S, MH
Nensi Tambing, S.Kep.Ns
Trauma
pada
kepala
dapat
menyebabkan
fraktur
pada
tengkorak dan trauma jaringan
lunak / otak atau kulit seperti
kontusio / memar otak, edema
otak, perdarahan atau laserasi,
dengan derajat yang bervariasi
tergantung pada luas daerah
trauma.
BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1.
Komosio serebri : tidak ada jaringan otak yang
rusak tp hanya kehilangan fungsi otak sesaat
(pingsan < 10 mnt) atau amnesia pasca cedera
kepala.
2.
Kontusio serebri : kerusakan jar. Otak + pingsan >
10 mnt atau terdapat lesi neurologik yg jelas.
3.
Laserasi serebri : kerusakan otak yg luas + robekan
duramater + fraktur tl. Tengkorak terbuka.
BERDASARKAN GCS:
1.
GCS 13-15 : Cedera kepala ringan CT scan
dilakukan bl ada lucid interval/ riw. kesdran
menurun. evaluasi kesadaran, pupil, gejala fokal
serebral + tanda-tanda vital.
2.
GCS 9-12 : Cedera kepala sedang prks dan atasi
gangg. Nafas, pernafasan dan sirkulasi, pem.
Ksdran, pupil, td. Fokal serebral, leher, cedera orga
lain, CT scan kepala, obsevasi.
3.
GCS 3-8 : Cedera kepala berat : Cedera multipel. +
perdarahan intrakranial dg GCS ringan /sedang.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
X-Ray tengkorak
CT-Scan
Angiografi
Berdasarkan
atas lokasi
benturan, lesi dibedakan atas
koup kontusio dimana lesi terjadi
pada sisi benturan, dan tempat
benturan. Pada kepala yang
relatif diam biasanya terjadi lesi
koup, sedang bila kepala dalam
keadaan bebas bergerak akan
terjadi kontra koup.
Perdarahan
subdural subakut,
biasanya berkembang 7 sampai
10
hari setelah cedera dan
dihubungkan dengan kontusio
serebri
yang
agak
berat.
Tekanan serebral yang terusmenerus
menyuebabkan
penurunan tingkat kesadaran
yang dalam
Perdarahan Intraserebral
Merupakan
penumpukan
darah
pada jaringan otak. Perdarahan
mungkin menyertai contra coup
phenomenon.
Kebanvalan
dihubungkan dengan kontusio dan
terjadi dalam area frontal dan tem
poral. Akibat adanya substansi
darah dalam jaringan otak akan
menimbulkan edema otak. Gejala
neurologik tergantung dari ukuran
dan lokasi perdarahan.
Faktor kardiovaskuler
Trauma kepala menyebabkan
perubahan fungsi jantung mencakup
aktivitas atipikal miokardial,
perubahan tekanan vaskuler dan
edema paru.
Tidak adanya stimulus endogen saraf
simpatis mempengaruhi penurunan
kontraktilitas ventrikel. Hal ini
menyebabkan penurunan curah
jantung dan meningkatkan tekanan
atrium kiri. Akibatnya tubuh
berkompensasi dengan meningkatkan
tekanan sistolik. Pengaruh dari adanya
peningkatan tekanan atrium kiri
adalah terjadinya edema paru.
Faktor Respiratori
Adanya edema paru pada trauma
kepala dan vasokonstriksi paru atau
hipertensi paru menyebabkan
hiperpnoe dan bronkokonstriksi
Konsentrasi oksigen dan karbon
dioksida mempengaruhi aliran darah.
Bila PO2 rendah, aliran darah
bertambah karena terjadi vasodilatasi.
Penurunan PCO2, akan terjadi alkalosis
yang menyebabkan vasokonstriksi
(arteri kecil) dan penurunan CBF
(cerebral blood fluid).
Edema otak ini menyebabkan kematian
otak (iskemik) dan tingginya tekanan
intra kranial (TIK) yang dapat
menyebabkan herniasi dan penekanan
batang otak atau medulla oblongata.
Faktor metabolisme
Pada trauma kepala terjadi
perubahan metabolisme seperti
trauma tubuh lainnya yaitu
kecenderungan retensi natrium
dan air dan hilangnya sejumlah
nitrogen
Retensi natrium juga disebabkan
karena adanya stimulus terhadap
hipotalamus, yang menyebabkan
pelepasan ACTH dan sekresi
aldosteron.
Faktor gastrointestinal
Trauma kepala juga
mempengaruhi sistem
gastrointestinal. Setelah trauma
kepala (3 hari) terdapat respon
tubuh dengan merangsang
aktivitas hipotalamus dan
stimulus vagal. Hal ini akan
merangsang lambung menjadi
hiperasiditas.
Faktor psikologis
Selain dampak masalah yang
mempengaruhi fisik pasien, trauma
kepala pada pasien adalah suatu
pengalaman yang menakutkan.
Gejala sisa yang timbul
pascatrauma akan mempengaruhi
psikis pasien. Demikian pula pada
trauma berat yang menyebabkan
penurunan kesadaran dan
penurunan fungsi neurologis akan
mempengaruhi psikososial pasien
dan keluarga.
Dexamethason/kalmethason sebagai
pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
Therapi hiperventilasi (trauma kepala
berat). Untuk mengurangi vasodilatasi.
Pemberian analgetika.
Pengobatan anti edema dengan larutan
hipertonis yaitu manitol 20% atau
glukosa 40% atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barrier
darah otak (penisilin) atau untuk infeksi
anaerob diberikan metronidazole