goena keperloean rajat. Buat orang jang merasa perbuatanja baik goena
sesama manusia, dan teroes tetap menerangkan ichtiarnja mentjapai
maksudnya jaitoe HINDIA MERDEKA DAN SLAMAT SAMA RATA SAMA KAJA
SEMOEA RAJAT HINDIA
(Semaoen, 24 Juli 1919)
Quotes diatas tercantum diawal buku Di Bawah Lentera Merah karya Soe Hoek
Gie. Dalam buku yang ditawarkan Soe Hoek Gie sebagai tugas akhir studi nya di
Universitas Indonesia ini, uraian difokuskan pada perkembangan sosialisme
diawal-awal berkembangnya marxisme di Indonesia, khusunya di Semarang.
Dengan Semaun dan Darsono sebagai narasumber, buku ini menjelaskan
perjalanan dan sepak terjang Central Sarekat Islam Semarang dalam
menggerakkan rakyat kelas bawah (buruh) Semarang menentang majikannya.
Terlepas dari bagaimana stigma terhadap sosialisme terutama komunisme
semenjak terjadinya pemberontakan G-30S PKI, sosialisme tetaplah salah satu
bagian dari pergerakan merintis kmerdekaan Indonesia. Terlepas dari Semaun
ikut membersamai pemberontakan PKI di Madiun, ia adalah salah satu dari
sedikit orang di Indonesia di jamannya yang punya pemikiran jauh dan tingkat
viskositas ideologi yang sangat kental, sebagaimana Soekarno dengan
marhaenisme. Bersama dengan Darsono dan Mas Marco, Semaun membentuk 3
serangkai seperti Indische Partij nya Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan
KH Mas Mansyur.
Dalam tulisan ini saya akan menuliskan lagi beberapa Quotes yang dicantumkan
Soe Hoek Gie dalam bukunya. Quotes dalam buku ini dikutip dari ungkapan
beberapa tokoh tentang pergerakan sosialis di Indonesia.
The revolte were not certainly not bred in misery among poverty-sticken, or
expoited peasant and labores living under the yoke of western imperialism
(Harry J. Benda)
Bangunlah bangsa jang tertindas. Bangoenlah kaoem jang lapar, Kehendak jang
moelia dalam doenia. Linjaplah adat fikiran toea. Hamba rajat sadar, sadar
Doenia telah berganti roepa, Bafsoelah soedah tersebar..
(terjemahan teks Internationale oleh Suwardi Suryaningrat)