Anda di halaman 1dari 10

Kelebihan dan Keterbasan Metode Pembelajaran

Metode Pembalajaran

Kelebihan

Keterbatasan

1. Cooperative Learning

1. Mampu mencakup segala jenis gaya


belajar dan kemampuan yang dimiliki
oleh pembelejar dalam kelompok secara
efektif.
2. Membantu siswa dalam mengemukakan
ide di hadapan kelompoknya dengan
tujuan meningkatkan kepercayaan diri.
3. Meningkatkan keterampilan komunikasi
dan kedisiplinan seperti contohnya
menunggu waktu untuk berbicara.
4. Dengan mendengarkan dan menerima
kritik dari anggota tim, siswa mampu
belajar lebih banyak mengenai diri
mereka sendiri dan bahkan
mengembangkannya.
5. Mengembangkan keterampilan
interpersonal dengan adanya interaksi
antar siswa.
6. Menumbuhkan sikap tanggung jawab
siswa dalam belajar.

1. Kurangnya bimbingan dapan


menyebabkan sifat antisosial seperti
semua anggota berbicara pada saat yang
sama, atau anggota yang tidak
berpartisipasi.
2. Kurangnya pengawasan dapat
menyebabkan kelas membahas hal-hal
yang tidak perlu dan bukan topik yang
akan dipelajari.
3. Pengalaman buruk dalam belajar
kelompok dapat mempengaruhi
psikologis siswa di masa depan ketika
harus bekerja dalam tim.
4. Terlalu banyak menggunakan kerja
kelompok mengakibatkan
ketergantungan terhadap orang lain
ketika harus bekerja secara individu.

Referensi :
Slavin R., 2005, Cooperative Learning Teori Risearch dan Praktik, Bandung: Nusa Media.
Lie Anita, 2010, Coooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta:
Grasindo.

2. Discovery Learning

1. Siswa akan mengerti konsep dasar dan


ide-ide lebih baik;
2. Membantu dan mengembangkan
ingatan dan transfer kepada situasi
proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa berfikir dan bekerja
atas inisiatif dan merumuskan hipotesis
secara mandiri.
4. Memberikan keputusan yang bersifat
intrinsik; dan situasi proses belajar
menjadi lebih terangsang.
5. Proses belajar meliputi sesama
aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
6. Meningkatkan tingkat penghargaan
siswa.
7. Kemungkinan siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
8. Dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan individu.

1. Bagi siswa yang kurang pandai, akan


mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau
lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar
jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung
dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar
yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Referensi :
Sudirman, 2013, Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamalik Oemar, 2013, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

3. Problem Solving

1. Dengan problem solving akan terjadi


pembelajaran bermakna, karena siswa
diharuskan untuk menerapkan
pengatahuan yang dimiliki ketika
menghadapi suatu permasalahan.
2. Siswa mampu mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasaikannya
dalam konteks yang relevan.
3. Meningkatkan kemampuan berfikir
kritis.
4. Menumbuhkan inisiatif peserta didik
dalam bekerja, menimbulkan motivasi
belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam kerja
kelompok.

1. Membutuhkan sikap analitis, sehingga


apabila siswa tidak memiliki sikap
tersebut akan kesulitan.
2. Lebih membutuhkan waktu, informasi,
dan transisi yang lebih banyak.
3. Memerlukan kemampuan konter intuitif.

Referensi :
Roestiyah N.K., 2008, Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar ; Teknik
Penyajian, Jakarta: Rineka Cipta.

4. Game Based Learning

1. Mudah menarik perhatian siswa.


2. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan
lama dalam ingatan siswa.
3. Penggunaan permainan dapat
menghapuskan pemikiran bahwa
belajar itu membosankan.
4. Memperluas materi yang akan
disampaikan melalui permainan.
5. Membangkitkan gairah dan semangat
optimism dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan.

1. Membutuhkan media tertentu dalam


mempelajari masalah yang khusus.
2. Apabila tidak diarahkan maka siswa
akan mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugas yang diperintahkan.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat
disampaikan dengan metode ini.

Referensi :
Elizabeth B. Hurlock, 1991, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, Jakarta:
Erlangga.
E.B Hurlock, 1999, Perkembangan Anak Jilid II Edisi : 6, Jakarta: Erlangga.

5. Simulation

1. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal


bagi siswa dalam menghadapi situasi
yang sebenarnya kelak; baik dalam
kehidupan keluarga, masyarakat,
maupun menghadapi dunia kerja.
2. Mengembangkan kreativitas siswa,
karena melalui simulasi siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan
sesuai dengan topik yang
disimulasikan.
3. Simulasi dapat memupuk keberanian
dan percaya diri siswa.
4. Memperkaya pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan dalam
menghadapi berbagai situasi sosial
yang problematis.
5. Meningkatkan gairah siswa dalam
proses pembelajaran.

1. Pengalaman yang diperoleh melalui


simulasi tidak selalu tepat dan sesuai
dengan kenyataan di lapangan.
2. Pengelolaan yang kurang baik. sering
simulasi dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan
takut sering mempenggaruhi siswa
dalam melakukan simulasi.

Referensi :
Trianto, 2009,Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

6. Discussion

1. Metode diskusi melibatkan siswa


secara langsung dalam proses belajar.
2. Setiap siswa dapat menguji
pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
3. Metode diskusi dapat menumbuh dan
mengembangkan cara berpikir dan
sikap ilmiah.
4. Dengan mengajukan dan
mempertahankan pendapatnya dalam
diskusi diharapkan para siswa akan
dapat memperoleh kepercayaan akan
(kemampuan) diri sendiri.
5. Metode diskusi dapat menunjang
usaha-usaha pengembangan sikap
sosial dan sikap demokratis para siswa.

1. Memerlukan keterampilan-keterampilan
tertentu yang belum pernah dipelajari
sebelumnya.
2. Jalannya diskusi dapat dikuasai
(didominasi) oleh beberapa siswa yang
menonjol.
3. Tidak semua topik dapat dijadikan
pokok diskusi, akan tetapi hanya hal-hal
yang bersifat problematis saja yang
dapat didiskusikan.
4. Diskusi yang mendalam memerlukan
waktu yang banyak.
5. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan
kedangkalan dalam diskusi sehingga
hasilnya tidak bermanfaat.
6. Apabila suasana diskusi hangat dan
siswa sudah berani mengemukakan
pikiran mereka maka biasanya sulit
untuk membatasi pokok masalahnya.
7. Sering terjadi dalam diskusi murid
kurang berani mengemukakan
pendapatnya.

Referensi :
Subroto, Surya. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

7. Drill and Practice

1. Memperoleh penguasaan dan


keterampilan yang diharapkan.
2. Menanamkan pada siswa kebiasaan
belajar secara rutin dan disiplin.
3. Siswa akan memperoleh ketangkasan
dan kemahiran dalam melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang
dipelajarinya.
4. Guru lebih mudah mengontrol dan
dapat membedakan antara siswa yang
disiplin dan yang kurang
memperhatikan saat berlangsungnya
pengajaran.
5. Bahan pelajaran yang diberikan dalam
suasana yang sungguh-sungguh akan
lebih kokoh tertanam dalam daya ingat
siswa, Siswa akan dapat menggunakan
daya pikirnya dengan bertambah baik,
karena dengan pengajaran yang baik
maka siswa akan menjadi lebih teratur
dan teliti.

Referensi :
Ahmadi Abu, 2009, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta.

1. Menghambat inisiatif siswa, di mana


inisiatif dan minat siswa yang berbeda
dengan petunjuk guru dianggap suatu
penyimpangan dan pelanggaran dalam
pengajaran yang diberikan.
2. Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang
kaku dan dalam memberikan stimulus
siswa dibiasakan bertindak otomatis.
3. Dapat menimbulkan verbalisme.
4. Latihan yang dilakukan di bawah
pengawasan yang ketat dan suasana
serius mudah sekali menimbulkan
kebosanan.
5. Latihan yang terlampau berat dapat
menimbulkan perasaan benci dalam diri
siswa, baik terhadap pelajaran maupun
terhadap guru.

8. Tutorial

1. Siswa memperoleh pelayanan


pembelajaran secara individual
sehingga permasalahan spesifik yang
dihadapinya dapat dilayani secara
spesifik pula.
2. Seorang siswa dapat belajar dengan
kecepatan yang sesuai dengan
kemampuannya tanpa harus
dipengaruhi oleh kecepatan belajar
siswa yang lain.

Referensi :
Hamalik Oemar, 2013, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.

1. Sulit dilaksanakan pembelajaran klasikal


karena guru harus melayani siswa dalam
jumlah yang banyak.
2. Jika tetap dilaksanakan, diperlukan
teknik mengajar dalam tim atau team
teaching dengan pembagian tugas di
antara anggota tim.
3. Apabila tutorial ini dilaksanakan, untuk
melayani siswa dalam jumlah yang
banyak, diperlukan kesabaran dan
keluasan pemahamann guru tentang
materi.

9. Demonstration

1. Membantu siswa untuk memperbaiki


dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses
kognitif.
2. Menimbulkan rasa senang pada siswa,
karena tumbuhnya rasa menyelidiki
dan berhasil.
3. Menyebabkan siswa mengarahkan
kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
4. Metode ini dapat membantu siswa
memperkuat konsep dirinya.
5. Berpusat pada siswa dan guru berperan
sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun
dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi
diskusi.
6. Membantu siswa mengembangkan
skeptisme (keragu-raguan) yang sehat
kearah kebenaran yang final dan
tertentu atau pasti.

1. Metode ini berdasarkan asumsi bahwa


ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan
mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep, yang tertulis atau
lisan, sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan frustasi. Di pihak lain
justru menyebabkan akan timbulnya
kegiatan diskusi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar
jumla.h siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung
dalam metode ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang
telah terbiasa dengan cara-cara belajar
yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Referensi :
Hamalik Oemar, 2013, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Sudirman, 2013, Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
10. Presentation

1. Cukup menyampaikan materi satu kali


saja. Hal ini karena dalam satu kali
presentasi, peserta didik secara
menyeluruh akan mudah
memperhatikan.
2. Bahan materi yang disampaikan bisa
digunakan lain waktu.
3. Lebih menarik. Hal ini karena
teknologi dan media yang digunakan
dalam presentasi dapat menyajikan
materi secara beragam.
4. Peserta didik lebih aktif dalam
pembelajaran. Selain yang presentasi
peserta didik kepada teman-temannya
sehingga siswa aktif, juga dapat
merangsang diskusi secara aktif antara
penyaji dengan audience.

1. Sulit diterapkan untuk beberapa siswa.


Tidak semua peserta didik mampu dan
berani mempresentasikan di depan
dengan baik. Selain itu, tidak semua
peserta didik mampu berdiskusi setelah
presentasi disampaikan.
2. Berpotensi membosankan bagi beberapa
siswa. Bagi siswa yang kurang mampu
berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran ini, akan terasa sangat
membosankan.
3. Membutuhkan persiapan lebih. Penyaji
harus mempersiapkan secara lebih untuk
menampilkan materi yang baik untuk di
sampaikan.

Referensi :
Jonassen, David H. 1996. Computer as a Mindtools for Schools. Prentice Hall. New Jersey.
Hisyam Zaini dkk., 2004, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD.

Anda mungkin juga menyukai