Anda di halaman 1dari 6

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: http://www.researchgate.net/publication/278031564

MODEL PENGUKURAN KINERJA LOGISTIK


BENCANA PADA FASE TANGGAP DARURAT
DAN PEMULIHAN
CONFERENCE PAPER JUNE 2014

DOWNLOADS

VIEWS

43

52

2 AUTHORS, INCLUDING:
Rika Ampuh Hadiguna
Universitas Andalas
29 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE

Available from: Rika Ampuh Hadiguna


Retrieved on: 20 September 2015

SNTI IV-2014 Universitas Trisakti

ISSN : 2355-925X

MODEL PENGUKURAN KINERJA LOGISTIK BENCANA PADA FASE


TANGGAP DARURAT DAN PEMULIHAN
Rika Ampuh Hadiguna1),Wina Elisya1)
1

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Andalas


Kampus Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat
Email: hadiguna@ft.unand.ac.id

Abstrak
Manajemen logistik yang baik membutuhkan mekanisme umpan balik. Hasil umpan balik ini dikenal dengan
kinerja. Pengukuran kinerja membutuhkan indikator-indikator kinerja yang dirumuskan berdasarkan aktivitas
logistik penanggulangan bencana. Setiap daerah akan berbeda indikator-indikatornya selain jenis bencana
yang terjadi. Makalah ini bertujuan memaparkan model pengukuran kinerja logistik untuk bencana gempa
bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan fase pemulihan.Tahapan studi yang telah dilakukan terdiri
dari analisis kebutuhan, pengumpulan data, perumusan indikator-indikator kinerja dan perancangan kerangka
kerja sistem informasi berbasis mobile applications. Metoda yang diterapkan adalah Integrated Performance
Measurement Sistem (IPMS). Hasil studi mengusulkan 19 indikator kinerja untuk logistik penanggulangan
bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan 18 indikator kinerja untuk logistik
penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase pemulihan. Kedua jenis indikator kinerja ini
memiliki hubungan.
Kata kunci: kinerja, logistik, bencana, tanggap darurat, pemulihan

Pendahuluan
Bencana alam yang terjadi antara tahun 1974 sampai 2003 telah terjadi 6.637 bencana alam
sebagaimana yang dipaparkan oleh Ergun dkk. (2009) telah memberikan dampak lebih dari 5,1
miliar orang dengan rincian sekitar 182 juta tunawisma, 2 juta orang meninggal, dan kerugian
dilaporkan sekitar USD138 juta di seluruh dunia. Holguin-Veras dkk. (2012) telah memberikan
informasi tentang kejadian gempa bumi di Port-au-Prince, meskipun kontroversi, banyak korban
tewas antara 100.000 dan 316.000 orang.Indonesia adalah salah satu dari negara-negara di Asia
yang memiliki dengan risiko tinggi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah
longsor dan erupsi gunung berapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada
13 jenis bencana yang terjadi pada tahun 2009 dengan gempa bumi sebagai peristiwa yang paling
umum. Bencana ini mempengaruhi 11.056.806 orang, menyebabkan 172.136 kematian, dan
perkiraan biaya Rp 11 miliar. Khusus di awal tahun 2014, BNPB juga melaporkan sebanyak 137
orang tewas dan 1,1 juta lainnya mengungsi akibat bencana yang terjadi di Indonesia.
Manajemen logistik bencana perlu penanganan khusus karena berbeda dengan logistik bisnis
karena faktor ketidakpastian yang tinggi Lee dkk (2009). Studi yang telah dilakukan oleh
Kusumastuti dkk. (2010) menunjukan bahwa praktek logistik bencana di Indonesia masih ada
kesenjangan antara harapan korban bencana dan waktu respon yang sebenarnya. Rossem dan
Krukkert (2010) berpendapat bahwa faktor penting dalam logistik bencana di Indonesia adalah
koordinasi antara semua pihak yang terlibat dalam kegiatan bantuan logistik. Sejalan dengan itu,
Gu (2011) berpendapat bahwa faktor pengaruh utama dalam logistik bencana adalah kebutuhan
demandpoints darurat, waktu tempuh pendistribusian dan ketersediaan kendaraan transportasi.
Hadiguna dan Wibowo (2012) berpendapat alokasi dana dan transportasi pendistribusian bantuan
menentukan tingkat efektivitas dibandingkan tingkat kerusakan akibat bencana pada fase tanggap
darurat.
Manajemen logistik yang baik membutuhkan mekanisme umpan balik. Hasil umpan balik ini
dikenal dengan kinerja. Setiap daerah akan berbeda indikator-indikatornya selain jenis bencana
yang terjadi. Makalah ini bertujuan memaparkan model pengukuran kinerja logistik untuk bencana
gempa bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan fase pemulihan.
Metodologi Penelitian
Tahapan studi yang telah dilakukan terdiri dari analisis kebutuhan, pengumpulan data,
perumusan indikator-indikator kinerja dan perancangan kerangka kerja sistem informasi berbasis
mobile applications. Analisis kebutuhan dilakukan melalui wawancara dan diskusi dengan Bidang
Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Sumatera Barat, Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi

028-1

SNTI IV-2014 Universitas Trisakti

ISSN : 2355-925X

BPBD Provinsi Sumatera Barat, dan Staf Sekretariat Pusat kendali Logistik dan Peralatan
Penanggulangan Bencana Kota Padang. Tahapan kedua adalah mengumpulkan data level
organisasi logistik bencana gempa dan tsunami di kota Padang sertastakeholderdankebutuhannya.
Tahapan ketiga adalah perumusan indikator-indikator kinerja untuk kedua fase. Metoda yang
diterapkan adalahIntegrated Performance Measurement System (IPMS).
Tahap akhir dari studi adalah merancang kerangka kerja sistem informasi berbasis mobile
application sebagai produk nyata dari model pengukuran kinerja. Perancangan dilakukan dengan
menetapkan komponen-komponen yang dibutuhkan dan hubungan antar komponen. Rancangan
menetapkan pengguna utama sistem adalah BPBD Kota Padang. Batasan rancangan dalam studi ini
adalah konseptual.
Hasil dan Pembahasan
Perancangan indikator kinerja logistik penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami di
Kota Padang dibagi menjadi dua bagian, yaitu fase tanggap darurat danfase pemulihan. Pemangku
kepentingan (stakeholder)pada fase tanggap darurat adalah (1) Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD); (2) Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG); (3) Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja (Disosnaker); (4) Dinas Kesehatan; (5) Badan SAR Daerah; (6) PMI Cabang; dan (7)
Korban. Stakeholder pada fase pemulihanadalah (1) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD); (2) Dinas Pekerjaan Umum; (3) PT. PLN (Persero); (4) Dinas Perindustrian Perdagangan
Pertambangan dan Energi; (5) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo);
(6) Dinas Kesehatan; (7) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Disosnaker); (8) Dinas Pendidikan; (9)
Kantor Wilayah Kementerian Agama; dan (10) Korban.
Tabel 1adalah kumpulan indikator kinerja untuk fase tanggap darurat. Dalam
penanggulangan bencana di Kota Padang yang menjadi pesaing BPBD Kota Padang adalah
Lembaga Usaha dan Lembaga internasional yang memiliki tujuan sama yaitu memberikan bantuan
dengan cepat terhadap korban seperti Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), Mercy Corps,
Australian Aid, dan Republique Francaise. Tabel 2 adalah kumpulan indikator kinerja fase
pemulihan. Penanggulangan bencana fase rehabilitasi dan rekontruksi yang menjadi pesaing BPBD
adalah Lembaga Usaha dan Lembaga internasional yang memiliki tujuan sama yaitu memulihkan
keadaan pasca bencana dengan melakukan kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi. Lembaga usaha
dan Lembaga Internasional tersebut seperti Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Kota Padang,
Mercy Corps, Australian Aid, Republique Francaise, UNICEF, UNESCO dan UN-OCHA.
Tabel 1 Indikator-indikatorkinerja fase tanggap darurat
Stakeholder

Obyektif
Menjamin kebutuhan setiap sektor/instansi terpenuhi demi tercapainya penanggulangan yang efektif dan efisien

BPBD Kota
Padang

Menjamin kebutuhan korban terpenuhi


sesuai dengan jumlah data dan informasi yang didapat

Aliran dana penanggulangan bencana


berjalan lancar tanpa terkendala oleh
waktu

BMKG

Dinas Sosial

Membantu komando tanggap darurat


untuk menetapkan penanggulangan
yang akan dilakukan

Memaksimalkan pendistribusian bantuan darurat, sandang dan peralatan


evakuasi dengan baik, cepat dan tepat

Indikator Kinerja

Formulasi

Kesesuian kebutuhan setiap sektor/instansi saat


penerimaan
Keakuratan data dan informasi mengenai kebutuhan korban
Kebutuhan korban yang
terpenuhi sesuai data dan
informasi yang diterima
Dana yang dikeluarkan
sesuai kebutuhan

{(Banyak barang yang sesuai dengan setiap sektor/instansi)/(total barang yang diterima)} x 100%
(perbedaan kuantitas data dan informasi
fisik dengan sistem/total data dan informasi) x 100%
(banyak kebutuhan korban yang terpenuhi/banyak kebutuhan korban sesuai data
dan informasi) x 100%
(jumlah dana yang dikeluarkan/jumlah
dana yang dibutuhkan) x 100%
(jumlah dana yang dikeluarkan tepat
waktu/jumlah dana yang dikeluarkan) x
100%
(banyak penanggulangan yang terlaksana
sesuai data dan informasi/banyak
penanggulangan yang direncanakan
berdasarkan data dan informasi) x 100%
(banyak penanggulangan yang terlaksana/banyak penanggulangan yang
direncanakan) x 100%
Banyak bantuan darurat, sandang dan peralatan evakuasi di gudang- banyak kebutuhan terhadap bantuan darurat, sandang dan peralatan evakuasi

Dna yang dikeluarkan


tepat waktu
Penanggulangan yang sesuai dengan data dan informasi
Program penanggulangan
yang terlaksana
Banyak bantuan darurat,
sandang dan peralatan
evakuasi yang tersedia

028-2

SNTI IV-2014 Universitas Trisakti

ISSN : 2355-925X
Jumlah kebutuhan barang
yang terdistribusi tepat
waktu
Jumlah bantuan yang terdistribusi sesuai dengan
kebutuhan
Jumlah kaum rentan yang
menjadi korban

Menjamin kebutuhan dasar terhadap


kaum rentan terpenuhi dengan baik,
cepat dan tepat

Data dan informasi mengenai kebutuhan rehabilitasi terpenuhi untuk penanganan kedepannya

Dinas Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan berjalan


dengan baik

Korban dievakuasi secepat mungkin

Korban

(jumlah bantuan yang terdistribusi/jumlah


bantuan yang dibutuhkan) x 100%
jumlah korban yang tidak tergolong rentan

Jumlah ketersediaan kebutuhan dasar digudang

(jumlah kebutuhan kaum rentan yang


terdistribusi tepat waktu/ jumlah kebutuhan kaum rentan yang dibutuhkan) x
100%
Jumlah kebutuhan yang tidak dasar yang
tersedia digudang

Keakuratan data dan informasi mengenai kebutuhan rehabilitasi

(perbedaan kuantitas data dan informasi


fisik dengan sistem/total data dan informasi) x 100%

Kebutuhan kaum rentan


yang terdistribusi tepat
waktu

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia


Ketersediaan sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan
Jumlah korban yang akan
dievakuasi

SAR

PMI

(jumlah kebutuhan yang di distribusikan


tepat waktu/ total kebutuhan yang terpenuhi) x 100 %

Tersedianya alat berat dan SDM dalam


proses evakuasi

Jumlah alat berat dan


SDM yang tersedia

Fasilitas pelayanan kesehatan berjalan


dengan baik

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia


Ketersediaan sumber daya manusia dalam pelayanan kesehatan

Semua kebutuhan tanggap darurat


terpenuhi dengan cepat, efektif dan
efisien

Permintaan korban yang


terpenuhi

Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang


rusak
(banyak sumber daya manusia yang dikerahkan/banyak sumber daya manusia
yang dibutuhkan) x 100%
Jumlah korban yang belum dievakuasi
(Total keseluruhan alat berat yang tersedia- jumlah alat berat yang tidak layak
pakai) + (Total keseluruhan SDM yang
tersedia - jumlah SDM yang kurang terlatih)
Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang
rusak
(banyak sumber daya manusia yang dikerahkan/banyak sumber daya manusia
yang dibutuhkan) x 100%
(banyak permintaan korban yang terpenuhi/total keseluruhan permintaan
korban) x 100%

Tabel 2. Indikator-indikator kinerja fase pemulihan


Stakeholder

Obyektif
Mengetahui tingkat kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana

BPBD Kota
Padang

Dinas Pekerjaan
Umum

Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi

Perbaikan infrastruktur, fasilitas umum


dan fasilitas sosial berjalan secara efektif dan efisien

PLN dan ESDM


Dinas
Komunikasi

Fasilitas pelayanan masyarakat kembali


ke kondisi normal
Dinas Kesehatan

Korban mendapatkan perawatan lanjutan sesuai dengan kebutuhan

Indikator Kinerja
Kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan bencana

Formulasi
(Banyak kerusakan fisik dan non fisik +
jumlah kerugian materil dan non materil)

Realisasi rehabilitasi dan


rekonstruksi

(Jumlah penyelenggaraan rehabilitasi dan


rekonstruksi yang terlaksana/jumlah penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi
yang direncanakan) x 100%

Infrastruktur, fasilitas
umum dan fasilitas sosial
yang membutuhkan perbaikan

(Jumlah infrasturktur, fasilitas umum dan


fasilitas sosial yang rusak/total keseluruhan infrastruktur, fasilitas umum dan
fasilitas sosial) x 100 %

Infrastruktur, fasilitas
umum dan fasilitas sosial
yang telah mendapatkan
perbaikan
Rata-rata fasilitas pelayanan masyarakat yang
mengalami kerusakan
Fasilitas pelayanan masyarakat yang telah mendapatkan perbaikan
Jumlah korban yang perlu mendapatkan perawatan lanjutan

028-3

(Jumlah infrastruktur, fasilitas umum dan


fasilitas sosial yang telah diperbaiki/
jumlah infrastruktur, fasilitas umum dan
fasilitas sosial yang membutuhkan perbaikan) x 100%
Jumlah fasilitas pelayanan masyarakat
yang mengalami kerusakan/total keseluruhan fasilitas pelayanan masyarakat
(Jumlah fasilitas pelayanan masyarakat
yang telah diperbaiki/jumlah fasilitas pelayanan masyarakat yang membutuhkan
perbaikan) x 100%
Jumlah korban yang perlu mendapatkan
perawatan lanjutan

SNTI IV-2014 Universitas Trisakti

ISSN : 2355-925X

Fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani


sistem rujukan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang telah memenuhi kebutuhan korban
Rata-rata korban yang
mebutuhkan bantuan sosial, budaya, ekonomi
dan psikologis

Dinas Sosial

Dinas Pendidikan

Departemen
Agama

Korban dapat melanjutkan kehidupan


sosial, budaya, ekonomi dan psikologis
ke kondisi normal

Korban dapat melanjutkan pendidikan


yang layak seperti kondisi normal

Korban dapat melanjutkan kegiatan


agama dengan fasilitas peribadatan yang
layak

Korban ikut berperan serta dalam kegiatan penanggulangan rehabilitasi dan


rekonstruksi

(Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan


yang melayani sistem rujukan/jumlah
fasilitas pelayanan kesehatan yang
tersedia) x 100%
(Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan
yang telah memenuhi kebutuhan
korban/jumlah fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia) x 100%
Jumlah korban yang butuh bantuan sosial,
budaya. Ekonomi dan psikologis/total
keseluruhan korban

Kebutuhan sosial, budaya, ekonomi dan psikologis yang terpenuhi

(Jumlah kebutuhan sosial, budaya, ekonomi, dan psikologis yang terpenuhi/jumlah kebutuhan sosial, budaya,
ekonomi, dan psikologis yang dibutuhkan) x 100%

Rata-rata sumber daya


yang tersedia untuk
membantu mengembalikan kehidupan sosial,
budaya, ekonomi dan
psikologis

Jumlah sumber daya yang mampu membantu mengembalikan kehidupan sosial,


budaya, ekonomi dan psikologis/total
keseluruhan sumber daya yang tersedia

Fasilitas pendidikan
yang telah kembali ke
kondisi normal
Korban yang telah mendapatkan pendidikan
yang layak
Fasilitas peribatan yang
telah mendapatkan perbaikan
Rata-rata korban yang
ikut berperan serta dalam
kegiatan penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi
Korban yang membutuhkan penanggulangan rehabilitasi dan
rekonstruksi

(Jumlah fasilitas pendidikan yang telah


kembali ke kondisi normal/jumlah fasilitas pendidikan yang membutuhkan
perbaikan) x 100%
(Jumlah korban yang telah mendapatkan
pendidikan yang layak/jumlah korban
yang membutuhkan pendidikan) x 100%
(Jumlah fasilitas peribadatan yang telah di
perbaiki/jumlah fasilitas peribadatan yang
membutuhkan perbaikan) x 100%
Jumlah korban yang ikut berperan serta
dalam kegiatan penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi/jumlah korban
secara keseluruhan
(Jumlah korban yang butuh penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi/total keseluruhan korban) x 100 %

Korban
Mendapatkan penanggulangan rehabilitasi dan rekonstruksi sesuai dengan
kebutuhan

Kebutuhan korban yang


telah terpenuhi

(Jumlah kebutuhan korban yang telah terpenuhi/total kebutuhan korban) x 100%

Kesimpulan
Hasil studi mengusulkan 19 indikator kinerja untuk logistik penanggulangan bencana gempa
bumi dan tsunami untuk fase tanggap darurat dan 18 indikator kinerja untuk logistik
penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami untuk fase pemulihan yang didedikasikan untuk
Kota Padang. Kedua jenis indikator kinerja ini memiliki hubungan. Hasil studi ini sangat
bermanfaat sebagai salah satu upaya untuk mengatasi hambatan koordinasi. Usulan indikatorindikator kinerja ini dapat dipertimbangkan untuk penanganan bencana lain. Selain itu, usulan ini
juga dapat menjadi acuan pada wilayah lain yang memiliki potensi bencana gempa bumi dan
tsunami.
Daftar Pustaka
Ergun, O., Karakus, G., Keskinocak, P., Swann, J., dan Villarreal, M., 2009,Humanitarian supply
chain management Anoverview.http://drops.dagstuhl.de/volltexte/2009/2181/pdf/09261.
ErgunOzlem.ExtAbstract.2181.pdf, diakses pada 25 September 2011.
Gu, Y., 2011, Research on optimization of relief supplies distribution aimed to minimize disaster
losses. Journal of Computers, vol. 6 no. 3, 603609.
Holgun-Veras, J., M. Jaller, dan Wachtendorf, T., 2012, Comparative performance of alternative
humanitarian logistic structures after the Port au Prince earthquake: ACEs, PIEs, and

028-4

SNTI IV-2014 Universitas Trisakti

ISSN : 2355-925X

CANs,Journal of Transportation Research Part A: Policy and Practice, vol. 46 no. 10,
1623-1640.
Kusumastuti, R.D., Wibowo, S.S. dan Insanita, R., 2010, Relief logistics practices in Indonesia: A
survey. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1681217 diakses pada 12
November 2011.
Lee, Y.M., Ghosh, S., dan Ettl, M., 2009,Simulating distribution of emergency relief supplies for
disaster response operations, M. D. Rossetti, R. R. Hill, B. Johansson, A. Dunkin and R. G.
Ingalls, eds., Proceedings of the 2009 Winter Simulation Conference, 2797-2808.
Rossum, J. van. dan Krukkert, R., 2010, Disaster management in Indonesia: Logistical coordination
and cooperation to create effective relief operations,Journal of Industrial Engineering, vol.
12 no. 1,25-32.
Hadiguna, R.A. dan Wibowo, A. 2012, Simulasi sistim logistik bantuan bencana gempa tsunami:
studi kasus di Kota Padang, Jurnal Teknik Industri, vol. 13, no. 2, 116-125.

028-5

Anda mungkin juga menyukai