Anda di halaman 1dari 5

Umur Hewan Kurban

Sep 23, 2013Muhammad Abduh Tuasikal, MScUmum0 Komentar

Berapakah umur kambing, sapi atau unta yang boleh dijadikan hewan kurban? Apa
dipersyaratkan umur bagi hewan kurban?
Dijelaskan dalam Bulughul Marom hadits no. 1360 berikut ini,

, :


Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Janganlah kalian menyembelih kecuali musinnah. Kecuali jika terasa sulit bagi kalian,
maka sembelihlah jadzaah dari domba. Diriwayatkan oleh Imam Muslim.
(HR. Muslim no. 1963).
Musinnah dari kambing adalah yang telah berusia satu tahun (masuk tahun kedua).
Sedangkan musinnah dari sapi adalah yang telah berusia dua tahun (masuk tahun ketiga).
Sedangkan unta adalah yang telah genap lima tahun (masuk tahun keenam). Inilah pendapat
yang masyhur di kalangan fuqoha.
Jadzaah adalah domba yang telah berusia enam hingga satu tahun.
Beberapa faedah dari hadits di atas:
1- Hadits ini menunjukkan bahwa kurban tidak boleh dengan menggunakan hewan jadzaah
(domba berumur satu tahun) kecuali dalam keadaan sulit menemukan hewan musinnah. Akan
tetapi jumhur (baca: mayoritas ulama) berpendapat bahwa dua tahun untuk domba itu lebih
utama. Sedangkan untuk hewan jadzaah pada sapi dan unta tidak dibolehkan.
2- Sah berkurban dengan jadzaah (domba satu tahun) meskipun ada kemudahan
mendapatkan hewan musinnah.
3- Di antara syarat hewan kurban adalah telah mencapai usia yang telah ditetapkan syariat.
Umur hewan kurban adalah:
Untuk unta: 5 tahun
Untuk sapi: 2 tahun
Untuk kambing: 1 tahun
Untuk domba: 6 bulan.

4- Ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dari kurban bukanlah mencari daging, namun ini
adalah bentuk pendekatan diri pada Allah. Seandainya yang dicari adalah daging, maka tentu
yang dipilih adalah hewan yang besar. Namun ternyata berkurban dengan hewan berbadan
kecil dan besar pun sama sahnya.

Referensi:
Minhatul Allam fii Syarhi Bulughil Marom, Syaikh Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan
Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H, 9: 290-292.

Selesai disusun di sore hari, Senin, 17 Dzulqodah 1434 H @ Pesantren Darush Sholihin,
Warak, Girisekar, Panggang-Gunungkidul
Artikel www.rumaysho.com

Bukanlah Daging Kurban, Namun Yang Diharap adalah


Takwa dan Ikhlas
Agu 28, 2014Muhammad Abduh Tuasikal, MScAqidah, Umum6 Komentar

Yang diharap yang utama bukanlah daging atau darah yang mengalir setelah penyembelihan.
Yang terpenting yang Allah harap dari ibadah kurban adalah takwa dan keikhlasan kita.
Allah Taala berfirman,













Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. (QS. Al Hajj: 37)
Kata Syaikh As Sadi mengenai ayat di atas, Ingatlah, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah
menyembelih saja dan yang Allah harap bukanlah daging dan darah kurban tersebut karena
Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan Dialah yang pantas diagung-agungkan. Yang
Allah harapkan dari kurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (selalu mengharap-harap
pahala dari-Nya) dan niat yang sholih. Oleh karena itu, Allah katakan (yang artinya),
Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridho-Nya . Inilah yang seharusnya menjadi
motivasi ketika seseorang berkurban yaitu ikhlas, bukan riya atau berbangga dengan harta
yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan. Inilah
yang mesti ada dalam ibadah lainnya. Jangan sampai amalan kita hanya nampak kulit saja
yang tak terlihat isinya atau nampak jasad yang tak ada ruhnya. (Taisir Al Karimir Rahman,
hal. 539).
Sudahkah kita melakukan ibadah kurban tersebut untuk meraih takwa? Barangkali niat kita
yang tidak benar karena ingin pamer harta dengan besarnya kurban yang disembelih? Hatihati dengan niat tidak ikhlas.
Jeleknya amalan yang tidak ikhlas diterangkan dalam hadits berikut.

- -



















Dari Mahmud bin Labid, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya
yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik ashgor. Para sahabat
bertanya, Apa itu syirik ashgor, wahai Rasulullah? Beliau bersabda, (Syirik ashgor
adalah) riya. Allah Taala berkata pada mereka yang berbuat riya pada hari kiamat ketika

manusia mendapat balasan atas amalan mereka: Pergilah kalian pada orang yang kalian
tujukan perbuatan riya di dunia. Lalu lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari
mereka? (HR. Ahmad 5: 429. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini
shahih).
Hanya Allah yang memberi taufik.

Disusun di Panggang, Gunungkidul, 2 Dzulqodah 1435 H


Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal
Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal
Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Anda mungkin juga menyukai