Anda di halaman 1dari 27

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RS PANTI WILASA DR. CIPTO SEMARANG
PERIODE 19 MEI 2014 21 JUNI 2014

Nama Mahasiswa

: Marco

NIM

: 112013245

Dr. Pembimbing

: dr. Hexanto Muhartomo Sp.S

Tanda Tangan:

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S

Umur

: 63 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Status perkawinan

: Menikah

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Karang Kimrol RT 09/RW 01, Semarang

Dikirim oleh

: IGD

No CM

: 397318

Dirawat di ruang

: Beta

Tanggal masuk

: 22 Mei 2014

Tanggal keluar: 27 Mei 2014


PASIEN DATANG KE R.S :

Tidak bisa jalan


Dibawa oleh keluarga
1

DAFTAR MASALAH
No
1

Masalah aktif
Kelemahan pada

Tanggal
22 Mei 2014

No

Masalah tidak aktif

Tanggal

ekstremitas atas dan


2

bawah
Kelemahan pada

24 Mei 2014

ekstremitas bawah
dan disertai nyeri
menjalar dari
pinggang hingga
telapak kaki pada
kedua ekstremitas

SUBJEKTIF
Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Sabtu 24 Mei 204 pukul 13.20
Keluhan Utama
Pasien tidak dapat berjalan sejak kurang lebih satu bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Satu bulan sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien merasakan bagian tangan,
dan kakinya mulai berangsur-angsur tidak bisa digerakkan tetapi pasien masih dapat
berjalan namun secara perlahan-lahan. Pasien merasakan nyeri yang menjalar dari
pinggang hingga ke kaki. Pasien juga merasakan kesemutan pada kedua tangannya.
Tiga minggu SMRS ,pasien sudah tidak dapat berjalan. Pada awalnya pasien
merasakan lemas pada ke dua tangan, dan kakinya. Namun lama kelamaan pasien tidak
dapat berjalan. Pasien merasakan nyeri yang menjalar dari pinggang ke kaki dan
kesemutan pada kedua tangannya.
Pada saat pasien masuk IGD, terdapat kelemahan pada ekstremitas atas dan
bawah. Pasien mengaku tidak ada riwayat trauma.
2

Setelah dua hari perawatan, kekuatan ekstremitas atas kembali normal namun
pada ekstremitas bawah tetap lemah. Pasien juga tetap merasakan nyeri yang menjalar
dari pinggang ke kaki. Selain itu, pasien juga tetap merasakan kesemutan pada
tangannya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), DM (-), Sakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
DM ( - )
Hipertensi ( - )
Hipotensi ( + )
Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi
Pasien merupakan seorang buruh di Semarang. Ekonomi pasien cukup baik. Hubungan
sosial pasien dengan keluarga dan tetangga terjalin dengan baik.
OBJEKTIF
Pemeriksaan tanggal 24 Mei 2014
1. Status Presens
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Kepala
Leher
Dada

patologis
Jantung
Perut

: Compos Mentis
: 140/90
: 62 x/menit
: 24 x/menit
: 37 C
: normochepal, simetris
: simetris, tidak teraba pembesaran KGB
: bentuk dada normal, simetris, vesikuler, tidak ada bunyi
: Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur ( - ), gallop ( - )
: Bentuk perut membuncit, BU (+) normal, tidak teraba

pembesaran hepar dan lien


2. Status psikikus
Cara berpikir : realistik, sesuai umur
Tingkah laku : pasien sadar
Ingatan
: baik
Kecerdasan : sesuati tingkat pendidikan
3. Status neurologikus
A. Kepala
Bentuk
Nyeri tekan
Simetris

: normosefali
: (+)
: (+)
3

B. Leher
Sikap
: simetris
Pergerakan
: bebas
Kaku kudu
:(-)
C. Urat syaraf kepala
N I ( Olfkatorius )
Subjektif
: baik
Objektif ( teh, kopi, vanili, dan tembakau )
: tidak dilakukan
N II ( Optikus )
Kanan
Kiri
Tajam penglihatan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pengenalan warna

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Lapang pandang

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Fundus okuli

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kanan

Kiri

Terbuka

Terbuka

Superior

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Inferior

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Medial

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Eksoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Diameter pupil

3 mm

3 mm

Bentuk

Bulat

Bulat

Langsung

Tidak langsung

Strabismus

Nistagmus

N III ( Okulomotorius )

Kelopak mata
Gerakan mata :

Pupil

Refleks terhadap sinar

Reflek konversi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Reflek konsnsuil

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Melihat kembar

Kanan

Kiri

Pergerakan mata

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Strabismus

Diplopia

Kanan

Kiri

Membuka mulut

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Mengunyah

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Menggigit

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Sensibilitas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Refleks kornea

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Refleks masseter

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Mengunyah

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Kanan

Kiri

Gerak mata ke lateral

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Strabismus divergen

Diplopia

Kanan

Kiri

Mengerutkan dahi

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Menutup mata

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

N IV ( Trochlearis )

N V ( Trigeminus )

N VI ( Abdusens )

N VII ( Fasialis )

Memperlihatkan gigi

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Bersiul

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Perasaan lidah bagian muka

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kanan

Kiri

Mendengar suara berisik

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Detik arloji

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Webber

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Rinne

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kanan

Kiri

Perasaan bagian lidah belakang

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Sensibilitas

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Pharynx

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Refleks muntah

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tersedak

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kanan

Kiri

Arkus faring

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Bicara

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Menelan

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Kanan

Kiri

N VIII ( Vestibulokoklearis )

N IX ( Glosofaringeus )

N X ( Vagus )

N XI ( Asesorius )

Mengangkat bahu

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Memalingkan kepala

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Kanan

Kiri

Pergerakan lidah

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Tremor lidah

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

Artikulasi

Baik, tidak ada kelainan Baik,tidak kelainan

N XII ( Hipoglosus )

Badan dan Anggota Gerak


a. Badan
Motorik
Respirasi
: simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Duduk
: dapat dilakukan
Bentuk Collumna Vertebralis : skoliosis
Pergerakan Collumna Vertebralis : bebas
Sensibilitas
Kanan
Kiri
Taktil
Baik
Baik
Nyeri
Baik
Baik
Thermi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lokalisasi
Baik
Baik
Refleks
Refleks kulit perut atas
: Tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah
: Tidak dilakukan
Refleks kulit perut tengah
: Tidak dilakukan
Refleks kremaster
: Tidak dilakukan
b. Anggota gerak atas
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi

Kanan
Bebas
5,5,5
Normotonus
Tidak ada

Kiri
Bebas
5,5,5
Normontonus
Tidak ada

Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi

Kanan
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Baik

Kiri
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Baik
7

Baik

Baik

Refleks
Biceps
Triseps
Radius
Ulna
Tromner-Hoffman
c. Anggota gerak bawah
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi

Kanan
++
++
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
-

Kiri
++
++
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
-

Kanan
Terbatas
3,3,3
Normotonus
Tidak ada

Kiri
Terbatas
3,3,3
Normotonus
Tidak ada

Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Thermi
Diskriminasi
Lokalisasi
Refleks
Patella
Achilles
Babinski
Tes Laseque
Tes Bragard
Tes Chaddock
Tes Patrick
Tes Kontra-Patrick

Kanan
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Baik
Baik
Kanan
++
++
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Kiri
Baik
Baik
Tidak dilakukan
Baik
Baik
Kiri
++
++
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Lokalisasi

Alat vegetative
a. Miksi : Baik
b. Defekasi : Baik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium ( 23 Mei 2014 )
Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemaglobin
13,8 g/dL
8

Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu
Uric Acid
Ureum
Kreatinin
Kolestrol total
HDL Kolestrol
LDL Kolestrol
Trigliserida

11.0^3/ul
42
5.0 10^6/uL
327 10^3/ul
85 fL
28 pg
33 g/dL
96 mg/dL
5,6 mg/dL
25,9 mg/dL
0,53 mg/dL
202 mg/dL
42,2 mg/dL
84,0 mg/dL
98 mg/dL

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan X Foto Lumbosakral AP/LAT :
Hasil :
1. Struktur tulang porotik
2. Skoliosis vertebra lumbalis dengan konveksitas ke kanan
3. Korpus V.L 4 tampak lebih anterior dibanding korpus V.L5 ( 254.
5.
6.
7.

50%)
Tampak penyempitan diskus L4-L5 L5-S1
Vacuum phenomen diskus L3-4, L4-5, L5-S1
Tampak penyempitan foramen neuralis L5-S1
Tampak spur pada aspek anterior korpus torakolumbal dan aspek

posterior V.L 3,4,5


8. Pedikel tampak jelas
9. Processus spinosus baik
10. Sela sendi sacroiliakan kanan kiri baik
11. Tampak opasitas oval dicavum pelvis sisi kanan
Kesan :
1. Spondylolistesis V.L4 terhadap V.L5 grade II ( Meyeerding
classification )
2. Spondylosis torakolumbal
3. Struktur tulang porotik
4. Penyempitan diskus L4-5 L5-S1 disertai vacuum phenomen diskus L34, L4-5, L5-S1
5. Penyempitan foramen neuralis L5-S1
9

6. Gambaran degenerative spine disease


7. Opasitas oval di caum pelvis sisi kanan, curiga uterolith dekstra.
IV. RINGKASAN
a. Subjektif
Satu bulan sebelum pasien masuk ke rumah sakit, pasien merasakan kelemahan
secara perlahan-lahan pada kedua tangan, dan kakinya. Selain itu pasien juga merasakan
nyeri pada pinggang yang menjalar ke kaki. Tiga minggu SMRS, pasien sudah tidak
dapat berjalan. Pada saat pasien masuk IGD, terdapat kelemahan pada kedua ekstremitas..
Setelah dua hari perawatan, kekuatan ekstremitas atas kembali normal namun pada
ekstremitas bawah tetap lemah. Pasien juga tetap merasakan nyeri yang menjalar dari
pinggang ke kaki. Selain itu, pasien juga tetap merasakan kesemutan pada tangannya.
b. Objektif
Status generalis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran compos mentis, E4M6V5 = 15
Tekanan darah 140/90mmHg,
Nadi 62x/menit,
Suhu 37C,
Pernapasan 24x/menit
Pemeriksaan badan dan anggota gerak : terbatas
Status neurologis
Anggota gerak kanan dan kiri bawah :
- Kekuatan motoric : 3,3,3
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis

: - Paraparesis inferior tipe flaksid


-

Nyeri radikuler
Parestesia ekstremitas superior

Diagnosis Topik

: Radix spinales pada L5

Diagnosis Etiologik

: Suspect HNP et causa degenerative

RENCANA PENGOBATAN
1. Medika Mentosa
10

a. Infus RL 20 tpm
b. Analgetik
: Tramadol Hcl 50 mg 2x/hari
c. Analgetik adjuvant: Pregabalin 75 mg 2x/hari
d. Pelemas otot
: Eperisone Hcl 50 mg 3x/hari
e. PPI
: Omeprazole 20 mg 2x/hari
f. Vitamin B Complex
2. Non Medika Mentosa
a. Tirah baring
b. Fisioterapi
c. Penggunaan lumbal korset
d. Edukasi gaya hidup
e. Foto MRI untuk menegakkan diagnosis pasti

PROGNOSIS
Hernia Nucleus Pulposus
Ad vitam

: ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

FOLLOW UP
-22 Mei 2014
S : Pasien lemas (+)
O : KU tampak sakit sedang, Kesadaran CM, TD 150/90 , Refleks Patologis (-), Hiper refleks
pada kedua tungkai . Tonus klonus pada kedua tungkai. Kekuatan motorik pada anggota gerak
atas 3,3,3 dan bawah 2,2,2

A: Suspect HNP
-

P : - Infus RL 20 tpm
-Tramadol HcL 2 x 50 mg
- Pregabalin 2 x 75mg
- Omeprazole 2 x 20 mg
- Vit B complex
11

- Captoprile 1x 6,25 mg (untuk 2 minggu )


- Fisioterapi
-

24 Mei 2014
S: Pasien masih lemas tapi sudah mulai berkurang, tangan terasa kesemutan
O: KU tenang, TD 150/100
A: Suspect HNP
P: Lanjutkan intervensi

25 Mei 2014

S: Pasien mengeluh perut kembung, dan kaki nyeri.


O: KU baik, Kesadaran CM, TD 150/100
A: Suspect HNP
P: Lanjutkan intervensi
- 26 Mei 2014
S: Pasien mengatakan perut kembung, dan kaki terasa lemas
O: KU baik, Kesadaran CM, TD 140/100,
A: Suspect HNP
P: Lanjutkan intervensi
-

27 Mei 2014
Pasien pulang paksa

12

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari discus melalui
robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau
mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan.

13

Gambar .1 Herniated Nucleus Pulposus


Epidemiologi

14

Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%)
mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri pinggang bawah (NPB) oleh
karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu.
HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada
bagian tengahnya, maka protrusi discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan
kompresi radiks saraf.
Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

Degenerasi diskus intervertebralis


Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
Trauma berat atau terjatuh
Mengangkat atau menarik benda berat

Faktor resiko
1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan riwayat trauma
sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah raga tidak
teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok, berat badan berlebih,
batuk lama dan berulang.
PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus pulposus
(gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis
menekan radiks.

15

Gambar 2. Patofisiologi Hernia Nukleus Pulposus


Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh
berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme
nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya
dapat menimbulkan iskemia.
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem
saraf.
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,
penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada
kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion
lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap
rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

16

Gambar 3. Derajat atau Tingkat Hernia Nukleus Pulposus

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP dapat terjadi
kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah, yang pertama ke arah
postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan
radiks dan saraf mana yang terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri
pinggang.

Gambar 4. Nervus Ischiadus


17

Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang pada tubuh.
masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf sciatic menjalar dari tulang
punggung bawah ,di belakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Di sana
saraf sciatic terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki.
Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa menyebarsepanjang
panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5% pada orang Ischialgia, yaitu suatu
kondisi dimana saraf Ischiadikus yang mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit.
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otototot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus Pulposus
(HNP), dan lain sebagainya.
Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus ischiadicus sampai ke
tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk jarum, sakit
nagging, atau nyeri seperti ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan,
berlari, menaiki tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan
dengan menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :

Nyeri punggung bawah.


Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang dirasakan
dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf

mana yang terjepit.


Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama

banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.


Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat, batuk, bersin

akibat bertambahnya tekanan intratekal.


Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan
bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah dan

hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles (APR).


Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi, miksi dan
fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.
18

Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang
sehat.

Gambar 5. Penjalaran
Tes-tes Khusus
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
Tungkai penderita diangkat perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90.
2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial dari
ibu jari kaki (L5).
3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki (L5),
atau plantarfleksi (S1).

Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit


Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki

4. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan


indikasi untuk segera operasi.
5. Kadang-kadang terdapat anestesia di perineum, juga merupakan indikasi untuk
operasi.
6. Tes provokasi : tes valsava dan naffziger untuk menaikkan tekanan intratekal.
7. Tes kernique
19

Gambar 6. Tes Laseqeu


Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin : tidak spesifik
Urine rutin : tidak spesifik
Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia.
Bila operasi dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan

tingkat protrusi diskus.


MRI tulang belakang bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau

kauda ekuina atau saraf-saraf spinal.


Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau
memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrata dan
pembentukan osteofit

PENATALAKSANAAN
Terapi Konservatif

20

Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. Perawatan
utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan
anti inflamasi, diikuti dengan terapi fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan
sembuh dan kembali pada aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus
mendapat perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama yang
dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien
dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang
.
2. Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka
panjang dapat menyebabkan ketergantungan
4. Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
3. Terapi fisik

Traksi pelvis

Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti bermanfaat.
Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan tirah baring dan korset
saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.

Diatermi/kompres panas/dingin

21

Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. keadaan
akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri
kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal

Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan untuk mencegah
timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis. Sebagai penyangga korset dapat mengurangi
beban diskus serta dapat mengurangi spasme.

Latihan

Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung seperti jalan kaki,
naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan. Latihan bertujuan
untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.
Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon sehingga aliran darah
semakin meningkat.

Proper body mechanics

Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik untuk mencegah
terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah
sebagai berikut:

Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. Hal
ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.

Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir tempat tidur.
Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah ke posisi duduk.
Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.

Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat
dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.

Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok,
punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan
punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat
dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada.

Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus
berubah posisi secara bersamaan.

22

Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok dengan wc duduk
sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit.

Gambar 7. Posisi yang Benar dan Salah Saat Berdiri

Gambar 8. Posisi Duduk yang Benar

23

Gambar 9. Posisi Duduk yang Salah

BENAR

SALAH
Gambar 10. Posisi Tidur yang Benar dan Salah

Gambar 11. Posisi Mengangkat Barang yang Benar dan Salah

24

BENAR

SALAH

BENAR

SALAH

Gambar 12. Posisi pada Aktivitas Lain


Terapi Operatif
Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf sehingga nyeri
dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus berdasarkan alasan yang kuat
yaitu berupa:

Defisit neurologik memburuk.

Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).

Paresis otot tungkai bawah.


Larangan
Peregangan yang mendadak pada punggung. Jangan sekali-kali mengangkat benda atau

sesuatu dengan tubuh dalam keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk. Hindari kerja dan
aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi kambuhnya gejala setelah episode awal.
PROGNOSIS

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.

Sebagian kecil berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.


25

Pada pasien yang dioperasi : 90% membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%

KESIMPULAN
Hernia Nukleus Pulposus yaitu keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui robekan
annulus fibrosus hingga keluar ke belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke
dorsolateral menekan radix spinalis sehingga menimbulkan gangguan berupa nyei pinggang.
Mendiagnosis

HNP di tegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik pemeriksaan

radiologi. MRI merupakan pilihan dari berbagai pemeriksaan radiologi karena memiliki
spesitifitas dan sensitivitas yang tinggi. Tidak seperti pada pemeriksaan foto polos yang hanya
dapat melihat komponen tulang vertebre saja tetapi dari pemeriksaan foto polos dapat mencurigai
kearah HNP dapat dilakukan sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti myelografi, MRI.

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Sidharta, Priguna. Neurologi Klinis Dasar, edisi IV, cetakan kelima. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 87-95. 1999
2. Sidharta, Priguna. Sakit Neuromuskuloskeletal Dalam Praktek Umum. Jakarta : PT Dian
Rakyat. 182-212.
3. Purwanto ET. Hernia Nukleus Pulposus. Jakarta: Perdossi
4. Nuarta, Bagus. Ilmu Penyakit Saraf. In: Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid kedua,
cetakan keenam. Jakarta : Media Aesculapius. 54-59. 2004
5. Sakit Pinggang. In: Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum, edisi III, cetakan kelima.
Jakarta : PT Dian Rakyat. 203-205
6. Partono M. Mengenal Nyeri pinggang. http://mukipartono.com/mengenal-nyeripinggang-hnp/ [diakses 7 Desember 2010]
7. Anonim. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).
http://kliniksehat.wordpress.com/2008/10/02/hernia-nukleus-pulposus-hnp/ [diakses 9
Desember 2010]

27

Anda mungkin juga menyukai