Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat longgar
intraorbita di belakang septum orbita

(1)

dan merupakan suatu kondisi serius yang

dapat menyebabkan kebutaan. (2)


Selulitis orbita paling sering terjadi pada anak-anak terutama yang berusia
kurang dari 2-10 tahun. (1,3) Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus
sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis, terutama sinusitis etmoid.

(2,4,5)

Peningkatan insiden selulitis orbita berdasarkan musim karena berhubungan dengan


insidensi sinusitis dalam cuaca.

(5)

Selulitis orbita karena infeksi gigi (odontogen)

merupakan kasus yang sedikit, hanya 25% dari semua kasus selulitis orbita.
Sedangkan sinusitis yang disebabkan oleh faktor odontogen diperkirakan 1012%
dari semua kasus sinusitis. (6,7)
Kuman penyebab selulitis orbita adalah Haemophillus influenza, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pneumoniae.

(1,2,8)

Haemophillus influenza merupakan

penyebab yang paling sering, terutama pada anak-anak. (8)


Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai
leukositosis), proptosis, kelopak mata sangat edema dan kemotik, hambatan
pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata.

(4)

Penyebab dan faktor

predisposisi selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma okuli, riwayat operasi,
dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi gigi (odontogen), tumor
orbita atau intraokuler, serta endoftalmitis.

(9)

Karena sebagian besar selulitis orbita

merupakan manifestasi dari sinusitis, maka pemeriksaan CT Scan pada sinus


paranasal merupakan keharusan. (4)
Penatalaksanaan selulitis orbita adalah pemberian antibiotik sistemik dosis
tinggi, istirahat atau dirawat. Bila terlihat daerah fluktuasi abses maka dilakukan
insisi.

(1)

Sebelum ketersediaan antibiotik, angka kematian pasien dengan selulitis

orbita dengan mencapai 17% sampai 25%, namun dengan diagnosis yang tepat dan
pemberian antibiotik yang tepat dapat menurunkan angka ini. (3)
1

Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan


timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang
terjadi antara lain abses orbita, abses subperiosteal, thrombosis sinus kavernosus,
septikemia, meningitis, kerusakan saraf optik, gangguan penglihatan, kelumpuhan
saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi kematian.

(4)

Prognosis pasien

selulitis orbita adalah dubia, tergantung dari penanganan yang tepat dan komplikasi
yang dapat ditimbulkan pada penderita. (5)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, paparan sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai
lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi
oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. (1)
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
-

Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,


kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus. (1)

Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam


kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi
margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M.
orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M. levator
palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus
atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak
bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai
sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mataatau membuka mata. (1,10)

Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar

di

dalamnya

atau

kelenjar

Meibom

yang

bermuara

pada

margo palpebra. (1)


-

Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. (1)

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang

merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di


kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah). (1,10)
-

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. palpebra.

Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N. V,


sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V. (1)

Gambar 2.1 Anatomi Mata (11)


2.1.2 Anatomi Rongga Orbita
Volume orbita dewasa + 30 cc dan bola mata hanya menempati sekitar 1/5
bagian ruangannya. Tiap orbita berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman,
dan lebarnya. Lemak dan otot menempati bagian terbesarnya. Orbita berhubungan
dengan :
Atas

: Sinus frontalis

Bawah : Sinus maksilaris


Medial : Sinus ethmoidalis dan sphenoidalis (12)
Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang: (1)
- Os. Frontalis

- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis (1)
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu: (1,12)
1.

Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.


Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma. Os
ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial
merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan
salah satu penyebab tersering selulitis orbita.

2.

Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.

3.

Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.

4.

Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian


posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam
fraktur blowout.

5.

Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita


Vaskularisasi Orbita (12)

Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :


1. Arteri retina sentralis memperdarahi nervus optikus
2. Arteri lakrimalis memperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas
3. Cabang-cabang muskularis memperdarahi berbagai otot orbita
4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian nervus
optikus
5. Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
6. Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera, limbus,konjungtiva
7. Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
5

8. Arteri supraorbitais
9. Arteri supratrokhlearis
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain
serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris. Vena
utama

adalah

Vena

Oftalmika

superior

dan

inferior.

Vena

Oftalmika

Superior dibentuk dari Vena supraorbitalis, Vena supratrokhlearis, dan cabang vena
angularis.Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan
sinuskavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang
potensialfatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita. (12)
2.1.3 Anatomi Sistem Lacrimal
Air mata disekresi glandula lakrimalis, bermuara di konjungtiva forniks
superior bagian temporal. Dengan berkedip, air mata disalurkan ke seluruh bagian
anterior mata dan terkumpul di sakus lakrimal. M. orbikularis okuli menekan pada
sakus lakrimal, sehingga menimbulkan tekanan negatif di dalamnya. Pada waktu
mata dibuka, dengan adanya tekanan negatif ini, air mata dapat terserap pungtum
lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior. Air mata tidak meleleh melalui
hidung, karena hidung banyak mengandung pembuluh darah, sehingga suhunya
panas, ditambah dengan pernafasan, sehingga mempercepat penguapan. Air mata
tidak meleleh melalui pipi juga, karena isi dari glandula meibom, menjaga margo
palpebra tertutup rapat pada waktu berkedip. (1,12)

2.1.4 Otot Penggerak Mata (1)


Otot

Kerja

Kerja Sekunder

Primer

Saraf

Vaskularisasi

Rektus Lateralis
Rektus Medialis
Rektus Superior
Rektus Inferior
Oblikus Superior
Oblikus Inferior

Abduksi
Aduksi
Elevasi
Depresi
Intorsi
Ekstorsi

Tidak Ada
Tidak Ada
Aduksi, intorsi
Aduksi, ekstorsi
Depresi, abduksi
Elevasi, abduksi

N. VI
N. III
N. III
N. III
N. IV
N. III

Diperdarahi

oleh

cabang - cabang
muskular

arteri

oftalmika.

2.2 Selulitis Orbita


2.2.1 Definisi
Adalah peradangan supuratif jaringan ikat longgar intraorbita di belakang
septum orbita. (1)
2.2.2 Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional
maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca.

(5)

Ada

peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh infeksi


Staphylococcus aureus yang resisten methicillin dan beberapa factor lainnya :
a. Mortalitas / Morbiditas.
Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita memiliki angka
kematian akibat meningitis adalah 17%, dan 20% dari korban yang selamat mata yang
terkena menjadi buta. Namun, di era antibiotik, kejadian menengitis dilaporkan 1,9% pada pasien
dengan selulitis orbita, meskipun pengobatan yang tepat dengan antibiotik sistemik.. Dengan
diagnosis yangcepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara
signifikan; kebutaan terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang
resisten terhadap methicillin dapat menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati
antibiotik. (13) Di Amerika Serikat terjadi peningkatan prevalensi selulitis orbita akibat
infeksi S. aureus resisten methicillin. (14,15)
b. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orangdewasa, kecuali
untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap methicillin, yang lebih sering
terjadi pada wanita daripada laki-lakidengan rasio 4:1. Namun pada anak-anak,

selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. (5)
c. Usia
Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di
dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat dirumah sakit dengan selulitis
orbita adalah 2-10 tahun. (1,2)
2.2.3 Etiologi
Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus infeksi
sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya disebabkan oleh karena
tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya fokus infeksi dan penyebaran masuk
melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan ikat di sekitar bola mata.
Organisme yang sering menjadi penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di
dalam sinus:

Haemophilus Influenzae, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus

aureus, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus epidermidis.

(1,5)

Jamur penyebab

selulitis yang paling sering adalah Mucor dan Aspergillus. (16,17)


2.2.4 Manifestasi Klinis
Gejala subjektif berupa demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan
penglihatan. Gejala objektif berupa mata merah, kelopak sangat edema, proptosis,
kemosis, restriksi motilitas bola mata (1,8,9)
2.2.5 Patofisiologi
Selulitis Orbita terjadi dalam 3 situasi berikut: (18)
(1) perluasan infeksi daristruktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal, tetapi
juga dari wajah, dan kantung lacrimalis
(2) inokulasi langsung orbita setelah adanya trauma, operasi,dan ifeksi kulit
(3) penyebaran hematogen dari bacteremia, misalnya dari fokus- fokus seperti otitis
media dan pneumonia.

Selulitis orbita dapat disebabkan oleh perluasan langsung infeksi kelopak mata,
adneksa mata, dan jaringan periokular lainnya, serta dari sinus. (5) Selulitis orbita dapat
diikuti oleh dakriosistitis, osteomielitis tulang orbital, flebitis dari pembuluh darah
wajah, dan infeksi gigi. (9,19)
Selulitis orbita disebabkan paling sering pada semua kelompok umur dengan
sinusitis etmoid, terhitung lebih dari 90% dari semua kasus. Bakteri aerob non spora
adalah organisme yang paling sering menyebabkan selulitis orbita. Proses ini
melibatkan edema mukosa sinus, yang mengarah ke penyempitan ostium dan
menyebabkan gangguan drainase sinus. Mikroflora normal sinus dan saluran
pernapasan atas berkembang biak menyerang mukosa edema, sehingga terbentuklah
nanah. Hal ini ditingkatkan oleh tekanan oksigen yang berkurang dalam rongga sinus.
(5)

Organisme memasuki orbita melalui tulang ti2.pis dinding orbital, saluran vena,
foramen, dan dehiscences. Kemudian, abses subperiorbital dan intraorbital dapat
terjadi. Elevasi yang dihasilkan dari hasil tekanan intraorbital ditandai oleh tandatanda khas yaitu proptosis, oftalmoplegia, dan kemosis. Selulitis orbita akibat infeksi
sinus

maksilaris

sekunder

terhadap

infeksi

gigi

dapat

disebabkan

oleh

mikroorganisme normal untuk mulut, termasuk anaerob, biasanya spesies


Bacteroides. (5)
Drainase vena dari sepertiga tengah wajah, termasuk sinusparanasal, terutama
melalui vena orbita, yang tanpa katup, yang memungkinkan alur infeksi baik
anterograde dan retrograde. (20)
Bahan infeksius dapat dimasukkan ke orbita secara langsung (misalnya fraktur
orbital) atau trauma bedah. prosedur bedah, termasuk dekompresi orbital,
dacryocystorhinostomy, operasi kelopak mata, operasi strabismus, bedah retina, dan
operasi intraokular, telah dilaporkan sebagai penyebab pemicu selulitis orbital.
Endophthalmitis pascaoperasi dapat meluas ke jaringan lunak orbital. (21)
2.2.6 Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding untuk pasien dengan selulitis orbital adalah reaksi
alergi terhadap obat topikal atau sistemik, edema dari hypo-proteinemia karena
berbagai

penyebab

sistemik,

infark

dinding

orbital,

pseudotumor

orbital

retinoblastoma, kanker metastatik dan unilateral. Dalam semua kasus, hati-hati


dengan anamnesis, pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan pemeriksaan
penunjang yang tepat dapat membantu dalam membedakan selulitis orbital dari
penyebab lain dari proptosis. (22)
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
a.
b.
c.
d.
e.

Pemeriksaan darah lengkap


Usap sekret hidung
Usap secret mata
Foto Rontgen sinus bermanfaat untuk mengidentifikasi adanya sinusitis
CT scan atau MRI bermanfaat untuk membedakan antara keterlibatan pra dan pasca
septum serta mengindentifikasi dan menentukan lokasi abses orbital. (12)

2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan selulitis orbita adalah pemberian antibiotik sistemik dosis
tinggi, istirahat atau dirawat. Bila terlihat daerah fluktuasi abses maka dilakukan
insisi. Selain itu juga diberikan pengobatan terhadap penyebab terjadinya selulitis
orbita. (1)
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah (13,5)
a. Komplikasi okular meliputi keratopathy, tekanan intraokular meningkat, oklusi
dari arteri atau vena retina sentral, dan neuropati optik endophthalmitis
b. Komplikasi Intrakranial yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses
otak dan trombosis sinus kavernosus.
c. Abses subperiosteal adalah yang paling sering terletak di sepanjang dinding
medial orbital. Merupakan masalah serius karena potensi perkembangan yang
cepat dan perluasan intrakranial.
d. Abses orbita relatif langka di selulitis orbital terkait sinusitis, tetapi mungkin
terjadi pada kasus paska-trauma atau paska operasi.
10

Gambar 2.2 Komplikasi Selulitis Orbita (23)

BAB III
Laporan Kasus
3.1 Identitas Pasien
Nama

: Ny. Sarmani

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 61 tahun

Alamat

: Blang Bintang

Agama

: Islam

No CM

: 1-03-35-22

Masuk Rumah sakit

: 23 Desember 2014

Tanggal Pemeriksaan : 7 Januari 2015


11

3.2. Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Mata kiri bengkak sejak 2 hari yang lalu
2. Keluhan Tambahan:
Mata kiri tidak dapat melihat, nyeri bila digerakkan, demam
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri bengkak sejak 2 hari yang
lalu. Mata bengkak disertai dengan tidak bisa melihat dan sangat nyeri, nyeri
dikeluhkan pasien sampai tulang pipi. Awalnya pasein mengaku tumbuh 1
bintilan berisi nanah di kelopak mata atas. Keesokan harinya bintilan bertambah
menjadi 4 dan mata bengkak terus membengkak sampai sulit membuka mata.
Pasien mengaku keluar Secret keluar terus menerus berwarna hijau. Pasien juga
mengaku demam. Riwayat sinusitis disangkal, riwayat demam disangkal,
riwayat sakit gigi disangkal, riwayat trauma pada mata disangkal.
Riwayat DM (positif) sejak 6 tahun lalu, riwayat hipertensi (disangkal)
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal
6. Riwayat Penggunaan Obat:
Disangkal
3.3. Status Ophtalmologis
Okular Dextra

Okular Sinistra

VOD : 1/60

VOS : 2/60

Pergerakan Bola Mata

Normal

Terbatas
12

Keterangan (OD)

Komponen

Keterangan (OS)

edema (-)

Palpebra Superior

edema (+)

edema ()

Palpebra Inferior

edema (+)

hiperemis ()

Konj. Tarsal Superior

hiperemis (+)

hiperemis ()

Konj. Tarsal Inferior

hiperemis (+)

hiperemis (-) injeksi


konjungtiva (-) injeksi
siliar(-)

Konj. Bulbi

hiperemis (+) injeksi


konjungtiva (+) injeksi
siliar(-)

Jernih(+)infiltrat(-) ulkus(-)
sikatrik(-)

Kornea

Jernih(+)infiltrat(-) ulkus(-)
sikatrik(-)

normal

COA

Normal

Jelas

Kripta Iris

Jelas

Bulat(+) isokor(+) rcl (+),


rctl (+)

Pupil

Bulat(+) isokor(+) rcl (+),


rctl (+)

Keruh(- )

Lensa

Keruh (- )

3.4 Diagnosis
Selulitis orbita OS
3.5

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Refraksi
Slit lamp
Kultur secret mata
MRI orbita

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 25 Desember 2014

13

Jenis Pemeriksaan
Haemaglobin
Hematokirt
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Glukosa darah

Hasil
12,3
37
4,3
13,4
389
337

Nilai Rujukan
12,0-15,0
37-47
4,2-5,4
4,5-10,5
150-450
<200

sewaktu

14

Satuan
g/dL
%
106/mm3
103/mm3
103/mm3
Mg/dL

Gambar 3.1 MRI Orbita

15

Gambar 3.2 MRI Orbita

16

Gambar 3.3 Hasil Bacaan MRI Orbita


3.6 Penatalaksanaan
Injeksi Cefotaxim 1 gr/12 jam
Paracetamol tab 3x1
LFA ED 6X1 tetes OS
Gentamycin ED 3x1 OS

BAB IV
KESIMPULAN

17

Selulitis orbita merupakan suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan


kebutaan.

kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis

terutama sinusitis etmoid. Kuman penyebab selulitis orbita yang paling seing adalah
Haemophillus influenza. Penatalaksanaannya adalah rawat inap penderita dan
pemberian antibiotik dosis tinggi dan pengeluran abses secara hatihati. Dengan
penatalaksanaan yang tepat, prognosis selulitis orbita menjadi lebih baik dan dapat
menghindari komplikasi seperti abses orbita, meningitis dan sebagainya. Prognosis
dari selulitis orbita tergantung pada diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat.

18

Anda mungkin juga menyukai