Anda di halaman 1dari 5

1

TUGAS
MATA KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN ISLAM

Nama dosen: Basrawi Yudi Nugroho, SE., M.M.


Disusun Oleh:
Nama: Muhilal Ashar
NIM: 13313219

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS EKONOMI
2015

PRINSIP DASAR MANAJEMEN PERBANKAN


SYARIAH
Perbankan syariah menurut UU No. 21 tahun 2008 adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dan menurut jenisnya tediri atas Bank umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari kantor
pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau
unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan
fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
di bidang syariah. Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam
maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan
syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara islam. Dalam
tata cara bermuamalat itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsurunsur riba, untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah
atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.
Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan
transaksinya adalah efisiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip
saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar mungkin.
Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan persetujuan yang
matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan mengacu pada prinsip
saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling meningkatkan produktivitas.
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalh lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena
itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.
Kegiatan dan usaha bank akan selalu berkait dengan komoditas antara lain :
1. Pemindahan uang
2. Menerima dan membayar kembali uang dalam rekening koran
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat-surat berharga lainnya
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang


6. Memberi kredit
7. Memberi jaminan
Sebagai sebuah bank dengan prinsip khusus, maka bank islam diharapkan dapat
menjadi lembaga keuangan yang dapat menjembatani antara para pemilik modal atau
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana.
Dalam bank syariah, hubungan antara bank dengan nasabahnya bukan hubungan
debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara penyandang
dana (sahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba
bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan kepada
nasabah penyimpan dana. Hubungan kemitraan ini merupakan bagiannya yang khas dari
proses berjalannya mekanisme bank syariah.
Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, bank syariah memiliki
ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Ketentuan-ketentuan
tersebut tercermin dalam prinsip-prinsip dasar manajemen operasional yang digunakan
dalam pelaksanaannya menurut, antara lain :
1. Prinsip titipan atau simpanan (Depository/Al-Wadiah)
Al-Wadiah dalam segi bahasa dapat diartikan sebagai meninggalkan atau
meletakkan, atau meletakkan sesuatu pada orang lain untuk dipelihara dan dijaga. Dari
aspek teknis, wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain,
baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendaki.
Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada
produk rekening giro. Wadiah dhamanah berbeda dengan wadiah amanah. Dalam wadiah
amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.
Sedangkan wadiah dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
2. Bagi hasil (Profit Sharing)
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan
dasar bagi operasional bank islam secara keseluruhan. Secara umum, prinsip bagi hasil
dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu : alMusyarakah, al-Mudharabah, al-Muzara'ah dan al-Musaqah. Sungguh pun demikian,
prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan
al-muzarah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau
pembiayaan pertanian oleh beberapa bank islam.
a. Al-Musyarakah, istilah lain sharikah atau syirkah merupakan kerjasama antara kedua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan.
Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak).
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang
berakibat pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad
tercipta dengan kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari
mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian.

b. Al-Mudharabah berasal dari kata adhdharbu fil ardhi, yaitu berpergian untuk urusan
dagang. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (sahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
3. Jual Beli (Sale and Purchase)
a. Bai' al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga
pokok yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.b.
Bai' as-Salam (in-front payment sale) adalah pembelian barang yang diserahkan di
kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.
b.. Bai' al-Istishna' (Purchase by Order or Manufacture) merupakan kontrak penjualan
antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima
pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan
menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta
sistem pembayaran; apakah dilakukan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai waktu pada masa yang akan datang.
4. Sewa/Ijarah (Operational Lease and Financial Lease)
a. Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (Ownership/Milkiyyah) atas
barang itu sendiri.
b. Al-Ijarah Muntahiya Bittamlik (Financial Lease with Purchase Option) adalah sejenis
perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang
diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa.
5. Jasa (Fee-Based Services)
a. Al-Wakalah (Deputyship) yaitu pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang
lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
b. Al-Kafalah (Guaranty) merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, kafalah juga berati mengalihkan tanggung jawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
c. Al-Hawalah (Transfer Services) adalah perpindahan utang berupa uang atau
kewajiban finansial, yang berbentuk barang/benda.
d. Ar-Rahn (Mortgage) adalah menahan salah satu harta milik si peminjam jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis dan
pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh
atau sebagian piutangnya.
e. Al-Qardh (Soft and Benevolent Loan) adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah juga dijelaskan jenis
dan kegiatan usaha Bank Syariah, yaitu meliputi :
Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad Wadiah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna',
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah;
Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah mumtahiya
bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad Hawalah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah;
Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain,
seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah;
Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;
Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang
berdasarkan prinsip syariah;
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan
prinsip syariah;
Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah berdasarkan prinsip syariah;
Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah;
Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah;
dan
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang
sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai