Anda di halaman 1dari 2

P U S A T

I N F O R M A S I
K O M P A S
Palmerah Selatan 26 - 28 Jakarta, 10270
Telp. 5347710, 5347720, 5347730, 5302200
Fax. 5347743
=============================================
KOMPAS Selasa, 19-05-1998. Halaman: 1

ABRI: ITU PENDAPAT INDIVIDUAL


* Usulkan Pembentukan Dewan Reformasi
Jakarta, Kompas
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) menyatakan bahwa
pernyataan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar Presiden
Soeharto mengundurkan diri merupakan sikap dan pendapat individual
meskipun pernyataan itu disampaikan secara kolektif.
"Sesuai dengan konstitusi, pendapat seperti itu tidak memiliki
ketetapan hukum. Pendapat DPR harus diambil oleh seluruh anggota Dewan
melalui Sidang Paripurna DPR," demikian penegasan Panglima ABRI
Jenderal TNI Wiranto.
Sikap ABRI itu disampaikan oleh Jenderal Wiranto setelah ia
memimpin rapat kilat dengan para kepala staf dan Kapolri serta para
panglima komando militer di Markas Besar ABRI Merdeka Barat, Jakarta,
Senin (18/5) malam. Pernyataan itu dikeluarkan ABRI, sekitar 4,5 jam
setelah pimpinan DPR menyatakan sikapnya tentang reformasi dan
suksesi.
Ketika menyampaikan pernyataan itu di depan sekitar 100 wartawan
dalam dan luar negeri, Wiranto didampingi seluruh kepala staf dan
Kapolri, serta para panglima komando operasi, termasuk Pangkostrad
Letjen TNI Prabowo Subianto. Hadir antara lain Kepala Staf TNI AD
(KSAD) Jenderal TNI Subagyo Hadisiswoyo, Kepala Staf TNI AL (KSAL)
Laksamana TNI Arief Kushariadi, Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI
Sutria Tubagus, Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Dibyo Widodo,
Kepala Staf Umum (Kasum) ABRI Letjen TNI Fachrul Razi, Panglima
Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Mudjito,
Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Panglima Komando
Operasi TNI AU (Pangkoopsau) Marsda TNI Abdullah Syirat, dan Sekjen
Dephankam Letjen TNI Suyono.
"ABRI masih berpendapat bahwa tugas dan kewajiban mendesak
pemerintah yang menjadi tanggung jawab Presiden adalah melaksanakan
reshuffle kabinet, melaksanakan reformasi secara menyeluruh, dan
mengatasi krisis. Ini penting dilakukan agar bangsa Indonesia segera
dapat keluar dari masa krisis ini," katanya.
Agar reformasi yang hendak dilakukan dapat berjalan dengan baik,
menurut Wiranto, ABRI menyarankan agar dibentuk Dewan Reformasi yang
beranggotakan unsur pemerintah dan masyarakat, terutama kampus dan
tokoh-tokoh kritis. Dewan ini, katanya, akan berdampingan dengan DPR
dan bekerja secara intensif.
Antisipasi aksi 20 Mei
Panglima ABRI juga membuat pernyataan tentang sikap ABRI dalam
mengantisipasi aksi massal yang akan dilakukan di berbagai kota pada
20 Mei 1998. "Masih hangat dalam ingatan kita, perusakan, pembakaran,
penjarahan massal yang dilakukan secara kalap oleh masyarakat yang
lupa diri akibat termakan ajakan, hasutan, dan dorongan dari pihak
yang tidak bertanggung jawab, yang hanya mengutamakan kepentingan

pribadi atau kelompok pribadi," katanya.


Akibat dari kegiatan itu, menurut dia, dapat disaksikan sesuatu
yang sangat menyedihkan. "Di samping korban jiwa dan kerugian material
yang sangat tinggi, kita juga masih akan merasakan akibat berantai
dari kejadian tersebut dalam waktu yang cukup lama. Betapa berat dan
mahal risiko dari suatu komunitas yang telah kehilangan kontrol sesaat
atas dirinya, mengingkari agama, hukum, dan etika," demikian Wiranto.
"Belum dingin bara api yang melalap bangunan pemerintah dan
toko-toko dan rumah penduduk, belum selesai para keluarga meratapi
familinya yang menjadi korban kerusuhan massa, belum selesai berbagai
pihak memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kesalahan dan
kealpaannya, ada sebagian masyarakat yang mencoba kembali melakukan
kegiatan menumpuk massa secara besar-besaran untuk dikerahkan pada 20
Mei 1998," tutur Wiranto.
Ia menyebutkan langkah itu memiliki potensi kerawanan yang sama
dengan peristiwa menyedihkan yang baru saja dialami bersama. Mereka,
katanya, lupa, bahkan tidak ambil peduli terhadap korban jiwa,
harta-benda masyarakat, hukum, bahkan konstitusi. Mereka, menurut dia,
terdorong oleh kebebasan yang berlebihan, sehingga mengganggu
kebebasan orang lain, bahkan mengancam kebebasan jiwa dan harta
masyarakat, dan fasilitas umum.
Karena itu, kata Wiranto, ABRI sebagai bhayangkari negara yang
tetap konsisten akan peranannya sebagai stabilisator - yang berarti
membela dan menjaga konstitusi dan stabilitas nasional - mengharapkan
kepada seluruh masyarakat untuk tetap melakukan kegiatan dalam
rambu-rambu hukum dan peraturan yang berlaku.
Ia minta masyarakat tidak terpengaruh dan terhasut untuk melakukan
berbagai tindakan yang nyata-nyata hanya akan mengeruhkan suasana,
bahkan tergiring untuk berhadapan dengan aparat keamanan.
ABRI, ujarnya, mengingatkan bahwa bangsa yang tidak menghormati
dan mengingkari konstitusinya niscaya tidak akan pernah tenang, bahkan
akan sangat mudah terjerumus ke dalam lembah kehancuran.
"Maka bagi pihak yang ingin menghasut, mendorong rakyat untuk
bertindak anarkis, saya serukan agar memikirkan dan menghentikan
kegiatannya itu," ujarnya. (vik/ast/ama)
Foto:
Kompas/ed
SIKAP ABRI -- Menhankam/Pangab Jenderal TNI Wiranto dalam pertemuan
pers di Markas Besar ABRI Merdeka Barat, Jakarta, Senin (18/5) malam,
mengumumkan sikap ABRI yang menyebutkan pernyataan pimpinan DPR itu
bersifat individual dan tidak memiliki dasar hukum.

Anda mungkin juga menyukai