Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kelompok 3

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA


PERPAJAKAN, PEMERIKSAAN PAJAK

Disusun Oleh:
1. Bima Perdana Putra (14043068)
2.Dilla Palasari (14043004)
3. Feby Ramadhani (14043108)
4.Wilda Desti Karinda (14043143)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang
2015

A. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU NO 28 TAHUN 2007)


Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan adalah UU No. 6 tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 tahun 1994,

dengan UU No. 16 tahun 2000, terakhir dengan UU No. 28 tahun 2007. Undang-undang tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Sistem perpajakan yang dianut di Indonesia adalah self assesment, yaitu Wajib Pajak diberikan
kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak yang terutang, menyetornya, serta
melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut, sedangkan fungsi Di
{O+ektorat Jenderal pajak adalah melakukan pengawasan atas sistem self assesment tersebut agar
Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan. Penghitungan
pajak yang terutang diatur dalam undang-undang material perpajakan sebagaimana tersebut dalam UU
PPh dan UU PPN. Sementara itu pendaftaran, penyetoran, dan pelaporan pajak, serta wewenang
Direktorat Jenderal pajak diatur dalam undang-undang formal perpajakan sebagaimana tercantum
dalam UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (selanjutnya disebut UU KUP), yang mengatur tentang
hak dan kewajiban Wajib Pajak serta wewenang Direktorat Jenderal Pajak, termasuk sanksi
perpajakan apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan
UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan
kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan. Beberapa istilah baru yang muncul pada
UU No. 28 tahun 2007, antara lain:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan.
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan,
dll.
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagi tanda pengenal diri Wajib Pajak.
Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu.
Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender.
Bagian Tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.
Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu bagian tahun pajak.
Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak.
Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau dengan cara lain.
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang berhubungan dengan pembayaran pajak.
UU No. 28 tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban Wajib Pajak, wewenang dan
kewajiban aparat pemungut pajak, serta sanksi perpajakan.
B. SURAT PEMBERITAHUAN
a. Pengertian Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan yaitu surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan
dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. KUP:pasal 1, angka 11.
b. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
1. Fungsi SPT bagi wajib pajak PPh:
a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang;
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak;
c. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri dan/atau
melalui pemotongan atau pemungutan pajak lain dalam satu tahun pajak;
2. Fungsi SPT bagi pemotong atau pemungut pajak :
a. Sebagai sarana untuk malaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya

3. Fungsi SPT bagi pengusaha kena pajak


a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah PPN dan
PPn-BM yang seharusnya terutang;
b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan oleh Pengusaha
Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak yang telah ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
c. Untuk melaporkan pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
c. Kewajiban terhadap SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak. KUP : Pasal
3 ayat (1)
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan adalah :
Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas Masa Pajak
3

ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari setelah
saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir.
Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT Tahunan paling
lambat sebelum SPT disampaikan.
Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di
daerah tertentu paling lama 2 bulan.
d. Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak
Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2% (dua persen)
sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak yang alpa tidak
menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap dan dapat
merugikan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana tetapi dikenai sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.
C. PEMERIKSAAN PAJAK
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :
a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak;
b. SPT rugi;
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran)
disampaikan;
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya; atau
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis (risk based
selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Tujuan lain, yaitu:
a. Pemberian NPWP secara jabatan;
b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan dan/ atau;
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan
4

jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:


1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan
Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan
dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim
Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan; dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui
pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang tidak berhak.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan
jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :
1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan
Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Pemeriksa
Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan; dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui
pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan,
barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga
digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
5

pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat
memberi petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya
kepada Pemeriksaan Pajak;
4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa :
a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau
keahlian khusus;
b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang
bergerak dan/atau tidak bergerak; dan /atau
c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan
dalam hal jumlah buku, cacatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit
untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib :
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data
yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan
peyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan
Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Hal Lainnya Yang Perlu Diketahui


1. Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.
2. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di
6

tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) meliputi tahun-tahun yang lalu


maupun tahun berjalan.
3. Apabila WP tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk
memasuki tempat atau ruangan tertentu dan menolak memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan, maka pemeriksa pajak berwenang melakukan
penyegelan.
D. PENYIDIKAN PAJAK
1. Pengertian
- Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu akan dapat
menunjukkan adanya tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
- Penyidik pajak adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan, sebagaimana dimaksud dalamundang-undang hukum acara pidana yang
berlaku.
- Penyidikan merupakan proses kelanjutan dari hasil pemeriksaan yang mengindikasikan adanya
bukti permulaan tindak pidana perpajakan.
- Berdasarkan KEP - 02/PJ.7/1990, 24-12-1990, bukti permulaan adalah keadaan dan/atau buktibukti berupa keterangan, tulisan, perbuatan, atau benda-benda yang dapat memberi petunjuk
bahwa suatu tindak pidana sedang atau telah terjadi yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang dapat
menimbulkan kerugian pada negara.

2. Tugas dan Wewenang Penyidik


Tugas Penyidik
Tugas penyidik adalah mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya
Wewenang Penyidik
menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;

meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan;
memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana
di bidang perpajakan;
melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap
bahan bukti tersebut;
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan;
menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas
orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi;
menghentikan penyidikan;
melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Kegiatan Penyidikan
1 Penyidikan tindak pidana perpajakan dilaksanakan berdasarkan surat perintah penyidikan yang
) ditandatangani oleh Dirjen Pajak atau Kepala kantor Wilayah DJP
2 Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
) kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai
dengan ketentuan yang diatur undang-undang hukum acara pidana yang berlaku
3 Untuk menambah atau melengkapi petunjuk dan bukti permulaan yang sudah ada, penyidik pajak
) berwenang memanggil tersangka, saksi, atau saksi ahli melalui surat panggilan. Dalam hal yang
dipanggil tidak ada di tempat maka surat panggilan diterimakan kepada keluarganya atau ketua
RT atau ketua RW atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat menjamin bahwa surat panggilan
tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan
4 Apabila tersangka atau saksi atau saksi ahli tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang patut
) dan wajar atau menolak untuk menerima dan menandatangani surat panggilan, kepadanya
diterbitkan dan disampaikan panggilan kedua. Apabila masih bersikap sama maka penyidik pajak
dapat meminta bantuan Polri untuk menghadirkan yang bersangkutan
5 Sebelum penyidikan dimulai, penyidik pajak harus memberitahukan kepada tersangka hak untuk
) mendapatkan bantuan hukum dari penasehat hukum serta menjelaskan apa yang disangkakan
8

kepadanya dengan jelas dan dalam bahasa yang dimengerti


6 Apabila Saksi diperkirakan tidak dapat hadir pada saat persidangan maka pemeriksaan
) terhadapnya dilakukan terlebih dahulu diambil sumpahnya oleh penyidik pajak
7 Apabila tersangka atau saksi dikhawatirkan akan meninggalkan wilayah Indonesia maka
) penyidik pajak dapat segera meminta bantuan kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan
pencekalan
8 Dalam melakukan penyidikan penyidik pajak harus memperhatikan asas hukum dan norma
) penyidikan yang berlaku

4.Asas-asas Hukum dan Norma Penyidikan


Asas-Asas Hukum
Asas-asas hukum yang berlaku termasuk :
Asas Praduga Tak Bersalah adalah bahwa setiap orang yang disangka dituntut atau dihadapkan
dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap
Asas persamaan di muka hukum adalah bahwa setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dimuka hukum tanpa perbedaan
Asas Hak memperoleh bantuan/penasehat hukum adalah bahwa setiap tersangka perkara tindak
pidana di bidang perpajakan wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata
diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya sejak dilakukan pemeriksaan
terhadapnya
Norma Penyidikan
Dalam melakukan tugasnya penyidik pajak harus berlandaskan kepada ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, KUHAP dan hukum pidana yang berlaku
Penyidik pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan meningkatkan sikap terpuji sejalan
dengan tugas, fungsi, wewenang serta tanggung jawabnya
Penyidik pajak harus membawa tanda pengenal pajak dan surat perintah penyidikan pada saat
melakukan penyidikan
Penyidik dapat dibantu oleh peetugas pajak lain atas tanggung jawabnya berdasarkan izin tertulis dari
atasannya
Penyidikan dilaksanakan berdasarkan Laporan Bukti Permulaan dan Surat Perintah Penyidikan
Penyidik pajak dalam setiap tindakannya harus membuat Laporan dan Berita Acara

E. SURAT KETETAPAN PAJAK


Prinsip self-assessment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan adalah bahwa
Wajib Pajak (WP) diwajibkan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar
sendiri, dan melaporkan pajak yang terutang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, sehingga penentuan besarnya pajak yang
terutang dipercayakan pada WP sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang
disampaikannya. Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya terbatas kepada
WP tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau
karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh WP.

A. Fungsi Surat Ketetapan Pajak


Surat ketetapan pajak berfungsi sebagai :
1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap WP tertentu yang nyata-nyata
atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan atau
kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

B. Jenis-Jenis Ketetapan Pajak


1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah
pajak yang masih harus dibayar.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

C. Surat Tagihan Pajak


Surat Tagihan Pajak (STP) diterbitkan dalam hal :
1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
2. Dari hasil penelitian SPT terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah
tulis dan/atau salah hitung;
3. WP dikenakan sanksi administrasi denda dan/atau bunga;
4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
10

membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
5. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap, selain:
a. identitas pembeli (Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak) atau
b. identitas pembeli (Nama, alamat, dan NPWP pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak) serta nama dan tandatangan (Nama, jabatan dan
tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak) dalam hal penyerahan
dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;
6. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak; atau
7. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan.
Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat
ketetapan pajak, sehingga dalam hal penagihannya dapat dilakukan dengan
Surat Paksa.

D.Daluwarsa Penetapan Pajak


Daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
Pajak atau tahun Pajak.

11

Anda mungkin juga menyukai