Anda di halaman 1dari 5

MK HKN MGGU : VIII

8. Pengertian dan istilah-istilah dalam Pelaksanan Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara/Daerah
8.1. Pengertian dan dasar hukum Pelaksanaan Anggaran.
8.2. Pengertian dan aspek hukum Dokumen Pelaksanaan Anggaran
8.3. Pengertian dan dasar hukum Pengelolaan Uang.
8.4. Pengertian Pengelolaan Piutang dan Utang.
8.5. Pengertian Pengelolaan Investasi.
8.6. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
8.7. Pengertian Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN/APBD.

8.1.Pengertian dan dasar hukum Pelaksanaan Anggaran.


Pengertian :
Pelaksanaan anggaran merupakan bagian dari Siklus anggaran yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban (termasuk APBN-P). Siklus
anggaran dimulai dari tahap penyusunan dan penetapan APBN. Pemerintah pusat menyampaikan
pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya, yang diawali
dengan kegiatan Musrenbang di bulan April dengan koordinasi Bappenas*); (misal tahun
anggaran 2008) kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan (misal
tahun 2007). Kemudian pemerintah pusat dan DPR membahas kerangka ekonomi makro dan
pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh pemerintah pusat dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.
Dasar Hukum :
Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 tahun
2004.
Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 61
Tahun 2004 dan terakhir dicabut dan diubah dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang berlaku
mulai Tahun Anggaran 2011.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam
Pelaksanaan APBN.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar.( Bagan
Perkiraan Standar adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara
sistematis
untuk
memudahkan
perencanaan,
pelaksanaan
anggaran,
serta
pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat)
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.05/2007 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Penyusunan,
Penelaahan, Pengesahan dan Pelaksanaan DIPA Tahun 2008.(setiap tahun dikeluarkan PMK ttg
ini).
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 Mekanisme Pelaksanaan
Pembayaran atas Beban APBN. (sudah diubah(?) dengan perDJPBN tgl....No 11 Tahun 2011....)
8.2. Pengertian dan aspek hukum Dokumen Pelaksanaan Anggaran

MK HKN MGGU : VIII

Wujud Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang berlaku mulai tahun anggaran 2005*) berupa
daftar isian yang memuat uraian sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan,
rencana penarikan dana tiap-tiap bulan dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh
kementerian negara/lembaga, sehingga dokumen pelaksanaan anggaran tersebut disebut Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran atau disingkat DIPA. (utk Pusat). DIPA tersebut disusun atas dasar
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.
Konsep DIPA yang telah selesai disusun oleh Kuasa Pengguna Anggaran satker disampaikan
kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan, untuk DIPA pusat dan kepada Kepala Kanwil DJPB untuk
DIPA daerah. Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara menelaah kesesuaian konsep DIPA dengan rincian APBN yang ditetapkan dalam
Peraturan Presiden dan kemudian mengesahkan DIPA pusat. Sedangkan Kepala Kanwil DJPB atas
nama Menteri Keuangan selaku BUN menelaah kesesuaian konsep DIPA dengan rincian APBN yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden dan kemudian mengesahkan DIPA daerah.
Apabila dalam batas waktu yang ditentukan (akhir tahun anggaran) Kuasa Pengguna Anggaran
satker belum menyampaikan konsep DIPA, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala
Kanwil DJPB tetap menerbitkan Surat Pengesahan DIPA yang dilampiri konsep DIPA (sementara)
yang dibuat oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB berdasarkan Surat
Rincian Alokasi Anggaran (SRAA) dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) atau
Peraturan Presiden tentang Rincian APBN. DIPA (sementara) ini dapat dipakai sebagai dasar
penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) dengan ketentuan bahwa dana yang dapat dicairkan
dibatasi untuk pembayaran gaji pegawai, pengeluaran keperluan sehari-hari perkantoran, daya dan
jasa, dan lauk pauk/bahan makanan. Sedangkan dana untuk jenis pengeluaran lainnya harus
diblokir.
8.3. Pengertian dan dasar hukum Pengelolaan Uang.
Pengelolaan Kas Umum (diatur dalam Bab IV UU No.1 Tahun 2004):
(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan
menyelenggarakan rekening pemerintah.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan rekening pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Menteri Keuangan membuka Rekening Kas Umum Negara.
(3) Uang negara disimpan dalam Rekening Kas Umum Negara pada Bank Sentral.
(4) Dalam pelaksanaan operasional penerimaan dan pengeluaran negara, Bendahara Umum
Negara dapat membuka Rekening Penerimaan dan Rekening Pengeluaran pada Bank Umum.
(5) Rekening Penerimaan digunakan untuk menampung penerimaan negara setiap hari.(lihat
tentang Bank Persepsi)
(6) Saldo Rekening Penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke Rekening Kas
Umum Negara pada bank sentral. (lihat tentang TSA)
(7) Dalam hal kewajiban penyetoran tersebut secara teknis belum dapat dilakukan setiap hari,
Bendahara Umum Negara mengatur penyetoran secara berkala.
(8) Rekening Pengeluaran pada Bank Umum diisi dengan dana yang bersumber dari Rekening Kas
Umum Negara pada bank sentral.(lihat tentang Bank Operasional)
(9) Jumlah dana yang disediakan pada Rekening Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
disesuaikan dengan rencana pengeluaran untuk membiayai kegiatan pemerintahan yang telah
ditetapkan dalam APBN.
Badan Lain :

MK HKN MGGU : VIII

(1) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dalam hal tertentu dapat menunjuk Badan
Lain untuk melaksanakan penerimaan dan/atau pengeluaran negara untuk mendukung
kegiatan operasional kementerian negara/lembaga.
(2) Penunjukan Badan Lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam suatu kontrak
kerja.
(3) Badan Lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban menyampaikan
laporan secara berkala kepada Bendahara Umum Negara mengenai pelaksanaan penerimaan
dan/atau pengeluaran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
8.4. Pengertian Pengelolaan Piutang dan Utang.
Pengelolaan atas utang negara yang langsung membebani APBN, yaitu pinjaman luar negeri
(external loans) dan SUN yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian
Keuangan.
Memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya pasal 9 UU No.24 Tahun
2002 tentang SUN;
Memberikan keyakinan pada investor dan kreditor bahwa pengelolaan utang dilakukan secara
transparan dan akuntabel;
Sebagai pedoman umum pada unit pengelola utang negara agar kebijakan yang ditempuh dapat
terintegrasi dan komprehensif;
Mendasari penyusunan indikator pengukuran kinerja utama bagi unit pengelola utang (key
performance indicators).
Pedoman umum:
UU No. 17 Tahun 2003 dan PP No 23 Tahun 2003, mengatur
o Jumlah kumulatif defisit APBN < 3% PDB;
o Jumlah kumulatif pinjaman pemerintah pusat dan Pemda < 60 % PDB tahun bersangkutan.
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
o UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
o Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/Kmk.06/2005 Tentang Strategi Pengelolaan Utang
Pemerintah Tahun 2005-2009
o SUN, diatur :
UU No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara;
o Pinjaman dan Hibah LN diatur :
Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2006 tentang Tatacara Pengadaan Pinjaman
dan/atau Hibah Luar Negeri dan Tatacara Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar
Negeri; dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.05/2006 tentang Tata Cara Penarikan
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri
8.5. Pengertian Pengelolaan Investasi.
(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi,
sosial dan/atau manfaat lainnya.
(2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk (pembelian)
saham/surat berharga, surat utang, dan investasi langsung.
(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.
(4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
(5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah/swasta ditetapkan
dengan peraturan daerah.

MK HKN MGGU : VIII

8.6. Pengertian Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.


Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6) Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan untuk menjamin terlaksananya tertib
administrasi dan tertib pengelolaan BMN/daerah, maka telah diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN/Daerah.
PP Nomor 6 tahun 2006 pada dasarnya merupakan penyatuan peraturan-peraturan mengenai
pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang telah ada sebelumnya, mengatur hal-hal yang belum
tertampung dalam peraturan-peraturan yang ada sebelumnya, dan memberikan landasan hukum yang
lebih kuat agar tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN/D dimaksud dapat diwujudkan. Oleh
karena itu, dengan adanya PP Nomor 6 Tahun 2006 (diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 38 Tabun 2008 antara lain tentang penilaian BMN : Penilaian adalah proses kegiatan
yang dilakukan oleh penilai untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek Penilaian pada saat
tertentu dalam rangka pengelolaan Barang Milik NegarajDaerah"), diharapkan pengelolaan BMN/D
semakin tertib baik dalam hal pengadministrasiannya maupun pengelolaannya, sehingga pengadaan,
pemanfaatan, dan pemeliharaan serta pengamanan BMN/D dimasa mendatang dapat lebih efektif dan
efisien.
Adapun pengertian BMN/Daerah (BMN/D) sesuai dengan pasal 1 angka 10 dan 11 UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 adalah :
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D
atau berasal dari perolehan lain yang sah.
Selanjutnya, dalam pasal 2 ayat (2) PP Nomor 6 Tahun 2006, dari pengertian BMN/D yang
berasal dari perolehan lain yang sah dimaksud dirinci dalam 4 bagian, yaitu :
o barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya,
o diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak,
o diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan
o diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
8.7. Pengertian Penatausahaan dan Pertanggungjawaban APBN/APBD.
(1) Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum
Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas
dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
(2) Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk
transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya.
(3) Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan untuk menyusun laporan
keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
(4) Setiap orang dan/atau badan yang menguasai dokumen yang berkaitan dengan perbendaharaan
negara wajib menatausahakan dan memelihara dokumen tersebut dengan baik sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara fungsional atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya kepada Kuasa Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah.
(6) Kuasa Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara dari segi hak dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.
(7) Bendahara Umum Negara bertanggung jawab kepada Presiden dari segi hak dan ketaatan
kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang dilakukannya.

MK HKN MGGU : VIII

(8) Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada gubernur/bupati/walikota dari segi hak
dan ketaatan kepada peraturan atas pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran yang
dilakukannya.
(9) Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada
Presiden/gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan kebijakan anggaran yang berada dalam
penguasaannya.
(10)Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab secara formal dan material kepada Pengguna
Anggaran atas pelaksanaan kegiatan yang berada dalam penguasaannya.
*) Hasil Musrenbang akan dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang RKP Tahun Anggaran (yad)
PERTANYAAN-2 :
1. Dalam memahami pengertian DPA atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran, apa yang dimaksud
dengan Pelaksanaan Anggaran?
2. Dalam DPA suatu Rumah Sakit disebutkan antara lain memuat tentang .pendapatan yang
diperkirakan oleh kementerian negara/lembaga/satker... Dalam kaitan apa hal tersebut bagi
Kementerian/Lembaga/satker berkenaan dan apa dampaknya bagi DPA berkenaan. Jelaskan
dengan menggunakan contoh.
3. Apa tujuan dari kebijakan Apabila dalam batas waktu yang ditentukan (akhir tahun
anggaran) Kuasa Pengguna Anggaran/satker belum menyampaikan konsep DIPA, maka Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kanwil DJPB tetap menerbitkan Surat Pengesahan
DIPA. Jelaskan.
4. Siklus anggaran yang terdiri dari
a. perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban (termasuk APBN-P).
b. perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban
c. perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban (termasuk APBN-P).
d. pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban (termasuk APBN-P).
5. Keuangan Negara adalah

a. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang gara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
b. semua hak dan kewajiban negara serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut
c. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut *)
d. semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu berupa barang gara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut

Anda mungkin juga menyukai