Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
PENDAHULUAN
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat disebut mikroba atau jasad renik. Tanah yang
subur mengandung lebih dari 100 juta mikroorganisme per gram tanah. Produktivitas dan
daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroorganisme tersebut. Sebagian besar
mikroorganisme tanah memiliki peranan yang menguntungkan, yaitu berperan dalam
menghancurkan limbah organik, siklus hara tanaman, fiksasi nitrogen, pelarut posfat,
merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen, dan membantu penyerapan unsur hara. Tetapi
ada juga mikroorganisme yang merugikan seperti penyebab penyakit baik itu pada tanaman,
ternak peliharaan juga pada manusia.
Organisme tanah berperan penting dalam mempercepat penyediaan hara dan juga sebagai
sumber bahan organik tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan
aktivitas dan populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan
aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Mikroorganisme tanah sangat nyata
perannya dalam hal dekomposisi bahan organik pada tanaman tingkat tinggi. Dalam proses
dekomposisi sisa tumbuhan dihancurkan atau dirombak menjadi unsur yang dapat digunakan
tanaman untuk tumbuh.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MIKROORGANISME DALAM TANAH
Pada umumnya biomassa kebanyakan kelompok mikroorganisme menurun jumlahnya
dengan meningkatnya kedalaman tanah, kecuali pada gambut.
Tabel 1. Distribusi mikroorganisme dalam horison dari suatu profil tanah
mesofil), mesofil (optimum antara 250C dan 370C) dan termofil (optimum antara 550C dan
650C) .
2.Tekanan Osmotic
Pada umumnya mikroorganisme mempunyai daya adaptasi yang cukup terhadap tekanan
osmotik dari lingkungan hidupnya. Protoplasma mikroorganisme yang normal mempunyai
kadar solute yang lebih tinggi dari tekanan osmotik lingkungan hidupnya. Kedaan ini
menyebabkan kecenderungan air masuk ke sel, sehingga turgor sel dapat dipertahankan.
3.Tegangan Permukaan
Hal ini berkaitan dengan kelembaban dimana distribusi mikroorganisme dalam tanah tidak
merata dan terutama terdapat pada bagian organik dari partikel tanah yang mengandung
cukup air. Dalam hal ini bahan organik sebagai sumber nutrien dan air berfungsi dalam
metabolisme mikroorganisme (transpor nutrien dari luar sel ke dalam sel dan untuk proses
metabolisme). Di dalam tanah, mikroorganisme umumnya aktif pada kelembaban > 15 bar
(kapasitas lapang 1/3 bar, titik layu 15 bar). Beberapa mikroorganisme yang termasuk fungi
dan khamir dapat tumbuh pada tekanan 70 bar.
4.Fenomena Adsorpsi
Partikel liat sering berukuran sama dengan ukuran bakteri, bahkan liat bisa lebih kecil.
Bakteri dan liat mempunyai muatan sehingga keduanya dapat berinteraksi, sebab muatan
pada sel dan liat terpolarisasi atau diperantarai oleh ion metal.
5.Air
Air mempengaruhi aktivitas mikroorganisme sebab air merupakan komponen utama dari
protoplasma. Air yang berlebih akan membatasi pertukaran gas sehingga menurunkan suplay
O2, lingkungan akan menjadi anaerob.
6.pH
pH mempengaruhi tidak saja aktivitas mikroorganisme tetapi juga keragaman spesiesnya.
Streptomyces (Actinomycetes) tidak akan tumbuh pada pH < 7,5. Pada umumnya
kebanyakan mikroorganisme tumbuh optimum pada kisaran pH 6 8. Meskipun demikian
mikroorganisme juga masih dapat tumbuh dengan baik diluar kisaran pH tersebut. Fungi
umumnya lebih tahan terhadap pH masam, bakteri belerang dapat tumbuh pada pH 0 1,
sebaliknya Actinomycetes sangat peka terhadap pH < 5.
7.Nutrien (hara)
Terjadinya perubahan nutrien dapat menyebabkan perubahan komponen sel (RNA), protein
dan kecepatan tumbuh (medium kaya, medium miskin).
Disamping sifat fisik dan kimia tanah, faktor biologi juga mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, seperti interaksi antara mikroorganisme dan pengaruh tumbuhan tingkat
tinggi.
Interaksi Antara Mikroorganisme meliputi : Netralisme, Kompetisi, Mutualisme,
Komensalisme, Amensalisme (antagonisme), Sinergisme, Parasitisme, Predatorisme.
Sedangkan pengaruh tumbuhan tingkat tinggi meliputi lingkungan hidup di daerah sistem
akar yang disebut rhizosfer.
PERANAN MIKROORGANISME DALAM TANAH
Produktivitas tanaman sangat erat kaitannya dengan kemampuan tanaman dalam menyerap
air dan unsur hara secara efisien dari tanah. Kegiatan akar ditentukan oleh suatu kumpulan
proses biologi terpadu.
1.Mikroorganisme Pemantap Agregat
Stabilitas agregat pada umumnya meningkat dengan makin banyaknya jumlah
mikroorganisme (Lynch,1987). Hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah bakteri
(Azotobacter chroococcum dan Pseudomonas sp.) dan ragi (Lypomyces starkeyi) yang
ternyata meningkatkan stabilitas agregat terhadap kekuatan air. Sebaliknya tanah yang
ditambah jenis jamur (Mucor hiemalis) menunjukkan hasil yang berbeda.
Berbeda dengan kasus jamur , dengan adanya jamur perekatan ini tidak terjadi, karena hifa
jamur akan menghalangi kontak antara partikel tanah dengan bakteri disekelilingnya. Namun
dalam kondisi yang lain, hifa jamur dapat melindungi agregat primer yang dibentuk oleh
perekatan bakteri untuk membentuk agregat sekunder. Di alam,bahan perekat yang dijumpai
jarang yang berupa mikroorganisme saja, tetapi umumnya berkombinasi dengan ikatan asam
organik (Hillel, 1982).
2.Mikroorganisme Pendorong Serapan Hara
Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan hara oleh akar
tanaman pada umumnya melalui peningkatan kelarutan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
baik yang berasal dari pupuk maupun yang berasal dari mineral tanah dan atau peningkatan
kemampuan akar menyerap hara. Hal ini berkaitan dengan bakteri pelarut hara dan yang
berkaitan dengan jamur mikoriza.
Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. adalah jenis bakteri yang mampu meningkatkan kelarutan
fosfat dalam tanah. Namun menurut Lynch (1983) jenis yang pertama mampu
mengakumulasi nitrit, sehingga dapat meracuni tanaman. Pseudomonas fluorescensputidamampu membentuk koloni di rhizosfer dengan cepat sehingga dapat meningkatkan
hasil kentang, bit gula dan lobak sebanyak 144 %. Pada tanaman kedelai kombinasi
antara Pseudomonas putida dan Azospirillum sp. meningkatkan serapan N dan P. Pemberian
bakteri pelarut fosfat juga meningkatkan laju pertumbuhan bibit lamtoro, meningkatkan
ketersediaan fosfat pada tanah ber pH tinggi >7 dan kadar P tanah tersedia tinggi (95 ppm).
Jenis bakteri yang terlibat dalam pelarutan masing-masing unsur dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa jenis bakteri yang berperan penting dalam proses pelepasan unsur hara
dalam tanah.
(hemiselulosa, selulosa dan lignin). Umumnya mikroba yang mampu mendegradasi selulosa
juga mampu mendegradasi hemiselulosa (Alexander 1977). Menurut Eriksson et al. (1989),
kelompok fungi menunjukkan aktivitas biodekomposisi paling nyata, yang dapat segera
menjadikan bahan organik tanah terurai menjadi senyawa organik sederhana, yang berfungsi
sebagai penukar ion dasar yang menyimpan dan melepaskan hara di sekitar tanaman.
Mikroba perombak bahan organik secara alami atau sengaja diinokulasikan untuk
mempercepat pengomposan dan meningkatkan mutu kompos. Jumlah dan jenis
mikroorganime turut menentukan keberhasilan proses dekomposisi atau pengomposan. Di
dalam ekosistem, mikroorganisme perombak bahan organik memegang peranan penting
karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam
tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg, dan atau dalam bentuk gas yang dilepas ke
atmosfer berupa CH4 atau CO2. Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara
alamiah, dan proses kehidupan di muka bumi dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Beberapa enzim yang terlibat dalam perombakan bahan organik antara lain adalah glukosidase, lignin peroksidase (LiP), manganese peroksidase (MnP), dan lakase, selain
kelompok enzim reduktase yang merupakan penggabungan dari LiP dan MnP, yaitu enzim
versatile peroksidase. Enzimenzim ini dihasilkan oleh Pleurotus eryngii, P. ostreatus, dan
Bjekandera adusta (Lankinen 2004). Selain mengurai bahan berkayu, sebagian besar fungi
menghasilkan zat yang besifat racun, sehingga dapat dipakai untuk menghambat
pertumbuhan/perkembangan organisme pengganggu, seperti beberapa strain T. harzianum
yang merupakan salah satu anggotaAscomycetes. Apabila kebutuhan karbon (C) tidak
tercukupi, fungi tersebut akan menghasilkan racun yang dapat menggagalkan penetasan telur
nematoda. Meloidogyn javanica (penyebab bengkak akar), sedangkan bila kebutuhan C
tercukupi akan bersifat parasit pada telur atau larva nematoda tersebut. Fungi Zygomycetes
(Mucorales) sebagian besar berperan sebagai pengurai amylum, protein, lemak, dan hanya
sebagian kecil yang mampu mengurai selulosa dan khitin. Inokulan perombak bahan organik
telah tersedia secara komersial dengan berbagai nama, seperti EM-4, Starbio, M-Dec,
Stardek, dan Orgadek.
7.Jenis Mikroba Penyubur Tanah Lainnya
Azotobacter SP berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuhan dan juga
berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.
Azoospirilium SR berfungsi sebagai penambat N (nitrogen) dari udara bebas untuk diserap
oleh tanaman.
Selulolitik Menghasilkan enzim selulose yang berguna dalam proses pembusukan bahan
organik.
Rill kroba Pelarut Fosfat berfungsi untuk melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral Hat
tanah menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman, selain itu dapat membantu proses
dekomposisi.
Pseudomonas sp dapat menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin berfungsi juga
untuk memecah mata rantai dari zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya.
Nitrosococcus merupakan bakteri yang memiliki metabolisme berbasis oksigen. Berperan
dalam proses penambahan kesuburan tanah (membentuk humus).
Nitrosomonas merupakan sebuah bakteri berbentuk batang yang terdiri dari genus
chemoautotrophic. berperan dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan
tanaman
PENUTUP
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat disebut mikroba atau jasad renik. Tanah yang
subur mengandung lebih dari 100 juta mikroorganisme per gram tanah. Secara umum,
aktivitas mikroorganisme dalam suatu profil tanah sangat ditentukan oleh ketersediaan
substrat energi dan unsur hara anorganik.
Disamping itu pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme ditentukan oleh sifat fisik dan
kimia tanah. Sifat fisik tanah meliputi: Temperatur, tekanan osmotik, tegangan permukaan,
radiasi, kekentalan (viscosity), fenomena adsorpsi. Sedangkan sifat kimia tanah yang
berpengaruh meliputi: Air, pH, kualitas dan kuantitas hara organik dan anorganik, udara,
senyawa pendorong dan penghambat pertumbuhan, oksidasi dan reduksi.
Pemanfaatan mikroorganisme menawarkan teknik-teknik yang memungkinkan untuk
memantapkan agregat tanah, meningkatkan serapan unsur hara, mengendalikan patogen
dalam tanah dan mempercepat pelapukan limbah organik padat tanpa menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan.
Mikroorganisme penyubur tanah yang sering digunakan dalam bidang pertanian antara lain
adalah: bakteri fiksasi nitrogen, mikroba pelarut fosfat, mikoriza, bakteri pereduksi sulfat,
rizobakteri penghasil zat pemacu tumbuh, mikroba perombak bahan organik, dan jenis
mikroba penyubur tanah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to soil mycrobiology. 2nd Ed. John Wiley and Sons. New
York. 467 p.
Banik, S. and B.K. Dey. 1982. Available phosphate content of an alluvial soil as influenced
by inoculation of some isolated phosphate-solubilizing micro-organisms. Plant and Soil 69:
353-364.
Baylis, G.T.S. 1975. The magnoloid mycorrhiza and mycotrophy in root systems deived from
it. p. 373-389. In: F.E.Sanders, B.Mosse, and P.B. Tinker (Eds.), Endomycorrhizas. Academic
Press, London.
Eriksson, KEL, R.A. Blanchette, and P. Ander. 1989. Microbial and enzymatic degradation of
wood and wood components. Springer-Verlag Heildeberg. New York.
James, E. and F.L. Olivares. 1997. Infection and colonization of sugarcane and other
graminaceous plants by endophytic diazotrophicus. Plant Science. 17:77-119.
Kristensen, E., M. Holmer, and N. Bussarawit. 1991. Benthic metabolism and sulfate
reduction in a south-east Asian mangrove swamp. Mar. Ecol. Prog. Ser. 73:93-103.
Ladha, J.K. and P.M. Reddy. 1995. Extension of nitrogen fixation to rice: necessity and
possibilities. GeoJournal. 35:363-372.
Lankinen, P. 2004. Ligninolytic enzymes of the basidiomycetous fungi Agaricus bisporus and
Phlebia radiata on lignocellulose-containing media. Academic Dissertation in Microbiology.
http://www.u.arizona.edu/~leam/ lankinen.pdf. [10 Desember 2005].
Miles, C.O., M.E. diMena, S.W.L. Jacobs, I. Garthwaite, G.A. Lane, R.A. Prestidge, S.L.
Marshal, H.H. Wilkinson, C.L. Schardl, O.J.P. Ball, and C.M.Latch. 1998. Endophytic fungi
in indigineous Australian grasses associated with toxicity to livestock. Appl. Environ.
Microbiol. 64:601-606.
Olivares, F.L., V.L.D. Baldani, V.M. Reis, J.I. Baldani, and J. Dobereiner. 1996. Occurrence
of the endophytic diazotrophs Herbaspirillum spp. In roots, stems and leaves predominantly
of Gramineae. Biology Fertility Soils, 21: 197-200.
Sherman, R.E., T.J. Fahey, and R.W. Howarth. 1998. Soil-plant interactions in a neotropical
mangrove forest:iron, phosphorus, and sulfur dynamics. Oecologia 115:553-563.
Simanungkalit, R.D.M. 1997. Effectiveness of 10 species of arbuscular mycorrhizal (AM)
fungi isolated from West Java and Lampung on maize and soybean, p. 267-274. In: U.A.
Jenie (Ed.). Proc. Indonesian Biotechnology Conference, Vol. II . The Indonesian
Biotechnology Consortium, IUC Biotechnology IPB, Bogor.
Strobel, G.A., E. Ford, J.Y. Li, J. Sears, R.S. Sidhu, and W.M. Hess. 1999. Seimatoantlerium
tepuiense gen. Nov., a unique epiphytic fungus producing taxol from the Venezuelan Guyana.
Syst. Appl. Microbiol. 22:426-433.
Tien, T.M., M.H. Gaskin, and D.H. Hubell. 1979. Plant growth substances produced by
Azospirillum brasilense and their effect on the growth of pearl millet (Pennisetum
americanum L.). Appl. Environt. Microbiol. 37:1016-1024.
try '08
Minggu, 05 Desember 2010
Mikroorganisme Air
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan mikroorganisme baru diketahui dengan nyata setelah ditemukannya lensa sebagai
alat pembesar. Mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa karena ukurannya
yang sangat kecil, pada tahun 1683 menjadi dapat terlihat karena penemuan lensa oleh
Antonie van Leeuwenhoek (1632 1723). Penemuan Leeuwenhoek tersebut merupakan awal
penting dalam dunia mikrobiologi.
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme atau
mikroba. Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopik yang sebagian besar
berupa satu sel. Mikroba berukuran sekitar seperseribu milimeter (1 mikrometer) atau bahkan
kurang, walaupun ada juga yang lebih besar dari 5 mikrometer.
Zoologis Jerman, EH Haeckel (1866) mengklasifikasikan makhluk hidup menjadi tiga dunia,
yaitu dunia tanaman, hewan, dan protista. Protista atau mikroorganisme yang bukan hewan
dan tanaman ini sebagian besar terdiri dari hanya satu sel. Kedalam golongan protista ini
termasuklah bakteri, alga, fungi (kapang dan khamir), dan protozoa. Virus tidak termasuk
protista karena bukan makhluk satu sel. Berdasarkan organisasi selularnya, protista dibagi
menjadi dua golongan yaitu protista tingkat rendah (prokaryot) dan protista tingkat tinggi
(eukaryot). Alga hijau biru dan bakteri tergolong kepada prokaryot. Sebagian mikrobiologist
menganggap alga hijau biru adalah bakteri juga. Golongan eukaryot terdiri atas protozoa,
fungi (khamir dan kapang), dan alga dimana organisasi selularnya sudah relatif sempurna
menyerupai tanaman atau hewan.
Mikroorganisme dapat ditemukan dimanapun di dunia ini, mulai dari dasar lautan yang
paling dalam sampai ke puncak gunung yang paling tinggi, ada yang hidup dalam air panas
pada suhu tinggi bahkan ada yang sampai 250 derajat celcius (extremophilic). Hal ini
disebabkan karena banyak mikroorganisme dibawa oleh angin, dibawa oleh aliran udara dari
permukaan bumi ke atmosfir atau terbawa oleh agen pembawa lainnya, seperti hewan,
manusia, dan tumbuhan. Mikroba juga dapat terbawa bersama aliran air ke sungai, danau dan
laut. Mikroorganisme banyak ditemukan di tempat-tempat yang tersedia makanan,
kelembaban dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme.
Karena kondisi yang cocok untuk kehidupan manusia juga cocok bagi mikroba maka tidak
dapat dihindari bila kita hidup berdampingan dengan mikroba. Pada diri manusia,
mikroorganisme terdapat mulai dari permukaan kulit kita sampai ke dalam usus.
Mikroba lebih banyak lagi ditemui pada tanaman dan hewan. Sebagian besar mikroba tidak
berbahaya bagi manusia, dan manusia yang sehat diberi kemampuan oleh Yang Maha Kuasa
untuk bertahan dari serangan mikroba yang berbahaya sampai batas-batas tertentu.
Pada lingkungan perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan yang lainnya. Air
adalah sumber daya alam penting bagi kehidupan dan merupakan komponen penting dari
fungsi ekosistem yang kelimpahannya sangat besar dalam planet ini. Air juga secara geologis
penting karena perannya dalam pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan sedimen
(Atlas Kanada, 2004). Air tidak hanya sumber kelangsungan hidup semua makhluk hidup
tetapi juga vektor utama untuk semua pengembangan kegiatan dan terintegrasi terkait dengan
semua proses-proses ekologi dan sosial. Ekosistem perairan adalah subdivisi utama biosfer.
Hampir 71% dari luas permukaan bumi ditutupi oleh air. Dalam total volume air, sekitar 97%
adalah air laut. Ini berarti bahwa kurang dari 3% dari volume air di dunia adalah air tawar
(Gleick, 1996). Namun, tidak semua air tawar ini tersedia untuk digunakan oleh manusia dan
kurang dari 1% dari itu digunakan untuk minum (Gray, 1994).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja kelompok mikroorganisme yang hidup dalam air?
2. Apa saja mikroorganisme air yang menguntungkan dan dampaknya terhadap manusia dan
lingkungan?
3. Apa saja kelompok mikroorganisme air yang merugikan dan dampaknya bagi lingkungan
dan kesehatan manusia?
C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kelompok mikroorganisme yang hidup dalam air
2. Untuk mengetahui mikroorganisme air yang menguntungkan dan dampaknya terhadap
manusia dan lingkungan
3. Untuk mengetahui mikroorganisme air yang merugikan dan dampaknya terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan
D. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan tentang kelompok mikroorganisme yang hidup di air.
2. Memberikan pengetahuan tentang jenis mikroorganisme air yang menguntungkan dan
dampaknya terhadap manusia dan lingkungan
3. Memberikan pengetahuan tentang jenis mikroorganisme air yang merugikan dan
dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Mikroorganisme Air
Perairan alami memiliki sifat yang dinamis dan aliran energi yang kontinyu hal ini terjadi
selama sistem di dalamnya tidak mendapatkan gangguan atau hambatan, antara lain dalam
bentuk pencemaran. Lingkungan perairan meliputi air laut, air payau (peralihan air tawar ke
air laut), dan air tawar, Di lingkungan laut lepas memiliki populasi mikroorganisme yang
relatif lebih rendah, di lingkungan pantai populasi mikroorganisme terdapat lebih banyak, hal
ini karena lingkungan pantai kaya akan nutrien yang berasal dari daratan. Pada lingkungan
perairan terdapat mikroorganisme sama seperti lingkungan yang lainnya. Kelompok
mikroorganisme yang hidup di dalam air terdiri dari :
1. Bakteri
2. Alga biru-hijau
3. Fungi
4. Microalgae
5. Virus
6. Protozoa
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga
merupakan suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa
mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun (Tarigan, 1988). Dalam air
baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau
tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah kehidupan, yaitu misalnya yang berasal dari
sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air dan sebagainya, di dalamnya terdiri dari bakteri,
yaitu :
Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi
senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering berubah warna kalau disimpan
lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat-coklatan, dan sebagainya.
Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu
mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau
busuk seperti bau telur busuk.
Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan kersik), sehingga
kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang berwarna hijau, biru atau
pun kekuning-kuningan, tergantung kepada dominasi jasad-jasad tersebut serta lingkungan
yang mempengaruhinya.
Mikroorganisme di perairan berdasarkan sifat tropiknya meliputi :
1. Mikroba autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan
sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti
matahari dan kimia. Contohnya : Thiobacillus, Nitrosomonas, Nitrobacter.
2. Mikroba heterotrof adalah organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai
makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Contohnya antara lain :
Saprolegnia sp., Candida albicans, Trichopnyton rubrum.
Bakteri
Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki klorofil, berkembang
biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner, sebagian besar ( 80%) berbentuk
batang, gram negatif, bergerak secara aktif. Secara umum hidupnya saprofitik pada sisa
buangan hewan atau tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat parasitik pada hewan,
manusia dan tanaman yang dapat menyebabkan penyakit. Contoh bakteri yang banyak
dijumpai di laut : Pseudomonas, Vibrio, Flavobacterium, Achromobacter dan Bacterium.
2. Shigella sp.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan :Bakteria
Filum :Proteobakteria
Kelas :Gamma Proteobakteria
Ordo :Enterobakteriales
Famili :Enterobakteriaceae
Genus : Shigella
Spesies
S. boydii
S. dysenteriae
S. flexneri
S. sonnei
Shigella adalah genus dari Gram-negatif, non-motil, bakteri endospor berbentuk-tongkat yang
berhubungan dekat dengan Escherichia coli dan Salmonella. Shigella merupakan penyebab
dari penyakit shigellosis pada manusia, selain itu, Shigella juga menyebabkan penyakit pada
primata lainnya, tetapi tidak pada mamalia lainnya
Alga Biru Hijau
Alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi seperti tumbuhan darat,
wujud alga terdiri dari batang yang disebut thallus. Umumnya alga hidup secara bebas di air
atau bersimbiosis dengan jasad lain. Mempunyai bentuk uniseluler, filamen yang
mengelilingi tubuhnya banyak diselimuti dengan lendir. Merupakan divisi Cyanophyta
dengan beberapa kelas yaitu : Nostocales, Chroococcales, dan Stigonematales, Hydrodictyon.
1. Hydrodictyon
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Famili : Hydrodictyaceae
Genus : Hydrodictyon
Spesies Hydrodictyon africanum
Hydrodictyon indicum
Hydrodictyon patenaeforme
Hydrodictyon reticulatum
2. Chlorella
Chlorella adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar, laut, dan
tempat basah.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : chlorococcales
Famili : Oocystaceae
Genus : Chlorella
spesies
Chlorella vulgaris pyrenoidosa
Chlorella pyrenoidosa
Fungi
Hidup tersebar luas, berbentuk uniseluler, umumnya berbentuk filamen atau serat yang
disebut miselia atau hifa. Contoh : Saprolegnia sp., Branchiomyces sanguinis, Icthyophonus
hoferi.
1. Saprolegnia
Saprolegnia adalah genus dari Oomycota. Saprolegnia hidup menempel pada tubuh ikan atau
hewan air lainnya. Saprolegnia berbentuk seperti lapisan selaput. Saprolegnia bersifat
saprotrof dan nekrotrof.
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Protocista
Filum : Heterkonta
Kelas : Oomycotea
Ordo : Saprolegniales
Famili : Saprolegniaceae
Genus : Saprolegnia
Spesies
S. australis, S. ferax, S. declina, S. longicaulis, S. mixta, S. parasitica, S. sporangium, S.
variabilis.
2. Branchiomycosis
Branchiomyces demigrans atau "Gill Rot (busuk insang)" disebabkan oleh jamur
Branchiomyces sanguinis dan Branchiomyces demigrans . Spesies jamur ini biasanya
dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, seperti pH rendah (5.8 -6.5),
kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebih dalam akuarium,
Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi
pada selang suhu 25 - 31C. Penyebab utama infeksi biasanya adalah spora jamur yang
terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium. Tanda-tanda Penyakit Branchiomyces
sanguinis dan B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan.
3. Icthyophonus
Icthyophonus disebabkan oleh jamur Icthyophonus hoferi . Jamur ini tumbuh baik pada air
tawar maupun air asin (laut). Meskipun demikian, biasanya serangan jamur ini hanya akan
terjadi pada air dingin 2 - 20 C. Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yang
terbawa kotoran ikan atau akibat kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit.
Mikroalgae
Contoh : Chlorella sp., Pyrodinium bahamense, Trichadesmium erythraeum, salah satu
spesies dari Cyanobacterium, Noctiluca scintillans (satu spesies dari Dinoflagellata).
1. Chlorella sp.
Menurut Vashista (1979) dalam Rostini (2007) Chlorella termasuk dalam:
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chloroccocales
Famili : Chlorelllaceae
Genus : Chlorella
Spesies : Chlorella sp.
Virus
Bentuk virus bermacam-macam antara lain : bentuk batang pendek, batang panjang, bulat,
bentuk polihedral. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Hanya memiliki satu jenis asam
Protozoa
Protozoa merupakan protista unisel, mikroskopis, berukuran yang bervariasi antara 10 500
mikron, hidup sebagai satu individu ada pula yang berkoloni. Protozoa terbagi menjadi 3
yaitu amoeba/pseudoodia, siliata dan flagelata. Contoh : Cryptocaryon irritans, Stylonycia
sp., Entamoeba histolitika.
1. Trichodiniasis
Agen kausatif : Trichodina, Trichodinella, Tripartiella. Parasit ini menyerang kulit dan insang
ikan budidaya seperti bandeng, kakap, kerapu.
Trichodina pada insang ikan kerapu (koleksi Laboratorium BBAP Ujung Batee)
ciri-ciri
parasit ini mudah berkembang pada kondisi air pemeliharaan yang kurang bersih
berbentuk seperti cawan dengan bulu getar disekililing tepi tubuhnya
diameter berkisar 100 nm
Jenis Metazoa
Cacing Kulit
kausatif agen : Benedenia sp, Neobenedenia sp, termasuk cacing trematoda dan tergolong
monogenia. Cacing ini menyerang kulit dan mata ikan budidaya seperti kerapu, kakap.
ciri-ciri parasit :
berbentuk pipih agak oval
panjang 1-5 mm
bagian anterior terdapat sepasang alat penempel, sedangkan bagian posterior terdapat achor
yang dilengkapi alat pengait
Caligus
agen kausatif : caligus epidemicus, caligus patulus. biasanya menyerang kulit, sirip dan
insang pada ikan kerapu, kakap,
ciri-ciri parasit :
air atmosfer (air hujan/salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air
tergenang (air laut), dsb.
2.Komponen nutrien dalam air
Air, terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh
spesies mikroorganisme tertentu. Semua air secara alamiah juga mengandung mineralmineral yang cukup untuk kehidupan mikroorganisme di dalam air.
3.Komponen beracun
Komponen beracun yang terdapat di dalam air mempengaruhi jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air tersebut.
4.Organisme air
Adanya organisme lain di dalam air dapat mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme
air sebagai contoh plankton merupakan organisme yang makan bakteri, ganggang dan
plankton lainnya, sehingga adanya plankton dapat mengurangi jumlah organisme-organisme
tersebut.
5.Faktor fisik
Jumlah dan jenis mikroorganisme juga dipengaruhi oeh faktor-faktor fisik seperti: suhu, pH,
tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari. Jumlah dan jenis
mikroorganisme di dalam air buangan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas juga
dipengaruhi oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya air yang terpolusi oleh kotoran hewan
dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Esherchia coli,
Streptokoki fekal, Clostridium perfringens.
Mikroorganisme di Air Tanah
Air tanah mangandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organic yang merupakan tempat
yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme (kehidupan
mikroorganisme). Air tanah pada umumnya paling sedikit mengandung mikroorganisme dan
air tanah yang terdapat pada bagian yang dalam sekali hampir tidak mengandung
mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak mengandung mikroorganisme
yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat di danau-danau dan sungai-sungai.
Bakteri, protozoa dan virus adalah salah satu ancaman tertua untuk air minum dan
bertanggung jawab untuk penyakit yang ditularkan melalui air saat ini.
1. Bakteri Coliform
Bakteri koliform adalah bakteri paling sering dikaitkan dengan kualitas air. Bakteri Coliform
adalah kelompok besar dari berbagai jenis bakteri.
Coliform adalah kelompok bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak berspora yang pada
umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Salah satu anggota
kelompok coliform adalah E.Coli. Karena E. coli adalah bakteri coliform yang ada pada
kotoran manusia, E. coli sering disebut sebagai coliform fecal. Bakteri Coliform terdiri atas 4
genus, yaitu; Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, dan Citrobakter. Adanya bakteri coliform
pada bahan makanan menunjukkan tingkat sanitasi penanganan suatu produk. Bakteri
Coliform dapat dibedakan menjadi dua yaitu: (1) Coliform fecal adalah anggota dari
Coliform yang mampu memfermentasi laktosa pada suhu 44,5oC, misalnya E. Coli
merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia dan (2) Coliform non-fecal,
misalnya E. Aeroginosa biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati.
Menurut Bergeys Manual of Determinative Bacteriology Edisi ke-7 E. coli dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Protophyta
Classis : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Cyanobacteria adalah mikroorganisme yang sangat umum ditemukan dalam air. Warna air
kebiruan-hijau di kolam atau selokan yang dikaitkan dengan organisme ini. Nostoc dan
Anabaena adalah cyanobacteria umum yang ditemukan dalam air kolam. Bakteri spiroketa
adalah sekelompok bakteri yang biasa juga ditemukan dalam air kolam. Namun, memiliki
struktur yang berbeda dengan cyanobacteria, yaitu memiliki banyak rambut yang membuat
meraka bergerak cepat.
a. Anabaena
adalah genus cyanobakteria filamentous atau ganggang hijau-biru,ditemukan sebagai
plankton. Anabaena diketahui berperan dalam menfiksasi nitrogen, dan Anabaena
membentuk hubungan simbiosis dengan tanaman tertentu seperti pakupakuan. terdapat satu
dari 4 genera dari cyanobacteria yang menghasilkan neurotoxin,yang membahayakan
margasatwa lokal seperti halnya hewan ternak dan hewan peliharaan. Spesies tertentu dari
Anabaena telah digunakan dalam pertanaman padi sawah, sebagai penyedia pupuk alami
yang efektif.
Taksonomi Anabaena
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Cyanobacteria
Order : Nostocales
British distribution : Evidently widespread.
World distribution : Widespread.
Beberapa Species yang diketahui adalah sebagai berikut : Anabaena aequalis, Anabaena
affinis, Anabaena angstumalis, Anabaena angstumalis, Anabaena angstumalis marchica,
Anabaena aphanizomendoides, Anabaena macrospora, Anabaena macrospora robusta,
Anabaena azollae, Anabaena bornetiana, Anabaena catenula, Anabaena circinalis
2. Protozoa
Euglena adalah mikroorganisme di kolam yang bergerak dengan bantuan flagella. Amoeba
bentuk kelompok lain protozoa yang bergerak dengan bantuan pseudopodia atau kaki palsu.
Ciliates seperti paramecium, vorticella dan ophrydium bergerak dalam air dengan bantuan
sejumlah kecil rambut mereka seperti struktur yang disebut silia.
3. Alga
Beberapa ganggang umum yang ditemukan dalam air tambak adalah Chlamydomonas,
euglena dan spongomonas. Chlamydomonas berenang dengan bebas, sementara
spongomonas menggunakan flagela mereka untuk mengumpulkan makanan bukan bergerak,
dan hidup dalam matriks gelatin. Volvox merupakan alga yang hidup dalam koloni. Diatom,
Spirogyra, oedogonium, cladophora, zygnema dan porphyridium adalah beberapa filamen
jenis alga umum yang ditemukan dalam air.
a. Scenedesmus sp.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Family : Scenedesmaceae
4. Rotifer
Rotifera adalah jenis mikro-hewan multiseluler yang paling sering ditemukan di air tawar,
walaupun beberapa bentuk juga disesuaikan untuk hidup di air asin laut dan samudra. Hewan
ini mendapatkan nama mereka dari seberkas bulu mata yang hadir di depan tubuh di sekitar
mulut mereka. Mereka menggunakan bulu mata mereka untuk mendorong diri sendiri dan
juga makanan langsung ke dalam mulut mereka. Namun, tidak semua rotifera bergantung
pada silia untuk bergerak. bentuk hidup bebas kebanyakan memiliki dua kaki seperti struktur
di bagian belakang mereka dengan yang mereka melekatkan diri pada substrat sambil makan.
5. Ular naga
Hydra merupakan hewan air tawar yang paling sering ditemukan dalam air kolam. Hewan ini
milik hydrozoa kelas anggota yang hidup terutama di air laut. Hydra merupakan hewan
predator yang memburu mangsanya dengan bantuan sel penyengat khusus yang disebut
cnidocytes. Sel-sel penyengat yang hadir dalam tentakel yang mengelilingi mulut. Pada ujung
yang lain dari tubuh tubular hydra adalah disk basal atau kaki dengan yang hydra yang
menempel pada dasar tersebut.
1.2 Mikroorganisme Air Yang Menguntungkan
Beberapa macam mikroorganisme air yang menguntungkan:
a. Banyak plankton, baik fitoplankton ataupun zooplankton merupakan makanan utama ikan,
sehingga kehadirannya merupakan tanda kesuburan perairan tersebut. Jenis-jenis mikroalgae
misalnya : Chlorella, Hydrodyction, Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria.
b. Banyak jenis bakteri atau fungi di dalam badan air berlaku sebagai jasad dekomposer,
artinya jasad tersebut mempunyai kemampuan untuk mengurai atau merombak senyawa yang
berada dalam badan air. Sehingga kehadirannya dimanfaatkan dalam pengolahan buangan di
dalam air secara biologis
c. Pada umumnya mikroalgae mempunyai klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis
dengan menghasilkan oksigen. Di dalam air, kegiatan fotosintesis akan menambah jumlah
oksigen, sehingga nilai kelarutan oksigen akan naik/ber-tambah, ini yang diperlukan oleh
kehidupan di dalam air.
d. Kehadiran senyawa hasil rombakan bakteri atau fungi dimanfaatkan oleh jasad
pemakai/konsumen. Tanpa adanya jasad pemakai kemungkinan besar akumulasi hasil uraian
tersebut dapat mengakibatkan keracunan terhadap jasad lain, khususnnya ikan.
e. Anabaena memiliki kemampuan untuk memfiksasi nitrogen dan dapat kita tersebar luas di
dalam air dan juga tanah yang lembab/basah. Spesies tertentu bersimbiosis dengan tanaman
tingkat tinggi, seperti Anabaena azollae dalam spesies Azolla (paku air). Beberapa spesies
telah berhasil digunakan dalam menyediakan oksigen pada pertanaman padi sawah
1.3 Mikroorganisme Air Yang Merugikan
a. Yang paling dikuatirkan, bila di dalam badan air terdapat mikroba penyebab penyakit,
seperti : Salmonella penyebab penyakit tifus/paratifus, Shigella penyebab penyakit
disentribasiler, Vibrio penyebab penyakit kolera, Entamoeba penyebab disentriamuba.
b. Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin seperti : Clostridium yang hidup
anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas, Salmonella, Staphyloccus, serta
beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystis
c. Sering didapatkan warna air bila disimpan cepat berubah, padahal air tersebut berasal dari
air pompa, misal di daerah permukiman baru yang tadinya persawahan. Ini disebabkan oleh
adanya bakteri besi misal Crenothrix yang mempunyai kemampuan untuk mengoksidasi
senyawa ferro menjadi ferri.
d. Di permukiman baru yang asalnya persawahan, kalau air pompa disimpan menjadi berbau
(bau busuk). Ini disebabkan oleh adanya bakteri belerang misal Thiobacillus yang
mempunyai kemampuan mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S.
e. Badan dan warna air dapat berubah menjadi berwarna hijau, biru-hijau atau warna-warna
lain yang sesuai dengan warna yang dimiliki oleh mikroalgae. Bahkan suatu proses yang
sering terjadi pada danau atau kolam yang besar yang seluruh permukaan airnya ditumbuhi
oleh algae yang sangat banyak dinamakan blooming. Biasanya jenis mikroalgae yang
berperan didalamnya adalah Anabaena flosaquae dan Microcystis aerugynosa. Dalam
keadaan blooming sering terjadi kasus-kasus :
- Ikan mati, terutama yang masih kecil yang disebabkan karena jenis-jenis mikroalgae
Koliform
Koliform tidak termasuk dalam taksonomi bakteri namun hanya istilah untuk menyebutkan
kelompok mikroorganisme yang berada di air. Ciri-ciri bakteri koliform adalah gram negatif,
berbentuk batang, merupakan anaerob fakultatif yang dapat memfermentasikan laktosa
dengan pembentukkan asam dan gas pada suhu 35 C selama 24-48 jam. Memiliki enzim
tambahan yaitu sitokrom oksidase dan beta-galaktosidase. Koliform dapat ditemukan di
saluran pencemaran hewan, tanah, atau secara alami pada sampel lingkungan. Pada keadaan
normal, koliform terdapat di air dalam jumlah standar dan dapat diukur, namun bila terjadi
pencemaran air, jumlah koliform akan menjadi banyak dan dapat melebihi jumlah bakteri
patogen lain. Oleh karena itu, koliform dapat digunakan sebagai indikator pencemaran air.
Jika terdapat bakteri koliform dalam air, belum tentu bakteri patogen juga ada di air tersebut,
namun jika bakteri koliform terdapat dalam jumlah besar maka perlu diperiksa kembali
keberadaan bakteri patogen lain.
Koliform Tinja
Digunakan untuk mendeteksi pencemaran tinja. Merupakan bakteri termotoleran yang dapat
beradaptasi dengan cara stabilisasi protein pada suhu di saluran pencernaan. Koliform tinja
dapat melakukan fermentasi dengan menghasilkan asam dan gas pada suhu 44.5 C.
Koliform tinja memiliki korelasi yang kuat dengan pencemaran tinja hewan berdarah panas.
Untuk mendeteksi E.coli pada koliform tinja secara lebih spesifik dapat digunakan enzim
MUG yang aka[n berpendar dengan sinar UV. Streptococcus Tinja Enterococcus.
Merupakan mikrobiota pada manusia dan hewan. Contoh Streptococcus pada manusia adalah
S. faecalis dan S. faecium
Clostridium
Merupakan mikrobiota pada hewan berdarah panas dan limbah. Sifatnya lebih stabil
dibanding patogen dan memiliki spora sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi polusi
yang terjadi di waktu lampau.
Pseudomonas
Digunakan sebagai indikator kolam renang selain Staphylococcus aureus. Memiliki sifat
tahan terhadap desinfeksi kimiawi. Berpigmen pyocyanin dan dapat berpendar.
Bacteroides spp. dan Bifidobacteria spp.
Banyak ditemukan di feses 100 kali dibanding yang lain. Kedua bakteri ini sulit dideteksi
karena bersifat sangat anaerob dan dapat musnah bila terkena oksigen, sehingga untuk
mendeteksi perlu kondisi yang sangat anaerob pula. Beberapa jenis Bacteroides spesifik pada
manusia.
Indikator Virus
Terdapat empat kandidat mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator virus[1].
Kolifage, yaitu baktriofage yang menginfeksi E.coli dan bakteri koliform lainnya. Bakteri
yang diinfeksi tidak memiliki fili sehingga virus menempel langsung pada dinding selnya.
Sifatnya tidak spesifik pada feses dan deteksi bergantung pada inangnya. Contohnya adalah
myoviridae, podoviridae, dan siphoviridae.
Kolifage jantan, yaitu colifage yang menginfeksi E.coli jantan (yang memilliki strain F+)
sehingga dapat menghasilkan fili dan penempelan terjadi melalui reseptor fili. Bersifat
spesifik pada feses. Contohnya adalah leviviridae
Fage Bacteroides fragilis, bersifat spesifik feses manusia. Namun konsentrasinya sangat
rendah sehingga belum dapat ditunjukkan spesifitasnya
Fage Salmonella, terdapat pada feses manusia dan hewan. Digunakan untuk mengindikasi
banyaknya bakteri Salmonella, namun konsentrasinya juga terlalu rendah.
Indikator Protozoa
Sesungguhnya tidak ada indikator yang berlaku secara universal bagi parasit protozoa.
Indikator bergantung pada sumber air yang dugunakan pada suatu daerah tertentu. Contoh
yang telah diidentifikasi adalah indikasi menggunakan spora Clostridium dan bakteri aerob
termostabil.
Kelemahan
Tidak ada indikator yang ideal untuk semua lingkungan dan memenuhi semua persyaratan.
tidak ada suatu indikator yang dapat mencangkup semua jenis indikator. Hal ini disebabkan
karena tidak semua bakteri dapat dijadikan indikator bagi patogen. Virus dan protozoa
memiliki perbedaan ukuran, respon terhadapat tekanan lingkungan, dan perlakuan. Media dan
kondisi yang berbeda-beda juga membuat tidak ada indikator yang benar-benar cocok untuk
kundisi tertentu. Karena itu dibuat suatu kriteria untuk mentoleransi ketidaksempurnaan
tersebut. Setiap negara, setiap daerah memiliki kriteria yang berbeda-beda.Contohnya di
Indonesia dilakukan pengelolaa kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Air
digolongkan berdasarkan kriteria mutu mejadi kelas I, kelas II, kelas III, dan kelas IV. Untuk
air minum kadar koliform tinja maksimal 2000 dan kadar total koliform maksimal 10000.
1.5 Analisis Mikrobiologi Air
Permukaan air yang kelihatannya jernih dan bersih, belum tentu air tersebut bebas dari
kontaminan. Bisa saja air ini terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Mikroorganisme kontaminan tersebut dapat dideteksi
dengan menggunakan metode-metode laboratorium. Pengujian macam-macam
mikroorganisme patogen dalam air minum tidaklah praktis (langsung). Analisis yang
digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi antara lain:
1. Total Count. Total count bakteri, ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah
dan pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk bakteri. Setelah diinkubasikan
pada suhu kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam, dilakukan perhitungan koloni. Total
count fungi, dilakukan dengan metode yang sama kecuali suhu inkubasi 28 1oC. Pada
permukaan media pertumbuhan untuk fungi ditambahkan asam laktat 3% sebelum
memasukkan sampel untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
2. Penentuan Nilai IPB (Indeks Pencemar Biologis). Makin tinggi nilai IPB, maka makin
tinggi kemungkinan deteriosasi/korosi materi di dalam sistem pabrik (logam-logam yagn
mengandung Fe dan S) ataupun terhadap kemungkinan adanya kontaminasi badan air oleh
organisme patogen.
Perhitungan Nilai Total Coliform
Coliform total ditentukan dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau JPT (Jumlah
Perkiraan Terdekat) dan dengsan metode penyaring membran. MPN merupakan metode
penentuan jumlah bakteri yang tumbuh pada pengenceran beberapa seri tabung dengan tabel
MPN coliform. Metode MPN ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitung cawan,
karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah di
dalam sampel air (Supardi dan Sukamto, 1999). Uji kualitas Coliform terdiri dari tiga tahap,
yaitu: (1) Uji pendugaan, (2) Uji penegasan, (3) Uji lengkap. Menurut fardiaz (1993), uji
kualitas koliform tidak harus dilakukan swecara lengkap seperti di atas. Hal ini twergantung
dari berbagai faktor, seperti waktu, mutu, sampel yang diuji, biaya, tujuan analisis, dam
faktor-faktor lainnya.
Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, yang perhitungannya
dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah diinkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan
atau terbentuknya gas pada tabung Durham untuk mikroba pembentuk gas, seperti E. coli.
Metode MPN ini biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel
cair, dapat pula dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba untuk sampel yang bentuknya
padat, dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel tersebut (Siswandi, 2000).
Perhitungan jumlah bakteri coliform dilakukan dengan rumus :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam air terdiri dari : Bakteri, Alga biru-hijau,
Fungi, Microalgae, Virus dan Protozoa.
2. Beberapa macam mikroorganisme air yang menguntungkan: Chlorella, Hydrodyction,
Pinnularia, Scenedesmus, Tabellaria (sebagai makanan ikan). Mikroalgae (sebagai
decomposer) dan menghasilkan oksigen. Anabaena memiliki kemampuan untuk memfiksasi
nitrogen dan dapat kita tersebar luas di dalam air dan juga tanah.
3. Beberapa macam mikroorganisme merugikan :Vibrio penyebab penyakit kolera,
Entamoeba penyebab disentriamuba.Di dalam air juga ditemukan mikroba penghasil toksin
seperti : Clostridium yang hidup anaerobik, yang hidup aerobik misalnya : Pseudomonas,
Salmonella, Staphyloccus, serta beberapa jenis mikroalgae seperti Anabaena dan Microcystis.
Thiobacillus menyebabkan air menjadi busuk, yang mempunyai kemampuan mereduksi
senyawa sulfat menjadi H2S.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas Kanada (2004). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4.
Departemen Kesehatan RI. 2002. SK Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/VIII/, Tentang
11JAN
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara. Studi
tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi merupakan
bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organism atau kelompok organisme
dengan lingkungannya.
Ekologi mikroba sangat berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian dari
mikrobiologi yang mempelajari tentang peranan mikroorganisme di dalam lingkungan adalah
mikrobiologi lingkungan. Lingkungan yang dimaksud terutama terdiri dari air, udara, dan tanah.
Mikrobiologi air adalah mikrobiologi yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di
dalam lingkungan air. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang kesehatan, bidang
pertanian, bidang peternakan, bidang industri, bidang pengairan, bidang pengolahan air.
Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yang mempelajari kehidupan, aktivitas, dan
peranan mikroorganisme di dalam tanah. Cabang dari mikrobiologi yang lain adalah mikrobiologi
udara, cabang ilmu ini memmpelajari tentang kehidupan dan peranan mikroba di udara.
Udara bukan merupakan habitat asli dari mikroba, tetapi udara sekeliling kita sampai beberapa
kilometer di atas permukaan bumi mengandung bermacam-macam jenis mikroorganisme dalam
jumlah yang beragam. Peran udara dapat juga sebagai sarana infeksi nosokomial (infeksi rumah
sakit). Bidang-bidang terapan dari mikrobiologi udara adalah pada bidang kesehatan, bidang
industry, ruang angkasa, dan lain-lain. Dilihat dari hal diatas, jelaslah bahwa mikrobiologi lingkungan
merupakan salah satu bidang mikrobiologi terapan. Sebagai ilmu terapan, maka secara langsung
jasad-jasad yang terdapat di dalamnya berperan dalam lingkungan hidup, yang terutama terdiri dari
tanah, air, dan udara. Bahkan perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat sekarang adalah
sebagai jasad yang secara langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan; dan juga
baik jasad yang secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh lingkungan.
A. Penyebaran Penyakit Melalui Udara
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme. Di udara terdapat sel
vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista protozoa. Selama udara terkena sinar
matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang
mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara
terutama merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang
relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua
bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan.
Jenis dan Distribusi Mikroba di Udara
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur (termasuk di
dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk
vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora).
Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan sebelumnya
mikrooganisme di udara dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan
mikroorganisme udara di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan.
1. Mikroba di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada
ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat
pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat
ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai
10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutamaAlternaria,
Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis.
Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu
spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista
protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.
2. Mikroba di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit
menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus, pneumokokus, dan
staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada
proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran
pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu
terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan
(aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan
lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin
berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke
tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan
mengukur konsentrasi spora jamur di udara.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Udara
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban,
angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang
menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesensdan E.
coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada peningkatan yang progresif di tingkat kematian
dengan peningkatan suhu dari -18 C sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku
serupa. Partikel influenza, polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur
rendah, 7-24 C. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup
mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih
rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan
mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi.
Contoh Penyakit Serta Cara Penyebarannya Melalui Udara
1.
Tuberkulosis atau TBC
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Pada
umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si
penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita.
Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya
gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit
kronis.
2. Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui
batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok
bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang
mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan
dan setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan.
3. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza
H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia.
Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi virus ini
akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus ini bila
kotoran unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran napas
manusia.
4. Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang
mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas
cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas. Penyakit ini umumnya terjadi
akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus influenzae yang berterbangan di udara
terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik
pada anak-anak maupun orang dewasa.
Pengendalian penyakit yang terbawa udara
1) Imunisasi
Dengan pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini
2) Pengubahan kandungan jasad penyebab infeksi di udara dengan penyaringan, sterilisasi atau
pengenceran. Penyaringan udara yang diputar ulang dengan mengalirkan jumlah udara melalui
penyaring dengan memerlukan sistem ventilasi komplek ditambah penggunaan energi yang besar.
Teknik pengendalian di udara dengan pengenceran dengan melakukan penggantian udara dalam
dengan udara luar secara terus-menerus. Terdapat juga metode untuk mengendalikan penyakit yang
disebarkan melalui udara, yaitu :
a) Metode sinar ultraviolet
Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata sehingga sinar harus
diarahkan ke langit-langit
b) Metode aliran udara satu arah
Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk pemanasan atau
pengaturan udara
c) Metode sirkulasi ulang, udara tersaring
Digunakan di tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti.
d) Metode pembakaran
Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya terdapat organisme yang menginfeksi
sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989).
Upaya untuk membebaskan udara dalam ruangan dari mikroba
Saat ini telah banyak dijual penyejuk udara/ AC dengan kemampuan anti mikroba.
B. Penyebaran Penyakit Melalui Air
Jenis dan Distribusi Mikroba di Air
Kelompok kehidupan yang terdapat di air terdiri dari bakteri, jamur, mikroalga, protozoa, dan virus,
disamping itu ada juga sekumpulan hewan atau tanaman air lainnya yang tidak termasuk mikroba.
Mikroba yang ada di perairan dalam dan sungai
Bakteri flora pada permukaan perairan lebih banyak daripada perairan subterania. Komposisinya
tergantung dari suplai nutrien-nutrien dalam air. Jumlah bakteri tanha yang terikut air biasanya
masih cukup tinggi misalnya, Azotobacter choroococum, dan bakteri pengurai nitrit,Nitrosomonas
europeae dan Nitrobacter winogradskyi.
Suingai-sungai membawa lebih banyak atau lebih sedikit limbah yang membawa bakteri tergantung
limpahan limbah yang terbuang. Contoh yang menarik adalah bakteri intestinalEscherichia coli, yang
dinamakan strain Koliform dan Salmonella patogenik sebagai penyebab demam tifoid. Danau mata
air masih mengandung banyak bakteri dari sumber mata air; penambahan bakteri tergantung dari
faktor fisika dan faktor kimia. Determinasi jumlah total bakteri dengan cara hitungan langsung di
sungai memberikan gambaran jumlah yang tidak tentu tergantung dari hidrografi. Misalnya,
352.000-9.800.000 per ml air, di sungai Rio Negro Brazilia berjumlah 200.000-300.000 per ml air,
dan di sungai Dalvin Slovakia berjumalah 1.194.400 per ml air.
Distribusi pada danau dan laut
Mikroflora danau dipengaruhi oleh mikroflora sungai. Bakteri batang non spora mempunyai jumlah
terkecil pada zona iklim temperate dan boreal; dan memiliki proporsi relatif terbesar pada danau
eutrofik. Bakteri berspora memiliki jumlah lebih dari 10%. Pada danau mesotrofik, jumlah bakteri
berspora lebih besar; dan kemungkinan terdiri 20-25% dari semua bekteri saprofitik. Bakteri pada
danau-danau bergaram, mayoritas baklteri yang hidup di danau bergaram dengan kadar garam tinggi
yang dinamakan bentuk halofilik. Kebanyakan organisme halofifilik ekstrem dapat berkembang
secara optimal dengan kadar garam 20-30%. Misalnya: Halobakterium dan Halococcus. Bakteri laut,
hampir semua bakteri laut adalah halofilik, yakni dengan memerlukan NaCl untuk perkembangannya
yang optimal. Kebanyakan bakteri laut adalah motil, spora tidak pernah terbentuk pada bakteri laut.
Contohnya: Bacillus dan Clostridium. Bagian besar dari laut adalah laut dalam. Pada daerah ini
bakteri barofilik dan bakteri barotoleran berperan penting. Akan tetapi, kadang-kadang pada daerah
permukaan bakteri barofilik juga ditemukan dengan kebiasaan hidup dengan tekanan di atas 100 atm.
Jumlah total yang pernah di observasi dari Teluk Kiel bejumlah antara 682 juta sampai 2.300 juta
per cm3 dengan kedalaman 12-14 meter yang kemudian diobservasi dengan mikroskop fluoresensi.
Sebanyak 49-64% didapatkan dari permukaan dan 36-51% yang hidup bebas dalam interstitial air.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Air
Banayak faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba di dalam air. Diantaranya; a) faktor abiotik,
seperti cahaya, temperatur, tekanan, turbiditas, konsentrasi ion hidrogen dan potensial redoks,
salinitas, bahan-bahan anorganik dan organik, gas-gas terlarlarut; b) faktor biotik seperti kompetisi
nutrien, bakteri dan fungi sebagai makanan organisme lainnya, vitamin, enzim dan antibiotika
Contoh penyakit serta cara penyebarannya melalui air
1. waterborne infection
Yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen.penyakit infeki ini ditransmisikan
melalui eksreta manusia dan binatang dan feses. Kontaminasi fekala pada sumber air menyebabkan
beberapa mikroba tersebut hadior bersama air. Bila air yang telah terkontaminasi digunakan untuk
minum, menyiapkan masakan maka kemungkinan akan menyebabakan infeksi.
2. Penyakit infeksi saluran pencernaan
Diare yang merupakan penyakit dimana penularanya bersifat fekal-oral. Penyakit ini dapat ditularkan
melalui beberapa jalur, jalur melalui air dan jalur melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air.
3. penyakit infeksi kulit dan penyakit lendir
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan higien perorangan yang buruk. Angka kesakitan ini dapat
ditekan dengen penyediaan air yang cukup bagi kebersihan seseorang
4. Water-based disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebaba penyakit memerlukan
hospes perantara seperti siput air.
5. Water related insect vector
Cara penyebaran penyakit ini melalui serangga sebagai vektor perantara.
C. Pentebaran Penyakit Melalui Tanah
Jenis dan Distribusi Mikroba di Tanah
Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroba taanah terdiri atas prokariotik (bakteri
dan actinomycetes, fungi, algae, mikrofauna (protozoa dan archezoa), mezofauna (nemathoda)
makrofauna (semut, cacing tanah, dan lainnya), dan mikrobiota (mycoplasma, virus, viroid dan
prion). Jumlah mikroba tanah sangat tinggi, yakni berkisar 320.000-200.000 setiap gram tanah
pasir, 360.000-600.000 bakteri setiap gram tanah lempeng, dan 2.000.000-200.000.000 bakteri
setiap gram tanah subur. Actinomycetes terdiri dari 10-50% total populasi mikroba di dalam tanah.
Organisme ini ditemukan di dalam tanah, kompos, dan sedimen. Kelimpahan populai Actinomycetes
di dalam tanah adalah terbesar kedua setelah bakteri, yakni rentang dari 500.000-100.000.000
propagul/gr tanah. Propagul adalah bagian dari suatu mikroorganisme yang dapat tumbuh dan
berkembang biak. Sementara populasi alga sekitar 3-300 kg/hektar.
Jumlah total protozoa antara 100.000 300.000 per gram tanah pada lapisan di atas 15cm dari
permukaan. Populasi ini dapat berubah setiap hari. Jumlah paling sedikit adalah cilliata hanya di
bawah 1.000 per gram tanah. Jumlah flagellata merupakan protozoa yang dominan dalam tanah,
termasuk tanah asam. Biomassa protozoa dapat mencapai 5-20 gram per meter persegi. Sementara
lebih dari 10.000 total spesies nematoda hanya lebih kurang 1000 spesies yang dapat ditemukan di
dalam tanah dan 90% nematoda di temukan pada lapisan tanah atas sekitar 15 cm. Populasi
nematoda lebih banyak terdapat di dalam akar tanaman daripada di dalam tanah. biomassa
arthropoda dalam tanah kurang dari 10%, sedangkan collembola di dapatkan lebih dari 10.000
individu per meter persegi tanah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Mikroba di Tanah
seperti halnya pada penyebaran mikroorganisme pada air dan udara, penyebaran mikroba di tanah
juga dipengaruhi oleh faktor pH dan suhu tanah. Tanah yang bersifat asam dengan pH kurang dari
5,8 % lebih sedikit 50% terhidar dari serangan penyakit akibat Streptomycetes patogen, hal ini
karena Streptomycetes scabies dipengaruhi pertumbuhannya pada pH dibawah 6,3. Sedangkan
pengaruh suhu juga dapat mempengaruhi pertumbuhan mokroorganisme seperti pada
pertumbuhan Actinomycetes yang tumbuh sangat lambat pada suhu 5% dan dapat diisolasi lebih
banyak dari tanah yang lebih panas. Pertumbhan optimum pada suhu antara 28 37 0C, tetapi
beberapa Actinomycetes tumbuh 55 65 0C di dalam kompos.
Penyinaran (radiasi) dari matahari berpengaruh besar terhadap kehidupan mikroorganisme di dalam
tanah, dalam partikel tanah terdapat komponen-komponen anorganik antara lain elemen-elemen,
pH, udara, air, sinar, sedangkan adalah komponen-komponen organik mereka merupakan faktorfaktor alam. antara lain hancuran dari sisa-sisa makhluk hidup.
Contoh Penyakit Serta Cara Penyebarannya Melalui tanah
Salah satu penyakit yang penularannya melalui tanah adalah kaki pecah-pecah, hal ini disebabkan
karena kaki terkena infeksi jamur. Infeksi jamur umumnya diawali dengan bercak merah gatal dan
bersisik di kulit. Kemudian kulit dapat menebal dan retak. Penyebabnya bisa dikarenakan penderita
tidak mengguanakan alas kaki, sehingga terjadi kontak langsung dengan tanah.
KAJIAN RELIGIUS
Allah menciptakan jasad-jasad renik di dunia ini sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Sebagaiman dengan firman Allah dalam surat al-furqon ayat 2 yang berbunyi
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak
ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.
Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan
persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.
Allah memberikan cobaan kepada umatnya yang berupa penyakit dan Allah pula yang
menyembuhkan. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam alquran surat Asy Syuaraa: ayat
78-80 yang artinya:
(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku dan Tuhanku, Yang
Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan
aku.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto MAK, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Budiyanto MAK, 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Budiyanto MAK, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Budiyanto MAK. 2010. Hand out-10 Mikrobiologi lingkungan, Pertanian, dan Peternakan. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Dwijoseputro, 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz S, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pratiwi, ST. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Waluyo, Lud. 2009. Mikrobiologi Lingkunagn. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
mikroorganisme di udara
Nur Khotimah
342009189
Dosen pengasuh :
Susi dewiyeti.,S.Si,.M.Si
merupakan salah satu bidang mikrobiologi terapan. Sebagai ilmu terapan, maka secara langsung
jasad-jasad yang terdapat di dalamnya berperan dalam lingkungan hidup, yang terutama terdiri dari
tanah, air, dan udara. Bahkan perananan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat sekarang
adalah sebagai jasad yang secara langsung atau secara tidak langsung mempengaruhi lingkungan;
dan juga baik jasad yang secara langsung maupun secara tidak langsung dipengaruhi oleh
lingkungan.
Sebenarnya tidak benar-benar ada organisme yang hidup di udara, karena organisme tidak dapat
hidup dan terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri atas organisme yang
terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta pada partikel debu. Setiap kegiatan
manusia agaknya menimbulkan bakteri di udara. Batuk dan bersin menimbulkan aerosol biologi (yaitu
kumpulan partikel udara). Kebanyakan partikel dalam aerosol biologi terlalu besar untuk mencapai
paru-paru, karena partikel-partikel ini tersaring pada daerah pernapasan atas. Sebaliknya, partikelpartikel yang sangat kecil mungkin mencapai tapak-tapak infektif yang berpotensi. Jadi, walaupun
udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme, kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan
dalam cuplikan udara
Mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat
mikroorganisme tumbuh, tetapimerupakan pembawa bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang
kesemuanya ini mungkin dimuati mikroba. Untuk mengetahui atau memperkirakan secara akurat
berapa jauh pengotoran udara sangat sukar karena memang sulit untuk menghitung organisme
dalam suatu volume udara. Namun ada satu teknik kualitatif sederhana, menurut Volk & Wheeler
(1989) yaitu mendedahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu
pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin
banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan tersebut
diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur
yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan.
Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi sesuai dengan lokasi,
kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang berdebu hampir selalu mempunyai populasi
mikroorganisme atmosfer yang tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung
mengurangi jumlah organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan
mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas samudera, dan
jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang tinggi.
Jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga ditentukan oleh sumber pencemaran di
dalam lingkungan, misalnya dari saluran pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan
bersin, dan partikel-partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar dan
tersuspensikan, dan dalam inti tetesan yang terbentuk bila titik-titik cairan berukuran kecil menguap.
Organisme yang memasuki udara dapat terangkut sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer;
sebagian segera mati dalam beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi. Nasib akhir mikroorganisme yang berasal
dari udara diatur oleh seperangkat rumit keadaan di sekelilingnya (termasuk keadaan atmosfer,
kelembaban, cahaya matahari dan suhu), ukuran partikel yang membawa mikroorganisme itu, serta
ciri-ciri mikroorganismenya terutama kerentanannya terhadap keadaan fisik di atmosfer.
2. Tujuan
a) Untuk mengetahui mikroba di udara
a.
b.
c.
d.
e.
Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya
yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sistemnya. Gangguan
ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi udara dan
kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti ventilasi alami
dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja, namun AC yang jarang dibersihkan
akan menjadi tempat nyaman bagi mik roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan
kualitas udara dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan
berbagai gangguan
kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight Building Syndrome
(TBS). Banyaknya aktivitas di gedung me ningkatkan jumlah polutan dalam ruangan. Kenyataan
ini menyebabkan risiko terpaparnya polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi,
namun
hal
ini masih jarang diketahui oleh masyarakat. Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk mengatur
suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan. Kadar gas-gas SO2, CO2,
dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan AC. Bahan partikulat dapat
dikurangi secara signifikan oleh AC dengan filter yang efektif. Kadar pollen di dalam ruangan
dapat berkurang secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan spora di gedung
dengan AC kemungkinan akan lebih sedikit daripada gedung tanpa AC (Anonim 1 , 2011:2).
Ada 5 sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu (anonim, 1, 2011):
Pencemaran dari alat -alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida, bahan-bahan
pembersih ruangan.
Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan bermotor, gas dari
cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat
penempatan lokasi lubang udara yang tidak tepat.
Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran
formaldehid, lem, as bes, fibreglass dan bahan -bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.
Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya
yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin beserta seluruh sist emnya.
Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta buruknya distribusi
udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.
Jenis dan distribusi mikroba di udara Krisno, 2011 :
Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur
(termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang
dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora). Belum ada
mikroba yang habitat aslinya di udara. Pada sub pokok bahasan sebelumnya mikrooganisme di udara
dibagi menjadi 2, yaitu mikroorganisme udara di luar ruangan dan mikroorganisme udara di dalam
ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan.
1) Mikroba di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada
ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat
pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat
ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000
kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan
Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di
udara
di
atas
pemukiman
penduduk
di
bawah
ketinggian
500
kaki
yaitu
spora Bacillus danClostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista protozoa,
alga,Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain.
2) Mikroba di dalam Ruangan
Dalam debu dan udara di sekolah dan bangsal rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit
menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri tuberkulum, streptokokus, pneumokokus, dan
staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada
proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran
pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu
terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan
(aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan
lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin
berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke
tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan
mengukur konsentrasi spora jamur di udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran mikroba udara :
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban,
angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang
menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi denganSerratia marcesens dan E.
coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu
menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada peningkatan yang progresif di tingkat kematian
dengan peningkatan suhu dari -18 C sampai 49 o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku
serupa. Partikel influenza, polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur
rendah, 7-24 C. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme
adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah
menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan
mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi.
Kualitas Udara dalam ruangan
Kualitas fisik udara
Suhu udara sangat berperan dalam kenyamanan bekerja karena tubuh manusia
menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme basal dan muskuler. Namun dari
semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 % saja yang dipergunakan dan sisanya akan
dibuang ke lingkungan. Suhu udara ruang kerja yang terlalu dingin dapat menimbulkan
gangguan kerja bagi karyawan, salah satunya gangguan konsentrasi dimana pegawai tidak
dapat bekerja dengan tenang karena berusaha untuk menghilangkan rasa dingin tersebut.
Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat menyebabkan kekeringan
selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi akan meningkatkan pertumbuhan
mikroorganisme (Anonim 1, 2011).
Kualitas mikrobiologi udara
Bioaerosol
adalah
partikel
debu
yang
terdiri
atas
makhluk
hidup
atau
sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri.
Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi.
Sumber bioaerosol ada 2 yakni yang berasal dari luar ruangan dan dari perkembangbiakan
dalam ruangan atau dari manusia, terutama bila kondisi terlalu berdesakan (crowded).
Pengaruh kesehatan yang ditimbulkan oleh bioaerosol ini terutama 3 macam, yaitu infeksi,
alergi, dan iritasi.. Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi ( humidifier) yang
terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam,
pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang. Pada usap AC ditemukan gram positif batang dan
gram negatif batang. Pencemar yang bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba
patogen, antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yang disebabkannya
seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (air-borne diseases)
(Anonim 1, 2011)
Permukaan bumi, yaitu daratan dan lautan merupakan sumber dari sebagian besar
mikroorganisme yang ada dalam atmosfer. Angin menimbulkan debu dari tanah, kemudian
partikel-partikel debu tersebut akan membawa mikroorganisme yang menghuni tanah.
Sejumlah besar air dalam bentuk titik-titik air memasuki atmosfer dari permukaan laut, teluk,
dan kumpulan air alamiah lainnya. Di samping itu, ada banyak fasilitas pengolahan industri,
pertanian, baik lokal maupun regional mempunyai potensi menghasilkan aerosol berisikan
mikroorganisme. Beberapa contoh antara lain,
Penyiraman air irigasi tanaman pertanian atau daerah hutan dengan limbah air
Pelaksanaan penebahan air skala besar
Saringan tricling-bed di pabrik-pabrik pembersih air
Rumah pemotongan hewan dan peleburan minyak
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Pada
umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si
penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita.
Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya
gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit
kronis
b) Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui
batuk, bersin, ciuman, sharing makan 1 sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok
bergantian dalam satu batangnya. Maka bagi anda yang mengetahui rekan atau disekeliling ada yang
mengalami meningitis jenis ini haruslah berhati-hati. Mancuci tangan yang bersih sebelum makan dan
setelah ketoilet umum, memegang hewan peliharaan.
c) Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang
manusia. Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang terinfeksi
virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar di kotorannya. Manusia dapat terjangkit virus
ini bila kotoran unggas bervirus ini menjadi kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran
napas manusia.
d) Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala
yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas,
napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas. Penyakit ini umumnya
terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus influenzae yang berterbangan di
udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan,
baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
E.
1.
-
Pelaksanaan Praktikum
Waktu dan Tempat
Waktu dan pelaksanaan praktikum pada 28 Desember 2011 pukul 11.00 wib
Tempat pelaksanaan praktikum
Tempat ber- AC, dilaksanakan diruang dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
muhammadiyah palembang
Tempat Non AC, Dilaksanakan diruang kelas fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas
muhammadiyah Palembang
Alam terbuka atau atmosfer, dilaksanakan didekat kantin depan laboratorium fakultas keguruan
dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah palembang
3. Cara kerja
- Diruangan ber Ac
Buka tutup cawan petri yang berisi media NA steril dengan sudut 45 derajat selama lebih kurang
10 menit
Setelah 10 menit tutup kembali cawan petri. Panaskan pinggiran cawan dengan api Bunsen
(tindakan aseptis)
Bungkus cawan petri secara terbalik, incubator selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37
derajat
Setelah 24 jam, amati pertumbuhan koloni mikroba di udara ( bentuk koloni, tepian, elevasi,
warna, diameter, dan jumlah)
Di ruangan non Ac
Buka tutup cawan petri yang berisi media NA steril dengan sudut 45 derajat selama lebih kurang
10 menit
Setelah 10 menit tutup kembali cawan petri. Panaskan pinggiran cawan dengan api Bunsen
(tindakan aseptis)
Bungkus cawan petri secara terbalik, incubator selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37
derajat
Setelah 24 jam, amati pertumbuhan koloni mikroba di udara ( bentuk koloni, tepian, elevasi,
warna, diameter, dan jumlah)
Di Alam Terbuka
Buka tutup cawan petri yang berisi media NA steril dengan sudut 45 derajat selama lebih kurang
10 menit
Setelah 10 menit tutup kembali cawan petri. Panaskan pinggiran cawan dengan api Bunsen
(tindakan aseptis)
Bungkus cawan petri secara terbalik, incubator selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37
derajat
Setelah 24 jam, amati pertumbuhan koloni mikroba di udara ( bentuk koloni, tepian, elevasi,
warna, diameter, dan jumlah)
F. Hasil Pengamatan
1. Hasil
Ruangan Ber-AC
(Sumber: dok. Pribadi,2011)
Ruangan Non AC
(Sumber: dok. Pribadi,2011)
Udara Bebas
(Sumber: dok. Pribadi,2011)
No
Koloni
Tepian
Warna
Elevasi
Jumlah
Diameter
Ruang Ber AC
Bulat besar
Licin
Putih
Cembung
0,8 cm
Bulat besar
Licin
Kuning
Cembung
0,5 cm
Bulat besar
Berlekuk
Putih
Cembung
1 cm
Bulat kecil
Licin
Kuning
Cembung
51
0,1 cm
Berombak
Putih
Cembung
18
0,5 cm
Berbenang- benang
Berombak
Putih
Cembung
0,5 cm
Bulat kecil
Licin
Kuning
Datar
46
0,1 cm
Tak beraturan
Tidak
beraturan
Putih
Berbukitbukit
0,5 cm
Bulat besar
Licin
Putih
Datar
0,6 cm
Ruang Non AC
(kelpk.6)
Alam Terbuka
(klmpok 3)
Bulat besar
Licin
Cream
Datar
0,6 cm
Bulat kecil
Licin
Cream
Datar
0,2 cm
Berombak
Cream
Cembung
0,4 cm
2. Pembahasan
Berdasarkan tabel perbandingan jumlah mikroba udara di ruangan AC, Non-AC, dan Terbuka
tersebut terlihat jelas perbedaan jumlah mikroba pada masing-masing tempat.
Pada praktikum kali ini kami mendapat kesempatan untuk mencari tahu tentang jumlah mikroba
di ruang AC, yaitu didalam ruangan dekan. Ruangannya juga tidak begitu luas, dan jumlah dosen
yang masuk tiap hari bisa dikatakan cukup banyak. Kami meletakkan media NA di dalam ruangan
tersebut selama 10 menit. Dan akhirnya setelah diinkubasi dalam auto clave selama 24 jam, didapat
data bahwa dalam ruang AC terdapat cukup banyak mikroba dengan morfologinya masing-masing.
Bahkan ada koloni yang blooming, sehingga tidak dapat diamati lagi koloninya.
Selanjutnya adalah ruangan non-AC, berdasarkan data yang kami dapatkan dari kelompok 6,
ruangan non-AC, yang dalam hal ini adalah ruang kelas, ruangannya lebih luas dari pada ruang
dekan, dan hampir tiap hari dipakai untuk belajar oleh banyak mahasiswa yang saling berinteraksi
satu sama lain, banyak sekali terdapat mikroba dengan morfologi yang bermacam-macam. Tingkat
pencemaran yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor seperti laju ventilasi, padatnya
orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang menempati ruangan tersebut.
Dan terakhir adalah ruangan terbuka, berdasarkan data yang kami dapatkan dari kelompok 3,
ruangan terbuka yang dalam hal ini adalah halaman depan fakultas, luasnya sudah pasti lebih dari
luas dari ruangan AC dan non-AC, serta hampir tiap hari banyak orang dan kendaraan yang berlalu
lalang, ditemukan sedikit saja mikroba. Dan ketika praktikum ini dilakukan pada ruangan terbuka
tersebut dalam keadaan ramai dan banyak kendaraan. Paparan sinar matahari yang cukup panas
menyebabkan matinya mikroba.
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
1. Mikroba udara lebih banyak ditemukan pada ruangan ber AC daripada ruangan non AC dan ruangan
terbuka
2. Penggunaan AC sebagai pengganti ventilasi ruangan dapat mengakibatkan munculnya bakteri di
udara dalam runagan, apabila AC tidak di bersihkan secara rutin dan teratur.
3. Jumlah dan tipe mikroba yang mencemari udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam
lingkungan, misalnya : dari saluran pernapasan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin dan
dari partikel-partikel debu dari permukaan bumi diedarkan oleh aliran udara
4. Suhu juga turut mempengaruhi keberadaan mikroba di suatu tempat. Suhu rendah menyebabkan
aktifitas enzim menurun dan jika suhu terlalu tinggi dapat mendenaturasi protein enzim
5. Pada umumnya mikroba rusak akibat cahaya, terutama pada mikroba yang tidak mempunyai pigmen
fotosintetik. Sinar dengan gelombang pendek akan berpengaruh buruk terhadap mikroba
Daftar Pustaka
Anonim 1, 2011 (http://blog.uad.ac.id/agussatria/2011/12/04/ada-mikroba-di-udara/
diakses 26 desember 2011)
Idhe, 2011 (http://idhe-blok.blogspot.com/2011/12/analisis-kualitas-mikrobiologi-udara.html diakses 26
desember 2011)
Krisno,agus.2011 (http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/alam-sebagai-agen-penyebaranpeenyakit/ diakses 26 desember 2011)
Mukono, 2011 (http://mukono.blog.unair.ac.id/ diakses 26 desember 2011)