Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastrointestinal
2.1.1 Pengertian Gangguan Gastrointestinal
Gastrointestinal
ialah
suatu
kelainan
atau
penyakit
pada
jalan
muntah
dini.
Kekacauan
otonom,
obat-obatan
gangguan
sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak,
sering kali proyektil tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab
sentral.
Konsekuensi
muntah
metabolik,
dengan
muntah
hebat
terjadi
d. Nausea, beberapa rangsangan yang dapat menimbulkan rasa mual, rasa mual
diantaranya adalah: rasa nyeri dalam perut, rangsangan labirin, daya ingat yang
tak menyenangkan.
e. Vomitus, timbulnya muntah-muntah sebagai akibat karena kontraksi yang kuat
dari antrum dan pilorus dan timbulnya anti peristaltik yang kuat pada antrum
dengan disertai relaksasi dari otot-otot spinghter kardia, disusul melebarnya
esofagus dan menutupnya glotis.
f. Nyeri tekan, kekakuan, demam, massa yang dapat diraba, bising usus berubah,
perdarahan gastrointestinal, defisit nutrisional, ikterus dan tanda disfungsi
hepar.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Linda Chandranata (2000)komplikasi dari gastrointestinal adalah:
a. Kanker esofagus, meliputi disfagia,tidak bisa makan dan perasaan penuh di
perut adalah tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan beberapa kondisi lain.
Gejala-gejala ini dapat dengan mudah dihubungkan dengan konsumsi tipe
makanan tertentu (pedas, gorengan, dll)
b. Kanker lambung, rasa tidak nyaman epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan
gembung setelah makan.. ini adalah gejala semu yang dengan mud ah
dikaitkan dengan kegagalan lambung.
c. Kanker pankreas, penurunan barat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung
atau epigastrik adalah triad gejala yang umum.
d. Kanker hepar, nyeri abdomen yang sangat sakit , tumpul, dan pada kuadran
atas kanan, nyeri bersifat terus menerus, mengganggu tidur dan bertambah
sakit saat posisi tidur miring kekanan dan mungkin menyebar keskapula
kanan.
e. Kanker kolorektal, perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan fesestenesmus, anemia, dan perdarahan rektal
merupakan keluhan utama yang mungkin mengindikasikan adanya kanker
kolorektal.
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Linda Chandranata (2000), penatalaksanaan penyakit gastrointestinal
yaitu:
a.
Pemeriksaan
memungkinkan
saluran
Gastrointestinal
pemeriksa
untuk
atas,
seri gastrointestinal
mendeteksi
atau
melihat
atas
adanya
air tubuh adalah cairan intraselular dan sisanya adalah cairan ekstraselular ; 2/3
dari
cairan
ekstraselular
adalah
cairan
intertisial
dan
sisanya
cairan
intravaskulelar.
Jadi, dalam tubuh seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg
mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 26,04 liter adalah cairan
intraselular dan 15,96 liter cairan ekstraselular, 12,6 liter adalah cairan interstitial
dan 3,36 liter adalah cairan intravascular (volume plasma) (Norman Muirhead,
2000). Pada orang tua, total body water (TBW) menyusun sekitar 45% sampai
50% berat badan (Narins,1994 dalam buku Sylvia A. Price & dkk, 2006). Setiap
orang mempunyai kebutuhan cairan berbeda-beda. Contoh: dalam tubuh
seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg, cairan dalam tubuh 60%
maka mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter. Berat badan 70 kg dibagi
jumlah cairan tubuh 42 menghasilkan 0,6 liter/kg (1 L = 1000 cc; 600cc). Jadi
cairan tubuh yang perlu ditambah agar sesuai dengan kebutuhan adalah
dua macam, yaitu cairan yang berada di dalam sel (intraseluler) dan cairan yang
berada di luar sel (ekstraseluler). Cairan intraseluler mengisi sitoplasma dan cairan
ekstraseluler mengisi ruang antar sel dan rongga pembuluh darah. Dalam situasi
normal,
kadar
makanan
atau
bahan-bahan
dari
lingkungan
hidupnya
dan
Protein, Protein merupakan kelompok nutrien yang sangat penting bagi makhluk
hidup.Senyawa ini dijumpai pada semua sitoplasma semua sel hidup, baik hewan
maupun tumbuhan. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik.
Fungsi protein, Protein menggantikan protein yang hilang, Protein menghasilkan
jaringan baru, Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru,
Protein sebagai sumber energi.
Sumber protein dalam susunan makanan
Kebutuhan
protein
dapat
diperoleh
dari
sumber
pangan
hewani
dan
Vitamin, Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Jenis-jenis Vitamin
Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K, Vitamin larut air yaitu vitamin B
dan C .
Vitamin A (Retinol): Vitamin A dijumpai pada minyak ikan, hati, mentega, susu,
keju, telur, serta minyak nabati.
Fungsi Vitamin A : Mendukung pertumbuhan dan Metabolisme sel-sel tubuh,
Membantu pembentukan rodopsin, Memelihara kesehatan jaringan permukaan,
Mendukung perkembangan dan pertumbuhan tulang yang baru memiliki sifat
antikanker
Vitamin D: Vitamin D terdapat pada hati ikan, telur, mentega, hati, keju, dan susu.
Fungsi vitamin D : Untuk pertubuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi,
Membantu absorbsi kalsium oleh usus dan penyerapan kalsium dan fosfor oleh
tulang dan gigi.
Vitamin E: Bahan makanan yang mengandung vitamin E antara lain biji gandum,
sayuran hijau, dan minyak sayur.
Fungsi vitamin E bagi tubuh untuk membantu memelihara struktur sel dan
membantu pembentukan sel darah merah.
Vitamin K: Bahan makanan yang mengandung vitamin K antara lain sayuran
hijau, hati, kacang kedelai. Vitamin K sangat penting untuk membantu
pembentukan protombin dalam hati.
Vitamin B: Senyawa yang termasuk vitamin B antara lain :Tiamin (vitamin B1),
Riboflavin (vitamin B2), Asam nikotinat.
Vitamin C: Vitamin ini banyak ditemukan di hampir semua bahan pangan nabati
seperti sayuran dan buah-buahan segar. Fungsi vitamin C adalah mendukung
pembentukan semua jaringan tubuh.
Mineral, Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim
dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
Fungsi mineral : Konstituen tulang dan gigi, Pembentukan garam-garam yang
larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh, Bahan dasar enzim dan protein.
Syarat-syarat pemberian diit lambung, yaitu: Mudah dicerna, porsi makan yang
diberikan sedikit dengan frekuensi sering, Cukup protein untuk mengganti
jaringan rusak, Makanan tidak merangsang secara mekanis, termis dan kimia
lambung, Makanan memenuhi kebutuhan gizi normal secara bertahap
Jenis diit lambung
Diit lambung I, Diit ini diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum akut, ulkus
peptikum disertai perdarahan, esofagitis, gastritis akut, dan thypus abdominalis
berat.
Bahan makanan yang diberikan berupa susu bubur susu yang diberikan hanya 2
hari karena makanan ini membosankan dan kandungan kalorinya, zat besi,
thiamin, dan vitamin C sangat kurang. Cara pemberian diit ini dilakukan tiap 3
jam dengan porsi kecil.
Diit lambung II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung 1, dimana
kondisi pada fase akut telah diatasi, pada pasien dengan thypus abdominalis
dengan suhu tinggi, dan klien dengan paska bedah saluran pencernaan tertentu.
Makanan ini diberikan selama beberapa hari saja, karena membosankan pasien.
Bentuk makanan yang diberikan makanan saring atau cincang dalam waktu 3 jam.
Diit lambung III, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung II, atau
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum ringan, thypus abdominalis dengan
suhu tunuh yang sudah kembali normal. Kandungan makanan yang ada yaitu
cukup kalori, protein, mineral, vitamin C, tetapi kurang thiamin. Bentuk makanan
yang diberikan makanan lunak.
Diit lambung IV, Diit lambung ini diberikan sebagai makanan peralihan dari diit
lambung III atau pasien yang mengalamiulkus peptikum ringan, gastritis ringan,
esofagitis ringan dan thypus abdominalis masa penyembuhan. Kandungan
makanan pada diit ini cukup kalori dan semua zat-zat gizi. Bentuk makanan yang
diberikan adalah makanan lunak dan biasa.
2.4.2 Diit rendah sisa, Diit rendah sisa diberikan untuk memberikan makanan
yang cukup dan meminimalkan rangsangan organ pencernaan dan meminimalkan
sisa buangan.
Syarat-syarat pemberian diit ini adalah makanan mudah dicerna, todak
merangsang pencernaan secara mekanis, termis, dan kimia, yakni : Makanan
tinggi serat, Makanan tidak terlalu panas dan terlalu dingin, makanan tidak tinggi
lemak, tidak terlalu manis, tidak terlalu asam dan tidak terlalu berbumbu
merangsang, makanan lunak.
Diit rendah sisa diberikan pada pasien dengan diare berat, ileitis, colitis serosa,
diverkulitis akut, obstruksi sebagian saluran cerna, preoperasi dan postoperasi
hemorrhoid berat, kolon dan rektum.
Dua tingkatan diit rendah sisa yaitu:
Diit rendah sisa I, Bentuk makanan diit rendah sisa yaitu saring. Serat dan
bumbu tidak banyak. Lemak dan gula dalam jumlah terbatas. Susu dihindari. Diit
rendah sisa I diberikan hanya beberapa hari karena asupan kalori, protein,
kalsium, zat besi, thiamin, dan vitamin C rendah.
Nilai gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1260 g
Golongan
Takaran
Protein
39 g
Lemak
48 g
Karbohidrat
173 g
Kalsium (Ca)
0,3 g
7,0 g
Vitamin A
2330 Sl
Thiamin
0,5 mg
Vitamin C
98 mg
jumlah terbatas, namun bumbu yang merangsang tidak diperbolehkan. Diit ini
mengandung cukup kalori dan senua nutrien.
Nilai Gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1890 g
Golongan
Takaran
Protein
60 g
Lemak
58 g
Karbohidrat
281 g
Kalsium (Ca)
0,8 g
17,5 mg
Vitamin A
6054 Sl
Thiamin
0,8 mg
Vitamin C
110 mg
2.4.3 Diit tinggi serat, Diit ini diberikan bertujuan merangsang peristaltic usus
untuk mengembalikan defekasi normal. Diit ini diberikan pada pasien dengan
obstipasi dan penyakit divertikular.
Syarat-syarat pemberian diit ini:
Makanan cukup kalori dan protein, makanan mengandung tinggi vitamin terutama
thiamin, vitamin B Komples dan mineral, makanan tinggi serat dan dapat
merangsang peristaltik usus, banyak air sebanyak 2-2,5 liter sehari.
Nilai gizi yang diberikan: jumlah kalori 2296 g
Golongan
Takaran
Protein
83 g
Lemak
60 g
Karbohidrat
363 g
Kalsium (Ca)
0,8 g
27,3 g
Vitamin A
16788 Sl
Thiamin
1,2 mg
Vitamin C
164 mg
a. Perkembangan
Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat (yaitu,
masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan zat gizi yang meningkat. Disisi lain
lansia memerlukan lebih sedikit kalori dan perubahan diet mengingat risiko
penyakit jantung koroner, osteoporosis dan hipertensi.
b. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh
dan fungsi reproduksi. Massa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan
besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan
lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum menopouse. Wanita hamil dan
menyusui memiliki peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.
c. Gaya hidup
Gaya hidup tertentu dikaitkan dengan prilaku terkait makanan. Orang yang
selalu terburu-terburu membeli bahan makanan cepat saji atau memakan makanan
restoran. Orang yang meluangkan banyak waktu dirumah mugkin memerlukan
waktu untuk mempersiapkan makanan lebih detail. Perbedaan individual juga
memengaruhi pola gaya hidup (mis, keterampilan memasak, perhatian mengenai
kesehatan). Beberapa orang bekerja di waktu yang berbeda, seperti jam kerja sore
atau malam hari. Mereka mungkin perlu mengadaptasi kebiasaan makan dengan
jam kerja sore atau malam hari.
d. Kesehatan
Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan makan dan
status nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan mempersulit mengunyah
menurut indeks antropometri adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut
ini:
Tabel 2.1: Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri
Status Gizi
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
TB/U
BB/TB
LLA/U
LLA/TB
> 80%
61-80%
60%
> 85%
71-85%
70%
> 90%
81-90%
80%
> 85%
71-85%
70%
>85%
76-85%
75%
(Supariasa, 2002).
Beberapa indeks antrometri antara lain:
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa
tubuh.Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil.
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal.Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
bertambahnya umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife
memperkenalkan indeks ini untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang
independen terhadap umur
d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit.LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB.Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional.Indeks
lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2
sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar
lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga
digunakan untuk pengukuran status gizi.
e. Tebal lemak dibawah kulit menurut umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak dibawah
kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian
lengan atas (Trisep dan bisep), lengan bawah (forearm), tulang belikat
(subcapular), ditengah garis ketiak (midaxilaris), sisi dada (pectord), perut
(abdomen), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatelar), dan pertengahan
tungkai bawah (medial calf)
dewasa
belum
jelas
mengacu
pada
patokan
tertentu.
Menurut
< 17,0
17,0 18,5
>18,5 25
>25,0 27,0
>27,0
Normal
Gemuk
IMT
(Supariasa, 2002)
2.7 Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui
NGT
Pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang
diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi( Kozier, 2010)
Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan
yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara
khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit dalam keadaan seperti ini
adalah pemberian makanan dengan menggunakan NGT. Indikasi pemasangan
NGT adalah pasien tidak sadar (koma), pasien dengan masalah saluran
pencernaan atas seperti penyempitan atau stenosis pada esofagus, tumor pada
mulut, faring atau esofagus, pada pasien yang tidak mampu menelan dan pasien
pascaoperasi pada mulut, faring dan esofagus. Pada penderita penyakit saluran
pencernaan yang baru selasai operasi, pemberian makanan cair juga bertujuan
menunjang tindakan operasi yang diperlukan (Sjahmien Moehyi, 2000). Format
Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT dapat
dilihat di lampiran 6.