Anda di halaman 1dari 22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastrointestinal
2.1.1 Pengertian Gangguan Gastrointestinal
Gastrointestinal

ialah

suatu

kelainan

atau

penyakit

pada

jalan

makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan


penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum),
usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas
(Sujono Hadi, 2002).
Pencernaan makanan ialah suatu proses biokimia yang bertujuan mengolah
makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah dapat diserap oleh selaputselaput lendir usus, bilamana zat-zat tersebut diperlukan oleh badan(Sujono Hadi,
2002)
2.1.2 Klasifikasi
Menurut Linda Chandranata (2000) Klasifikasi gastrointestinal dibagi
menjadi dua yaitu Gastrointestinal atas seperti gangguan nafsu makan, mual
muntah dan Gastronitestinal bawah yaitu konstipasi, diare. Penyakit gangguan
gastrointestinal yang termasuk yaitu Gangguan esofagus, gangguan lambung dan
usus, neoplasma intestinal dan proses inflamasi, trauma abdomen, gangguan
hepatik dan billiaris.
2.1.3 Patofisiologi
Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
dipecah kedalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzim-

Universitas Sumatera Utara

enzim pencernaan. Makan, atau bahkan melihat, mencium, atau mencicip


makanan dapat menyebabkan refleks salivasi. Saliva adalah sekresi pertama yang
kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva
pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang
membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan menelan.
Dua pusat dalam inti retikularis medula oblongata adalah zona pencetus
kemoreseptif yaitu uremia, emesis yang diinduksi oleh obat, emesis karena radiasi
dan pusat yang terintegrasi. Jaras eferen muncul dari hampir semua tempat tubuh.
Jaras vagal adalah sangat penting, tetapi vagotomi tidak menghilangkan muntah .
jaras eferen empatik yang memperantarai muntah berkaitan dengan distensi
abdomen.
Muntah terjadi bila kedua jaras eferen somatik dan viseral menyebabkan
penutupan glotis, kontraksi diagfragma mempunyai pilorus dan relaksi lambung
diikut i oleh kontraksi peristaltik yang berjalan dari lambung tengah keujung
insisura dengan kontraksi abdmen, diagfragma, dan interkosta, muntah berkaitan
dengan tanda dan gejala cetusan otonom. Seamua ada kaitan dengan gangguan
traktus gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinngi akut
menyebabkan

muntah

dini.

Kekacauan

otonom,

obat-obatan

gangguan

psikogenik, dan penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan menyebab


lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke
medula (renjatan, oklusi vaskular, peningkatan tekanan intrakranial). Dapat
menginduksi emesis. Obat-obat emetik menghasilkan efeknya melalui stimulasi

Universitas Sumatera Utara

sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak,
sering kali proyektil tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab
sentral.

Konsekuensi

muntah

metabolik,

dengan

muntah

hebat

terjadi

hipovolemia, hipokalemia, dan alkalosis metabolik serta deplesi natrium total.(


Linda Chandranata, 2000)
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut Linda Chandranata (2000), manifestasi klinis gastrointestinal yaitu:
a. Keluhan pada mulut, bau mulut yang tidak sedap, atau rasa tidak enak atau rasa
pahit pada mulut, rasa tidak enak pada mulut yang menetap biasanya
disebabkan karena keluhan psikhis.
b. Anoreksia, keluhan nafsu makan menurun dapat ditemukan pada semua
penyakit, termasuk juga penyakit saluran makan.
c. Disfagia, merupakan keluhan yang disebabkan kelainan pada esofagus, yaitu
timbulnya kesulitan pada waktu menelan makanan atau cairan. Kesulitan
menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan, terutama bila
terjadi refluks nasa, berarti adanya kelainan saraf (neuromuscular disorder).
Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya
disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di
oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan
didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan
dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri
didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme
yang difus pada esofagus.

Universitas Sumatera Utara

d. Nausea, beberapa rangsangan yang dapat menimbulkan rasa mual, rasa mual
diantaranya adalah: rasa nyeri dalam perut, rangsangan labirin, daya ingat yang
tak menyenangkan.
e. Vomitus, timbulnya muntah-muntah sebagai akibat karena kontraksi yang kuat
dari antrum dan pilorus dan timbulnya anti peristaltik yang kuat pada antrum
dengan disertai relaksasi dari otot-otot spinghter kardia, disusul melebarnya
esofagus dan menutupnya glotis.
f. Nyeri tekan, kekakuan, demam, massa yang dapat diraba, bising usus berubah,
perdarahan gastrointestinal, defisit nutrisional, ikterus dan tanda disfungsi
hepar.
2.1.5 Komplikasi
Menurut Linda Chandranata (2000)komplikasi dari gastrointestinal adalah:
a. Kanker esofagus, meliputi disfagia,tidak bisa makan dan perasaan penuh di
perut adalah tidak jelas dan dapat dihubungkan dengan beberapa kondisi lain.
Gejala-gejala ini dapat dengan mudah dihubungkan dengan konsumsi tipe
makanan tertentu (pedas, gorengan, dll)
b. Kanker lambung, rasa tidak nyaman epigastrik, tidak bisa makan dan perasaan
gembung setelah makan.. ini adalah gejala semu yang dengan mud ah
dikaitkan dengan kegagalan lambung.
c. Kanker pankreas, penurunan barat badan, ikterik dan nyeri daerah punggung
atau epigastrik adalah triad gejala yang umum.
d. Kanker hepar, nyeri abdomen yang sangat sakit , tumpul, dan pada kuadran
atas kanan, nyeri bersifat terus menerus, mengganggu tidur dan bertambah

Universitas Sumatera Utara

sakit saat posisi tidur miring kekanan dan mungkin menyebar keskapula
kanan.
e. Kanker kolorektal, perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan fesestenesmus, anemia, dan perdarahan rektal
merupakan keluhan utama yang mungkin mengindikasikan adanya kanker
kolorektal.
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Linda Chandranata (2000), penatalaksanaan penyakit gastrointestinal
yaitu:
a.

Pemeriksaan
memungkinkan

saluran

Gastrointestinal

pemeriksa

untuk

atas,

seri gastrointestinal

mendeteksi

atau

melihat

atas

adanya

ketidakdaruratan anatomi atau fungsi organ gastrointestinal atas atau sfingter,


ini juga membantu dalam mendiagnosis ulkus, varises, tumor, enteritis
regional, dan sindrom malabsorbsi.
b. Pemeriksaan saluran gastrointestinal bawah, untuk mendeteksi adanya polip,
tumor, dan lesi lain dari usus besar serta untuk mendemontrasikan adanya
anatomi abnormal atau malfungsi dari usus.
c. Pembedahan.
2.2 Cairan
Dalam tubuh seorang individu yang sehat sekitar 60% dari berat badannya
terdiri dari air dan secara umum dianggap terdapat dalam dua kompartemen utama
yaitu cairan intraselular dan ekstraselular. Kompartemen cairan ekstraselular dapat
dibagi menjadi cairan interstisial dan intravascular. Kurang lebih 2/3 dari jumlah

Universitas Sumatera Utara

air tubuh adalah cairan intraselular dan sisanya adalah cairan ekstraselular ; 2/3
dari

cairan

ekstraselular

adalah

cairan

intertisial

dan

sisanya

cairan

intravaskulelar.
Jadi, dalam tubuh seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg
mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 26,04 liter adalah cairan
intraselular dan 15,96 liter cairan ekstraselular, 12,6 liter adalah cairan interstitial
dan 3,36 liter adalah cairan intravascular (volume plasma) (Norman Muirhead,
2000). Pada orang tua, total body water (TBW) menyusun sekitar 45% sampai
50% berat badan (Narins,1994 dalam buku Sylvia A. Price & dkk, 2006). Setiap
orang mempunyai kebutuhan cairan berbeda-beda. Contoh: dalam tubuh
seseorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg, cairan dalam tubuh 60%
maka mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter. Berat badan 70 kg dibagi
jumlah cairan tubuh 42 menghasilkan 0,6 liter/kg (1 L = 1000 cc; 600cc). Jadi
cairan tubuh yang perlu ditambah agar sesuai dengan kebutuhan adalah

ml/KgBB. (Graber, 2003).


Menurut Graber (2003), kebutuhan cairan dalam tubuh setiap orang
berbeda-beda dengan rumus 4 : 2 : 1 dimana rumatan/biasa tanpa dehidrasi, 10 kg
pertama : 4 Ml/Kg/jam ; 11 20 Kg : 2 Ml/Kg/jam ; > 20 Kg : 1 Ml/Kg/jam.
Sebagai contoh berat badan seseorang 60 Kg = ( 4 x 10 ) + ( 2 x 20 ) + ( 1 x 30 ) =
40 + 40 + 30 = 110 Kg/ 1 jam = 2640/24 jam.
Pengertian dari cairan tubuh adalah air dan unsur-unsurnya yang
diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Unsur selain air contohnya adalah ion
tubuh, misalkan ion natrium dan kalium. Cairan tubuh biasanya dibagi menjadi

Universitas Sumatera Utara

dua macam, yaitu cairan yang berada di dalam sel (intraseluler) dan cairan yang
berada di luar sel (ekstraseluler). Cairan intraseluler mengisi sitoplasma dan cairan
ekstraseluler mengisi ruang antar sel dan rongga pembuluh darah. Dalam situasi
normal,

kadar

cairan dalam tubuh kita

berada dalam keseimbangan.

Keseimbangan cairan tubuh memiliki perngertian bahwa jumlah cairan yang


masuk dan yang keluar memiliki jumlah yang sama. Hal ini juga menunjukkan
bahwa jumlah cairan yang ada dalam tubuh akan selalu konstan. Proses fisiologis
tubuh untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit yang ada dalam tubuh inilah
yang dinamakan dengan homeostatis.
Sumber cairan tubuh, cairan pada tubuh kita sebagaimana telah
deskripsikan secara singkat di atas bersumber dari: air minum (1500-2000cc/hari),
air yang ada dalam makanan (700cc/hari), air yang dihasilkan oleh proses
metabolisme (200cc/hari). Jadi total kira-kira ada 2400-2900 cc cairan yang
masuk pada tubuh kita tiap hari. Sedangkan cairan keluar dari tubuh, ekskresi
ginjal, berupa urine (1400-1900 cc/hari), udara ekspirasi pernafasan, berbentuk
uap air (350 cc/hari), kulit ada dua macam: a. difusi (350cc/hari) b. keringat (100
cc/hari), air dalam feces atau tinja (200 cc/hari). Jadi total ada sekitar 2400-2900
cc cairan yang keluar dari tubuh tiap harinya. Jumlah cairan yang masuk dan
keluar memiliki jumlah yang sama pada keadaan normal.
2.3 Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk
menerima

makanan

atau

bahan-bahan

dari

lingkungan

hidupnya

dan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalan tubuh dan


mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang
makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan
keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit. ( Tarwoto &
Wartonah, 2010)
Nutrisi adalah jumlah semua interaksi antara suatu organisme dan
makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain, nutrisi adalah sesuatu yang
dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. (Kozier, 2010)
Jenis-jenis Nutrisi
Air, air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi makhluk hidup.
Air meliputi 60%-70% berat badan individu dewasa dan 80% berat badan
bayi.Fungsi air bagi tubuh adalah untuk membantu proses/ reaksi kimia dalam
tubuh serta mengontrol suhu tubuh.
Karbohidrat, karbohidratadalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan
makanan.Senyawa ini mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Jenis-jenis Karbohidrat: Monosakarida, Disakarida, Polisakarida
Dalam hal ini, ukuran molekul polisakarida adalah yang paling besar dan
termasuk ke dalam golongan senyawa nongula. Sedangkan monosakarida dan
disakarida termasuk dalam golongan senyawa gula.
Fungsi Karbohidrat, Sebagai sumber energi, Sebagai penghasil lemak, Sebagai
pasangan protein, Sumber Karbohidrat
Serealia dan makanan yang terbuat dari serealia, Gula murni (sukrosa) Sayuran
(mis., kentang), Buah-buahan, Susu.

Universitas Sumatera Utara

Protein, Protein merupakan kelompok nutrien yang sangat penting bagi makhluk
hidup.Senyawa ini dijumpai pada semua sitoplasma semua sel hidup, baik hewan
maupun tumbuhan. Protein akan dihidrolisis oleh enzim-enzim proteolitik.
Fungsi protein, Protein menggantikan protein yang hilang, Protein menghasilkan
jaringan baru, Protein diperlukan dalam pembuatan protein-protein yang baru,
Protein sebagai sumber energi.
Sumber protein dalam susunan makanan
Kebutuhan

protein

dapat

diperoleh

dari

sumber

pangan

hewani

dan

nabati.Kandungan protein pangan hewani lebih tinggi dibandingkan pangan


nabati.
Sumber protein ini dapat diperoleh dari daging, ikan, roti, serealia, susu, keju,
telur, dan sayuran.
Lemak, Lemak adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen.Lemak merupakan sumber energi yang dipadatkan.
Lemak dan minyak terdiri atas gabungan gliserol dan asam-asam lemak.
Fungsi lemak:Sebagai sumber energi, Ikut serta membangun jaringan tubuh,
Perlindungan, Penyekatan/isolasi, Perasaan kenyang, Vitamin larut dalam lemak.
Sumber lemak dalam diet:
Daging, ikan, mentega, margarine, susu, krim, keju, makanan panggang, minyak
dan lemak untuk memasak, telur, serta makanan lain (mis., es krim, cokelat,
kembang gula, biji-bijian, dan kuah salad). Sayur-sayuran dan buah-buahan
mengandung sedikit lemak, kecuali kedelai (24%) dan alpokat (8%).

Universitas Sumatera Utara

Vitamin, Vitamin adalah bahan organik yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan
berfungsi sebagai katalisator proses metabolisme tubuh.
Jenis-jenis Vitamin
Vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D, E, K, Vitamin larut air yaitu vitamin B
dan C .
Vitamin A (Retinol): Vitamin A dijumpai pada minyak ikan, hati, mentega, susu,
keju, telur, serta minyak nabati.
Fungsi Vitamin A : Mendukung pertumbuhan dan Metabolisme sel-sel tubuh,
Membantu pembentukan rodopsin, Memelihara kesehatan jaringan permukaan,
Mendukung perkembangan dan pertumbuhan tulang yang baru memiliki sifat
antikanker
Vitamin D: Vitamin D terdapat pada hati ikan, telur, mentega, hati, keju, dan susu.
Fungsi vitamin D : Untuk pertubuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi,
Membantu absorbsi kalsium oleh usus dan penyerapan kalsium dan fosfor oleh
tulang dan gigi.
Vitamin E: Bahan makanan yang mengandung vitamin E antara lain biji gandum,
sayuran hijau, dan minyak sayur.
Fungsi vitamin E bagi tubuh untuk membantu memelihara struktur sel dan
membantu pembentukan sel darah merah.
Vitamin K: Bahan makanan yang mengandung vitamin K antara lain sayuran
hijau, hati, kacang kedelai. Vitamin K sangat penting untuk membantu
pembentukan protombin dalam hati.

Universitas Sumatera Utara

Vitamin B: Senyawa yang termasuk vitamin B antara lain :Tiamin (vitamin B1),
Riboflavin (vitamin B2), Asam nikotinat.
Vitamin C: Vitamin ini banyak ditemukan di hampir semua bahan pangan nabati
seperti sayuran dan buah-buahan segar. Fungsi vitamin C adalah mendukung
pembentukan semua jaringan tubuh.
Mineral, Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim
dan sangat penting dalam pengendalian sistem cairan tubuh.
Fungsi mineral : Konstituen tulang dan gigi, Pembentukan garam-garam yang
larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh, Bahan dasar enzim dan protein.

2.4 Diit pada pasien Gangguan Gastrointestinal


Makanan khusus diberikan juga pada pasien dengan gangguan sistem
tubuh, hal ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan intake nutrien yang adekuat.
Diit diberikan pada pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan, endokrin,
kardiovaskuler, perkemihan dan gangguan metabolisme. Jenis diit yang termasuk
dalam diit gangguan sistem pencernaan yaitu diit lambung, diit rendah sisa, dan
diit tinggi serat.
2.4.1 Diit lambung, Pemberian diit lambung ini bertujuan memberikan makanan
yang adekuat, tidak merangsang, dapat mengurangi pengeluaran sekresi lambung
dan dapat menetralkan kelebihab asam hidroklorid. Diit ini diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum, esofagitis, thipus abdominalis, dan pasien paska bedah
saluran pencernaan.

Universitas Sumatera Utara

Syarat-syarat pemberian diit lambung, yaitu: Mudah dicerna, porsi makan yang
diberikan sedikit dengan frekuensi sering, Cukup protein untuk mengganti
jaringan rusak, Makanan tidak merangsang secara mekanis, termis dan kimia
lambung, Makanan memenuhi kebutuhan gizi normal secara bertahap
Jenis diit lambung
Diit lambung I, Diit ini diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum akut, ulkus
peptikum disertai perdarahan, esofagitis, gastritis akut, dan thypus abdominalis
berat.
Bahan makanan yang diberikan berupa susu bubur susu yang diberikan hanya 2
hari karena makanan ini membosankan dan kandungan kalorinya, zat besi,
thiamin, dan vitamin C sangat kurang. Cara pemberian diit ini dilakukan tiap 3
jam dengan porsi kecil.
Diit lambung II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung 1, dimana
kondisi pada fase akut telah diatasi, pada pasien dengan thypus abdominalis
dengan suhu tinggi, dan klien dengan paska bedah saluran pencernaan tertentu.
Makanan ini diberikan selama beberapa hari saja, karena membosankan pasien.
Bentuk makanan yang diberikan makanan saring atau cincang dalam waktu 3 jam.
Diit lambung III, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit lambung II, atau
diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum ringan, thypus abdominalis dengan
suhu tunuh yang sudah kembali normal. Kandungan makanan yang ada yaitu
cukup kalori, protein, mineral, vitamin C, tetapi kurang thiamin. Bentuk makanan
yang diberikan makanan lunak.

Universitas Sumatera Utara

Diit lambung IV, Diit lambung ini diberikan sebagai makanan peralihan dari diit
lambung III atau pasien yang mengalamiulkus peptikum ringan, gastritis ringan,
esofagitis ringan dan thypus abdominalis masa penyembuhan. Kandungan
makanan pada diit ini cukup kalori dan semua zat-zat gizi. Bentuk makanan yang
diberikan adalah makanan lunak dan biasa.
2.4.2 Diit rendah sisa, Diit rendah sisa diberikan untuk memberikan makanan
yang cukup dan meminimalkan rangsangan organ pencernaan dan meminimalkan
sisa buangan.
Syarat-syarat pemberian diit ini adalah makanan mudah dicerna, todak
merangsang pencernaan secara mekanis, termis, dan kimia, yakni : Makanan
tinggi serat, Makanan tidak terlalu panas dan terlalu dingin, makanan tidak tinggi
lemak, tidak terlalu manis, tidak terlalu asam dan tidak terlalu berbumbu
merangsang, makanan lunak.
Diit rendah sisa diberikan pada pasien dengan diare berat, ileitis, colitis serosa,
diverkulitis akut, obstruksi sebagian saluran cerna, preoperasi dan postoperasi
hemorrhoid berat, kolon dan rektum.
Dua tingkatan diit rendah sisa yaitu:
Diit rendah sisa I, Bentuk makanan diit rendah sisa yaitu saring. Serat dan
bumbu tidak banyak. Lemak dan gula dalam jumlah terbatas. Susu dihindari. Diit
rendah sisa I diberikan hanya beberapa hari karena asupan kalori, protein,
kalsium, zat besi, thiamin, dan vitamin C rendah.
Nilai gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1260 g
Golongan

Takaran

Universitas Sumatera Utara

Protein

39 g

Lemak

48 g

Karbohidrat

173 g

Kalsium (Ca)

0,3 g

Zat basi (Fe)

7,0 g

Vitamin A

2330 Sl

Thiamin

0,5 mg

Vitamin C

98 mg

Makanan yang dapat diberikan antara lain:


Sumber karbohidrat: beras bubur disaring, roti dibakar, macaroni, mie, bihun
direbus, biskuit, kraker, tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding.
Sumber protein hewani; daging, hati digiling halus, ikan dicincang, telur direbus,,
telur ditim, diceplok air dan dicampur makanan dan minuman
Sumber protein nabati: tahu ditim atau direbus
Lemak:margarine, dan mentega dalam jumlah terbatas
Sayuran: sari sayuran
Buah-buahan: air jeruk
Minuman: teh, sirup, kopi encer
Bumbu-bumbu : garam, vetsin, gula.
Diit rendah sisa II, Diit ini diberikan sebagai peralihan dari diit rendah sisa I
ataudiberikan pada pasien dengan diare kronis. Bentuk makanan pada diit ini
dalambentuk cincang atau lunak. Serat, lemak, dan gula dapat diberikan dalam

Universitas Sumatera Utara

jumlah terbatas, namun bumbu yang merangsang tidak diperbolehkan. Diit ini
mengandung cukup kalori dan senua nutrien.
Nilai Gizi yang diberikan : Jumlah kalori 1890 g
Golongan

Takaran

Protein

60 g

Lemak

58 g

Karbohidrat

281 g

Kalsium (Ca)

0,8 g

Zat Besi (Fe)

17,5 mg

Vitamin A

6054 Sl

Thiamin

0,8 mg

Vitamin C

110 mg

2.4.3 Diit tinggi serat, Diit ini diberikan bertujuan merangsang peristaltic usus
untuk mengembalikan defekasi normal. Diit ini diberikan pada pasien dengan
obstipasi dan penyakit divertikular.
Syarat-syarat pemberian diit ini:
Makanan cukup kalori dan protein, makanan mengandung tinggi vitamin terutama
thiamin, vitamin B Komples dan mineral, makanan tinggi serat dan dapat
merangsang peristaltik usus, banyak air sebanyak 2-2,5 liter sehari.
Nilai gizi yang diberikan: jumlah kalori 2296 g
Golongan

Takaran

Protein

83 g

Lemak

60 g

Universitas Sumatera Utara

Karbohidrat

363 g

Kalsium (Ca)

0,8 g

Zat basi (Fe)

27,3 g

Vitamin A

16788 Sl

Thiamin

1,2 mg

Vitamin C

164 mg

Sumber makanan yang dapat merangsang peristaltik usus antara lain:


Karbohidrat: beras tumbuk,beras ketan hitam, jagung, ubi dan singkong.
Sayuran: yang menimbulakn gas, seperti kol dan sawi
Buah-buahan: jambu biji, apel anggur, pir dan sebagainya
Minyak: makanan yang digoreng atau diberi santan atau makanan lain dengan
menggunakan minyak
Gula dan susu
Bumbu yang merangsang seperti cabe dan merica (Astuti Widya, 2011)

2.5 Faktor-faktor yang memengaruhi nutrisi:


Walaupun kandungan nutrisi dalam makanan adalah pertimbangan penting
dalam merencanakan diet, pilihan makanan dan kebiasaan individu sering kali
menjadi faktor utama yang memengaruhi asupan makanan aktual. Kebiasaan
makan di pengaruhi oleh pertimbangan perkembangan, jenis kelamin, etnis dan
budaya, keyakinan mengenai makanan, pilihan pribadi, praktik keagamaan, gaya
hidup, medikasi dan terapi, kesehatan, konsumsi alkohol, iklan, dan faktor
psikologi.

Universitas Sumatera Utara

a. Perkembangan
Individu yang sedang berada dalam masa pertumbuhan yang cepat (yaitu,
masa bayi dan remaja) memiliki kebutuhan zat gizi yang meningkat. Disisi lain
lansia memerlukan lebih sedikit kalori dan perubahan diet mengingat risiko
penyakit jantung koroner, osteoporosis dan hipertensi.
b. Jenis kelamin
Kebutuhan zat gizi berbeda bagi pria dan wanita karena komposisi tubuh
dan fungsi reproduksi. Massa otot yang lebih besar pada pria menjelaskan
besarnya kebutuhan kalori dan protein. Karena menstruasi, wanita memerlukan
lebih banyak zat besi dibandingkan pria sebelum menopouse. Wanita hamil dan
menyusui memiliki peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.
c. Gaya hidup
Gaya hidup tertentu dikaitkan dengan prilaku terkait makanan. Orang yang
selalu terburu-terburu membeli bahan makanan cepat saji atau memakan makanan
restoran. Orang yang meluangkan banyak waktu dirumah mugkin memerlukan
waktu untuk mempersiapkan makanan lebih detail. Perbedaan individual juga
memengaruhi pola gaya hidup (mis, keterampilan memasak, perhatian mengenai
kesehatan). Beberapa orang bekerja di waktu yang berbeda, seperti jam kerja sore
atau malam hari. Mereka mungkin perlu mengadaptasi kebiasaan makan dengan
jam kerja sore atau malam hari.
d. Kesehatan
Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan makan dan
status nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan mempersulit mengunyah

Universitas Sumatera Utara

makanan. Kesulitan menelan (disfagia) akibat inflamasi tenggorokan yang


menyakitkan atau karena striktur esofagus dapat menghambat seseorang untuk
mendapatkan nutrisi yang memadai. Proses penyakit dan pembedahan saluran
gastrointestinal dapat memengaruhi pencernaan absorpsi, metabolisme, dan
eksresi zat gizi yang esensial.batu empedu yang dapat menghambat aliran
empedu, merupakan penyebab umum terjadinya gangguan pencernaan lipid.
Proses metabolik dapat terganggu oleh penyakit hati. Penyakit pankreas dapat
memengaruhi metabolisme glukosa atau pencernaan lemak.
2.6 Penilaian Status Nutrisi Secara Langsung
1. Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi.Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan beberapa
parameter seperti ukuran tunggal dari tubuh manusia antara lain: umur, berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit (Supariasa, 2002).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).Penilaian status gizi dengan
antropometri banyak digunakan dalam berbagai penelitian atau survey, baik
survey secara luas dalam skala nasional maupun survey untuk wilayah terbatas
(Supariasa, 2002). Berdasarkan ukuran baku tersebut, penggolongan status nutrisi

Universitas Sumatera Utara

menurut indeks antropometri adalah seperti yang tercantum dalam tabel 2 berikut
ini:
Tabel 2.1: Penggolongan keadaan gizi menurut indeks antropometri
Status Gizi

Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk

Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan


indeks
BB/U

TB/U

BB/TB

LLA/U

LLA/TB

> 80%
61-80%
60%

> 85%
71-85%
70%

> 90%
81-90%
80%

> 85%
71-85%
70%

>85%
76-85%
75%

(Supariasa, 2002).
Beberapa indeks antrometri antara lain:
a. Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa
tubuh.Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan
menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.Berat badan adalah parameter
antropometri yang sangat labil.
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal.Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
bertambahnya umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif
kurang sensitif terhadap kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif
lama.
c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Universitas Sumatera Utara

Berat badan memliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam
keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan
tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jellife

pada tahun 1966 telah

memperkenalkan indeks ini untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB merupakan
indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini, dan merupakan indeks yang
independen terhadap umur
d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot
dan lapisan lemak bawah kulit.LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB.Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional.Indeks
lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2
sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar
lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga
digunakan untuk pengukuran status gizi.
e. Tebal lemak dibawah kulit menurut umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak dibawah
kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian
lengan atas (Trisep dan bisep), lengan bawah (forearm), tulang belikat
(subcapular), ditengah garis ketiak (midaxilaris), sisi dada (pectord), perut
(abdomen), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatelar), dan pertengahan
tungkai bawah (medial calf)

Universitas Sumatera Utara

f. Indeks masa tubuh (IMT)


Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun
keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakitpenyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu,
pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal
(Supariasa, 2002).
Di Indonesia khususnya, cara pemantauan dan batasan berat badan normal
orang

dewasa

belum

jelas

mengacu

pada

patokan

tertentu.

Menurut

FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal


orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Indeks (BMI).Di Indonesia
diartikan sebagai indeks masa tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT=

berat badan (kg )


tinggi badan(m) x tinggi badan (m)

Tabel 2.2 Katagori Ambang Batas IMT


Katagori
Kurus

Kekurangan berat badan tingkat berat


Kekurangan berat badan tingkat ringan

< 17,0
17,0 18,5
>18,5 25

Kelebihan berat badan tingkat ringan


Kelebihan berat badan tingkat berat

>25,0 27,0
>27,0

Normal
Gemuk

IMT

(Supariasa, 2002)

Universitas Sumatera Utara

2.7 Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui
NGT
Pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang
diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi
terpenuhi( Kozier, 2010)
Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan
yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara
khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit dalam keadaan seperti ini
adalah pemberian makanan dengan menggunakan NGT. Indikasi pemasangan
NGT adalah pasien tidak sadar (koma), pasien dengan masalah saluran
pencernaan atas seperti penyempitan atau stenosis pada esofagus, tumor pada
mulut, faring atau esofagus, pada pasien yang tidak mampu menelan dan pasien
pascaoperasi pada mulut, faring dan esofagus. Pada penderita penyakit saluran
pencernaan yang baru selasai operasi, pemberian makanan cair juga bertujuan
menunjang tindakan operasi yang diperlukan (Sjahmien Moehyi, 2000). Format
Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT dapat
dilihat di lampiran 6.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai