Anda di halaman 1dari 28

Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

A. Definisi
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah sekumpulan gejala sakit pernapasan
yang mendadak dan berat atau disebut juga penyakit infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh virus Corona Family Paramyxovirus.
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) atau Corona Virus Pneumonia (CVP) adalah
Syndroma pernafasan akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru
manusia yang sampai saat ini belum diketahui pasti penyebabnya.
SARS (severe acute respiratory syndrome) adalah suatu jenis kegagalan paru-paru
dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan
di paru-paru (edema paru).
SARS merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya
mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan
akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.
Secara proposional ada 2 definisi kasus SARS, yaitu suspect dan probable sesuai
kriteria WHO.
Definisi penderita suspect (diduga) mempunyai riwayat sebagai berikut :

Demam tinggi (> 380C / 100,40F) disertai dengan batuk atau mengalami kesulitan
bernafas ditambah dengan adanya satu atau lebih riwayat pajanan dalam 10 hari
sebelum timbulnya gejala klinis yaitu :
a. Pernah kontak dekat dengan penderita suspect atau penderita probable SARS
(seperti merawat penderita, tinggal bersama, menangani sekret atau cairan
tubuh penderita)

b. Dan atau adanya riwayat pernah melakukan perjalanan kedaerah yang sedang
terjangkit SARS
c. Dan atau tinggal didaerah yang sedang terjangkit SARS.
Definisi penderita probable (mungkin) adalah penderita suspect seperti yang disebutkan
diatas disertai dengan :
a. Gambaran radiologis adanya infiltrat pada paru yang konsisten dengan gejala
b.

klinis pneumonia atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) yang ada.


Atau ditemukannya coronavirus SARS dengan satu atau lebih metoda

pemeriksaan laboratorium.
c. Atau pada otopsi ditemukan gambaran patologis RDS tanpa sebab yang
jelas.

B. Angka Kejadian
SARS itu singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome atau Corona Virus
Pneumonia (CVP), suspek (suspect case) terjadi pada seseorang setelah 1 Februari 2003
lalu. Wabah penyakit gangguan pernapasan misterius ini terus melanda kawasan Asia dan
terus meminta korban. Seorang pasien di Hongkong menjadi korban tewas keenam di
wilayah administrative.
Pertama kali dilaporkan dari provinsi Guangdong, Republik Rakyat Cina. Seorang
dokter Cina yang terjangkit penyakit SARS berkunjung ke Hongkong dan menginap di
lantai 9 Hotel Metropole, Hongkong pada bulan Februari. Mereka kemudian menularkan ke
Vietnam, Kanada, Singapura dan kepada orang-orang di Hongkong. Cina akibat penyakit
yang oleh WHO diidentifikasi sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Korbannya adalah adik ipar seorang dokter berusia 64 tahun yang meninggal sebelum akibat
SARS. Dokter itu telah menulari sedikitnya tujuh orang yang berada di lantai sembilan hotel
Metropole, di distrik Kowloon antara 15 sampai 27 Februari. Seluruh bagian lantai gedung
itu kini ditutup.

Berapa kasus yang telah tercatat sampai 3 April 2003 lalu, ada 2223 kasus, 78 meninggal
dan tersebar di 18 negara yaitu Canada 58, China 1190, Hongkong ada 708 kasus, Taiwan 13
kasus, France 1 kasus, Germany 5 kasus, Italy 3 kasus, Republik Ireland 2 kasus, Romania 3
kasus, Singapore 95 kasus, Switzerland 2 kasus, Thailand 7 kasus, United Kingdom 3 kasus,
United States 72 kasus, Vietnam 58 kasus, Australia 1 kasus, Belgium 1 kasus, Canada dan
Italy 3 ada kasus.

C. Penyebab
Etiologi SARS masih dipelajari. Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan
bahwa coronavirus yang baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS.
Coronavirus berasal dari kata Corona yang berasal dari bahasa Latin yang artinya crown
atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu sendiri yang kalau dilihat dengan
mikroskop nampak seperti mahkota.

Gambar 1 : Coronavirus penyebab SARS

Penyebabnya lain bisa karena penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak
langsung yang melukai paru-paru, diantaranya :
1. Pneumonia
2. Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
3. Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
4. Beberapa transfusi darah
5. Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
6. Emboli paru
7. Cedera pada dada
8. Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
9. Trauma hebat
10. Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).

D. Faktor Predisposisi

Faktor diri (host)

BBLR dan premature.


Faktor lingkungan
: Pola hidup, asap rokok, keterpaparan terhadap infeksi, sosial

: umur, jenis kelamin, status gizi, kelainan congenital, imunologis,

ekonomi, Kepadatan tempat tinggal, cuaca dan polusi udara.

Defisiensi vitamin

Tingkat sosio ekonomi rendah

Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

Menderita penyakit kronis

Aspek kepercayaan setempat dalam praktek pencarian pengobatan yang salah.

E. Faktor Pencetus
Coronavirus adalah mayoritas agen penyebab SARS. Virus ini stabil pada tinja dan urine
pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare.
Virus SARS kehilangan infektivitasnya terhadap berbagai disinfektan dan bahan-bahan
fiksasi. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan,
lalu bersarang di paru-paru. Dalam tempo sekitar dua hingga sepuluh hari, paru-paru akan
meradang, bernapas kian sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung
dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah saat pasien bersin dan
batuk bahkan bisa melalui barang-barang yang terkontaminasi atau barang yang digunakan
oleh pasien SARS.

F. Patofisiologi
Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family paramoxyviridae) yang
pada pemeriksaan dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine pada suhu
kamar selama 1-2 hari dan dapat bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus
lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui saluran pernapasan, lalu bersarang di
paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan
paru-paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya melalui
udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena
ludah (droplet) saat pasien bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan
alat-alat yang terkontaminasi.
Cara penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat
penderita, tinggal satu rumah dengan penderita atau kontak langsung dengan secret atau
cairan tubuh dari penderita suspect atau probable. Penularan melalui udara, misalnya
penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan atau dalam satu gedung diperkirakan
tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapan dengan penderita SARS. Untuk
sementara, masa menular adalah mulai saat terdapat demam atau tanda-tanda gangguan
pernafasan hingga penyakitnya dinyatakan sembuh.

Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak
langsung dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas
yang melakukan tindakan pada sistem pernafasan seperti melakukan intubasi atau nebulasi.

G. Pathway

Coronavirus

Droplet

Saluran Pernafasan

Peningkatan angka leukosit

Inkubasi 2-10 hari

Demam

Nafsu makan

Hipertermi

menurun

Intake makanan/minuman
menurun

Radang paru

Bersihan jalan nafas

Peningkatan sekret

tidak efektif

Dehidrasi

Asupan O2

Sesak nafas

tidak adekuat

Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Volume cairan
kurang dari
kebutuhan tubuh

Metabolism anaerob

Perubahan
Respiratory Rate
(RR)

Peningkatan
asam laktat

Pola nafas tidak


efektif

Nyeri

H. Tanda dan Gejala


Suhu badan lebih dari 38oC, ditambah batuk, sulit bernapas, dan napas pendek-pendek.
Jika sudah terjadi gejala-gejala itu dan pernah berkontak dekat dengan pasien penyakit ini,
orang bisa disebut suspect SARS. Kalau setelah di rontgen terlihat ada pneumonia (radang
paru-paru) atau terjadi gagal pernapasan, orang itu bisa disebut probable SARS atau bisa
diduga terkena SARS. Gejala lainnya sakit kepala, otot terasa kaku, diare yang tak kunjung
henti, timbul bintik-bintik merah pada kulit, dan badan lemas beberapa hari. Ini semua
adalah gejala yang kasat mata bisa dirasakan langsung oleh orang yang diduga menderita
SARS itu. Tapi gejala itu tidak cukup kuat jika belum ada kontak langsung dengan pasien.
Tetap diperlukan pemeriksaan medis sebelum seseorang disimpulkan terkena penyakit ini.
Paru-parunya mengalami radang, limfositnya menurun, trombositnya mungkin juga
menurun. Kalau sudah berat, oksigen dalam darah menurun dan enzim hati akan meningkat.
Ini semua gejala yang bisa dilihat dengan alat medis. Tapi semua gejala itu masih bisa
berubah. Penelitian terus dilangsungkan sampai sekarang.

I. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologis : air bronchogram : Streptococcus pneumonia.

2) Pada pemeriksaan fisik : dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan


abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan darah seringkali rendah dan kulit, bibir
serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karena kekurangan oksigen).
3) Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mendiagnosis SARS :
Rontgen dada (menunjukkan adanya penimbunan cairan di tempat yang seharusnya
terisi udara)
Gas darah arteri
Hitung jenis darah dan kimia darah
Bronkoskopi.
4) Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit.
5) Pemeriksaan Bakteriologis : sputum, darah, aspirasi nasotrakeal atau transtrakeal,
aspirasi jarum transtorakal, torakosentesis, bronskoskopi, biopsy
6) Test DNA sequencing bagi coronavirus yang dapat diperoleh hasilnya dalam 8 jam dan
sangat akurat. Test yang lama hanya mampu mendeteksi antibody.

J. Penatalaksanaan
Terapi supportif umum : meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat,
pemberian multivitamin dan lain-lain.
- Terapi oksigen
- Humidifikasi dengan nebulizer
- Fisioterapi dada
- Pengaturan cairan
- Pemberian kortokosteroid pada fase sepsis berat
- Obat inotropik
- Ventilasi mekanis
- Drainase empiema
- Bila terdapat gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori cukup
Terapi antibiotik
Agen anti-bakteri secara rutin diresepkan untuk SARS karena menyajikan fitur
non-spesifik dan cepat tes laboratorium yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis
SARS-cov virus dalam beberapa hari pertama infeksi belum tersedia. Antibiotik empiris
yang sesuai dengan demikian diperlukan untuk menutupi terhadap patogen pernafasan
Common per nasional atau pedoman pengobatan lokal bagi masyarakat-diperoleh atau
nosokomial pneumonia.
Setelah mengesampingkan patogen lain, terapi antibiotik dapat ditarik. Selain efek
antibakteri mereka, beberapa antibiotik immunomodulatory dikenal memiliki sifat,

khususnya quinolones dan makrolid. Efeknya pada kursus SARS adalah belum
ditentukan.
SARS dapat hadir dengan spektrum keparahan penyakit. Sebagian kecil pasien
dengan penyakit ringan pulih baik bentuk khusus tanpa pengobatan atau terapi antibiotik
saja.
Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
- Utama ditujukan pada S.pneumonia, H.Influensa dan S.Aureus

K. Komplikasi
Komplikasi meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Abses paru
Efusi pleural
Empisema
Gagal nafas
Perikarditis
Meningitis
Atelektasis
Hipotensi
Delirium
Asidosis metabolic
Dehidrasi
Penyakit multi lobular
Septikemi
Superinfeksi dapat terjadi sebagai komplikasi pengobatan farmakologis.

L. Prognosis
Angka kematian melebihi 40%. Apabila penyakit tidak ditangani dengan baik maka
kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin bertambah berat rusaknya.
Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru dapat berlanjut ke kondisi gagal napas
yang berat karena paru sudah tidak dapat berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima
oksigen dan membuang karbondioksida. Tanda jasmani tidak begitu kelihatan dan mungkin

tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami tachypnea dan crackle pada auscultation.
Kemudian, tachypnea dan lethargy kelihatan jelas.
Pada penderita yang menjalani terapi ventilator dalam waktu yang lama, cenderung akan
terbentuk jaringan parut di paru-parunya. Jaringan parut tertentu membaik beberapa bulan
setelah ventilator dilepas.
Penderita yang bereaksi baik terhadap pengobatan, biasanya akan sembuh total, dengan
atau tanpa kelainan paru-paru jangka panjang.

M. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan SARS :
1. Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat bersambungan,
batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi napas untuk mengetahui konsolidasi.
2. Perhatikan perubahan suhu tubuh.
3. Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
4. Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil
untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
5. Faktor perkembangan pasien : Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
6. Pengetahuan pasien atau keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.

N. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi jalan nafas.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu, demam.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis.
4. Nyeri berhubungan dengan agen injury biologi (kerusakan organ)
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi (RR >24x/menit) atau
hipoventilasi (RR <16x/menit).

O. Nursing Care Plan

No
1

Diagnosa keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Bersihan jalan nafas tidak NOC :


efektif berhubungan dengan
inflamasi dan obstruksi jalan Respiratory status :
nafas.
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency

Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas

Intervensi
NIC :
Airway suction
Pastikan kebutuhan oral
atau tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
Informasikan pada klien
dan keluarga tentang
suctioning
Minta klien nafas dalam
sebelum suction
dilakukan.
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal
untuk memfasilitasi
suksion nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
setiap melakukan
tindakan
Anjurkan pasien untuk

istirahat dan napas


dalam setelah kateter
dikeluarkan dari
nasotrakeal
Monitor status oksigen
pasien
Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan suksion
Hentikan suksion dan
berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dan lainlain.

Airway Management
Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
Kolaborasi pemberian

bronkodilator bila perlu


Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2

Fluid management
2

Defisit Volume cairan


berhubungan dengan intake
oral tidak adekuat, takipneu,
demam

NOC:
Fluid balance
Hydration
Nutritional Status :
Food and Fluid
Intake

Kriteria Hasil :
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia dan
BB, BJ urine
normal, HT normal
Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
Tidak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
yang berlebihan

Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
Lakukan terapi IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan
Dorong masukan oral
Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk

membantu pasien makan


Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk tranfusi
3.

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan pemasukan
berhubungan dengan faktor
biologis (sesak nafas).

NOC :
Status nutrisi, setelah
diberikan penjelasan dan
perawatan kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi
dengan kriteria hasil :
Pemasukan nutrisi
yang adekuat
Pasien mampu
menghabiskan diet
yang dihidangkan
Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Nilai laboratorim,
protein total 8-8 gr%,
Albumin 3.5-5.4 gr%,
Globulin 1.8-3.6 gr%,
HB tidak kurang dari
10 gr %
Membran mukosa dan
konjungtiva tidak
pucat

NIC:
Eating disorder
manajemen
1.

Tentukan
kalori harian

kebutuhan

2.

Ajarkan klien dan


keluarga
tentang
pentingnya nutrient

3. Monitoring TTV dan


nilai Laboratorium
4.

Monitor
output

intake

dan

5. Pertahankan kepatenan
pemberian
nutrisi
parenteral
6.

Pertimbangkan nutrisi
enteral

7.

Pantau
Komplikasi GI

adanya

Terapi gizi
1.

Monitor
masukan
makanan atau minuman
dan hitung kalori harian

secara tepat
2. Kolaborasi ahli gizi
3.

Pastikan dapat diet


TKTP (tinggi kalori
tinggi protein)

4. Berikan perawatan mulut


5.

Pantau
hasil
labioratoriun
protein,
albumin, globulin, HB

6.

Jauhkan benda-benda
yang tidak enak untuk
dipandang seperti urinal,
kotak drainase, bebat dan
pispot

7. Sajikan makanan hangat


dengan variasi yang
menarik
4

Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan isolasi
respiratory.

NIC :
Activity Therapy
NOC :
Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Energy conservation
Medik dalam
merencanakan program
Self Care : ADLs
terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
Kriteria Hasil :
dilakukan

Bantu
untuk memilih
Berpartisipasi dalam
aktivitas konsisten yang
aktivitas fisik tanpa
sesuai dengan
disertai peningkatan
kemampuan fisik,
tekanan darah, nadi
psikologi dan social
dan RR
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
Mampu melakukan
mendapatkan sumber
aktivitas sehari hari
yang diperlukan untuk
(ADLs) secara
aktivitas yang
mandiri

diinginkan
Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual
Energy Management
Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
Dorong anal untuk
mengungkapkan
perasaan terhadap
keterbatasan
Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Monitor nutrisi dan
sumber energi
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat

Defisit
berhubungan
perawatan

pengetahuan NOC :
dengan
Knowledge : disease
process
Knowledge : health
Behavior

Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

pasien
NIC :
Teaching : disease Process
Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses penyakit
yang spesifik
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit dan
bagaimana hal ini
berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang
kosong
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

P. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 3, EGC,
Jakarta

Http://translate.googleusercontent.com/translate_c?
hl=id&sl=en&u=http://www.sarsreference.com/sarsref/treat.htm&prev=/search
%3Fq%3Dsars%26hl%3Did%26sa
%3DG&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjuXFVV22D4n-gkhhpHCgb28jRcA

Jong, W, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC Jakarta

Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II Edisi Ketiga. 1999. Media
Aesculapius : Jakarta.

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications (NIC), Second edisi, By


Mosby-Year book.Inc,Newyork.

NANDA, 2007-2008, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA.

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing Outcome Classifications (NOC),
Philadelphia, USA.
ASKEP SARS

Pengertian
SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi
pneumonia atorpik adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh
Corona virus yaitu SARS associated coronavirus (SARS-Cov).

2.2 Morfologi Coronavirus


Coronavirus (SARS cornonavirus) adalah virus RNA dari family coronaviridae
yang mempunyai virion berselubung, bersifat pleomorfok ukuran 70-12 nm. Virus ini
juga sebagai coronavirus pneumonia (CVP) merupakan starain baru viruscorona
yang mirip dengan virus corona pada sapi,. Selain tiu SARS diduga juga berkaitan
dengan virus baru lain yang menimbulkan demam dan metapneumovirus yang
berasal dri famili viruas yang sering sering menyebabkan ganggaun napas pada
anak.

2.3 Patogenesis dan Patologi


Sars

secara

klinis

banyak

melibatkan

saluran

nafas

bagian

bawah,

dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran nafas bawah, sel
sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea ataupun
bronkus. Menurut hasil pemeriksaan post mortem yang dilakukan, diketahui sars
memiliki 2 fase dalam pathogenesis.
Fase awal terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini terjadi proses
akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang eksudatif. Fase ini

dicirikan dengan adanya infiltrasidari campuran sel sel inflamasi serta edema dan
pembentukan membrane hialin.
Membran hialin terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan
sitoplasma sel sel epitel paru (pneumonia) yang rusak. Dengan adanya nekrosis
sel sel epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi
hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah kapiler paru menjadi
bebas untuk masuk kedalam ruang alveolus. Namun demikian, karena keterbatasan
jumlah pasien SARS

yang meninggal untuk diautopsi, maka masih belum dapat

dibuktikan apakah kerusakan epitel paru disebabkan efek toksik virus secara
langsung atau sebagai akibat dari respon imun tubuh. Pada tahap eksudatif ini,RNA
dan antigen virus dapat diidentifikasi dari makrofag alveolar dan sel epitel paru
dengan menggunakan mikroskop electron.
Fase selanjutnya tepat setelah 10 hari perjalanan penyakit dan ditandai dengan
perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD yang terorganisir. Pada periode ini,
terdapat metaplasia sel epitel skuamosa bronkial, bertambahnya ragam sel dan
fibrolisis pada dinding dan lumen alveolus. Pada fase ini tampak dominasi
pneumosit tipe 2 dengan pembesaran nucleus, serta nucleoli yang eosinofilik.
Selanjutnya

sering

kali

ditemukan

sel

raksasa

dengan

banyak

nucleus

( multinucleated giant cells) di dalam rongga alveoli. Seperti infeksi CoV lainnya,
maka sel raksasa tersebut awalnya diduga sebagai akibat langsung dari CoV SARS.
Tetapi setelah dilakukan pemeriksaan imunoperoksidase dan hibridisasiin situ,
didapatkan bahwa CoV SARS justru berada didalam

jumlah yang rendah. Maka

disimpulkan, bahwa pada fase ini berbagai proses patologis yang terjadi tidak
diakibatkan langsung oleh karena replikasi virus yang terus menerus, melainkan
karena beratnya kerusakan sel epitel paru yang terjadi pada tahap DAD eksudatif
dan diperberat dengan penggunaan ventilator.

2.4 Penyebaran SARS


Pada november 2002 epidemi SARS terjadi diprovinsi Guangdong, Cina,
namun dilaporkan Februari 2003 yang kemudianmenyebar ke vietnam, canada,
Hongkon, Singapura, amerika dan bernagai negara lainnya melalui jalur wisata.

Pada epidemi global tahun 3003 tersebut, menuruut WHO sejumlah 8098 orang
penderita dilaporkan dari seluruh dunia dengan angka kematian mencapai 774
orang.
Penularan virus SARS terutama terjadi akibat kontak ornag ke orang denagn
penderita SARS yang menular melalui udara, pernapsan, berasal dari batuk atau
bersin penderita. Selain itu bahan-bahan yang bersal dari tubuh penderita misalnya
dahak dan cairan tubujh lainnya (darah, air seni, air liur penderita) yang mencemari
benada-benda yang dipegang oleh seseorang yang kemudian mengusap mulut,
hidung atau matanya. Diduga juga menularkan virus ini. Virus juga dapat menular
melalui mulut, hidung dan mata yang tersentuh benda yang tercemar bahan infeksi
berasal dari penderita SARS. Kontak langsung dengan pendertita melalui ciuman,
makan minum dari menggunakan alata makan dan gelas yang sama, menyantuh
penderita secara kangsung atau berbiacara dengan penderita kuransg dari 3 kaki
merupakan cara penularan utama virus SARS dari penderota ke orang lain. Karena
itu, pada wabah SRAS orang-orang yang paling sering tertular penyakit ini adalah
para perawat dan tenaga medis yang menangani dan merawat penderita SARS.
Krena gejala klinis SARS yang mulanya tidak khas, pekerja dan pelayaan publik
lainnya misalanya pegawai imigrasi, polisi, peagawai biro perjalanan, pelayanan
toko dan pelayanan restoran juga memilki risiko tinggi tertular SARS.

2.5 Gejala Klinis SARS


Penderita SARS pada mingu pertama penyakitnya mula-mula mengalami
demam (>38C) disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita. Selain
itu penedrita mengeluh sakit kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh. Beberapa
orang penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan diare.
Jika daya tahan tubuh penderita tinggi, penyakit akan sembuh dalam 3-7
hari. Sebaliknya jika daya tahan tubuh rendah SARS akan berkembang progresif yag
terjadi pada minggu ke 2 ditandai batuk-batuk kering dan berat, disertai gangguan
pernapassan, napas penderita pendek-pendek sehinga dibutuhkan alat bantu
pernapasan. Sebagaian besar penderita akan mengalami pneumonia yang dapat
mengakibatkan kematian. Pada orang lanjut usia penyakit SARS dapat menjadi

berat akibat adanya penyalkit lain yang diderita. Pada perempuan hamil muda
dengan mendirta SARS dapat mengalami abortus. Sedangka SARS ibu hamil tua,
ibu hamil berisiko meninggal dunia. Untuk keperluan surveilans SARS, WHO
menentukan gambaran klinis untuk menetapkan diagnosis SARS.
Seseorang ditetapkan sebagai penderita SARS jika menunjukkan:
1. Sedang menderita demam, atau pernah menderita demam >38 C
2. Satu atau lebih gejala saluran pernapasan bawah (batuk, sukar bernapas dan
napas pendek).
3. Pemeriksaan

radiografi

menunjukkan

adanay

inflitrat

paru

dengan

pneumonia atau pemeriksaan outopsi menunjukkan gambaran patologi


pneumonia yang penyebab lainnya tidak diketahui.
4. Tidak ada penyakit lain yang dapat menjelaskan gejala klinisnya.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1.
2.
3.

Kultur virus
PCR dengan spesimen dahak, feses dan darah perifer.
Uji deteksi antibody dengan IFA (Indirect Immunofluorescent Assay) dan EIA
(Enzyme Immunoassay).

2.7 Diagnosis dan dugaan terjadinya SARS


Penderita demam tinggi diatas 38 C, diikuti gejala infeksi saluran napas
bawah (batuk kering berat diikuti gangguan pernapasa dan napas pendek) dengan
pemeriksaan

radiografi

menujukkan

gambaran

pneumonia

harus

segera

mendapatkan pemeriksaaan laboratorium untuk menemukan virus SARS denagn


mengirimkan darah dan bahan-bahan menular berasal dari penderita. Pemeriksaan
laboratorium ini memerlukan waktu yang lama karena saat ini hanya dapat
dilakukan dilaboratorium Center for Disease Control di Amerika dan Canada.
Suspek SARS yaitu:

1.
2.

Demam tinggi > 380C


Satu atau lebih keluhan pernapasan yaitu batuk, sesak, kesulitan bernapas disertai

dengan satu atau lebih keluhan:


Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10

hari terakhir.
Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
Probable yaitu:

1.

Kasus suspek ditambah dengan gambaran foto toraks yang menunjukkan tandatanda penumonia atau respiratory distress syndrome, atau seseorang yang
meninggal karena penyakit saluran pernapasan yang tidak jelas penyebabnya dan
pada pemeriksaan autopsi ditemukan tanda patologis berupa respiratory distress
syndrome yang juga tidak jelas penyebabnya.
2.8 Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Inap

a.
b.
c.
d.
e.

Suspek SARS dengan gejala klinis berat yaitu:


Sesak napas dengan frekuensi napas 30x/menit
Nadi > 100x/menit.
Ada gangguan kesadaran.
Kondisi umum lemah.
Indikasi rawat inap lain ditentukan oleh dokter yang memeriksa penderita.
I Suspek SARS

1.
2.
3.

Observasi 2X24 jam, perhatikan : keadaan umum, kesadaran, TTV


Terapi suportif
Antibiotik : Amoksilin + anti betalaktamase oral ditambah makrolid generasi baru
oral (roksitromisin, klaritromisin, azitromisin)
II Probable SARS

A. Ringan / sedang
1. Terapi suportif
2. Antibiotik
Golongan betalaktam + anti betalaktamase (IV) ditambah makrolid generasi baru
B.

secara oral.
Sefalosporin generasi ke 2 atau ke 3 (IV), makrolid generasi baru
Fluorokuinolen respirasi (IV) : moxifloxacin, levofloxacin, gatifloxacin
Berat

1.
2.
a.
-

Terapi suportif
Antibiotik
TIdak ada factor resiko infeksi pseudomonas:
Sefalosporin generasi ke 3 (IV) non pseudomonas ditambah makrolid generasi

baru
Fluorokuinolen respirasi
b. Ada factor resiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin anti pseudomonas ( seftazidim, sefoperazon, sefipim)/ karbapenen
(IV) ditambah flurokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin) / aminoglikosida
3.

ditambah makrolid generasi baru.


Kortikosteroid. Hidrokortison (IV) 4 mg/kg BB tiap 8 jam, tapering atau

4.

metilprednisolon (IV) 240 320 mg tiap hari.


Rebavirin 1,2 gr oral tiap 8 jam atau 8 mg/kg BB IV tiap 8 jam

Keterangan :
Kriteria pneumonia berat salah satu diantara ini :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Frekuensi nafas > 30 kali/menit


PaO2 / FiO2< 250 mmHg
Foto thorak paru kelainan bilateral
Foto thorak paru melibatkan lebih dari 2 lobus
Tekanan sistolik <90 mmHg
Tekanan diastolic < 60 mmHg
Resiko Infeksi Pseudomonas

1.
2.
3.
4.

Bronkiektasis
Pengobatan kortikosteroid lebih dari 10 mg/hari
Pengobatan antibiotic spectrum luas lebih dari 7 hari pada bulan terakhir.
Gizi kurang.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
(meliputi

nama,

umur,

alamat,

pekerjaan,

pendidikan,

jenis

kelamin

dan

penanggung jawab).
3.1.2 Keluhan Utama
Demam disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan penderita, sakit
kepala yang disertai rasa lemah dan lesuh, gangguan pernapasan ringan dan diare.
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Demam > 38C, batuk, sesak, kesulitan napas.
3.1.4 Riwayat penyakit Dahulu
-

Kontak dekat dengan orang yang didiagnosis suspek atau probable SARS dalam 10
hari terakhir.
Riwayat perjalanan ke tempat yang terkena wabah SARS dalam 10 hari terakhir.
Bertempat tinggal ditempat yang terjangkau wabah SARS.
3.1.5 Pemeriksaan Fisik
B1:
Inspeksi : Sesak, batuk, nyeri dada, penggunaan otot bantu pernafasaan,
pernafasaan diafragma dan perut meningkat, pernafasan cuping hidung, pola nafas
cepat dan dangkal, retraksi otot bantu pernafasan, RR > 30x/menit.
Palpasi : fremitus vokal menurun.

Perkusi : suara perkusi redup sampai pekak.


Auskultasi: Ronkhi basah, suara napas bronkial.
B2:
Sianosis, nadi > 100x/menit, CRT > 3 detik, BGA menunujukkan hipoksemia, S1 dan
S2 tunggal.
B3:
Nyeri kepala, terjadi penurunan kesadaran.

B4:
Terkadang produksi urine menurun
B5:
Mual, muntah, diare, bising usus meningkat, nafsu makan menurun.
B6:
Nyeri otot, kelemahan pada otot.
3.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Kultur virus
b. PCR
c. Uji serologi: ELISA
d. Hematologi: leukopenia, limfositopenia, limfositosis relatif, trombositopenia.
e. Kimia darah: BGA dapat normal atau abnormal, peningkatan SGOT/SGPT,
penurunan albumin, peningkatan ureum dan kreatinin.
f.

Pemeriksaan Radiologi: infiltrasi di paru.

1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan O2 dalam udara
inspirasi.
3. Hipertermi berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, muntah, hiperventilasi).
5. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder, anoreksia.
6.

Intoleran aktifitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


O2.
7. Resiko tinggi penularan infeksi b.d proses penyakit.

BAB IV
PENUTUP

4.1

Kesimpulan
SARS (severe Acute Respiratory Syndrome) yang dikenal juga sebagi
pneumonia atorpik adalah infeksi virus saluran napas akut yang disebabkan oleh
Corona virus. Penderita SARS pada mingu pertama penyakitnya mula-mula

mengalami demam (>38C) disertai menggigil dan rasa sakit disekujur badan
penderita. Selain itu penedrita mengeluh sakit kepala yang disertai rasa lemah dan
lesuh. Beberapa orang penderita juga mengalami gangguan pernapasan ringan dan
diare.

4.2

Saran
Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan SARS, mampu mengkaji masalah pasien
secara akurat sehingga dapat dirumuskan suatu diagnosa yang tepat dan dapat
dirancang intervensi, melaksanakan implementasi secara tepat sehingga pada
evaluasi akan diperoleh hasil sesuai dengan tujuan yaitu masalah keperawatan
pada pasien dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai