Anda di halaman 1dari 68

2

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha


Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang
Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3718);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang
Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4556);
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95
Tahun 2007;
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun
2004 tentang Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005
tentang Kedudukan, Tugas. Fungsi, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun
2006;
11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/
3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perindustrian;
12. Peraturan
Menteri
Perindustrian
Nomor
57/M-IND/
PER/7/2006 tentang Penunjukan Surveyor Sebagai
Pelaksana Verifikasi Capaian Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) Atas Barang dan Jasa Produksi Dalam
Negeri;

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN
MENTERI
PERINDUSTRIAN
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM
PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Industri adalah kegiatan ekonomi untuk menghasilkan
barang, melalui proses pengolahan bahan baku, proses
pembuatan/perakitan barang dari bahan baku atau
komponen penyusunnya menyebabkan terjadi perubahan
sifat, wujud, dan atau fungsi dari suatu barang sehingga
memiliki nilai kegunaan dan nilai ekonomi yang lebih tinggi,
termasuk kegiatan industri jasa keteknikan yang terkait erat
dengannya, dan industri teknologi informasi.
2. Produk dalam negeri adalah barang/jasa termasuk rancang
bangun dan perekayasaan yang diproduksi atau dikerjakan
oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di
Indonesia, yang dalam proses produksi atau pengerjaannya
dimungkinkan penggunaan bahan baku/komponen impor.
3. Barang adalah benda dalam bentuk utuh maupun terurai,
yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi/
peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh Pengguna
Anggaran.
4. Jasa adalah layanan pekerjaan yang perencanaan teknis dan
spesifikasinya
ditetapkan
pengguna
serta
proses
pelaksanaannya diawasi oleh Pengguna Anggaran, yang
terdiri dari Jasa Pemborongan, Jasa Konstruksi, Jasa
Konstruksi Terintegrasi, dan jasa-jasa lainnya.
5. Jasa
Konstruksi
Terintegrasi
(Jasa
Engineering,
Procurement, and Construction/EPC) adalah
jasa
perencanaan,
pengadaan
material
dan
peralatan,
pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan secara
terintegrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan atau
biaya, penggunaan teknologi tinggi serta tingginya tingkat
risiko bagi para pihak atau kepentingan umum dalam suatu
pekerjaan konstruksi.
6. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) adalah besarnya
komponen dalam negeri pada barang, jasa dan gabungan
barang dan jasa.

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

7. Komponen dalam negeri pada barang adalah penggunaan


bahan baku, rancang bangun dan perekayasaan yang
mengandung unsur manufaktur, fabrikasi, perakitan, dan
penyelesaian akhir pekerjaan yang berasal dari dan
dilaksanakan di dalam negeri.
8. Komponen dalam negeri pada jasa adalah penggunaan jasa
sampai dengan penyerahan akhir dengan memanfaatkan
tenaga kerja termasuk tenaga ahli, alat kerja termasuk
perangkat lunak dan sarana pendukung yang berasal dari
dan dilaksanakan di dalam negeri.
9. Komponen dalam negeri pada gabungan barang dan jasa
adalah penggunaan bahan baku, rancang bangun dan
perekayasaan yang mengandung unsur manufaktur,
fabrikasi, perakitan, dan penyelesaian akhir pekerjaan serta
penggunaan jasa dengan memanfaatkan tenaga kerja
termasuk tenaga ahli, alat kerja termasuk perangkat lunak
dan sarana pendukung sampai dengan penyerahan akhir
yang berasal dari dan dilaksanakan di dalam negeri.
10. Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) adalah nilai penghargaan
kepada perusahaan yang berinvestasi di Indonesia dan
memberikan manfaat terhadap perekonomian nasional
dengan melakukan kegiatan: pemberdayaan Usaha Mikro
dan Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui kemitraan;
pemeliharaan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan
(yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat seperti
OHSAS 18000/SMK3 dan ISO 14000); pemberdayaan
masyarakat/ lingkungan; serta penyediaan fasilitas pelayanan
purna jual.
11. Penilaian sendiri (self assessment) adalah kegiatan
menghitung dan menyatakan sendiri capaian TKDN dan BMP
oleh Produsen atau Penyedia Barang/Jasa sesuai dengan
pedoman penggunaan produk dalam negeri dalam
pengadaan barang/jasa pemerintah, dengan dilengkapi datadata yang dapat dipertanggungjawabkan.
12. Verifikasi adalah kegiatan untuk melakukan pencocokan
Capaian TKDN dan BMP yang dinyatakan sendiri oleh
Penyedia barang/jasa (self assessment) dengan data yang
diambil atau dikumpulkan dari kegiatan usaha Penyedia
barang/jasa sesuai dengan pedoman penggunaan produk
dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
13. Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
adalah daftar yang memuat nama dan alamat produsen, jenis
produk, spesifikasi, standard, kapasitas, dan nilai Tingkat
Komponen Dalam Negeri.
14. Daftar Kelompok Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri adalah
daftar barang/jasa Produksi Dalam Negeri yang disusun
berdasarkan kelompok barang/jasa.

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

15. Harga Penawaran adalah harga yang ditawarkan oleh


penyedia barang/jasa dalam proses pengadaan barang/jasa.
16. Preferensi Harga adalah nilai penyesuaian atau normalisasi
harga terhadap harga penawaran dalam proses pengadaan
barang/jasa.
17. Harga Evaluasi Akhir (HEA) adalah penyesuaian atau
normalisasi harga terhadap harga penawaran dalam proses
pengadaan barang/jasa, dimana unsur preferensi harga telah
diperhitungkan berdasarkan capaian TKDN dan status
perusahaan.
18. Klarifikasi adalah kegiatan meminta penjelasan lebih lanjut
oleh Pengguna Anggaran kepada penyedia barang/jasa
tentang TKDN yang dinyatakan sendiri (self assessment)
atau kepada Departemen Perindustrian tentang capaian
TKDN dalam Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi
Dalam Negeri.
19. Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah, Bank Indonesia, Badan Hukum Milik
Negara, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, serta Kontraktor Kontrak Kerjasama.
20. Penyedia barang/jasa adalah badan usaha atau orang
perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan
barang/jasa.
21. Penyedia Barang/Jasa tingkat satu adalah produsen atau
pemasok yang menghasilkan/menyediakan produk akhir.
22. Penyedia barang/jasa tingkat dua adalah Produsen yang
menghasilkan barang seperti bahan baku, bahan penolong,
barang setengah jadi, komponen, dan atau jasa untuk diolah
lagi menjadi produk oleh penyedia barang/jasa tingkat satu.
23. Penyedia barang/jasa tingkat tiga adalah Produsen yang
menghasilkan barang seperti bahan baku, bahan penolong,
barang setengah jadi, komponen, dan atau jasa untuk diolah
lagi menjadi produk oleh penyedia barang/jasa tingkat dua.
24. Produsen adalah badan usaha atau orang perseorangan
yang kegiatan usahanya menghasilkan barang/jasa.
25. Perusahaan EPC Dalam Negeri adalah badan usaha yang
bergerak di bidang jasa konstruksi terintegrasi dan didirikan
berdasarkan hukum Indonesia.
26. Perusahaan EPC Nasional adalah perusahaan EPC Dalam
Negeri dengan kepemilikan saham dan manajemen secara
mayoritas dimiliki dan dikuasai oleh warga negara Indonesia
atau badan hukum Indonesia.

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

27. Perusahaan EPC Asing adalah badan usaha yang bergerak


di bidang jasa konstruksi terintegrasi dan didirikan bukan
berdasarkan hukum Indonesia.
28. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perindustrian.

BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan pengadaan
barang/jasa yang dilakukan oleh Pengguna Anggaran dari:
a. Kementerian
daerah;

Negara/Lembaga/

satuan

kerja

perangkat

b. Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara (BHMN),


Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) yang pembiayaannya sebagian atau
seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD dan atau PHLN
yang sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan
ketentuan
pengadaan
barang/jasa
dari
pemberi
pinjaman/hibah bersangkutan; atau
c. Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang pembiayaannya
melalui pola kerjasama antara Pemerintah dengan Badan
Usaha.
BAB III
PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI
Pasal 3
(1) Setiap pengadaan barang/jasa pemerintah oleh Pengguna
Anggaran wajib memaksimalkan penggunaan produk dalam
negeri dan mencantumkan persyaratan penggunaan produk
dalam negeri mulai dari perencanaan kegiatan sampai
dengan pelaksanaan pengadaan.
(2) Pengguna Anggaran dalam melakukan pengadaan
barang/jasa pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), mengacu pada Daftar Kelompok Barang/Jasa Produksi
Dalam Negeri dan Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi
Dalam Negeri.

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

Pasal 4
(1) Kewajiban memaksimalkan penggunaan produk dalam
negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
menjadi wajib menggunakan produk dalam negeri apabila
dalam pengadaan barang/jasa telah terdapat barang/jasa
yang ditawarkan yang mempunyai nilai penjumlahan TKDN
dan BMP mencapai minimal 40% (empat puluh persen).
(2) Pelaksanaan
pengadaan
barang/jasa
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diikuti oleh barang/jasa
produksi dalam negeri sepanjang barang/jasa tersebut sesuai
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, harga yang wajar,
dan kemampuan penyerahan baik dari sisi waktu maupun
jumlah.
(3) Apabila jumlah barang/jasa produksi dalam negeri yang
ditawarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
mencukupi, maka kekurangannya dapat diperoleh dari
barang/jasa luar negeri.
(4) Apabila dalam pengadaan barang/jasa belum terdapat
penawaran barang/jasa yang mempunyai nilai penjumlahan
TKDN dan BMP minimal 40% (empat puluh persen),
pelaksanaan pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh
penyedia barang/jasa yang menawarkan barang/jasa luar
negeri.

Pasal 5
(1) Untuk pengadaan yang lebih dari satu jenis produk,
kewajiban menggunakan produk dalam negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi:
a. penyedia barang/jasa tingkat satu sebagai peserta lelang;
b. penyedia barang/jasa tingkat dua; dan
c. penyedia barang/jasa tingkat tiga.
(2) Peserta lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berkewajiban melakukan penelitian TKDN dari masingmasing penyedia barang/jasa tingkat dua dan penyedia
barang/jasa tingkat tiga.

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

BAB IV
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Bagian Pertama
Tingkat Komponen Dalam Negeri Barang
Pasal 6
(1) Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk barang dihitung
berdasarkan perbandingan antara harga barang jadi
dikurangi harga komponen luar negeri terhadap harga barang
jadi.
(2) Harga barang jadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang.
(3) Biaya produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
biaya untuk bahan (material) langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya tidak langsung pabrik (factory overhead),
tidak termasuk keuntungan, biaya tidak langsung perusahaan
(company overhead), dan Pajak Keluaran.
(4) Penentuan komponen dalam negeri barang atau komponen
luar negeri barang berdasarkan kriteria:
a. untuk Bahan (Material) Langsung berdasarkan Negara Asal
Barang (Country of Origin);
b. untuk Alat Kerja/Fasilitas Kerja berdasarkan Kepemilikan
dan Negara Asal; dan
c. untuk Tenaga Kerja berdasarkan Kewarganegaraan.
(5) Penelusuran penilaian TKDN barang dilakukan sampai
dengan penyedia barang/jasa tingkat dua.
(6) Format Rekapitulasi Penilaian TKDN barang suatu
perusahaan dan contoh komponen-komponen biaya dalam
perhitungannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
dan Lampiran II Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Tingkat Komponen Dalam Negeri Jasa
Pasal 7
(1) Tingkat Komponen Dalam Negeri jasa dihitung berdasarkan
perbandingan antara harga jasa keseluruhan dikurangi harga
jasa luar negeri terhadap harga jasa keseluruhan.

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

(2) Harga jasa keseluruhan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
jasa.
(3) Biaya yang dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi biaya untuk manajemen proyek dan
perekayasaan, alat kerja/fasilitas kerja, konstruksi dan
fabrikasi serta jasa umum, tidak termasuk keuntungan, biaya
tidak langsung perusahaan (company overhead), dan Pajak
Keluaran.
(4) Penentuan komponen dalam negeri jasa atau komponen luar
negeri jasa berdasarkan kriteria:
a. untuk Bahan (Material) Langsung berdasarkan Negara
Asal Barang (Country of Origin);
b. untuk Alat Kerja/Fasilitas Kerja berdasarkan Kepemilikan
dan Negara Asal; dan
c. untuk Tenaga Kerja berdasarkan Kewarganegaraan.
(5) Penelusuran penilaian TKDN jasa dilakukan sampai dengan
penyedia barang/jasa tingkat tiga.
(6) Format Rekapitulasi Penilaian TKDN jasa suatu perusahaan
jasa dan contoh komponen-komponen biaya dalam
perhitungannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
dan Lampiran IV Peraturan Menteri ini.

Bagian Ketiga
Tingkat Komponen Dalam Negeri Gabungan Barang dan Jasa
Pasal 8
(1) Tingkat Komponen Dalam Negeri gabungan barang dan jasa
dihitung berdasarkan perbandingan antara keseluruhan
harga komponen dalam negeri barang ditambah keseluruhan
harga jasa dalam negeri terhadap seluruh harga barang dan
jasa.
(2) Keseluruhan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan barang dalam negeri atau untuk menghasilkan
jasa dalam negeri atau penjumlahan biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan barang dan jasa.
(3) Biaya yang dikeluarkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi biaya untuk material langsung (bahan baku),
peralatan
(barang
jadi), manajemen
proyek
dan
perekayasaan, alat kerja/fasilitas kerja, konstruksi dan

10

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

fabrikasi serta jasa umum, tidak termasuk keuntungan, biaya


tidak langsung perusahaan (company overhead), dan Pajak
Keluaran.
(4) Penentuan komponen dalam negeri gabungan barang/jasa
atau komponen luar negeri barang/jasa berdasarkan kriteria:
a. untuk Bahan (Material) Langsung berdasarkan Negara
Asal Barang (Country of Origin);
b. untuk Alat Kerja/Fasilitas Kerja berdasarkan Kepemilikan
dan Negara Asal; dan
c. untuk Tenaga Kerja berdasarkan Kewarganegaraan.
(5) Penelusuran penilaian TKDN gabungan barang dan jasa
dilakukan sampai dengan penyedia barang/jasa tingkat tiga.
(6) Format Rekapitulasi Penilaian TKDN gabungan barang dan
jasa serta contoh komponen-komponen biaya dalam
perhitungannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
dan Lampiran VI Peraturan Menteri ini.
BAB V
BOBOT MANFAAT PERUSAHAAN
Pasal 9
(1) Nilai BMP ditentukan maksimum 15% (lima belas persen)
dihitung berdasarkan pembobotan atas manfaat ekonomi
yang diberikan perusahaan bagi perekonomian nasional.
(2) Nilai BMP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan bobot dalam pemberdayaan Usaha Mikro dan
Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui kemitraan;
pemeliharaan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan
(yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat seperti
OHSAS 18000/SMK3 dan ISO 14000); pemberdayaan
masyarakat/ lingkungan; serta fasilitas pelayanan purna jual.
(3) Format Rekapitulasi Penilaian BMP sebagaimana tercantum
pada Lampiran VII Peraturan Menteri ini.

BAB VI
PERNYATAAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Pasal 10
(1) Produsen menghitung dan menyatakan sendiri (self
assessment) Capaian TKDN barang yang diproduksinya.

11

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

(2) Capaian TKDN barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dihitung berdasarkan setiap jenis barang yang diproduksi
dengan bahan baku dan proses produksi yang sama.
(3) Dalam menyatakan sendiri (self assessment) Capaian TKDN
barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(4) Apabila Produsen dalam menyatakan sendiri Capaian
TKDNnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
mempertanggungjawabkan data pendukungnya secara
benar, maka komponen yang diajukan dalam pernyataan
sendiri (self assessment) dinyatakan sebagai komponen luar
negeri.
(5) Capaian TKDN barang hasil pernyataan sendiri (self
assessment) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disampaikan secara tertulis (manual) kepada Departemen
Perindustrian atau secara on-line melalui situs internet
(website) yang dikelola oleh Departemen Perindustrian untuk
ditampilkan pada situs internet (website) dimaksud.
(6) Tata cara menyatakan sendiri (self assessment) Capaian
TKDN barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Sekretaris Jenderal
Departemen Perindustrian.
Pasal 11
(1) Penyedia barang/jasa pada saat mengikuti lelang wajib
mencantumkan Capaian TKDN barang/jasa atau Capaian
TKDN gabungan barang dan jasa yang ditawarkannya pada
dokumen penawaran dengan cara menghitung dan
menyatakan sendiri (self assessment).
(2) Pernyataan sendiri (self assessment) Capaian TKDN
barang/jasa atau TKDN gabungan barang dan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada setiap
lelang/kontrak.
(3) Dalam menyatakan sendiri (self assessment) Capaian TKDN
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan
data
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III atau Lampiran V Peraturan Menteri ini.
(4) Apabila Penyedia barang/jasa dalam menyatakan sendiri
Capaian TKDNnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak dapat mempertanggungjawabkan data pendukungnya
secara benar, maka komponen yang diajukan dalam
pernyataan sendiri (self assessment) dinyatakan sebagai
komponen luar negeri.

13

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

(2) Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan capaian TKDN
hasil pernyataan sendiri (self assessment) yang disampaikan
secara on-line sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(5) dapat menjadi acuan bagi Penyedia barang/jasa atau
Pengguna Anggaran dalam memberikan Preferensi Harga.
(3) Apabila diperlukan Panitia Pengadaan barang/jasa dapat
melakukan klarifikasi terhadap kebenaran Capaian TKDN
yang tercantum dalam Daftar Inventarisasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Departemen Perindustrian.
(4) Hasil verifikasi yang dilakukan sebagai tindak lanjut klarifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi bahan untuk
evaluasi Daftar Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Pasal 14
(1) Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
selain diterbitkan dalam bentuk buku sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1), juga diterbitkan dalam bentuk CDROM dan atau dipublikasikan secara on-line pada situs
internet (website) Departemen Perindustrian.
(2) Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
yang diterbitkan dalam bentuk buku sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) atau CD-ROM sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperbaharui dan dievaluasi setiap
tahun.
(3) Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
yang dipublikasikan secara on-line sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diperbaharui setiap saat.
(4) Daftar Inventarisasi Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan atau
disebarluaskan oleh Departemen Perindustrian kepada
Pengguna Anggaran dan Penyedia barang/jasa atau yang
terkait dengan pengadaan barang/jasa Pemerintah atau
pihak lain yang memerlukan.
BAB IX
DAFTAR KELOMPOK BARANG/JASA
Pasal 15
(1) Daftar Kelompok Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) tercantum
dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini.

14

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

(2) Barang/jasa yang belum tercantum dalam Daftar Kelompok


Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat diperlakukan sebagai barang/jasa
produksi dalam negeri apabila telah diberi tanda sah oleh
Pejabat Eselon II Departemen Perindustrian yang
membidangi industri yang memproduksi barang/jasa
dimaksud.
(3) Daftar Kelompok Barang/Jasa Produksi Dalam Negeri
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan
Menteri ini dapat ditambah atau dikurangi secara berkala
dengan Peraturan Menteri.
BAB X
PREFERENSI HARGA
Pasal 16
(1) Penyedia

barang/jasa yang menawarkan barang/jasa


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) diberikan
Preferensi Harga sesuai dengan Capaian TKDN masingmasing barang/jasa tanpa memperhitungkan Nilai BMP.

(2) Preferensi Harga hanya diberikan kepada perusahaan yang

memproduksi barang/jasa dalam negeri dengan TKDN lebih


besar atau sama dengan 25% (dua puluh lima persen).
(3) Besaran preferensi harga yang diberikan kepada masing-

masing penyedia barang/jasa sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) sebagai berikut :
a. setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen) untuk
pengadaan barang yang dibiayai dengan dana dalam
negeri atau dilakukan dengan pola kerjasama antara
pemerintah dengan badan usaha, sedangkan untuk
pengadaan jasa setinggi-tingginya 7,5% (tujuh setengah
persen);
b. setinggi-tingginya 15% (lima belas persen) untuk
pengadaan barang yang dibiayai dengan dana
pinjaman/hibah luar negeri, sedangkan untuk pengadaan
jasa setinggi-tingginya 7,5% (tujuh setengah persen);
c. untuk pengadaan gabungan antara barang dan jasa,
perhitungan Preferensi Harga masing-masing komponen
mengikuti ketentuan huruf a dan huruf b di atas, dengan
persentase masing-masing TKDN unsur barang dan jasa
dihitung dari perbandingan antara:
1) nilai barang dalam negeri dengan total nilai barang;
2) nilai jasa dalam negeri dengan total nilai jasa.

15

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

(4) Pemberian Preferensi Harga sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan secara proporsional sesuai dengan


Capaian TKDN barang/jasa yang dimiliki Penyedia
barang/jasa.
(5) Untuk pengadaan Jasa Konstruksi Terintegrasi (Jasa EPC),

di samping diberikan preferensi harga berdasarkan TKDN


sesuai ketentuan pada ayat (2), Perusahaan EPC Nasional
diberikan tambahan preferensi harga berdasarkan status
perusahaan sebagai berikut:
a. sebesar 7,5% (tujuh setengah persen), apabila dikerjakan
sepenuhnya oleh Perusahaan EPC Nasional dan minimal
50% (lima puluh persen) dari harga penawaran
dilaksanakan di wilayah Indonesia;
b. sebesar 5% (lima persen), apabila dikerjakan oleh
konsorsium perusahaan-perusahaan EPC Dalam Negeri
dimana:
1) Perusahaan EPC Nasional bertindak
pemimpin konsorsium (lead firm);

sebagai

2) minimal 50% (lima puluh persen) dari harga


penawaran dilakukan oleh Perusahaan EPC Nasional;
dan
3) minimal 50% (lima puluh persen) dari
penawaran dilaksanakan di wilayah Indonesia.

harga

BAB XI
HARGA EVALUASI AKHIR
Pasal 17
(1) Dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, perhitungan
Harga Evaluasi Akhir (HEA) dilakukan hanya terhadap
peserta pengadaan yang lolos dalam evaluasi administrasi
dan teknis.
(2) Rumus perhitungan Harga Evaluasi Akhir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
HEA =

1
1 + KP

) X HP

Untuk HEA Barang:


HEA Barang =

1
(1 + KPBarang

) X HP

1
(1 + KPJasa

) X HP

Barang

Untuk HEA Jasa:


HEA Jasa =

Jasa

(HEA)

16

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

Untuk HEA Gabungan Barang/Jasa:


HEA Gabungan Barang/Jasa =

HEA Barang + HEA Jasa

Untuk HEA Status Perusahaan EPC:


HEAEPC = { HEA Barang + HEA Jasa } x

100%

( (100% + Psp (%) )

Keterangan:
HEA

= Harga Evaluasi Akhir

KPBarang

= Koefisien Preferensi Barang yang diperoleh


dari TKDN Barang (%) dikali Preferensi
tertinggi Barang (%) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2)

HPBarang = Harga Penawaran Barang


KPJasa

= Koefisien Preferensi Jasa


= TKDN Jasa (%) dikali Preferensi tertinggi
Jasa(%) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (2)

HPJasa

= Harga Penawaran Jasa

Psp

= Preferensi status perusahaan jasa EPC


(jasa konstruksi terintegrasi) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4)

(3) Apabila dalam penawaran terdapat 2 (dua) atau lebih


penawaran dengan Harga Evaluasi Akhir (HEA) yang
sama, maka pemenang diberikan kepada penawar dengan
Capaian TKDN terbesar.
Pasal 18
(1) Pemberian Preferensi Harga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (3) tidak mengubah harga penawaran dan
hanya digunakan Panitia Pengadaan barang/jasa untuk
keperluan perhitungan Harga Evaluasi Akhir (HEA) guna
menetapkan peringkat pemenang lelang.
(2) Contoh Perhitungan HEA dengan memasukan unsur TKDN
dan Preferensi Harga sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) sebagaimana tercantum pada Lampiran IX Peraturan
Menteri ini.

17

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

BAB XII
TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK
DALAM NEGERI
Bagian Pertama
Tim P3DN Kementerian Negara/
Lembaga Pemerintah Non Departemen
Pasal 19
(1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan penggunaan produk
dalam negeri pada masing-masing Kementerian Negara/
Lembaga/satuan kerja perangkat daerah, BI, BHMN, BUMN,
BUMD dan KKKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
dibentuk Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri yang selanjutnya disebut Tim P3DN pada
Kementerian Negara/Lembaga/satuan kerja perangkat
daerah, BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS.
(2) Setiap pembentukan Tim P3DN sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), harus ditempatkan di bawah koordinasi:
a. untuk Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non
Departemen harus ditempatkan di bawah koordinasi
Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/Sekretaris
Utama;
b. untuk Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota harus
ditempatkan di bawah koordinasi Sekretaris Daerah; dan
c. untuk BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di unit kerja masingmasing.
(3) Pembentukan Tim P3DN di Kementerian Negara/Lembaga/
satuan kerja perangkat daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dibentuk di unit kerja di luar Sekretaris
Jenderal/Sekretaris
Kementerian/Sekretaris
Utama/
Sekretaris Daerah
sepanjang tetap berada di bawah
koordinasi Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/
Sekretaris Utama/ Sekretaris Daerah.
Pasal 20
(1) Tim P3DN Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Non
Departemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)
bertugas:
a. melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan pedoman penggunaan produk dalam negeri
di lingkungan masing-masing instansi;

18

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

b. melakukan monitoring dan apabila diperlukan melakukan


penyaksian pada proses produksi dan atau pelaksanaan
penggunaan produk dalam negeri;
c. memberikan tafsiran final terhadap permasalahan
mengenai kebenaran besaran TKDN antara penyedia
Barang/Jasa dan Tim Pengadaan Barang/Jasa (Tim
Lelang); dan
d. melaksanakan tugas lain yang terkait dengan
penggunaan produk dalam negeri yang diberikan oleh
Menteri/Pimpinan instansi masing-masing.
(2) Tim
P3DN
melaporkan
hasil
pelaksanaan
tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara berkala setiap
6 (enam) bulan kepada Menteri/Pimpinan instansi masingmasing dengan tembusan kepada Menteri Perindustrian
selaku Ketua Timnas P3DN.
Pasal 21
(1) Susunan
keanggotaan
Tim
P3DN
Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) mengacu pada susunan
keanggotaan sebagaimana tercantum pada Lampiran X
Peraturan Menteri ini.
(2) Penunjukan wakil dari KADIN, Asosiasi terkait tertentu dan
atau Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Ketua Tim P3DN Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang
bersangkutan berdasarkan pertimbangan pada setiap
permasalahan yang dihadapi.
Pasal 22
Menteri/Pimpinan
instansi
masing-masing
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) melaporkan realisasi
penggunaan produk dalam negeri di instansi masing-masing
kepada Menteri Perindustrian selaku Ketua Timnas secara
berkala setiap 6 (enam) bulan untuk selanjutnya disampaikan
kepada Presiden.
Bagian Kedua
Tim P3DN Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
Pasal 23
(1) Tim P3DN Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) bertugas:

19

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

a. melakukan
koordinasi, pengawasan dan evaluasi
pelaksanaan pedoman penggunaan produk dalam negeri
di lingkungan masing-masing instansi;
b. melakukan monitoring dan apabila diperlukan melakukan
penyaksian pada proses produksi dan atau pelaksanaan
penggunaan produk dalam negeri;
c. memberikan tafsiran final terhadap permasalahan
mengenai kebenaran besaran TKDN antara Penyedia
Barang/Jasa dan Tim Pengadaan Barang/Jasa (Tim
Lelang); dan
d. melaksanakan tugas lain yang terkait dengan
penggunaan produk dalam negeri yang diberikan oleh
Gubernur/Bupati/ Walikota masing-masing.
(2) Tim
P3DN
melaporkan
hasil
pelaksanaan
tugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara berkala setiap
6 (enam) bulan kepada Gubernur/Bupati/Walikota masingmasing dengan tembusan kepada Menteri Perindustrian.
Pasal 24
(1) Susunan keanggotaan Tim P3DN Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (1) mengacu pada susunan keanggotaan
sebagaimana tercantum pada Lampiran XI Peraturan Menteri
ini.
(2) Penunjukan wakil dari KADINDA, Asosiasi terkait tertentu
dan atau Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Ketua Tim P3DN Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan berdasarkan
pertimbangan pada setiap permasalahan yang dihadapi.
Pasal 25
Gubernur/Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) melaporkan realisasi penggunaan produk
dalam negeri di instansi masing-masing kepada Menteri
Perindustrian selaku Ketua Timnas secara berkala setiap 6
(enam) bulan untuk selanjutnya disampaikan kepada Presiden.
Bagian Ketiga
Tim P3DN BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS
Pasal 26
(1) Tim P3DN BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) bertugas:

20

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

a. melakukan koordinasi, pengawasan dan evaluasi


pelaksanaan pedoman penggunaan produk dalam negeri
di lingkungan masing-masing instansi;
b. melakukan monitoring dan apabila diperlukan melakukan
penyaksian pada proses produksi dan atau pelaksanaan
penggunaan produk dalam negeri;
c. memberikan tafsiran final terhadap permasalahan
mengenai kebenaran besaran TKDN antara penyedia
Barang/Jasa dan Tim Pengadaan Barang/Jasa (Tim
Lelang); dan
d. melaksanakan tugas lain yang terkait dengan
penggunaan produk dalam negeri yang diberikan oleh
Pimpinan masing-masing.
(2) Tim P3DN BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS melaporkan
hasil pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) secara berkala setiap 6 (enam) bulan kepada Pimpinan
masing-masing dengan tembusan kepada Menteri
Perindustrian selaku Ketua Timnas P3DN.
Pasal 27
Susunan keanggotaan Tim P3DN BI, BHMN, BUMN, BUMD dan
KKKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) mengacu
pada susunan keanggotaan sebagaimana tercantum pada
Lampiran XII Peraturan Menteri ini.
Pasal 28
Pimpinan BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) melaporkan realisasi
penggunaan produk dalam negeri di instansi masing-masing
kepada Menteri Perindustrian selaku Ketua Timnas secara
berkala setiap 6 (enam) bulan untuk selanjutnya disampaikan
kepada Presiden.
BAB XIII
MASA BERLAKU TIM P3DN DAN PEMBIAYAAN
Pasal 29
Tim P3DN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 23,
dan Pasal 26 mempunyai masa kerja selama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang.

21

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

Pasal 30
Segala biaya yang diperlukan oleh Tim P3DN Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 untuk pelaksanaan penggunaan
produk dalam negeri pada Kementerian Negara/Lembaga
Pemerintah Non Departemen dibebankan kepada APBN instansi
masing-masing.
Pasal 31
Segala biaya yang diperlukan oleh Tim P3DN Pemerintah
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 untuk pelaksanaan penggunaan produk dalam negeri
pada Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dibebankan
kepada APBD instansi masing-masing.
Pasal 32
Segala biaya yang diperlukan oleh Tim P3DN BI, BHMN, BUMN,
BUMD dan KKKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 untuk
pelaksanaan penggunaan produk dalam negeri pada Pemerintah
Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dibebankan kepada anggaran
instansi masing-masing.
BAB XIV
PELAPORAN KEPADA TIMNAS P3DN
Pasal 33
(1) Pelaksanaan
pengadaan
barang/jasa
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dilaporkan oleh Pimpinan
Kementerian Negara/ Lembaga/satuan kerja perangkat
daerah, BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS kepada Menteri
selaku Ketua Timnas P3DN setiap 6 (enam) bulan selambatlambatnya pada tanggal 15 Januari dan tanggal 15 Juli tahun
yang bersangkutan.
(2) Menteri selaku Ketua Timnas P3DN melaporkan hasil
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah kepada
Presiden setiap 6 (enam) bulan selambat-lambatnya pada
tanggal 5 Februari dan tanggal 5 Agustus tahun yang
bersangkutan.

22

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

BAB XV
PENGHARGAAN ATAS PENGGUNAAN
PRODUK DALAM NEGERI
Pasal 34
(1) Menteri melakukan penilaian dan memberikan peringkat
setiap
tahun
kepada
Pimpinan
Kementerian
Negara/Lembaga/ satuan kerja perangkat daerah, BI, BHMN,
BUMN, BUMD dan KKKS terhadap penggunaan produk
dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.
(2) Penilaian dan pemberian peringkat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh Pokja Timnas P3DN yang
dibentuk dengan Peraturan Menteri.
BAB XVI
SANKSI
Pasal 35
Penyedia barang/jasa yang melanggar ketentuan Peraturan
Menteri ini dikenakan sanksi sebagai berikut :
1. Sanksi administrasi;
Sanksi
administratif
diberikan
kepada
penyedia
barang/jasa yang bersangkutan dalam bentuk peringatan
tertulis dan bilamana terbukti dengan sengaja
memalsukan data komponen dalam negeri, maka
penyedia barang/jasa yang bersangkutan dikenakan
sanksi antara lain dimasukan dalam daftar hitam (black
list);
2. Sanksi finansial;
a. Sanksi perubahan tingkat komponen dalam negeri yang
tidak mengubah peringkat pemenang.
Besarnya sanksi adalah selisih perhitungan normalisasi
harga yang dimenangkan dengan normalisasi harga atas
tingkat komponen dalam negeri yang sebenarnya.
Contoh perhitungan besarnya sanksi yang dikenakan
sebagaimana tercantum pada Lampiran XIII Peraturan
Menteri ini.

23

Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009

b. Sanksi perubahan tingkat komponen dalam negeri yang


mengubah peringkat pemenang.
Besarnya sanksi adalah selisih nilai penawaran yang
dimenangkan dengan penawaran terbaik yang dikalahkan
ditambah selisih perhitungan normalisasi harga yang
dimenangkan dengan normalisasi harga atas tingkat
komponen dalam negeri yang sebenarnya.
Contoh perhitungan besarnya sanksi yang dikenakan
sebagaimana tercantum pada Lampiran XIV Peraturan
Menteri ini.
Pasal 36
Sanksi Finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 angka
2 disetorkan kepada Kas Negara.
Pasal 37
Pengguna Anggaran yang melanggar ketentuan Peraturan
Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 38
Pimpinan Kementerian Negara/ Lembaga/satuan kerja perangkat
daerah, BI, BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dapat mensyaratkan TKDN yang lebih
ketat dari ketentuan Pasal 4, sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Menteri ini.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Hal-hal teknis operasional yang belum diatur dalam Peraturan
Menteri ini akan diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Jenderal
Departemen Perindustrian.
Pasal 40
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku:
a.

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11/M-IND/PER/3/


2006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi
Dalam Negeri; dan

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

DAFTAR LAMPIRAN
1.

LAMPIRAN I

Format Rekapitulasi Tingkat Komponen Dalam


Negeri (TKDN) Barang

2.

LAMPIRAN II

Contoh
Komponen-komponen Biaya Dalam
Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) Barang

3.

LAMPIRAN III

Format Rekapitulasi Tingkat Komponen Dalam


Negeri (TKDN) Jasa

4.

LAMPIRAN IV

Contoh Komponen-komponen Biaya Dalam


Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) Jasa

5.

LAMPIRAN V

Format Rekapitulasi Tingkat Komponen Dalam


Negeri (TKDN) Gabungan Barang dan Jasa

6.

LAMPIRAN VI

Contoh Komponen-komponen Biaya Dalam


Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) Gabungan Barang dan Jasa

7.

LAMPIRAN VII

Format Rekapitulasi Penilaian Bobot Manfaat


Perusahaan (Nilai BMP)

8.

LAMPIRAN VIII

Daftar Kelompok Barang/Jasa Produksi Dalam


Negeri

9.

LAMPIRAN IX

Contoh Perhitungan Harga Evaluasi Akhir (HEA)


Dengan Preferensi Harga

10.

LAMPIRAN X

Susunan Anggota Tim Peningkatan Penggunaan


Produk
Dalam
Negeri
Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah Non Departemen

11.

LAMPIRAN XI

Susunan Anggota Tim Peningkatan Penggunaan


Produk Dalam Negeri Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota

12.

LAMPIRAN XII

Susunan Anggota Tim Peningkatan Penggunaan


Produk Dalam Negeri pada Bank Indonesia,
BHMN, BUMN, BUMD dan KKKS

LAMPIRAN I

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009

FORMAT REKAPITULASI PENILAIAN TINGKAT KOMPONEN


DALAM NEGERI (TKDN) BARANG

Biaya per 1 (Satu) Satuan


Produk

URAIAN

KDN

KLN

Total

% TKDN

I.

Material Langsung (Bahan


Baku)

(1A)

(1B)

(1C)

(1D)

II.

Tenaga Kerja Langsung

(2A)

(2B)

(2C)

(2D)

III.

Biaya Tidak Langsung


Pabrik (Factory Overhead)

(3A)

(3B)

(3C)

(3D)

(4A)

(4B)

(4C)

(4D)

Biaya Produksi

Catatan :
1. Biaya Komponen Dalam Negeri (KDN) adalah Biaya material langsung (bahan
baku), tenaga kerja langsung, dan Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory
Overhead) yang berasal dari dalam negeri.
2. Biaya Komponen Luar Negeri (KLN) adalah Biaya material langsung (bahan
baku), tenaga kerja langsung, dan Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory
Overhead) yang berasal dari luar negeri.
3. Formulasi Perhitungan:
% TKDN (4D)

= Biaya Produksi Total (4C) - Biaya Produksi KLN (4B) x 100%


Biaya Produksi Total (4C)

% TKDN (4D)

= Biaya Produksi KDN (4A) x 100%


Biaya Produksi Total (4C)

Lampiran I Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

4. Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan :


Untuk material langsung (bahan baku), dilengkapi dengan spesifikasi, satuan
material, negara asal, pemasok, jumlah pemakaian dan harga beli material;
Untuk
Tenaga
Kerja
Langsung
dilengkapi
dengan Jabatan,
Kualifikasi, Kewarganegaraan, jumlah, alokasi kerja, dan gaji per bulan;
Untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory Overhead) yang berupa
mesin/alat kerja harus dilengkapi dengan sertifikat/bukti pemilikan, nama
mesin, spesifikasi, jumlah mesin, alokasi, dan nilai depresiasi atau biaya
sewa;
Untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory Overhead) yang berupa tenaga
kerja
tidak
langsung
dilengkapi
dengan
Jabatan,
Kualifikasi,
Kewarganegaraan, jumlah, alokasi kerja, dan gaji per bulan;
Untuk biaya tidak langsung pabrik (Factory Overhead) yang berupa jasa
harus dilengkapi pemasok, biaya pengurusan serta alokasi penggunaan;
5. Perhitungan persentasi (%) TKDN atau Capaian TKDN dilakukan pada setiap
jenis produk. Yang dimaksud dengan jenis produk adalah produk yang
mempunyai bahan baku dan proses produksi yang sama.
6. Format ini digunakan untuk menghitung TKDN Barang produk tunggal yang
melalui proses manufakturing atau fabrikasi.

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
CONTOH KOMPONEN-KOMPONEN BIAYA DALAM PERHITUNGAN
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) BARANG
I

Material Langsung (Bahan Baku)

Harga beli bahan langsung yang dipakai, misalnya: Plat (untuk pembuatan Pipa),
Solvent & Kaleng (untuk pembuatan Cat), Motherboard (untuk pembuatan CPU dari
Personal Computer)

Harga beli bahan pendukung, misalnya: Kawat Las (untuk pengelasan pada
pembuatan Pipa), Perekat/Lem (untuk menempelkan label pada Kaleng Cat), Timah
(untuk melekatkan komponen pada PCB motherboard dari CPU Personal Computer)

Biaya pengiriman (freight cost)

Biaya asuransi (insurance cost)

Bea Masuk dan Pajak-pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)

Biaya Bongkar Muat

Biaya Sewa Gudang di pelabuhan

Biaya Handling dan Transportasi ke pabrik

Biaya Penerimaan dan Pemeriksaan (Receiving & Inspection Cost), misal biaya proses
inspeksi, biaya barang rusak (rejected material)

10

Royalti untuk bahan langsung dan/atau bahan pendukung

11

Dan lain-lain

II

Tenaga Kerja Langsung

Upah untuk tenaga kerja yang terkait (touch) langsung dengan pembuatan
(manufacturing) produk yang dinilai, misalnya: foreman, operator, helper, QC inspektor

Pajak Penghasilan

Lembur

Tunjangan makan, tunjangan transportasi dan tunjangan kesehatan

Asuransi untuk tenaga kerja

Baju seragam dan perlengkapan keselamatan kerja

Penempatan/Mobilisasi/Demobilisasi

Dan lain-lain

III

Biaya Tidak langsung Pabrik (Factory Overhead)

Material Habis Pakai (Consumable Material), misalnya : gas, solar, pelumas, pendingin
(coolant), cairan hidrolis (hydraulic fluid), gemuk (grease), sand blasting, mata pahat
(insert, cutting tool), batu gerinda.

Upah untuk tenaga kerja yang tidak terkait langsung (pengawas/manajemen) dengan
pembuatan (manufacturing) produk yang dinilai, misalnya: manajer produksi,
supervisor produksi, manajer QA/QC, tim engineering.

Biaya depresiasi atau biaya sewa lahan pabrik dan gedung pabrik/workshop yang
terkait langsung dengan produk yang dinilai

Lampiran II Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

Biaya depresiasi atau biaya sewa mesin dan peralatan produksi yang terkait langsung
dengan produk yang dinilai

Biaya Perawatan, Perbaikan dan Suku Cadang

Asuransi untuk tenaga kerja tidak langsung, asuransi untuk gedung pabrik dan
asuransi untuk mesin/peralatan produksi

Lisensi dan Paten (Licence and Patent) untuk produk jadi

Biaya utilitas (listrik, air dan telekomunikasi)

Pajak penghasilan untuk tenaga kerja tidak langsung serta Pajak Bumi dan Bangunan

10

Biaya Administrasi dan Umum Pabrik hanya untuk lokasi produksi yang terkait
langsung dengan produk yang dinilai, misalnya: office boy dan cleaning service untuk
lokasi produksi

11

Biaya Pengujian Produk (Testing Product)

12

Biaya handling & transportasi untuk material habis pakai.

13

Biaya untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (HSE)

14

Biaya untuk program mutu (quality program)

Catatan:
-

Contoh komponen-komponen biaya tersebut diatas dapat disesuaikan dengan


kondisi yang terdapat pada masing -masing perusahaan/penyedia barang dan
jasa atau lingkup pekerjaan.

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
FORMAT REKAPITULASI PENILAIAN TINGKAT KOMPONEN
DALAM NEGERI (TKDN) JASA
Nilai Jasa *) Rupiah
Uraian Pekerjaan

TKDN JASA

Total
KLN

(1)

KDN
Rp

%KDN

Rp

%
TKDN

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Manajemen Proyek dan


Perekayasaan

(1A)

(1B)

(1C)

(1D)

(1E)

(1F)

II. Alat Kerja / Fasilitas Kerja

(2A)

(2B)

(2C)

(2D)

(2E)

(2F)

III. Konstruksi dan Fabrikasi

(3A)

(3B)

(3C)

(3D)

(3E)

(3F)

IV. Jasa Umum

(4A)

(4B)

(4C)

(4D)

(4E)

(4F)

Biaya Jasa

(5A)

(5B)

(5C)

(5D)

(5E)

(5F)

Jasa
I.

Catatan :
1. Nilai Jasa tidak termasuk Keuntungan, Overhead Perusahaan dan Pajak
Keluaran.
2. Biaya Komponen Dalam Negeri (KDN) adalah Biaya Manajemen Proyek
dan Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi dan Fabrikasi, dan
jasa lainnya dari dalam negeri.
3. Biaya Komponen Luar Negeri (KLN) adalah Biaya Manajemen Proyek dan
Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi dan Fabrikasi, dan jasa
lainnya dari luar negeri.
4. Formulasi Perhitungan:
Biaya Jasa Total (5C) - Biaya Jasa KLN (5A)
Biaya Jasa Total (5C)

% TKDN Jasa

% TKDN Jasa

= Biaya Jasa KDN (5B)


Biaya Jasa Total (5C)

Lampiran III Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

5. Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan :

Untuk Manajemen dan Engineering dilengkapi dengan Jabatan,


Kualifikasi, Kewarganegaraan, Jumlah, durasi kerja, dan gaji per bulan.

Untuk Alat Kerja harus dilengkapi dengan sertifikat/bukti kepemilikan,


nama mesin, Spesifikasi, Jumlah mesin, durasi pemakaian, dan nilai
depresiasi/biaya sewa.

Untuk Konstruksi/Fabrikasi dilengkapi dengan Jabatan, Kualifikasi,


Kewarganegaraan, Jumlah, durasi kerja, dan gaji per bulan.

Untuk Jasa Umum dilengkapi dengan Pemasok, Jumlah, Biaya


pengurusan per bulan.
6. Format ini digunakan untuk perhitungan TKDN Jasa dalam proses
pengadaan jasa.

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009

CONTOH KOMPONEN-KOMPONEN BIAYA DALAM PERHITUNGAN


TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) JASA
I.A

Manajemen Proyek (Project Management)

Tenaga Kerja

Fasilitas Kerja

Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)

I.B

Perekayasaan (Engineering)

Tenaga Kerja

Fasilitas Kerja

Biaya Tidak Langsung Proyek (Overhead Project)

II.

Alat Kerja/Fasilitas Kerja

Sewa/Depresiasi Alat Kerja (Crane, Forklift, dsb)

Fasilitas Pabrik

Bangunan-Tanah Pabrik

III.A

Konstruksi

Penempatan Mobilisasi / Demobilisasi

Tenaga kerja

Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)

III.B

Fabrikasi

Upah (Wages)

Penempatan/Mobilisasi/Demobilisasi

Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)

IV.

Jasa Umum

Asuransi

Lisensi dan Paten (Licence and Patent)

Utilities (Listrik, Air, Telekomunikasi)

Perawatan, Perbaikan dan Suku Cadang (Maintenance, Repair & Spare Part)

Penjaminan Mutu (Quality Assurance)

Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Lingkungan (HSE)

Biaya Tidak langsung Pabrik (Factory Overhead)

Biaya Bahan Habis Pakai (Consumable)


- Gas
- Solar

Lampiran IV Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009
- Pelumas
- Air proses
- Pendingin (Coolant)
- Minyak Hidrolik (Hydraulic Fluid)
- Gemuk (Grease)
- Sand Blasting/ Painting/ Coating Material

Catatan:
- Contoh komponen-komponen biaya tersebut diatas dapat disesuaikan
dengan kondisi yang terdapat pada masing -masing perusahaan/penyedia
barang dan jasa atau lingkup pekerjaan

LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
FORMAT REKAPITULASI PENILAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM
NEGERI (TKDN) BARANG DAN JASA
Nilai Gabungan
TKDN
Barang dan Jasa *) (Rp)
GABUNGAN
%
TKDN
%
Total
KLN KDN
Rp
TKDN
Rp
%KDN
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Uraian Pekerjaan
(1)
Barang
I. Material Langsung
(Bahan Baku)
II. Peralatan (Barang Jadi)

(1A)

(1B)

(1C)

(1D)

(1E)

(1F)

(1G)

(2A)

(2B)

(2C)

(2D)

(2E)

(2F)

(2G)

Sub Total Barang

(3A)

(3B)

(3C)

(3D)

(3E)

(3F)

(3G)

Jasa
III. Manajemen Proyek dan
Perekayasaan
IV. Alat Kerja / Fasilitas Kerja

(4A)

(4B)

(4C)

(4D)

(4E)

(4F)

(4G)

(5A)

(5B)

(5C)

(5D)

(5E)

(5F)

(5G)

V. Konstruksi dan Fabrikasi

(6A)

(6B)

(6C)

(6D)

(6E)

(6F)

(6G)

VI. Jasa Umum

(7A)

(7B)

(7C)

(7D)

(7E)

(7F)

(7G)

(8E)

(8F)

(8G)

(9F)

(9G)

A.

B.

Sub Total Jasa

(8A)

(8B)

(8C)

(8D)

C.

Total Biaya (A + B)

(9A)

(9B)

(9C)

(9D)

Catatan:
1. Nilai Gabungan Barang/Jasa, tidak termasuk Keuntungan, Overhead
Perusahaan dan Pajak Keluaran.
2. Biaya Komponen Dalam Negeri (KDN) adalah biaya Material Langsung
(Bahan Baku), Peralatan (Barang Jadi), Manajemen Proyek dan
Perekayasaan, Alat Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi dan Fabrikasi, dan Jasa
lainnya dari dalam negeri.
3. Biaya Komponen Luar Negeri (KLN) adalah biaya Material Langsung (Bahan
Baku), Peralatan (Barang Jadi), Manajemen Proyek dan Perekayasaan, Alat
Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi dan Fabrikasi, dan Jasa lainnya dari luar
negeri.
4. Formulasi Perhitungan:

% TKDN Gabungan
Barang & Jasa

Biaya Barang Total (3C) - Biaya Barang KLN (3A)


Biaya Gabungan Barang dan Jasa (9C)

+
Biaya Jasa Total (8C) - Biaya Jasa KLN (8A)
Biaya Gabungan Barang dan Jasa (9C)
9

Lampiran V Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

5. Rincian masing-masing biaya dilengkapi dengan:

Untuk Manajemen Proyek dan Perekayasaan dilengkapi dengan


Jabatan, Kualifikasi, Kewarganegaraan, Jumlah, durasi kerja dan gaji per
bulan

Untuk Alat Kerja harus dilengkapi dengan sertifikat/bukti kepemilikan,


nama mesin, spesifikasi, Jumlah mesin, durasi pemakaian dan nilai
depresiasi/biaya sewa

Untuk Konstruksi/Fabrikasi dilengkapi dengan Jabatan, Kualifikasi,


Kewarganegaraan, Jumlah, durasi kerja dan gaji per bulan

Untuk Jasa Umum dilengkapi dengan Pemasok, Jumlah, Biaya


pengurusan per bulan

Untuk material langsung (bahan baku) dilengkapi dengan Spesifikasi,


satuan material, negara asal, pemasok, jumlah pemakaian dan biaya
pembelian material langsung.

Untuk Peralatan (Barang Jadi) dilengkapi dengan Spesifikasi, satuan


material, negara asal, pemasok, jumlah pemakaian dan biaya pembelian
peralatan.

6. Format ini digunakan untuk:


a. Perhitungan TKDN Barang dalam proses pengadaan barang (tanpa
mengisi format Manajemen Proyek dan Perekayasaan, Alat
Kerja/Fasilitas Kerja, Konstruksi/Fabrikasi dan Jasa Umum);
b. Perhitungan TKDN Gabungan Barang/Jasa dalam proses pengadaan
barang dan jasa;
Barang yang dimaksud pada huruf a dan b dapat berupa produk tunggal atau
kumpulan berbagai produk.

10

LAMPIRAN VI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009

CONTOH KOMPONEN-KOMPONEN BIAYA DALAM PERHITUNGAN


TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN)
GABUNGAN BARANG DAN JASA
I

Bahan (Material) Langsung

Harga beli bahan langsung yang dipakai

Procurement Cost (LC Charges dan Bank Charges)

Pengiriman (freight)

Bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)

Bongkar muat

Sewa gudang di pelabuhan

Handling dan Transportasi

Asuransi Bahan Langsung

Biaya Penerimaan dan Pemeriksaan (Receiving & Inspection Cost)


- Biaya Proses Inspeksi
- Biaya Barang Rusak (Rejected Material)

10

Royalti

II

Peralatan

Harga beli Boiler, Genset, Pressure Vessel, Pump, dan mesin-mesin lainnya

Pengiriman (freight)

Bea masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI)

Bongkar muat

Sewa gudang di pelabuhan

Handling and transprotasi

Asuransi Peralatan

Biaya Penerimaan dan Pemeriksaan (Receiving & Inspection Cost)


- Biaya Proses Inspeksi
- Biaya Barang Rusak (Rejected Material)

III.A

Manajemen Proyek (Project Management)

Tenaga Kerja

Fasilitas Kerja

Biaya Habis Pakai (Consumable)

Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)

III.A

Perekayasaan (Engineering)

Tenaga Kerja

Fasilitas Kerja

Biaya Habis Pakai (Consumable)

Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)

11

Lampiran VI Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

IV

Alat Kerja/Fasilitas Kerja

Sewa Peralatan (Crane, Forklift, dsb)

Peralatan Pabrik

Bangunan-Tanah Pabrik

V.A

Konstruksi

Penempatan Mobilisasi / Demobilisasi

Tenaga kerja

Marine Spread

Biaya Bahan Habis Pakai (Consumable)

Peralatan Kerja (Portable)

Biaya Tidak Langsung Proyek (Over Head)

V.B

Biaya Fabrikasi

Upah (Wages)

Penempatan/Mobilisasi/Demobilisasi

Bahan Tidak Langsung, misalnya: gas, solar, pelumas, air proses, pendingin
(coolant), minyak hidrolik (hydraulic fluid), Gemuk (Grease), Sand Blasting/
Painting/ Coating Material

VI

Jasa Umum

Asuransi

Lisensi dan Paten (Licence and Patent)

Utilities (Listrik, Air, Telekomunikasi)

Perawatan, Perbaikan dan Suku Cadang (Maintenance, Repair & Spare Part)

Penjaminan Mutu (Quality Assurance)

Keselamatan, Keamanan dan Kesehatan Lingkungan (HSE)

Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory Overhead)

Catatan:
- Contoh komponen-komponen biaya tersebut diatas dapat disesuaikan
dengan kondisi yang terdapat pada masing-masing perusahaan/penyedia
barang dan jasa atau lingkup pekerjaan.

12

LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
FORMAT REKAPITULASI PENILAIAN BOBOT MANFAAT
PERUSAHAAN (NILAI BMP)

NO

II

III

IV

FAKTOR PENENTUAN
BOBOT PERUSAHAAN

KRITERIA

BATAS
NILAI BMP
BOBOT
BOBOT
(%)
MAKSIMUM

Memberdayakan Usaha
Mikro dan Kecil termasuk
Koperasi Kecil melalui
kemitraan

- Minimal Rp 1
Milyar
- Setiap Kelipatan
Rp 1 Milyar

5%

Kepemilikan sertifikat:
- kesehatan,
keselamatan kerja
(30%); dan
- pemeliharaan
lingkungan (70%)

- Tidak Ada

0%

- Ada

20%

- Minimal Rp 2
Milyar

3%

Pemberdayaan
Masyarakat/Lingkungan

Fasilitas Pelayanan
Purna Jual

5%

- Setiap kelipatan
Rp 2 Milyar

3%

- Investasi
minimal Rp 1
Milyar

5%

- Setiap kelipatan
Rp 1 Milyar

5%

13

30%

4,50%

20%

3,00%

30%

4,50%

20%

3,00%

100%

15,00%

LAMPIRAN VIII PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR
: 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009

DAFTAR KELOMPOK BARANG/JASA PRODUKSI DALAM NEGERI


NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

1. BAHAN PENUNJANG PERTANIAN


1.

Pupuk Urea

2.
3.

Pupuk ZA
Pupuk NPK

4.
5.

Pupuk Organik
Fungisida

6.

Herbisida

7.

Insektisida

8.

Akarisida

9.
10.
11.
12.
13.

Glifosat
Monocrotophos
Carbamates
Butylphenylmethyl carbamate (BPMC)
Methylisopropylphenyl carbamate
(MIPC)
Carbofuran
Diazinon

14.
15.

Bentuk padat, komposisi Nitrogen


(N) 46%
Bentuk padat, komposisi Nitrogen
(N) 21% dan Sulfur (S) 18%
Bentuk padat, komposisi N-P-K: 1515-15; 16-16-16; 20-10-10;
12-12-17+ 2Mg; 15-15-6+4Mg
Berbagai bentuk
Bentuk emulsi dan padat; berbagai
ukuran.
Bentuk emulsi dan padat; berbagai
ukuran.
Bentuk emulsi dan padat; berbagai
ukuran.
Bentuk emulsi dan padat; berbagai
ukuran.
Bentuk cair, berbagai ukuran
Bentuk cair, berbagai ukuran
Bentuk cair, berbagai ukuran
Bentuk cair, berbagai ukuran
Bentuk cair, berbagai ukuran
Bentuk cair, berbagai ukuran
Bentuk cair, berbagai ukuran

2. MESIN & PERALATAN PERTANIAN


1.

Pintu Air (Water Gate)

2.

Pompa Irigasi (Irrigation Pump)

3.
4.
5.
6.

Traktor Tangan (Hand Tractor)


Mesin Pengolah Tanah (Power Tiller)
Mesin Penebah/Panen (Reaper)
Mesin Penyemprot Tanaman (Hand
Sprayer)
14

Model Sorong Plat : Ukuran kecil :


Tinggi : 1 m, Lebar : 0,5 m; Ukuran
besar : Tinggi : 4 m, Lebar: 20 m.
Model Radial : Ukuran Besar : Tinggi
: 4 m, Lebar : 6 m, Ukuran Kecil :
Tinggi : 2,5 m, Lebar : 4 m
Kapasitas Maksimum : 56 m3/menit,
diameter pipa max 500 mm
Daya maksimum : s/d 15 HP
Daya maksimum : s/d 15 HP
Kapasitas : s/d 5 jam/Ha
Kapasitas tanki : 4 s/d 17 liter

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Mesin Penyemprot Bertekanan (Power


Sprayer)
Mesin Pengambut Gendong Bermotor
(Mist Blower)
Mesin Pengering (Dryer)
Mesin Perontok Multi Guna (Thresher)
Mesin Pengupas Gabah (Husker)
Mesin Pengayak (Shifter)
Mesin Penyosoh (Rice Polisher)
Mesin Pemutih (Whitening Polisher)
Mesin Penghancur Jerami
Mesin Pemotong Rumput (Lawnmower)

17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

RMU (Rice Milling Unit)


Rol Karet Gilingan Padi (Rubber Roll)
Bajak (Disc Plough)
Cangkul (Hoe)
Sabit (Sickle)
Beliung (Pickaxe)
Garpu Tanah (Fork)
Sekop (Spader/Shovel)

7.
8.

Kapasitas 20 s/d 120 kiter/menit;


Tekanan maksimum : 50 Kgf/cm2
Kapasitas 14 s/d 16 liter; Jarak
Jangkau Operasional s/d 16 meter
Kapasitas : s/d 22 ton/jam
Kapasitas maksimum s/d 6 ton/jam
Kapasitas : s/d 2,5 ton/jam
Kapasitas : s/d 8 ton/jam
Kapasitas : s/d 2,5 ton/jam
Kapasitas : s/d 2,5 ton/jam
Kapasitas : s/d 10 ton/jam
Tipe Gendong; Tipe Mesin 2 cycle;
Berat : 9 kg; Dimensi : 345x280x401
mm; Maksimum Output : 1.8 ps 7000 rpm
Sesuai pesanan (Customized)
Ukuran : s/d 10" x 10"
Lebar : max. 600 mm
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

3. MESIN & PERALATAN PERTAMBANGAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

Pug Mill
Particel Screen
Mud Gun
Centrifuges
Rotary Dryer
Bucket Teeth
Cooler Piping
Off Gas Cleaning System
Stack Reclaimer
Tundish

4. MESIN & PERALATAN MIGAS


1.
2.

Drilling Tools
Wellhead dan X-Mas Tree

3.

Anjungan Lepas Pantai

4.

Subsea Wellhead

5.
6.

Deep Well Separators


Floating Equipment (Float collar, Float
shoe, Guide shoe)

15

O.D : 2" s/d 7 1/4"; Panjang : 36"


Preassure : 2.000 s/d 20.000 Psi;
Ukuran : 2 1/16" s/d 21 1/4"
Kedalaman 1000 ft, 250 t ;
Jacket: Berat 1.700 Ton, 6
Leg/kaki, Kedalaman 100 Meter;
Deck: Berat 2.300 Ton (offshore),
5.00 Ton/16 Leg (onshore)
Preassure : 2.000 s/d 20.000 Psi;
Ukuran : 2 1/16" s/d 30"
Berbagai jenis & ukuran
Ukuran : 0,8 m - 3,5 m

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

7.

Casing untuk pengeboran minyak/gas

8.

Tubing untukpengeboran minyak/gas

9.

Pipa Bor untuk pengeboran minyak/gas

10.

Pipa Baja Anti Karat (Stainless steel


pipe)
Pipa Saringan Minyak (Pipe Base
Screen)

11.

12.

Pipa Saringan Air Tanah (Water Well


Screen)

13.

Pipe Connection (cross over, nipple)

14.
15.

Oilwell Electric Submersible Pumping


System
Centrifugal Pump

16.
17.

Penetrator
Single Point Mooring Buoy (SPMB)

Diameter : 2 3/8" s/d 20" Yield


Strength 80.000 Psi atau lebih dan
ujungnya sudah dikerjakan.
Diameter : 9 5/8" s/d 20" API 5 CT
Group I (H40, J55, K55) dan
ujungnya sudah dikerjakan.
Diameter : 2 3/8" s/d 5 1/2" Yield
Strength s/d 75.000 Psi dan
ujungnya sudah dikerjakan.
Diameter : 2 3/8" s/d 5 1/2" Yield
Strength s/d 75.000 Psi dan
ujungnya sudah dikerjakan.
Diameter : 2 3/8" s/d 3 1/2" Yield
Strength lebih dari 75.000 Psi dan
ujungnya sudah dikerjakan serta
telah ada penyambungnya.
Pipa baja stainless, diameter : 21.7
s/d 114.3 mm.
Base Pipe (API Pipe size (in) 1103/4, Pipe O/D (in) 1.35-10.750,
Nom. Pipe I/D(in) 0.967-9.821, J/K
55 Pipe wt lb Per-ft. 2.17-45.50,
Screen range 1-30" O/D in length;
Slot openings 0.001-0,25"; Materials
SS 304, SS 316; Low Carbon
Galvanized.
Ukuran : 2 3/8" s/d 20"
Untuk Motor s/d 225 HP
Kapasitas maximum : 36 liter/detik 170 liter/detik; Maximum discharge
pressure : 40 Bar.
O.D : 2,75"; Length : 22,94"
Diameter 15 mtr, D=4,88 d=0,80

5. ALAT BERAT, KONSTRUKSI & MATERIAL HANDLING


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Excavator
Buldozer
Motor Grader
Dump Truck
Mesin Penggiling Jalan (Road Roller)
Asphalt Mixing Plant
Stone Crusher
Concrete Mixer
Forklift
Conveyor

11.

Crane

16

Kapasitas : 70 - 325 HP
Kapasitas : 160 - 250 HP
Kapasitas : 125 - 135 HP
Kapasitas : 730 - 1100 HP
Berat kotor s.d 12 Ton
Kapasitas Maksimum 1000 Ton/hari
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Operating Weight : 1,5 - 5 Ton
Automatic/Manual Conveyor;
Penghantaran : Travel Band atau
Gravity Roll.
Berbagai jenis & ukuran

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

12.

Lift penumpang

13.

Lift barang

14.

Dumb Waiter

15.

Batch Elevator

16.
17.

Eskalator
Appron Bridge Gang Way (Garbarata)

Kapasitas 450 s/d 1000 Kg,


Kecepatan 30 s/d 105 m/menit
Kapasitas 450 s/d 4000 Kg,
Kecepatan 30 s/d 105 m/menit
Kapasitas 50 s/d 300 Kg; Kecepatan
20 s/d 30 m/menit
Kapasitas 750 s/d 1600 Kg;
Kecepatan 30 s/d 105 m/menit
Kapasitas 6700 s/d 9000 orang/jam
Sesuai pesanan (Customized)

6. MESIN & PERALATAN PABRIK


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

A. UMUM
Shell Kiln
Shell Furnace
Ladle Furnace
Furnace
Slag Pot
Pompa air
Pompa industri
Blower
Industrial Fan
Centrifuge
Furnace
Kiln
Dryer
Air Heater
Air Cooler
Air Receiver
Air Slide
Aeration Equipment
Steam Scrubber
Steam Separator
Gas Sweetener
Gas Srubber
Cooling Water System
Water Treatment
Waste Water Treatment
Storage Tank

27.

Tangki Pendam/Timbun LPG


Tangki Trailer LPG
Spherical Tank

28.
29.
30.

Cooling Tower
Steam Turbine
Hydro Turbine

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Open Floating Roof; Fixed Cone
Roof; For liquid & gas
Kapasitas : 5 Ton - 100.000 Ton
Kapasitas : 5 Ton - 25 Ton
Diameter: 12,5 m; Kapasitas
Volume 1,010 M3; Ketebalan 48
mm
Berbagai jenis & ukuran
s/d 3 MW
Sesuai pesanan (customized)

17

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

31.

Boiler

32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.

Heat Recovery Steam Generator


(HRSG)
Motor Diesel
Pressure Vessel
Heat Exchanger
Chiller
Condenser
Coal Handling System
Ash Handling System
Fire Fighting System
Valve

42.

Ducting

SPESIFIKASI
Utility (100 s/d 1000 MW); Industrial
(s/d 100 MW); Household (s/d 3 ton
uap/jam)
Kapasitas s/d 600 ton uap/jam
Kapasitas s/d 30 HP
Kapasitas : 14,5 MW
fan casing, silo/bunker, stack
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Ukuran : 1/2"-36" (ball valve);
Ukuran : 1/2"-48" (gate valve);
Ukuran : 1/2"-24" (globe valve);
Ukuran : 1/2"-36" (check valve);
Ukuran : 1/2"-24" (plug valve);
Ukuran : 2"-54" (wafer check valve);
Ukuran : 2"-60" (Butterfly valve);
Ukuran : 2"-12" (Y-St).
Berbagai jenis & ukuran

B. KHUSUS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
1.
2.

Mesin & Peralatan Pabrik Semen


Mesin & Peralatan Pabrik Pupuk Urea
Mesin & Peralatan Pabrik Pengolahan
Kopi
Mesin & Peralatan Pabrik Minyak Kelapa
Sawit
Mesin & Peralatan Pabrik Gula
Mesin & Peralatan Pabrik Biodiesel
Mesin & Peralatan Pabrik Bioethanol
Mesin & Peralatan Pabrik Alkohol
Mesin & Peralatan Pabrik Minyak Nabati
Mesin & Peralatan Pabrik Pengolahan
Kayu
Mesin & Peralatan Pabrik Pengolahan
Makanan/Minuman
Mesin & Peralatan Pabrik Es
Mesin & Peralatan Pabrik Kertas
Mesin & Peralatan Pabrik T eh
Mesin & Peralatan Pabrik Crumb Rubber
Mesin Penepung Pakan Ternak
Peralatan Sawut Singkong
Mesin & Peralatan Pabrik Semen
C. MESIN PERKAKAS
Mesin Bubut Manual (Lathe Machine)
Mesin FrisManual (Milling Machine)
18

Kapasitas s/d 1,5 juta ton/tahun


Kapasitas 1.725 ton/hari
Kapasitas s/d 90 kg/jam
Kapasitas s/d 30-60 TBS/jam
Kapasitas s/d 10.000 TCD
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Kapasitas s/d 5 ton/hari
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Kapasitas s/d 300 kg/jam
Kapasitas s/d 500kg/jam
Kapasitas s/d 1,5 juta ton/tahun
Panjang s/d 1 ~ 1,5 meter
Ukuran meja : 1217 x 229 mm

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

3.

Mesin Bubut CNC

4.
5.
6.

Mesin Las (Welding Machine)


Mesin Bor (Drilling Machine)
Mesin Press (Pressing Machine)

7.

Mesin Tekuk (Bending Machine)

SPESIFIKASI
Diameter bubut maksimal : 300 mm,
Panjang bed : 1.500 mm,
CNC : 2 Axis Interpolation
Input Power : 0,65-53,3 kVA
Diameter s/d 5 "
Max bending plates 3 mm x 1200
mm;
Kapasitas: panjang max 1270 mm;
tebal 3 mm; bending angle 25-179
derajat

7. BAHAN BANGUNAN/KONSTRUKSI

4.
5.
6.
7.

Baja Tulangan Beton Lonjoran


Baja Tulangan Beton Hasil Canai Ulang
Baja Tulangan Beton dalam bentuk
gulungan
Kawat Baja Karbon Rendah
Baja Profil Ringan
Baja Profil Berat
Baja Lembaran Lapis Seng

8.

Baja Lembaran Lapis Seng Berwarna

9.

Baja Lembaran Lapis Seng Alumunium

10.

Floor Deck

11.

Roof Deck

12.

Genteng Metal

13.

Alumunium Roofing Sheet

14.
15.

Semen putih
Semen portland

16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Semen Pozzolan
Semen Masonry
Tiang pancang beton
Pipa beton
Beton siap pakai (ready mixed concrete)
Batako (blok dan batu bata dari semen)
Ubin dari semen
Papan, lembaran, panel dari semen

1.
2.
3.

19

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Ketebalan 0,20 mm s/d 1,0 mm
dalam bentuk coil, roll, plat dan
lembaran bergelombang.
Ketebalan 0,20 mm s/d 1,0 mm
dalam bentuk coil, roll, plat dan
lembaran bergelombang.
Ketebalan 0,20 mm s/d 1,0 mm
dalam bentuk coil, roll, plat dan
lembaran bergelombang.
Ketebalan 0,70 mm s/d 1,0 mm
dalam bentuk coil dan lembaran
bergelombang/profil.
Ketebalan 0,20 mm s/d 0,5 mm
dalam bentuk coil dan lembaran
bergelombang/profil.
Ketebalan 0,20 mm s/d 0,40 mm
dalam bentuk coil dan lembaran
berbentuk genteng.
Ketebalan 0,30 mm s/d 0,70 mm
dalam bentuk coil dan lembaran
bergelombang.
ukuran per zak 40 kg
Tipe I, II, III, IV,V dan ukuran per
zak 40 kg dan 50 kg
Ukuran per zak 40 kg dan 50 kg
Ukuran per zak 40 kg dan 50 kg
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

Genteng keramik
Kaca Lembaran
Kaca Pengaman (Diperkeras/tempered)
Kaca Pengaman (Dilapis/laminasi)
Kaca dinding
Ubin Keramik (tidak dikilapkan)
Ubin Keramik (dikilapkan)
Saniter Keramik (Kloset, bidet, wastafel,
urinoir, bak cuci, bak mandi)

32.

35.

Ubin Atap dari keramik (genteng


keramik)
Lubang Angin
Pipa, saluran, talang dan alat
kelengkapan pipa dari keramik
Pipa untuk saluran air minum (PE)

36.

Pipa untuk saluran air minum (PVC)

37.

Reservoar, tangki, tahang dan tempat


simpan dari Plastik
Komponen bahan bangunan dari kayu :
- Jendela, jendela Prancis dan
kusennya
- Pintu dan kusennya serta ambang
pintu
- Penutup untuk pekerjaan konstruksi
beton
- Atap sirap dan shake
- Post dan beam (balok)
Flooring dari kayu
- Panel Penutup lantai mozaik
- Panel Penutup lantai (multilayer)
- Panel Penutup lantai lainnya dari kayu
Flooring dari plastik PVC (penutup
lantai):
- Ubin
- Dalam bentuk gulungan
- Penutup dinding
Flooring dari plastik PE (penutup lantai) :
- Ubin
- Dalam bentuk gulungan
Kayu Lapis/Plywood, termasuk
Decorative Plywood :
- Kayu lapis/plywood (selain bambu)
- Kayu lapis/plywood (selain bambu)/
Fancy plywood
- Kayu lapis dilaminasi

33.
34.

38.

39.

40.

41.
42.

20

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai ukuran ketebalan dan sisi
Berbagai ukuran ketebalan dan sisi
Berbagai ukuran ketebalan dan sisi
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Terbuat dari porselin atau tanah
lempung cina, berbagai jenis dan
ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
S 8 dan S 10; dengan tekanan 12,5
Bar; Ukuran 0,5 '' (20 mm) s/d 12
(315 mm)
S 10 dan S 12,5; dengan tekanan
12,5 Bar; Ukuran 0,5 '' (20 mm) s/d
12 (315 mm)
Berbagai jenis dengan kapasitas >
300 liter
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis kayu & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

Veneer kayu: Slad Veneer, Rotary


Veneer
Panel Kayu Lainnya (Blockboard, lamin
board & batten board)
Papan serat dari kayu (MDF).
Kayu Gergajian
Particle Board (Papan Partikel)
Moulding kayu jenis konifera
Lembaran bergelombang dari crysotile
Lembaran bergelombang lainnya dari
crysotile
Lembaran bergelombang dari semen
serat selulosa
Lembaran bergelombang lainnya dari
semen serat selulosa
Ubin dari granit
Glass block

Berbagai jenis kayu; ukuran


lembaran kayu & ketebalan < 6 mm
Berbagai ukuran.
Ketebalan: (1) < 5 mm; (2) > 5mm ;
(3) > 9mm
Berbagai jenis kayu dan ukuran
Berbagai jenis kayu dan ukuran
Berbagai jenis ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Ukuran sisi: < 7 cm; dan > 7cm
Berbagai jenis dan ukuran

8. LOGAM & BARANG LOGAM


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

HRC (Hot Rolled Coil)


HRP (Hot Rolled Plate)
HRC-PO (Hot Rolled Coil - Pickling Oil)
CRC (Cold Rolled Coil)
CR-Sheet
Wire Rod
Kawat Baja (Steel Wire)
Prestressed Concrete Steel Wire (PC
Wire)
PC Bar
PC Strands
Tali Baja (Wire Rope)
Jalinan Kawat Baja (Stranded Wire)
Pipa Baja Las Lurus (LongitudinallyWelded Pipe)
Pipa Baja Lapis Seng
Pipa Baja Las Spiral (Welded Pipe)
Pipa Conduit/Listrik
Kawat Las
Kawat Berduri
Kawat Bronjong (Heavy Zinc Coated
Steel Wire)
Bronjong Kawat (Gabion)
Mur dan Baut
Paku
Aluminium Flat Sheet

21

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Diameter s/d 60 mm
Baja karbon tinggi berlapis seng;
konstruksi: 1x3, 1x5, 1x7; diameter
2.9 s/d 5 mm
Diameter : 12.7 s/d 1220 mm
Semua jenis dan ukuran
Diameter : 200 s/d 3000 mm
Diameter : 5/8" s/d 12"
Diameter : 2.5 s/d 5 mm
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Gauge : 0.15-0.39 mm, 0.4-3.2 mm;
Width : 600-1220 mm, 600-1525
mm; Length : 500-3600, 500-4000
mm.

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

24.

Aluminium Coil

25.
26.

31.

Aluminium Foil
Peralatan dapur terbuat dari logam
(Pisau, panci, rantang, dll)
Tabung LPG
Kompor Gas LPG
Katup Tabung Baja LPG
Regulator Tekanan Rendah untuk
Tabung Baja LPG.
Asesories Pintu, Jendela

32.

Engsel

33.

Handel Pintu

34.

Kunci

35.

Alumunium Ekstrusi

27.
28.
29.
30.

SPESIFIKASI
Gauge : 0.30-3.20 mm; Width : 9141525 mm, ID : 500.
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Ukuran volume : 3 kg s/d 50 kg
1 Tungku dan 2 Tungku
Tekanan 3-12 kg
Tekanan 3 - 12 kg
Door Closer : Anodized Silver; Door
Stop : Satin Nickel; Grendel :
Polished Brass; Flush Bolt :
Polished Chrome
4" x 3" x 3,2 Ball Bearing; Stainless
Steel
250 mm - 400 mm, Polished or
Satin Stainless Steel
Single/Double Action Door:
Polished Nickel; Gold Plated,
Chrome
Alumunium Profil, Kusen, Pintu dan
Jendela

9. BAHAN KIMIA & BARANG KIMIA


1.
2.

Asam Khlorida
Asam Sulfat

HCl 33%
H2SO4 98%

3.

Nitrogen 34,8%, bentuk Prill,


kemurnian 99,5%

4.
5.

Amonium nitrat, dalam larutan air


maupun tidak
Ortho-Xylene
Aluminium Sulfat (Alum/Tawas)

6.

Poly Aluminium Khlorida

7.
8.

Calsium Hypochloride (Kaporit)


Acetylene

9.
10.

Oksigen
Calcined Petroleum Coke

11.

Katalis Penunjang

12.

Barite

Bentuk padat dan cair, mengadung


Al2SO4 berbagai komposisi dan
ukuran.
Mengadung Add active 10%,
bentuk cair berbagai ukuran
Bentuk serbuk dan dikemas (25 kg)
Kalsium karbida (Karbid), untuk
pengelasan
Dalam tabung
Untuk pabrik baja dan Aluminium
(High Sulphure dan Low Sulphure)
Dengan nikel atau senyawa nikel
sebagai zat aktif; HTS : Fe/Cr; LTS :
Cu/Zn; Sulfur Removal : ZnO,
Cu/Zn, Mn/Zn; Fatty Acid
Hydrogenasi : Cu/Mn.
Barium Sulfate Content min 8791%; Density minimum 4.20 g/cucm; Water Soluble Alkaline Earth
22

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

13.

Bentonite

14.

Oil Well Cement

15.

Bahan peledak olahan, selain bubuk


propelan

16.

Detonator Ranjau Elektrik

17.

Minyak pelumas
Gemuk Pelumas

Pelumas Sintetik

Minyak pelumas lainnya (mesin-2 pada


otomotif & industri)

18.

19.
20.

Tinta Cetak
Tinta cetak warna hitam untuk pelindung
ultraviolet
Tinta cetak warna hitam bukan untuk
pelindung ultra violet
Tinta cetak selain warna hitam
Tinta Pemilu
Pernis, Lak, Cat dan berbagai Coating
(Solvent base)
Pernis, Lak, Cat dan berbagai Coating
(Water base)
23

Materials as Calcium maximum 250


mg/kg; Residue greater than 75
micrometers maksimum 3.0 wt. % ;
Particles less than 6 micrometers in
equivalent spherical diameter
maksimum 30.0 wt. %.
Viscometer Dial Reading @ 600
rpm minimum 30; Yield Point /
Plastic Viscosity Ratio maximum 3;
Filtrate Volume @ 100 psi/30 min
maximum 15 ml; Residue greater
than 75 micrometers maximum 4
wt.%.
High Sulphate Resistance berbagai ukuran
Black Powder: Moisture max 1%,
higroscopi max 1,5%, bulk density
minimum : 0,9 sg 1,6 - 1,75.
Strength No. 6-12, Legwire atau
Aluminium, bahan detonator
(melting point minimal: 139o C,
Moisture max 0,1%, PH : 5,5 Ash
Max : 0,02%, free Acid nil)
Berbagai jenis dan ukuran.
Komposisi 70 - 90% base oil
(mineral atau sintetik), sisa additive
mengandung nasenic atau
parasenic, berbagai jenis dan
ukuran.
Komposisi 70 - 90% base oil
(mineral atau sintetik), sisa additive
mengandung nasenic atau
parasenic, berbagai jenis dan
ukuran.
Komposisi 70 - 90% base oil
(mineral atau sintetik), sisa additive
mengandung nasenic atau
parasenic, berbagai jenis dan
ukuran.
Berbagai jenis dan ukuran kemasan
Berbagai jenis dan ukuran kemasan
Berbagai jenis dan ukuran kemasan
Berbagai jenis dan ukuran kemasan
Berbagai jenis dan ukuran kemasan
Berbagai jenis dan ukuran kemasan

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.
21.

22.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

Cat untuk sarana transportasi (kapal,


pesawat, kereta api, kendaraan
bermotor), terbuat dari polimer akrilat
dan vinil.
Detergen

Berbagai jenis dan ukuran kemasan

Serbuk, berbagai jenis, ukuran dan


kemasan

10. PERALATAN ELEKTRONIKA


1.
2.

9.
10.
11.
12.
13.

Microwave Oven
Lemari Pendingin (Kulkas, Showcase
dan Frezeer)
Water Dispenser
Pemanas Air (Water Heater)
Mesin Cuci (Washing Machine)
Strika Listrik
Pemasak Nasi (Rice Cooker)
Pembuat Kopi atau T eh (Coffee/Tea
Maker)
Pemanggang Roti
Blender
Juicer
Water Purifier
Kipas Angin

14.

AC (Pengatur Suhu Udara)

15.
16.

Amplifier
Wireless Amplifier

17.

Radio Cassete Player/Recorder

18.
19.

CD/VCD/DVD Player
Televisi

20.
21.
22.

Speaker
Megaphone
Mikrofon

23.

Transformator

24.
25.
26.
27.
28.

Mini Circuit Breaker (MCB)


Relay
Uninterruptable Power Supply (UPS)
Lampu TL
Lampu Fluoresensi

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Keperluan rumah tangga


Jenis rumah tangga & kompresi, <
230 liter
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga
1 tabung & 2 tabung <= 10 Kg
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga
Skala kecil - menengah
Jenis Meja/kotak/ventilasi,
Stand/Wall Fan
Tipe jendela/dinding,
menyatu/sistem terpisah
s/d 240 Watt
s/d 200 Mega Hetz
Ukuran saku, dengan ukuran tidak
melebihi 170mmx100mmx45mm
Perekam pita kaset, dengan
amplifier terpasang dan satu atau
lebih pengeras suara terpasang,
dioperasikan hanya dengan sumber
tenaga dari luar
1 3 Disk
Televisi Berwarna dioperasikan
dengan baterai atau listrik
Tunggal/Multiple s/d 35 Watt
s/d 20 Watt
Keperluan telekomunikasi

24

Transformator step up/down, slide


regulator, stabilisator tidak melebihi
1 kVA
Jenis moulded case
Voltase < 60 Volts
Sesuai pesanan (Customized)
s/d 40 Watt
s/d 28 Watt

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

29.

Panel Surya

30.
31.
32.

Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida


Pemancar TV Analog
Antena Pemancar TV

33.

Radiosonde

34.

LED Signal Unit

35.

Pompa Air

SPESIFIKASI
Module untuk Home System,
Pompa Air, Wartel, Penerangan
Jalan
Customized (Surya, Angin, Hibrida)
VHF, UHF, PAL/SECAM/NTSC
Piringan reflektor antena parabola
Antena teleskopik, antena rabbit
dan antena dipole untuk penerima
televisi atau radio
Voltase : 19 V; Frek : 1680 Hz;
Daya : 150 W; Elevasi : hingga 25
Km.
Untuk Aviation, Railway, Interlock
System
Keperluan rumah tangga (Kapasitas
s/d 250 Watt)

11. PERALATAN KELISTRIKAN


1.

Kabel Listrik

2.
3.

Kotak Alat Pemutus dan Penghubung


(APP)
Konektor

4.

Isolator

5.

KWH Meter

6.
7.
8.
9.

Pemutus Sirkit Mini (MCB)


Transformator Tenaga dan Distribusi
Transformator Arus (CT) & Tegangan
(VT)
Panel Listrik (Switchboard)

10.
11.

Panel Kontrol (Control Panel)


Motor Listrik (Electro Motor)

12.
13.
14.
15.

Tiang Listrik Beton Pratekan


Tower Listrik
Stop Kontak Listrik
Sakelar

Low (3.000 A), Medium (6.000 A),


dan High Voltage (s/d 24.000 V)
Sesuai pesanan (Customized)
Kapasitas s/d 3.500 HP; s/d 13,8
kV; Jumlah Fasa : 1 dan 3
7-14 m / 100-500 daN
Sesuai pesanan (Customized)
Keperluan rumah tangga
Keperluan rumah tangga

16.

Generator Set

Berbagai jenis & ukuran

25

Berbagai ukuran kabel listrik &


otomotif
Maksimum 400 V, 3 Fase dan 1
Fase
Tegangan Tinggi dan Rendah
Ukuran : 6-25mm2/6-25 mm2, 625mm2/35-70 mm2; Ukuran : 35-70
mm2/35-70 mm2; Ukuran : 10-95
mm2/10-70 mm2 (Konektor Pres).

12,5-120 kV; 125-150 kV; terbuat


dari keramik berbagai jenis &
ukuran maksimum : 36 kV, bentuk :
sekering, pin, post
Arus tegangan frekuensi : 5-60 A,
230-240 V, 50-60 Hz.
MCB Range : 0,3 - 35 A
Daya :1 kVA - 150 MVA
Maximum : 24 kV Multiratio

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

12. PERALATAN TELEKOMUNIKASI


1.

C-Band

2.
3.

Block Up Converter
WiMax Radio

4.
5.
6.
7.

Set Top Box


FDD Radio
Rectifier System
Mobile BTS

8.
9.
10.

Antena
Repeater
Tower Telekomunikasi

11.
12.
13.

Telepon Selular
Kabel Optik
Kabel Telekomunikasi

Up Converter / CM-22943 XU
series; Down Converter / CM-22943
XD series; RFT / LC-500 series;
SSPA / CMPC Series.
Converter / CMBC Series
Base Station / HiMAX Base Station
231 & 331; CPE / HiMAX
Subscriber Station.
Sesuai pesanan (Customized)
Hi-Bridge
Sesuai pesanan (Customized)
Indoor/Tower 32 m ,Shelter 1.8 x 2
m; Outdoor/Tower 32 m , Shelter
1.8 x 2 m.
WIMAX / 2.3 GHz, 3.3 GHz
DMA / CMR 800, Mobile
Green Field, Roof Top, Kamuflase,
Guy Mast
CDMA, GSM
Berbagai ukuran
Berbagai ukuran

13. ALAT TRANSPORT


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Kapal Penumpang (Passenger Vessel)


Kapal Penyeberang (Ferry Ro-Ro)
Kapal Tanker BBM (Oil Tanker)
Kapal Tanker Bahan Kimia (Chemical
Tanker)
Kapal Pengangkut LPG (LPG Carrier)
Tongkang (Barge)
Split Barge
Kapal Barang (General Cargo)
Kapal Barang Kontainer (Container
Vessel)
Kapal Barang Curah (Bulk Carrier)
Kapal LCT (Landing Craft Transport)
Kapal Pengangkut Semen (Cement
Carrier)
Kapal Penangkap Ikan (Fishing Vessel)
Kapal Tunda/Tarik (Pusher & Tug Boat)

500 Penumpang (PAX)


19.000 GT
30.000 DWT
16.000 DWT

Kapal Suplai/Anchor Handling Tug


Supply (AHTS)
Kapal Keruk (Dradger Vessel)
Trailing Suction Hopper Dradger
Kapal Bantu Navigasi (Navigation
Vessel)

2 x 3.000 HP

5.600 CuM
330 Ft
2000 CuM
50.000 DWT
1.600 TEU'S
50.000 DWT
1.500 GT
20.000 DWT
300 GT
7.500 HP

12.000 DWT
1.500 GT
350 GT

26

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

19.

Gerbong Barang

20.

Gerbong/Kereta Penumpang

21.

Kereta Rel Diesel

22.
23.
24.

Lokomotif Diesel Elektrik


Lokomotif/Kereta Inspeksi
Komponen Kereta Api dan Prasarana
Kereta Api

25.
26.

Pesawat Terbang
Helikopter

27.

Komponen Pesawat dan Pemeliharaan


pesawat
Torpedo SUT (Surface Under Water
Target)

28.

Gerbong Tangki, Gerbong Curah,


Gerbong Container, Gerbong
Tertutup
Kereta Kelas Bisnis & Eksekutif;
Kereta Makan; Kereta Pembangkit;
Kereta Rel Listrik
Kereta Rel Diesel Hidrolik (4 atau 5
kereta per set);

29.
30.
31.
32.
33.

Sepeda Motor
Sedan
MPV (Multi Purpose Vehicle)
SUV (Sport Utility Vehicle)
Pick UP- Niaga

34.

Bus

35.

Bus CNG

36.

Truk

37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.

Sepeda
Ban Mobil Roda 4
Ban Roda 2
Ban Dalam Roda 4
Ban Dalam Roda 2
Ban Vulkanisir
Kaca Pengaman diperkeras dan berlapis
Helm untuk kendaraan bermotor

Bogie; Automatic Couplers;


Penambat Rel; Sistim Rem Kereta
Api; Wesel (Sistem Sinyal); dan
Pintu Perlintasan Kereta Api
NC-212, CN-235
NAS-332, BELL-412, NAS-332
untuk sipil 5 s/d 19 penumpang dan
angkutan militer.
Berbagai jenis & ukuran
Roket (FFAR 2.75) termasuk alat
penyangga dan sistem peluru
kendali
Kapasitas s/d 200 CC,
Kapasitas s/d 3000 CC
Kapasitas 2000 CC (4x2)
Kapasitas s/d 2700 CC (4x2)
Kapasitas s/d 1500 CC (Flat , Wide
Deck)
GVW, 5 - 10 Ton (G/D), GVW, 10 24 Ton (G/D), GVW> 24 Ton (G/D)
GVW = 28 Ton, CC = 11,051,
Automatic Transmition, Bahan
Bakar = CNG, L = 18 m, W = 2,5 m,
H = 2,5 m, Total Penumpang = 150
orang.
GVW, 5-10 Ton (G/D), GVW, 10-24
Ton (G/D), GVW> 24 Ton (G/D)
BMX; MTB, Sepeda Anak-anak
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

14. BAHAN & PERALATAN KESEHATAN


1.
2.

Tempat tidur pasien


Meja Operasi

Manual & Electric


Berbagai jenis & Ukuran
27

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

12.

Lemari obat
Dental Chair
Kursi dorong
Trolli untuk Rumah Sakit
Blood pressure kit & part
Timbangan
Incinerator
Alat suntik sekali pakai
Sarung tangan karet untuk bedah
- Sarung tangan steril sekali pakai
untuk keperluan bedah
- Sarung tanan karet sekali pakai untuk
keperluan pemeriksaan kesehatan
Kondom

13.

Penghancur alat suntik sekali pakai

14.
15.
16.

Barang medis dan bedah dari plastik


Kotak, peti dari plastik
Kantong Antiseptik

17.

Botol dari plastik

18.
19.

Mesin Pengasapan (Fogging Machine)


Meja Radiologi

20.

X-ray film dryer

21.

X-ray cassette & film storage box

22.

X-ray cassette transfer box

23.

Infus Set

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Berbagai jenis & Ukuran


Berbagai jenis & Ukuran
Berbagai jenis & Ukuran

Berbagai jenis & Ukuran


Single -use steril rubber surgical
gloves-spesification
Single rubber examination golvesspesification
Semua jenis dan ukuran
Dimensi 245x125x285mm, berat 3
kg, dari bahan composite, batu
gerinda untuk baja tahan karat
(stainless stell), konsumsi listrik
200w/220volt.
Berbagai jenis & Ukuran
Berbagai jenis & Ukuran
Berbagai ukuran dengan bahan foil
aluminium
Berbagai jenis & ukuran selain
bahan foil aluminium
Berbagai jenis & Ukuran
Material : square iron, Tebal : 50 x
50 x 2 mm; Dimensi : 200 x 70 x 70
cm
Material : plate iron, Tebal : 1.2 mm;
Dimensi : 80 x 57 x 70 cm
Material : multiplex, Tebal : 12 mm;
Dimensi : 70 x 45 x 80 cm
Material : plate iron, Tebal : 1.2 mm;
Dimensi : 56 x 53 x 48 cm
- Infus set 21G x 1,5"; 15 drops/ml
- Infus set 21G x 1,5"; 60 drops/ml
- Infus set Microdip 20 drops.ml;
21G
- Infus set Microdip 60 drops.ml;
21G

15. PERALATAN LABORATORIUM


1.
2.
3.

Gelas laboratorium
Buret
Tabung Reaksi

Berbagai jenis dan ukuran


Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran

16. KOMPUTER & PERALATAN KANTOR


1.
2.

Personal Computer
Laptop / Notebook Computer

Tower; Portable
12 inch s/d 17 inch
28

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

3.
4.

Computer Server
Peripheral Computer

5.

Printer, Catridge dan komponennya

6.

Sistim Identifikasi Sidik Jari Elektrik

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Filing Cabinet
Deposit Box
Pensil (Tulis & Berwarna)
Pena / Ballpoint
Pita Mesin Tulis / Gambar
Spidol
Stabilo (Marker)
Tip Ex (Penghapus cair)
Penghapus

16.
17.
18.

Penggaris
Kertas Tulis / Cetak
Kertas copy :
- Kertas self copy dalam gulungan atau
lembaran
- Kertas Copy, kertas karbon, kertas
transfer
- Kertas self copy dalam kotak maupun
tidak
- Kertas Copy, kertas karbon, kertas
transfer
Barang dari kertas untuk pembuatan
ATK :
- Buku Daftar, buku kas, buku catatan,
buku pesanan, buku kuitansi, kertas
surat, kertas memo, buku harian
- Buku Tulis
- Penjilid, map, penyimpan berkas

19.

20.
21.
22.
23.
24.
25.

- Manifold business form dan


interleaved carbon sets
Amplop
Kartu surat, kartu pos polos dan kartu
korespondensi
Kantong, dompet surat
Barang-barang cetakan (brosur,
selebaran dalam lembaran tunggal
maupun tidak).
Furniture dari Logam
Furniture dari Kayu :
- Tempat duduk berputar yang dapat
diatur tingginya
29

Cabinet, Rack/Self Support, Open


Rack, Box KWH, ACPDB/DCPDB,
Box ATS, PDB Stainless, Junction
Box, PUTR
Berbagai jenis, ukuran dan warna ;
Dot Matrix, Ink Jet
4.000 User; Smart 2K V5 Bio
Optical
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Tulis dan gambar
Tulis dan gambar
Semua ukuran dan warna
Permanen dan non permanen
Semua Warna
Tahan air
Terbuat dari karet alam dan karet
sintetik, berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis penggaris
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

26.
27.
28.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

- Tempat duduk dgn rangka kayu diberi


lapisan penutup
- Tempat duduk dengan rangka kayu
lainnya
- Perabotan kayu dari jenis yang
digunakan di kantor
Furniture dari Rotan :
- Tempat duduk dari rotan
- Perabotan dari rotan
Furniture dari plastik
Perlengkapan Kantor atau sekolah dari
plastik

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

17. PAKAIAN & PERLENGKAPAN KERJA


1.
2.

Jaket Kulit
Tas kerja/tas sekolah

3.

Kopor

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Ikat Pinggang Kulit


Sarung tangan untuk kerja berat
Dompet
Perlengkapan Kerja Keperluan Industri
Sepatu Dinas Lapangan
Sepatu Dinas Harian
Sepatu teknik lapangan/keperluan
industri
Alas kaki lainnya

12.

Kain Lembaran

13.

Kain Gordyn

14.

Handuk

15.

Selimut

16.

Jala Kamuflase

17.

Masker

18.

Pakaian Seragam

19.

Pakaian Batik

20.

Pakaian Kerja Pabrik

21.

Rompi

Berbagai jenis & ukuran


Terbuat dari kulit, kulit imitasi, kain
kanvas
Terbuat dari kulit, kulit imitasi, kain
kanvas
Terbuat dari kulit, kulit imitasi
Terbuat dari kulit
Terbuat dari kulit, kulit imitasi, dll
Terbuat dari kulit
Terbuat dari kulit, plastik, sol karet
Terbuat dari kulit, plastik, sol karet
Terbuat dari kulit, plastik dan karet
Terbuat dari kulit, kulit imitasi, kain
kanvas, dll
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran

30

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

22.

Sarung Tangan

23.

Kaos Kaki

24.

Topi

25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Tenda
Kain Sofa
Label
Karpet
Velbet
Tas Ransel
Ikat Pinggang
Jas Hujan
Kasa Pembalut
Asesoris (kancing, resleting & label)
untuk pakaian
Pakaian yang digunakan untuk
pelindung dari zat kimia, radiasi atau api
dari plastik.
Sarung tangan, mittens dan mitt terbuat
dari plastik
Sarung tangan, mittens dan mitt terbuat
dari karet untuk keselamatan kerja.

35.
36.
37.

Terbuat dari serat polyester, rayon,


kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat sintetik
Terbuat dari serat katun
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

18. PERALATAN OLAH RAGA & PENDIDIKAN


1.

Sepatu olah raga

2.

Pakaian Olah Raga

3.
4.
5.

Bola Volly
Bola sepak
Bola tenis

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Bola basket
Bola Tenis Meja
Shuttlecock
Raket Tenis Meja (Bat)
Raket Bulu Tangkis/Tenis
Jaring Bulu tangkis
Jaring Tenis Meja
Jaring Bola Basket
Jaring sepak bola
Jaring Bola Tenis
Jaring Bola Volley
Peta
Globe
Kerangka Manusia / Binatang
Alat peraga pendidikan

Terbuat dari kulit, kulit imitasi, kain


kanvas, dll
Terbuat dari serat polyester, rayon,
kapas, rami, atau campuran
Moulding, semua ukuran
Jahit dan tempel berbagai ukuran
Moulding dari karet alam atau karet
sintetis
Moulding berbagai jenis dan ukuran
Sesuai pesanan (Customized)
Berbagai jenis
Sesuai pesanan (Customized)
Sesuai pesanan (Customized)
Terbuat dari kain dan nilon
Terbuat dari kain dan nilon
Terbuat dari kain dan nilon
Terbuat dari kain dan nilon
Terbuat dari kain dan nilon
Terbuat dari kain dan nilon
Terbuat dari kertas, kayu
Terbuat dari gypsum atau pelastik
Terbuat dari kayu

31

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

19. SARANA PERTAHANAN

2.

Panser
- Angkut Personil Ringan (APR) 4 x 4
- Angkut Personil Sedang (APS) 6 x 6
- Kendaraan Tempur (Ranpur) Panser 6
x6
- Kendaraan Tempur (Ranpur) Panser
Berkanon 6 x 6
Water Canon

3.

Senjata

4.

Munisi

5.
6.
7.
8.
9.

Jembatan Bailey
Kapal Patroli Cepat (Fast Patrol Boat)
Kapal Perang
Kapal LST (Landing Ship Tank)
Kendaraan Serbaguna tahan peluru

10.
11.

Truk Pengangkut Personil


Truk Taktis

1.

Daya angkut: 10 orang


Ukuran senjata: 2,7 mm
Kemampuan gerak putar: 360o
Kecepatan maximum: 92 km/jam
- Mampu untuk medan berat dan
sebagai alat berat
- Kapasitas Tank: 4000 liter
- Tekanan operasional: 16 Bar
- Senjata serbu kaliber 5,56 mm
- Senjata genggam (Pistol dan
Revolver)
- Senjata pinggang (Pistol
Mitraliur)
- Senjata penembak runduk (SPR
ka. 7,62 mm; kal. 12,7 mm)
- Senjata berat (kal. 20; kal. 105;
Mortir 60 mm dan 81 mm)
- Senjata Mesin Sedang (SMS)
kal. 7,62 mm
- Sejata Mesin Ringan (SMR) kal.
5,56 mm
- Munisi Kaliber kecil (MKK)
- Munisi Kaliber Berat (MURAT)
- Munisi Khusus (MUSUS)
60 M
4.250 GT
APR1V1, APR2V1, APS1V1,
APS2V1,
Kendaraan Tempur
Kelas 2,5 ton, Kofigurasi roda (4 x
4); Berat Kotor Kendaraan (GVW)
9000 kg; Jarak Terendah (Ground
Clearance Under Axle) 390 mm;
Direct Injection Turbo Diesel 6 Cyl
Kapasitas 6.590 cc

20. BARANG LAINNYA


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kacamata kesehatan
Kacamata biasa
Kacamata teknik
Jam Tangan
Jam Meja
Jam Gantung
Lonceng

Berbagai jenis dan ukuran


Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
Berbagai jenis dan ukuran
32

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

8.

Gitar

9.
10.
11.
12.

Organ
Piano
Flute
Drum

13.

Payung

14.
15.

Meter Air
Katup Meter Air

16.

Mesin Air Minum Dalam Kemasan 8 Line

17.

Mesin Pencacah Ikan Kapasitas 300


kg/jam
Filipot (Alat curah pompa bensin dari
tangki mobil ke tangki pendam)

18.

Gitar Akustik dan Listrik, terbuat


dari kayu dan logam
Berbagai jenis
Berbagai jenis
Berbagai jenis
Berbagai jenis, terbuat dari kulit dan
logam
Terbuat dari kain, kertas, kayu dan
logam

24.

Peralatan rumah tangga dari keramik


Perlengkapan dan peralatan rumah
tangga dari gelas
Peralatan rumah tangga (perlengkapan
makan dan minum) dari plastik.
Selang karet untuk kompor gas LPG :
Vulkanisat karet komponen untuk
bantalan dermaga
Selang plastik

25.

Tabung plastik

26.

Pelat,lembaran, film, foil, strip dan


bentuk pipih lainnya
Kotak, peti, kraft dari plastik :
- Wadah makan dan minum dari
polystyrenefoam

19.
20.
21.
22.
23.

27.

33

8 Line, 9600 pcs/hour; 3 Phase 380 Volt; 5 Kwatt; L : 2400: W :


1500; H : 2000 mm; 8 Line; 18000
pcs/hour; 3 Phase - 380 Volt, 8
Kwatt; L : 3500; W : 1500; H : 2000
mm
Diesel : 800 Kg/Jam, 10 PK, 40 x
60 x 120 cm
Bodi Filipot 8" x 10";
Strainer/saringan 6,5" x 8,5';
Female Quick Coupling 4";
Dombak 6" x 14"; Tutup
Dombak 1,25" x 14"; Payung
Dombak 1,5" x 14", Male Quick
Coupling 4"; Kamlock Quick
Coupling 4" x 3"; Kamlock
Quick Coupling 3"; Garis Batas
Curah BBM; Pipa 4", Bodi Filipot,
Female dan Tutup Filipot, Elbow;
dapat disambungkan ke slang 4"
dan 3" dengan sambungan
kombinasi Kamlock.
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Jenis kaku/fleksibel, dari
PE/PP/PVC dan berbagai ukuran
Jenis kaku/fleksibel, dari
PE/PP/PVC dan berbagai ukuran
Berbagai jenis & ukuran dari
PVC/PP/PE/PS/Lainnya
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

Sak dan kantong dari PE


Sak dan kantong selain dari PE
Guci, botol, flask dari plastik
Kait plastik berbentuk J dan blok
ikatan untuk detonator
Karung pupuk dari Polipropilene
Kertas dan tisu, diresapi atau dilapisi
dengan pewangi atau kosmetik.

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran
Berbagai jenis & ukuran

30.

Kertas Uang

31.

Kertas Security:

dengan unsur pengaman


(watermark, benang, pengaman
dan sejenisnya)
dengan unsur pengaman a.l.: anti
pemalsuan dan pengamanan,
perangkat lunak, bahan baku dan
hologram beserta aplikasinya

28.
29.

32.
33.

34.

35.

Berbagai jenis & ukuran


Berbagai jenis & ukuran

Kertas cukai rokok


Kertas surat kepolisian
Kertas surat tanda tamat belajar/ijazah
Dokumen berharga (buku cheque
kertas bank garansi)
- Dokumen berharga (buku cheque
kertas bank garansi)
- Buku BPKB (POLRI)
- Pasport (DEPLU)
- Leges/Retribusi administrasi (Pajak,
Depkeu)
Kartu prabayar telepon seluler
Voucher pembayaran pulsa telepon
seluler
Produk dokumen security unsur
pengaman hologram :
- Ijazah ( diknas )
- Sertifikat ( akte kelahiran, BPN )
- Buku ( BPKB )
- Label, leges ( retribusi administrasi )
Hologram beserta Aplikasinya :
- Scratch label
- Cap seal, Induction seal
- Tamper evidence hologram
- Hologram on shrink film
- Hologram film ( lamination / transfer )
- Hot stamping foil hologram
- Security thread
- Security label
- Security paper with holografhic stripe
Smart Card untuk Contact Card :
- Memory based : ID card, Loyalty
(print/reward) card,access control card
- Microprocessor Based : GSM SIM
Card, R-Uim card, Banking (Credit
card), Micropayment (ticketing)
34

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

36.

Contactless Card :
- ID Card, Advanced ID Card, Access
Control Card,
- Micro Payment(Tol, parking) card,
tickecting, Debit card, loyalty
(point/reward) card, kartu subsidi
(BBM, pupuk, kesehatan fakir miskin,
pendidikan)

37.

Hologram Paper/Board (47 -127 grm) :


- Kertas pembungkus kado
- Cigarette Inner Pack
- Label multi fungsi
- Label botol minuman dari wet strength
paper
- Produk fancy
- Perlengkapan pesta
- Label minuman
- Label multi fungsi
- Cigarette soft pack
- Pressure sensitive adhesive
- Kertas dekorasi
- Kemasan makanan
- Poster, sampul majalah, iklan dll
Hologram Paper/Board :
- Folding karton untuk kemasan
makanan, rokok, minuman, botol, iklan
dan lain-lain
Unit Penggerak Pintu Pagar
Panjang pagar max.: 13 m; Berat
pagar max.: 100 kg; Kecepatan
pagar : 12 m/s.

38.

39.

21. JASA ENGINEERING, PROCUREMENT & CONSTRUCTION (EPC) DAN JASA


KETEKNIKAN
1.

Pembangkit Listrik Tenaga Uap/Gas

2.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

3.

Pembangkit Listrik Tenaga Air

4.
5.

Gardu Induk
Sistem Transmisi dan Distribusi Tenaga
Listrik
Fasilitas Gas

6.

35

Kapasitas s/d 8 MW; Kapasitas 825 MW; Kapasitas 25-100 MW;


Kapasitas > 100 MW.
Tipe Binary Cycle; Tipe Back
Pressure kapasitas 1-5 MW;
Kapasitas 5-10 MW; Kapasitas 1060 MW; Kapasitas 60-100 MW;
Kapasitas di atas 100 MW.
Kapasitas s/d 5 MW; Kapasitas s/d
6-50 MW; Kapasitas 51-100 MW;
Kapasitas > 100 MW.
s/d 500 KV
Gas Booster Station
Pipanisasi (offshore &onshore)

Lampiran VIII Peraturan Menteri Perindustrian RI


Nomor: 49/M-IND/PER/5/2009

NO.

NAMA BARANG/JASA

SPESIFIKASI

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Port Handling Equipments (Container


crane, gantry crane, stacking crane)
Airport utilities (fuel supply system &
control)
Pabrik Kelapa Sawit
Pabrik Gula
Pabrik Pengolahan Biji Kopi
Pabrik Semen
Pabrik Tambang Mineral (Timah, Nikel,
Emas, dll)
Pabrik Kertas
Pabrik Pupuk
Pabrik Teh
Pabrik Crumb Rubber
Pabrik Gula
Pabrik Biodiesel / Bio ethanol
Pabrik Alkohol
Pabrik Kimia
Pabrik Petrokimia
Pengilangan Minyak
Jasa Pemboran

25.
26.
27.

Ship Design and Engineering


Sistem Telekomunikasi dan Informatika
Software

28.

Perbaikan Kapal :
- Floating Dock
- Graving Dock

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kapasitas s.d 90 TBS/hari


Kapasitas s.d 10.000 TCD

Pemboran darat : Berbagai jenis &


ukuran; Pemboran Lepas Pantai :
Jackup Rig, Swamp Barge Drilling
Rig.

Data Base, Security System,


Animasi, Pendidikan, Akuntansi,
Game, GPS
50.000 DWT
80.000 DWT

36

LAMPIRAN IX PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
CONTOH PERHITUNGAN HARGA EVALUASI AKHIR (HEA) DENGAN
PREFERENSI HARGA
Penyedia
Barang/Jasa

Penawaran
Harga
Penawaran (Rp)

TKDN

HEA (Rp)

Peringkat

1.050.000.000

60%

889.830.508

1.150.000.000

50%

1.000.000.000

III

1.025.000.000

25%

953.488.372

II

Catatan :
- Contoh di atas adalah untuk pengadaan barang dengan dana
dari dalam negeri (Preferensi harga = 30%)
HEA =

1
x HP
1 + KP

Keterangan :
HEA = Harga Evaluasi Akhir
KP
= Koefisien Preferensi = TKDN (%) dikali Preferensi (%)
HP
= Harga Penawaran yang memenuhi persyaratan lelang
dan telah dievaluasi)

Catatan: Apabila ada dua atau lebih penawaran dengan HEA yang
sama, maka penawar dengan TKDN terbesar adalah
sebagai pemenang.

37

LAMPIRAN X PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
SUSUNAN ANGGOTA
TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI
KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN
I.

Ketua

: Sekretaris Jenderal/Sekretaris Kementerian/Sekretaris


Utama

II. Wakil Ketua

III. Ketua Harian

IV. Tim Monitoring dan Evaluasi


a.

Koordinator :

b.

Sekretaris

c.

Anggota

: 1.
2.
3.
4.
5.

V. Tim Fasilitasi Perbedaan Penafsiran TKDN


a.

Koordinator :

b.

Sekretaris

c.

Anggota

: 1. Wakil dari KADIN


2. Wakil dari Asosiasi terkait tertentu
3. Wakil dari Surveyor yang ditunjuk oleh Menteri
Perindustrian
4.
5.

38

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
SUSUNAN ANGGOTA
TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
I. Ketua

: Sekretaris Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota

II. Wakil Ketua

III. Ketua Harian

IV. Tim Monitoring dan Evaluasi


a. Koordinator

b. Sekretaris

c. Anggota

: 1.
2.
3.
4.
5.

V. Tim Fasilitasi Perbedaan Penafsiran TKDN


a. Koordinator

b. Sekretaris

c. Anggota

: 1. Wakil dari Dinas yang membidangi industri


2. Wakil dari KADINDA
3. Wakil dari Asosiasi terkait tertentu
4.
5.

39

LAMPIRAN XII PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009
SUSUNAN ANGGOTA
TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI
PADA BANK INDONESIA, BHMN, BUMN, BUMD DAN KKKS
I.

Ketua

II. Wakil Ketua

III. Ketua Harian

IV. Tim Monitoring dan Evaluasi


a.

Koordinator

b.

Sekretaris

c.

Anggota

: 1.
2.
3.
4.
5.

V. Tim Fasilitasi Perbedaan Penafsiran TKDN


a.

Koordinator

b.

Sekretaris

c.

Anggota

: 1.
2.
3.
4.
5.

40

LAMPIRAN XIII PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009

CONTOH PERHITUNGAN SANKSI FINANSIAL (SANKSI PERUBAHAN


TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI YANG TIDAK
MENGUBAH PERINGKAT PEMENANG)
Penyedia
Barang/
Jasa

Penawaran
Harga
Penawaran
(Rp)

TKDN

1.100.000.000 80%

1.050.000.000 40%

Yang Seharusnya

HEA (Rp)

Peringkat

TKDN

HEA (Rp)

Peringkat

887.096.774

75%

897.959.184

II

40%

937.500.000

II

III

80%

967.741.935

III

937.500.000
C

1.200.000.000 80%

967.741.935

Catatan :
- Contoh di atas adalah untuk pengadaan barang dengan dana dari
dalam negeri (Preferensi harga = 30%)
HEA =

1
x HP
1 + KP

Keterangan :
HEA = Harga Evaluasi Akhir
KP
= Koefisien Preferensi = TKDN (%) dikali Preferensi (%)
HP
= Harga Penawaran yang memenuhi persyaratan lelang dan
telah dievaluasi)
Besarnya sanksi yang dikenakan kepada Penyedia Barang/Jasa A
adalah:
= Rp 897.959.184,00 - Rp 887.096.774,00
= Rp 10.862.410,00

41

LAMPIRAN XIV PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI


NOMOR : 49/M-IND/PER/5/2009
TANGGAL : 12 Mei 2009

CONTOH PERHITUNGAN SANKSI FINANSIAL (SANKSI PERUBAHAN


TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI YANG MENGUBAH
PERINGKAT PEMENANG)
Penyedia
Barang/
Jasa

Penawaran

Yang Seharusnya

Harga
Penawaran
(Rp)

TKDN

HEA (Rp)

Peringkat

TKDN

HEA (Rp)

Peringkat

1.100.000.000

80%

887.096.774

50%

956.521.739

II

1.050.000.000

40%

937.500.000

II

40%

937.500.000

1.200.000.000

80%

967.741.935

III

80%

967.741.935

III

Catatan:
-

Contoh di atas adalah untuk pengadaan barang dengan dana dari dalam
negeri (Preferensi harga = 30%)
HEA =

1
x HP
1 + KP

Keterangan :
HEA = Harga Evaluasi Akhir
KP
= Koefisien Preferensi = TKDN (%) dikali Preferensi (%)
HP
= Harga Penawaran yang memenuhi persyaratan lelang dan
telah dievaluasi)
Besarnya sanksi yang dikenakan kepada Penyedia Barang/Jasa A adalah:
= (Rp. 956.521.739,00 - Rp 887.096.774,00) + (Rp 1.100.000.000,00 Rp 1.050.000.000,00)
= Rp 69.424.965,00 + Rp 50.000.000,00
= Rp 119.424.965,00

42

Anda mungkin juga menyukai