Baffle
Jenisimpelle
r
Tidak
Marine
propeller
Ada
4.2.
rpm
Dt
Da
20
40
60
80
100
20
40
60
80
100
38
38
38
38
38
38
38
38
38
38
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
21
21
21
21
21
21
21
21
21
21
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
54
54
54
54
54
54
54
54
54
54
Polaalira
n
Radial
Radial
Radial
Radial
Radial
Radial
Radial
Radial
Radial
Radial
Impeller
Baffle
100 rpm
200 rpm
Tidak
Turbine
Ada
4.3.
Perhitungan
300 rpm
400 rpm
= 18cm
= 0,18 m
Dt (diametertabung)
= 38cm
= 0,38 m
W (lebardauntabung)
= 12cm
= 0,12 m
E (jarak dasartabungkeimpeller)
= 12cm
= 0,12 m
L (panjangdaunimpeller)
15 cm
= 0,15 m
H (tinggilarutan)
36cm
= 0,36 m
N (kecepatanputar)
=
Rpm
Rps
20
0,3333
40
0,6667
60
1,0000
80
1,3333
100
1,6667
Da 0,18m
0,4737
Dt 0,38m
H 0,36m
0,9474
Dt 0,38m
E
0,12m
0,6667
Da 0,18m
L
0,15m
0,8333
Da 0,18m
W
0,12m
0,6667
Da 0,18m
4.3.4. Perhitungan Reynold Number
Reynold Number dicaridenganrumus:
2
N Re
Da n
0,00089
kg
)
m3
kg
ms
NRe = 13316,6
2) N2 = 40 Rpm = 0,6667 Rps
2
NRe=
0,00089
kg
)
3
m
kg
ms
NRe = 26637,3
3) N3 = 60 Rpm = 1 Rps
(0,18 m)2 ( 1rps ) (1.097,5
NRe =
0,00089
kg
ms
NRe = 39953,9
4) N4 = 80 Rpm = 1,3333 Rps
kg
)
3
m
NRe =
0,00089
kg
)
3
m
kg
ms
NRe = 52370,6
5) N4 = 100 Rpm = 1,6667 Rps
2
0,00089
kg
)
m3
kg
ms
NRe = 66409,2
4.3.5. Mencari nilai Power Number (Np)
1) Dengan baffle:
N1 = 20 Rpm
NRe = 13316,6
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152 makadidapatkan Np = 0,4.
N2 = 40 Rpm
NRe = 26637,3
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np =0,4.
N3 = 60 Rpm
NRe = 39953,9
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152 makadidapatkan Np = 0,4.
N4 = 80 Rpm
NRe = 52370,6
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np = 0,4.
N5 = 100 Rpm
Nre = 66409,2
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np = 0,4.
2) Tanpa baffle:
N1 = 20 Rpm
NRe = 13316,6
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152 makadidapatkan Np = 0,39
N2 = 40 Rpm
NRe = 26637,3
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada Fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np = 0,38.
N3 = 60 Rpm
NRe = 39953,9
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np = 0,0,36
N4 = 80 Rpm
NRe = 52370,6
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np = 0,35.
N5 = 100 Rpm
NRe = 66409,2
Untuk mendapatkan nilai power number plotkan NRe dengan grafik pada fig 6.5
pada buku Mass Transfer Operation By Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series
pada halaman 152maka didapatkan Np = 0,345.
4.3.6
menggunakan rumus :
P=
N P n3 D 5a
gc
gc=
1 N s2
kg m
P1 =
kg
0, 4 1.097,5 3
m
)(
5
0,3333 3
(0,18 m)
s
N s2
kg m
Nm
= 0,0031
s
= 0,0031watt
N2 = 40 Rpm = 0,6667 Rps
NP = 0,4
0, 4 1.097,5
P2 =
kg
m3
)(
5
0,6667 3
(0,18 m)
s
N s2
kg m
Nm
= 0,0246
s
= 0,0246 watt
N3 = 60 Rpm = 1 Rps
NP = 0,4
P3 =
kg 1
0, 4 1.097,5 3
(0,18 m)
m s
)( )
2
Ns
kg m
Nm
= 0,0830
s
= 0,0830watt
N4 = 80 Rpm = 1,3333 Rps
NP = 0,4
0, 4 1.097,5
P4 =
kg 1,3333
(0,18 m)
3
s
m
)(
Ns
kg m
Nm
= 0,1966
s
= 0,1966 watt
N5 = 100 Rpm = 1,6667 Rps
NP = 0,4
P5 =
kg 1,6667
0, 4 1.097,5 3
(0,18 m)
s
m
)(
Ns
kg m
Nm
= 0,3841
s
= 0,3841 watt
b) Daya yang dihasilkan impeller tanpa baffle
N1 = 20 Rpm = 0,3333 Rps
NP = 0,39
0,39 1.097,5
P1 =
kg
3
m
)(
0,3333
( 0,18 m)
s
Ns
kg m
Nm
= 0,0030
s
= 0,0030watt
N2 = 40 Rpm = 0,6667 Rps
NP = 0,38
P2 =
kg
0,38 1.097,5 3
m
)(
5
0,6667 3
(0,18 m)
s
N s2
kg m
Nm
= 0,0234
s
= 0,0234 watt
N3 = 60 Rpm = 1 Rps
NP = 0,36
0,36 1.097,5
P3 =
5
kg 1 3
(0,18
m)
m3 s
N s2
kg m
)( )
Nm
= 0,0747
s
= 0,0747 watt
N4 = 80 Rpm = 1,3333 Rps
NP = 0,35
P4 =
kg
0,35 1.097,5 3
m
)(
Ns
kg m
Nm
= 0,1720
s
= 0,1720 watt
N5 = 100 Rpm = 1,6667 Rps
NP = 0,345
1,3333
(0,18 m)
s
P5 =
kg
0,345 1.097,5 3
m
)(
1,6667
(0,18 m)
s
Ns
kg m
Nm
= 0,3313
s
= 0,3313 watt
4.4.
0.2
0.1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
1.8
N (Rpm)
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
1.8
N (Rpm)
4.2
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum menggunakan alat Fluid
mixing apparatur yang bertujuan untuk mengetahui pola aliran dari proses
pencampuran antara air,pasir dan garam. Pasir dan garam merupakan solute sedangkan
air berperan sebagai solvent. Adapun bagian-bagian dari alat fluid mixing apparatus ini
berupa control panel yang berfungsi untuk mengalirkan listrik ke alat dan untuk
mengatur kecepatan putaran impeller, vessel yang berfungsi sebagai bejana tempat
pengadukan terjadi, lalu motor yang terdiri atas rotor dan stator, yang dimana stator
merupakan agitator dan rotor merupakan impeller. Impeller sendiri berfungsi sebagai
alat yang digunakan untuk mencampurkan ketiga bahan tersebut.
Baffle berfungsi sebagai alat yang mencegah terjadinya vortex (rongga udara)
yang terjadi pada saat pengadukan dan menambah turbulensi pada saat pengadukan
terjadi dan juga mencegah terjadinya floading akibat meningkatnya jumlah volume ,
selain itu salter berfungsi untuk menghitung densitas zat yang berada pada vessel
sebelum dan sesudah proses pengadukan. Apabila densitas zat itu besar sudah pasti
massa nya pun besar.
Viskositas merupakan hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
pencampuran karena penggunaan impeller berbeda pada setiap viskositas. Hal itu
dilakukan agar proses pencampuran dapat terjadi secara efisien. Impeller yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah impeller dengan tipe turbine. Tiap tipe
impeller menghasilkan pola aliran yang berbeda, impeller tipe propeller akan
menghasilkan pola aliran aksial yaitu menimbulkan aliran yang sejajar dengan sumbus
poros pengaduk sedangkan tipe turbine akan menghasilkan aliran radial yang
mempunyai arah tangensial dan radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Aliran
tangensial inilah yang menyebabkan terjadinya vortex. Dengan adanya vortex ini, maka
mixing menjadi tidak sempurna dikarenakan partikel mengumpul di tengah vessel
sehingga pencampuran lambat terjadi dan harus dilakukan dengan putaran (rpm) tinggi.
Vortex adalah peristiwa yang ditimbulkan oleh gerakan putaran impeller sehingga
membentuk ruang udara didalam vessel yang menyebabkan volume seolah-olah
bertambah yang dapat menyebabkan overflow,dan jika ini dilakukan dalam skala
pabrik, maka pabrik itu akan merugi dan produksi pun menurun. Penanggulangan
vortex sendiri selain dengan baffle bias juga dengan pengarahan terhadap letak
agitatornya
BAB V
PENUTUP
5.2
Kesimpulan
1). Prinsip dan cara kerja dari alat fluid mixing apparatus berdasarkan proses
pencampuran dan pengadukan
2). salter berfungsi untuk menghitung densitas zat yang berada pada vessel sebelum
dan sesudah proses pengadukan
3) Di dalam praktikum, impeller yang digunakan adalah open turbine, dengan arah
aliran radial
4). Penggunaan baffle diperuntukkan menanggulangi vortex yang muncul saat proses
pencampuran, selain dengan baffle untuk minimalisir vortex bias dengan
pengarahan terhadap letak agitator
5.2
Saran
Saran untuk laboratorium unit operasi ialah memperbaiki alat yang tidak
berfungsi lagi agar disaat praktikum, praktikkan dapat lebih mengerti proses dan
prinsip kerja alat.. Sehingga praktikum pun bias berjalan secara maksimal.