Anda di halaman 1dari 5

KPP Pratama Ciamis ; Pengusaha Kena

Pajak Wajib Bikin e-Faktur


Mulai 1 Juli 2015 pengusaha kena pajak (PKP) wajib membuat e-faktur, khususnya yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) wilayah Pulau Jawa. Pasalnya, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bakal mengenakan sanksi denda sebesar 2
persen dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP) kepada PKP di Jawa dan Bali yang belum
menggunakan e-Faktur.
Kasi Konsultasi dan Pengawasan Pajak Pratama Ciamis, Andi K Nur, ketika dimintai tanggapan
oleh HR Online, Jum`at (25/09/2015), membenarkan bahwa sejak tanggal 1 Juli pengusaha kena
pajak (PKP) yang belum juga membuat e-faktur didenda sebesar 2 persen dari Dasar Pengenaan
Pajak (DPP).
Andi menjelaskan, hal itu diatur dalam Pengumuman Diretur Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor
Peng-6/PJ.02/2015 tentang Penegasan atas e-Faktur tertanggal 16 Juni 2015. Menurut dia, bagi
pengusaha kena pajak yang belum mengerti tata cara pembuatan e-Faktur bisa datang ke kantor
pelayanan pajak terdekat. (Heri/R4/HR-Online)
http://www.harapanrakyat.com/2015/09/kpp-pratama-ciamis-pengusaha-kena-pajakwajib-bikin-e-faktur/

KPP Pratama Ciamis ; e-Faktur Antisipasi Penyalahgunaan Faktur Pajak

Pelaksana Seksi Pajak Pratama Ciamis, Yusuf Hamzah, membenarkan, semua pengusaha kena
pajak saat ini wajib mengurus e-Faktur. Hal itu agar di kemudian hari pengusaha kena pajak
tidak mendapat masalah. Yusuf menjelaskan, penerbitan e-Faktur ini untuk mengantisipasi
kemungkinan penyalahgunan faktur pajak. Misalnya, wajib pajak (WP) non-PKP yang
menerbitkan faktur pajak, padahal mereka tidak berhak menerbitkannya.
Lebih lanjut, Yusuf menuturkan, banyak penyalahgunaan faktur pajak oleh orang yang tidak
bertangungjawab, sehingga banyak terjadi keterlambatan dalam penerbitan karena adanya faktur
pajak fiktif dan faktur pajak ganda.

Itu semua dapat menjadi masalah bagi kami serta pengusaha wajib pajak itu sendiri,
ungkapnya.
Menurut Yusuf, e-faktur merupakan faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan dan disediakan oleh pihak dirjen pajak. Pembuatan e-faktur juga tidak
bisa dikuasakan kepada orang lain.
Kami tidak bisa menerima perusahaan yang akan membuat e-faktur dengan surat kuasa atau
orang lain kecuali yang tercantum pada akta pendirian perusahaan, ungkapnya. (Heri/R4/HROnline)
http://www.harapanrakyat.com/2015/09/kpp-pratama-ciamis-e-faktur-antisipasipenyalahgunaan-faktur-pajak/

Nama Bank Surya Galuh Perpaduan Identitas Ciamis dan Pangandaran

Asisten Daerah (Asda) II Setda Pemkab Ciamis, Soekiman, mengatakan, dipilihnya nama
Bank Surya Galuh merupakan perpaduan identitas dari dua daerah, yakni Kabupaten
Ciamis dan Kabupaten Pangandaran. Surya, menurutnya, merupakan identitas
Kabupaten Pangandaran yang memiliki keindahan sunset (matahari) pantai Pangandaran.
Sementara Galuh merupakan identitas Kabupaten Ciamis yang memiliki historis masa
lalu sebagai pusat Kerajaan Galuh.
Jadi, Surya adalah kata istilah keindahan sunset pantai Pangandaran. Sementara kata Galuh
mengambil dari historis Ciamis masa lalu sebagai pusat kerajaan Galuh, ujarnya, kepada Koran
HR, pekan lalu. [Baca juga: Pemkab Ciamis dan Pangandaran Wacanakan Bentuk Bank Surya
Galuh]
Seperti diberitakan sebelumnya, Pemkab Ciamis dan Pemkab Pangandaran kini tengah
membahas kesepakatan untuk menjalin kerjasama dalam mengelola asset PD BPR (Perusahan
Daerah Bank Perkreditan Rakyat) yang kantor cabangnya berada di dua daerah tersebut. Apabila
prosedur dan mekanisme kesepakatan sudah terwujud, maka perusahaan daerah yang kini
bernama PD BPR BKPD (Bank Karya Produksi Desa) Ciamis itu akan berganti nama menjadi
Bank Surya Galuh dengan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT). (Bgj/Koran-HR)
http://www.harapanrakyat.com/2015/10/nama-bank-surya-galuh-perpaduanidentitas-ciamis-dan-pangandaran/

Pemkab Pangandaran: BSG Dibentuk Agar Untungkan Kedua Daerah

Sekda Pangandaran, Mahmud, mengatakan, meski saat ini masih ada perdebatan
menyusul adanya peraturan perundang-undangan yang bunyinya berbeda dalam hal
kerjasama pengelolaan perusahaan daerah antara kabupaten induk dengan kabupaten
pemekaran, namun pihaknya masih optimis kerjasama pembentukan Bank Surya Galuh
(BSG) dapat direalisasikan.
Persoalan ada dua undang-undang yang bunyi perintahnya berbeda, tinggal konsultasikan saja
ke Pemprov dan Kemendagri. Yang penting, dua pemerintahan daerah sudah memiliki niat untuk
menyelamatkan asset daerahnya masing-masing dengan melakukan sebuah kerjasama, katanya,
kepada Koran HR, Selasa (29/09/2015) lalu.
Mahmud mengatakan, pihaknya bukan tidak mau menerima asset PD BPR dari Pemkab Ciamis,
tetapi alangkah baiknya kalau pengelolaannya dikerjasamakan dengan Pemkab Ciamis. Kalau
dikerjasamakan tentunya akan lebih kuat dari berbagai segi. Dan dipastikan akan menghasilkan
keuntungan untuk masing-masing daerah, katanya.
Menurut Mahmud, pihaknya saat ini masih menunggu langkah Pemkab Ciamis yang tengah
mengajukan Raperda ke DPRD setempat yang akan dijadikan payung hukum untuk kerjasama
tersebut.
Kalau proses di Ciamis sudah selesai, kemudian kami melakukan langkah serupa dengan
mangajukan Raperda ke DPRD Pangandaran. Apabila sama-sama sudah memiliki payung
hukum, maka langkah selanjutnya tinggal menempuh realisasi kerjasama, pungkasnya.
(Bgj/Koran-HR)
http://www.harapanrakyat.com/2015/10/pemkab-pangandaran-bsg-dibentuk-agaruntungkan-kedua-daerah/

Pangandaran Enggan Terima Aset Hutang, Alasan Bank Surya Galuh Dibentuk?

Kabag Hukum Setda Kabupaten Ciamis, Aep Sunendar, menegaskan, sebetulnya Pemkab
Ciamis tidak keberatan apabila aset PD BPR BKPD (Bank Karya Produksi Desa) yang
berada di wilayah Kabupaten Pangandaran diserahkan ke Pemkab setempat. Namun,
lanjut dia, apabila asset bank itu diserahkan ke Pemkab Pangandaran, juga harus mau
menerima dengan hutang piutangnya.
PD BPR BKPD ini sempat kolep dan dibantu kembali pendanaannya oleh Pemkab Ciamis. Nah,
setelah kolep, PD BPR banyak memiliki hutang ke sejumlah bank. Dengan kondisi tersebut,
Pemkab Pangandaran keberatan jika harus menerima dengan konsekuensi harus membayar
utang, ujarnya, kepada Koran HR, pekan lalu.
Setelah dilakukan pertemuan antara Pemkab Ciamis dan Pemkab Pangandaran, lanjut Aep,
kemudian disepakati untuk dilakukan kerjasama dan bersama-sama menyehatkan kembali
manajemen PD BPR. Sebenarnya pilihan kerjasama membentuk Bank Surya Galuh (BSG)
sebagai solusi agar manajemen keuangan PD BPR kembali sehat dan dapat menguntungkan
kedua pemerintah daerah, ujarnya.
Aep menambahkan, kedudukan PD BPR apabila ditinjau secara hukum saat ini dalam status quo.
Karena menurut Undang-undang 21 tahun 2015 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran,
aset PD BPR harus diserahkan ke Pemkab Pangandaran. Sementara penyerahakan asetnya belum
dilakukan oleh Pemkab Ciamis.
Sebenarnya dulu sudah disepakati oleh 12 Anggota DPRD Ciamis asal Kabupaten Pangandaran
(sebelum DPRD dipisah) bahwa asset PD BPR tidak dimasukan dalam penyerahaan asset ke
Pangandaran. Karena saat itu sudah muncul rencana untuk dikerjasamakan dan actionnya tengah
ditindaklanjuti saat ini, paparnya.
Namun begitu, Aep mengaku optimis bahwa kerjasama pembentukan Bank Surya Galuh
akhirnya bisa terwujud. Kita akan minta pertimbangan gubernur dulu. Dan kami yakin
kerjasama ini tidak melanggar aturan, karena ada payung hukum undang-undang yang
membolehkan, ungkapnya. (Bgj/Koran-HR)
http://www.harapanrakyat.com/2015/10/pangandaran-enggan-terima-aset-hutangalasan-bank-surya-galuh-dibentuk/

DPRD Ciamis Khawatir Pembentukan BSG Terganjal UU DOB Pangandaran

Dalam pembahasan Raperda yang akan menjadi dasar hukum pembentukan Bank Surya
Galuh (BSG), ternyata tengah menjadi perdebatan di DPRD Ciamis. Sejumlah Anggota
DPRD Ciamis meminta Pemkab Ciamis agar melakukan konsultasi ke Gubernur Jabar
sebelum melakukan kerjasama dengan Pemkab Pangandaran.
Pasalnya, DPRD Ciamis berpandangan, dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2012 tentang
Pembentukan Kabupaten Pangandaran tercantum bahwa seluruh asset daerah milik kabupaten
induk yang berada di daerah pemekaran, harus diserahkan seluruhnya, termasuk asset perusahaan
daerah.
Kalau Pemkab Ciamis masih mengelola asset PD BPR BKPD yang dimana beberapa kantor
cabangnya berada di Kabupaten Pangandaran, dikhawatirkan melanggar undang-undang
tersebut. Artinya, Pemkab harus meminta pertimbangan dari Gubernur, apakah diperbolehkan
atau tidak melakukan kerjasama pembentukan bank dengan Pemkab Pangandaran, ujar salah
seorang Anggota DPRD Ciamis, yang meminta namanya tidak dikorankan, Senin (28/09/2015)
lalu.
Ditemui terpisah, Kabag Hukum Setda Kabupaten Ciamis, Aep Sunendar, membenarkan adanya
permintaan dari DPRD Ciamis tersebut. Menurutnya, pihaknya akan segera melakukan
konsultasi ke Pemprov Jabar terkait dasar hukum kerjasama pembentukan bank dengan Pemkab
Pangandaran.
Namun demikian, lanjut Aep, peluang kerjasama membentuk Bank Surya Galuh dengan Pemkab
Pangandaran masih terbuka lebar, karena ada klausul pada Undang-undang nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah yang membolehkan kerjasama antara pemerintahan daerah.
Jadi, ada dua Undang-undang yang isinya bertentangan. Makanya, kami akan melakukan
konsultasi dan pertimbangan gubernur untuk mencari jalan keluar adanya perbedaan aturan
tersebut, ujarnya, pekan lalu. (Bgj/Koran-HR)
www.harapanrakyat.com/2015/10/dprd-ciamis-khawatir-pembentukan-bsg-terganjaluu-dob-pangandaran/

Anda mungkin juga menyukai