Operasi rawat jalan adalah pelayanan pembedahan yang diberikan kepada pasien dengan
rawat jalan. Sekalipun memerlukan pengawasan, dilakukan perawatan singkat maksimum 23
jam. Operasi rawat jalan juga dikenal dengan bedah sehari, one day surgery, ambulatory surgery,
outpatient surgery, dan same-day surgery. Operasi rawat jalan memungkinkan seseorang untuk
pulang pada hari yang sama dengan hari operasi. Operasi rawat jalan mengurangi jumlah operasi
rawat inap sehingga mengurangi jumlah obat yang diresepkan dan waktu kunjungan dokter.
Operasi rawat jalan sesuai untuk pasien yang memiliki kondisi kesehatan relatif baik yang akan
menjalani opersi ringan atau sedang seperti beberapa operasi urologi, mata, THT, dan lainnya.
Kini, lebih dari 60% pasien yang seharusnya menjalani operasi elektif di USA telah menjalani
operasi rawat jalan. Diduga, angka ini akan terus bertambah mencapai 75% pada beberapa
dekade selanjutnya. Operasi rawat jalan terus berkembang selama tiga dekade terakhir karena
beberapa alasan seperti,
a. Banyaknya penderita yang antri untuk pembedahan dengan rawat inap.
b. Perkembangan teknologi pembedahan
Ditemukannya metode pembedahan monimal invasive surgery memungkinkan operasi yang
tergolong sedang dapat dilakukan dengan rawat jalan. Sebagai contoh, penderita yang
dibedah secara laparoscopic cholecystectomy dapat dipulangkan keesokan harinya,
sedangkan operasi Cholecystectomy standar dengan laparotomi memerlukan waktu
perawatan paska bedah rata-rata 7 hari. Contoh lain yaitu kemajuan dibidang operasi katarak
dengan pemasangan IOL yang tidak memerlukan rawat inap.
Teknologi pembedahan yang minimal invasive atau pembedahan yang aman dengan
perdarahan serta kerusakan jaringan yang ringan memungkinkan fungsi organ tubuh segera
kembali seperti semula dalam waktu yang singkat.
Catatan rekam medis terutama EKG, hasil pemeriksaan jantung dan paru, dan
pemeriksaan laboratorium.
Catatan masalah kesehatan dan riwayat operasi sebelumnya termasuk masalah yang
timbul saat operasi tersebut berlangsung.
Kunjungan pre operasi bertujuan untuk mengetahui resiko yang mungkin timbul saat
operasi berlangsung, memastikan pasien untuk mengetahui kondisi kesehatannya saat ini dan
kondisi setelah operasi. Terkadang, diperlukan obat-obatan dan pemeriksaan tambahan sebelum
prosedur operasi dilakukan.
Kepentingan dilakukannya kunjungan preoperasi antara lain,
Koordinasi tes laboratorium, radiologi dan tes pra-operasi lainnya yang diperlukan.
Memberikan informasi apabila terdapat perubahan apa pun yang diperlukan dalam tata
cara pengobatan pasien sebelum operasi bedah.
Memberikan informasi jika terdapat persiapan fisik yang perlu dilakukan sebelum operasi
bedah.
operasi bedah, maka operasi anda ditunda sampai waktu kedepan ketika anda dinilai layak untuk
menjalani operasi bedah tersebut. Oleh karena itu, demi kelancaran kinerja operasi bedah dan
untuk persiapan pasien secara menyeluruh sebelum operasi bedah, pra-evaluasi pasien sangatlah
penting sebelum menjalani bedah sehari.
memastikan kenyamanan dan keselamatan pasien. Obat-obatan yang diberikan tidak hanya untuk
menyebabkan anestesia tetapi juga untuk mengontrol denyut jantung dan tekanan darah.
maka seyogyanya sudah terkendali dan diramalkan tak akan menambah berat penyakit
tersebut (ASA kelas III). Keadaan fisiologis pasien lebih penting dibandingkan usia pasien,
tetapi biasanya dianjurkan usia diatas 6 bulan dan dibawah 70 tahun. Pasien gemuk atau
penyakitnya tak terkendali dengan baik terutama penyakit paru, jantung dianjurkan tidak
dijadwalkan.
Tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan khusus lainnya seperti
pemeriksaan radiologis dan sebagainya, kecuali atas indikasi. Pemeriksaan kadar Hb atau Ht
dan urinalisis masih kontroversial. Sebagian besar setuju tidak diperlukan karena menambah
biaya.
c. Macam tindakan bedah
Jenis operasi yang dipilih untuk operasi rawat jalan adalah operasi yang tergolong
sedang. Operasi kecil tidak termasuk operasi rawat jalan karena memang tidak diperlukan
perawatan di rumah sakit. Operasi besar tidak dapat dimasukkan ke operasi rawat jalan
karena memerlukan monitoring serta perawatan dan pengobatan yang intensif di rumah sakit.
Tabel 1. Jenis-jenis operasi yang banyak dilakukan dengan operasi rawat jalan
No
Spesialis
Jenis Operasi
Hemiotomi
Ekstirpasi tumor besar
Bibir sumbing
Bedah Umum
Hidrokel
Hemoroid
Fistula ani
Katarak
Mata
Pterigium
Urologi
Varikokelektomi
Chodectomy
Sistoskopi dan DJ Stent
4
Kandungan
Sterilisasi
Tonsilektomi
THT
Conchotomi
Polipektomi
d. Persiapan Pasien
Puasa tetap diperlukan seperti biasanya dan 3 jam sebelum anestesia masih
diperkenankan minum cairan bening seperti the manis atau jus buah encer. Setelah pasien
pulang harus bisa dihubungi dan ia tidak diperbolehkan mengendarai mobil sendiri dalam 2448 jam. Anestesia umum lebih digemari karena anestesia regional spinal, epidural beresiko
terjadinya hipotensi ortostatik, blokade mototik atau sensorik yang berkepanjangan, retensio
urin dan nyeri kepala pasca anestesi.
e. Premedikasi
Biasanya tidak diperlukan premedikasi. Untuk menenangkan pasien diceritakan hal-hal
yang baik-baik saja. Kalaupun diperlukan hanya diberikan:
-
Setelah menjalani operasi, tim anestesi akan membawa pasien menuju ruang pulih (recovery
room) dan pasien ditunggu sampai sadar penuh. Pasien dapat sadar penuh dalam waktu satu
sampai beberapa jam. Idealnya, pasien akan bangun tanpa nyeri atau nyeri minimal.
Paska Operasi
Nyeri paska bedah
Mencegah timbulnya nyeri paska bedah baik sewaktu masih di rumah sakit ataupun
sudah di rumah pasien diperlukan pendekatan multifaktorial misalnya pembedahan dengan
anesteisa umum dikombinasikan dengan anestetik lokal kerja panjang (bupivakain),
menggunakan opioid kuat (fentanil, sufentanil) dan paska bedah menggunakan analgetik kuat
nonopioid (ketorolak).
Mual muntah paska bedah
Pencegahan mual muntah paska bedah sangat penting, karena sering terjadi paska bedah.
Penggunaan propofol, opioid kuat kerja pendek disusul analgeti anti inflamasi non steroid
menjadi rutin dan sangat populer disamping penggunaan antiemetik droperidol, metoklopramid,
ondansetron, atau granisetron.
Referensi
Latief A, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, M.R. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Utama, F. 2004. Analisis Pelayanan Bedah Sehari Ditinjau Dari Sisi Harapan dan Kepuasan
Pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. M. Kes. Universitas Diponegoro
Peng,
L.
2006.
Outpatient
Surgery.
http://www.emedicinehealth.com/outpatient_surgery/article_em.htm
Available
at