Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
Pneumonia hingga saat ini merupakan masalah yang serius di bidang
kesehatan utamanya di bidang kesehatan anak. Menurut WHO, angka insiden dari
community acquired pneumonia di negara berkembang adalah 0,026 episode per
anak per tahun. Pada suatu penelitian multisentrik prospektif yang dilakukan
terhadap 154 anak imunokompeten dengan community acquired pneumonia
didapatkan adanya patogen pada 79% anak dengan 60% dari patogen tersebut
adalah bakteria dan 45% disebabkan oleh virus. Bakteri penyebab tersering adalah
spesies Streptococcus pneumoniae yang didapatkan sebesar 73% dari seluruh
bakteri penyebab pneumonia.1,2
Pneumonia adalah suatu keradangan pada saluran nafas bagian bawah
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing. Pnemonia ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekwensi
pernafasan), nafas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang
sianosis.3
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pneumonia diantaranya adalah
faktor host, infeksi maupun penyebab non infeksi. Pada anak-anak penyebab
pneumonoia terbanyak adalah infeksi virus, infeksi bakteri hanya sekitar 10-30%
dari semua kasus pneumonia pada anak.4
Gejala

klinis

pneumonia

meliputi

gejala

klinis

penyakit

yang

mendasarinya, dan juga terdapat gejala umum pneumonia sendiri yang meliputi
pilek, batuk, demam, sesak (napas cepat/napas cuping hidung), retraksi dinding
dada, sianosis. Dalam menegakkan diagnosis pneumonia meliputi gejala klinis
pneumonia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologis. Sebagian besar pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan
sempurna, pada pemerikksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara
minggu ke 6-8. Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh
lebih lama(>1 bulan) dan mungkin berulang.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstisial sedangkan bronkopneumonia adalah pneumonia yang disertai
radang yang meluas ke bronkus4. Pneumonia adalah penyakit klinis, sehingga
didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya.
Salah satu definisi klasik menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit
respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam, adanya suara napas
rhonki basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada1,2.
2.2

Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab


kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan,
defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.5 Pneumonia pada anak merupakan
infeksi yang serius dan banyak diderita oleh anak-anak di seluruh dunia yang
secara fundamental berbeda dengan pneumonia pada dewasa. Di Amerika dan
Eropa yang merupakan negara maju angka kejadian pneumonia masih tinggi,
diperkirakan setiap tahunnya 30-45 kasus per 1000 anak pada usia kurang dari 5
tahun, 16-20 kasus per 1000 anak pada usia 5-9 tahun, 6-12 kasus per 1000 anak
pada usia 9 dahun dan remaja.3
2.3

Etiologi Pneumonia
Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan

tetapi 20-30% penyebabnya merupakan bakteri. Banyak faktor yang bisa


meningkatkan resiko pneumonia seperti cacat kongenital, kekurangan sistem imun

oleh karena suatu penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal
fistula, fibrosis cistik, sel bulan sabit, reflux gastroesophageal, aspirasi benda
asing, ventilasi mekanik, serta lama diopname di rumah sakit.5
Pathogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan
penyebab pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial,
parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya
disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia
hamil, termasuk Group A dan B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan
penyebab yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang
kasusnya semakin menurun karena telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium
tuberculosis, lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak.5
Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling
umum kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae
menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia
disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella tularensis
(kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba), Salmonella
choleraesuis (babi).5
Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya
sering ditemukan pada saluran pernafasan atas, infeksi serius biasanya disebabkan
oleh 14 serotipe, seperti 14,6,18,19,23,8,9,7,1 dan 3.5
Beberapa bakteri penyebab pneumonia pada anak usia > 1 bulan dengan
status imunkompeten dan imunokompromise disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Pneumonia
Bakteri

Imunokompeten
Streptococcus pneumoniae
Haemophillus influenza
Staphylococcus aureus
Group A Streptococci
Bordetella pertusis
Moraxella catarrhalis
Yersinia pestis
Pasteurella multocida
Brucella spp.
Francisella tularensis
Neisseria meningitidis
Salmonella spp.

Imunokompromise
Pseudomonas spp.
Enterobacteriaceae
Legionella pneumophilia
Nocardia spp.
Rhodococcus equi
Actinomyces spp.
Anaerobis bacteria
Enterococcus spp.

Agen serupa bakteri

Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Chlamydia trachomatis
Chlamydia psittaci
Coxiella burnetti
Rickettsia ricketsii

Selain kuman yang menyebabkan timbulnya pneumonia, terdapat beberapa


faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang terjangkit pneumonia antara lain
berat badan lahir yang rendah, malnutrisi dan polusi udara seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1.
RISK FACTORS FOR PNEUMONIA
OR DEATH FROM ARI
Malnutrition, poor
breast feeding
practices
Lack of immunization

Vitamin A deficiency

Young age

Low birth weight


Increase
risk of
ARI
Cold weather
or chilling

Crowding

High prevalence
of nasopharyngeal
carriage of
pathogenic bacteria

Exposure to air pollution


Tobacco smoke
Environmental air pollution

Gambar 2.1 Faktor Resiko Pneumonia


2.4

Patologi Pneumonia

Infitrasi atau konsolidasi jaringan intersisial dan parenkim paru oleh sel-sel
radang.4
2.5

Patogenesis Pneumonia

Infeksi pada paru-paru terjadi bila salah satu pertahanan tubuh diubah (barier
mekanik, otonom, sistem imun lokal atau sistemik) ketika tubuh diserang oleh
organisme virulen. Agen yang menyebabkan infeksi ini berasal dari inhalasi, atau
melalui pembuluh darah (endapan dalam darah). Tubuh berusaha untuk
membersihkannya dengan sistem respon tubuh.5
Pneumonia oleh karena bakteri pada parenkim paru menimbulkan
konsolidasi bila terjadi pada lobular paru (bronkopneumonia), bisa terjadi pada
lobar maupun interstitial. Diawali tahap Red Hepatization dengan hiperemi
oleh karena pembesaran pembuluh darah, timbul eksudat intraalveolar, deposit
fibrin, infiltrasi neutrofil. Tahap selanjutnya disebut Gray Hepatization
didominasi oleh deposit fibrin, disintegrasi sel inflamasi secara progresif,
kemudian terjadi resolusi (8-10 hari) dimana eksudat yang muncul dibersihkan
melalui mekanisme batuk dan dihancurkan dengan enzim pencernaan. Konsolidasi
dari jaringan paru menurunkan lung compliance dan kapasitas vital paru,
menyebabkan hipoksemia dengan kompensasi meningkatkan aliran darah ke paru
sehingga kerja jantung menjadi meningkat. Apabila meluas ke rongga pleura bisa
menimbulkan empyema. Penebalan fibrous terjadi pada tahap resolusi. 5 Proses ini
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Inokulasi pathogen melalui inhalasi / hematogen
Respon imun tubuh untuk Clearing Mechanism
Red Hepatization
Gray Hepatization

Resolusi (fibrosis paru)

Lung Compliance menurun


Blood flow meningkat
Kerja jantung meningkat

Gambar 2.2 Patogenesis Pneumonia


Kerusakan jaringan intersisial parenkim paru sebagai akibat inhalasi droplet dan
adanya fokus infeksi dalam tubuh selain bermanifestasi sebagai pneumonia, juga
dapat muncul sebagai pneumonitis dan bronkiolitis. Proses ini dapat disajikan
pada gambar 2.3.
FOKUS INFEKSI
(DLM TUBUH)

INHALASI DROPLET

ASPIRASI DLL

SALURAN NAFAS ATAS

SALURAN
BAWAH

ALIRAN LIMFE

ALIRAN DARAH

JARINGAN INTERSISIAL
PARENKIM PARU

1. PNEMONIA

2. PNEMONITIS
( BRONKOPNEMONIA)

BRONKIOLITIS

Gambar 2.3 Proses terjadinya pneumonia


2.6

Klasifikasi 6

Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan anatomis dan etiologis


Pembagian anatomis meliputi :

Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
6

Sedangkan pembagian secara etiologis meliputi :

Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococus, Streptococcus aureus, dll


Virus : respiratory syncitial virus, virus influenza, adeno virus dll
Mycoplasma pneumonia
Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing

Derajat penyakit berdasarkan klinik (WHO)

Bukan Pneumonia

Pneumonia (tidak berat)


-

Batuk atau sesak napas dan napas cepat


Napas cepat:

Usia < 2 bulan

: 60 x/menit

Usia 2-12 bulan

: 50 x/menit

Usia 1-5 tahun

: 40 x/menit

Usia 5-8 tahun

: 30 x/menit

Auskultasi: ronki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial

Pneumonia Berat
-

Batuk/sesak napas disertai salah satu di bawah ini:


Retraksi dinding dada
Napas cuping hidung
Grunting (merintih)

Auskultasi: ronki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial

Pneumonia Sangat Berat


-

Batuk/sesak napas disertai salah satu di bawah ini:


Sianosis sentral
Tidak bisa minum
Muntah
Kejang, letargi, kesadaran menurun
Anggukan kepala

Auskultasi: ronki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial

2.7

Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala. 5 Pada neonatus
sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayibayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah
takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.1
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif /produktif), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya nafas cuping hidung.1
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun. Fine crackles
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa ditemukan pada bayi. Gejala
lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara panas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) di daerah
yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan
dada menurun waktu inspirasi anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki
fleksi. Rasa nyeri, dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.1
Pada bronkopneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut3:
1.

Gejala infeksi saluran napas atas:


-

Gejala infeksi saluran napas tengah dan bawah:


-

2.

Coryza, malaise, febris ringan, sneezing, 2-3 hari


Batuk, malaise, febris, dapat wheezing, sesak

Gejala infeksi
Febris:
-

Dapat akut, tinggi sampai 39-40 C, meningkat cepat

Fluktuatif

Turun secara lisis

Sering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah


konsolidasi yang baru, berlangsung 3-4 minggu

Pada anak yang lemah kadang-kadang : subfebril atau


tanpa demam

Jantung paru :
-

Nadi relatif lebih cepat dari lobar pneumonia

Sesak

Respirasi cepat dan dangkal dapat sampai 100 x/menit

Sering dengan grunting

Pernafasan cuping hidung

Sianosis sekitar mulut dan hidung

Batuk variable, pada awalnya kering, kemudian produktif

Gelisah dan cemas

Muntah dan diarrhea

Tampak sakit berat, gangguan respirasi lebih nyata dari

Lain-lain:

lobar pneumonia, sayu, pucat, lidah kering


Fisik :
-

Tergantung luas infiltrat

Sering negatif pada awal, bila menyatu : dullness

Suara respirasi mengeras/ kasar, terutama dekat basal


paru-paru

Ronki basah, nyaring, halus sampai sedang pada daerah


konsolidasi

Retraksi ringan pada ICS terutama pada anak dibawah 2


tahun, karena dinding thorax lemah

Perkusi : variable, normal, hipersonor (karena


emphysema komponsantoir), bila konsolidasi luas :
demping yang absolut

Stadium terminal : respirasi dan jantung ireguler cheyne stoke apneu


bradikardia nadi tak teraba gasping eksitus
2.8

Pemeriksaan Penunjang

2.8.1 Penilaian Laboratorium


Pada pasien pneumonia oleh karena bakteri jumlah sel darah putih
meningkat (neutrofil) (>15000/mm3), trombositosis terjadi lebih dari 90 %

anak dengan empyema. Hiponatremia akibat sekunder dari meningkatnya


hormon ADH. Sputum bisa menjadi bahan pemeriksaan pada orang dewasa
dan jarang diproduksi pada anak-anak dibawah 10 tahun, kualitas sputum
yang baik mengandung 25 polimorfonuklear sel per lapangan pandang.
Kultur darah positif hanya 3-11 % pasien pneumonia. Pemeriksaan antigen
bakteri pada serum dan urin mempergunakan latex particle aglutination atau
CIE memiliki sensitivitas dan spesivisivitas yang rendah. Teknik invasive
pada pasien pada pasien dengan efusi pleura bertujuan untuk memeriksa
cairan

pleura

atau

dengan

Flexible

bronchoscopy

(FB)

dengan

bronchoalveolar lavage (BAL). Ada cara lain yakni open lung biopsy
dipergunakan bila cara invasif lainnya gagal dalam mendiagnosa akan tetapi
cara ini memiliki kelemahan seperti dapat membentuk broncopleural
fistula.5
2.8.2 Pemeriksaan Radiografi
Gambaran padat radiografi paru secara klasik dibagi menjadi 3, yaitu :
alveolar (disebabkan oleh pneumococcus dan bakteri lain), interstitial
pneumonia

(disebabkan

oleh

virus

atau

mycoplasma),

serta

bronkopneumonia (oleh karena S. aureus atau bakteri lain) memiliki pola


difus bilateral dengan meningkatnya batas peribronkial, adanya infiltrat
fluffy (seperti benang/rambut halus) yang kecil dan meluas ke perifer.
Staphylococcal pneumonia terkait dengan gambaran pneumatoceles dan
efusi pleura (empyema). Mycoplasma penyebab pneumonia memiliki pola
yang sama dengan pola bakteri atau virus, ditambah dengan adanya infiltrat
retikuler dan retikulonoduler yang terlokalisir pada satu lobus. Pada anakanak konsolidasi pneumonia berbentuk sferis menyerupai tumor pada
awalnya dan selanjutnya meluas, single dengan batas tidak jelas.5
2.9

Diagnosis Pneumonia

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.3

10

2.10

Diagnosa Banding Pneumonia7

Beberapa diagnosa banding pneumonia antara lain :


1. Asma bronkiale
Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di
atas usia 2 tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang
menderita bronkiolitis setelah agak besar menjadi penderita asma.
Yang dapat membantu diagnosis asma diantaranya, ialah :
-

Anamnesa keluarga : penderita asma positif atau penyakit atopik

Serangan asma lebih sering berulang atau episodik.

Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi
saluran pernapasan bagian atas.

Ekspirasi yang sangat memanjang

Ronki lebih terbatas

Pulmonary inflation lebih ringan

Laboratoris ditemukan eosinofilia

Reaksi terhadap bronkodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.

2. Bronchiolitis akut
-

inflamasi di bronkiolus

menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun

karakteristik: nafas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing

ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru

Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar,


penekanan diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP
meningkat pada fotolateral.

3. Bronchitis Akut
-

Terjadi di bronchus

Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronki:
basah, kasar

Dapat berkembang menjadi bronkiolitis.


Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat

dengan perbedaan diagnosis seperti yang tertera pada tabel berikut.

11

Tabel 2.2. Perbedaan Diagnosis


Umur
Waktu
Permulaan
Demam
Nafas
cepat

Bacterial
Semua
Musim dingin
Abrupt
Tinggi
Umum

Viral
Semua
Musim dingin
Variabel
Variabel
Umum

Mycoplasma
5-15 tahun
Semua tahun
Tiba-tiba
Rendah
Tidak umum

dan dangkal
Batuk
Produktif
Nonproduktif
Gejala
yang Mild coryza, nyeri Coryza (rhinitis akut)

Nonproduktif
Bullous myringitis,

menyertai
Keadaan fisik

abdomen
Konsolidasi, sedikit Variabel

pharingitis
Fine

Leukositosis
Radiografi

crackle
Umum
Konsolidasi

Variabel
Infiltrate

Umum

bilateral
Jarang

Efusi pleura
2.11

crackle,

wheezing
Tidak umum
difus Variabel
Kecil dalam 10-20%

Penatalaksanaan4

1. Oksigen
Bila terdapat tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Cukup
40%. Kecepatan diperkirakan dari volume tidal dan frekuensi pernafasan.
Di bawah 2 tahun biasanya 2 ltr/ mnt; di atas 2 tahun hingga 4 ltr/ menit.
Perkiraan volume tidal menurut umur dan panjang badan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan
Bayi
( 50 cm )
18 ml
2. Humiditas

5 tahun

10 tahun

15 tahun

( 110 cm )
200 ml

( 130 cm )
300ml

( 160 cm )
500 ml

Hanya bila udara terlalu kering, atau anak dengan intubasi/ trakeostomi.
Biasanya dengan mengalirkan melalui cairan.
3. Deflasi abdomen
Bila distensi abdomen mengganggu pernafasan. Dengan sonde lambung
(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).

12

4. Cairan dan makanan bergizi


Cairan: a) komposisi paling sederhana D5; komposisi lain tergantung
kebutuhan. b) jumlah : 60-75 % kebutuhan total; beberapa penulis
menyatakan dapat diberikan sesuai kebutuhan maintenance.
Makanan : Bila tidak dapat peroral dapat dipertimbangkan intravena: asam
amino, emulasi lemak dan lain-lain.
5. Simtomatis
a. Antipiretika bila terdapat hiperpireksia. Hindari asetosal karena dapat
memperberat asidosis.
b. Mukolitik/ ekspektorans. Tidak menunjukan faedah yang nyata.
c. Antifusif umumnya tidak diberikan.
d. Antikonvulsan; dapat dipertimbangkan bila kejang bukan karena
hipoksemia; dapat dicoba kloralhidrat 50mg/kg/hari ( dibagi 3 dosis )
atau diazepam 05-0.73/kg/kali, im/IV
6. Antiviral / antibiotika
a. Antiviral
Antiviral digunakan hanya untuk pnemonia viral yang berat/cenderung
menjadi berat yang disertai kelainan jantung atau penyakit dasar yang
lain. Penggunaan antiviral dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4. Antiviral
Virus
Resp.

Anti virus
Ribavirin

Virus
Influensa- A

Anti virus
Amantdin

sinsitial

Ansiklovir

Sitomegalovirus

Ganiklovir

Varisela
b. Antibiotika
Pemilihan Antibiotik dibedakan menurut umur dan perkiraan asal infeksi,
yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dan 2.6.
Tabel 2.5. Antibiotik berdasarkan Usia
Usia
< 3 bulan

Etiologi
Sering:

Antibiotik
Ampisilin +

RSV, Strptococcus

gentamicin

13

grup B,
parainfluenza virus,
C. Trachomatis, B.
Pertussis
Jarang:
S. pneumoniae, S.
aureus, H.
influenza, bakteri
enterik gram (-)
3 bulan 5 tahun

>5 tahun

RSV, S.influenza,

Ampisilin +

M. catarrhalis

kloramfenikol,

rhinovirus,

tambahkan

adenovirus,

makrolid jika tidak

parainfluenza virus,

berespon dengan

S. aureus, S.

Ampisilin +

pyogenes

kloramfenikol

M. pneumoniae, C.

Makrolid,

Pneumoniae

tambahkan
golongan -laktam
bila tidak berespon
dengan makrolid

Tabel 2.6. Antibiotik berdasarkan Asal Infeksi


Asal infeksi

Perkiraan

Berat

Antibiotika

Lingkungan

Kuman
Pnemokokus,

Sakit
Ringan

Aminopenisilin:

( komunitas )

H influensa,

amoksisilin atau

Mikoplasama

makrolid: eritomisin
Berat

Sefalosporin generasi
14

II/II: sefuroksim +
makrolid: eritomisin
Nosokomial

Enterobakteri

Ringan

Sefalosporin generasi

gr ( -)

II/III: sefuroksim

Stafilokokus

Berat

Sefalosporin generasi

Aureus

II/III: sefuroksim +
aminoglikosida:
gentamisin

Aspirasi

Staf. Aureus,

Aminopenisilin:

Pnemokok, H

amoksilin +

influensa

metronidasol

7. Obat khusus: tuberkulostatika dan lain-lain tergantung penyebab


8.Kortikosteroid:

Kadang-kadang

diberikan

pada

kasus

yang

berat

(konsolidasi masif ), atelektasis, infiltrasi milier ( dengan sesak dan


sianosis). Jangka pendek.
2.12

Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur

anak, beratnya penyakit dan penyulit yang menyertai seperti5:


1. Apneu yang berkepanjangan
2. Asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi
3. Dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi
4. Disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic
fibrosis pancreas dan immunodefisiensi
2.13

Pencegahan

1.

Perbaikan sosial ekonomi: perumahan, sanitasi, nutrisi, hygienene3

2.

Imunisasi: terhadap infeksi lain, kadang menurunkan pula pneumonia3

3.

Bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin
menjauhkan infeksi.3

15

4.

Vaksin khusus: pneumococcus dengan vaksin 23-valent pneumococcal,


Haemophillus Influenza dengan Vaksin konjugat H. Influenza memiliki
jadwal yang rutin diberikan pada anak-anak, atau dengan rifampin
prophylaxis untuk yang beresiko tinggi terkena.4

BAB III
LAPORAN KASUS
I.IDENTITAS PASIEN
Nama

: KNP
16

Tanggal lahir : 9 Oktober 2014


Umur

: 5 bulan

Jenis kelamin : Perempuan


Agama

: Hindu

Suku / Bangsa : Bali / Indonesia


Tanggal MRS : 24 Maret 2015
II. HETEROANAMNESIS
Anamnesa dengan ibu kandung pasien tanggal 24 Maret 2015
Keluhan utama: Sesak
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke IRD RSUP Sanglah pada tanggal 24
Maret 2015 pada pukul 00.10 WITA. Keluhan sesak sejak 2 hari SMRS (22 Maret
2015) sebelum masuk rumah sakit. Sesak dikeluhkan sepanjang hari dan makin
memburuk. Sesak dikatakan tidak membaik dengan perubahan posisi. Sesak
disertai anggukan kepala disangkal.
Pasien juga dikeluhkan batuk yang muncul sejak 3 hari SMRS. Batuk yang
dialami dikatakan sepanjang hari dan keluhan tersebut secara perlahan-lahan
cenderung memberat sehingga menyebabkan pasien rewel sepanjang hari dan
susah tertidur.
Ibu pasien menyangkal adanya demam. Selama pasien sakit nafsu makan
dikatakan menurun, minum ASI sering terputus-putus. Orang tua pasien
menyangkal adanya muntah. Buang air besar dan buang air kecil dikatakan tidak
bermasalah. Pasien tidak ada alergi terhadap obat-obatan.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan sama seperti ini. Pasien tidak
mempunyai riwayat alergi dan asma. Riwayat operasi dan kecelakaan disangkal.
Pasien memiliki riwayat penyakit epilepsi sejak usia 3 bulan, dan rutin kontrol ke
dokter spesialis anak dan rutin mengkonsumsi obat Asam Valproat 2 kali sehari.
Riwayat kesehatan keluarga:
Dalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa yang dialami pasien.
Riwayat penyakit sistemik pada anggota keluarga seperti hipertensi, kencing

17

manis, asma, kanker dan alergi disangkal. Riwayat batuk lama dan konsumsi obatobatan dalam jangka waktu lama disangkal.
Riwayat sosial:
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien merupakan anak ketiga.
Menurut ibu pasien, situasi rumah padat karena terdapat empat keluarga dalam
satu lingkungan rumah (20 orang). Ibu pasien bekerja di garmen, sedangkan ayah
pasien bekerja di DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan). Ayah pasien
dikatakan tidak merokok namun beberapa keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien merokok.
Riwayat persalinan:
Pasien lahir dengan sesio cesaria dan cukup bulan. Berat badan saat lahir 3600
gram, panjang badan 51 cm, pasien segera menangis saat dilahirkan.
Riwayat imunisasi:
BCG

: 1x

Hepatitis B

: 1x

Polio

: 1x

DPT

: 1x

Campak

:-

Riwayat nutrisi:
Pasien dari sejak lahir hingga saat ini mendapatkan susu formula karena menurut
ibu pasien ASI tidak bisa keluar.
Riwayat tumbuh kembang:
Menegakkan kepala : belum bisa
Membalikkan badan : belum bisa
Duduk

:-

Berdiri

:-

Berjalan

:-

III PEMERIKSAAN FISIK


Status present
GCS

: Compos mentis

Nadi

: 110 x/ menit, isi cukup, teratur

18

Respirasi

: 52 x/ menit

Temp Aksila

: 36,70C

Status general
Kepala

: Normocephali

Mata

: Konjungtiva pucat (-/-), hiperemi (-/-), sekret (-/-), sklera


ikterik (-/-),
: pupil (+/+) isokor, reflek cahaya (+/+), oedema (-/-)

THT

: Telinga: sekret (-)


: Hidung: sekret (-)
: Tenggorokan: faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)

Leher

: Kaku kuduk ( - )

Thorax

: Simetris, retraksi subcostal (+)


Cor : S1 S2 normal, reguler, murmur ( - ), isi cukup
Pulmo: suara nafas bronkovesikuler (+/+), rhales (+/+),
Wheezing (+/+)

Abdomen

: Distensi (-), BU(+) N


Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba

Ekstremitas

: Akral hangat ( + ), edema (-) , CRT < 2 detik

Kulit

: Sianosis (-), ikterik (-), petekie (-)

Status antropometri :
Berat

: 6,1 kg

Panjang badan

: 62 cm

Lingkar kepala

: 40 cm

BB/U

: Z Score 0 - (-2)

PB/U

: Z Score 0 (-2)

BB/PB

: Z Score 0 (-2)

BBI

: 6,250 gr (status gizi baik menurut waterlow (100%))

IV DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia Berat (Dengan Wheezing) + Gizi Baik

19

Bronkiolitis Sedang
V PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap tanggal 24 Maret 2015 pukul 00.15 WITA
WBC
NE%
LYM %
MO%
EO%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV

6,55 x 103
41,19
39,45
18,37 (tinggi)
0,03
0,96 (tinggi)
3,81 (rendah)
10,55 (rendah)
33,1 (rendah)
86,77
27,67
31,89
17,29
231,9
6,14 (rendah)

6,00 14,00
18,30 47,10
30,0 64,30
0,0 7,10
0,00 5,0
0,0 0,70
4,10 5,30
12,0 16,0
36 49
78 102
25 35
31 36
11,6 18,7
140 440
6,80 10,0

Foto Rontgen (24/03/2015)

20

Cor: besar dan bentuk kesan normal


Pulmo: tampak infiltrat di parahiler kanan dan paracardial kanan-kiri
Sinus pleura kanan dan kiri tajam
Diaphragma kanan dan kiri normal
Tulang-tulang: tidak tampak kelainan
Kesan: Pneumonia
VI DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia Berat (dengan wheezing) + Gizi Baik
VII. PENATALAKSANAAN
-

Rawat inap
Suportif: O2 dan nutrisi enteral/parentral.
Kebutuhan cairan perhari = BB x 100 = 6,1 kg x 100 = 610 ml/hari
Mampu minum 300 ml/hari
Cairan parentral yang diberikan IVFD DS NS 310 ml/hari (13 tetes
mikro/menit)

Kebutuhan kalori 834 kkal/hari, protein 17,32 gram/hari


Simptomatis:
Dexamethason loading 6 mg i.v., selanjutnya 2 mg @ 8 jam i.v.
Nebulisasi salbutamol 0,7 ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @ 6 jam
21

Ambroxol Syr 0,5 mg/kg/hari 3 mg 1 mg @ 8 jam oral


Paracetamol 10 mg/kg/hari 65 mg cth 2/3 bila suhu 38 oC
dapat diulang @ 4 jam + kompres hangat
-

Antibiotik:
Ampicilin 100 mg/kg/hari 160 mg @ 6 jam i.v

Makanan dan minuman dilanjutkan


Monitoring vital sign
KIE keluarga mengenai: penyakit pasien, rencana terapi, rencana pemeriksaan,
prognosis.
VIII. LAPORAN PERKEMBANGAN PASIEN DI RUANGAN
24/3/2015
06.00

S : Sesak (+)
Batuk (+)
Demam (-)

- O2 nasal kanul 1 lpm atau

O: Status Present
HR: 128 x/ menit
RR: 52 x / menit
Tax: 36,6oC
SpO2: 98% (nasal kanul 2 lpm)
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi
subcostal (+)
Cor: S1S2 normal,

reguler,

murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler

+/+,

rhales +/+, wheezing +/+


Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
detik
Balance cairan (01.00 06.00)
CM: 130 ml
CK: 80 ml
IWL: 31,77
BC: 18,23
PU: 2,6 ml/kg/jam

sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
Mampu minum 300 ml/hari
IVFD D5 NS 13 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 100 mg/kg/hari
160 mg @ 6 jam i.v
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @
6 jam
- Ambroxol

Syr

0,5

mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.

A: Bronkiolitis Derajat Sedang


+ Gizi baik

22

P/ diagnostik
- Tunggu hasil Rontgen Thorax
P/ terapi
- Pemberian Nebulisasi B2
Agonis

untuk

mengatasi

sesak
- Pemberian Antibiotika
- Pemberian Antiinflamasi
- Pemberian Mukolitik untuk
24/03/2015
13.00

mengatasi batuk
P/ monitoring
- Sesak napas berulang
- Vital Sign, balance cairan
Memindahkan pasien ke ruang
bakung timur
S : Sesak (+) berkurang
Batuk (+)
Demam (-)

- O2 nasal kanul 1 lpm atau

O: Status Present
HR: 110 x/ menit
RR: 48 x / menit
Tax: 36,7oC
SpO2: 98% (nasal kanul 2 lpm)
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler

sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
Mampu minum 300 ml/hari
IVFD D5 NS 14 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 200 mg/kg/hari
320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol

100

mg/kg/hari 160 mg @ 6
jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @

+/+,

rhales +/+, wheezing +/+


Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
detik
A: Pneumonia Berat (dengan
wheezing) + Gizi baik
P: Pemberian Cairan dan Nutrisi
Pemberian Antibiotika
Pemberian Bronkodilator
Pemberian Mukolitik

6 jam
- Ambroxol

Syr

0,5

mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.

23

25/03/2015
06.00

S : Sesak (+) berkurang


Batuk (+)
Demam (-)

- O2 nasal kanul 1 lpm atau

O: Status Present
HR: 110 x/ menit
RR: 34 x / menit
Tax: 37,2oC
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler

sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
Mampu minum 300 ml/hari
IVFD D5 NS 14 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol
100
mg/kg/hari 160 mg @ 6
jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @

+/+,

rhales +/+, wheezing +/+


Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
detik
Balance cairan (21.00 06.00)
CM: 100 ml
CK: 50 ml
IWL: 37,5 ml
BC: 12,5 ml
PU: 1,3 ml/kg/jam
A: Pneumonia Berat (dengan

6 jam
- Ambroxol

Syr

0,5

mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.

wheezing) + Gizi baik

26/03/2015
06.00

P: Pemberian Cairan dan Nutrisi


Pemberian Antibiotika
Pemberian Bronkodilator
Pemberian Mukolitik
S : Sesak (+) berkurang
Batuk (+)
Demam (-)
O: Status Present
HR: 110 x/ menit
RR: 30 x / menit
Tax: 37,2oC
SpO2: 97% O2 ruangan
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)

- O2 nasal kanul 1 lpm atau


sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
IVFD D5 NS 8 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol
100
mg/kg/hari 160 mg @ 6
jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% s/d 4 ml @
24

Cor:

S1S2

normal,

reguler,

murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler +/+, rh
+/+, wh +/+
Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
detik

6 jam
- Ambroxol

Syr

0,5

mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4

A: Pneumonia Berat (dengan


wheezing) + Gizi baik

jam + kompres hangat


- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.

P/ terapi
- Kebutuhan

cairan

610

ml/hari, kalori 834 kkal/hari,


-

protein 17,3 gr/hari


Antibiotika selama 5 hari
Mukolitik sampai batuk

teratasi
P/ monitoring
- Vital sign, balance cairan,
27/03/2015
06.00

distress napas
S : Sesak (-)
Batuk (+)
Demam (+) sejak kemarin,
suhu tertinggi 38,2oC. BAB
setiap habis nebulisasi
O: Status Present
HR: 120 x/ menit
RR: 40 x / menit
Tax: 36,8oC
SpO2: 96% O2 ruangan
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler +/+, rh
+/+, wh +/+
Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2

- IVFD

D5

ml/hari

NS
16

400
tetes

mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol 160 mg @
6 jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% s/d 4 ml @
6 jam
- Ambroxol

Syr

0,5

mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.
25

detik
A: Pneumonia Berat (dengan
wheezing) + Gizi baik
P/ terapi
- Kebutuhan

cairan

610

ml/hari, kalori 834 kkal/hari,

28/03/2015
06.00

protein 17,3 gr/hari


Antibiotika selama 5 hari
Mukolitik sampai batuk

teratasi
Nebulisasi sampai wheezing

berkurang
S : Sesak (-)
Batuk (+)
Demam (+)
Mencret 10 ml, 4x

- IVFD D5 NS 610 ml
26 tetes mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol 160 mg @

O: Status Present
HR: 120 x/ menit
RR: 40 x / menit
Tax: 36,9oC
SpO2: 96% O2 ruangan
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler +/+, rh
+/+, wh +/+ minimal
Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2

6 jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% s/d 4 ml @
6 jam
- Ambroxol

Syr

0,5

mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.

detik
A: Pneumonia Berat (dengan
wheezing) + Gizi baik
P/ terapi
- Kebutuhan

cairan

610

ml/hari, kalori 834 kkal/hari,


protein 17,3 gr/hari
26

Antibiotika selama 5 hari


Mukolitik sampai batuk

berkurang
Nebulisasi sampai wheezing

berhenti
Usul cek DL, procalcitonin
untuk evaluasi demam

IX PROGNOSIS
At Vitam

: dubia at bonam

At Fungsionam

: dubia at bonam

At Sanasionam

: dubia at bonam

27

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang dihubungkan dengan
konsodilasi ruang alveoli. Pneumonia bisa disebabkan oleh virus dan bakteri.
Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamenesis diketahui pasien KNP datang dengan keluhan sesak yang
didahului dengan batuk sebelumnya tanpa ada demam. Manifestasi klinis pasien
dengan pneumonia yang paling sering terjadi adalah adanya sesak dan batuk baik
itu produktif maupun non produktif, serta demam. Pada pasien juga dikeluhan
sulit minum dimana menurut ibu pasien, minum susu pasien sering terputus-putus
sejak dikeluhkan batuk dan sesak. Pada bayi, sesak napas dapat ditandai dengan
minum susu yang terputus-putus serta berkeringat di dahi. Sementara itu pada
anak dapat ditandai dengan lebih sering mengambil posisi jongkok.
Faktor resiko pneumonia terbagi menjadi beberapa faktor baik itu dari
host, individu maupun lingkungan. Pada pasien ditemukan beberapa faktor yaitu
bayi KNP diketahui tidak mendapatkan asupan ASI Ekslusif karena menurut
pengakuan ibu produksi ASI tidak keluar sehingga diganti dengan pemberian susu
formula. ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi. ASI
mengandung karbohidrat yang berupa laktosa. Lemak ASI banyak mengandung
polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda). Protein utamanya jenis
lactalbumin yang mudah dicerna. ASI banyak mengandung vitamin dan mineral.
ASI juga mengandung zat anti infeksi. Banyak penelitian yang menilai pengaruh
jangka pendek dan panjang dari menyusui terhadap kesehatan bayi dan anak.
Menyusu eksklusif selama 6 bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil
terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi saluran napas, infeksi telinga,
pneumonia, infeksi saluran kemih) dan penyakit lainnya (obesitas, diabetes, alergi,
penyakit inflamasi saluran cerna, kanker) di kemudian hari. Bayi yang mendapat
ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap dibanding bayi yang mendapat susu
formula. Zat kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat dalam ASI akan
ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respon imun tubuh melawan infeksi.

28

Selain itu, terdapat faktor lain yaitu bayi tinggal di lingkungan rumah yang
padat dalam anamnesis diketahui dalam 1 lingkungan rumah terdapat kurang lebih
20 orang. Beberapa anggota keluarga yang sering kontak dengan pasien juga
diketahui mengkonsumsi rokok. Kontak dengan asap rokok diketahui menjadi
salah satu faktor resiko terjadinya pneumonia pada bayi. Asap rokok mengandung
ribuan bahan kimia beracun dan bahan - bahan yang dapat menimbulkan kanker
(karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya
mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga
kepada orang - orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar
adalah bayi, anak - anak dan ibu - ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh
karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita ISPA, kanker paru - paru dan
penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi dan anak - anak
mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir
rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma.
4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan beberapa hal berikut :
KU

: tampak sesak

Nadi

: 110 x/ menit, isi cukup, teratur

RR

: 52 x/menit

Tax

: 36,5 C

BB

: 6,1 kg

PB

: 62 cm

BBI

: 6,250 gr (status gizi baik menurut waterlow (100%))

Pada pasien ini memiliki denyut nadi normal yaitu 110 x/ menit dimana dikatakan
denyut nadi meningkat pada bayi umur 6 bulan 12 bulan apabila frekuensi
sebesar > 125 x/menit. Frekuensi pernapasan pasien meningkat yaitu 52 x /menit,
dimana frekuensi pernafasan dikatakan cepat pada bayi berusia 2 12 bulan
adalah 50 x/menit. Pada anak yang menderita pneumonia, kemampuan paruparu untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas
cepat agar tidak terjadi hipoksia. Pada pemeriksaan paru ditemukan retraksi
subcostal (+), dengan suara nafas bronkovesikuler +/+, Rales +/+, Wheezing +/+.

29

Rhonki pada pneumoni dibedakan dengan rhonki bronkiolitis adalah rhonki yang
terjadi pada saat inspirasi, sedangkan rhonki pada bronkiolitis terjadi saat
ekspirasi. Temuan klinis pada pasien KNP sesuai dengan teori pneumonia yang
ada dimana pada pasien termasuk pneumonia berat, yang kriterianya adalah:
Batuk/sesak napas disertai salah satu di bawah ini:
- Retraksi dinding dada
- Napas cuping hidung
- Grunting (merintih)
Auskultasi: rhonki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan pemeriksaan DL didapatkan kelainan sebagai berikut :
WBC
NE%
LYM %
MO%
EO%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV

6,55 x 103
41,19
39,45
18,37 (tinggi)
0,03
0,96 (tinggi)
3,81 (rendah)
10,55 (rendah)
33,1 (rendah)
86,77
27,67
31,89
17,29
231,9
6,14 (rendah)

6,00 14,00
18,30 47,10
30,0 64,30
0,0 7,10
0,00 5,0
0,0 0,70
4,10 5,30
12,0 16,0
36 49
78 102
25 35
31 36
11,6 18,7
140 440
6,80 10,0

Pada pemeriksaan darah lengkap pada pneumonia umumnya didapatkan dengan


leukositosis dengan netrofil yang mendominasi pada hitung jenis. Namun pada
pasien ini ditemukan leukosit dan neutrofil yang normal.
Berdasarkan pemeriksaan foto thoraks ditemukan adanya infiltrat pada kedua
lapang paru. Berdasarkan teori, jika infiltrat tersebar secara merata biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus pneumonia.
4.4 Penatalaksanaan
Pasien didiagnosis dengan Pneumonia Berat (dengan wheezing) + Gizi Baik. Pada
pasien ini direncanakan masuk rumah sakit dengan rawat inap. Berdasarkan teori,
pada pasien anak dengan pneumonia berat merupakan indikasi untuk rawat inap,
maka tatalaksana sudah sesuai dengan teori.

30

Kebutuhan cairan dihitung berdasarkan rumus Holiday Seggar, dimana pada


pasien dengan berat badan 6,1 kg dihitung kebutuhannya adalah 6,1 x 100 ml/hari
= 610 ml/hari. Apabila pasien tidak dapat minum sendiri, diberikan menggunakan
jalur intravena. Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tinggi badan terhadap
umur. Setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus Recommended Daily
Allowance didapatkan kebutuhan kalori 834 kkal/hari, protein 17,32 gr/hari.
Pemberian Ampicilin dan Chlorampenikol merupakan tatalaksana antibiotik
terhadap pasien dengan pneumonia berat yang dirawat inap. Pemberian
dexamethason ditujukan untuk mengurangi proses peradangan yang dialami,
sementara suportif diberikan Ambroxol. Pemberian nebulisasi Salbutamol yang
merupakan bronkhodilator adalah obat yang membantu pernapasan anak dengan
jalan melebarkan saluran udara dan melonggarkan spasme bronchus. Paracetamol
diberikan jika pasien mengalami demam (>38oC). Monitoring dilakukan terhadap
vital sign dan keseimbangan cairan.

BAB V
KESIMPULAN
Pneumonia didefinisikan sebagai infeksi atau keradangan saluran napas
bagian bawah yang melibatkan saluran napas dan parenkim disertai konsolidasi
ruang alveolar yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing serta ditandai oleh demam, batuk, sesak
(peningkatan frekuensi pernapasan), retraksi dinding dada, napas cuping hidung
dan terkadang dapat terjadi sianosis. Adapun penyebab dari pneumonia ini
memiliki perbedaan berdasarkan usia. Proses terjadinya pneumonia meliputi
beberapa tahapan, diantaranya adalah kongestif, hepatisasi merah, hepatisasi
kelabu dan resolusi.
Gejala yang timbul biasanya mendadak antara lain batuk, demam tinggi
terus menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada
bayi), dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi

31

(38,50C), takipnea, retraksi (subkostal, interkostal, suprasternal), napas cuping


hidung, sianosis, deviasi trakea, tanda-tanda terdapatnya konsolidasi seperti:
ekspansi dada yang berkurang; peningkatan vokal fremitus, suara redup yang
terlokalisir

pada

perkusi;

suara

napas

yang

melemah,

bronkial

atau

bronkovesikuler, rhonki, wheezing dapat terdengar pada auskultasi. Pemeriksaan


darah lengkap pada pneumonia umumnya didapatkan dengan leukositosis dengan
netrofil yang mendominasi pada hitung jenis. Foto thoraks merupakan
pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan
mikrobiologi sulit dilakukan akibat banyaknya kendala baik dari segi teknis
maupun biaya.
Adapun tatalaksana pada pasien dengan pneumonia adalah pemberian
oksigen, kecukupan nutrisi, simptomatis, antibiotik dan kortikosteroid. Pneumonia
berat merupakan indikasi diperlukan terapi di rumah sakit.

32

Anda mungkin juga menyukai