Forensik Jos
Forensik Jos
Oleh :
BRA Isabela Ratu Windriya
Vidi Aditya P. W. P
Risandy Ditia Windhani
Amelia Yunita
Jeanne Fransisca
G99141102
G99141103
G99141104
G99141105
G99141106
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rahasia kedokteran berkaitan erat dengan hak asasi manusia, seperti tertulis
dalam United Nation Declaration of Human Right pada tahun 1984 yang intinya
menyatakan Setiap manusia berhak dihargai, diakui, dihormati sebagai manusia dan
diperlakukan secara manusiawi, sesuia dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan. Oleh karena itu pasien dalam menyampaikan keluhan jasmani dan rohani kepada
dokter yang merawat, tidak boleh merasa khawatir bahwa segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaannya akan disampaikan kepada orang lain oleh dokter yang
merawat ataupun oleh petugas kesehatan yang bekerjasama dengan dokter tersebut.
Pengungkapan rahasia medis saat ini menjadi isu yang cukup kontroversial
dikalangan masyarakat, bahkan di lingkup medis sendiri. Seringkali kewajiban untuk
merahasiakan catatan medis seseorang bertabrakan dengan kepentingan umum. Dokter
sangat perlu memperhatikan batasan-batasan dalam merahasiakan dan mengungkapkan
rahasia medis kepada umum, dimana hal yang dimaksud diatur dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Dalam karya tulis ini kami akan membahas sisi
hukum yang berkaitan dengan kewajiban menyimpan rahasia medis, sanksi yang berlaku
dan kaitannya dengan pembukaan rahasia kedokteran dalam beberapa hal yang berkaitan
dengan tanggungjawab dokter itu sendiri.
Di samping itu profesi kedokteran merupakan suatu profesi kepercayaan dan
dianggap sebagai profesi yang mulia, oleh karena pekerjaan yang dilakukan oleh seorang
dokter membutuhkan suatu ketelitian yang tinggi dan dapat berakibat fatal. Profesi
kedokteran baru dapat berlangsung bila ada kerelaan pasien untuk mengungkapkan
keadaan dirinya termasuk hal hal yang amat pribadi. Akibatnya dapat dikatakan bahwa
konstriksi hubungan dokter pasien adalah berdasarkan azas kepercayaan, artinya dokter
percaya bahwa pasien akan mengungkapkan diri seutuhnya sedangkan pasien juga
percaya bahwa dokter akan menjaga rahasia yang diketahuinya.
B. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami mengenai
wajib simpan rahasia kedokteran, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Manfaat penulisan
Manfaat yang didapat dari penulisan referat ini adalah:
a. Sebagai bekal dalam menjalankan profesi sebagai dokter
b. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya
di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Rahasia Kedokteran
Norma-norma kesusilaan yang menjadi pegangan para dokter ialah sumpah yang
diciptakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran Hippocrates (469-377 S.M). Sumpah Hippocrates
yang umurnya telah berabad-abad itu, maknanya tersimpul dalam segala sesuatu yang
kulihat dan kudengar dalam melakukan praktekku, akan kusimpan sebagai rahasia. Di
dalam Sumpah Hippocrates salah satu pasal tentang rahasia jabatan Dokter bunyinya sebagai
berikut: Saya tidak akan menyebarkan segala sesuatu yang mungkin saya dengar atau yang
mungkin saya lihat dalam kehidupan pasien-pasien saya, baik waktu menjalankan tugas
jabatan saya maupun di luar waktu menjalankan tugas jabatan itu. Semua itu akan saya
pelihara sebagai rahasia.
Norma-norma kesusilaan yang bersumber pada Sumpah Hippocrates tersebut
dianggap tidak cukup karena banyak yang tergantung pada sifat dan kelakuan seseorang yang
berbeda-beda dan tidak selalu baik. Oleh karena itu, di berbagai negeri ditegakkan normanorma hukum. Norma-norma hukum itu pada umumnya disusun untuk memperkokoh
kedudukan rahasia jabatan sehingga dapat menjamin kepentingan masyarakat.
Norma-norma susila dan hukum tadi dicantumkan dalam berbagai peraturan dan
undang-undang yang merupakan pedoman seorang dokter dalam melaksanakan tugas dan
profesinya, di antaranya sumpah atau janji dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Alasan mengapa harus menyimpan rahasia kedokteran, yaitu agar syarat hubungan
baik antara dokter dan pasien terpenuhi, yaitu:
1.
2.
Pasien dapat menceritakan segala keluhan jasmani dan rohani secara terbuka
dengan keyakinan bahwa hal tersebut berguna untuk kesembuhannya
3.
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dengan alat-alat kedokteran
Fakta yang dikumpulkan oleh tenaga medis lainnya
Rahasia kedokteran/rahasia medis adalah suatu norma yang secara tradisional
dianggap sebagai norma dasar yang melindungi hubungan dokter dengan pasien. Adapun
trilogi rahasia medis, yaitu:
1. Persetujuan medis (informed consent)
2. Rekam medis
3. Rahasia medis
Rahasia medis adalah semua informasi objektif yang diberikan oleh pasien baik lisan
maupun tertulis yang didokumentasikan dalam suatu rekam medis yang kemudian digunakan
dokter untuk menetapkan diagnosis dan terapi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa isi dari rahasia
medis ini adalah milik pasien, sedangkan berkas dari rekam medis adalah milik rumah sakit.
Sehingga pasien mempunyai hak akses untuk dapat mengetahui isi dari rekam medis. Berkas
dari rekam medis disimpan rapi oleh rumah sakit. Rekam medis tidak boleh dibawa keluar
dari rumah sakit oleh dokter bahkan oleh pasiennya sendiri.
Rahasia medis ini hanya diketahui oleh dokter dan pasien. Rahasia ini harus dipegang
teguh oleh dokter, kecuali pasien sudah memberikan persetujuan medis kepada dokter untuk
memberitahukan rahasia medisnya kepada orang lain. Jadi, dokter tidak berhak untuk
menyimpan atau mengungkap isi dari rekam medis.
Peraturan mengenai menyimpan ataupun mengungkap rekam medis diatur dalam
Permenkes No.749a:
Pasal 11
Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya.
Pasal 12
Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat dengan ijin
tertulis pasien.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang penderita,
bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasien mempunyai 2 hak terhadap rahasia medis, yaitu hak akses dan hak privacy.
Hak akses adalah hak pasien atas wewenangnya untuk melihat atau mengkopi data-data
rekam medisnya sendiri. Pasien yang melihat isi dari rekam medis harus didampingi oleh
dokter sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam membaca isi rekam medis. Hak privacy
adalah hak pasien untuk tidak boleh diganggu dan dicampuri urusan pribadinya oleh orang
lain tanpa persetujuannya.
Dokter harus menghargai hak pasien tersebut. Walaupun di beberapa keadaan tertentu
dapat terlanggar. Dokter berhak tidak memberitahukan seluruh isi dari rekam medis kepada
pasien dengan alasan akan membuat pasien semakain tertekan keadaan mentalnya seperti
pada pasien penyakit jiwa. Tetapi jika ia sudah sembuh/memaksa untuk melihatnya dapat kita
memperlihatkan rekam medis dengan resiko yang ditanggung sendiri. Begitu juga dengan
hak privacy, bukan merupakan pelanggaran apabila kepentingan publik menuntut
diberikannya publikasi tersebut.
kesehatan,
Segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah yang
diucapkan pada waktu menerima gelar seorang dokter.
2. Rahasia Jabatan
Segala sesuatu yang diketahui dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal sumpah yang
diucapkan pada waktu diangkat sebagai pejabat structural/pegawai negeri.
E. PERATURAN PERUNDANGAN YANG MENGATUR WAJIB SIMPAN RAHASIA
KEDOKTERAN
Di dalam menjalankan praktik, dokter wajib menyimpan rahasia kedokterannya.
Kewajiban wajib simpan rahasia kedokteran diatur di dalam Kode Etik Kedokteran dalam
pasal 12 menetapkan :
Setiap dokter wajib merahasiakan sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita
bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia
a. Penjelasan dan Pedoman Pelaksanaan
Kewajiban memegang teguh rahasia jabatan merupakan isyarat yang senantiasa
dipenuhi, untuk menciptakan suasana percaya mempercayai yang mutlak diperlukan
dalam hubungan dokter-pasien. Sejak dahulu, terdapat beberapa jabatan tertentu yang
mewajibkan para pejabatnya untuk merahasiakan segala sesuatu yang bersangkutan
dengan pekerjaan mereka. Kewajiban tresebut berdasarkan baik pada kepentingan umum
maupun kepentingan perorangan. Termasuk ke dalam golongan pejabat tertentu ialah
pejabat tinggi Negara, pejabat militer, pendeta, pengacara, dan beberapa pejabat dalam
dunia kedokteran seperti dokter, dokter gigi, ahli farmasi, bidan dan perawat.
Pada umumnya, kewajiban seorang pejabat untuk merahasiakan hal-hal yang
diketahuinya adalah karena tanggung jawabnya mengharuskannya demikian. Untuk itu,
setiap pelantikan dalam jabatan senantiasa dilakukan pengambilan sumpah antara lain
berintikan kesanggupan untuk menyimpan rahasia jabatan, karena kebocoran rahasia
jabatan dapat mengakibatkan gangguan stabilitas ataupun kerugian dipihak lain, yang
dapat dituntut dalam pengadilan militer dan sebagainya tergantung dari peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya.
Seorang ahli obat dan mereka yang berkerja di Apotek harus pula
merahasiakan obat dan khasiatnya yang diberikan kepada pasiennya. Merahasiakan resep
dokter adalah suatu yang penting dari etik pejabat yang bekerja dalam apotek.
G. Pengungkapan Rahasia Kedokteran
Dokter wajib menjaga kerahasiaan pasiennya baik yang dikemukakan oleh pasiennya
maupun isi dari rekam medis. Walaupun telah diatur oleh undang-undang atas wajib simpan
rahasia kedokteran tetapi ada pengecualian dimana rahasia kedokteran dapat diungkapkan.
Pengungkapan rahasia kedokteran dapat dilakukan pada keadaan:
1. Atas ijin/otorisasi pasien
Pengungkapan rahasia kedokteran dapat diberikan atas dasar ijin dari pasien. Pasien
diberikan penjelasan tentang alasan pengungkapan rahasia. Dalam hal ini pasien harus
dalam keadaan yang kompeten. Demi keamanan, oleh rumah sakit biasanya dimintakan
Surat Izin Tertulis dari pasien/keluarganya secara khusus.
2. Keperluan asuransi
Untuk dapat mengungkapan rahasia kedokteran terhadap pihak asuransi, terlebih
dahulu sudah terdapat kesepakatan antara asuransi dengan pasien pada saat mengikuti
asuransi. Pihak asuransi harus menunjukkan kepada dokter lembar persetujuan pasien
atas pengungkapan rahasia medisnya. Dalam hal ini, dokter tidak perlu menjelaskan
tentang keadaan pasien secara menyeluruh, data terbatas dan hanya yang relevan.
3. Dokter perusahaan
Adanya kontrak antara dokter dengan perusahaan melalui sebuah perjanjian. Dengan
itu maka hubungan dokter dengan perusahaan menjadi nomor satu sedangkan hubungan
dokter dengan pasien menjadi nomor dua. Hal ini sudah menjadi kewajinan dokter untuk
melaporkan hal-hal yang wajib lapor kepada perusahaan walaupun data yang diberikan
hanya terbatas dan yang relevan berkaitan dengan public health & duty to warn.
kesaksian akan tetapi hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan
dipercayakan kepadanya karena martabatnya, pekerjaannya, atau jabatannya itu.
Tetapi hak undur itu tidak timbul begitu saja karena adalah hak hakim untuk
menentukan apakah alasan pengunduran diri itu dapat diterima atau tidak.
b. Pertimbangan apakah permintaan untuk mengundurkan diri itu beralasan atau
tidak diserahkan kepada pengadilan Negara atau jika yang dipanggil untuk
memberikan kesaksian itu orang asing maka pertimbangan itu diserahkan kepada
ketua pengadilan Negara.
2. Pasal 170 KUHP
8. Daya paksa
Pengungkapan rahasia kedokteran terjadi pada keadaan Overmatch (lawan berat) dan
Noodtoestand (darurat) seperti contoh: child abuse dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Seperti yang tercantum dalam Pasal 48 KUHP Siapapun tak terpidana, jika melakukan
peristiwa karena terdorong oleh keadaan terpaksa.
9. Konsultasi profesional
10. Pendidikan dan pelatihan
Seperti yang tercantum dalam Permenkes No.749a/1089 pasal 14c: Rekam medis
dapat dipakai sebagai bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
kalangan kedokteran dilaksanakan oleh MKEK sebelum nantinya akan digantikan oleh
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (yang selanjutnya MKDKI), sesuai
dengan yang diatur oleh UU Pradok.
Terkait dengan sanksi pidana, pada pembahasan sebelumnya sudah diulas bahwa hal itu
diatur dalam Pasal 322 KUHP. Pembocoran rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau
pekerjaan ini merupakan delik aduan, dimana jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang
tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
Kewajiban menyimpan rahasia pasien diatur di dalam UU Pradok yang diberlakukan
sejak tanggal 6 Oktober 2005. Dengan adanya ketentuan di dalam UU Pradok sebagai lex
specialis, maka Pasal 322 KUHP ini tidak berlaku lagi bagi dokter dan dokter gigi, tetapi
tetap diberlakukan bagi tenaga kesehatan di luar dokter dan dokter gigi. Namun di dalam
praktik, masih dimungkinkan dicantumkannya Pasal 322 KUHP ini sebagai tuntutan subsider
oleh penuntut umum.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dokter wajib menjaga semua kerahasiaan yang ada padanya, dan rahasia tersebut hanya
dapat dipaparkan pada kondisi kondisi tertentu, seperti :
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Amri, 1997, Bunga Rampai Hukum Kesehatan, Jakarta: Widya Medika.
Isfandyarie, Anny, 2005, Malpraktik dan Risiko Medik dalam Kajian Hukum Pidana, Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Isfandyarie, Anny dan Fachrizal Afandi, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter
Buku ke II, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode etik kedokteran dan pedoman
pelaksanaan kode etik kedokteran Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2002.
Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia (2004). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman
Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia, IDI.
Permenkes RI No. 749a/MENKES/PER/XII/1989 tentang Rekam Medis