PENDAHULUAN
Pneumonia hingga saat ini merupakan masalah yang serius di bidang
kesehatan utamanya di bidang kesehatan anak. Menurut WHO, angka insiden dari
community acquired pneumonia di negara berkembang adalah 0,026 episode per
anak per tahun. Pada suatu penelitian multisentrik prospektif yang dilakukan
terhadap 154 anak imunokompeten dengan community acquired pneumonia
didapatkan adanya patogen pada 79% anak dengan 60% dari patogen tersebut
adalah bakteria dan 45% disebabkan oleh virus. Bakteri penyebab tersering adalah
spesies Streptococcus pneumoniae yang didapatkan sebesar 73% dari seluruh
bakteri penyebab pneumonia.1,2
Pneumonia adalah suatu keradangan pada saluran nafas bagian bawah
yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing. Pnemonia ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekwensi
pernafasan), nafas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang
sianosis.3
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pneumonia diantaranya adalah
faktor host, infeksi maupun penyebab non infeksi. Pada anak-anak penyebab
pneumonoia terbanyak adalah infeksi virus, infeksi bakteri hanya sekitar 10-30%
dari semua kasus pneumonia pada anak.4
Gejala
klinis
pneumonia
meliputi
gejala
klinis
penyakit
yang
mendasarinya, dan juga terdapat gejala umum pneumonia sendiri yang meliputi
pilek, batuk, demam, sesak (napas cepat/napas cuping hidung), retraksi dinding
dada, sianosis. Dalam menegakkan diagnosis pneumonia meliputi gejala klinis
pneumonia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologis. Sebagian besar pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan
sempurna, pada pemerikksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara
minggu ke 6-8. Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh
lebih lama(>1 bulan) dan mungkin berulang.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstisial sedangkan bronkopneumonia adalah pneumonia yang disertai
radang yang meluas ke bronkus4. Pneumonia adalah penyakit klinis, sehingga
didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya.
Salah satu definisi klasik menyatakan bahwa pneumonia adalah penyakit
respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas, demam, adanya suara napas
rhonki basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto polos dada1,2.
2.2
Epidemiologi Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
Etiologi Pneumonia
Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan
oleh karena suatu penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal
fistula, fibrosis cistik, sel bulan sabit, reflux gastroesophageal, aspirasi benda
asing, ventilasi mekanik, serta lama diopname di rumah sakit.5
Pathogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan
penyebab pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial,
parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya
disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia
hamil, termasuk Group A dan B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan
penyebab yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang
kasusnya semakin menurun karena telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium
tuberculosis, lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak.5
Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling
umum kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae
menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia
disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella tularensis
(kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba), Salmonella
choleraesuis (babi).5
Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya
sering ditemukan pada saluran pernafasan atas, infeksi serius biasanya disebabkan
oleh 14 serotipe, seperti 14,6,18,19,23,8,9,7,1 dan 3.5
Beberapa bakteri penyebab pneumonia pada anak usia > 1 bulan dengan
status imunkompeten dan imunokompromise disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Pneumonia
Bakteri
Imunokompeten
Streptococcus pneumoniae
Haemophillus influenza
Staphylococcus aureus
Group A Streptococci
Bordetella pertusis
Moraxella catarrhalis
Yersinia pestis
Pasteurella multocida
Brucella spp.
Francisella tularensis
Neisseria meningitidis
Salmonella spp.
Imunokompromise
Pseudomonas spp.
Enterobacteriaceae
Legionella pneumophilia
Nocardia spp.
Rhodococcus equi
Actinomyces spp.
Anaerobis bacteria
Enterococcus spp.
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Chlamydia trachomatis
Chlamydia psittaci
Coxiella burnetti
Rickettsia ricketsii
Vitamin A deficiency
Young age
Crowding
High prevalence
of nasopharyngeal
carriage of
pathogenic bacteria
Patologi Pneumonia
Infitrasi atau konsolidasi jaringan intersisial dan parenkim paru oleh sel-sel
radang.4
2.5
Patogenesis Pneumonia
Infeksi pada paru-paru terjadi bila salah satu pertahanan tubuh diubah (barier
mekanik, otonom, sistem imun lokal atau sistemik) ketika tubuh diserang oleh
organisme virulen. Agen yang menyebabkan infeksi ini berasal dari inhalasi, atau
melalui pembuluh darah (endapan dalam darah). Tubuh berusaha untuk
membersihkannya dengan sistem respon tubuh.5
Pneumonia oleh karena bakteri pada parenkim paru menimbulkan
konsolidasi bila terjadi pada lobular paru (bronkopneumonia), bisa terjadi pada
lobar maupun interstitial. Diawali tahap Red Hepatization dengan hiperemi
oleh karena pembesaran pembuluh darah, timbul eksudat intraalveolar, deposit
fibrin, infiltrasi neutrofil. Tahap selanjutnya disebut Gray Hepatization
didominasi oleh deposit fibrin, disintegrasi sel inflamasi secara progresif,
kemudian terjadi resolusi (8-10 hari) dimana eksudat yang muncul dibersihkan
melalui mekanisme batuk dan dihancurkan dengan enzim pencernaan. Konsolidasi
dari jaringan paru menurunkan lung compliance dan kapasitas vital paru,
menyebabkan hipoksemia dengan kompensasi meningkatkan aliran darah ke paru
sehingga kerja jantung menjadi meningkat. Apabila meluas ke rongga pleura bisa
menimbulkan empyema. Penebalan fibrous terjadi pada tahap resolusi. 5 Proses ini
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Inokulasi pathogen melalui inhalasi / hematogen
Respon imun tubuh untuk Clearing Mechanism
Red Hepatization
Gray Hepatization
INHALASI DROPLET
ASPIRASI DLL
SALURAN
BAWAH
ALIRAN LIMFE
ALIRAN DARAH
JARINGAN INTERSISIAL
PARENKIM PARU
1. PNEMONIA
2. PNEMONITIS
( BRONKOPNEMONIA)
BRONKIOLITIS
Klasifikasi 6
Pneumonia lobaris
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)
6
Bukan Pneumonia
: 60 x/menit
: 50 x/menit
: 40 x/menit
: 30 x/menit
Pneumonia Berat
-
2.7
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala. 5 Pada neonatus
sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayibayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah
takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.1
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk
(non produktif /produktif), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi
dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,
batuk (non produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya nafas cuping hidung.1
Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun. Fine crackles
(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa ditemukan pada bayi. Gejala
lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara panas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) di daerah
yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan
dada menurun waktu inspirasi anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki
fleksi. Rasa nyeri, dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.1
Pada bronkopneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut3:
1.
2.
Gejala infeksi
Febris:
-
Fluktuatif
Jantung paru :
-
Sesak
Lain-lain:
Pemeriksaan Penunjang
pleura
atau
dengan
Flexible
bronchoscopy
(FB)
dengan
bronchoalveolar lavage (BAL). Ada cara lain yakni open lung biopsy
dipergunakan bila cara invasif lainnya gagal dalam mendiagnosa akan tetapi
cara ini memiliki kelemahan seperti dapat membentuk broncopleural
fistula.5
2.8.2 Pemeriksaan Radiografi
Gambaran padat radiografi paru secara klasik dibagi menjadi 3, yaitu :
alveolar (disebabkan oleh pneumococcus dan bakteri lain), interstitial
pneumonia
(disebabkan
oleh
virus
atau
mycoplasma),
serta
Diagnosis Pneumonia
10
2.10
Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi
saluran pernapasan bagian atas.
2. Bronchiolitis akut
-
inflamasi di bronkiolus
3. Bronchitis Akut
-
Terjadi di bronchus
Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronki:
basah, kasar
11
Bacterial
Semua
Musim dingin
Abrupt
Tinggi
Umum
Viral
Semua
Musim dingin
Variabel
Variabel
Umum
Mycoplasma
5-15 tahun
Semua tahun
Tiba-tiba
Rendah
Tidak umum
dan dangkal
Batuk
Produktif
Nonproduktif
Gejala
yang Mild coryza, nyeri Coryza (rhinitis akut)
Nonproduktif
Bullous myringitis,
menyertai
Keadaan fisik
abdomen
Konsolidasi, sedikit Variabel
pharingitis
Fine
Leukositosis
Radiografi
crackle
Umum
Konsolidasi
Variabel
Infiltrate
Umum
bilateral
Jarang
Efusi pleura
2.11
crackle,
wheezing
Tidak umum
difus Variabel
Kecil dalam 10-20%
Penatalaksanaan4
1. Oksigen
Bila terdapat tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Cukup
40%. Kecepatan diperkirakan dari volume tidal dan frekuensi pernafasan.
Di bawah 2 tahun biasanya 2 ltr/ mnt; di atas 2 tahun hingga 4 ltr/ menit.
Perkiraan volume tidal menurut umur dan panjang badan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan
Bayi
( 50 cm )
18 ml
2. Humiditas
5 tahun
10 tahun
15 tahun
( 110 cm )
200 ml
( 130 cm )
300ml
( 160 cm )
500 ml
Hanya bila udara terlalu kering, atau anak dengan intubasi/ trakeostomi.
Biasanya dengan mengalirkan melalui cairan.
3. Deflasi abdomen
Bila distensi abdomen mengganggu pernafasan. Dengan sonde lambung
(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).
12
Anti virus
Ribavirin
Virus
Influensa- A
Anti virus
Amantdin
sinsitial
Ansiklovir
Sitomegalovirus
Ganiklovir
Varisela
b. Antibiotika
Pemilihan Antibiotik dibedakan menurut umur dan perkiraan asal infeksi,
yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dan 2.6.
Tabel 2.5. Antibiotik berdasarkan Usia
Usia
< 3 bulan
Etiologi
Sering:
Antibiotik
Ampisilin +
RSV, Strptococcus
gentamicin
13
grup B,
parainfluenza virus,
C. Trachomatis, B.
Pertussis
Jarang:
S. pneumoniae, S.
aureus, H.
influenza, bakteri
enterik gram (-)
3 bulan 5 tahun
>5 tahun
RSV, S.influenza,
Ampisilin +
M. catarrhalis
kloramfenikol,
rhinovirus,
tambahkan
adenovirus,
parainfluenza virus,
berespon dengan
S. aureus, S.
Ampisilin +
pyogenes
kloramfenikol
M. pneumoniae, C.
Makrolid,
Pneumoniae
tambahkan
golongan -laktam
bila tidak berespon
dengan makrolid
Perkiraan
Berat
Antibiotika
Lingkungan
Kuman
Pnemokokus,
Sakit
Ringan
Aminopenisilin:
( komunitas )
H influensa,
amoksisilin atau
Mikoplasama
makrolid: eritomisin
Berat
Sefalosporin generasi
14
II/II: sefuroksim +
makrolid: eritomisin
Nosokomial
Enterobakteri
Ringan
Sefalosporin generasi
gr ( -)
II/III: sefuroksim
Stafilokokus
Berat
Sefalosporin generasi
Aureus
II/III: sefuroksim +
aminoglikosida:
gentamisin
Aspirasi
Staf. Aureus,
Aminopenisilin:
Pnemokok, H
amoksilin +
influensa
metronidasol
Kadang-kadang
diberikan
pada
kasus
yang
berat
Prognosis
Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur
Pencegahan
1.
2.
3.
Bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin
menjauhkan infeksi.3
15
4.
BAB III
LAPORAN KASUS
I.IDENTITAS PASIEN
Nama
: KNP
16
: 5 bulan
: Hindu
17
manis, asma, kanker dan alergi disangkal. Riwayat batuk lama dan konsumsi obatobatan dalam jangka waktu lama disangkal.
Riwayat sosial:
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien merupakan anak ketiga.
Menurut ibu pasien, situasi rumah padat karena terdapat empat keluarga dalam
satu lingkungan rumah (20 orang). Ibu pasien bekerja di garmen, sedangkan ayah
pasien bekerja di DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan). Ayah pasien
dikatakan tidak merokok namun beberapa keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien merokok.
Riwayat persalinan:
Pasien lahir dengan sesio cesaria dan cukup bulan. Berat badan saat lahir 3600
gram, panjang badan 51 cm, pasien segera menangis saat dilahirkan.
Riwayat imunisasi:
BCG
: 1x
Hepatitis B
: 1x
Polio
: 1x
DPT
: 1x
Campak
:-
Riwayat nutrisi:
Pasien dari sejak lahir hingga saat ini mendapatkan susu formula karena menurut
ibu pasien ASI tidak bisa keluar.
Riwayat tumbuh kembang:
Menegakkan kepala : belum bisa
Membalikkan badan : belum bisa
Duduk
:-
Berdiri
:-
Berjalan
:-
: Compos mentis
Nadi
18
Respirasi
: 52 x/ menit
Temp Aksila
: 36,70C
Status general
Kepala
: Normocephali
Mata
THT
Leher
: Kaku kuduk ( - )
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
Status antropometri :
Berat
: 6,1 kg
Panjang badan
: 62 cm
Lingkar kepala
: 40 cm
BB/U
: Z Score 0 - (-2)
PB/U
: Z Score 0 (-2)
BB/PB
: Z Score 0 (-2)
BBI
IV DIAGNOSIS BANDING
Pneumonia Berat (Dengan Wheezing) + Gizi Baik
19
Bronkiolitis Sedang
V PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Lengkap tanggal 24 Maret 2015 pukul 00.15 WITA
WBC
NE%
LYM %
MO%
EO%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
6,55 x 103
41,19
39,45
18,37 (tinggi)
0,03
0,96 (tinggi)
3,81 (rendah)
10,55 (rendah)
33,1 (rendah)
86,77
27,67
31,89
17,29
231,9
6,14 (rendah)
6,00 14,00
18,30 47,10
30,0 64,30
0,0 7,10
0,00 5,0
0,0 0,70
4,10 5,30
12,0 16,0
36 49
78 102
25 35
31 36
11,6 18,7
140 440
6,80 10,0
20
Rawat inap
Suportif: O2 dan nutrisi enteral/parentral.
Kebutuhan cairan perhari = BB x 100 = 6,1 kg x 100 = 610 ml/hari
Mampu minum 300 ml/hari
Cairan parentral yang diberikan IVFD DS NS 310 ml/hari (13 tetes
mikro/menit)
Antibiotik:
Ampicilin 100 mg/kg/hari 160 mg @ 6 jam i.v
S : Sesak (+)
Batuk (+)
Demam (-)
O: Status Present
HR: 128 x/ menit
RR: 52 x / menit
Tax: 36,6oC
SpO2: 98% (nasal kanul 2 lpm)
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi
subcostal (+)
Cor: S1S2 normal,
reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler
+/+,
sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
Mampu minum 300 ml/hari
IVFD D5 NS 13 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 100 mg/kg/hari
160 mg @ 6 jam i.v
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @
6 jam
- Ambroxol
Syr
0,5
mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.
22
P/ diagnostik
- Tunggu hasil Rontgen Thorax
P/ terapi
- Pemberian Nebulisasi B2
Agonis
untuk
mengatasi
sesak
- Pemberian Antibiotika
- Pemberian Antiinflamasi
- Pemberian Mukolitik untuk
24/03/2015
13.00
mengatasi batuk
P/ monitoring
- Sesak napas berulang
- Vital Sign, balance cairan
Memindahkan pasien ke ruang
bakung timur
S : Sesak (+) berkurang
Batuk (+)
Demam (-)
O: Status Present
HR: 110 x/ menit
RR: 48 x / menit
Tax: 36,7oC
SpO2: 98% (nasal kanul 2 lpm)
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler
sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
Mampu minum 300 ml/hari
IVFD D5 NS 14 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 200 mg/kg/hari
320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol
100
mg/kg/hari 160 mg @ 6
jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @
+/+,
6 jam
- Ambroxol
Syr
0,5
mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.
23
25/03/2015
06.00
O: Status Present
HR: 110 x/ menit
RR: 34 x / menit
Tax: 37,2oC
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler
sesuai klinis
- Kebutuhan cairan 610/hari
Mampu minum 300 ml/hari
IVFD D5 NS 14 tetes
mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol
100
mg/kg/hari 160 mg @ 6
jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% 3,3 ml @
+/+,
6 jam
- Ambroxol
Syr
0,5
mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.
26/03/2015
06.00
Cor:
S1S2
normal,
reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler +/+, rh
+/+, wh +/+
Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
detik
6 jam
- Ambroxol
Syr
0,5
mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
P/ terapi
- Kebutuhan
cairan
610
teratasi
P/ monitoring
- Vital sign, balance cairan,
27/03/2015
06.00
distress napas
S : Sesak (-)
Batuk (+)
Demam (+) sejak kemarin,
suhu tertinggi 38,2oC. BAB
setiap habis nebulisasi
O: Status Present
HR: 120 x/ menit
RR: 40 x / menit
Tax: 36,8oC
SpO2: 96% O2 ruangan
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler +/+, rh
+/+, wh +/+
Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
- IVFD
D5
ml/hari
NS
16
400
tetes
mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol 160 mg @
6 jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% s/d 4 ml @
6 jam
- Ambroxol
Syr
0,5
mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.
25
detik
A: Pneumonia Berat (dengan
wheezing) + Gizi baik
P/ terapi
- Kebutuhan
cairan
610
28/03/2015
06.00
teratasi
Nebulisasi sampai wheezing
berkurang
S : Sesak (-)
Batuk (+)
Demam (+)
Mencret 10 ml, 4x
- IVFD D5 NS 610 ml
26 tetes mikro/menit
- Ampisilin 320 mg @ 6 jam
- Chlorampenikol 160 mg @
O: Status Present
HR: 120 x/ menit
RR: 40 x / menit
Tax: 36,9oC
SpO2: 96% O2 ruangan
Status General
Kepala: normocephali
Mata: an -/-, ikt -/Thorax: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 normal, reguler,
murmur (-)
Pulmo: bronkovesikuler +/+, rh
+/+, wh +/+ minimal
Abdomen: distensi(-), BU(+)N
Extrimitas: hangat (+), CRT < 2
6 jam
- Nebulisasi salbutamol 0,7
ml + NaCl 0,9% s/d 4 ml @
6 jam
- Ambroxol
Syr
0,5
mg/kg/hari 3 mg 1 mg
@ 8 jam oral
- Paracetamol 10 mg/kg/hari
65 mg cth 2/3 bila suhu
38oC dapat diulang @ 4
jam + kompres hangat
- Dexamethason 2 mg @ 8
jam i.v.
detik
A: Pneumonia Berat (dengan
wheezing) + Gizi baik
P/ terapi
- Kebutuhan
cairan
610
berkurang
Nebulisasi sampai wheezing
berhenti
Usul cek DL, procalcitonin
untuk evaluasi demam
IX PROGNOSIS
At Vitam
: dubia at bonam
At Fungsionam
: dubia at bonam
At Sanasionam
: dubia at bonam
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang dihubungkan dengan
konsodilasi ruang alveoli. Pneumonia bisa disebabkan oleh virus dan bakteri.
Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Pada anamenesis diketahui pasien KNP datang dengan keluhan sesak yang
didahului dengan batuk sebelumnya tanpa ada demam. Manifestasi klinis pasien
dengan pneumonia yang paling sering terjadi adalah adanya sesak dan batuk baik
itu produktif maupun non produktif, serta demam. Pada pasien juga dikeluhan
sulit minum dimana menurut ibu pasien, minum susu pasien sering terputus-putus
sejak dikeluhkan batuk dan sesak. Pada bayi, sesak napas dapat ditandai dengan
minum susu yang terputus-putus serta berkeringat di dahi. Sementara itu pada
anak dapat ditandai dengan lebih sering mengambil posisi jongkok.
Faktor resiko pneumonia terbagi menjadi beberapa faktor baik itu dari
host, individu maupun lingkungan. Pada pasien ditemukan beberapa faktor yaitu
bayi KNP diketahui tidak mendapatkan asupan ASI Ekslusif karena menurut
pengakuan ibu produksi ASI tidak keluar sehingga diganti dengan pemberian susu
formula. ASI merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi. ASI
mengandung karbohidrat yang berupa laktosa. Lemak ASI banyak mengandung
polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda). Protein utamanya jenis
lactalbumin yang mudah dicerna. ASI banyak mengandung vitamin dan mineral.
ASI juga mengandung zat anti infeksi. Banyak penelitian yang menilai pengaruh
jangka pendek dan panjang dari menyusui terhadap kesehatan bayi dan anak.
Menyusu eksklusif selama 6 bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil
terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, infeksi saluran napas, infeksi telinga,
pneumonia, infeksi saluran kemih) dan penyakit lainnya (obesitas, diabetes, alergi,
penyakit inflamasi saluran cerna, kanker) di kemudian hari. Bayi yang mendapat
ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap dibanding bayi yang mendapat susu
formula. Zat kekebalan yang berasal dari ibu dan terdapat dalam ASI akan
ditransfer ke bayi untuk membantu mengatur respon imun tubuh melawan infeksi.
28
Selain itu, terdapat faktor lain yaitu bayi tinggal di lingkungan rumah yang
padat dalam anamnesis diketahui dalam 1 lingkungan rumah terdapat kurang lebih
20 orang. Beberapa anggota keluarga yang sering kontak dengan pasien juga
diketahui mengkonsumsi rokok. Kontak dengan asap rokok diketahui menjadi
salah satu faktor resiko terjadinya pneumonia pada bayi. Asap rokok mengandung
ribuan bahan kimia beracun dan bahan - bahan yang dapat menimbulkan kanker
(karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun dalam rokok tidak hanya
mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga
kepada orang - orang di sekitarnya yang tidak merokok yang sebagian besar
adalah bayi, anak - anak dan ibu - ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif oleh
karena ayah atau suami mereka merokok di rumah. Padahal perokok pasif
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita ISPA, kanker paru - paru dan
penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi dan anak - anak
mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir
rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga dan asma.
4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan beberapa hal berikut :
KU
: tampak sesak
Nadi
RR
: 52 x/menit
Tax
: 36,5 C
BB
: 6,1 kg
PB
: 62 cm
BBI
Pada pasien ini memiliki denyut nadi normal yaitu 110 x/ menit dimana dikatakan
denyut nadi meningkat pada bayi umur 6 bulan 12 bulan apabila frekuensi
sebesar > 125 x/menit. Frekuensi pernapasan pasien meningkat yaitu 52 x /menit,
dimana frekuensi pernafasan dikatakan cepat pada bayi berusia 2 12 bulan
adalah 50 x/menit. Pada anak yang menderita pneumonia, kemampuan paruparu untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas
cepat agar tidak terjadi hipoksia. Pada pemeriksaan paru ditemukan retraksi
subcostal (+), dengan suara nafas bronkovesikuler +/+, Rales +/+, Wheezing +/+.
29
Rhonki pada pneumoni dibedakan dengan rhonki bronkiolitis adalah rhonki yang
terjadi pada saat inspirasi, sedangkan rhonki pada bronkiolitis terjadi saat
ekspirasi. Temuan klinis pada pasien KNP sesuai dengan teori pneumonia yang
ada dimana pada pasien termasuk pneumonia berat, yang kriterianya adalah:
Batuk/sesak napas disertai salah satu di bawah ini:
- Retraksi dinding dada
- Napas cuping hidung
- Grunting (merintih)
Auskultasi: rhonki (+), suara napas menurun, suara napas bronkial
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan pemeriksaan DL didapatkan kelainan sebagai berikut :
WBC
NE%
LYM %
MO%
EO%
GRA%
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV
6,55 x 103
41,19
39,45
18,37 (tinggi)
0,03
0,96 (tinggi)
3,81 (rendah)
10,55 (rendah)
33,1 (rendah)
86,77
27,67
31,89
17,29
231,9
6,14 (rendah)
6,00 14,00
18,30 47,10
30,0 64,30
0,0 7,10
0,00 5,0
0,0 0,70
4,10 5,30
12,0 16,0
36 49
78 102
25 35
31 36
11,6 18,7
140 440
6,80 10,0
30
BAB V
KESIMPULAN
Pneumonia didefinisikan sebagai infeksi atau keradangan saluran napas
bagian bawah yang melibatkan saluran napas dan parenkim disertai konsolidasi
ruang alveolar yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing serta ditandai oleh demam, batuk, sesak
(peningkatan frekuensi pernapasan), retraksi dinding dada, napas cuping hidung
dan terkadang dapat terjadi sianosis. Adapun penyebab dari pneumonia ini
memiliki perbedaan berdasarkan usia. Proses terjadinya pneumonia meliputi
beberapa tahapan, diantaranya adalah kongestif, hepatisasi merah, hepatisasi
kelabu dan resolusi.
Gejala yang timbul biasanya mendadak antara lain batuk, demam tinggi
terus menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada
bayi), dan nyeri dada. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam tinggi
31
pada
perkusi;
suara
napas
yang
melemah,
bronkial
atau
32