Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Hak

adalah

semacam

milik,

kepunyaan,

yang

tidak

hanya

merupakan benda saja, melainkan pula tindakan, pikiran dan hasil pikiran
itu.

Di

dalam

al-Quran

kita

jumpai

juga

kata

al-haqq,

namun

pengertiannya agak berbeda dengan pengertian hak yang dikemukakan di


atas. Jika pengertian hak diatas lebih mengacu kepada semacam hak
memiliki, tetapi al-haqq dalam al-Quran bukan itu artinya. Kata memiliki
yang merupakan terjemah dari kata hak tersebut di atas dalam bahasa alQuran disebut milik dan orang yang menguasainya disebut malik.
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya
diberikan. Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban tersebut, maka
timbul pula keadilan, yaitu pengakuan dan perlakuan terhadap hak (yang
sah). Sedangkan dalam literarur islam, keadilan dapat diartikan istilah
yang digunakan untuk menunjukan pada persamaan atau bersikap
tengah-tengah atas dua perkara. Mengingat hubungan hak, kewajiban dan
keadilan demikian erat, maka dimana ada hak, maka ada kewajiban dan
dimana ada kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan
melaksanakan hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang
seimbang. Dengan terlaksananya hak, kewajban dan keadilan, maka
sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaqi. Disinilah
letak hubungan fungsional antara hak, kewajiban dan keadilan dengan
akhlaq.

BAB II
PEMBAHASAN
A. HAK
1. Pengertian Hak
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara
etis

seseorang

dapat

mengerjakan,

memiliki,

meninggalkan,

mempergunakan atau menuntut sesuatu. Hak juga dapat berarti


panggilan kepada kemauan orang lain dengan perantaraan akalnya,
perlawanan dengan kekuasaan atau kekuatan fisik untuk mengakui
wewenang yang ada pada pihak lain.
Selanjutnya

jika

seseorang

misalnya

mempunyai

hak

mengarang, maka ia dapat berbuat semaunya terhadap hasil


karangannya

itu

dengan

cara

menjual,

menyuruh

cetak,

menerbitkan dan seterusnya.


Di dalam al-Quran kita jumpai juga kata al-haqq, namun
pengertiannya

agak

berbeda

dengan

pengertian

hak

yang

dikemukakan di atas. Jika pengertian hak di atas lebih mengacu


kepada semacam hak memiliki, tetapi al-haqq dalam al-Quran
bukan itu artinya. Kata memiliki yang merupakan terjemah dari kata
hak tersebut diatas dalam bahasa al-Quran disebut milik dan orang
yang menguasainya disebut malik.
Pengertian

al-haqq

dalam

al-Quran

sebagai

mana

di

kemukakan al-Raghib al-Asfahani adalah al-muthabaqah waalmuwafaqah artinya kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan, seperti
cocoknya kaki pintu sebagai penyangganya.
Dalam perkembangan selanjutnya kata al-haqq dalam alQuran digunakan untuk empat pengertian.
1. Untuk menunjukan terhadap pelaku yang mengadakan sesuatu
yang mengandung hikmah, seperti adanya Allah disebut sebagai
al-haqq

karena

Dialah

yang

mengadakan

sesuatu

yang
2

mengandung hikmah dan nilai bagi kehidupan. Penggunaan alhaqq dalam arti yang demikian dapat dijumpai pada contoh ayat
yang artinya:
kemudian kembalilah kamu sekalian kepada Allah. Dialah Tuhan
mereka yang kaq. (QS. Al-Anam, 6:62).
2. Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan kepada sesuatu yang
diadakan

yang

menjadikan

mengandung

matahari

dan

hikmah.
bulan

Misalnya

dengan

AllahSWT.

al-haqq,

yakni

mengandung hikmah bagi kehidupan. Penggunaan kata alhaqq


seperti ini dapat dijumpai misalnya pada ayat yang artinya:
Allah tidak menciptakan yang demikian itu (matahari dan bulan)
kecuali dengan haq. (QS.Yunus, 10:5).
3. Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan keyakinan (Itiqad)
terhadap sesuatu yang cocok dengan jiwanya,seperti keyakinan
seseorang terhadap adanya kebangkitan di akhirat, pahala,
siksaan, surge dan neraka. Penggunaan kata al-haqq seperti ini
dapat dijumpai pada contoh ayat yang artinya:
Maka

Allah

member

petunjuk

kepada

orang-orang

yang

beriman terhadap apa yang mereka perselisihkan haq. (QS. AlBaqarah, 2:213).
4. Kata al-haqq digunakan untuk menunjukan terhadap perbuatan
atau ucapan yang dilakukan menurut kadar atau porsi yang
seharusnya

dilakukan

sesuai

keadaan

waktu

dan

tempat.

Penggunaan kata al-haqq yang demikian itu sejalan dengan ayat


yang artinya:
Dan seandainya al-haqq itu menuruti hawa nafsunya, maka
terjadilah kerusakan langit dan bumi (QS.al-Muminun, 23:71).
Selain itu kata al-haqq dapat berarti upaya mewujudkan
keadilan, argumentasi yang kuat, menegakkan syariat secara
sempurna, dan isyarat tentang adanya hari kiamat. Dengan
demikian seluruh kata al-haqq yang terdapat dalam al-Quran tidak
ada satupun yang mengandung arti hak milik, sebagaimana arti hak
yang umumnya lazim digunakan masyarakat.
3

Pengertian hak dalam arti memiliki sesuatu dan dapat


menggunakan sekehendak hatinya, dalam bahasa arab dikenal
dengan istilah al-milk. Misalnya pada ayat yang artinya:
kemudian mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya,
(untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apa
pun,bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk
(menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk
mengambil) sesuatu kemanfaatanpun dan (juga) tidak kuasa
mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan. (QS.alFurqan, 25:3)
Pada

ayat

kemampuan

tersebut

untuk

kata

menolak

al-milk

dihubungkan

kemadharatan

dan

dengan

mengambil

manfaat.
1. Macam-macam dan Sumber Hak
Memang ada bermacam-macam hak, tidak sama luas dan
kuatnya. Dalam pada itu selalu ada dua faktor yang menyertainya:
a. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam
salah satu bentuk. Hak legal ini lebih banyak berbicara tentang
hukum atau sosial. Contoh kasus, mengeluarkan peraturan
bahwa veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan,
maka

setiap

veteran

yang

telah

memenuhi

syarat

yang

ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut. Hak


moral adalah didasarkan atas prinsip atau peraturan etis saja.
Hak moral lebih bersifat solidaritas atau individu.
b. Hak positif dan hak negatif
Hak positif dan hak negatif adalah suatu hak bersifat
negatif, jika saya bebas untuk melakukan sesuatu atau memiliki
sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya
untuk melakukan atau memilki hal itu. Contoh: hak atas
kehidupan, hak mengemukakan pendapa. Hak positif adalah
suatu hak bersifat postif, jika saya berhak bahwa orang lain
4

berbuat sesuatu untuk saya. Contoh: hak atas pendidikan,


pelayanan, dan kesehatan.
c. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara
beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang
satu terhadap orang lain. Hak Umum dimiliki manusia bukan
karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata
karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa
kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan hak
asasi manusia.
d. Hak individu dan hak sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah
hak yang dimiliki individu-individu terhadap Negara. Negara
tidak boleh menghindari atau mengganggu individu dalam
mewujudkan hak-hak yang ia milki. Contoh: hak beragama, hak
mengikuti hati nurani, hak mengemukakan pendapat, perlu kita
ingat hak-hak individual ini semuanya termasuk yang tadi telah
kita bahas hak-hak negatif.
Hak Sosial disini bukan hanya hak kepentingan terhadap
Negara saja, akan tetapi sebagai anggota masyarakat bersama
dengan anggota-anggota lain. Inilah yang disebut dengan hak
sosial. Contoh: hak atas pekerjaan, hak atas pendidikan, hak
atas pelayanan kesehatan. Hak-hak ini bersifat positif.
e. Hak absolut
Hak yang bersifat absolut adalah suatu hak yang bersifat
mutlak tanpa pengecualian, berlaku dimana saja dengan tidak
dipengaruhi oleh situasi dan keadaan. Namun ternyata hak tidak
ada yang absolute. Kebebasan juga merupakan salah satu hak
yang sangat penting namun hak ini tidak dapat dikatakan hak
absolute karena hak ini juga dapat dikalahkan oleh hak lain.
B. KEWAJIBAN
1. Pengertian Kewajiban

Berkaitan dengan akhlak, maka hak adalah yang berhubungan


dengan wewengan untuk memiliki dan bertindak. Setiap orang
mempunyai

hak

atas

sesuatu

yang

dia

miliki,

maka

tidak

diperbolehkan seseorang merampas hak orang lain.


Oleh karena hak itu merupakan wewenang, bukan berwujud
kekuatan, maka perlu ada penegak hukum melindungi yang lemah,
yaitu

orang

yang

tidak

dapat

melakukan

haknya

manakala

berhadapan dengan orang lain yang merintangi pelaksanaan


haknya.
Selanjutnya karena hak itu merupakan wewenang dan bukan
kekuatan, maka ia merupakan tuntutan, dan terhadap orang lain
hak itu menimbulkan kewajiban, yaitu kewajiban menghormati
terlaksananya hak-hak orang lain. Dengan cara demikian orang
lainpun berbuat yang sama pada dirinya, dan dengan demikian akan
terpeliharalah pelaksanaan hak asasi manusia itu.
Di dalam ajaran islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah
satu hukum syara, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan
akan mendapatkan pahala dan jka ditinggalkan mendapatkan siksa.
Dengan kata lain bahwa kewajiban dalam agama berkaitan dengan
pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah. Melaksanakan shalat
lima waktu membayar zakat bagi orang yang memiliki harta
tertentu dan sampai batas nisab, dan berpuasa di bulan Ramadhan
misalnya adalah merupakan kewajiban.
Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang
sepatutnya diberikan. Salah satu sifat khas utama manusia adalah
manusia mampu mengemban kewajiban untuk mengikuti ajaran
agama. Manusia saja yang dapat hidup dalam kerangka hukum.
Makhluk lain hanya dapat mengikuti hukum alam yang sifatnya
memaksa. Kondisi manusia dibebankan kewajiban apabila:
1.
2.
3.
4.

Akil baligh
Sehat rohani
Tahu dan sada
Memiliki kebebasan memilih, berkehendak dan berbuat.
6

Tatanan dunia matrealistis dapat berakibat negatif, ada


kehilangan kewajiban antara sesama bagi penganutnya. Rasa
kepemilikan kepada harta dapat menutupi nilai-nilai sosial. Pribadi
mereka acuh tak acuh dan mereka menganggap segalanya dapat
dibeli dengan uangnya. Dari kondisi demikian terjadi kesenjangan
sosial dalam bidang ekonomi. Akibat lebih jauh bahwa sebenernya
kehidupan ini tidak lepas dari kewajiban sebagai indvidu, sosial dan
pencipta alam semesta ini.
Agama islam berisi aturan-aturan hidup manusia di dunia.
Untuk itu dalam ajaran islam juga diatur adanya hak dan kewajiban
ini sebagai bukti bahwa islam sangat menjunjung tinggi hak-hak
yang dimiliki setiap orang. Sabda rosulullah SAW menyebutkan
bahwa hak setiap muslim terhadap muslim lain merupakan dasar
yang fundamental bagi seorang muslim yang mempunyai kewajiban
terhadap sesama muslim. Apabila betul-betul dan sungguh-sungguh
manusia hidup di dunia ini memenuhi petujunjuk ajaran seperti
hadist di atas, akan dapat mendatangkan kebahagiaan hidup baik
individu,

masyarkat

mengkondisikan

dan

manusia

Negara.

Hal

berperiklaku

itu

juga

sopan,

akan

baik,

dapat
tumbuh

kepedulia sosal, bertindak arif dan bijaksana sebagai manusia.


Manusia sebagai makhluik cipataan Allah juga mempunyai
kewajiban terhadapnya kewajiban manusia hanyalah beribadah
kepada Allah. Prinsip dasar beribadah inilah menjadi kewajiban bagi
manusia sebagai makhluk Allah, penyembahan yang dilakukan oleh
manusia, buka semata-mata untuk kepentingan Allah, namun
sebaliknya justru untuk keselamatan dirinya sendiri. Bagi Allah tidak
ada masalah apabila manusia tidak mau melaksanakan kewajiban
terhadapnya konsekuensinya sebenarnya terletak pada manusia
sebagai mahluk Allah, sebagaimanapun alasannya, tetap apabila
manusia ingin mencari keselamatan, harus mau melaksanakan
kewajiban tersebut.
2. Macam macam kewajiban
Kewajiban dapat dibagi tiga macam yaitu:
7

a. Kewajiban Individu (pribadi)


Maksudnya adalah bahwa individu memiliki kewajiban
terhadap dirinya sendiri. Contoh, manusia sebagai individu perlu
kesehatan untuk memperoleh kesehatan manusia harus dapat
memenuhinya dengan cara individu harus berkewajiban menjaga
kesehatan badan, bahkan kalau badan kurang sehat, sebgai
makhluk individu mengupayakan menyembuhkannya, dengan
demikian, dalam rangka memenuhi kewajibannya sebagai idividu
perlu

berusaha

dan

tindakan

nyata

menunjukan

apakah

seseorang telah memenuhi kewajibannya atau tidak.


b. Kewajiban Sosial (masyarakat)
Maksudnya adalah bahwa seseorang disamping sebagai
makhluk individu tetapi juga sekaligus sebagai makhluk sosial
maka keterikatan tersebut menjadikan individu harus sebagai
anggota masyarakat. Kewajiban ada sebab manusia tidak bisa
hidup menyendiri dan masing-massing individu mempunyai
kewajiban terhadap individu lain di alam masyarakat, sebagai
contoh

adalah

kewajiban

tolong

menolong

antar

sesama

manusia. Makhluk sosial bisa memungkiri tentang kewajiban ini


di

masyarakat

masalah

kewajiban

bagi

individu

terhadap

sesamanya tetap ada dan masih di perhatikan. Perasaan orang


sehat apabila di tolong oleh orang lain yang mempunyai niat
baik tentu senang dan berterimah kasih. Suasana demikia tida
bisa

ditutupi

sebab

kewajiban

tolong

menolong

adalah

perbuatan yang di harapkan semua makhluk.


c. Kewajiban Makhluk Terhadap Allah
Maksudnya adalah individu ternyata tidak hanya hidup
bersama sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial tetapi
mahluk individu ternyata tidak hanya hidup bersama sebagai
pribadi dan makhluk sosial saja teatpi individu tidak dapat lepas
dari penciptanya yaitu Allah karena Dia yang menciptakan dan
memlihara alam (termasuk manusia ini) sehingga kewajiban
sebagai hamba (ciptaan) hanya ibadah. Contoh, individu yang
8

ibadah arti sempit sebagi orang islam adalah berkewajiban


sholat namun dalam arti luas ibadah adalah luas artinya apabila
semua aktifitas kita niat semua ikhlas baik dan benar dan
semata-mata karena mencari ridho-Nya.
d. Kewajiban Terbatas
Ialah dapat dipertanggungjawabkan kepada orang-orang
yang sama, dan tidak berbeda-beda, dapat dijadikan undangundang negeri, seperti jangan membunuh dan jangan mencuri,
dimana orang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman,
bagi orang-orang yang merusaknya. Didalam pembagian ini
undang-undang dan akhlak sama-sama menghendakinya.
e. Kewajiban tak Terbatas
Kewajiban ini tidak dapat dibuat undng-undang, karena
bila ditentukan, merugikan dengan kerugian yang besar, dan bila
tidak dapat ditentukan ukuran mana yang dikehendaki oleh
kewajiban ini, seperti kebajikan, padahal kadar yang ini berbeda
masa, tempat dan keadaa yang mengelilingi manusia.
Kewajiban manusia bermacam-macam berdasarkan keadaan
hidup, menentukan kewajiban yang tertentu, manusia di dunia
seperti kelas kapal dan tentara. Tiap-tiap

orang yang mempunyai

perbuatan dan dan tiap-tiap perbuatan mengandung kewajiban.


Tetapi

kewajiban

mereka

berbeda-beda,

karena

manusia

itu

berbeda-beda dilihat dari berbagai sudut:


a. Menurut kekayaan, maka diantara mereka ada yang kaya, ada
yang miskin dan ada yang sedang.
b. Menurut tingkat dan derajat seperti raja, bangsawan dan rakyat
jelata.
c. Menurut pekerjaan, diantara pekerjaan mereka ada yang dengan
pikiran sebagai hakim dan guru, ada pula yang pekerjaanya
dengan tangan sperti tukang kayu dan tukang besi, dan lain-lain.
Inilah yang menimbulkan perbedaan kewajiban, apa yang
wajib bagi seorang hakim, lain lagi dengan kewajiban bagi rakyat,
kewajiban orang kaya lain dengan kewajiban orang miskin.

Tiap-tiap manusia bagaimanapun juga, harus menunaikan


kewjibannya. Dan hendaknya jangan seorang dari kita memperkecil
apa

yang

diwajibkan

kepadanya,

karena

banyak

kewajiban-

kewajiban yang besar tergantung pada kewajiban yang kecil-kecil.


Seorang penyapu jalan misalnya, tidak dapat dikatakan suatu
pekerjaan yang rendah dan hina, karena hidup dan kesehatan orang
banyak tergantung pada perbuatannya. Hal itu bukanlah suatu soal
mudah karena lepasnya sepotong kayu kecil dari kapal terkadang
menjadikannya tenggelam, dan hilangnya paku kecil pada sebuah
jam terkadang menyebabkan berhenti dan rusaknya.
C. KEADILAN
Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban tersebut diatas, maka
timbul pula keadilan. Poedjawijatna mengatakan bahwa keadilan
adalah pengakuan dan perlakuan terhadap hak (yang sah). Sedangkan
dalam literarur islam, keadilan dapat diartikan istilah yang digunakan
untuk menunjukan pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas
dua perkara. Keadilan ini terjadi berdasarkan keputusan akal yang
dikonsultasikan dengan agama. Masalah keadilan ini secara panjang
lebar telah dibahas diatas, dan ditempatkan dalam teori pertengahan
sebagai teori yang menjadi induk timbulnya akhlak yang mulia.
Mengingat hubungan hak, kewajiban dan keadilan demikian erat,
maka dimana ada hak, maka ada kewajiban dan dimana ada
kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan melaksanakan
hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang seimbang.
Demikian pentingnya masalah keadilan dalam rangka pelaksanaan hak
dan kewajiban ini, Allah berfirman yang artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, member kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji , kemungkaran dan permusuhan. (QS. al Nahl, 16:90).
Ayat tersebut menempatkan keadilan sejajar dengan berbuat
kebajikan, memberi

makan kepada kaum kerabat, melarang dari

berbuat yang keji dan munkar serta menjauhi permusuhan. Ini


menunjukan

bahwa

masalah

keadilan

termasuk

masalah

yang

berhubungan dengan pelaksanaan hak sebagai suatu kewajiban moral.


10

D. HUBUNGAN HAK, KEWAJIBAN, DAN KEADILAN DENGAN AKHLAQ


Sebagaimana telah dikemukakan diatas bahwa yang disebut
akhlaq adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, mendarah
daging, sebenarnya dan tulus ikhlas karena Allah. Hubungan dengan
hak dapat dilihat pada arti dari hak yaitu sebagai milik yang dapat
digunakan oleh seseorang tanpa ada yang dapat menghalanginya.
Hak yang demikian itu merupakan bagian dari akhlaq, karena akhlaq
harus dilakukan oleh seseorang sebagai haknya.
Akhlaq yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanakan tanpa merasa berat. Sedangkan keadilan sebagaimana
telah diuraikan dalam teori pertengahan ternyata merupakan induk
akhlaq. Dengan terlaksananya hak, kewajban dan keadilan, maka
sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaqi.
Disinilah letak hubungan fungsional antara hak, kewajiban dan
keadilan dengan akhlaq.

11

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mengingat hubungan hak, kewajiban dan keadilan demikian erat,
maka dimana ada hak, maka ada kewajiban dan dimana ada
kewajiban maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan melaksanakan
hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang seimbang.
Akhlaq yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanakan tanpa merasa berat. Dengan terlaksananya hak,
kewajban dan keadilan, maka sendirinya akan mendukung terciptanya
perbuatan yang akhlaqi. Disinilah letak hubungan fungsional antara
hak, kewajiban, dan keadilan dengan akhlaq.
B. SARAN
Karena akhlaq merupakan perbuatan yang disengaja dan
mendarah

daging,

maka

untuk

menumbuhkan

akhlaq

tersebut

menjadi akhlaq yang baik, maka kita harus senantiasa melaksanakan


hak, kewajiban, dan keadilan sesuai dengan peruntukannya, dengan
demikian, maka akhlaq yang baikpun akan tumbuh dalam diri kita.

12

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad. 1995. Etika. Jakarta : PT. Bulan Bintang
Charis Zubair, Ahmad. 1995. Kuliah Etika. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada
Bertens, K. 2007. Etika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Nata, Abbudin. 2006. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Suraji, Imam. 2006. Etika dalam Perspektif Alquran dan Al-Hadist. Jakarta:
PT. pustaka Al-Husna Baru
http://arifmanto.blogspot.com/2010/04/hak-kewajiban-keadilan.html
http://pusko4u.blogspot.com/2011/06/akhlak-hubungannya-dengan-hakkewajiban.html

13

Anda mungkin juga menyukai