Wujud Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang berlaku mulai tahun anggaran 2005*) berupa
daftar isian yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan,
rencana penarikan dana tiap-tiap bulan dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh
kementerian negara/lembaga, sehingga dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disebut Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran atau disingkat DIPA. (utk Pusat). DIPA tersebut disusun atas dasar
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.
Konsep DIPA yang telah selesai disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran satker disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan, untuk DIPA pusat dan kepada Kepala Kanwil DJPB untuk
DIPA daerah. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara menelaah kesesuaian konsep DIPA dengan rincian APBN yang ditetapkan dalam
Peraturan Presiden dan kemudian mengesahkan DIPA pusat. Sedangkan Kepala Kanwil DJPB atas
nama Menteri Keuangan selaku BUN menelaah kesesuaian konsep DIPA dengan rincian APBN yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden dan kemudian mengesahkan DIPA daerah.
Apabila dalam batas waktu yang ditentukan (akhir tahun anggaran) Kuasa Pengguna Anggaran
satker belum menyampaikan konsep DIPA, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala
Kanwil DJPB tetap menerbitkan Surat Pengesahan DIPA yang dilampiri konsep DIPA (sementara)
yang dibuat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB berdasarkan Surat
Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) atau
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN. DIPA (sementara) ini dapat dipakai sebagai dasar
penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) dengan ketentuan bahwa dana yang dapat dicairkan
dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan
jasa, dan lauk pauk/bahan makanan. Sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya harus
diblokir.
8.3. Pengertian dan dasar hukum Pengelolaan Uang.
Pengelolaan Kas Umum (diatur dalam Bab IV UU No.1 Tahun 2004):
(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan
menyelenggarakan rekening pemerintah.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri Keuangan membuka Rekening Kas Umum Negara.
(3) Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum Negara pada Bank Sentral.
(4) Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara, Bendahara Umum
Negara dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada Bank Umum.
(5) Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap hari.(lihat
tentang Bank Persepsi)
(6) Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas
Umum Negara pada bank sentral. (lihat tentang TSA)
(7) Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum dapat dilakukan setiap hari,
Bendahara Umum Negara mengatur penyetoran secara berkala.
(8) Rekening Pengeluaran pada Bank Umum diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas
Umum Negara pada bank sentral.(lihat tentang Bank Operasional)
(9) Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang telah
ditetapkan dalam APBN.
Badan Lain :
(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam hal tertentu dapat menunjuk Badan
Lain untuk melaksanakan penerimaan dan/atau pengeluaran negara untuk mendukung
kegiatan operasional kementerian negara/lembaga.
(2) Penunjukan Badan Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam suatu kontrak
kerja.
(3) Badan Lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban menyampaikan
laporan secara berkala kepada Bendahara Umum Negara mengenai pelaksanaan penerimaan
dan/atau pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
8.4. Pengertian Pengelolaan Piutang dan Utang.
Pengelolaan atas utang negara yang langsung membebani APBN, yaitu pinjaman luar negeri
(external loans) dan SUN yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian
Keuangan.
Memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya pasal 9 UU No.24 Tahun
2002 tentang SUN;
Memberikan keyakinan pada investor dan kreditor bahwa pengelolaan utang dilakukan secara
transparan dan akuntabel;
Sebagai pedoman umum pada unit pengelola utang negara agar kebijakan yang ditempuh dapat
terintegrasi dan komprehensif;
Mendasari penyusunan indikator pengukuran kinerja utama bagi unit pengelola utang (key
performance indicators).
Pedoman umum:
UU No. 17 Tahun 2003 dan PP No 23 Tahun 2003, mengatur
o Jumlah kumulatif defisit APBN < 3% PDB;
o Jumlah kumulatif pinjaman pemerintah pusat dan Pemda < 60 % PDB tahun bersangkutan.
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
o UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
o Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/Kmk.06/2005 Tentang Strategi Pengelolaan Utang
Pemerintah Tahun 2005-2009
o SUN, diatur :
UU No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara;
o Pinjaman dan Hibah LN diatur :
Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2006 tentang Tatacara Pengadaan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri dan Tatacara Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri; dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.05/2006 tentang Tata Cara Penarikan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
8.5. Pengertian Pengelolaan Investasi.
(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi,
sosial dan/atau manfaat lainnya.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk (pembelian)
saham/surat berharga, surat utang, dan investasi langsung.
(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
(4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
(5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan
dengan peraturan daerah.
(8) Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dari segi hak
dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang
dilakukannya.
(9) Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada
Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam
penguasaannya.
(10)Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Pengguna
Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.
*) Hasil Musrenbang akan dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang RKP Tahun Anggaran (yad)
PERTANYAAN-2 :
1. Dalam memahami pengertian DPA atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran, apa yang dimaksud
dengan Pelaksanaan Anggaran?
2. Dalam DPA suatu Rumah Sakit disebutkan antara lain memuat tentang .pendapatan yang
diperkirakan oleh kementerian negara/lembaga/satker... Dalam kaitan apa hal tersebut bagi
Kementerian/Lembaga/satker berkenaan dan apa dampaknya bagi DPA berkenaan. Jelaskan
dengan menggunakan contoh.
3. Apa tujuan dari kebijakan Apabila dalam batas waktu yang ditentukan (akhir tahun
anggaran) Kuasa Pengguna Anggaran/satker belum menyampaikan konsep DIPA, maka Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB tetap menerbitkan Surat Pengesahan
DIPA. Jelaskan.
4. Siklus anggaran yang terdiri dari
a. perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban (termasuk APBN-P).
b. perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban
c. perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban (termasuk APBN-P).
d. pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban (termasuk APBN-P).
5. Keuangan Negara adalah
a. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang gara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
b. semua hak dan kewajiban negara serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut
c. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut *)
d. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu berupa barang gara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut