Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PEMILIHAN JENIS TANAMAN DAN DESAIN SISTEM IRIGASI


1.1 Jenis dan dasar pertimbangan tanaman yang diusahakan
Dalam memulai dan menjalankan suatu kegiatan budidaya, petani hendaknya
melihat dan mencocokkan antara syarat tumbuh tanaman yang akan dibudidayakan
dengan kondisi lahan secara aktual, kondisi iklim, dan kondisi lahan yang dikelola.
Seperti pada lahan ngajum dimana di.ihat dari aspek fisiografis, syarat tumbuh tanaman
itu sendiri, bagaimana keadaan lahan disana dan aspek sosial ekonomi yang tentu sangat
mempengaruhi.
Aspek pertama yang dilihat adalah keadaan geografis dan fisiografis lahan.
Kecamatan ngajum yang berada pada ketinggian 400-900 mdpl sudah cocok dengan
kebutuhan tanaman padi yang membutuhkan lahan pada ketinggian 0-1500 mdpl.
(Surowinoto, 1982). Dari segi fisiografis, kelerengan di kecamatan ngajum yang
tergolong datar sehingga cocok juga untuk tanaman padi yang membutuhkan lahan yang
datar agar air tidak tergenang di salah satu sisi atau bahkan tumpah.
Dari aspek syarat tumbuh padi, padi merupakan tanaman yang dapat tumbuh di
iklim tropis seperti di indonesia. Hal itu terlihat pada banyaknya petani yang
membudidayakan padi. Kebutuhan air yang hanya 200mm per bulan dengan curah hujan
tahunan 1500-2000 yang juga sudah mencukupi apabila dilihat dari curah hujan dan
apabila masih kurang dapat ditambah dengan irigasi dari sungai yang ada di sekitar
sawah. Selanjutnya dari suhu di kecamatan ngajum yang berada pada kisaran 20,5-31,9
oC juga sudah memenuhi kriteria untuk membudidayakan padi dimana padi mempunyai
range-range suhu yang diperlukan tiap fase pertumbuhan antara lain suhu minimum 1125C untuk perkecambahan, 22-23 C untuk pembungaan, 20-25C untuk pembentukan
biji, dan suhu yang lebih panas dibutuhkan untuk semua pertumbuhan karena merupakan
suhu yang sesuai bagi tanaman padi khususnya di daerah tropika. (Aak, 1990)
Dari aspek sosial ekonomi, dapat dilihat bahwa di kecamatan Ngajum dengan
banyaknya lahan padi yang ada, dapat ditarik dugaan bahwa para petani memang lebih
memilih untuk budidaya padi yang merupakan salah satu komoditas pangan teratas di
Indonesia. Hal tersebut dapat menjadikan peluang keuntungan dalam membudidayakan
padi lebih besar. Setelah melihat berbagai aspek diatas, dapat disimpulkan bahwa lahan
di kecamatan Ngajum memang cocok untuk tempat membudidayakan padi.
3.2 Pemilihan Sistem Irigasi

Metode dalam irigasi ada berbagai macam yang tergantung pada objek berupa
tanaman budidaya yang membutuhkan irigasi. Metode-metode tersebut antara lain sprinkl,
permukaan dan tetes. Tanaman pad pada umumnya memang menggunakan irigasi permukaan
basin (genangan) dimana metode ini mengalirkan air ke tanaman yang dibudidayakan dan
dapat bertujuan untuk menggenangi tanaman tersebut. Sistem ini memang digunakan untuk
tanaman padi karena sifat tanaman padi yang membutuhkan penggenangan itu sendiri untuk
berkembang. (Ali Bosar Harahap, 2015)
Beberapa keuntungan yang didapat dari irigasi basin antara lain, metode ini memang
digunakan dalam membudidayakan padi sehingga memang sangat cocok untuk itu.
Kemudian cepat dalam distribusi air karena suatu sawah perlu penggenangan dengan cara
irigasi surface. Terakhir, kemudahan dan biaya yang murah dapat meringankan petani dari
aspek biaya produksi. Namun dalam aplikasinya mempunyai beberapa kekurangan antara lain
tidak terkontrolnya dengan baik jumlah air yang masuk, demikian pula dengan kontaminan
yang bisa saja ada di air irigasi yang digunakan. (Ali Bosar Harahap, 2015)
Pengaplikasian irigasi ini akan mudah terlebih sawah berada tepat di samping sungai
sebegai sumber irigasi jadi tinggal dialirkan saja ke sawah apabila diperlukan. Terlebih lahan
sawah di kecamatan Ngajum memang milik perseorangan sehingga pengeluaran biaya
produksi hendaknya ditekan semaksimal mungkin untuk mendapat keuntungan sebesarbesarnya.
3.3 Desain Plot Irigasi
Pembuatan pintu irigasi dilakukan dengan membuat pintu semi permanen yang bisa
membuka dan menutup dengan rapat jalannya air dari sungai ke sawah. Untuk besaran air
yang masuk ke lahan tidak dapat dikontrol karena mengandalkan sungai, namun yg bisa
dikontrol adalah lama air dibiarkan masuk bergantung pada debit air yang masuk tiap
dilakukan irigasi. Sumber air berada pada sungai sekunder di sebelah lahan sawah kecamatan
Ngajum
Desain plot irigasi dapat dilihat seperti gambar di bawah

Bendungan
Sungai

arah aliran
Pintu irigasi
sawah

bendungan

BAB II
KEBUTUHAN AIR DAN JADWAL IRIGASI
2.1 Kebutuhan air tanaman (CWR)
Data curah hujan efektif perbulan dengan metode USDA S.C.S

Hujan efektif adalah hujan yang dapat diserap oleh tanaman, dari data tersebut menunjukkan
bahwa sebanyak 2208.0 total curah hujan per tahun, 1228,4 mm merupakan curah hujan yang
dapat diserap oleh tanaman. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember yakni sebesar
409 mm dengan efisiensi 165,9 mm sedangkan yang terendah bulan agustus yang hanya
6,0mm dengan efisiensi 5,9 mm.

Dapat dilihat bahwa apabila melakukan budidaya padi ada beberapa tahapan dalam
pertumbuhan padi, penanaman dilakukan pada tanggal 31/05 dengan waktu panen 27/09.
Nursery atau pengecambahan dilakukan selama 30 hari atau dapat lebih cepat apabila
menggunakan cara budidaya lain seperti SRI dengan Kc antara 0,70-1,20. Kemudian land
preparation dengan Kc 0,30-1,05. Berlanjut pada awal pertumbuhan tanaman di sawah
dengan Kc 0,50-1,10 selama 20 hari dengan kedalaman akar 0,10 yang terus bertambah
sampai fase pertumbuhan yang mempunyai panjang akar 0,60m dengan Kc pada fase
development sebesar 1,05-1,20 dan mid-season yang mempunyai Kc yang sama. Pada late
season atau sebelaum panen Kc berada pada 0,70-1,05.

Tanah bertekstur lempung. Kapasitas lapang-titik layu (field capacity-wild point) :


290,0 mm/ meter. Laju infiltrasi maksimum adalah 40 mm/hari. Kedalaman akar maksimum
adalah 900 cm. Tidak ada kekurangan air dalam tanah atau 0% karena ketersediaan air tanah
adalah 290,0 mm/ meter.
4.2 Kebutuhan Air Irigasi (IWR)
Schedule : Irigasi permukaan 70%, (Irrigate at critical depletion dan Refill soil to
100% Field capacity) Waktu aplikasi ketika tanah mencapai titik layu (critical depletion/ wild
point). Air irigasi diberikan hingga tanah mencapai kapasitas lapang.

Terjadwal irigasi terjadi tiap 2-3 hari sekali dengan besaran irigasi bersih yang sama
yakni 40 mm. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan penggenangan air pada sawah.
Dengan total besaran irigasi per musim tanam sebanyak 3818,0 mm dan total net irigation
sebesar 2672,6 mm. Kehilangan air saat irigasi sangat besar yakni 1383,5 mm. Hal ini dapat
disebabkan karena budidaya padi yang dilakukan bukan pada bulan dengan curah hujan
tinggi sehingga menyebabkan banyak air yang hilang oleh penguapan karena panasnya suhu
atau bisa juga karena rembesan ke pematang. Air yang hilang disebabkan perkolasi sebesar
521,4 mm. Dapat dilihat juga karena tidak ditanam pada musim penghujan, maka total
rainfall 175, 7 mm. Efisiensi dari irigasi ke sawah pada bulan bulan seperti mei-agustus
hanya 48,2%.

Analisis dari grafik diatas bahwa nilai pada garis merah (deplation) adalah nilai
kekurangan air dilahan atau saat kebutuhan air harus di suplai. Garis coklat (RAM/ readily
available moisture) merupakan air tanah yang tersedia bagi tanamn. sedangkan garis hijau
(TAM/ total available moisture) merupakan jumlah air tanah. Dan pada grafik diatas terlihat
bahwa garis merah ada yang melewati garis coklat, pada kondisi tersebut terjadi deplasi
sehingga di butuhkan irigasi. apabila garis merah telah melewati garis coklat dan garis hijau,
maka tanaman tersebut akan mati.
4.3. Jadwal Irigasi dan Debit Pemberian Air Sesuai dengan Metode Irigasinya
Jadwal air irigasi dilakukan selama dua hari sekali, dengan kebutuhan air yang akan dialirkan
semisal pada 14hst dimana kebutuhan air adalah 31,1 mm. pemberian air irigasi ini nantinya
akan diberikan ke tanaman padi mengacu pada fase pertumbuhan tanaman. (sesuai cropwatt).

KESIMPULAN
Budidaya padi merupakan salah satu budidaya yang paling mudah dan familiar
dilakukan di Indonesia, pengaplikasian irigasi yang terhitung mudah juga menjadi faktor
penyebab petani lebih memilih padi sebagai komoditas yang dibudidayakan. Secara umum,
syarat tumbuh tanaman padi di Kecamatan Ngajum sudah sesuai untuk proses budidaya.
Namun, perlu dilihat bahwa pada bulan bulan tertentu seperti mei-september bahwa curah
hujan yang sedikit menyebabkan kebutuhan akan irigasi yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA
AAK., 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Harahap,

Ali

Bosar.

2015.

Sistem

Aplikasi

Irigasi

Tepat

Guna.

http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/10053/sistim-aplikasi-irigasitepat-guna
Suryowinoto & Djamaldi. 1982. Adaptasi tanaman padi terhadap stress air laut melalui
budidaya jaringan. UGM. Jogjakarta

LAPORAN PRAKTIKUM PROJECT INDIVIDU


Komoditas Padi Kec. Ngajum

Achmad Jauhar Arifin 13504020711057


Kelas E2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

Anda mungkin juga menyukai