Anda di halaman 1dari 12

Nabi Muhammad Saw adalah contoh panutan terbaik yang patut dicontoh oleh

kaum muslim, beliau adalah sosok yang. Beliau mengajarkan kita umat muslim
:untuk menggu


Nabi Shallallahualaihi Wahsallam membiasakan diri mendahulukan yang kanan


dalam memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam setiap urusannya (HR.
Bukhari 168).
Makan dan Minum dengan Tangan Kanan
Makan dan mhu inumlah dengan tangan kanan, jangan dengan tangan kiri!!!
kenapa? karena Islam telah mengatur segala sesuatu untuk kita hidup di dunia
ini, hingga yang kecil-kecil pun telah ada aturannya namun kebanyakan umat
Islam melupakannya. Salah satunya adalah hukum atau adab-adab makan dan
minum dengan tangan kanan yang telah Allah turunkan hukumnya melalui nabi
kita Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dalam beberapa Haditsnya sebagai
: berikut
Hadits adab makan dan minum (01)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu alaihi
:wasallam bersabda

Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya dia makan dengan
tangan kanannya. Jika dia minum maka hendaknya juga minum dengan tangan
kanannya. Karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan
tangan kirinya pula. (HR. Muslim no. 2020)
Hadits adab makan dan minum (02)
Dari Umar bin Abi Salamah radhiallahu anhu dia berkata: Dulu aku adalah anak
kecil yang berada di bawah pengasuhan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Ketika makan, tanganku berpindah-pindah kesana kemari di atas piring. Maka
:beliau bersabda kepadaku


Wahai nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah yang ada di dekatmu. (HR. Al-Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)
Hadits adab makan dan minum (03)
:Salamah bin Al-Akwa radhiallahu anhu dia berkata
.

: .
: . :

Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah shallallahu alaihi


wasallam dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, Makanlah dengan
tangan kananmu! Dia menjawab, Aku tidak bisa. Beliau bersabda, Semoga

kamu tidak bisa? -padahal tidak ada yang mencegah dia makan dengan tangan
kanan kecuali karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa dia angkat
sampai ke mulutnya. (HR. Muslim no. 2021)
Itulah beberapa hadist sebagai penguat hukum-hukum dan adab-adab makan
dan minum dengan tangan kanan dalam Islam, dimana sepakat para ulama
mengatakan bahwa hukum makan dan minum dengan tangan kanan adalah
wajib. Sebagaimana kita lihat dalam hadist ada kalimat perintah dari nabi untuk
makan dan minum dengan tangan kanan dimana hukum perintah adalah wajib.
Pada hadist ketiga dapat pula kita lihat Hadist dimana seorang yang di perintah
nabi makan dengan tangan kanan tetapi dia mengatakan Aku Tidak Bisa, akibat
dari penentangannya terhadap nabi akhirnya ia benar-benar tidak mampu
. mengangkat tangannya untuk makan. Subhanallah
Dalam hadist juga diterangkan kenapa kita dilarang makan dengan tangan kiri,
karena itu termasuk perbuatan syetan dan kita sebagai umat Islam dilarang
meniru perbuatan syetan. Begitulah Islam mengatur hidup kita hingga urusan
kecil pun ada aturannya dan itu wajib kita jalankan sebagaimana Allah dan
Rasullnya mewajibkan. Semoga kita terjauh dari hal-hal yang meninggalkan
. hukum-hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya. amin
Dari beberapa hadits di atas, kita dapat menarik pelajaran bahwa terlarangnya
. makan dengan tangan kiri
Kebanyakan ulama Syafiiyah berpandangan bahwa hukum makan dengan
tangan kanan hanyalah sunnah (dianjurkan). Demikianlah yang dipilih oleh Al
Ghozali kemudian An Nawawi. Akan tetapi, ada pendapat tegas dari Imam Asy
Syafii dalam kitab Ar Risalah dan di tempat lain dalam Al Umm yang
menyatakan bahwa hukum makan dengan tangan kanan adalah wajib.[1]
. Pendapat yang dikatakan oleh Imam Asy Syafii, itulah yang dinilai lebih kuat

Penulis Aunul Mabud, Al Azhim Abadi memberikan penjelasan, Pada hadits


(urutan kedua seperti di atas, pen) secara tekstual menunjukkan perintah untuk
makan dan minum dengan tangan kanan adalah wajib. Demikianlah pendapat
sebagian ulama. Bahkan hal ini dikuatkan oleh riwayat Muslim, Ada seorang lakilaki makan di samping Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan tangan
kirinya. Lalu Rasulullah bersabda, Makanlah dengan tangan kananmu! Dia
malah menjawab, Aku tidak bisa. Beliau bersabda, Benarkah kamu tidak bisa?
-dia menolaknya karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke
mulutnya.[2]
Artinya jika dikatakan wajib, maka yang makan atau minum dengan tangan kiri
dengan kesengajaan, berarti melakukan keharaman. Demikianlah yang lebih
tepat karena ada penguat dalam riwayat Muslim yang menyatakan bahwa makan
dengan tangan kiri menyerupai perbuatan setan. Inilah yang menjadi alasan
. wajibnya sebagaimana telah jelas dalam kaedah fiqhiyah. Wallahu alam
Namun jika ada udzur (halangan) menggunakan tangan kanan kala itu, maka
dimaafkan jika harus menggunakan tangan kiri. Ibnu Baththol menukil perkataan

Ath Thobari, di mana beliau berkata, Tidak boleh makan dan minum dengan
tangan kiri kecuali bagi orang yang tangan kanannya dalam kesulitan untuk
digunakan karena mesti melakukan hal lainnya seperti digunakan untuk
mengambil, memberi, mengangkat, meletakkan atau membentangkan sesuatu.
Lalu Ath Thobari menyebutkan riwayat Ali yang mendukung hal ini.[3] Ingat
sekali lagi, dibolehkan dengan tangan kiri di sini ketika memang darurat, bukan
. karena malas
. Demikian sajian singkat malam hari ini. Semoga yang sedikit ini bermanfaat
. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat

Selesai disusun saat kumandang adzan Isya di Ummul Hammam, KSU, Riyadh,
Saudi Arabia, 22 Syawal 1431 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.rumaysho.com
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Marifah, 1379, 9/522 [1]
Aunul Mabud, Al Azhim Abadi, Abuth Thoyib, Darul Kutub Al Ilmiyyah, [2]
cetakan kedua, 1415 H, 10/179
. Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, Asy Syamilah, 18/27 [3]

Muslimah.Or.Id
Aqidah
Al-Quran & Hadits
Akhlak Islami
Fikih
Keluarga
Parenting
Kisah
Kesehatan

Minum Dengan Tangan Kiri Dan Tangan Kanan Diletakkan Di Bawah Gelas
Bismillahiraahmanairrahim FadhilatusysyaikhAssalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh. Amma badau Pertanyaan: Ditengah-tengah kaum muslimin saat
ini tersebar fenomena minum dengan tangan kiri. Mereka beralasan (minum
dengan tangan kanan) itu mengotori gelas. Ada
By Ummu Sa'id June 30, 2012

25 142

Bismillahiraahmanairrahim
FadhilatusysyaikhAssalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Amma
badau
:Pertanyaan

Ditengah-tengah kaum muslimin saat ini tersebar fenomena minum dengan


tangan kiri. Mereka beralasan (minum dengan tangan kanan) itu mengotori gelas.
Ada juga yang minum dengan tangan kiri dan meletakkan tangan kanan dibawah
?gelas. Bagaimana hukum dua perbutan tersebut
Semoga Allah memberimu kebaikan dan menjadikan ilmumu bermanfaat bagi
. kaum muslimin
:Jawab

Bismillahirrahmanirrahim
. Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Minum dengan tangan kiri hukumnya haram berdasarkan sabda Nabi


,shallallahualaihi wasallam

Janganlah salah seorang diantara kalian makan degan tangan kiri dan minum
. dengannya karena setan makan dan minum dengan tangan kiri
Nabi melarang perbuatan tersebut dan menjelaskan bahwa makan minum
dengan tangan kiri termasuk perbuatan setan. Dan semua perbuatan yang
dikategorikan sebagai perbuatan setan, wajib untuk dijauhi. Berdasarkan firman
,Allah Taala




Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, berjudi,


(berkurban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan anak panah adalah
perbuatan keji dan perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan
tersebut) agar kamu beruntung.(QS. Al-Maidah: 90)
,Juga larangan Nabi shallallahualaihi wasallam dalam sabda beliau

. Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka

Padahal sesuatu yang haram itu tidak boleh dilakukan kecuali karena alasan
,darurat. Berdasarkan firman Allah Taala



Dan Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkanNya padamu.


Kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa. (QS. Al- Anam :119)
Sementara kita ketahui bersama, kekhawatiran akan mengotori gelas dengan
sisa makanan, ketika seseorang minum dengan tangan kanan, sama sekali bukan
keadaan darurat. Karena batasan daruat ialah sesuatu yang menyebabkan
seseorang mendapatkan bahaya bila ia tinggalkan. Dan mengotori gelas sama
sekali tidak mengandung bahaya bagi seseorang. Terlebih jika dia bisa
memegang gelas dari bawah, sehingga sama sekali tidak mengotori gelas.
Adapun minum dengan tangan kiri sementara tangan kanan diletakkan di bawah
gelas maka perbuatan ini tidak bisa dikatakan murni minum dengan tangan kiri
atau minum dengan tangan kanan murni. Karena itu yang menjadi acuan adalah
mana yang paling dominan. Jika kondisinya lebih dominan tangan kiri maka
dikuatkan hukum larangan. Dan jika yang lebih dominan tangan kanan maka
dikuatkan hukum bolehnya.
Dan meninggalkan perbuatan tersebut lebih utama. Dia bisa pegang dengan
tangan kanan dengan tetap berusaha tidak mengotori gelas. Dan kalaupun harus
mengotori gelas, memang apa susahnya? Paling-paling hanya nambahi tugas
mencucinya atau membersihakannya jika gelasnya kertas.
***
artikel muslimah.or.id
Ditulis oleh Muhammad Ash Shalih Al Utsaimin pada tanggal 13/4/1414 H.
Maraji : Makhthtuthun Biqalami Fadhilatisy Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Ustaimin
Diterjemahkan oleh : Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id
Medicalzone: Website Resmi FULDFK
HOMEABOUT USDEPARTMENT PROJECTEVENTS & ACTIVITIESBLOG &
KAJIANDOWNLOADLINK
ADAB MAKAN DAN MINUM SEORANG MUSLIM DITINJAU DARI SEGI KESEHATAN (1)
Posted on June 5, 2015 by IT
Oleh Fitria Dewi Larasati dan Alliffabri Oktano
Departemen Kajian Kedokteran Islam dan Advokasi Dewan Eksekutif Pusat
Forum Ukhuwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Indonesia
Makan dan minum adalah kebutuhan setiap makhluk hidup. Tanpa makan dan
minum manusia tak akan mampu membentuk peradaban kehidupan. Sebagai
muslim apapun kegiatannya, apapun makanannya, apapun minumannya pasti
dianjurkan memulainya minimal dengan mengucapkan basmalah dan diakhiri

dengan hamdalah. Inilah yang diajarkan Islam kepada penganutnya. Belum lagi
adab makan dan minum lainnya yang bila kita hubungkan dengan kesehatan
ternyata memberikan efek positif lagi diberkahi. Misalnya saja Islam melarang
umatnya untuk makan dan minum sambil berdiri ataupun larangan bernafas dan
meniup air minum. Kenapa demikian? Lalu, bagimana dengan adab-adab
lainnya? Mari kita bahas.
Islam mengatur adab dalam berbagai hal, salah satunya saat makan dan minum.
Berikut ini adalah beberapa adab makan yang sesuai dengan tuntunan Islam
yang sejalan dalam memelihara kesehatan.
1. Membaca basmallah saat memulai dan mengakhirinya dengan hamdalah
Di antara sunnah Nabi adalah mengucapkan bismillah sebelum makan dan
minum dan mengakhirinya dengan memuji Allah.
Menyebut nama Allah sebelum makan akan mencegah setan dari ikut
berpartisipasi menikmati makanan tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Sesungguhnya syaitan turut menikmati makanan yang tidak
disebut nama Allah padanya. Syaitan datang bersama anak gadis tersebut
dengan maksud supaya bisa turut menikmati makanan yang ada karena gadis
tersebut belum menyebut nama Allah sebelum makan. Oleh karena itu aku
memegang tangan anak tersebut. Syaitan pun lantas datang bersama anak
Badui tersebut supaya bisa turut menikmati makanan. Oleh karena itu, ku
pegang tangan Arab Badui itu. Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya
sesungguhnya tangan syaitan itu berada di tanganku bersama tangan anak gadis
tersebut. (HR Muslim no. 2017).
Apabila kita baru teringat kalau belum mengucapkan bismillah sesudah kita
memulai makan, maka hendaknya kita mengucapkan bacaan yang Nabi ajarkan
sebagaimana dalam hadits berikut ini, dari Aisyah radhiyallahu anhu Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika salah satu kalian hendak makan,
maka hendaklah menyebut nama Allah. Jika dia lupa untuk menyebut nama Allah
di awal makan, maka hendaklah mengucapkan bismillahi awalahu wa akhirahu.
(HR Abu Dawud no. 3767 dan dishahihkan oleh al-Albani).
Apabila kita selesai makan dan minum lalu kita memuji nama Allah maka
ternyata amal yang nampaknya sepele ini menjadi sebab kita mendapatkan ridha
Allah. Dari Anas bin Malik, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Sesungguhnya Allah ridha terhadap seorang hamba yang menikmati
makanan lalu memuji Allah sesudahnya atau meneguk minuman lalu memuji
Allah sesudahnya. (HR Muslim no. 2734).
2. Makan dan minum menggunakan tangan kanan dan tidak menggunakan
tangan kiri
Dari Jabir bin Aabdillah radhiyallahu anhu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, janganlah kalian makan dengan tangan kiri karena syaitan itu juga
makan dengan tangan kiri. (HR Muslim no. 2019) dari Umar radhiyallahu anhu
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika salah seorang diantara

kalian hendak makan maka hendaknya makan dengan menggunakan tangan


kanan, dan apabila hendak minum maka hendaknya minum juga dengan tangan
kanan. Sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kiri dan juga minum
dengan menggunakan tangan kirinya. (HR Muslim no. 2020).
Imam Ibnul Jauzi mengatakan, meskipun demikian jika memang terdapat alasan
yang bisa dibenarkan yang menyebabkan seseorang tidak bisa menikmati
makanan dengan tangan kanannya karena suatu penyakit atau sebab lain, maka
diperbolehkan makan dengan menggunakan tangan kiri. Dalilnya firman Allah,
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS. al-Baqarah: 286).
Apa rahasia di balik sunnah ini?
Lakukanlah percobaan sederhana ini; siapkan dua mangkuk nasi, yang satu
diaduk memakai tangan dan yang satunya diaduk memakai sendok. Lalu
diamkan selama beberapa jam. Lihat hasilnya.
Ternyata, nasi yang diaduk memakai tangan, sudah basi terlebih dulu. Sedangkan
nasi yang diaduk pakai sendok, tahan tidak basi hingga lebih 24 jam. Hal ini,
karena di sela-sela jari tangan terdapat enzim pengurai, yang memudahkan alat
pencerna dalam lambung manusia.
Bagaimanapun, salah satu penelitian yang dilakukan oleh Dr Charles Gerba dari
University of Arizona , mengatakan bahwa kita tidak mungkin menghalangi
kuman dan bakteri masuk ke dalam lingkungan kita. Namun kita bisa memerangi
kuman dengan cara mencuci tangan setiap sebelum dan selesai beraktivitas.
Cairan pembersih masih dianjurkan karena fungsinya adalah menghancurkan
membran sel bakteri sehingga aktivitasnya nyaris terhenti. Lagipula, tubuh sudah
memiliki sistem kekebalan sendiri yang bisa dioptimalkan dengan berbagai cara.
Banyak orang beralasan makan menggunakan sendok sebagai alasan lebih
higienis dibandingkan makan dengan tangan. Padahal belum tentu benar.
Menurut penelitian, sendok dan tangan memungkinkan terjadinya kontaminasi
dengan bakteri. Sendok bisa lebih bersih dari tangan jika sendok memang
dikondisikan pada suatu tempat yang higienis. Paling tidak, kelembapan udara di
ruangan selama sendok itu didiamkan tidaklah tinggi sebab uap air adalah
medium bakteri berpindah tempat. Namun apakah sendok sendok di rumah kita
mendapat penjagaan ketat seperti itu?
Bagaimana dengan tangan ? Tangan sering terkontaminasi dengan bakteri akibat
aktifitas tubuh kita. Sehingga jika kondisi tangan sebelum dicuci, jelas persentasi
bakteri dalam tangan akan lebih besar dibandingkan pada sendok yang baru saja
dicuci. Maka kita perlu mencuci tangan kita. Ini tidak membunuh bakteri namun
menghapus bakteri. Kondisinya sama seperti kita menghapus minyak pada
tangan kita dengan sabun.
Pada kondisi yang sama sama telah dicuci baik sendok maupun tangan, tangan
memiliki kebersihan yang lebih terjamin. Karena tangan mengandung enzim
RNAase yang disekresikan oleh tangan kita. Enzim ini berfungsi untuk kekebalan

tubuh kita dan proteksi terhadap bakteri. Enzim ini selalu disekresikan. Ketika
tangan kamu kotor, enzim ini sedang mengikat bakteri sehingga aktifitas bakteri
itu tidak dapat maksimal. Namun jika sangat kotor maka persentase bakteri akan
jauh lebih besar sehingga bakteri akan menaklukan pengaruh dari RNAase. Saat
tangan kamu dicuci, bakteri terkikis sehingga persentase enzim menjadi lebih
banyak. Saat kamu makan, enzim ini terus mengikat bakteri dan masuk ke dalam
tubuh kamu. Enzim tersebut membunuh bakteri selama proses pencernaan.
Bagaimana dengan sendok? ketika sendok dicuci, tidak semua bakteri terkikis.
Termasuk masih menempelnya bakteri yang membahayakan tubuh sebab bakteri
tidak sepenuhnya merugikan. Ketika makan dengan sendok, bakteri yang
membahayakan tersebut akan masuk ke dalam tubuh tanpa adanya perlawanan
dari enzim RNAase.
Lalu bagaimana dengan pemakaian cairan pembersih? Tidak apa apa, sebab
sistem kerjanya adalah merusak lapisan membran terluar pada bakteri sehingga
bakteri akan lebih non aktif.
Maha Besar Allah dengan segala ilmuNya. Makan dengan menggunakan tangan
adalah sunnah. Karena memang memakai tangan itu lebih safety dibandingkan
memakai sendok. Bahkan nabi mengemut kelima jarinya satu persatu setelah
makan.
3. Memakan makanan yang berada di dekat kita
Umar bin Abi Salamah meriwayatkan, Suatu hari aku makan bersama Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, dan aku mengambil daging yang berada di pinggir
nampan, lantas Nabi bersabda, Makanlah makanan yang berada di dekatmu.
(HR. Muslim, no. 2022)
4. Anjuran makan dari pinggir piring
Makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada disekitarnya (yang
terdekat) merupakan bimbingan Rasulullah SAW, karena pada bimbingan beliau
terkandung barakah dam merupakan penampilan adab yang baik.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkata kepada Umar bin Abi Salamah:
Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan
makanlah yang ada disekitarmu (didekatmu). (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Ibn Abbas radhiyallahu anhu, bahwa Nabi bersabda, Jika
kalian makan, maka janganlah makan dari bagian tengah piring, akan tetapi
hendaknya makan dari pinggir piring. Karena keberkahan makanan itu turun
dibagian tengah makanan. (HR Abu Dawud no. 3772, Ahmad, 2435, Ibnu Majah,
3277 dan Tirmidzi, 1805. Imam Tirmidzi mengatakan, Hadits ini hasan shahih.)
5. Cuci tangan sebelum makan dan sesudah makan
Tentang cuci tangan, ajaran Islam juga mewajibkan membasuh tangan saat
berwudhu, yang dilakukan minimal 5 kali dalam sehari sebelum shalat. Selain itu,
ada pula hadist yang menjelaskan mengenai perilaku mencuci tangan ini:

Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi falyaghsil yadahu. Potongan hadist ini


berarti, Apabila salah satu darimu bangun tidur maka hendaknya dia mencuci
tangannya. (HR. Muslim).
Hadist ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan
diri terutama tangan. Baru bangun tidur saja dianjurkan mencuci tangan, apalagi
jika sehabis melakukan kegiatan yang memungkinkan tangan kita tercemar
berbagai kuman penyakit seperti: sehabis BAB, bekerja di sawah, di kebun, di
pasar, di rumah dan lain lain.
Tangan kita perlu dicuci dengan benar yaitu menggunakan air bersih yang
mengalir dan sabun, terutama sebelum makan atau memegang makanan,
membuat atau menyiapkan makanan, menyuapi bayi dan lain lain. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa praktek cuci tangan pakai sabun (CTPS) dapat
mencegah infeksi kulit dan mata, serta menurunkan hampir separuh kasus diare
dan sekitar seperempat kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
Masih banyak lagi contoh-contoh ajaran Islam yang tertera di Alquran dan Hadits
yang sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan. Surat Al Baqarah Ayat
222 misalnya, menjelaskan mengenai orang-orang yang mau bertaubat dan yang
menjaga kebersihan sangat dimuliakan oleh Allah, karena Allah akan
mencintainya. Dan orang orang yang memelihara kebersihan ini dijanjikan surga
oleh Allah, seperti diterangkan dalam salah satu hadits riwayat Thabraani,
Sesungguhnya Allah membangun Islam di atas kebersihan. Dan tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan.
Mengenai cuci tangan sesudah makan, Abu Hurairah radhiyallahu anhu
meriwayatkan, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barang
siapa yang tidur dalam keadaan tangannya masih bau daging kambing dan
belum dicuci, lalu terjadi sesuatu, maka janganlah dia menyalahkan kecuali
dirinya sendiri. (HR. Ahmad, no. 7515, Abu Dawud, 3852 dan lain-lain, hadits ini
dishahihkan oleh al-Albani).
6. Tidak duduk sambil bersandar
Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di
dekat beliau, Aku tidak makan dalam keadaan bersandar. (HR Bukhari).
Duduk sambil bersandar dalam hadits tersebut adalah segala bentuk duduk yang
bisa disebut duduk sambil bersandar, dan tidak terbatas dengan duduk tertentu.
Makan sambil bersandar dimakruhkan dikarenakan hal tersebut merupakan
duduknya orang yang hendak makan dengan lahap.
7. Tidak tengkurap
Termasuk gaya makan yang terlarang adalah makan sambil tengkurap. Dari Ibnu
Umar radhiyallahu anhu beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam melarang dua jenis makanan: yaitu duduk dalam jamuan makan yang

menyuguhkan minum-minuman keras dan makan sambil tengkurap. (HR Abu


Daud dan Ibnu Majjah. Hadits ini dishahihkan oleh al-Albani.
Cara duduk pertama yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, beliau mengatakan,
Aku melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memakan kurma
sambil duduk dengan meletakkan pantat di atas lantai dan menegakkan dua
betis kaki. (HR Muslim)
Dan cara duduk kedua, diriwayatkan dari Abdullah bin Busrin, Aku memberi
hadiah daging kambing kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu
beliau memakannya sambil duduk berlutut. Ada seorang Arab Badui mengatakan,
Mengapa engkau duduk dengan gaya seperti itu? Lalu Nabi bersabda,
Sesungguhnya Allah menjadikanku seorang hamba yang mulia dan tidak
menjadikanku orang yang sombong dan suka menentang. (HR Ibnu Majah,
sanad hadits ini dinilai hasan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari, 9/452).
8. Segera makan ketika makanan sudah siap
Dari Anas radhiyallahu anhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika
makan malam sudah disajikan dan Iqamah shalat dikumandangkan, maka
dahulukanlah makan malam. (HR Bukhari dan Muslim)
Hikmah dari larangan dalam hadits di atas adalah supaya kita tidak
melaksanakan shalat dalam keadaan sangat ingin makan, sehingga hal tersebut
mengganggu shalat kita dan menghilangkan kekhusyukannya. Tetapi, jika
makanan sudah disajikan namun kita tidak dalam kondisi terlalu lapar, maka
hendaknya kita lebih mengutamakan shalat dari pada makan.
9. Makan dengan tiga jari
Di antara petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah makan dengan
menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sesudah selesai makan.
Dari Kaab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari
tersebut sebelum dibersihkan. (HR Muslim no. 2032 dan lainnya)
Berkenaan dengan hadits ini Ibnu Utsaimin mengatakan, Dianjurkan untuk
makan dengan tiga jari, yaitu jari tengah, jari telunjuk, dan jempol, karena hal
tersebut menunjukkan tidak rakus dan ketawadhuan. Akan tetapi hal ini berlaku
untuk makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari. Adapun
makanan yang tidak bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari, maka
diperbolehkan untuk menggunakan lebih dari tiga jari, misalnya nasi. Namun,
makanan yang bisa dimakan dengan menggunakan tiga jari maka hendaknya
kita hanya menggunakan tiga jari saja, karena hal itu merupakan sunnah Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. (Syarah Riyadhus shalihin Juz VII hal 243)
Dengan menggunakan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah), makanan yang
masuk ke mulut lebih seimbang jumlahnya dengan jumlah enzim, sehingga

enzim amilase dan lisozim yang diproduksi kelenjar saliva mencerna makanan
dengan maksimal . sehingga makanan menjadi lembut dan mudah dicerna.
10. Menjilati jari dan sisa makanan
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Jika salah satu di antara kalian makan, maka janganlah dia bersihkan tangannya
sehingga dia jilati atau dia minta orang lain untuk menjilatinya. (HR. Bukhari no.
5456 dan Muslim no. 2031).
Dengan menjilati atau menghisap jari maka dapat merangsang proses keluarnya
air liur dan enzyme (sejenis alat percerna makanan) lebih banyak, sehingga
pencernaan lebih sempurna.
11. Mengambil makanan yang jatuh
Termasuk dalam tuntunan cara makan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam
adalah mengambil bila makanan tersebut terjatuh dari tangan. Ini bukan berarti
bahwa Islam tidak menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karenanya ketika
mengambil makanan yang jatuh tersebut harus dibersihkan bila terdapat kotoran
padanya. Dalam hal ini seseorang tidak boleh beranggapan bahwa mengambil
makanan yang jatuh termasuk merusak adab Islam.
Mari cermati apa yang diajarkan dan dibimbingkan oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wasalam kepada umatnya Apabila terjatuh makanan salah seorang dari
kalian, maka ambillah lalu bersihkan kotoran yang ada padanya kemudian
makanlah dan jangan membiarkannya bagi setan. (HR. Muslim no. 2033).
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menyebutkan salah satu
adab makan dan minum yaitu apabila ada makanan yang terjatuh, dianjurkan
bagi kita untuk mengambilnya bila tidak terdapat kotoran padanya, dan bila
padanya ada kotoran maka hendaklah kita member-sihkannya bila
memungkinkan.
Bila tidak memungkinkan apa yang harus diperbuat? Al-Imam An-Nawawi
mengatakan Di dalam hadits-hadits ini terdapat beberapa sunnah (di antaranya)
disunnahkan mengambil dan memakan makanan yang jatuh setelah dibersihkan
dari kotoran, yang demikian ini bila makanan itu tidak terjatuh pada tempat najis.
Bila terjatuh pada tempat yang najis, maka makanan tersebut akan menjadi najis
dan harus dibasuh jika memungkinkan. Bila tidak memungkinkan maka dia
memberikannya untuk binatang dan jangan dia membiarkan untuk setan.
(Syarah Shahih Muslim, 7/204)
Hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasalam ini mengingatkan kepada kita
jangan sampai kita membiarkan kesempatan bagi setan untuk menyantap
makanan yang pada akhirnya mendapatkan kekuatan untuk mengganggu Bani
Adam.
Telah dinukilkan oleh pengarang kitab Ar-Raudhah An-Nadiyyah, dari salah
seorang ulama bahwa dia berkata Salah seorang sahabat kami berziarah

(mengunjungi) kami, lalu kami keluarkan makanan baginya. Di saat mereka


makan, banyak makanan yang berjatuhan dari tangannya dan berserakan di
tanah. Dia berusaha dengan penuh kesungguhan untuk mengambilnya dan
kemudian memakannya, lalu aku menjauh darinya dan hal ini menjadikan yang
hadir terheran-heran. Pada suatu hari ada seseorang kesurupan, lalu setan
tersebut berbicara melalui lisannya dan di antara percakapannya adalah
Sesungguhnya aku akan melewati orang yang sedang makan dan makanan itu
sangat mengundang selera. Orang tersebut tidak mau memberiku sedikitpun,
aku berusaha menyambarnya dari tangannya lalu dia mencabutnya balik dari
tanganku. (At-Taliqat Ar-Radhiyyah, 3/81)
12. Tidak mengambil makanan lebih dari satu
Larangan ini berlaku pada saat makan bersama tidak pada saat sendirian, dari
Syubah dari Jabalah beliau bercerita: Kami berada di Madinah bersama
beberapa penduduk Irak, ketika itu kami mengalami musim paceklik. Ibnu Zubair
memberikan bantuan kepada kami berupa kurma. Pada saat itu, Ibnu Umar
melewati kami sambil mengatakan, Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam melarang mengambil makanan lebih dari satu kecuali sesudah minta
izin kepada saudaranya. (HR Bukhari no. 2455 dan Muslim no 2045) Ibnul Jauzi
mengatakan, Hadits ini berlaku pada saat makan bersama-sama. Pada saat
makan bersama biasanya orang hanya mengambil satu kurma saja. Maka jika
ada orang yang mengambil lebih dari satu, maka berarti dia lebih banyak
daripada yang lain. Sehingga harus minta izin terlebih dahulu dari orang lain.
(Kaysful Musykil, 2/565)
(Bersambung)

DAFTAR PUSTAKA
Rahmadi, Agus (2014). Mukjizat Islam : Makan Sehat Ala Rasulullah.
http://baitulmaqdis.com/mukjizat-islam/makan-sehat-ala-rasulullah/- diakses Mei
2015
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2015). Sanitasi Dalam Sudut Pandang
Islam. http://stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=6847-diakses pada Mei 2015
Abdurrahman, Abu Usamah (2011). Makan Ala Islam Bagian 3.
http://asysyariah.com/makan-ala-islam-bagian-3/- diakses Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai