discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/278031564
DOWNLOADS
VIEWS
43
52
2 AUTHORS, INCLUDING:
Rika Ampuh Hadiguna
Universitas Andalas
29 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
ISSN : 2355-925X
Abstrak
Manajemen logistik yang baik membutuhkan mekanisme umpan balik. Hasil umpan balik ini dikenal dengan
kinerja. Pengukuran kinerja membutuhkan indikator-indikator kinerja yang dirumuskan berdasarkan aktivitas
logistik penanggulangan bencana. Setiap daerah akan berbeda indikator-indikatornya selain jenis bencana
yang terjadi. Makalah ini bertujuan memaparkan model pengukuran kinerja logistik untuk bencana gempa
bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan fase pemulihan.Tahapan studi yang telah dilakukan terdiri
dari analisis kebutuhan, pengumpulan data, perumusan indikator-indikator kinerja dan perancangan kerangka
kerja sistem informasi berbasis mobile applications. Metoda yang diterapkan adalah Integrated Performance
Measurement Sistem (IPMS). Hasil studi mengusulkan 19 indikator kinerja untuk logistik penanggulangan
bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan 18 indikator kinerja untuk logistik
penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase pemulihan. Kedua jenis indikator kinerja ini
memiliki hubungan.
Kata kunci: kinerja, logistik, bencana, tanggap darurat, pemulihan
Pendahuluan
Bencana alam yang terjadi antara tahun 1974 sampai 2003 telah terjadi 6.637 bencana alam
sebagaimana yang dipaparkan oleh Ergun dkk. (2009) telah memberikan dampak lebih dari 5,1
miliar orang dengan rincian sekitar 182 juta tunawisma, 2 juta orang meninggal, dan kerugian
dilaporkan sekitar USD138 juta di seluruh dunia. Holguin-Veras dkk. (2012) telah memberikan
informasi tentang kejadian gempa bumi di Port-au-Prince, meskipun kontroversi, banyak korban
tewas antara 100.000 dan 316.000 orang.Indonesia adalah salah satu dari negara-negara di Asia
yang memiliki dengan risiko tinggi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah
longsor dan erupsi gunung berapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada
13 jenis bencana yang terjadi pada tahun 2009 dengan gempa bumi sebagai peristiwa yang paling
umum. Bencana ini mempengaruhi 11.056.806 orang, menyebabkan 172.136 kematian, dan
perkiraan biaya Rp 11 miliar. Khusus di awal tahun 2014, BNPB juga melaporkan sebanyak 137
orang tewas dan 1,1 juta lainnya mengungsi akibat bencana yang terjadi di Indonesia.
Manajemen logistik bencana perlu penanganan khusus karena berbeda dengan logistik bisnis
karena faktor ketidakpastian yang tinggi Lee dkk (2009). Studi yang telah dilakukan oleh
Kusumastuti dkk. (2010) menunjukan bahwa praktek logistik bencana di Indonesia masih ada
kesenjangan antara harapan korban bencana dan waktu respon yang sebenarnya. Rossem dan
Krukkert (2010) berpendapat bahwa faktor penting dalam logistik bencana di Indonesia adalah
koordinasi antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan bantuan logistik. Sejalan dengan itu,
Gu (2011) berpendapat bahwa faktor pengaruh utama dalam logistik bencana adalah kebutuhan
demandpoints darurat, waktu tempuh pendistribusian dan ketersediaan kendaraan transportasi.
Hadiguna dan Wibowo (2012) berpendapat alokasi dana dan transportasi pendistribusian bantuan
menentukan tingkat efektivitas dibandingkan tingkat kerusakan akibat bencana pada fase tanggap
darurat.
Manajemen logistik yang baik membutuhkan mekanisme umpan balik. Hasil umpan balik ini
dikenal dengan kinerja. Setiap daerah akan berbeda indikator-indikatornya selain jenis bencana
yang terjadi. Makalah ini bertujuan memaparkan model pengukuran kinerja logistik untuk bencana
gempa bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan fase pemulihan.
Metodologi Penelitian
Tahapan studi yang telah dilakukan terdiri dari analisis kebutuhan, pengumpulan data,
perumusan indikator-indikator kinerja dan perancangan kerangka kerja sistem informasi berbasis
mobile applications. Analisis kebutuhan dilakukan melalui wawancara dan diskusi dengan Bidang
Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Sumatera Barat, Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
028-1
ISSN : 2355-925X
BPBD Provinsi Sumatera Barat, dan Staf Sekretariat Pusat kendali Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana Kota Padang. Tahapan kedua adalah mengumpulkan data level
organisasi logistik bencana gempa dan tsunami di kota Padang sertastakeholderdankebutuhannya.
Tahapan ketiga adalah perumusan indikator-indikator kinerja untuk kedua fase. Metoda yang
diterapkan adalahIntegrated Performance Measurement System (IPMS).
Tahap akhir dari studi adalah merancang kerangka kerja sistem informasi berbasis mobile
application sebagai produk nyata dari model pengukuran kinerja. Perancangan dilakukan dengan
menetapkan komponen-komponen yang dibutuhkan dan hubungan antar komponen. Rancangan
menetapkan pengguna utama sistem adalah BPBD Kota Padang. Batasan rancangan dalam studi ini
adalah konseptual.
Hasil dan Pembahasan
Perancangan indikator kinerja logistik penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di
Kota Padang dibagi menjadi dua bagian, yaitu fase tanggap darurat danfase pemulihan. Pemangku
kepentingan (stakeholder)pada fase tanggap darurat adalah (1) Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD); (2) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG); (3) Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja (Disosnaker); (4) Dinas Kesehatan; (5) Badan SAR Daerah; (6) PMI Cabang; dan (7)
Korban. Stakeholder pada fase pemulihanadalah (1) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD); (2) Dinas Pekerjaan Umum; (3) PT. PLN (Persero); (4) Dinas Perindustrian Perdagangan
Pertambangan dan Energi; (5) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo);
(6) Dinas Kesehatan; (7) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disosnaker); (8) Dinas Pendidikan; (9)
Kantor Wilayah Kementerian Agama; dan (10) Korban.
Tabel 1adalah kumpulan indikator kinerja untuk fase tanggap darurat. Dalam
penanggulangan bencana di Kota Padang yang menjadi pesaing BPBD Kota Padang adalah
Lembaga Usaha dan Lembaga internasional yang memiliki tujuan sama yaitu memberikan bantuan
dengan cepat terhadap korban seperti Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Mercy Corps,
Australian Aid, dan Republique Francaise. Tabel 2 adalah kumpulan indikator kinerja fase
pemulihan. Penanggulangan bencana fase rehabilitasi dan rekontruksi yang menjadi pesaing BPBD
adalah Lembaga Usaha dan Lembaga internasional yang memiliki tujuan sama yaitu memulihkan
keadaan pasca bencana dengan melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi. Lembaga usaha
dan Lembaga Internasional tersebut seperti Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Kota Padang,
Mercy Corps, Australian Aid, Republique Francaise, UNICEF, UNESCO dan UN-OCHA.
Tabel 1 Indikator-indikatorkinerja fase tanggap darurat
Stakeholder
Obyektif
Menjamin kebutuhan setiap sektor/instansi terpenuhi demi tercapainya penanggulangan yang efektif dan efisien
BPBD Kota
Padang
BMKG
Dinas Sosial
Indikator Kinerja
Formulasi
{(Banyak barang yang sesuai dengan setiap sektor/instansi)/(total barang yang diterima)} x 100%
(perbedaan kuantitas data dan informasi
fisik dengan sistem/total data dan informasi) x 100%
(banyak kebutuhan korban yang terpenuhi/banyak kebutuhan korban sesuai data
dan informasi) x 100%
(jumlah dana yang dikeluarkan/jumlah
dana yang dibutuhkan) x 100%
(jumlah dana yang dikeluarkan tepat
waktu/jumlah dana yang dikeluarkan) x
100%
(banyak penanggulangan yang terlaksana
sesuai data dan informasi/banyak
penanggulangan yang direncanakan
berdasarkan data dan informasi) x 100%
(banyak penanggulangan yang terlaksana/banyak penanggulangan yang
direncanakan) x 100%
Banyak bantuan darurat, sandang dan peralatan evakuasi di gudang- banyak kebutuhan terhadap bantuan darurat, sandang dan peralatan evakuasi
028-2
ISSN : 2355-925X
Jumlah kebutuhan barang
yang terdistribusi tepat
waktu
Jumlah bantuan yang terdistribusi sesuai dengan
kebutuhan
Jumlah kaum rentan yang
menjadi korban
Data dan informasi mengenai kebutuhan rehabilitasi terpenuhi untuk penanganan kedepannya
Dinas Kesehatan
Korban
SAR
PMI
Obyektif
Mengetahui tingkat kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana
BPBD Kota
Padang
Dinas Pekerjaan
Umum
Indikator Kinerja
Kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan bencana
Formulasi
(Banyak kerusakan fisik dan non fisik +
jumlah kerugian materil dan non materil)
Infrastruktur, fasilitas
umum dan fasilitas sosial
yang membutuhkan perbaikan
Infrastruktur, fasilitas
umum dan fasilitas sosial
yang telah mendapatkan
perbaikan
Rata-rata fasilitas pelayanan masyarakat yang
mengalami kerusakan
Fasilitas pelayanan masyarakat yang telah mendapatkan perbaikan
Jumlah korban yang perlu mendapatkan perawatan lanjutan
028-3
ISSN : 2355-925X
Dinas Sosial
Dinas Pendidikan
Departemen
Agama
(Jumlah kebutuhan sosial, budaya, ekonomi, dan psikologis yang terpenuhi/jumlah kebutuhan sosial, budaya,
ekonomi, dan psikologis yang dibutuhkan) x 100%
Fasilitas pendidikan
yang telah kembali ke
kondisi normal
Korban yang telah mendapatkan pendidikan
yang layak
Fasilitas peribatan yang
telah mendapatkan perbaikan
Rata-rata korban yang
ikut berperan serta dalam
kegiatan penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi
Korban yang membutuhkan penanggulangan rehabilitasi dan
rekonstruksi
Korban
Mendapatkan penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan
kebutuhan
Kesimpulan
Hasil studi mengusulkan 19 indikator kinerja untuk logistik penanggulangan bencana gempa
bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan 18 indikator kinerja untuk logistik
penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase pemulihan yang didedikasikan untuk
Kota Padang. Kedua jenis indikator kinerja ini memiliki hubungan. Hasil studi ini sangat
bermanfaat sebagai salah satu upaya untuk mengatasi hambatan koordinasi. Usulan indikatorindikator kinerja ini dapat dipertimbangkan untuk penanganan bencana lain. Selain itu, usulan ini
juga dapat menjadi acuan pada wilayah lain yang memiliki potensi bencana gempa bumi dan
tsunami.
Daftar Pustaka
Ergun, O., Karakus, G., Keskinocak, P., Swann, J., dan Villarreal, M., 2009,Humanitarian supply
chain management Anoverview.http://drops.dagstuhl.de/volltexte/2009/2181/pdf/09261.
ErgunOzlem.ExtAbstract.2181.pdf, diakses pada 25 September 2011.
Gu, Y., 2011, Research on optimization of relief supplies distribution aimed to minimize disaster
losses. Journal of Computers, vol. 6 no. 3, 603609.
Holgun-Veras, J., M. Jaller, dan Wachtendorf, T., 2012, Comparative performance of alternative
humanitarian logistic structures after the Port au Prince earthquake: ACEs, PIEs, and
028-4
ISSN : 2355-925X
CANs,Journal of Transportation Research Part A: Policy and Practice, vol. 46 no. 10,
1623-1640.
Kusumastuti, R.D., Wibowo, S.S. dan Insanita, R., 2010, Relief logistics practices in Indonesia: A
survey. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1681217 diakses pada 12
November 2011.
Lee, Y.M., Ghosh, S., dan Ettl, M., 2009,Simulating distribution of emergency relief supplies for
disaster response operations, M. D. Rossetti, R. R. Hill, B. Johansson, A. Dunkin and R. G.
Ingalls, eds., Proceedings of the 2009 Winter Simulation Conference, 2797-2808.
Rossum, J. van. dan Krukkert, R., 2010, Disaster management in Indonesia: Logistical coordination
and cooperation to create effective relief operations,Journal of Industrial Engineering, vol.
12 no. 1,25-32.
Hadiguna, R.A. dan Wibowo, A. 2012, Simulasi sistim logistik bantuan bencana gempa tsunami:
studi kasus di Kota Padang, Jurnal Teknik Industri, vol. 13, no. 2, 116-125.
028-5