Anda di halaman 1dari 30
12 1.3 BAB Il GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Geologi Regional Fisiografi Secara fisiografi daerah penelitian termasuk dalam jalur Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi Kuarter dan Rangkaian Pegunungan Serayu Utara (Van Bemmelen, 1949) Geomorfologi Morfologi daerah penelitian di bagian utara merupakan dataran aluvial pantai dengan penyebaran ke arah barat — timur dengan ketinggian antara 1 - 5 m di atas permukaan laut (dpl). Pertumbuhan dataran aluvial ini dikontrol oleh endapan delta, pasang-surut dan sungai karena adanya sungai Garang, yang hingga sekarang masih terus berlangsung. Ke arah selatan morfologinya berubah menjadi perbukitan dengan puncaknya gunung Ungaran (2050 m). Daerah perbukitan umumnya terdiri dari breksi lahar vulkanik dengan pola penyebaran utara — selatan sesuai dengan sumber erupsi gunung Ungaran. Berdasarkan atas keadaan relief, kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian daerah penelitian, satuan morfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi satuan morfologi dataran rendah, morfologi perbukitan bergelombang, dan morfologi perbukitan terjal. Secara umum sungai-sungai yang ada mengalir ke arah utara dan bermuara di laut Jawa, Pola aliran sungainya menunjukkan bentuk paralel dan secara lokal sungainya berbentuk tulang daun ( dendritic ). Stratigrafi Menurut Pertamina — Beicip (1985), daerah penelitian termasuk dalam Sub Cekungan Jawa Tengah Utara Bagian Timur yang berbatasan dengan Cekungan Jawa Timurlaut Baguan Barat. 32 Secara umum urutan stratigrafi regional Sub Cekungan Jawa Tengah Utara (Pertamina - UGM, 1988) dari yang berumur tua ke muda (Tabel III.1) adalah sebagai berikut: a) Formasi Prupuh, terdiri dari napal tufaan menutup tak selaras pasir glukonit (Formasi Karangsambung), dan pasir - batubara (Formasi Nanggulan) yang berumur Eosen Akhir. Ketebalan napal tufaan mencapai sekitar 60 — 80 m, berumur N2 —N3 atau Oligosen Akhir - Miosen Awal. b) Formasi Baturaja, menutup selaras Formasi Prupuh, terdiri dari batugamping yang berumur NS — N6 (Miosen Awal). Sebanding dengan Formasi Waturanda (Karangsambung) yang terdiri dari batuan vulkanik berbutir kasar, ke arah timur diwakili batugamping berbutir dari Formasi Semilir (Peg. Selatan). Formasi Baturaja menyisip di bagian bawah dari Formasi Pelang yang terdiri dari batupasir tufa gampingan, lempung gampingan dan sisipan batugamping yang berumur NS ~ N7. Formasi Cibulakan / Formasi Ngrayong menumpang selaras di atasnya, berupa sedimen fasies laut karbonatan terdiri dari batupasir kwarsa, °) batulempung gampingan, lanau, glukonit dan sisa batubara muda, yang menunjukkan umur N8 — N14 (Miosen Awal — Miosen Tengah). d) Formasi Parigi menumpang selaras di atas Formasi Cibulakan/ Formasi Negrayong, terdiri dari batugamping, dolomit batugamping pasiran dan napal, yang berumur N14 — N16 (Miosen Tengah — Miosen Akhir) Formasi Parigi menjari dengan Formasi Merawu yang terdiri dari napal tufaan, pasir gampingan dan lempung gampingan. e) Forasi Penyatan menumpang selaras di atas Formasi Merawu, terdiri dari batupasir tufa gampingan, lempung gampingan dan breksi tufaan yang menunjukkan lingkungan laut berumur N16 —N17 (Miosen Akhir). f) Formasi Cipluk menumpang selaras di atas Formasi Penyatan, terdiri dari napal tufaan dan batupasir tufaan. Formasi Kapung menyisip di bagian bawah Formasi Cipluk, terdiri dari batugamping koral, batugamping platy dan lempung gampingan yang berumur N17 — NI8 (Miosen Akhir — Pliosen Awal). 34 BLOW JUTA PENELITI 1969 PERTAMINA ~ UGM, 1988 CHRISTIAN, LALU bed — UMUR ‘SUB CEKUNGAN | SUB CEKUNGAN CEKUNGAN SATUAN KRONO ‘ZAITUN JAWA TENGAH SERAYU UTARA STRATIGRAFI UTARA. HOLOSEN ALUVIAL, Re 1,8 |__PLISTOSEN be Ak | Na PLIOSEN [Tg [N30 ‘Aw [ND 5 Nig ny Ak |_ wis a Nis Nia z Nis a Nz 4 NIL g Tg [[N10 = No NE. 15,5 N7 Aw | ne NS 2 Na Ak [Paz Pai OLIGOSEN P20 P19 Ad Pigs, 37,5 PIT EOSEN Pie PIs PALEOSEN 33,5 PRA TERSIER eS 65 x Sw AAR x nn x? TABEL III.1 KESEBANDINGAN STRATIGRAFI REGIONAL SUB CEKUNGAN JAWA TENGAH UTARA. 13 35 g) Formasi Kalibiuk menumpang selaras di atas Formasi Cipluk, terdiri dari napal, batupasir tufaan dan lempung hitam yang menunjukkan lingkungan transisi yang berumur N19 — N22 (Pliosen Tengah — Plistosen Awal). h) Formasi Damar terletak selaras di atas Formasi Kalibiuk, terdiri dari konglomerat polimik kasar gampingan, batupasir tufaan, lempung hitam dan breksi vulkanik kasar. Menunjukkan lingkungan transisi dari laut dangkal ke darat yang berumur Plistosen Awal - Tengah i) Endapan Aluvial terletak tak selaras di atas Formasi Damar merupakan endapan hasil erosi dari formasi batuan sebelumnya, terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung. Struktur Geologi Secara regional pola struktur Pulau Jawa membentuk struktur berarah utara — selatan, tenggara — baratlaut, dan timur laut — barat daya. Struktur geologi berupa sesar normal, sesar naik dan sesar geser (Katili 1970, & Asikin 1974) Menurut Bishop (1980) dan Simanjuntak (1992) kedudukan Pulau Jawa Secara sempuma seperti sekarang ini yaitu terputar 30° berlawanan jarum jam terhadap Pulau Sumatra, terjadi antara 20 - 10 juta tahun lalu. Terjadi Pengaktifan Kembali tektonik dan vulkanisme, ditandai sesar-sesar yang bersifat sesar geser disertai aktivitas vulkanisme di Pulau Jawa Struktur di Jawa Tengah ditunjukkan oleh struktur patahan yang berarah timurlaut — baratdaya dan kelurusan utara - selatan yang membujur dari Pekalongan ke Banyumas (Asikin, 1974). Sesar yang agak menonjol dapat diikuti mulai dari Kebumen ke Semarang sampai Pati. Struktur geologi dari penafsiran peta seismisitas mikro Jawa Tengah adalah adanya sesar Rawapening (baratlaut-tenggara), sesar Semarang (utara- selatan), sesar Lasem dan sesar lepas pantai G. Muria (baratdaya-timurlaut) Secara seismik diketahui bahwa sesar Lasem bagian barat dan timur menerus, demikian juga dengan sesar lepas pantainya (Newjec, 1996), 36 Struktur permukaan di daerah Semarang dan sekitarnya berdasarkan atas penafsiran citra Radar (Gambar UII.1), menggambarkan adanya pengelompokan arah-arah kelurusan struktur utama mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Pulonggono dan Soeyono (1984), yaitu 1) Arah timurlaut - baratdaya. 2) Arah utara — selatan dan baratlaut — tenggara. 3) Arah barat — timur, Jejak anjakan sesar-naik utama busur belakang ( Barabis — Kendeng Thrust ) di Jawa Utara, dapat ditelusuri mulai dari selat Sunda ke arah timur memotong Jawa dan melalui cekungan Bali ke dalam anjakan-sesar naik Flores, Flores Utara. Anjakan-sesar naik menerus ke arah timur sebagai anjakan-sesar naik Wetar ke arah Timor Utara (Soejono 1984, dan Simanjuntak 1992) Geologi Daerah Semarang dan Sekitarnya Stratigrafi Batuan sedimen fasies laut berumur Tersier tersingkap cukup baik di daerah penelitian bagian tengah yaitu di daerah Tinjomoyo dan Kalialang, dapat diamati di sepanjang sungai Garang dan sungai Kripik. Batuan sedimen fasies darat yang terdiri dari batupasir vulkanik, konglomerat dan breksi vulkanik ‘umumnya juga mudah diamati di sepanjang alur sungai Garang dan sungai Kripik. Endapan aluvial yang terdiri dari kerikil, pasir, pasir lanauan, lanau dan lempung menempati bagian utara daerah penelitian, Susunan stratigrafi daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 111.2, yang merupakan/ menggambarkan kolom stratigrafi daerah Semarang Utara. Pembahasan stratigrafi dari satuan batuan yang tersingkap, berturut — turut dimulai dari satuan batuan yang berumur tua hingga yang muda, adalah sebagai berikut ehusapios wep Gueiewies yeseep sepey e119 ep [BojooB snpyMUyS yeeyescLOHN| J" JeqUIED 38 a). Satuan Napal — Batupasir gampingan Merupakan batuan tertua (Tersier) yang tersingkap di daerah penelitian penyebarannya di bagian tengah yaitu daerah Tinjomoyo dan Kalialang. Singkapan batuan tersebut dapat diamati di sepanjang sungai Garang dan sungai Kripik, batuan yang telah mengalami pelapukan menjadi tanah berwarna abu-abu kecoklatan. Ketebalannya tidak dapat ditentukan dengan pasti karena batas bawahnya berada di luar daerah penelitian. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi dari penampang geologi A — A’ ketebalannya diduga sekitar 250 m. Satuan batuan ini terdiri dari perselang-selingan antara napal, batupasir tufaan dan batupasir gampingan, yang secara keseluruban didominasi oleh lapisan napal, Dengan mengamati kenampakan fisik dan jenis batuannya dapat diuraikan sebagai berikut : © Napal, merupakan batuan yang dominan dari satuan batuan ini terdapat di bagian tengah - utara deri daerah penelitian, Berwamna abu abu Kehijauan sampai abu-abu kecoklatan, berbutir halus, lempung gampingan, bersifet plastis, lengket, lunak dan licin, dalam keadaan ering kondisinya pecah-pecah, rapuh dan mudah hancur. ¢ Batupasir gampingan, terdapat sebagai sisipan di dalam satuan ini, berwama abu-abu, berbutir halus — kasar, terpilah sedang - baik, butir membulat, porositas sedang, terdiri dari pasir kwarsa, kompak dan eras, bersifat gampingan, Semakin ke atas, batuannya berbutir kasar berupa batupasir kerikilan dan konglomerat. Batupasir kerikilan berwama abu-abu, berbutir kasar, porositas sedang, terdiri dari pasir kwarsa dan kerikil batuan beku, agak membulat bersifat_kompak, gampingan, terpilah jelek. Sedangkan konglomerat berwarna abu-abu kecoklatan, berfragmen batuan beku, matrik batupasir, semen silika dan karbonat, berukuran kerikil-berangkal, pemilahan sedang - jelek, agak membulat, porositas dan kelulusan baik. 39 VUV.IN NVIOVE ONVUVIANAS HVUAVG LVUOLLVALS = ZT PL, é é 4 E é ° 5 g “nuiq: Sundwoymeq ‘uedindures ised ‘jedeu wep irpsoy, > E | é | BRAS z sarariauisvrwos |“ Sonn RRNA |_OIN SI MISVAMLVG-"Tvavn | SERRA ae oeN é NVALV@ NVALLYS 2 LS T2N : RA varus ey as” yo fern nnn E sae Suny wopsyoeq > z SOI “TeISUIOPSUoy * ey “uwepr sisednye top p19, MINV'TNA ZN z IsMaUd - UISVaALvE g vvvvvevveverveNeey INVA ISOS NVALLV€ NVALYS VeVeyyNYVVYVYEWYEY. g ues eso) 35 poet ey A Se fe ee g ‘RISUO|BUOY LEP “UEETy SAAAARALAARARAALALAD stsodeog syuiea vyo49 wep uo, |e seecveveeveovuoveny | : MINVTNA Isuaua |v vvevvevvovvesoyeNy OUNdOION IsvAWOS NVALV NVALYS evveenyyyyWeyNYYYOE 5 S—~Biy Luce sy ~~ + PyHOy ep vised “newer — “Bundwiz] : eyaq uewyeq uedepug - Le] Suopas-snpey steed “nowy yeu] ae VLTAC NVEVLVG ‘dana - as Sumdwo7 : amg Suvseg uedapug - LAS ONVSVd ‘dONT NaSOTOH 109 =] | IVONAS'TVIAQTV ‘aqNa - Bundwiay LvoUvars NVALVa NVALY: NvaLva WoTOX ie NVIMIWGd eee oxowanvalvs ONVUVAGS MVUOLLVULS 0002 “STINNAd LLTANSd b). 40 Satuan batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Kalibiuk menurut Soeyono (1989) yang berumur N-18 sampai N-19 atau Pliosen Awal Dari kenampakan singkapan di lapangan yang menunjukkan bahwa makin ke atas butirannya semakin kasar dan bersifat gampingan, maka dapat disimpulkan bahwa satuan batuan napal — batupasir gampingan diendapkan pada fasies laut dalam hingga fasies laut dangkal (Walker, 1983). Hubungan stratigrafi dengan Formasi Damar di atasnya adalah tidak selaras menyudut, dimana kemiringan lapisan Formasi Kalibiuk membentuk sudut terhadap bidang kontak formasi. Satuan Batupasir - Breksi Vulkanik Satuan batupasir — breksi vulkanik terletak tidak selaras di atas satuan napal — batupasir gampingan (Formasi Kalibiuk) dan terletak tidak selaras dengan satuan breksi vulkanik (Formasi Notopuro) di atasnya. Satuan batupasir - breksi vulkanik, terdiri dari batupasir vulkanik berselang — seling dengan breksi vulkanik, konglomerat dan tufa. Singkapan satuan batuan ini dapat diamati di daerah Dungadem dan di tebing sungai Garang di desa Tinjomoyo. Ketebalan satuan batuan ini tidak dapat ditentukan dengan pasti batas atasnya berupa ketidakselarasan. Berdasarkan rekonstruksi pada penampang geologi A — A’ tebal satuan ini sekitar 200 m. Berdasarkan ciri-ciri dan sifat fisik batuannya, pemerian satuan batuan ini adalah sebagai berikut © Batupasir vulkanik, merupakan batuan yang dominan, berselang- seling dengan breksi vulkanik dan sisipan konglomerat. Singkapan batuan ini memperlihatkan wana abu-abu kecoklatan, berbutir pasir hhalus-kasar, terdiri. dari pasir kwarsa dan tufa, bersifat keras dan 41 kompak, agak bulat-runcing, pemilahan jelek, porositas sedang-baik, struktur sedimen graded bedding, laminasi paralel dan silang siur. © Breksi vulkanik, berwarna abu-abu kecoklatan — coklat, keras dan kompak, fragmen batuan beku, meruncing — agak bulat, berukuran kerakal — bongkah, tak berlapis. Singkapan yang telah lapuk berubah menjadi tanah dengan wama coklat kemerahan, lunak dan plastis. Singkapan yang segar dapat diamati di daerah Dungadem, daerah Candi dan pada tebing-tebing di lereng bukit desa Kalibanteng Kidul. * Konglomerat adalah merupakan sisipan di dalam satuan ini, berbentuk ensa dan dijumpai di daerah Banteng, dan Kalibanteng Kidul. Batuan ini berwama abu-abu kecoklatan, keras dan kompak, fragmen batuan beku dengan matrik tufa pasiran, semen silika, terpilah sedang - baik, porositas baik, bentuk butiran bulat - agak membulat, berukuran kerikil — kerakal, dan permeabilitas baik. + Tufa, juga merupakan sisipan di dalam satuan ini, di jumpai setempat - setempat. Singkapan batuan ini dapat diamati di daerah Simongan, dan Bendan, berwama abu-abu putih, berbutir halus, terpilah baik, keras, dan warna pelapukannya coklat kemerahan. Berdasarkan atas ciri-ciri batuan dan struktur sedimen dari satuan tersebut di atas menunjukkan bahwa satuan batuan ini merupakan endapan fasies laharik darat (Walker, 1983), dimana adanya struktur sedimen laminasi paralel, silang siur dan lapisan bersusun yang ‘menunjukkan orientasi aliran. Satuan ini berdasarkan ciri-ciri litologinya disebandingkan dengan Formasi Damar yang menurut Van Bemmelen (1941) berumur Plistosen Bawah — Plistosen Tengah, atas dasar fosil gigi gajah yang ditemukan. Dari_kenampakan di lapangan, posisi stratigrafi, ciri-ciri batuannya dan umur relatifnya, satuan ini sebanding dengan Formasi Damar (Pertamina- UGM, 1988). Hubungan stratigrafi dengan Formasi Kalibiuk di bawahnya adalah tidak selaras, karena ada waktu yang hilang yaitu Pliosen Atas, 42 Didukung juga oleh perbedaan sudut kemiringan lapisan batuan, pada satuan batuan ini kemiringan lapisan antara 12° hingga 38°, sedangkan pada Formasi Kalibiuk antara 36° sampai 70°. ©). Satuan Breksi Vulkanik Satuan breksi vulkanik terletak tak selaras di atas Formasi Damar yang menempati daerah bagian tengah-selatan. Satuan batuan ini penyebaran- nya dapat diamati di daerah Gombel, Jatingaleh, Candi Baru dan Tegalsari. Ketebalannya ditentukan dari selisih ketinggian topografi antara bagian atas dan bawah dari kenampakan di lapangan, karena penyebaran satuan ini relatif datar. Berdasarkan rekonstruksi pada penampang geologi A — A’, tebalnya bervariasi antara 75 sampai 125 m. Hubungan dengan satuan batuan di bawahnya tidak selaras sedangkan kontak dengan endapan aluvial di atasnya merupakan bidang erosi. Satuan batuan ini didominasi oleh batuan breksi vulkanik, di berbagai tempat seperti di daerah Gombel. Singkapan batuan menunjukkan warna abu-abu kecoklatan, keras dan kompak, fragmen batuan beku andesitik, rapat, matrik pasir tufaan dengan semen silika, fragmen berukuran kerikil hingga berangkal dan bongkah di beberapa tempat, terpilah buruk, bentuk runcing dan tidak berlapis dengan penyebaran relatif horisontal. Berdasarkan atas jenis batuan, ciri-ciri dan struktur sedimennya menunjukkan bahwa satuan breksi vulkanik adalah sebagai endapan lahar darat dan di beberapa tempat berupa fasies fluviatil (Walker,1983). Umur relatif satuan breksi vulkanik tak dapat ditentukan dengan pasti, karena tidak dijumpai fosil yang dapat dipakai untuk penentuan umumya. Dari hubungan kedudukan stratigrafinya satuan breksi vulkanik yang menumpang tak selaras di atas Formasi Damar ini dapat disebandingkan dengan Formasi Notopuro yang berumur Plistosen Tengah - Plistosen d). 43 Akhir (Van Bemmelen, 1941). Dengan demikaian maka umur satuan batuan ini adalah berumur antara Plistosen Tengah - Plistosen Akhir. Hubungan stratigrafi amtara satuan breksi vulkanik dengan Formasi Damar di bawahnya ditentukan berdasarkan kedudukan lapisan batuannya, yang menunjukkan perbedaan sudut lapisan yang besar. Lapisan breksi vulkanik relatif horisontal, sedangkan kemiringan lapisan dari Formasi Damar antara 12° sampai 38°. Kontak antara satuan breksi vulkanik dengan Formasi Damar di bawahnya tidak selaras, sedangkan Kontak dengan batuan di atasnya merupakan kontak bidang erosi. Satuan Endapan Dataran Delta Satuan endapan dataran delta menumpang tidak selaras di atas Formasi Notopuro, di bagian atas menjari dengan endapan pasang-surut dan endapan aluvial sungai. Endapan dataran delta terdiri dari lensa kerikil, Jensa pasir, lanau dan lempung. Berdasarkan peta penyebaran fasies satuan ini menempati dataran Semarang bagian tengah — utara yaitu JIn. Pemuda, Indraprasta, Pelabuhan Tanjung Mas dan Tambaklorog (Gambar TIL6 dan IIL7). Ketebalan endapan dataran delta dilihat dari profil geologi dataran Semarang mencapai sekitar 65 m, kedalaman antara 20 hingga 85 m dbpts. Urutan lapisan batuan yang menyusun endapan dataran delta dari bagian bawah ke atas adalah sebagai berikut : — Lapisan lensa kerikil merupakan lapisan dasar endapan dataran delta mempunyai ketebalan antara 1 — 8 m, miring ke arah utara sesuai dengan kemiringan batuan dasar (Formasi Damar) ke arah utara Berdasarkan pemerian dari log bor, berwarna abu-abu, hasil sedimen alur sungai dengan ukuran butimya antara kerikil — kerakal, membulat, lepas, pasiran, sortasi sedang, porositas baik. — Lapisan lanau lempungan ketebalan antara $ — 10 m menutup lensa- lensa kerikil, berwama abu-abu kecoklatan, kenyal ~ keras bila kering. 44 ~ Lapisan Iensa pasir ketebalan antara 1 — 6 m terletak menutup lapisan lanau lempungan, berwarna abu-abu, ukuran pasir sedang — halus, lepas, membulat, pemilahan baik, porositas baik, selang-seling dengan lanau dengan kedalaman antara 20 — 70 m dbpts. — Lapisan lanau ketebalan antara 5 — 15 m menutup lensa pasir, berwama abu-abu kecoklatan, kenyal — keras bila kering, Endapan dataran delta semakin tebal ke arah utara yaitu 0 m di bagian selatan hingga 65 m di utara seperti pada diagram pagar (Gambar III.2) Berdasarkan analisa litofasies dari log bor, susunan lapisannya merupakan endapan fasies dataran delta (Walker, 1983). Kontak dengan batuan di bawahnya merupakan bidang erosi, atas dasar susunan lapisan dan hubungan dengan batuan di bawahnya endapan dataran delta ini dapat disebandingkan dengan endapan aluvial bagian bawah (Van Bemmelen, 1941). Yang berumur Holosen Awal. e). Endapan Pasang-surut Endapan pasang-surut ini menjari dengan endapan dataran delta bagian atas dan endapan aluvial sungai, mempunyai ketebalan antara 0 - 20 m semakin tebal ke arah utara. Susunan lapisan mulai dari bagian bawah ke atas adalah sebagai berikut : — Lapisan lempung lunak merupakan lapisan bagian bawah dari endapan pasang-surut, di beberapa tempat mempunyai ketebalan antara 20 hingga 30 m, berwama abu gelap, banyak unsur organik, cangkang fosil kerang, lunak dan plastis. — Lapisan pasir berupa lensa-lensa yang tersebar hampir merata di dataran Semarang ketebalan antara 0,5 - 3 m dengan kedalaman antara 2 - 15 m dbpts. Berwarna abu-abu, lepas, pasir sedang-halus, membulat, pemilahan baik, porositas sedang-baik. — Lempung sangat lunak merupakan lapisan bagian atas dari endapan pasang-surut, tersebar merata ke sluruh dataran Semarang ketebalan 45 “Buesewes uesejep Ip 1ejued uedepue JeBed weJBeIq °z ‘||| Jeques 2.2 46 antara 1- 4 m dengan kedalaman 0 ~ 4 m dbpts Berwarna abu-abu gelap, banyak unsur organik, sangat lunak. Berdasarkan analisa litofasies dari log bor, susunan lapisannya merupakan endapan fasies pasang-surut (Weimer, 1981). Kontak dengan lapisan batuan di bawahnya merupakan kontak yang menjari, atas dasar susunan Japisan dan hubungan dengan batuan di bawahnya, endapan pasang-surut ini dapat disebandingkan dengan endapan aluvial bagian Atas (Van Bemmelen, 1941), Yang berumur Holosen Akhir. f). _Endapan Aluvial Sungai Batuan termuda di daerah penelitian berupa endapan aluvial sungai yang sebagian menjari dengan endapan delta dan endapan pasang-surut, terdiri dari kerikil, pasir, lanau dan lempung, Endapan aluvial yang terdapat di tebing sungai Garang dan sungai Kripik, menunjukkan sedimen yang didominasi oleh fragmen berukuran pasir sampai bongkah. Berupa endapan lepas (belum tersemen), dengan fragmen terdiri dari batuan beku, bongkah breksi dan batulempung. Umur endapan tersebut adalah Resen dan hingga sekarang pembentukan- nya masih berlangsung. Kontak antara endapan aluvial sungai dengan endapan delta dan pasang-surut di bawahnya adalah menjari, Struktur Geologi Struktur geologi daerah penelitian terdiri dari struktur lipatan yang berupa antiklin — sinklin dan struktur sesar yang berupa sesar naik, sesar geser dan sesar turun. Struktur ini melibatkan lapisan-lapisan batuan yang berumur Pliosen Awal (Formasi Kalibiuk) hingga lapisan batuan yang berumur Plistosen Awal (Formasi Damar). Satuan batuan yang lebih muda di daerah penelitian tidak mengalami perlipatan maupun pensesaran. Struktur lipatan terdiri dari antiklin Candi, antiklin Kedungwinong, sinklin Kradenan, sinklin Gabeng, antiklin Gebangsewu, dan sinklin Asinan 47 Sedangkan struktur sesar terdiri dari sesar naik Gebangsewu, sesar geser Kripik, sesar geser Kalialang, sesar geser Banteng dan sesar turun Kaliangse. Sumbu lipatan mempunyai arah timur — barat, sedangkan arah jalur sesar berarah utara — selatan, baratdaya ~ tenggara dan timur ~ barat (Gambar IIL.3) Daerah penelitian yang terletak pada sub cekungan Jawa Tengah Utara dipengaruhi oleh perkembangan tektonik yang berlangsung dari jaman Tersier hingga Kuarter. Proses tektonik tersebut menyebabkan perlapisan batuan yang berumur Miosen hingga Plistosen terlipat dan tersesarkan. Berdasarkan mekanisme, umur dan gaya penyebab pembentukannya, struktur geologi di daerah penelitian dapat dibagi menjadi 1. Struktur geologi yang dihasilkan oleh tektonik. 2. Struktur geologi yang dihasilkan oleh volkanotektonik. Struktur geologi hasil tektonik melibatkan Formasi Damar dan Formasi Kalibiuk. Sedangkan struktur geologi hasil volkanotektonik terjadi pada fase tektonik yang lebih muda karena melibatkan Formasi Notopuro a. Struktur Lipatan Struktur lipatan di daerah penelitian adalah sebagai berikut : 1). Antiklin Candi Sumbu antiklin melalui desa Candi berarah barat — timur mulai dari timur di desa Kedungmundu menerus ke barat hingga desa Tugurejo. Dikenali di lapangan berdasarkan kedudukan lapisan batuan yang diukur di daerah Kedungmundu, Candi, Gedungbatu, dan daerah Tugurejo. Sayap sebelah utara mempunyai kemiringan lapisan antara 15° — 18° ke arah utara, dan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan 14° — 20° ke selatan. i i x ew, Heal puis ox wh ‘eAUWEID]OS Uep Bueseulog yesep ojoes mpg *¢ [I] : eqUIED 49 Berdasarkan analisa stereonet dan Klasifikasi lipatan (Richard, 1971) dalam Mukhlis dan Dahri (1996), maka jenis antiklin Candi adalah upright horisontal fold dengan orientasi N 106°E / 90°. 2), Antiklin Kedungwinong Sumbu antiklin melalui desa Kedungwinong berarah barat — timur mulai dari timur di desa Jrubang menerus ke barat desa Wotgaluh hingga bukit Kedungwali. Dikenali di lapangan berdasarkan kedudukan lapisan batuan yang diukur di daerah Jrubang, Kedungwinong, Wotgaluh, dan bukit Kedungwali. Sayap sebelah utara mempunyai kemiringan lapisan antara 16° — 20° ke arah utara, dan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan 17° — 21° ke selatan. Berdasarkan analisa stereonet dan Klasifikasi lipatan (Richard, 1971) dalam Mukhlis dan Dahri (1996), maka jenis antiklin Kedungwinong adalah upright horisontal fold dengan orientasi N 108°E / 90°. 3). Sinklin Kradenan Sumbu sinklin melalui desa Kradenan berarah barat — timur, ke timur di tutupi oleh Formasi Notopuro ke barat melalui desa Selorejo hingga desa Kalipancur. Dikenali di lapangan berdasarkan kedudukan lapisan batuan yang diukur di daerah Kradenan, Selorejo, dan daerah Kalipancur. Sayap sebelah utara mempunyai kemiringan antara 17° — 22° ke arah utara, dan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan 18° — 28° ke selatan. Berdasarkan analisa stereonet dan klasifikasi lipatan (Richard, 1971) dalam Mukhlis dan Dahri (1996), maka jenis sinklin Kradenan adalah upright horisontal fold dengan orientasi N 105°E / 90°. 50 4). Sinklin Gabeng Sumbu sinklin melalui desa Gabeng berarah barat — timur, ke barat mulai dari desa Gabeng melalui desa Kaliangse, Manyaran menerus ke barat hingga desa Klampisrejo. Dikenali di lapangan berdasarkan kedudukan lapisan batuan yang diukur di daerah Gabeng, Kalilangse, Manyaran dan daerah Klampisrejo. Sayap sebelah utara mempunyai kemiringan lapisan antara 18° — 20° ke arah utara, dan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan 15° — 20° ke selatan. Berdasarkan analisa stereonet dan Klasifikasi lipatan (Richard, 1971) dalam Mukhlis dan Dahri (1996), maka jenis sinklin Gabeng adalah upright horisontal fold dengan orientasi N 106°E / 90° 5). Antiklin Gebangsewu Sumbu antiklin melalui desa Gebangsewu berarah baratlaut — timur mulai dari timur di desa Karangrejo menerus ke barat desa Gebangsewu hingga bukit Kalipancur. Dikenali di lapangan berdasarkan kedudukan lapisan batuan yang diukur di daerah Karangrejo, Gebangsewu, dan Kalipancur. Sayap sebelah utara mempunyai kemiringan lapisan antara 65° — 70° ke arah utara, dan sayap selatan mempunyai kemiringan 42° — 47° ke selatan. Berdasarkan analisa stereonet dan Klasifikasi lipatan (Richard, 1971) dalam Mukhlis dan Dahri (1996), maka jenis antiklin Gebang-sewu adalah upright horisontal fold dengan orientasi N 98°E / 90°. 6). Sinklin Asinan Sumbu sinklin melalui desa Asinan berarah barat — timur, ke barat mulai dari desa Asinan melalui desa Persen, Banaran menerus ke barat 51 hingga desa Sadeng. Di bagian timur dan bagian tengah tertutup oleh satuan Formasi Notopuro dan bagian barat tertutup Formasi Damar. Dikenali di lapangan berdasarkan kedudukan lapisan batuan yang diukur di daerah Gabeng, Kalilangse, Manyaran dan daerah Klampisrejo. Sayap sebelah utara mempunyai kemiringan lapisan antara 48° — 42° ke arah utara, dan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan 65° — 74° ke selatan. Berdasarkan analisa stereonet dan klasifikasi lipatan (Richard, 1971) dalam Mukhlis dan Dahri (1996), maka jenis sinklin Asinan adalah upright horisontal fold dengan orientasi N 92°E / 90°. b. Struktur Sesar Struktur sesar daerah penelitian secara umum bidang sesarnya berarah baratlaut - tenggara, timur — barat dan baratdaya - timurlaut. Sesar-sesar tersebut adalah terdiri dari sesar mendatar, sesar naik dan sesar turun. 1) Sesar naik Gebangsewu Penamaan sesar naik Gebangsewu didasarkan pada letak bidang sesamnya melalui desa Gebangsewu yang mempunyai arah baratlaut — timur — tenggara, memanjang sekitar 3 km, dimulai dari barat di desa Kalipancur, Gebangsewu, Selorejo, Kradenan hingga Karangrejo. Di bagian baratlaut sesar tersebut menghilang tertutup oleh Formasi Damar yang tidak tersesarkan, sedang di bagian tengah di desa Gebangsewu - Selorejo sesar ini tergeser oleh sesar mendatar Kalialang dan di bagian timur sesar ini tertutup oleh Formasi Notopuro. Bukti-bukti lapangan yang mendukung adanya sesar adalah berupa : ~ Ditemukan seretan sesar (drag fault) di desa Kalipancur terekam oleh batupasir dengan kemiringan 40° ke arah selatan. — Sesar—sesar kecil yang menunjukkan drag fault di desa Simongan. 2) 52 — Adanya lapisan tegak di sungai Kreyo dan pembelokan yang tajam. — Adanya kontak antara satuan batuan napal dengan satuan batupasir vulkanik di sungai Garang menunjukkan posisi membalik dengan ketidak teraturan arah jurus dan pembelokan yang tajam — Adanya gawir yang terjal pada G. Pesapen - G. Watuprongkol memanjang berarah baratlaut — timur. — Ditemukan jalur pemunculan deretan mata air di desa Tinjomoyo. — Dari citra radar terlihat adanya pola pelurusan dari barat ke timur. Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan dan rekonstruksi penampang geologi, disimpulkan bahwa sesar Gebangsewu merupakan sesar naik. segmen selatan relatif bergerak naik terhadap segmen utara, dengan bidang sesar miring ke arah selatan. Sesar geser Kripik Penamaan sesar Kripik ini didasarkan pada letak bidang sesar yang melalui sungai Kripik, mempunyai arah tenggara — baratlaut memanjang sekitar 5 km. Di daerah tenggara di desa Bubak jalur sesar ini tertutup oleh Formasi Notopuro ke arah utara memotong sesar naik Gebangsewu, antiklin Gebangsewu, di Kalipancur memotong sinklin Kradenan, antiklin Kedungwinong, di Manyaran memotong sinklin Kalilangse Bukti — bukti di lapangan yang menentukan adanya sesar ini berupa : ~ Didapatkannya geseran batupasir gampingan di sungai Kripik dengan ketidak teraturan arah jurus dan zona hancuran. ~ Gawir yang terjal di tebing sebelah barat daerah Manyaran dan zona hancuran serta munculnya mata air. — Pelurusan sungai Kripik dengan ketidak teraturan arah jurus dan kemiringan lapisan batuan dari satuan napal — batupasir gampingan di pertemuan dengan kali Kreyo 3) 53 — Adanya pemunculan mata air yang berjajar sepanjang jalur sesar di sebelah utara desa Kalipancur. ~ Pada citra radar tampak ada pola kelurusan lembah dan kelurusan sungai Kripik Dari data lapangan dan interpretasi citra radar dapat ditentukan bahwa sesar Kripik merupakan sesar geser, tetapi untuk menentukan gerak relatif bagian-bagian yang tersesarkan agak kesulitan. Gerak relatif ditentukan dari pergeseran sumbu antiklin / sinklin yang dipotong dan disimpulkan bahwa sesar ini merupakan sesar mendatar dekstral, yaitu segmen sebelah timur bergerak relatif ke selatan. Sesar geser Kalialang Sesar Kalialang didasarkan jalur bidang sesar yang melewati desa Kalialang, sepanjang sekitar 3 km berarah timurlaut — barat daya di sebelah utara tertutup oleh endapan aluvial. Bidang sesar ini melewati desa Gebangsewu di bagian selatan ke utara melewati desa Sukorejo — Kalialang dan Kalibanteng Kidul. Bukti - bukti yang mendukung di lapangan berdasarkan atas : ~ Ditemukan breksiasi di debelah timur gunung Pesapen, ketidak teraturan jurus dan kemiringan, kontak langsung satuan napal dan satuan batupasir vulkanik yang berbeda jauh umurnya. ~ Adanya sesar kecil di desa Kalibanteng kidul di tebing jalan adanya geseran ke arah utara, dan adanya zona hancuran di desa Sukorejo. - Adanya zona hancuran di pertemuan sungai Kripik dan sungai Garang, ketidak teraturan jurus dan kemiringan batuan satuan batupasir vulkanik dan satuan napal batupasir gampingan. — Tampak adanya pelurusan lembah dari citra radar. Dari data yang diperoleh dan interpretasi citra radar dapat ditentukan bahwa sesar Kalialang menunjukkan adanya -gerak relatif. Untuk 4) 54, menentukan gerakan geser agak sulit karena kenampakan di lapangan Kurang begitu mendukung. Oleh karena itu untuk menentukan gerak relatif ditentukan dari adanya geseran sumbu sinklin Kradenan, antiklin Kedungwinong, sinklin Kalilangse dan antiklin Jrubang segmen sebelah timur relatif ke utara. Berdasarkan data-data dapat disimpulkan bahwa sesar Kalialang ini merupakan sesar mendatar mengiri (sinistral), dimana segmen sebelah barat relatif bergerak ke selatan terhadap segmen sebelah timur Sesar geser Banteng Sesar geser Banteng ini jalur sesarnya melewati desa Banteng, dengan arah bidang sesar baratdaya — timurlaut sepanjang sekitar 3 km melalui desa Jrubang ke arah utara Jangli - Banteng — Tandang dan Kedungmundu. Di sebelah selatan tertutup oleh Formasi Notopuro dan di bagian utara tertutup oleh endapan aluvial Bukti — bukti di lapangan yang didapat berupa : ~ Adanya hancuran batuan dan longsoran di desa Jrubang, Jangli dan ditemukan breksiasi batupasir vulkanik di desa Banteng. ~ Ditemukan jalur mata air dari Jrubang ke arah utara di Jangli ~ Adanya bidang sesar yang tegak di desa Gabeng pada batupasir vulkanik — breksi vulkanik, — Terdapat pola pelurusan struktur dari citra radar, Berdasarkan data lapangan dan interpretasi citra radar tersebut, menunjukan adanya sesar geser tetapi untuk menentukan arah geser relatif agak kesulitan. Oleh karena itu gerak relatif ditentukan dari letak Pergeseran sumbu antiklin Candi dan sinklin Kalilangse yang menunjukkan geseran ke arah utara segmen bagian sebelah timur. Sesar Banteng merupakan sesar mendatar mengiri (sinistral), segmen bagian barat relatif bergerak ke selatan terhadap segmen bagian timur. 55 5) Sesar geser Jomblang Sesar geser Jomblang jalur sesarnya melewati desa Jomblang, dengan arah bidang sesar utara ~ selatan sepanjang sekitar 1,5 km melalui desa Jomblang ke arah selatan di desa Jangkang. Di sebelah selatan tertutup oleh Formasi Notopuro dan di utara tertutup oleh endapan aluvial Bukti ~ bukti di lapangan yang didapat berupa : ~ Adanya hancuran batuan di desa Jomblang, dan ditemukan breksiasi batupasir vulkanik di desa Jangkang, ~ Ditemukan jalur mata air dari Jangkang ke arah utara di Jomblang. ~ Bidang sesar yang tegak pada breksi vulkanik di desa Jangkang . ~ Terdapat pola pelurusan struktur dari citra radar. Berdasarkan data lapangan dan interpretasi citra radar tersebut, menunjukan adanya sesar geser tetapi untuk menentukan arah geser relatif agak kesulitan, Oleh karena itu gerak relatif ditentukan dari letak Pergeseran sumbu antiklin Candi dan sinklin Kalilangse yang menunjukkan geseran ke arah utara segmen bagian sebelah timur. Sesar Jomblang merupakan sesar mendatar mengiri (sinistral), segmen bagian barat relatif bergerak ke selatan terhadap segmen bagian timur. 6) Sesar turun Kalilangse Sesar Kalilangse ini melewati desa Kalilangse bidang sesarnya berarah barat — timur, memanjang 4 km mulai dari desa Kalilangse ke arah barat ke Karangkumpul terus ke Simongan. Sesar ini di bagian sebelah timur tertutup Formasi Notopuro, di bagian tengah tertutup aluvial, Bukti — bukti keadaan lapangan yang mendukung sesar ini adalah ~ Didapatkan bidang sesar pada batupasir vulkanik di daerah gunung Setonen, dengan kemiringan sekitar 70° miring ke arah selatan ~ Ketidak teratutén arah jurus dan kemiringan lapisan batupasir vulkanik di daerah Wotgaluh. 56 ~ Adanya breksiasi di daerah Simongan ke arah desa Kalilangse. ~ Adanya bidang sesar di gunung Ireng Simongan 74° ke selatan ~ Adanya mata air yang muncul di desa Kalilangse berjajar ke timur ~ Adanya pola pelurusan lembah pada citra radar. Berdasarkan data lapangan dan interpretasi citra radar dapat ditentu- Kan bahwa sesar Kalilangse merupakan sesar turun, dengan pergerak- an segmen sebelah selatan relatif turun terhadap segmen sebelah utara. Secara lengkap penyebaran batuan, stratigrafi dan struktur geologi daerah Penelitian dapat dilihat dalam peta geologi (Gambar III 4). Analisa Struktur Pola struktur geologi dan arah gaya pembentuk struktur geologi yang mempengaruhi pola umum pembentukan struktur geologi di Jawa Tengah, adalah adanya tumbukan dan penunjaman lempeng tektonik di selatan Pulau Jawa. Disimpulkan bahwa gaya tekan dan tarik yang membentuk struktur geologi adalah berarah utara - selatan, Menurut model tektonik sesar dari Moody & Hill (1963), gaya tekan (1) berarah utara-selatan, menimbulkan perlipatan dengan sumbunya berarah timur-barat. Bila elastisitas batuan terlampaui terbentuklah sesar-sesar mendatar yang berpasangan orde I membentuk sudut 30° terhadap arah gaya tekan utama. Berdasarkan atas perkembangan struktur geologi yang terdapat di daerah Penelitian, gaya tekan o; telah bekerja sebelum terjadinya Formasi Notopuro yang menyebabkan pembentukan lipatan dan sesar yang berarah barat ~ timur, dan baratlaut — tenggara. Struktur tersebut terdiri dari sesar naik Gebangsewu, antiklin Gebangsewu dan sinklin Asinan yang telah terbentuk pada Formasi Kalibiuk yang berumur N-18. sampai N-19 (Pliosen Awal) (mueq uowny weep yup dep Gee Gurcueved) ekumpyes Uap Bueewns \RIeEG BIOeD wd YI ALE (G6s1) peo ¥ sar ‘gato mamreyp(Su61 eocu BPUTEL) ‘rung «meta op wed ENP: gS wus ueseue ueepowes wees 4 i] a weePted Tuemeg s6G 4g setes yeu sero | ’ Ln wwe un | ] | 1 L Ly t a | ns | % wen SQ a | e _ : {* “WV 1501039 ONVdWWN3d 59 Pada kala Plio-Plistosen gerak penekukan mencapai puncaknya dan terjadi perlipatan serta pensesaran yang melibatkan batuan sedimen yang berumur Miosen — Plistosen Awal dengan arah penekukan ke utara. Struktur yang, dihasilkan terdiri dari antiklin Candi, sinklin Kradenan antiklin Kedungwinong, sinklin Gabeng, sesar geser Kripik, sesar geser Kalialang, sesar geser Banteng, sesar geser Jomblang dan sesar normal Kalilangse. Pada kala Plistosin Awal bahkan menerus sepanjang Plistosen, seluruh Jawa Utara terjadi pengangkatan. Bagian tengah Pulau Jawa terjadi sesar naik yang penting, sebagai sesar Baribis dan melibatkan batuan yang berumur Pliosen dan Plistosen Awal terlipat kuat (Soejono 1984). Sesar geser orde pertama yang menyudut 30° terhadap arah gaya (arah selatan) terjadi akibat gaya tekan. Kemudian terjadi sesar geser Kripik sesar geser Kalialang, sesar geser Banteng dan sesar geser Jomblang, dengan gaya tekannya merupakan kelanjutan dari gaya tekan pembentuk lipatan sinklin Gabeng, karena sumbunya terpotong hampir 60° dan menggeserkan ke arah utara. Bila gaya tekan melemah, maka reaksi pada batuan menyebabkan terjadinya gaya tarik dan terjadilah sesar turun. Sesar turun Kalilangse mempunyai sumbu patahan berarah timur - barat dengan bidang sesar miring ke arah selatan 76° dan segmen sebelah selatan relatif turun terhadap segmen utara. Satuan batupasir - breksi vulkanik (Formasi Damar) yang tersesarkan berumur Plistosen Bawah. Pada Plistosen Tengah - Plistosen Akhir aktivitas vulkanik meningkat sehingga terbentuklah endapan lahar yang dikenal sebagai Formasi Notopuro. Terjadinya sesar pada Plistosen Akhir merupakan struktur geologi yang dibentuk oleh proses vulkanotektonik. Pada Plistosen Akhir— Holosen Awal, gunung Ungaran aktif kembali dan membentuk endapan gunung Ungaran Muda, Setelah itu vulkanik berhenti dengan ditandai 2.3 60 adanya pembentukan kubah lava yang menyumbat lobang kepundan gunung Ungaran, Dataran Semarang Dataran Semarang tersebar seluas lebih-kurang 144 km’ atau sekitar 30% luas daerah penelitian, batuan paling bawah yang terdiri dari endapan dataran delta, endapan pasang-surut dan endapan aluvial. Endapan delta didapatkan pada bagian dasar berupa selang-seling lensa kerikil dan lanau, yang diendapkan pada alur-alur pengisian (channel fill) di muara sungai Garang, Kripik dan Kreyo, dengan ketebalan mulai dari 20 hingga 80 m. Endapan dataran delta menempati batuan bagian bawah terdiri dari kerikil, pasir kerikilan, lanau dan lempung. Endapan fasies pasang surut dan endapan aluvial sungai merupakan perlapisan bagian atas dengan ketebalan antara | - 20 m, terdiri dari lempung lunak, lempung lanauan, dan pasir lanauan. Dari data log bor sumur dalam, pemboran geoteknik, pemboran contoh mekanika tanah dan kurva sondir, didapatkan bahwa dataran Semarang didasari oleh batuan vulkanik (Formasi Damar). Penyebaran endapan vulkanik miring ke arah utara dan makin dalam hingga kedalaman sekitar 100 m dbpts. Penampang geologi dataran aluvial dari arah barat — timur dan arah utara — selatan dapat dilihat dalam lampiran L.1-L.4, Dari hasil rekaman Georadar yang dilakukan tim survei PPGL Bandung, udiono, 1996) menunjukkan bahwa * Pada jalur sebelah timur yaitu Peterongan - JI. MT.Haryono, bahwa gambaran kurva georadar menunjukkan adanya kontak bidang erosi antara satuan breksi vulkanik dan endapan dataran delta di dataran Semarang. * Pada jalur tengah yaitu yang melalui bukit Siranda hingga Simpanglima terlihat bahwa kontak antara breksi vulkanik dan endapan dataran delta, 61 menggambarkan adanya bidang erosi dan pelamparan breksi vulkanik miring ke arah utara © Pada jalur sebelah barat yaitu lintasan yang melalui Simongan - Kalibanteng - PRPP menunjukkan bidang kontak yang telah mengalami erosi dan pelamparan breksi vulkanik miring ke arah utara (Lampiran L.5) Batas kontak antara endapan di dataran Semarang dan kaki perbukitan mulai dari Peterongan di sebelah timur sampai Simongan di sebelah barat, tidak terlihat adanya struktur sesar. Perlapisan selang-seling pasir vulkanik dan breksi vulkanik miring ke arah utara dengan pelamparannya sampai di bawah laut Jawa, (Budiono, 1996). Dari hasil rekonstruksi dan korelasi batuan pada dataran Semarang didapatkan bahwa endapan lensa-lensa kerikil menempati bagian dasar. Lapisan lensa- lensa kerikil ini merupakan endapan isian alur (charmel fill) pada endapan dataran delta yang polanya mencerminkan endapan alur Sungai Garang dan sungai Pengkol. Kemudian ditutupi oleh endapan material halus yang terdiri dari pasir lanauan, lanau dan lempung akibat genangan laut dan suplai material dari laut lebih dominan. Di atasnya adalah lapisan pasir pertama dan kedua dengan pola penyebaran pasir sebagai endapan dataran delta, masih mengikuti dasar cekungan teluk Semarang dan semakin dalam ke arah utara, Ketebalan lapisan pasir antara 2 sampai 6 m dengan kedalaman mulai dari 20 hingga 80 m dbpts. Kemudian diendapakan material vulkanik halus yang becampur dengan endapan pasang-surut (tidal flat), menghasilkan lempung kenyal - keras dan Jempung pasiran yang mengandung cangkang kerang, dengan tebal antara 5 sampai 20 m (menebal ke arah utara). Diikuti proses pengendapan material lempung lunak pada kondisi pasamg, terlihat pola penyebarannya hampir merata di seluruh dataran Semarang. Ketebalan antara 20 - 30 m makin dalam ke arah utara dengan pusat daerah Tanah Mas dan Tambaklorog,

Anda mungkin juga menyukai