Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semangka merupakan tanaman buah berupa herba yang berasal dari daerah
kering tropis dan subtropis Afrika, kemudian berkembang dengan pesat ke berbagai
Negara, seperti Afrika Selatan, Cina, Jepang dan Indonesia. Di Indonesia varietas
yang cocok dibudidayakan dibagi menjadi 2 kelompok, yaituSemangka Lokal dan
Semangka Hibrida.1
Salah satu proses pemisahan yang terkenal dan banyak digunakan dalam
industri kimia adalah proses ekstraksi. Proses ekstraksi merupakan metode pemisahan
pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan kelarutan suatu solut dalam
pelarut. Ekstraksi solvent atau yang dikenal dengan ekstraksi cair-cair merupakan
proses pemisahan fase cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan
dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak.2
Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih
baik untuk zat organik maupun anorganik.Cara ini juga dapat digunakan untuk
analisis makro dan mikro.Selain untuk kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga
banyak digunakan untuk pekerjaan prefentif dalam bidang kimia organik, biokimia
1Nugroho Arifianto, Sri Wahyuningsih dan Lutfi Aris Sasongko, Consumers
Preference Towards Watermelon In Semarang, Jurnal Ilmu-ilmu Pertan Pertanian
4 No 2,(Semarang: Universitas wahid Hasyim, 2008),hal: 75.

2Agus Mirwan dan Dannu Arriono, Dinamika Tetes Ekstraksi Cair-Cair Sistem Air-Metil
Keton (Mek)-Heksan Dalam Kolom Isian, Jurnal Teknik Kimia Indonesia 9 No.3,
(Bandung: ITB, 2010), hal: 100.

2
dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah
(paling sederhana), alat ekstraksi soxhiet, sampai yang paling rumit, berupa alat
counter current craig.3
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukanlah percobaan ekstraksi
cair-cair ini untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang ekstraksi cair-cair.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut?
2. Berapa nilai KD untuk system organik/air?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut.
2. Untuk menentukan nilai KD untuk system organik/air.

3Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, Dasar Kimia Analitik (Makassar: Alauddin Press,
2007), h. 51.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular.Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
ataupun mikro.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzena,
karbon tetraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer
pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase terlarut.Teknik ini dapat digunakan
untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisis pada
semua skala kerja.Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian
berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk
ion-ion logam yang bertindak sebagai pengotor.4
Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik di mana suatu larutan
(biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya
organik) yang pada hakekatya tidak tercampurkan.Pemisahan yang dapat dilakukan,
bersifat sederhana, bersih, cepat dan mudah.Dalam banyak kasus, pemisahan dapat
dilakukan dengan mengocok-ngocok dalam sebuah corong pemisah selama beberapa
menit. Teknik ini sama dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat jumlah
maupun yang berjumlah banyak.5

4S.M. Khopkar, Basic Concept Of Analitycal Chemistry, terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990), h. 85.

Metode ekstraksi didasarkan pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut


dalam 2 larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur. Ekstraksi
dilakukan dengan pertimbangan beberapa faktor yaitu:6
1. Kemudahan dan kecepatan proses
2. Kemurnian produk yang tinggi
3. Rendah polusi
4. Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya
5. Efektivitas dan selektivitas yang tinggi.
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat bercampur memiliki
banyak kemungkinan untuk terjadi pemisahan analitis. Bahkan di mana

tujuan

primernya bukanlah analitis namun preparatif, ekstraksi pelarut yang merupakan


suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia.7
Dalam analisis penentuan suatu ion logam, ekstraksi dapat digunakan untuk
memisahkan ion logam tersebut dari ion logam yang lainnya yang akan mengganggu
identifikasi dan penentuan kadarnya. Melalui proses ekstraksi, ion logam dalam
pelarut air ditarik keluar dengan suatu pelarut organik. Secara umum, tujuan dari
5Basset.J, R.C Denny, G.H. Jeffery dan J. Mendham, Vogels Texbook Of Quantitative
Inorganic Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental Analysis,
terj. Handayana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik (Jakarta: Buku
Kedokteran EGC, 1994), h. 165.
6Mizri Gozan,Adsopsi Leading dan Ekstraksi Pada Industri Kimia (Jakarta:UI-Press, 2006),
h. 81.
7Day and Underwood,Quantitative Analysis, Sixth Edition, terj.Iis Sopyan, Analisis Kimia
Kuantitatif (Jakarta : Erlangga, 2002), h. 141.

5
ekstraksi adalah untuk memisahkan suatu komponen dan campurannya dengan
menggunakan suatu pelarut.8
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan sistem ekstraksi. Cara klasik adalah
mengklasifikasikan berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau system
ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih
ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses
ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ektsraksi berlangsung
melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan
sebagai ekstraksi khelat.9
Tiga metode dasar pada ekstraksi pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi
bertahap (bath), ekstraksi kontinyu dan ekstraksi counter current. Ekstraski bertahap
merupakan cara yang paling sederhana. Caranya yaitu cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian
dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan
diekstraksi pada kedua lapisan, setelah itu tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan,
metode ini sering digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ekstraksi
tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan.10
Salah satu penggunaan penting dalam proses ekstraksi pelarut

adalah

penentuan logam-logam secara spektrofotometrik pada daerah sinar tampak. Banyak


8Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, Dasar Kimia Anlitik , h. 51.
9S.M. Khopkar, Basic Concept Of Analitycal Chemistry, terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik, h. 84.
10S.M. Khopkar, Basic Concept Of Analitycal Chemistry, terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik, h.100.

6
reagen organik membentuk kompleks khelat berwarna dengan logam-logam tetapi
kompleks yang terbentuk kebanyakan tidak larut dalam air, kompleks-lompleks
logam khelat tersebut umumnya larut dalam pelarut organik.Oleh karena itu,mudah
diekstraksi.11
Satu hal kunci yang sangat menentukan pertimbangan desain proses ekstraksi
adalah pemilihan solven yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan di
antaranya:12
a. Reproksivitas: kemampuan untuk melakukan kontak antara pelarut dengan suatu
zat teralrut.
b. Selektivitas: kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan salah satu komponen zat
terlarut. Bandingkan rasio kesetimbangan solute tiap fasa.
c. Koefisien distribusi: nilai ratio y/x dalam kesetimbangan yang menunjukkan
kemampuan zat terlarut terdistribusi dalam pelarut.
d. Ketidak larutan (insolubility) : pelarut tidak boleh larut dalam cairan karier.
e. Recoverability:

kemampuan

pelarut

untuk

dapat

dimurnikan

(recover).

Pertimbangkan hambatan (misal: azeotrop).


f. Kerapatan: menunujukkan konsentrasi zat terlarut dalam solven. Penurunan
karapatan zat C kelarutannya semakin banyak dalam pelarut.
g. Tegangan permukaan: menunjukkanan dua jenis cairan untuk bercampur.
h. Reaktivitas kimia: adanya kemampuan untuk bereaksi secara kimiawi antara
cairan sehingga dapat diketahui apakah dua larutan dapat dicampurkan tanpa
bereaksi.
11Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, Dasar Kimia Analitik, h. 70.
12Mizri Gozan. Adsopsi Leading dan Ekstraksi Pada Industri Kimia, h.85

7
i. Viskositas, tekanan uap dan titik beku nilai rendah memudahkan penyimpanan.
Proses ekstraksi pelarut berlangsung tiga tahap yaitu sebagai berikut:13
1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan yang merupakan golongan ekstraksi.
2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
Tahap berikutnya yang penting pada mekanisme ekstraksi adalah proses
distribusi dari zat yang terekstraksi ke fase organik. Distribusi tersebut bergantung
pada bermacam faktor. Antara lain: kebasaan ligan, faktor stereokimia dan adanya
garam pada sistem ekstraksi. Kelarutan kompleks logam selain ditetapkan oleh
perbandingan koefisien distribusinya juga ditentukan oleh perubahan koefisien
aktivitas zat terlarut pada masing-masing fase.14
Dalam ekstraksi dikenal koefisien distribusi (KD) dan angka banding
distribusi (D) yang menyatakan perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam kedua
pelarut.KD hanya berlaku bila solut tidak terionisasi dalam salah satu pelarut, solute
tidak bersosiasi dengan salah satu pelarut.Angka banding distribusi (D) lebih berlaku
umum daripada KD.Selain itu angka banding distribusi (D) menyatakan suatu
perbandingan konsentrasi terlarut dalam pelarut organik (fasa organik) dan pelarut air
(fasa air). Jika zat terlarut itu adalah senyawa X maka rumus angka banding distribusi
dapat ditulis sebagai berikut:

13S.M. Khopkar, Basic Concept Of Analitycal Chemistry. terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik, h. 87
14S.M. Khopkar, Basic Concept Of Analitycal Chemistry. terj. Saotoraharjo, Konsep Dasar
Kimia Analitik, h. 94.

D=

KonsentrasitotalsenyawaXdalamfasaorganik
konsentrasitotalsenyawaXdalamfasaair

. Pers. (2.1)

Untuk keperluan analisis kimia angka banding distribusi (D) akan lebih bermakna
daripada koefisien distribusi (KD). Pada kondisi ideal dan tidak terjadi asosiasi,
disosiasi atau polimerisasi, maka harga KD sama dengan D. Harga D tidak konstan
antara lain dipengaruhi oleh pH fasa air.15
Ekstraksi pelarut sering digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk
pemisahan tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif diperlukan
pengkhelat (ligan) sebagai ekstraktan yang menghasilkan kompleks berwarna pada
fase organic dan dapat langsung diukur.Misalkan ekstraksi fotometri untuk
penentuan uranium, besi, cerium ataupun Cu dengan

2-

thenoyltrifluoroaseton.16
Kandungan air yang tinggi sekitar 92% menjadikan semangka pembersih
tubuh yang sangat baik. Walaupun terutama cairan, semangka kaya akan kalium dan
kalsium. Warna merah pada semangka menandakan tingginya kadar likopen, salah
satu komponen karotenoid seperti halnya betakaroten. Dibandingkan antioksidan
lainnya, seperti vitamin C dan E, kekuatan likopen dalam memerangi radikal bebas
jauh lebih ampuh.17

15Alimin, Muh Yunus dan Irfan Idris, Kimia Analitik, h. 52.


16Basset.J. R.C Denny, G.H. Jeffery dan J. Mendham, Vogels Texbook Of Quantitative
Inorganic Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental Analysis,
terj. Handayana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, h. 102.
17Nugroho Arifianto, Sri Wahyuningsih dan Lutfi Aris Sasongko, Consumers Preference
Towards Watermelon In Semarang, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 4 No. 2, hal: 75-76.

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Hari / tanggal

: Jumat / 09 mei 2014

Pukul

: 13.30 16.00 WITA

Tempat

: Laboratorium Kimia Analitik


UIN Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: neraca analitik, corong
pemisah 250 mL, buret asam 50 mL, pipet volume 25 mL pipet skala 5 mL, gelas
piala 300 mL, gelas piala 100 mL, erlenmeyer 250 mL, gelas ukur 50 mL, statif dan
klem, pipet tetes 2 ml, spatula, batang pengaduk, botol semprot dan bulp.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: aquades (H 2O), kain
blacu, larutan asam sulfat (H2SO4) 2 M, larutan kanji 0,2%, larutan kloroform
(CHCl3), larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 M, padatan iod (I2) dan semangka.
C. Prosedur Kerja
1. Ekstraksi I
Prosedur kerja pada percobaan ini dapat dilakukan dengan caramemotong
kecil-kecil buah semangka. Menimbang 25 gram semangka.Memisahkan ekstrak
semangka dengan menggunakan kain blacu.Memasukkan ekstrak sampel ke dalam

10
corong

pemisah

berukuran

250

mL.Menambahkan

25

mL

kloroform

(CHCl3).Mengguncangkan selama 15 menit.Mendiamkan beberapa menit sampai


terjadi pemisahan antara lapisan organik dan lapisan ekstraknya.
2. Ekstraksi II
Proses ekstraksi selanjutnya yaitu untuk menentukan koefisien distribusi yang
9
dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 0,1252 gram padatan iod (I2).
Melarutkan

dengan

kimia.Memasukkan

aquades
25

ml

(H2O)
ke

sebanyak

dalam

corong

50

mL

pemisah

di

dalam

berukuran

gelas
250

mL.Menambahkan kloroform (CHCl3) sebanyak 10mL.Menggungcangkan selama 15


menit.Mendiamkan sampai terjadi pemisahan.Memasukkan lapisan ke dalam
Erlenmeyer. Mengasamkan larutan dengan asam sulfat (H2SO4) 2 M. Menambahkan 1
mL larutan kanji 0,2%. Menitrasi dengan larutan baku natriumtiosulfat (Na 2S2O3)
0,01 M sampai warna larutanmenjadi tak berwarna.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat diamati sebagai
berikut :
Tabel IV.1 Hasil pengamatan percobaan ekstraksi cair-cair
No

Perlakuan

Warna

Fasa

Pengocokan

Orange

2 Fasa

Gambar

sampel buah
semangka
11
2

Penitrasi

Orange menjadi

1 Fasa

Tak berwarna

Tabel IV.2Hasil pengamatan percobaan ekstraksi cair-cair

12

No

Perlakuan

Warna

Fasa

B.

Gambar
R

Penimbangan

Cokelat

1 Fasa

e
a
k
si
I2+

Pengocokan

Ungu

2 Fasa

Penitrasi

Ungu menjadi

1 Fasa

tak berwarna

2Na2S2O3
2

2NaI
2-

S2O3 + I2

+ Na2S4O6
2-

S4O6

C. Analisa Data
1 mmol I2 = 2 mmol S2O32-

+ 2I

13
-

mmol I2 = 1 mmol S2O32Diketahui :


[Na2S2O3]

= 0,2 N

V tio pada iod dalam Air

= 1 mL

0,1 M

Vtio pada iod dalam CHCl3 = 10 mL


Ditanyakan : KD =?
Penyelesaian :
Berdasarkan reaksi
1 mmol Na2S2O3 0,2 N

= 0,1 mmol S2O32-

Jadi, 1 mmol Na2S2O3 0,1 M = x 0,1 mmol I2


= 0,05 mmol I2
= 5 x 10 -5molI2
Oleh Karena itu, 1 mL larutan standar Na 2S2O3 ekivalen dengan 5 x 10

-5

mol

I2maka :
Mol I2 dalam H2O

= Ntio x Vtio
=5 x 10-5 mol/mL x 1 mL
= 5 x 10-5 mol

Gram I2 dalam H2O

= mol I2 x BE I2
=5 x 10-5 molx 254 gram/mol
= 1,27 x 10-4 gram

Mol I2 dalam CHCl3

= Ntio x Vtio
=5 x 10-5 mol/mL x 10mL
= 5 x 10-4 mol

Gram I2 dalam CHCl3 = mol I2 x BE I2

14

= 5 x 10-mol x 254 gram/mol


= 1,27 x 10-2gram

KD =

gram I 2 dalam H 2 O
gram I 2 dalam CHCl 3

1,27 x 104 gram


= 1,27 X 102 gram

= 1 x 102
= 100
D. Pembahasan
Ekstraksi pelarut cair-cair merupakan proses pemisahan fase cair yang
memanfaatkan perbedaan kelarutan zat yang akan dipisahkan antara larutn asal dan
pelarut pengekstrak (solvent). Pemisahan yang dapat dilakukan, bersifat sederhana,
bersih, cepat dan mudah.Dalam banyak kasus, pemisahan dapat dilakukan dengan
mengocok-ngocok dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit. Teknik ini
sama dapat diterapkan untuk bahan-bahan dari tingkat jumlah maupun yang
berjumlah banyak.
Percobaan pertama dilakukan ekstraksi cair-cair dengan sampel yaitu sampel
semangkayang dilakukan dengan cara memotong kecil-kecil buah semangka agar
mudah diperas dengan kain blacu untuk memperoleh ekstraknya. Ekstrak semangka
yang diperoleh selanjutnya dimasukkan ke dalam corong pemisahdan menambahkan
dengan kloroform (CHCl3). Fungsi dari penambahan kloloform yaitu sebagai pelarut
non polar yang mudah menguap sehingga sampel ekstrak tersebut tidak larut(tidak
bereaksi dengan kloroform). Sampel ekstrak semangka dalam corong pemisah di
kocok beberapa menit, fungsi pengocokan ini yaitu untuk membuat larutan kloroform
tersebut dapat bercampur dengan ekstrak semangka, sehingga terbentuk 2 fasa dari

15

cairan tersebut.Mendiamkan beberapa menit agar terjadi pemisahan lapisan antara


ekstrak semangka dengan lapisan organik.Warna yang dihasilkan dari buah semangka
adalah Orange.
Percobaan kedua yaitu penentuan nilai KD dengan menggunakan metode
ekstraksi dan sampel berupa padatan iod. Pertama, padatan Iod ditimbang sebanyak
0,1252 gram yang dilarutkan dalam 50 mL aquades. Fungsi penimbangan ini yaitu
untuk mengetahui bobot padatan ion yang digunakan. Larutan iod dimasukkan ke
dalam corong pemisah ditambahkan dengan kloroform sebagai pelarut organik
sehingga terbentuk dua fasa, yaitu Lapisan organiknya tak berwarna dan lapisan
ekstraknya berwarna ungu.Lapisan organicnya diasamkan dengan asam sulfat
(H2SO4) 2M dengan tujuan untuk menetralkan pH dalam larutan.Penambahkan
larutan kanji sebagai indikator berfungsi untuk mempercepat terjadinya perubahan
warna dan memperjelas warna yang dihasilkan pada titik akhir titrasi.Metitrasi
dengan natrium tiosulfat (Na2S2O3) hingga larutan berubah dari warna ungu menjadi
tak berwarna.Tujuan dilakukannya titrasi yaitu untukmengetahui dan menentukan
nilai KD pada percobaan ini.
Berdasarkan analisa data yang diperoleh bahwa nilai KD pada percobaan ini
sebesar 100 gram. Hasil ini berbeda jauh dari KD Iod yang sebenarnya yaitu 50,69
gram. Hal ini terjadi karena tidak semua padatan iod yang dilarutkan tersebut
digunakan atau dengan kata lain hanya sedikit larutan iod yang digunakan pada
percobaan ini.

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Metode pemisahan dengan cara ekstrraksi pelarut cair-cair dilakukan dengan
menggunakan ekstrak sampel (buah semangka) dengan pelarut organiknya
(kloroform) dengan menggunakan corong pemisah.
2. Nilai konsentrasi distribusi adalah100.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk percobaan selanjutnya adalah sebaiknya
berhati-hati pada saat mengocok sampel dalam corong pemisah agar sampel tidak
keluar melalui celah penutup corong.

16

DAFTAR PUSTAKA
Alimin. MS., Dkk. Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.
Arifianto, Nugroho., Sri Wahyuningsih dan Lutfi Aris Sasongko, Consumers
Preference Towards Watermelon In Semarang, Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
4 No 2,(Semarang: Universitas Wahid Hasyim, 2008), Hal: 75-85.
Basset, J.,R.C. Denney, dan J. Mendham.Vogels Texbook Of Quantitative Inorganic
Elementary Instrumental Analysis Including Elementary Instrumental
Analysis. Terj. Handayana Pudjaatmaka, Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik . Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1994.
Day and Underwood. Quantitative Analysis, Sixth Edition. Terj.Iis Sopyan, Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga, 2002.
Gozan, Mizri. Adsopsi Leading dan Ekstraksi Pada Industri Kimia. Jakarta:UI-Press,
2006.
Khopkar, SM.Basic Concept Of Analitycal Chemistry. Terj. Saotoraharjo, Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 1990.
Mirwan, Agus dan Dannu Arriono, Dinamika Tetes Ekstraksi Cair-Cair Sistem AirMetil Keton (Mek)-Heksan Dalam Kolom Isian, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia 9 No.3, (Bandung: ITB, 2010), Hal: 99-105.

Anda mungkin juga menyukai