Laporan Teknologi Fermentasi Antimikroba
Laporan Teknologi Fermentasi Antimikroba
kali
ini
dilakukan
untuk
menguji
aktivitas
bahan
selera makan, serta menjadi bahan pengawet, yaitu bersifat sebagai antimikroba
dan antioksidan (Firdaus, 2011).
Mekanisme dari penghambatan mikroorganisme oleh zat antimikroba
dipengaruhi oleh :
1. Gangguan pada senyawa penyusun dinding sel
Pada dinding sel terdapat komponen lipofilat yang dapat menyebabkan
perubahan komposisi penyusun dinding sel. Bakteri gram positif mengalami
penghambatan senyawa antimikroba yang lebih efektif jika dibandingkan
dengan bakteri gram negatinf, hal ini dikarenakan bakteri gram positif
memiliki dinding sel yang 90% terdiri dari peptidoglikan, sisanya adalah
asam teikoat, tetapi pada bakteri gram negatif komponen dinding selnya
mengandung 5-20 persen peptidoglikan, selebihnya terdiri dari protein,
lipopolisakarida, dan lipoprotein.
2. Peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan
kehilangan komponen penyusun sel
3. Menginaktivasi enzim
Enzim akan membutuhkan energy yang besar untuk mempertahankan
kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga energy yang dipakai untuk
pertumbuhan berkurang, sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau
jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan
mikroba terhenti
4. Destruksi atau kerusakan fungsi material genetik.
Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA
dan DNA), yang nantinya akan menggangu proses pembelahan sel untuk
pembiakan.
Setiap jenis senyawa antimikroba mempunyai kemampuan penghambatan
yang khas untuk satu jenis mikroba tertentu (Frazier dan Westhoff, 1988).
Beberapa jenis rempah-rempah yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba
yang cukup kuat adalah bawang merah, bawang putih, cabe merah, jahe, kunyit
dan lengkuas
Praktikum kali ini melakukan pengujian terhadap berbagai macam zat
antimikroba alami. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pengujian
efektivitas senyawa antimikroba dari bahan pengawet alami. Sampel yang
digunakan adalah daun temu mangga, jahe, bawang putih, daun biji ketapang,
amoxilin, dan chloramphenicol. Metode yang akan digunakan adalah metode
Kel.
Sampel
Diameter
zona
bening
(mm)
Efektivitas
Gambar
Amoxilin
28,25 mm
Jahe
18,50 mm
Amoxilin
27,63 mm
Temu Mangga
11,12 mm
Amoxilin
11,50 mm
Bawang Putih
12,50 mm
Chloramphenicol
17,70 mm
Biji Ketapang
12,10 mm
Sensitif
1.
Sensitif
2.
Intermediet
3.
4.
Sensitif
5.
Chloramphenicol
30,50 mm
Temu Mangga
19,50 mm
Chloramphenicol
20,00 mm
Bawang Putih
29,70 mm
Amoxilin
19,00 mm
Jahe
13,50 mm
Amoxilin
16,50 mm
Temu Mangga
16,00 mm
Sensitif
Sensitif
6.
Sensitif
7.
8.
Sensitif
Amoxilin
23,75 mm
Sensitif
Bawang Putih
24,25 mm
Chloramfenocol
37,00 mm
Biji Ketapang
15,50 mm
Chloramphenicol
39,00 mm
Sensitif
Temu Mangga
15,50 mm
Sensitif
9.
Sensitif
10.
11.
Vancomycin
30 g
Streptomycin
10 g
Sulfanilamide
300 g
Petracycline
30 g
Sumber : Cappucino et.al, 1987
9 or less
11 or less
12 or less
14 or less
10-11
12-14
13-16
15-18
12 or more
15 or more
17 or more
19 or more
pengawet
pangan
alami
sangat
diharapkan
dapat
Amoxilin
Amoxicillin adalah nama dagang dari obat antibiotik golongan penisilin sub
Gambar 1. Amoxicillin
(Anonim, 2012)
Berdasarkan hasil praktikum yang dibandingkan dengan tabel 2, kelompok
1A, 2A, 9A, 7A, dan 8A amoxilin bersifat sensitif karena luas zona beningnya
lebih dari 14 mm. Sedangkan kelompok 3A luas zona beningnya antara 12 13
dan termasuk intermediet. Seharusnya amoxicillin sensitif terhadap E. coli. Hal ini
mungkin disebabkan oleh ketidakakuratan praktikan dalam bekerja atau
konsentrasi amoxicillin yang digunakan terlalu rendah.
Amoxilin merupakan salah satu jenis zat antimikroba yang memiliki daya
penghambat tinggi sehingga sering dimanfaatkan sebagai zat antibiotik. Meskipun
bakteri E.coli merupakan salah satu bakteri yang kuat untuk bertahan hidup
terhadap perlakuan sanitasi, penambahan amoxilin berhasil untuk menghentikan
aktivitas bahkan pertumbuhan dari bakteri E.coli. Amoxilin termasuk kedalam zat
antimikroba yang sensitif dimana zat tersebut dapat menghambat bahkan
membunuh pertumbuhan bakteri (bakterisidal)(Anonim, 2008).
4.2
Chloramphenicol
Kloramfenikol merupakan obat pilihan untuk penyakit tifus, paratifus dan
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 4A, 5A, 6A, 10A, dan 11 A luas
zona bening dari chloramphenicol angkanya lebih dari 18. Sehingga
chloramphenicol sangat sensitif terhadap bakteri E. coli sesuai dengan literatur.
4.3
Jahe
Jahe
merupakan
rempah-rempah
yang
mengandung
minyak
atsiri
Temu Mangga
Temu mangga adalah tanaman dalam kelompok tanaman herbal empn-
empon yang bercirikan dengan umbi yang berwarna kuning dan berbintik seperti
jahe serta memiliki ciri khas yang sangat aromatik dari bau dan rasa seperti bau
mangga. Tanaman temu mangga termasuk dalam jenis tanaman temu-temuan
seperti temulawak, temu putih, temu giring, dan lain-lain. Temu mangga
mengandung minyak asiri, kurkumin, amilum, tanin, gula, damar, saponin,
flavonoid dan ribosome in activating protein (RIP) yang dapat menghambat
perkembangbiakan sel kanker.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sampel temu mangga
menunjukkan area bening seluas 11,25 mm (kelompok 2A), 19,5 mm (kelompok
5A), 16 mm (kelompok 8A), dan 15,5 mm (kelompok 11A) sehingga bersifat
sensitif terhadap bakteri E. coli. Temumangga berdasarkan amipicilin termasuk
antimikroba resiten karena memiliki rata-rata luas zona bening kurang dari 11.
4.5
Biji Ketapang
Daun ketapang digunakan untuk mengobati rematik pada sendi. Biji
Bawang Putih
Bawang putih merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang biasa
sulfur, termasuk zat kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah
terasa getir atau angur. Bawang putih mempunyai manfaat untuk menurunkan
kolesterol, mengobati penyakit kulit, melancarkan sirkulasi darah, mengatur gula
darah, sebagai atibakteri, menurunkan tekanan darah, menurunkan resiko kanker
paru, kesehatan jantung, dan lain-lain.
Bawang putih mengandung zat antibakteri dan antijamur. Bawang putih juga
dapat mempertahankan sistem kekebalan tubuh, yang dalam kasus HIV sangat
dibutuhkan. Bawang putih terbukti efektif melawan sejumlah infeksi oportunistik
(IO) termasuk herpes virus, sitomegalovirus, kriptosporidiosis (kripto), dan
organisme mikobakteri atau kandida. Bawang putih mengandung sulfur, asam
amino, zat mineral termasuk germanium, selenium, dan zink, serta vitamin A, B,
dan C. Allicin dipercaya sebagai zat kandungan bawang putih yang paling banyak
memberikan manfaat, selain menghasilkan bau yang menyengat itu.
Berdasarkan hasil pengamatan, luas zona bening bawang putih yaitu 12,25
mm (kelompok 3A), 29 mm (kelompok 6A), dan 24,25 mm (kelompok 9A).
Sehingga terbukti bahwa bawang putih sensitif sebagai antimikroba.
Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu
senyawa antimikroba untuk diaplikasikan sebagai bahan pengawet bahan
pangan. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan
yag ditimbulkan komponen antimikroba dapat bersifat mikrosidal (kerusakan
tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu
komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi
dan kultur yang digunakan.
Setiap rempah-rempah memiliki daya antimikroba yang berbeda-beda.
Ekstrak bawang merah mempunyai efek bakterisidal terhadap Staphylococcus
aureus dan Shigella dysentriae. Bubuk jahe mempunyai efek bakterisidal terhadap
Micrococcus varians, Leuconostoc sp., dan Bacillus subtilis, serta bersifat
bakteristatik terhadap Pseudomonas sp. dan Enterobacter aerogenes. Ekstrak
bawang putih mentah juga mempunyai aktivitas antimikroba terhadap
Escherichia coli, Staphylococcus sp, Proteus vulgaris, Bacillus subtilis, Serratia
marcescens, dan Shigella dysentriae. Rempah-rempah yang juga bersifat
.
V.
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Penghambatan
mikroorganisme
oleh
senyawa
antimikroba
dapat
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Pendahuluan.
Avalaible
online
at
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle (Diakses pada tanggal 17
September 2014).
Ardani,
Triana.
2010.
Minyak
Atsiri.
Avalaible
online
at
http://mfi.farmasi.ugm.ac.id/files/news/7._Triana.pdf
(diakses
pada
tanggal 17 September 2014)
Buckle, K.A., R.A Edwards., G.H Fleet., dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Cappucino, J.G, N. Sherman. 1987. Microbiology : A Laboratory Manual. The
Benjamin Cummings Publ. Comp, Inc. USA
Darwis, A.A. dan E. Sukara. 1989. Teknologi mikrobial. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
JAWABAN PERTANYAAN
yang
dialami
dalam cawan petri yang berisi kultur mikroba karena paper disc tersebut sangat
kecil. Selain itu, juga pada saat mengamati luas area zona terang karena zona
terangnya terlihat kurang jelas. Tetapi setelah diperhatikan lagi dengan
seksama, zona terang tersebut akhirnya terlihat.