Pada masa Utsmani terjadi perebutan wewenang antara sultan dengan
mufti tentang siapa yang melegitimasi hukum syariah. Akhirnya muncul dekrit imperium 1839 (hatt-I Syarif) sebagai rezim pondasi legislatif modern Pada saat in, Turki mencapai puncak kecemasan dibawah kekuasaan Utsmani.Turki akhirnya menjadi pusat perdagangan. Untuk itu mengantisipasi maraknya perdagangan yang tidak terkontrol, dikeluarkan UU Perdagangan dan Pidana yang rumusannya diambil dari Hukum Mazhab Hanafi dan Hukum Prancis. Proses ide awal reformasi hukum dan kodifikasi hukum keluarga Turki (tapi tidak berhasi sampai tahun 1915). Pada tahun ini lahirlah UU Sipil Islam atau yang disebut Majllat al-Ahkam al-Adliyah yang sebagian besar materinya didasarkan pada mazhab Hanafi, sekalipun belum Konprehensif, karna tidak memasukkan Hukum Keluarga dan Hukum Waris. Muncullah Dekrit Kerajaan meroformasikan hukum perkawinan mazhab Hanafi. Dekrit tersebut berisi perempuan perempuan diperbolehkan mengupayakan perceraian atas dasar ditinggalkan suami atau karna penyakit yang dideritanya. Tahun ini lahirlah UU Perkawinan (qanuuni qaraar huquuq al ilah alutsmania) 1 Lahir UU keluarga yang merupakan bentuk amandemen terhadap UU Perkawinan tahun 1917 yang melarang Poligami, menjadikan Suami dan Istri berkedudukan sama dalam perceraian harus dijatuhkan di Pengadilan dengan syarat-syarat tertentu. Terciptalah UU Sipil Turki (The Turkish Civil Code), yang berisi tentang Hukum Perkawinan (Pertunagan, Umur Pernikahan, Pembatalan Pernikahan) Perceraian dan Pemisahan, Konpensasi, dan Hukum Waris. Proses amandemen terhadap UU Sipil Turki 1926 sebagai wujud adabtasi undang-undang terhadap tradisi Islam Turki. Hasil amandemen ini antara lain berkaitan dengan ganti kerugian, Dispensasi Kawin, Pasangan suami Istri kesempatan untuk memperbaiki hubungan ketika pisah ranjang, juga menghapuskan perceraian diluar Pengadilan, serta terjadinya perceraian dipengadilan yang didasarkan pada kehendak masing-masing pihak. Dan UU ini tercatat enam Kali amandemen sampai tahun 1965. Amandemen 1988 memberikan perceraian atas kesepakatan bersama (divorce by mutual consents), nafkah isttri dan penetapan semntara selama proses perceraian berlangsung. Amandemen
Undang-undang ini hanya bertahan kurang lebih dua tahun, atau sampi tahun 1919