
Beberapa inci dari lubang bor mudah terjadi kerusakan karena aliran radial sehingga
menghasilkan pengecilan permeabilitas yang dapat terjadi selama produksi, sebagai
contoh, dengan bergeraknya fluida menuju lubang sumur kehilangan tekanan terjadi
semakin besar pada kondisi terjadinya pengecilan permeabilitas.
Tertutupnya alur rekahan.
Bila aliran disekitar sumur mengalir karena hidrolika rekahan dengan adanya
penganjal (propan) atau rekahan karena hasil pengasaman, rekahan pengalami
pembukaan karena pengganjalan dan adanya pelarutan matrik batuan. Bila
pengasaman berhasil kedua cara diatas (pembukaan rekahan dengan memasukkan
pengganjal dan pelarutan matrik batuan) akan memperbesar permeabilitas alur-alur
kecil aliran menuju lubang sumur. Dengan adanya produksi, gaya penutupan akan
bertambah dan membebani butiran propan atau juga membebani permukaan matrik
batuan yang telah terlarutkan akibat pengasaman sebelumnya, hal ini akan membuat
penekanan butiran propan sehingga memperkecil permeabilitas, sehingga jenis
usaha perbaikan ulang atau stimulasi untuk dapat memeperbaiki posisi matrial
pengganjal dan melarutkan matrik batuan perlu dipertimbangkan sehingga dapat
menaikkan permeabilitas disekitar sumur.
Rekah alami terdapat pada batuan gamping yang keras atau batu pasir yang
tersementasi dengan kuat cenderung memiliki permeabilitas yang cukup ketat,
dalam responnya jika sumur diproduksi terjadi kehilangan tekanan yang besar pada
saat fluida melalui ruang pori atau rekahan, kondisi reservoir yang demikian

tergantung permeabilitas fraktur (rekahan), sebagai akibatnya pada batuan yang


memiliki matrik ketat biasanya aliran fluidanya memiliki kecepatan rendah.
Formasi Kompak.
Pada formasi yang kompak, pada interval produksinya memiliki kehilangan tekanan
yang cukup beasar, akan menurunkan daya dukung ruang pori bahkan dapat
melepaskan ikatan antar ruang pori atau matrik batuan, sehingga dapat menutup
saluran aliran fluida, dikatakan memperkecil permeabililitas. Pengaruh kompaksi
dapat dilahat pada plot permeabilitas Vs kedalaman, semakin bertambah kedalaman
tekanan over burden akan semakin besar dan akan memperkecil porositas dan
permeabilitas batuan, Gejala ini dapat dilihat pada Gambar 10.4.
Gambar 10.4
Perubahan porositas dan permeabilitas akibat kompaksi.
Pada lapangan dengan lapisan batuan yang dangkal bersama-sama dengan
berkurangnya tekanan reservoir dapat menyebabkan terjadinya subsidence
dipermukaan, dan mengakibatkan casing akan rusak (casing akan memendek)
terutama casing pada zone produksinya, dapat dilihat pada Gambar 10.5
Gambar 10.5
Kerusakan akibat kompaksi pada slotted liner
Butiran Pasir lepas. (pergerakan butir pasir menuju lubang bor).
Pada saat mengebor, matabor menggerus batuan untuk pertama kalinya membuat
lubang, pada bagian upset berdasarkan kesetimbangan stress, memiliki stress yang
paling rendah, jika stress ini tidak diimbangi dengan pemasangan casing dan semen
yang kuat maka formasi disekitar lubang sumur dapat bergerak meniju lubang
sumur, batu pasir yang memiliki ikatan semen yang kurang kuat dapat bergerak
menuju lubang sumur karena struktur dukungan ruang pori yang tidak kuat.
Pergerakan aliran juga dapat mematahkan ikatan mineral yang lemah seperti ikatan
antar clay dan butiran matrik pasir, sehingga fines akan bergerak dengan tanpa
hambatan menuju lubang sumur.
Fines yang tertahan pada air conate tetap tidak bergerak sampai saturasi air melebihi
saturasi air conate air akan bergerak sehingga fines ini akan melepaskan ikatannya
dengan batuan kemudian bergerak, kasus ini seperti kejadian pada masalah
bergeraknya butir pasir sehingga memelukan work over dan instalasi gravel pack
untuk mengontrol pasir, hal diatas dapat dicegah dengan melakukan pemboran dan
proses penyemenan yang proporsional (masuknya air filtrasi tidak berlebihan).

Penyumbatan karena fines.


Problem produksi berhubungan dengan masuknya butir pasir, fines didalam aliran
fluida dan scaling yang cenderung diperberat jika terjadi kenaikan water cut. Satu
alasan pada kejadian ini, adalah lepasnya matrial dalam bentuk menjarum (fines)
yang tadinya berikatan dengan matrik batuan, dengan berbagai gaya tarikan karena
adanya aliran, bila saturasi air meningkat fnes akan bergerak. Seperti pada Gambar
10.6.
Gambar 10.6
Lepas dan bergeraknya fines dari formasi karena bertambahnya air
Bergeraknya fine akan mengikuti alur ruang pori yang berlekuk-lekuk (tortoisity)
dan menuju satu titik yaitu lubang sumur, sehingga mengurangi luas aliran fluida
didalam ruang pori (konsentrasi partikel bertambah) akibatnya partikel fines ini
membentuk susunan seperti jaringan disekitar perforasi yang biasa disebut
Bridging akibat yang fatal dapat menyumbat aliran menyebabkan efek chek
valve, aliran dapat balik (dapat balik keformasi). Beberapa operator menggunakan
fluida yang bersih dengan menggunakan rate dan volume yang besar menginjeksi
formasi pada komplesi yang baru agar fines ini masuk
jauh keformasi karena dengan jauh dari lubang sumur kecepatan fluida yang
mengalir kecil sekali dan fines tersebut tidak bergerak lagi.
Pengendapan Scale.
Pada sumur-sumur tua, water cut akan semakin bertambah besar, kehilangan tekanan
akan menjadi tidak setabil, fluida yang masuk kesekitar lubang sumur, akan terjadi
pendinginan menyebabkan terjadinya pengendapan, mula-mula terjadi beberapa in
dari perforasi, menyebabkan kehilangan tekanan yang besar (pengaruh skin),
biasanya pada slotted liner, dapat mencapai perforasi juga pengendapan dapat terjadi
bersama-sama pergerakan fines juga parafinis atau asphaltens.
Pengaruh permeabilitas relatif, kemampuan membasahi batuan (wettability).
Permeabilitas relatif :
Hambatan aliran merupakan gejala yang perlu diperhatikan selama komplesi atau
operasi work over, akan terjadi pengecilan permeabilitas karena terjadinya
pengendapan dari fluida yang tidak sesuai komposisinya (inkompatibel fluid) masuk
keformasi, sebagai contoh: terjadi pada pendesakan asam dengan lumpur air (water
base mud) pada batuan yang dijenuhi minyak.
Bila dua fluida mengalir melalui ruang pori, permeabilitas relatif terhadap salah satu
fluida akan bertambah dengan bertambahnya saturasi fluida tersebut, sebagai contoh
dengan bertambahnya water cut suatu sumur kemampuan minyak mengalir akan
berkurang, seperti yang dinyatakan pada Gambar 10.7, sejumlah minyak akan
tertinggal setelah water influx terjadi sehingga zone tersebut untuk diproduksi
menjadi tidak ekonomis lagi.

Gambar 10.7
Kurva permeabilitas efektif sistem minyak-air
Wettability (kebasahan):
Seperti bagian yang diberi tanda pada batas di Gambar 10.7 pengaruh kebasahan
terhadap permeabilitas efektif, telah didiskusikan pada terjadinya penyumbatan oleh
fines, bila permukaan batuan dibasahi oleh fluida, terjadi gaya tarikan antar batuan
dengan fluida tersebut sehingga fluida yang membasahi tersebut pada kondisi aliran
akan bertahan karena adanya tarikan antar batuan dengan fluida yang membasahi
didalam ruang pori, biasanya fluida yang membasahi adalah air, sedangkan minyak
dan gas akan bergerak lebih bebas dibandingkan air (bila lapisan film tipis ini
merupakan conate water/irreducible water), lihat Gambar 10.8.
Gambar 10.8
Pemblokan minyak pada formasi gas
Pemakaian fluida komplesi dengan menggunakan minyak (oil base) pada formasi
zone gas harus dihindari tujuannya agar ruang pori tidak tersaturasi/terjenuhi oleh
minyak sehingga pergerakan gas tidak mengalami hambatan oleh minyak, minyak
cenderung mengisi ruang pori yang besar yang diperlukan juga untuk mengalirkan
gas, sebaliknya air akan mengisi ruang pori yang kecil (batuan basah air).
Kebasahan suatu fluida terhadap suatu batuan dapat diubah dengan merendam ruang
pori menggunakan zat kimia (polimer) seperti mutual solven yang dapat merubah
kebasahan sehingga fasa mula-mula yang basah oleh minyak dapat diubah menjadi
basah air (polimer dapat mengikat batuan dan polimer dapat mengikat air sehingga
air lebih kuat menempel dengan batuan).
Pengisian Pasir.
Bila pasir masuk kelubang bor, dapat terbawa oleh aliran fluida yang tinggi dan
terbawa kepermukaan, namun pada diameter casing yang besar atau komplesi
terbuka aliran akan laminer, pasir akan terendapkan pada dasar lubang bor dan
menumpuk didalam sumur seperti pada Gambar 10.9.
Gambar 10.9
Pengisian pasir dari formasi yang tidak kompak.
Pada formasi yang packing antar butirnya ketat memiliki permeabilitas yang kecil
sehingga aliran yang terjadi linier (kearah vertikal), maka sejumlah pasir akan
mengisi diameter lubang yang besar yang berarti menambah hambatan aliran.
Pada perhitungan kehilangan tekanan melalui sand packing, terjadi kegagalan
dengan menggunakan diameter casing 6 in (ID), laju aliran minyak 30 BOPD
dengan viskositas 0,6 cp dan SG : 0,65, setinggi 5 ft yang terisi oleh pasir,
permeabilitas pasir 500 md terjadi kehilangan tekanan sebesar 840 psi.

Pasir yang terendapkan didasar sumur dapat diambil dengan cara penimbaan atau
dengan sirkulasi menggunakan pipa berdiameter yang kecil (makaroni) dimasukan
kedalam tubing sebagai wash pipa, dilakukan sirkulasi dengan menggunakan fluida
yang bersih atau nitrogen, sehingga pasirnya melalui anulus tubing-wash pipe.
Gegagalan sand control pada sumur yang di gravel pack.
Turunnya rate suatu sumur dengan cepat menunjukkan terjadinya penyumbatan pada
saringan ataupun pada gravel pack dengan adanya fines (atau scale dan endapan
parafin/asphaltens), disini metoda penggunaan packing haruslah memperhitungkan
adanya fines dan endapan parafin/aspaltenes.
Instalasi yang tidak sesuai.
Semakin bertambahnya produksi pasir menunjukkan instalasi pack tidak sesuai lagi
sehingga mengijinkan pasir dari formasi masuk ke saringan hal ini mungkin karena
sobeknya saringan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 10.10.
Gambar 10.10
Saringan wire wraped yang tererosi oleh aliran pasir.
Problem yang terjadi mungkin karena :
- Ukuran gravel dan slot tidak sesuai (terlalu besar).
- Gravel tidak mengisi disekitar casing sehingga tidak melindungi lubang sumur
pada kecepatan fluida yang tinggi pasir akan masuk.
Tunel perforasi tersumbat.
Lubang sumur yang dikomplesi tertutup (di gravel pack), pada formasi yang
mengandung pasir, kecenderungannya akan tersumbat terutama pada tunel
perforasinya (tunel melalui casing, semen dan formasi), bila lubang sumur
diproduksi partikel-partikel mengalir melalui tunel, pasir gravel mengisi didalam
casing dan pada tunel terdiri dari matrial kombinasi (pasir dari gravel pack dan pasir
dari formasi) seperti pada Gambar 10.11.
Gambar 10.11
Lubang perforasi (tinnel) yang tersumbat oleh pasir dari formasi.
Suatu studi mempelajari pengisian pasir pada tunel (diameter 0,5 in dan panjang
tunel 2 in), matrial formasi dapat mengisi total tunel (memblok) seluruh isi tunel.
Kehilangan tekanan melalui tunel (untuk cairan) dinyatakan :
Keterangan :

Gambar 10.12
Faktor inertial (beta) untu batu pasir
sebagai contoh kejadian, minyak dengan viskositas 0,8 cp, Sg : 1, mengalir melalui
diameter lubang perforasi (tunnel ) 0,5 in, yang memiliki permeabilitas 500 md pada
laju aliran minyak 10 BPD (per lubang perforasi), mengalami kehilangan tekanan
3640 psi, pada tunel yang sama diisi gravel dengan permeabilitas 125 darcy
mengalami kehilangan tekanan sebesar 18 psi.
Coning dari air atau gas.
Pada reservoir water drive, dengan produksi minyak, yang akan diganti dengan
sejumlah air direservoir kedalam zone produksi dari aquifer, bila minyak dan air
mengalir pada interval yang sama-sama permeabel, secara alami berdasarkan
gravitasi, air mengalir dibagian bawah, namun produksi menciptakan pressure
sink disekitar sumur yang kehilangan tekanannya lebih besar disekitar sumur
dibandingkan disemua tempat direservoir, akibatnya air pada bagian bawah dapat
mengalir keatas membentuk kerucut (cone) karena gradien aliran kearah vertikal
dibawah sumur lebih besar di bandingkan kearah horizontal dibantu karena adanya
tekanan kapiler sehingga air lebih masuk awal dapat terjadi, sebagai contoh pada
Gambar 10.13.
Gambar 10.13
Konsep ilustrasi gas/water coning
Pada lapisan gas bagian atas (gas cap) gas dapat masuk membentuk cone turun
kebawah kepuncak perforasi pada zone minyak, sehingga akan mengakibatkan
naiknya GOR, terproduksinya gas dari gas cap harus dihindari, karena sejumlah
volume gas yang diproduksi dapat dikonversi menjadi volume yang sama dengan
minyak dengan mengkuti manejemen reservoir yang benar, gas yang juga ikut
terproduksi dari gas cap, juga merupakan problema tersendiri pada sumur pompa.
Gas dan atau water coning terjadi pada reservoir yang sensitif rate artinya tidak
terjadi pada rate yang kecil, perolehan volume minyak yang maksimal didapat pada
rate produksi yang kecil pada waktu produksi yang cukup lama.
Untuk menyiasati rate, dilakukan produksi pada rate yang rendah komplesinya harus
dimodifikasi dengan dilakukannya work over seperti membuat barier kearah
horizontal agar air dan atau gas tidak menembus batas air-minyak dan atau batasgasminyak dengan jalan merekahkan formasi kearah horizontal pada sekitar batas
tersebut kemudian menginjeksikan semen sehingga permebilitas kearah vertikal
dapat menjadi kecil sekali.
Metoda pengontrol lainnya dapat dilakukan seperti squeeze cementing, plug backs,
spesial treatmen ke formasi (mengubah kebasahan) atau kemungkinan pemasangan
liner.

Komunikasi antar zone.


Tidak ada zone yang diisolasi:
Diinginkan mengisolasi zone produksi karena maksud sebagai berikut :
- Mencegah terproduksinya gas cap ataupun air dari bawah.
- Mencegah penginjeksian fluida (pada proses enhance recovery project).
- Mengisolasi zone yang akan di treatmen seperti acidizing atau hydraulic fracturing
terhadap zone disekitarnya.
Yang menjadi masalah diantara zone yang berlapis-lapis jika dipisahkan dengan
lapisan impermeabel shale/clay, formasi dapat berhubungan melalui lubang bor bila
beda tekanan cukup besar seperti yang diilustrasikan pada Gambar 10.14.
Gambar 10.14
Koneksitas antar zone karena kualitas semen primary yang buruk.
Penempatan semen yang jelek, memungkinkan terjadinya hubungan antar lapisan
karena :
- Ada ruang/alur (chanell) lumpur yang tidak diisi oleh semen.
- Kualitas ikatan antar semen-casing jelek sehingga ada alur kecil antar semencasing.
- Semen memiliki permeabilitas yang besar.
Adanya alur lumpur, disisi lain kualitas lumpur jelek sehingga pada proses
penyemenan tidak dapat didesak oleh bubur semen, terjadi channel pada sumur yang
memiliki temperatur tinggi akan terjadi friksi yang besar pada bubur semen dilain
pihak lumpur mengental dan membentuk gel, sehingga kualitas penyemenan buruk,
seperti yang dinyatakan pada Gambar 10.15.
Gambar 10.15
Chanelling lumpur pada proses primary sementing.
Pertimbangan cement bond log (CBL):
Pemeriksaan kualitas semen yang buruk dapat dilakukan dengan menggunakan CBL
seperti pada Gambar 10.16, pada sumur yang dalam operasi CBL akan mahal
demikian juga di off shore, dengan melakukan run CBL kualitas semen yang buruk
dapat dideteksi termasuk lokasinya. Jika semen baik artinya mengelilingi casing dan
berikatan dengan casing dan formasi maka gelombang suara akan cepat merambat
melalui media semen tersebut, namun bila channel terisi oleh fluida, kecepatan
rambat suara akan jauh lebih lambat kecepatan rambat suara di semen yang terisi
fluida chanel-nya.

Gambar 10.16.
Hasil kenampakan CBL
Gas yang terdapat didalam semen akan membuat masalah tertentu, biasanya terjadi
pada saat komplesi yang kemudian hari menyebabkan kebocoran pada puncak liner,
dengan menggunakan teknik terbaru dari penggunaan casing-packer khusus dapat
memperkecil masalah gas dalam semen selama penyemenan tahap awal (primary).
Problem khusus pada Enhanced Oil Recovery.
Sumur produksi pada Enhanced Oil Recovery umumnya berasal dari kondisi yang
bervariasi sehingga memperkecil kapasitas aliran hidrokarbon, kemudian disusul
masalah terjadi tembus air pada lapisan yang memiliki permeabilitas besar pada
lapisan yang dekat dengan sumur injeksi. Gambar 10.17a menyatakan kejadian
tersebut.
Gambar 10.17a.
Proyek EOR
Pada proyek penginjeksian steam, uap panas (steam) dan air panas cenderung
mengalir pada bagian atas zone produksi batu pasir dan dapat menembus lebih dulu
sebelum front oil mencapai sumur produksi, Gambar 10.17b menyatakan kejadian
diatas.
Gambar 10.17b.
Penembusan awal dari steam pada thermal stimulasi
Engineer harus dapat menentukan problem potensial yang akan terjadi pada proyek
EOR, dan kemungkinan penembusan lebih awal paling sering terjadi, koreksi
problem yang demikian sering dilakukan work over pada sumur injeksi dan sumur
produksi meliputi koreksi pola pendesakan dengan mengatur sumur injeksi dan
produksi dan strategi perforasinya (untuk lapisan yang besar permeabilitasnya
jumlah lubang perforasi lebih sedikit dibandingkan permeabilitas lapisan yang
kecil).
Sumur produksi (atau injeksi) umumnya memiliki problem :
- Emulsi di formasi.
- Gas atau uap air panas mengunci pompa.
- Pasir akan larut dalam air panas (pada masalah gravel pack).
- Pengendapan karena masalah scale.
- Bakteri akan aktif dari fluida injeksi.
Kebocoran pada tubing, casing dan Packer.

Gas atau air tidak diinginkan masuk kedalam sumur melalui kebocoran, meskipun
secara kenyataan telah dilakukan pengujian tekanan setelah komplesi, beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya kebocoran seperti :
- Korosi pitting (korosi dengan membuat lubang kecil-kecil).
- Bagian sambungan mengalami korosi, stres.
- Rod bergesekan dengan tubung sehingga tubing bocor.
- Pengaruh tekanan (burst, collapse).
Kebocoran casing yang terjadi, dapat diindentifikasi karena adanya aliran lumpur
atau matrial asing, tubing bocor dideteksi dengan melakukan pengujian tekanan
menggunakan standing valve atau penyumbat (plug) landing niple. Sedangkan
packer dapat diuji melalui pengujian tekanan melalui ruang anulus.
Umunya kebocoran pipa disisi luar zone produksi dideteksi dari operasi dilapangan
melalui monitoring kurva produksinya, kegagalan seperti pipa collapse didalam zone
produksi dikacaukan dengan masalah permeabilitas (finggering), pengalaman
lapangan menyatakan, dengan sumur yang mirip problemanya menunjukkan tidak
memiliki pola sehingga perlu dilakukan evaluasi down hole (spinner).
Kinerja awal yang buruk.
Problem dapat diketahui dari curve decline karena menunjukkan sejarah produksi
suatu sumur, tetapi bagai mana operator mengetahui apakah kurva decline
menunjukkan kemampuan suatu sumur pada sumur baru.
Untuk contoh, bila sumur baru mengalir atau dipompa dengan laju aliran 500 bpd
pada awal pengujian, sedangkan kemampuannya memproduksi 800 bpd ?,
pertanyaan ini dijawab, sedikit sumur diproduksi dengan laju alir agak tinggi,
beberapa operator berusaha mengganggu (dengan work over) menggunakan rate
2500 bpd (flowing well) bila komplesi baik sumur tersebut dapat diproduksi dengan
rate 3500 bpd.
Berikut akan menjelaskan konsep perkiraan produktivity untuk sumur baru dari pada
melihat kurva laju produksi, dengan mengunakan data tes produksi (aktual).
Sebagian besar penyebab kerusakan terhadap kemampuan fluida mengalir karena
proses pemboran dan operasi well komplesi, sehingga diperlukan operasi work over.
Pembatasan potensial kerusakan akibat pemboran dan atau komplesi akan
dibicarakan dalam tiga mode.
- Perbaikan permeabilitas dengan partikel invasi.
- Pengembangan clay dan atau migrasi clay.
- Penyumbatan perforasi.
Ditambah dengan empat jenis problem karena keterbatasan kemampuan komplesi :
- Kurang telitinya evaluasi formasi (pembacaan logging).
- Tidak berhasilnya pembersihan didasar lubang atau stimulasi.
- Starup yang tidak sesuai dari kondisi sumur baru.
- Perencanaan tubing yang jelek.
Perkiraan produktivity, pengujian.

Perkiraan Productivity Index (PI) suatu, dari data pemboran ekplorasi, beberapa data
seperti permeabilitas reservoir (k) dan ketebalan (h) akan digunakan pada sumur
pengembangan. Kemudian perkiraan spasi sumur, ukuran lubang sumur dan
kemungkinan jenis fluida produksi, harga kh dapat digunakan untuk menghitung PI
suatu sumur.
PI sebanding dengan bpd/psi draw down, sedangkan untuk gas dalam scfd/psi, dasar
persamaannya adalah :
Untuk minyak (aliran mantap, non-komprsibel):
Untuk gas :
keterangan :
Qo = laju produksi minyak, bpd.
Qg = laju produksi gas, Mscfd.
Bo = Faktor volume formasi minyak.
P1 = tekanan statik reservoir, psia.
P2 = tekanan aliran dasar sumur, psia.
T = suhu di reservoir, oR.
Z = faktor kompresibilitas.
rw = jari-jari lubang sumur, ft.
re = jari-jari pengurasan, ft.
k = permeabilitas efektif, md.
.h = ketebalan bersih zone produktif, ft.
Jelaslah, untuk menjadikan data diatas lebih akurat harus diukur dari dalam sumur,
dengan menggunakan korelasi porositas dan permeabilitas dapat dicari dari data
coring, permeabilitas dapat juga ditentukan dari data logging (log porosity),
ketebalan net pay juga dari data logging dan dapat dibaca secara lebih teliti karena
akan dilakukan pembukaan perforasi pada zone ini.
Tekanan statik reservoir (juga suhu) diperoleh dari bom (pencatat tekanan dan
suhu terhadap waktu selama pengujian juga pengambilan sampel fluida, pada
pressure test/PBU test) dapat diperoleh setelah operasi perforasi dan pembersihan
dasar lubang bor, viskositas fluida yang diukur pada kondisi reservoir diperoleh dari
hasil pengujian bottom hole yang selanjutnya dikenal sebagai data PVT.
PI test :
Dengan diketahuinya tekanan statik reservoir (P1), PI dapat juga diukur dengan
jalan melakukan tes produksi, pada laju aliran yang tetap, rate stabil, bersamaan
dengan pengujian ini tekanan aliran dasar sumur (P2) di rekam dengan bomp
pressure. PI dihitung berdasarkan hubungan :
PI = Qo/g (P1-P2).

Contoh, suatu sumur mengalir dengan laju aliran 1200 bpd dengan draw down 600
psi, memiliki PI = 1200/600 = 2.0 bpd/psi.
bila PI tes sesuai dengan PI perkiraan, engginer akan memiliki tingkat percaya diri
tinggi dalam hal hasil pengukuran dan data asumsi, ini merupakan salah satu faktor
bahwa komplesi berhasil.
Test PBU :
Salah satu masalah adalah tidak diketahuinya permeabilitas (efektif) lapisan,
permeabilitas efektif merupakan hasil gabungan permeabilitas didalam reservoir
selama sumur diproduksi.
Karena disekitar lubang sumur terdapat zone permeabiliti yang kecil (tidak dapat di
perbaiki) akan menghambat aliran dan sering disebut sebagai skin damage.
Skin ini tidak dapat dideteksi oleh porosity log dan tidak terdapat pada sampel core,
selanjutnya dapat diketahui dengan pengujian tekanan dengan menurunkan bom
pressure untuk mengalisa aliran antara formasi hingga lubang sumur, dengan
mengukur pada kondisi sumur ditutup setelah diproduksi dengan rate yang konstan,
diperoleh tekanan statik reservoir (jika sumur baru).
Selama penutupan dipermukaan terjadi aliran menuju lubang sumur (alat didepan
perforasi sehingga pengaruh wellbore storage dapat diabaikan) aliran akan dihambat
oleh adanya skin (ini menunjukkan pengaruh langsung dari formasi ) karena
alirannya masih cepat sampai aliran semakin lambat skin tidak mempengaruhi dan
akhirnya rate di formasi tidak ada aliran sama sekali
Plot kenaikan tekana pada saat sumur ditutup terhadap waktu, seperti yang
dinyatakan pada Gambar 10.18, pengaruh skin dinyatakan sebagai slope (semakin
besar slope garis akan semakin besar pengaruh skin).
Gambar 10.18
Kurva PBU dengan pengaruh awal dari lubang bor.
Gambar 10.19 menyatakan luas sayatan bagian terjadinya skin dan distribusi
tekanan.
Gambar 10.19
Pengaruh skin terhadap distribusi tekanan
Tes PBU memerlukan :
- Laju aliran yang tetap stabil (demikian juga pada sumur pumping, rate pemompaan
diperlukan tetap sebelum sumur ditutup dan dicatat tekanan penutupannya terhadap
waktu penutupan), dengan produksi yang akurat dan waktu penutupan yang cukup
sehingga pulsa tekanan yang dianalisa berada pada formasi yang dimaksud (zone
skin dan zone bebas skin).
- Pressure bomb harus benar-benar ditempatkan didepan perforasi, pada saat
pencatatan tekanan vs waktu.

- Metoda penutupan sumur didasar lubang dari rangkaian pipa (diatas pressure
bomb).
Secara praktis kondisi ideal jarang tercapai, karena sumur ditutup dipermukaan,
akan ada pengaruh sesuadah penutupan dipermukaan yaitu mengalirnya fluida
disekitar dasar sumur menuju sumur, fasa gas akan terjadi hump dan akan terlihat
pada kurva, beberapa pengaruh akan nampak pada Gambar 10.20.
Gambar 10.20
Jenis kenampakan kurva PBU
Tidak dapat diperbaiki karena pengaruh pemboran atau pengaruh komplesi.
Pengaruh skin akan menghambat kemampuan formasi mengalirkan fluida karena
pengaruh aktifitas pemboran ataupun komplesi sumur, work over biasanya
diperlukan untuk mengurang pengaruh tersebut (mengilangkan damage), masalah ini
sering berhubungan dengan problem :
- Penyumbatan partikel.
- Pengembangan clay dan migrasi clay.
- Terjadinya penyumbatan pada perforasi.
Penyumbatan partikel.
Setelah formasi dibor hingga sumur akan diproduksikan, bagian didepan perforasi
mengalami kontak dengan fluida dari permukaan, biasanya susunan kimianya
berbeda dengan yang diformasi dan mengandung partikel padatan
Filter cake :
Bila berat kolom fluida (lumpur) lebih besar dari tekanan formasi, fluida (filtrat dan
partikel) masuk ke formasi dan padatannya akan memblok permukaan formasi
didalam lubang bor membentuk filter cake, hal demikian dibentuk lumpur
pemboran, akan menjadi penting terhadap kemampuan menahan fluida yang masuk
keformasi. Sebelum terbentuk cake terdapat sejumlah volume fluida masuk formasi
yang sebut spurt loss (cairan dan partikel kecil) yang masuk keformasi (biasanya
media pori). Partikel-partikel yang tinggal diruang pori akan mengalir kembali
kelubang sumur dan membentuk partikel bridge karena mengumpulnya di depan
perforasi.
Konsep Bridging :
Berdasarkan rumus sehari-hari (rule of thumb), partikel dengan 1/3 dari diameter
pore throat dapat membentuk bridge dan menyumbat, diameter pore throat dalam
mikron, kira-kira sama dengan akar permeabilitas (md), jika permeabilitas 100 md
dari batuan pasir, memiliki diameter pore throat 10 mikron meter, dengan demikian
diamater partikel kira-kira dengan ukuran 3 mikron dapat membentuk bridge dan
menyumbat.
Penekanan selanjutnya memerlukan pembersihan adanya bridge dan plug, suatu
penelitian pada 1 in sq permukaan batuan (batu pasir) dari core memiliki 3000
saluran ruang pori yang terbuka (saling berhubungan).

Fluida lumpur Vs Fluida komplesi.


Partikel padatan fluida pemboran yang masuk keformasi biasanya pada jarak pendek
, diharapkan lebih kecil dari 1 in dan biasanya panjang efektif penetrasi akan
melebihi invasi air filtrat. Lumpur dengan campuran asam (HF-HCl)
direncanakan/digunakan untuk menghilangkan dengan jalan melarutkan clay
didalam partikel lumpur, dan membuat aliran kembali ke lubang sumur setelah
direndam beberapa lama sehingga partikel yang tidak larut dapat kembali kelubang
sumur.
Partikel yang dapat larut dalam acid, pada operasi matrik acidizing akan dapat
melarutkan lebih banyak lagi matrik batuan, sehingga damage jauh berkurang. Pada
batuan yang keras dan ketat, dapat dilakukan stimulasi fracture yang akhirnya
memperbaiki inflow dengan jalan memperbaiki zone yang memiliki permeabilitas
efektif minyak di formasi.
Pengembangan clay dan migrasi clay.
Partikel-partikel bebas dari lumpur akan menyumbat batu pasir adalah batu pasir
dengan kadar clay yang tinggi, bila secara kimia dapat mengubah struktur tiga
dimensi clay. Seperti diketahui clay lumpur adalah bentonit kering (clay smectite)
bila bereaksi dengan air, akan terjadi pengembangan (swell) bila clay membasahi air,
clay smectite pada kondisi alami adalah clay yang stabil, tetapi akan mengembang
dengan air fresh atau air dengan salinitas yang rendah. Clay kaolinite dan illite
cenderung tersebar atau memisahkan diri dari intinya dan bermigrasi melalui pore
throat formasi.
Dengan demikian sejumlah besar air tawar (volume) yang masuk keformasi dari
lumpur pemboran dapat menyebabkan kerusakan formasi, fluid loss tidak dikontrol
dengan ketat. Damage dapat dihilangkan dengan asam tertentu, tetapi ikatan batuan
dengan clay (strength batuan) harus diturunkan.
Penyumbatan Pada Lubang Perforasi.
Proses perlubangan adalah proses pengompakan akan menyebabkan tekanan
terfokus pada lubang perforasi dimana lubang ini mengalami pengompakan/crust
pada formasi yang telah menjadi terbuka sebagai lubang perforasi, bila operasi
perforasi dilakukan pada kondisi over balance, debris akan tinggal dilubang
perforasi yang terjadi setelah penembakan, dan akan tertinggal sampai secara fisik
dapat dilepaskan (proses swabbing), seperti pada Gambar 10.21.
Gambar 10.21
Penyumbatan pada perforasi oleh runtuhan gun dan pengompakan formasi.
Selama komplesi ada beberapa cara untuk menghindari terbentuknya debris
sehingga akhirnya menyumbat aliran atau menyumbat lubang perforasi saat terjadi
pembersihan lubang yaitu :

- Perforasi pada kondisi under balance.


- Perforasi menggunakan asam.
- Back surge pada saat clean out (membuat aliaran balik ke sumur secara
mengkejut).
- Melakukan sirkulasi dengan menggunakan fluida pencuci (wash fluid).
Bila terjadi penyumbatan, tidak dapat dilakukan pemasangan gravel didalam casing
dan perforasi terbuka akan menyebabkan kecepatan fluida yang melaluinya
(perforasi) akan berlebihan.
Beberapa penyumbatan yang terjadi didalam perforasi dinyatakan sebagai damage
pada tes PBU. Susahnya melakukan pemasangan blast joint dapat memperkirakan
kemungkinanan adanya penyumbatan di lubang perforasi, usaha perbaikannya
menggunakan fluida pembersih dicampuri asam, fracturing (perkahan) dan perforasi
ulang.
Efek Partikel Komplesi.
Kondisi lubang sumur yang kurang memuaskan karena masuknya partikel padatan
lumpur atau fluida komplesi memerlukan operasi work over, karena :
- Tidak telitinya dalam mengevaluasi formasi.
- Tidak berhasilnya usaha-usaha pembersihan dasar lubang sumur.
- Kurang sesuainya program apada awal aliran.
- Perncanaan tubing yang tidak sesuai.
- Adanya chanell (alur lubang dibelakang semen-casing) atau tidak berikatan semen
dan casing.
- Buruknya perencanaan pengontrolsn pasir atau pemasangannya kurang sempurna.
Setiap masalah akan mempengaruhi perilaku terutama pada sumur baru.
Tidak telitinya dalam mengevaluasi formasi.
Semua lubang bor harus dilogging dengan kombinasi log baik berupa Induction
Electric Survai (IES) atau Radio aktif log (RA) log, termasuk log suara, pada zone
produksi, data fisik lubang bor (diameter, suhu) juga diperlukan untuk perhitungan
pengisian semen dan mengantisipasi permasalahan yang akan datang.
Melalui zone target, penting sekali meneliti sifat fisik batuan, untuk memperkirakan
jenis komplesi yang paling sesuai, tambahan data reservoir diperlukan untuk
memperkirakan produktivity, geologi bawah permukaan, besarnya kandungan
mineral dan penentuan cadangan, engineer komplesi memerlukan informasi untuk :
- Menentukan interval gross produksi.
- Interval ketebalan bersih untuk dilakukannya penentuan interval perforasi.
- Untuk menghindari memperforasi lapisan shale yang berlapis-lapis.
- Menentukan batas air-minyak, batas gas-minyak.
- Korelasi formasi untuk kepentingan perencanaan casing.

Hilangnya atau kurang lengkapnya data dapat menyebabkan kurang telitinya


menempatkan gun dan melakukan penembakan pada operasi perforasi, sehingga
memungkinkan melakukan perforasi pada batu pasir yang kandungan claynya tinggi.
Dengan penempatan perforasi yang jelek akan menyebabkan lapisan produktif
menjadi tidak berguna dan perhitungan kh menjadi diperkecil, juga menyebabkan
fluida asam keluar dari zone produktif. Dalam sistem tekanan perforasi di zone pasir
yang banyak mengandung clay akan menyebabkan kehilangan tekanan yang terjadi
besar sekali.
Tidak berhasilnya membersihkan dasar lubang sumur atau stimulasi.
Tes PBU dilakuan untuk melihat seberapa pengaruh derajat kerusakan formasi,
jangan melakukan stimulasi jika data mengenai kerusakan formasi belum lengkap,
untuk contoh, dilaksanakan operasi hidrolik fracturing pada interval yang terbuka
dengan permeabilitas tinggi disekitar sumur dan skin terjadi disekitar sumur jauh
keformasi, efeknya sama jika perekahan dan asam tidak bisa belebihi jari-jari skin
pengecilan produktivitas tetap terjadi.
Program yang ideal untuk masing-masing interval yang dibuka, harus dilakukan
pengujian PBU sendiri-sendiri, kemudian dilakukan treating dan dites kembali,
prosedur yang demikian dapat menunjukkan adanya pembersihan yang dangkal oleh
asam namun mahal dan banyak membuang asam dan kalau bisa kondisi ini dihindari
(pembuangan asam yang banyak).
Penggunan HF dengan konsentrasi yang tinggi akan memperlemah ikatan antar
butiran pasir sehingga memungkinkan untuk terproduksi, harus dikurangi potensial
kehilangan ikatan antar butir pasir dengan clay atau calcite sehingga ikut terproduksi
pasir dapat dicegah.
Dengan konsentrasi pengambilan debris yang lepas di lubang perforasi dan
menggunakan gravel pack yang optimum, dapat dihindari kondisi perendaman tahap
awal pada stimulasi. Pada formasi karbonat yang dalam, seperti sebelah barat Texas,
komplesi standart yang dilakukan menggunakan land tubing dengan menggunakan
penyekat permanen packer, menggunakan fluida perekah dan pengasaman dalam
volume yang besar, ini merupakan contoh, bagaimana pengalaman lokal (di Texas)
dapat digunakan untuk stimulasi dan komplesi.
Tidak sesuainya progam awal.
Dua mode kemunginan dapat terjadi, bila menentukan besarnya draw down pada
sumur dengan komplesi baru.
- Konsep check valve dari partikel yang terkumpul dan menyumbat pada aliran
radial.
- Seperti pada aliran plastis jika dihubungkan dengan stres pada batuan, akan terjadi
beban yang besar disekitar lubang sumur.
Besarnya kehilangan tekanan (difrensial pressure) :

Dengan besarnya difrensial pressure secara mudah misalnya membuka choke


dipermukaan terutama yang tiba-tiba pada sumur gas, terjadi pengaruh pematahan
pada beda tekanan 100 psi, secara imajenasi, gaya dari fluida mencoba ingin
melepaskan diri dari permukaan batuan, bila terjadi difrensial tekanan ribuan psi.
Permeabilitas disekitar sumur yang tinggi, menyebabkan fluida mengalir dengan
cepat didalam ruang pori, bila sumur memiliki zone skin, gaya yang berkerja di
tranfer ke batuan dan ini akan memisahkan butir batuan dari permukaan batuan.
Pada kejadian dengan lapisan impermeabel (shale), sumur dibuka dengan berhatihati, penggunaan diameter choke yang kecil dilakukan untuk menghindari kerusakan
formasi yang permanen, pada sumur yang dalam, cairan akan mengisi lubang sumur,
sumur akan dapat dengan mudah shock, dengan menggunakan injeksi nitrogen
akan memperingan beban kolom fluida, sehingga sumur dapat berproduksi.
Pengaturan difrensial pressure- mengawasi tekanan yang terjadi pembesaran tibatiba (backsurge) dapat digunakan sebagai mekanisme pembersihan debris dari
lubang perforasi, metoda ini digunakan pada :
- Operasi perforasi secara under balance.
- Metoda pembersihan pada operasi perforasi dengan cara aliran di backsurge.
- Perforasi dengan metoda tubing conveyed perforating (TCP), dengan pembukaan
choke sebagai atau sepenuhnya.
- Proses swabbing.
- Pengosongan dengan penginjeksian nitrogen.
Pada sumur dengan permeabilitas tinggi, tidak cukup energi reservoir untuk
menyebabkan aliran balik (menuju lubang sumur) seperti yang diinginkan untuk
mengambil partikel dilubang perforasi, sehingga metoda pengambilannya
menggunakan cara kimia, seperti stimulasi pengasaman atau surfactant.
Perencanaan tubing yang buruk.
Diameter tubing dapat menjadi besar (burst) atau kecil (collepse), untuk sumur gas
yang mengandung cairan kecepatan aliran tidak mampu mempertahankan air atau
kondensat naik keatas dan bertahan didasar sumur sehingga dapat mematikan sumur.
Sebaliknya sumur dengan kapasitas besar memiliki friksi yang besar, dengan kata
lain dengan menggunakan grafik IPR untuk menentukan ukuran tubing, biasanya
ukuran tubing sudah tetap dan tertentu besarnya yang di set sebelum/selama
pemboran, untuk optimum komplesi, program pemboran dan casing sudah
direncanakan untuk tubing yang optimum.
Zone depletion (pengosongan zone reservoir karena produksi).
Pengosongan reservoir karena operasi produksi merupakan masalah yang akhirnya
memerlukan operasi work over atau ditutup, zone juga dapat secara temprary
abonden namun zone dapat juga mungkin tersumbat atau juga mungkin abandon
atau temporary abandon, sehingga menyewa service dan melaporkannya ke pembuat
peraturan.

Batas keekonomian.
Zone yang telah diproduksikan dan menurun ratenya tidak selamanya ekonomis,
namun kondisi ekonomi bervariasi sangat besar, sumur dangkal mungkin batas
ekonomisnya kurang dari satu barel sehingga produser mendapat tambahan insentif
yang cukup besar, agar mendapatkan keuntungan yang besar beberapa operator
memasang pompa walaupun mengangkat beberapa ribu bbl air untuk mendapatkan
satu bbl minyak dan membayar well servicing dan menyewa tenaga pemeliharaan.
Dilapangan biaya pengangkatan dihitung pada basis perbarrel minyak, dengan
demikian biaya percepatan segera dapat dilakukan bila sumur memiliki kapasitas
besar, menggunakan pompa memerlukan biaya tenaga. Biaya pengangkatan yang
berlebihan dapat berakibat suatu sumur mencapai batas keekonomiannya.

Jenis perilaku reservoir.


Kurva laju aliran Vs waktu dapat menggambarkan perilaku dan titik penyimpangan
terjadi (penurunan produksi) sehingga diperlukan pengujian sumur tersebut.
Jenis kurva produksi karena produksi reservoir seperti yang dinyatakan pada
Gambar 10.22 produksi kumulatif dapat di ektrapolasi untuk mendapatkan laju
produksi nol, bila tidak dilakukan usaha perbaikan tidak ada yang dapat diharapkan
pada rate nol.
Gambar 10.22
Kurva rate Vs kumulatif produksi untuk mengevaluasi produksi (depletion).
Sumur yang dangkal atau reservoir dengan tenaga pendorong solution gas drive
merupakan energi reservoir yang cepat hilang, sebagai contoh tidak mengalirnya
fluida menuju reservoir.
Penurunan tekanan akan memerlukan work over untuk melakukan penambahan
energi dengan penginjeksian fluida dari sumur-sumur yang tidak aktif.
Sumur dengan tenaga pendorong water drive, dapat mencapai batas
keekonomiannya karena biaya pompa cukup mahal. Air yang diproduksikan dari
suatu zone mendekati abandon (mendekati) akhir. front oil dapat dibuat dengan
menggunakan metoda pendesakan lainnya seperti injeksi larutan kimia. Metoda
termal berusaha meperkecil viskositas minyak dengan pemanasan langsung didalam
reservoir, hal ini membuat aliran secara gravitasi atau didorong oleh tekanan lebih
memungkinkan mengalir kelubang sumur (produksi).
Problem mekanikal.
Kegagalan fisik didasar lubang sumur memerlukan operasi work over setelah itu
dilakukan pengujian sumur untuk melihat keberhasil operasi work over, sedikit
pengawas produksi mendeteksi beberapa masalah di dalam sumur seperti :
- Kenaikan tekanan didalam anulus.

1. monitoring penunjuk tekanan.


2. Pecahnya rupture disk.
3. Kandungan gas pada separator bertambah.
- Kemungkinan terjadi kegagalan .
1. Kebocoran tubing, casing dan packer.
2. Valve pengontrol sirkulasi dan sleeve mengalami kebocoran.
3. Penyekat pada well head bocor.
Terjadinya aliran pasir.
Bagaimana mendeteksi.
- Memonitor dengan peralatan dipermukaan (sonic,erosi).
- Fasilitas produksi tersumbat atau terisi pasir.
- Valve,choke, tee mengalami erosi.
- Peralatan pompa mengalami kerusakan karena tererosi sehingga ukuranya tidak
standar.
Kemungkinan terjadi kegagalan :
Kegagalan gravel pack, saringan sobek tererosi.
Kebocoran casing, casing collepsed.
Kegagalan pada semen dan terjadi komunikasi antar zone.
Kompaksi dari formasi, ketidak stabilan.
Adanya gas, air dan lumpur produksi yang berlebihan.
Bagaimana mendeteksi.
- Sering melakukan treater atau terjadi kenaikan di seperator.
- Kenaikan WOR, GOR dan BS&W.
- Kegagalan pompa dan terjadi perlengketan, saringan tersumbat.
- Stuffing box panas, pembebanan berlebihan pada rod.
Kemungkinan terjadi kegagalan :
- Tubing bocor (gas, air).
- Kebocoran casing, atau casing collepse.
- Kebocoran pada semen dan terjadi komunikasi antar zone.
- Tembus air dari sumur produksi.

Anda mungkin juga menyukai