PENDAHULUAN
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat longgar
intraorbita di belakang septum orbita
(1)
(2,4,5)
(5)
merupakan kasus yang sedikit, hanya 25% dari semua kasus selulitis orbita.
Sedangkan sinusitis yang disebabkan oleh faktor odontogen diperkirakan 1012%
dari semua kasus sinusitis. (6,7)
Kuman penyebab selulitis orbita adalah Haemophillus influenza, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
epidermidis, Streptococcus pneumoniae.
(1,2,8)
(4)
predisposisi selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma okuli, riwayat operasi,
dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi gigi (odontogen), tumor
orbita atau intraokuler, serta endoftalmitis.
(9)
(1)
orbita dengan mencapai 17% sampai 25%, namun dengan diagnosis yang tepat dan
pemberian antibiotik yang tepat dapat menurunkan angka ini. (3)
1
(4)
Prognosis pasien
selulitis orbita adalah dubia, tergantung dari penanganan yang tepat dan komplikasi
yang dapat ditimbulkan pada penderita. (5)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
2.1.1 Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, paparan sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai
lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi
oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. (1)
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
-
Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan
kelenjar
di
dalamnya
atau
kelenjar
Meibom
yang
bermuara
pada
Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan. (1)
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang
: Sinus frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis (1)
Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu: (1,12)
1.
2.
3.
Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4.
5.
8. Arteri supraorbitais
9. Arteri supratrokhlearis
Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain
serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris. Vena
utama
adalah
Vena
Oftalmika
superior
dan
inferior.
Vena
Oftalmika
Superior dibentuk dari Vena supraorbitalis, Vena supratrokhlearis, dan cabang vena
angularis.Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan
sinuskavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang
potensialfatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita. (12)
2.1.3 Anatomi Sistem Lacrimal
Air mata disekresi glandula lakrimalis, bermuara di konjungtiva forniks
superior bagian temporal. Dengan berkedip, air mata disalurkan ke seluruh bagian
anterior mata dan terkumpul di sakus lakrimal. M. orbikularis okuli menekan pada
sakus lakrimal, sehingga menimbulkan tekanan negatif di dalamnya. Pada waktu
mata dibuka, dengan adanya tekanan negatif ini, air mata dapat terserap pungtum
lakrimal dan seterusnya sampai ke meatus inferior. Air mata tidak meleleh melalui
hidung, karena hidung banyak mengandung pembuluh darah, sehingga suhunya
panas, ditambah dengan pernafasan, sehingga mempercepat penguapan. Air mata
tidak meleleh melalui pipi juga, karena isi dari glandula meibom, menjaga margo
palpebra tertutup rapat pada waktu berkedip. (1,12)
Kerja
Kerja Sekunder
Primer
Saraf
Vaskularisasi
Rektus Lateralis
Rektus Medialis
Rektus Superior
Rektus Inferior
Oblikus Superior
Oblikus Inferior
Abduksi
Aduksi
Elevasi
Depresi
Intorsi
Ekstorsi
Tidak Ada
Tidak Ada
Aduksi, intorsi
Aduksi, ekstorsi
Depresi, abduksi
Elevasi, abduksi
N. VI
N. III
N. III
N. III
N. IV
N. III
Diperdarahi
oleh
cabang - cabang
muskular
arteri
oftalmika.
(5)
Ada
selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. (5)
c. Usia
Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di
dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat dirumah sakit dengan selulitis
orbita adalah 2-10 tahun. (1,2)
2.2.3 Etiologi
Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus infeksi
sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya disebabkan oleh karena
tipisnya tulang untuk menghalangi tersebarnya fokus infeksi dan penyebaran masuk
melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan ikat di sekitar bola mata.
Organisme yang sering menjadi penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di
dalam sinus:
(1,5)
Jamur penyebab
Selulitis orbita dapat disebabkan oleh perluasan langsung infeksi kelopak mata,
adneksa mata, dan jaringan periokular lainnya, serta dari sinus. (5) Selulitis orbita dapat
diikuti oleh dakriosistitis, osteomielitis tulang orbital, flebitis dari pembuluh darah
wajah, dan infeksi gigi. (9,19)
Selulitis orbita disebabkan paling sering pada semua kelompok umur dengan
sinusitis etmoid, terhitung lebih dari 90% dari semua kasus. Bakteri aerob non spora
adalah organisme yang paling sering menyebabkan selulitis orbita. Proses ini
melibatkan edema mukosa sinus, yang mengarah ke penyempitan ostium dan
menyebabkan gangguan drainase sinus. Mikroflora normal sinus dan saluran
pernapasan atas berkembang biak menyerang mukosa edema, sehingga terbentuklah
nanah. Hal ini ditingkatkan oleh tekanan oksigen yang berkurang dalam rongga sinus.
(5)
Organisme memasuki orbita melalui tulang ti2.pis dinding orbital, saluran vena,
foramen, dan dehiscences. Kemudian, abses subperiorbital dan intraorbital dapat
terjadi. Elevasi yang dihasilkan dari hasil tekanan intraorbital ditandai oleh tandatanda khas yaitu proptosis, oftalmoplegia, dan kemosis. Selulitis orbita akibat infeksi
sinus
maksilaris
sekunder
terhadap
infeksi
gigi
dapat
disebabkan
oleh
Beberapa diagnosis banding untuk pasien dengan selulitis orbital adalah reaksi
alergi terhadap obat topikal atau sistemik, edema dari hypo-proteinemia karena
berbagai
penyebab
sistemik,
infark
dinding
orbital,
pseudotumor
orbital
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan selulitis orbita adalah pemberian antibiotik sistemik dosis
tinggi, istirahat atau dirawat. Bila terlihat daerah fluktuasi abses maka dilakukan
insisi. Selain itu juga diberikan pengobatan terhadap penyebab terjadinya selulitis
orbita. (1)
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah (13,5)
a. Komplikasi okular meliputi keratopathy, tekanan intraokular meningkat, oklusi
dari arteri atau vena retina sentral, dan neuropati optik endophthalmitis
b. Komplikasi Intrakranial yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses
otak dan trombosis sinus kavernosus.
c. Abses subperiosteal adalah yang paling sering terletak di sepanjang dinding
medial orbital. Merupakan masalah serius karena potensi perkembangan yang
cepat dan perluasan intrakranial.
d. Abses orbita relatif langka di selulitis orbital terkait sinusitis, tetapi mungkin
terjadi pada kasus paska-trauma atau paska operasi.
10
BAB III
Laporan Kasus
3.1 Identitas Pasien
Nama
: Ny. Sarmani
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 61 tahun
Alamat
: Blang Bintang
Agama
: Islam
No CM
: 1-03-35-22
: 23 Desember 2014
3.2. Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Mata kiri bengkak sejak 2 hari yang lalu
2. Keluhan Tambahan:
Mata kiri tidak dapat melihat, nyeri bila digerakkan, demam
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poli mata dengan keluhan mata kiri bengkak sejak 2 hari yang
lalu. Mata bengkak disertai dengan tidak bisa melihat dan sangat nyeri, nyeri
dikeluhkan pasien sampai tulang pipi. Awalnya pasein mengaku tumbuh 1
bintilan berisi nanah di kelopak mata atas. Keesokan harinya bintilan bertambah
menjadi 4 dan mata bengkak terus membengkak sampai sulit membuka mata.
Pasien mengaku keluar Secret keluar terus menerus berwarna hijau. Pasien juga
mengaku demam. Riwayat sinusitis disangkal, riwayat demam disangkal,
riwayat sakit gigi disangkal, riwayat trauma pada mata disangkal.
Riwayat DM (positif) sejak 6 tahun lalu, riwayat hipertensi (disangkal)
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Disangkal
6. Riwayat Penggunaan Obat:
Disangkal
3.3. Status Ophtalmologis
Okular Dextra
Okular Sinistra
VOD : 1/60
VOS : 2/60
Normal
Terbatas
12
Keterangan (OD)
Komponen
Keterangan (OS)
edema (-)
Palpebra Superior
edema (+)
edema ()
Palpebra Inferior
edema (+)
hiperemis ()
hiperemis (+)
hiperemis ()
hiperemis (+)
Konj. Bulbi
Jernih(+)infiltrat(-) ulkus(-)
sikatrik(-)
Kornea
Jernih(+)infiltrat(-) ulkus(-)
sikatrik(-)
normal
COA
Normal
Jelas
Kripta Iris
Jelas
Pupil
Keruh(- )
Lensa
Keruh (- )
3.4 Diagnosis
Selulitis orbita OS
3.5
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Refraksi
Slit lamp
Kultur secret mata
MRI orbita
13
Jenis Pemeriksaan
Haemaglobin
Hematokirt
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Glukosa darah
Hasil
12,3
37
4,3
13,4
389
337
Nilai Rujukan
12,0-15,0
37-47
4,2-5,4
4,5-10,5
150-450
<200
sewaktu
14
Satuan
g/dL
%
106/mm3
103/mm3
103/mm3
Mg/dL
15
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
terutama sinusitis etmoid. Kuman penyebab selulitis orbita yang paling seing adalah
Haemophillus influenza. Penatalaksanaannya adalah rawat inap penderita dan
pemberian antibiotik dosis tinggi dan pengeluran abses secara hatihati. Dengan
penatalaksanaan yang tepat, prognosis selulitis orbita menjadi lebih baik dan dapat
menghindari komplikasi seperti abses orbita, meningitis dan sebagainya. Prognosis
dari selulitis orbita tergantung pada diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat.
18