58
Ind
p
PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI
(TATA LAKSANA TERAPI OBAT)
UNTUK PASIEN GERIATRI
DIREKTORAT JENDERAL
BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
2006
1. DRUGS
2. DRUGS - GERIATRIC
KONTRIBUTOR
Obat AINS
Obat AINS
Klorpropamid
Metformin
Insulin
Aminoglikosida
Vankomisin
Simetidine
Triamteren
Trimetoprim
61
KATA PENGANTAR
Semua Antibiotika
KECUALI
Antihipertensi
Atenolol, nadolol, ACE inhibitor
Antihipertensi
Calcium Chanel Blocker, minoksidil,
Angiotensin Receptor Blocker, klonidin,
-blocker seperti prazosin.
Diuretik
Obat Jantung lainnya
HINDARI diuretik hemat kalium pada Amiodaron, Nitrat
pasien dengan CrCl < 30 ml / menit
( < 0,5 ml / detik )
Obat Penurun Kadar Lipid
HMG - CoA reductase inhibitors,
benafibrat, klofibrat, fenofibrat
Narkotik
Fentanil, hidromorfon, morfin (perlu
modifikasi dosis jika digunakan pada
perawatan paliatif)
Psikotropik
Psikotropik
Lithium, kloral hidrat gabapentin, Antidepresan trisiklik, nefazodon, SSRI
trazodon, paroxetin, primidone, lainnya
topiramat, vigabatrin.
Obat Hipoglikemik
Obat Hipoglikemik
Acarbose, klorpropamid, gliburid, Repaglinide, rosiglitazone
gliklazid, metformin, insulin.
RT
DEPA
E
EM
N K E SE H
A
N
TA
Lainnya
Lainnya
Allopurinol, kolkisin, histamin, Penghambat pompa proton
diklofenak, ketorolac, terbutalin
RAL
JENDE IAN
S
TORAT
DIREK N KEFARMA
A
Y
TAN
PELALA LAT KESEHA
A
N
A
D
RE
60
UB
Narkotik
Kodein, Meperidin
IA
ES
O
L I K I N D Drs.
SAMBUTAN
Langkah 4
Langkah 5
Gunakan loading
dose
Langkah 6
Gunakan rejimen
pemeliharaan
(maintenance
regimen)
Langkah 7
Langkah 8
Lakukan penilaian
kembali
ii
59
LAMPIRAN 6
Cara Perhitungan Penyesuaian Dosis Obat
pada Pasien dengan Gangguan Fungsi Ginjal
A. Rumus Cockcroft-Gault untuk Menghitung Creatinine Clearance
Pria
Wanita
Saya harapkan buku pedoman ini dapat dipakai sebagai acuan para
apoteker dalam melaksanakan pelayanan farmasi yang bermutu
dan berkesinambungan dalam rangka mendukung upaya
penggunaan obat yang rasional untuk pasien geriatri.
Kepada Tim Penyusun dan pihak-pihak yang membantu dalam
penyusunan buku pedoman ini, saya sampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi tingginya.
50 - 70 ml/menit
25 - 50 mL/menit
< 25 mL/menit
DIREKTUR JENDERAL
PELAYANAN KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
Telusuri riwayat
penggunaan obat
dan lakukan
pemeriksaan fisik
Langkah 2
Tentukan tingkat
kerusakan ginjal
Langkah 3
Te l a a h u l a n g
daftar obat
58
iii
LAMPIRAN 5
Daftar Efek Samping Obat yang Berpotensi untuk Terjadi
Efek Samping
Kelompok Obat
Sindrom delirium
Benzodiazepin
Phenothiazine
Antikolinergik
Antidepresan trisiklik
Antiparkinson
Analgesik narkotik,
Antikonvulsan
Kortikosteroid
Teofilin (jika toksik)
Digoksin (jika toksik)
AINS (tidak sering)
gangguan
berjalan (gait
disorder) atau
jatuh
Benzodiazepin
Phenothiazine
Butirofenon
Antikonvulsan
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN Rl
NOMOR : HK 00.DJ.II.051
Tentang :
PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
(TATALAKSANA TERAPI OBAT)
UNTUK PASIEN GERIATRI
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN
DAN ALAT KESEHATAN
MENIMBANG:
iv
Diuretik
Prazosin
Antikolinergik (retensi urin, ovelflow incontinence)
Mual
Hipotermia
Phenothiazine
Barbiturat
Benzodiazepin
Antidepresan trisiklik
Analgesik narkotik
Etanol
Antikolinergik
Phenothiazine
Antidepresan trisiklik
Verapamil
Konstipasi
57
Hindari kombinasi
Risiko yang dapat merugikan pasien lebih besar dari manfaat.
Level 2
Level 3
Level 4
Minimalkan risiko,
Ambil tindakan yang perlu untuk mengurangi risiko.
Tidak dibutuhkan tindakan.
Risiko kerugian yang mungkin timbul relatif kecil. Potensi bahaya
pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang
direkomendasikan. Tetap waspada terhadap kemungkinan
terjadinya interaksi obat.
MENGINGAT
56
menggigil dan
kehilangan
kesadaran
26
Siprofloksasin Antasida
Menurunkan
Bila tidak dapat
efek farmakologi dihindari, berikan
siprofloksasin antasida sedikitnya
2 jam sesudah
pemberian
siprofloksasin
27
Siprofloksasin Sukralfat
Menurunkan
Bila tidak dapat
efek farmakologi dihindari, berikan
siprofloksasin antasida sedikitnya
2 jam sesudah
pemberian
siprofloksasin
28
Spironolakton Kaptopril
Kombinasi obat
dapat
meningkatkan
kadar kalium
dalam darah
pada pasien
tertentu dengan
risiko tinggi
29
Spironolakton Digoksin
Sesuaikan dosis
digoksin. Pantau
pasien terutama
ketika melakukan uji
kadar digoksin
30
Spironolakton Kalium
Mengurangi
efek inotropik
positif digoksin.
Spironolakton
meningkatkan
kadar oksigen
dalam darah,
dan
mengganggu
uji kadar
digoksin
Penggunaan
kedua obat
dapat
meningkatkan
hiperkalemia
akut
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
:
JAKARTA
: 29 Juni 2004
vi
antiserotonergik bila
terjadi efek sindrom
serotonin
55
Hindari kombinasi.
Pantau kadar kalium
secara seksama.
dalam darah.
Meningkatkan
efek sedasi dan
ataksia
19
20
Losartan K
Warfarin
Rifampisin
Parasetamol
Menurunkan
konsentrasi
plasma losartan,
sehingga
menurunkan
efek
antihipertensi
Meningkatkan
efek
hipoprotrombin
pada warfarin
Batasi penggunaan
asetaminofen.
Pantau parameter
koagulasi.
Sesuaikan dosis
warfarin bila perlu
21
Warfarin
Omeprazole
Meningkatkan
efek
hipoprotrombin
pada warfarin
Pantau parameter
koagulasi.
Sesuaikan dosis
warfarin bila perlu
22
Warfarin
Simvastatin
Meningkatkan
efek
antikoagulan
pada warfarin
Prednison
mengantagonis
efek dari
miastenia gravis
antikolenesterase
Pantau parameter
koagulasi.
Sesuaikan dosis
warfarin bila perlu
Gunakan kombinasi
kedua macam obat
tersebut pada
keadaan tertentu
saja
23
Prednison
Mestinon
24
Ranitidin
Sefuroksim
Asetil
25
Sertralin
Metoklopramid
Menurunkan
Untuk
bioavailabilitas mengoptimalkan
dari Sefuroksim absorpsi, pasien
disarankan untuk
mengkonsumsi
makanan
Meningkatkan Pantau pasien untuk
sindrom
melihat efek
serotonin,
ekstrapiramidal yang
seperti iritasi,
tidak diinginkan.
tonus otot,
Gunakan obat
54
KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT
KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN Rl
NOMOR : HK 00.DJ.II.043.A
Tentang :
PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN PEDOMAN
PELAYANAN FARMASI UNTUK PASIEN GERIATRI
vii
MENGINGAT
13
Digoksin
14
Furosemid
Diuretik dapat
menyebabkan
hipokalemia.
Keadaan
hipokalemia
menyebabkan
toksisitas
digoksin
meningkat
Fe Glukonat Siprofloksasin
Menurunkan
Pisahkan waktu
efek antiinfeksi penggunaan obat ini
minimal 2 jam
15
Flukonazol
Klordiazepoksid
Menaikkan dan
memperpanjang
kadar
klordiazepoksid
dalam darah
Gunakan alprazolam
/ triazolam dengan
itrakonazol /
ketokonazol
Pertimbangkan
untuk menurunkan
dosis
klordiazepoksid
16
Flukonazol
Prednison
Meningkatkan
efek
kortikosteroid.
Kemungkinan
dapat
meningkatkan
efek samping
Pantau pasien
dengan seksama
untuk meilhat
kemungkinan efek
samping yang
merugikan.
Sesuaikan dosis
kortikosteroid bila
perlu.
17
Kloramfenikol Amoksisilin
Kloramfenikol
secara teoritis
dapat
menurunkan
aktivitas
antibakteri dari
amoksisilin
Pertimbangkan obat
alternative lainnya.
Berikan amoksisilin
beberapa jam
sebelum
kloramfenikol.
Pantau respon
pasien
18
Klordiazepoksid Omeprazol
Menurunkan
klirens, lama
waktu paruh dan
meningkatkan
kadar
klordiazepoksid
Pantau
perpanjangan efek
sedasi. Turunkan
dosis benzodiazepin
atau lakukan interval
dosis bila diperlukan.
viii
53
10
11
12
Bisoprolol
Fumarat
Kaptopril
Kaptopril
Kaptopril
Kaptopril
Cisapride
Nifedipin
Allopurinol
Asetosal
Indometasin
Kalium
Maprotilin
HCI
dapat
meningkatkan
efek depresi
pernafasan
waktu penggunaan
untuk mengurangi
efek aditif sedatifnya
Efek
farmakologi
kedua obat
dapat meningkat
Pantau fungsi
jantung pada pasien
yang memiliki
kemungkinan efek
samping
kardiovaskular
Meningkatkan
risiko reaksi
hipersensitifitas
bila digunakan
bersama.
Dapat
Pantau tekanan
menurunkan
darah dan parameter
efek
hemodinamik
antihipertensi
dan vasodilatasi
dari kaptopril
Menurunkan
efek hipotensi
dari Kaptopril
Meningkatkan
kadar kalium.
Dapat
menyebabkan
hiperkalemia
akut
Berisiko pada
pengobatan
aritmia jantung
juga dapat
meningkatkan
tordases de
pointes
52
Pantau tekanan
darah. Hentikan
penggunaan
indometasin atau
gunakan obat
antihipertensi lain
Pantau kadar kalium
dalam darah secara
berkala. Sesuaikan
dosis kalium
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
PERTAMA :
Pengarah
Ketua
Anggota
Cisapride
dikontraindikasikan
pada penggunaan
bersama maprotilin
HCL (antidepresan
trisiklik)
ix
LAMPIRAN 4
Daftar Interaksi Obat yang Berpotensi untuk Terjadi
KEDUA
No
Obat 1
Obat 2
Level
Efek
Penanganan
Allopurinol
Purinetol
Turunkan dosis
mercaptopurin 25%
dari dosis lazim.
Pantau fungsi
hematologi
Aminofilin
Alprazolam
Aminofilin
mengantagonis
efek sedatif dari
benzodiazepin
Amitriptilin
Flukonazol
Kadar amitriptilin
meningkat
sehingga efek
terapi dan efek
samping juga
meningkat
Pantau respons
klinik pasien dan
konsentrasi
amitriptilin ketika
flukonazol
dihentikan.
Sesuaikan dosis
amitriptilin jika perlu
Asetosal
Glibenklamid
Dapat
meningkatkan
efek
hipoglikemia
dari sulfonylurea
Asetosal
Warfarin
Belladona
Amitriptilin
Dapat
meningkatkan
aktifitas
antikoagulan.
Dapat
menurunkan
kadar serum
amitriptilin dan
Pantau kadar
glukosa darah.
Turunkan dosis
glibenklamid jika
terjadi hipoglikemia.
Pertimbangkan
untuk menggunakan
obat alternatif lain
seperti parasetamol
atau AINS
Pantau INR.
Sesuaikan dosis
antikoagulan
Tugas-tugas Tim
a. Mengadakan rapat-rapat persiapan dan koordinasi
dengan pihak terkait
b. Menyusun Draft Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk
Pasien Geriatri
c. Melaksanakan pembahasan Draft Pedoman Pelayanan
Farmasi Untuk Pasien Geriatri
d. Menyempurnakan draft setelah mendapat masukan
dalam pembahasan
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
:
JAKARTA
: 26 April 2004
51
Sesuaikan dosis
amitriptilin
berdasarkan respon
pasien. Pisahkan
Dapat
menyebabkan
agitasi, delirium,
dan gangguan
kognisi
pemantauan
kadar glukosa
darah
Turunkan dosis
obat antipsikotik
atau lakukan
penilaian ulang
kebutuhan akan
obat tersebut
Mengantuk
gangguan kognitif
dan
ketergantungan
Mengantuk,
agitasi, dan
disorientasi.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................
Sambutan Dirjen Yanfar dan Alkes ...............................................................
Keputusan Dirjen Yanfar dan Alkes ..............................................................
Tim Penyusun ...............................................................................................
Daftar Isi
i
ii
iv
ix
xi
BAB I
1
1
2
2
2
PENDAHULUAN .............................................................................
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1.2. Tujuan ....................................................................................
1.3 Sasaran ..................................................................................
1.4 Pengertian ..............................................................................
15
15
19
21
22
24
26
50
xi
32
32
34
41
52
58
59
contoh kandidiosis
usus dan resistensi
serta
pertimbangan costeffectiveness
Peresepan antibiotika
pada pasien dengan
kerusakan ginjal dan hati
Risiko dosis
berlebih (bahkan
toksik)
digunakan secara
terus menerus
lebih dari 4
minggu kecuali
bila terdapat
diagnosis khusus
(seperti
osteomyelitis)
Dosis atau
frekuensi
pemberian
antibiotika perlu
disesuaikan
Alternatif Terapi
Dapat
menghambat
metabolisme
warfarin dan
meningkatkan
risiko perdarahan
Antagonis
reseptor Histamin
(H2) lainnya
2. Peresepan obat
antikolinergik atau obat
antispasmodik untuk
pengobatan sindrom
iritasi lambung (irritable
bowel syndrome) pada
pasien dengan demensia
Dapat
memperburuk
fungsi kognitif dan
tingkah laku
3. Peresepan dipridamol
untuk mencegah stroke
Tidak efektif
Asetosal,
Tiklopidin
Dapat
memperburuk
NIDDM
Steroid inhalasi
dan bronkodilator
dengan
Peresepan jangka
panjang pemberian
steroid oral untuk
49
baik
dibandingkan
dengan kerja
singkat.
Pemakaian agonis oral masih
dapat diberikan
bila didapat
kesulitan dalam
pemakaian
secara inhalasi.
Sediaan lepas
lambat
salbutamol lebih
dipilih karena
efek sampingnya
lebih minimal
2
E.
No.
1
Peresepan antikolinergik
ipratropium bromide dan
oxitropium brobide
inhalasi yang merupakan
antagonis muskarinik non
selektif
Kerjanya tidak
selektif dan lama
kerjanya pendek,
sehingga efek
bronkodilatasinya
kurang efekrif
Bronkodilator
golongan
antikolinergik
yang ideal saat ini
adalah tiotropium
bromide yang
bersifat lebih
selektif, aktifitas
kerjanya lama,
dengan potensi
yang 10 kali lebih
kuat daripada
ipratropium
bromide.
Pesesepan Antibiotika
Peresepan Obat dalam
Risiko bagi Pasien
Praktik
Peresepan antibiotika oral Risioko efek yang
secara terus menerus
tidak diharapkan,
48
Alternatif Terapi
Antibiotika oral
sebaiknya tidak
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Warga usia lanjut yang tercantum dalam Undang-Undang no. 13/1998
tentang Kesejahteraan Usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun atau lebih.
Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan yang bersifat
universal berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ,
bersifat progesif, perubahan secara bertahap, akumulatif, dan intrinsik.
Proses penuaan mengakibatkan terjadinya perubahan pada berbagai
organ di dalam tubuh seperti sistem gastrointestinal, sistem
genitourinaria, sistem endokrin, sistem immunologis, sistem
serebrovaskular, sistem saraf pusat dan sebagainya.
Dengan bertambahnya usia maka tidak dapat dihindari terjadinya
perubahan kondisi fisik baik berupa berkurangnya kekuatan fisik yang
menyebabkan individu menjadi cepat lelah maupun menurunnya
kecepatan reaksi yang mengakibatkan gerak-geriknya menjadi lamban.
Selain itu timbulnya penyakit yang biasanya juga tidak hanya satu
macam tetapi multipel, menyebabkan usia lanjut memerlukan bantuan,
perawatan dan obat-obatan untuk proses penyembuhan atau sekadar
mempertahankan agar penyakitnya tidak bertambah parah.
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda
dari pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh
yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan
obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
Keputusan terapi untuk pasien usia lanjut harus didasarkan pada
hasil uji klinik yang secara khusus didesain untuk pasien usia lanjut.
D.
No.
1
Dapat
menyebabkan
Syndrome of
Inappropriate
Antidiuretic
Hormone secretion
(SIADH);
hiponatremia dapat
terjadi.
Klorpropamid juga
mempunyai waktu
paruh lebih dari 24
jam menyebabkan
hipoglikemia
Gunakan obat
hipoglikemik oral
dengan waktu
paruh pendek.
Penggunaan
generasi kedua
sulfonilurea
(gliburid, glipizid)
untuk NIDDM
telah
menggantikan
penggunaan obat
generasi
pertama.
Peresepan Mefformin
pada pasien dengan
kerusakan ginjal atau hati
Dapat
menyebabkan
lactic acidosis dan
mungkin berakibat
fatal
Gunakan dengan
perhatian khusus,
kurangi dosis.
Hindari pada
gagal ginjal yang
parah.
Peresepan glitazone
untuk pengobatan
diabetes
Dapat
menyebabkan
akumulasi cairan
yang berlebihan
Hentikan
penggunaan obat
tersebut.
E.
No.
1.4 Pengertian
Alternatif Terapi
1.3 Sasaran
Apoteker dan dokter yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan
47
Alternatif Terapi
Penggunaan
inhalasi agonis kerja
panjang lebih
Peresepan jangka
panjang AINS untuk
pasien dengan sejarah
hipertensi
10 Peresepan jangka
panjang indometasin
untuk pengobatan gout
11 Peresepan jangka
panjang AINS untuk
pengobatan osteoarthritis
Dapat
meningkatkan
risiko perdarahan
Dapat
menyebabkan
retensi garam dan
air, dapat
memperburuk
gagal jantung
Risiko perdarahan
lebih besar pada
saluran
pencernaan atas
yang dihubungkan
dengan
penggunaan AINS
lain.
Dapat
menyebabkan
retensi garam dan
air, dan
memperburuk
hipertensi
Dapat
menyebabkan
gastropathy, efek
samping
neurologik dan
retensi garam dan
air
Dapat
menyebabkan
gastropathy,
perdarahan, serta
retensi garam dan
air
46
Parasetamol
No.
Alternatif Terapi
Peresepan jangka
panjang obat AINS untuk
pengobatan osteoarthritis
pada pasien dengan
sejarah tukak lambung
Dapat
menyebabkan
kambuhnya tukak
lambung
Peresepan fenilbutazon
untuk pengobatan
osteoarthritis kronis
Dapat
menyebabkan
depresi sumsum
tulang (bonemarrow
depression)
Parasetamol atau
dosis intermittent
AINS kelas
lainnya
Peresepan asetosal
untuk pengobatan nyeri
pada pasien yang sedang
menggunakan warfarin
Dapat
menyebabkan
risiko perdarahan
Parasetamol
Peresepan jangka
panjang dari meperidin
atau pentazocin untuk
nyeri
Dapat
menyebabkan
jatuh, fraktur,
sindrom delirium,
ketergantungan
dan withdrawal
Peresepan jangka
panjang AINS untuk
pengobatan osteoarthritis
pada pasien dengan
gagal ginjal kronik
Dapat
memperburuk
gagal ginjal, dapat
menyebabkan
retensi garam dan
air
Langkah awal
dengan terapi
tanpa obat,
kemudian
parasetamol,
kemudian kodein,
morfin, atau
hydromorphon
jika diperlukan.
Terapi tanpa obat,
kemudian
parasetamol
45
Peresepan jangka
panjang benzodiazepin
waktu paruh panjang
untuk pengobatan agitasi
pada demensia
Dapat
menyebabkan
jatuh, fraktur,
sindrom delirium,
ketergantungan
dan withdrawal
Lozapine atau
haloperidol,
risperidon
7. Peresepan antidepresan
trisiklik untuk pengobatan
depresi pada pasien
dengan sejarah hipotensi
postural
Dapat
memperburuk
hipotensi postural,
dan menyebabkan
jatuh
SSRI, dengan
pemantauan
tekanan darah
Dapat
menyebabkan
abnormalitas
kognitif dan tingkah
laku
9. Peresepan klorpromazin
untuk pengobatan
psikosis pada pasien
dengan sejarah hipotensi
postural
Dapat
memperburuk
hipotensi postural,
dan menyebabkan
jatuh
High-potency
neuroleptic
seperti
haloperidol,
dengan
pemantauan
tekanan darah.
Dapat
menyebabkan efek
samping
antikolinergik
SSRI
Peresepan jangka
panjang triazolam untuk
pengobatan insomnia
44
BAB II
KARAKTERISTIK PASIEN GERIATRI
BERKAITAN DENGAN TERAPI OBAT
Farmakokinetika dan farmakodinamika pada pasien geriatri akan berbeda
dari pasien muda karena beberapa hal, yakni terutama akibat perubahan
komposisi tubuh, perubahan faal hati terkait metabolisme obat, perubahan
faal ginjal terkait ekskresi obat serta kondisi multipatologi. Selain itu,
perubahan status mental dan faal kognitif juga turut berperan dalam
pencapaian hasil pengobatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa aspek
psikososial juga akan mempengaruhi penerimaan pasien dalam terapi
medikamentosa.
11.1. PERUBAHAN FARMAKOKINETIKA
Oral bioavailability
Sejak 60 tahun yang lalu Vanzant dkk (1932) telah melaporkan
terjadinya aklorhidria (berkurangnya produksi asam lambung)
dengan bertambahnya usia seseorang. Aklorhidria terdapat pada
20-25% dari mereka yang berusia 80 tahun dibandingkan dengan
5% pada mereka yang berusia 30 tahun-an. Maka obat-obat yang
absorbsinya di lambung dipengaruhi oleh keasaman lambung akan
terpengaruh seperti: ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin
dan siprofloksasin.
Akhir-akhir ini dibicarakan pengaruh enzim gut-associated cytochrom
P-450. Aktivitas enzim ini dapat mempengaruhi bioavailability obat
yang masuk per oral. Beberapa obat mengalami destruksi saat
penyerapan dan metabolisme awal di hepar (first-pass metabolism
di hepar); obat-obat ini lebih sensitif terhadap perubahan bioavailability
akibat proses menua. Sebagai contoh, sebuah obat yang akibat
aktivitas enzim tersebut mengalami destruksi sebanyak 95 % pada
first-pass metabolism, sehingga yang masuk ke sirkulasi tinggal 5
%; jika karena proses menua destruksi obat mengalami penurunan
(hanya 90 %) maka yang tersisa menjadi 10% dan sejumlah tersebut
yang masuk ke sirkulasi. Jadi akibat penurunan aktivitas enzim
Peresepan antidepresan
trisiklik untuk pengobatan
depresi pada pasien
dengan sejarah
glaukoma, BPH atau
heart block
Dapat
memperburuk
glaucoma,
menyebabkan
retensi urin pada
pasien dengan
BPH, atau
memperparah
heart block. Dapat
menyebabkan
hipotensi ortostatik
SSRI
Peresepan barbiturat
jangka panjang untuk
pengobatan insomnia
Dapat
menyebabkan
jatuh, fraktur,
sindrom delirium,
ketergantungan
dan withdrawal
Dapat
memperberat efek
yang tidak
diharapkan dari
SSRI
Hindari
kombinasi,
pastikan telah
melewati washout period paling
tidak 7 hari jika
dilakukan
penggantian dari
MAO inhibitor ke
SSRI
Peresepan jangka
panjang benzodiazepin
dengan waktu paruh
panjang untuk
pengobatan kecemasan
Dapat
menyebabkan
jatuh, fraktur,
sindrom delirium,
ketergantungan
dan withdrawal
43
Peresepan Diuretik
tiazida untuk hipertensi
pada pasien dengan
sejarah gout
Dapat
memperberat/
memperburuk gout
Peresepan Calsium
Channel Blocker untuk
hipertensi pada pasien
dengan sejarah gagal
jantung
Dapat
memperburuk
gagal jantung
Peresepan penghambat
-adrenergik untuk
hipertensi pada pasien
dengan sejarah gagal
jantung
Dapat
memperburuk
gagal jantung
Peresepan jangka
panjang penghambat adrenergik untuk angina
atau hipertensi pada
pasien dengan sejarah
penyakit Raynaud
Dapat
memperburuk
penyakit Raynaud
Calsium Channel
Blocker
B.
No.
1
Peresepan Obat
dalam Praktik
Peresepan jangka
panjang benzodiazepin
dengan waktu paruh
panjang untuk
pengobatan insomnia
Obat
antihipertensi
lainnya
Metabolic Clearance
Faal hepar
Massa hepar berkurang setelah seseorang berumur 50 tahun; aliran
darah ke hepar juga berkurang. Secara umum metabolisme obat
di hepar (biotransformasi) terjadi di retikulum endoplasmik hepatosit,
yaitu dengan bantuan enzim mikrosom. Biotransformasi biasanya
mengakibatkan molekul obat menjadi lebih polar sehingga kurang
larut dalam lemak dan mudah dikeluarkan melalui ginjal. Reaksi
kimia yang terjadi dibagi dua yaitu reaksi oksidatif (fase 1) dan
reaksi konyugasi (fase 2). Reaksi fase satu dapat berupa oksidasi,
reduksi maupun hidrolisis; obat menjadi kurang aktif atau menjadi
tidak aktif sama sekali. Reaksi fase 1 (melalui sistem sitokhrom P450, tidak memerlukan energi) biasanya terganggu dengan
bertambahnya umur seseorang. Reaksi fase dua berupa konyugasi
molekul obat dengan gugus glukuronid, asetil atau sulfat; memerlukan
energi dari ATP; metabolit menjadi inaktif. Reaksi fase 2 ini tidak
mengalami perubahan dengan bertambahnya usia.
Reaksi oksidatif dipengaruhi pula oleh beberapa hal seperti: merokok,
indeks ADL's (= Activities of Daily Living) Barthel serta berat
ringannya penyakit yang diderita pasien geriatri. Keadaan-keadaan
tersebut dapat mengakibatkan kecepatan biotransformasi obat
berkurang dengan kemungkinan terjadinya peningkatan efek toksik
obat.
Faal ginjal
Risiko bagi
Pasien
Alternatif Terapi
72 x [kreatinin]plasma
dikali 0,85 untuk pasien perempuan.
42
(dalam ml/menit)
LAMPIRAN 3
Daftar Terapi Obat yang Sering Menimbulkan Risiko pada
Kasus Tertentu
A.
No.
Peresepan Obat
dalam Praktik
Alternatif Terapi
Peresepan obat
penghambat
-adrenergik untuk
hipertensi pada pasien
dengan sejarah asma
atau PPOK
Dapat
memperburuk
penyakit
pernafasan
Peresepan obat
penghambat adrenergik untuk angina
pada pasien dengan
sejarah asma atau PPOK
atau gagal jantung
Dapat
memperburuk
penyakit
pernafasan, atau
gagal jantung
Nitrat atau
Calsium Channel
Blocker
Peresapan Reserpin
untuk pengobatan
hipertensi
Peresapan Disopyramid
untuk pengobatan atrial
fibrilasi
Dapat
Digoksin,
menyebabkan efek Kuinidin,
samping
Prokainamid
antikolinergik dan
kematian akibat
serangan jantung
mendadak.
PERUBAHAN FARMAKODINAMIKA
Sensitivitas jaringan terhadap obat juga mengalami perubahan
sesuai pertambahan umur seseorang. Mempelajari perubahan
farmakodinamik usia lanjut lebih kompleks dibanding
farmakokinetiknya karena efek obat pada seseorang pasien sulit
di kuantifikasi; di samping itu bukti bahwa perubahan farmakodinamik
itu memang harus ada dalam keadaan bebas pengaruh efek
perubahan farmakokinetik. Perubahan farmakodinamik dipengaruhi
oleh degenerasi reseptor obat di jaringan yang mengakibatkan
kualitas reseptor berubah atau jumlah reseptornya berkurang.
Risiko bagi
Pasien
clearance
41
Teofilin
Pentoksifilin
Warfarin
Sindrom delirium,
mual, aritmia
Hipotensi, pusing,
muka kemerahan.
Dapat mempotensiasi
efek antihipertensi.
Respon antikoagulan
meningkat dan risiko
perdarahan. Adanya
interaksi obat
40
II.3.
Selective Serotonin
Reuptake inhibitors (SSRI)
secara umum lebih
dianjurkan karena
ditoleransi lebih baik, tetapi
lebih mahal.
I.
LAIN - LAIN
Antihistamin
(difenhidramin,
klorfeniramin,
prometazin)
2. Antispasmodik
(seperti :
dicyclomine,
prophanteline,
alkaloid
belladonna)
Efek antikolinergik
Gunakan dosis terkecil dan
(pandangan kabur,
durasi terpendek yang
retensi urin, konstipasi, masih mungkin.
sindrom delirium)
sedasi.
Efek antikolinergik
(pandangan kabur,
retensi urin, konstipasi,
sindrom delirium)
sedasi.
Kortikosteroid Hiperglikemia,
(sistematik)
osteoporosis, tukak
lambung, depresi,
atropi kulit, luka lama
sembuh, sindrom
delirium.
Simetidin
Sindrom delirium,
gynaecomastia,
interaksi obat yang
bermakna
Lebih dianjurkan
penggunaan penghambat
pompa proton (proton
pump inhibitor)
Digoksin
Sindrom delirium,
bradikardi, aritmia,
mual
10
39
Benzodiazepi
n (Seperti
diazepam,
oksazepam,
temazepam,
nitrazepam)
Sindrom delirium,
mengantuk, gangguan
ingatan, jatuh,
ketergantungan
Phenothiazine
(seperti :
Klorpromazin,
thioridazin,
proklorperazin)
Sindrom delirium,
mengantuk, efek
antikolinergik, efek
ekstrapiramidal,
tardive dyskinesia,
akathisia
Butirofenon
(seperti
haloperidol)
Sindrom delirium,
mengantuk, efek
ekstrapiramidal,
tardive dyskinesia,
akathisia
Antidepresan
trisiklik
(seperti :
amitriptilin,
imipramin,
doxepine,
dethiepin)
Efek entikolinergik,
hipotensi, jatuh.
Jangan diberikan
antidepresan trisiklik, mulai
dengan dosis rendah dan
secara perlahan
ditingkatkan. Berikan
sebagai dosis tunggal
pada malam hari.
38
11
12
Verapamil
Nitrat &
Nicorandil
Hipotensi postural,
pusing, sakit kepala
G. DIUTERIK
1
Loop dan
tiazida (seperti
: furosemid,
hidroklortiazid)
Dehidrasi, hipotensi,
hiponatremia,
hipokalemia,
hiperglikemia,
hiperurisemia,
inkontinensia,
sindrom delirium
Diuretik hemat
kalium
(Potassiumsparing)
seperti
amilorid
Hiperkalemia
(terutama jika
digunakan bersama
suatu ACE-inhibitor)
H. OBAT PSIKOTROPIK
1
Barbiturat
(seperti :
fenobarbital,
pirimidon)
Sedasi, sindrom
Secara umum tidak
delirium, osteoporosis, direkomendasikan karena
ketergantungan
waktu paruh yang panjang
dan toksisitasnya. Tersedia
obat yang lebih aman
untuk insomnia dan
epilepsi
37
E.
OBAT ANTIPARKINSON
Amantadine
Sindrom delirium,
udem perifer, ruam
kulit
Antikoligergik
(seperti :
benztropin,
benzhexol)
Sindrom delirium,
Secara umum tidak
retensi urin, hipotensi direkomendasikan,
postural
kadang-kadang berguna
jika tremor sukar
disembuhkan dengan
pengobatan lain.
Levodopa
Sindrom delirium,
halusinasi, hipotensi
postural, mual,
gerakan involunter
(involuntary
movements)
Tidak direkomendasikan.
Jika harus, gunakan dosis
rendah.
F.
OBAT KARDIOVASKULAR
Metildopa
Depresi, hipotensi
postural, bradikardi
Reserpin
Depresi, sedasi,
hipotensi postural
Prazosin
Stress incontinence,
hipotensi postural
Depresi, keletihan,
bronkospasme,
bradikardi, hipotensi,
memperparah
penyakit pembuluh
darah tepi, insomnia,
mimpi yang hidup
(vivid dreams)
Penghambat
Beta
36
13
14
Trimetoprim tunggal
memberikan efek yang
sebanding ( dan lebih
aman) untuk infeksi
saluran kemih.
C. OBAT ANTI-DIABETIK
1
Sulfonilurea
oral kerja
panjang
(seperti
klorpropamid,
glibenklamid,
glimepirid )
Meningkatkan risiko
hipoglikemia.
Risiko SIADH dengan
Klorpropamid
Phenformin,
Metformine
Lactic acidosis
(terutama jika ada
kerusakan ginjal,
kerusakan hati, atau
penyakit jantung) dan
mungkin berakibat
fatal
Allopurinol
Kolkisin
Diare, dehidrasi
35
Tidak direkomendasikan
untuk terapi kronis.
LAMPIRAN 2
BAB III
No.
Obat
A.
ANALGESIK
1 AINS &
penghambat
COX-2
2 Analgesik
narkotik
B.
Efek Tidak
Diharapkan yang
Bermakna
Pertimbangan dan
Rekomendasi
Gunakan parasetamol
terlebih dahulu . Pantau
fungsi ginjal, keadaan
jantung, tekanan darah.
Hindari penggunaan
indometasin dan
fenilbutazon karena
meningkatkan kejadian
efek yang tidak diharapkan
(SSP dan hematologikal)
Sedasi, depresi
pernafasan,
konstipasi, hipotensi,
sindrom delirium
ANTIBIOTIKA
1 Aminoglikosi
da (seperti
gentamisin)
Gagal ginjal,
kehilangan fungsi
pendengaran
34
15
16
7.
Interaksi Obat
Pasien mempunyai masalah medik disebabkan interaksi obatobat, obat - makanan, obat - laboratorium.
Meningkatnya risiko hiperkalemia pada pasien yang menggunakan
kombinasi obat antihipertensi kaptopril dengan spironolakton;
pemberian kaptopril tidak pada saat lambung kosong dimana
absorpsi kaptopril dapat berkurang dengan adanya makanan.
33
LAMPIRAN I
Daftar Masalah yang Berkaitan dengan Penggunaan Obat
No.
2.
3.
4.
5.
6.
32
17
Aspek intra-tim:
q Kesepakatan tentang tempat kerja bersama dan interaksi formal
maupun informal.
q Memaksimalkan komunikasi (pertemuan rutin; teknologi
komunikasi).
q Kepemimpinan fungsional secara kolektif.
q Pencapaian tujuan bersama.
q Memaksimalkan pendekatan secara interdisiplin.
q Masing-masing memahami peran setiap anggota.
q Manajemen konflik yang efektif; setiap konflik adalah sehat dan
membangun.
22. Hansten PD, Horn JT. Drug interaction analysis and management :
A clinical perspective and analysis of current development. USA:
Fact and Comparisons, 2001
23. Christophidis N, Scharf S. Management of Drugs in the Elderly.
Current Therapeutics 1995; April: 66-73
Aspek organisasi/institusional:
q Organisasi/institusi tempat kerja (rumah sakit) memahami konsep
penanganan pasien secara interdisiplin.
q Dukungan yang konsisten dari rumah sakit.
q Organisasi di luar tim ini mengenal keberadaan Tim Terpadu
Geriatri dan bersedia bekerja sama untuk kepentingan pasien.
Aspek mempertahankan tim:
q Tim memperbaiki kinerjanya secara terus menerus dan
berkesinambungan (prosesnya, protokol-protokol, produk-produk
lain).
q Tim berupaya mendorong minat dan kinerja anggota (yang baru
maupun yang lama).
18
31
11. Tune LE. Delirium. Dalam: Hazzard WR, Blass JP, Ettinger WH,
Halter JB, Ouslander JG, eds. Principles of Geriatric Medicine and
Gerontology. New York:McGraw Hill,1999:1230-3.
12. Smonger AK, Burbank PM. Drug therapy and the elderly.
Boston :Jones Barlett; 1995:53.
13. Schwartz JB. Clinical Pharmacology. Dalam: Hazzard WR, Blass JP,
Ettinger WH, Halter JB, Ouslander JG, eds. Principles of Geriatric
Medicine and Gerontology. New York:McGraw Hill,1999:308-9.
14. Flaherty JH, Perry HM3rd, Lynchard GS, Morley JE. Polypharmacy
and hospitalisation among home care patients. J Gerontol A Biol Sci
Med Sci.2000;55(10):554-9.
15. Carlson JH. Perils of polypharmacy: 10 steps to prudent prescribing.
Geriatrics 1996;15:26.
16. Rahmania M. Ketidakpatuhan pasien dalam terapi obat dan faktorfaktor penyebabnya di Poliklinik Geriatri Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta, Thesis, Program Studi Magister llmu
Kefarmasian Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia, 2004: 82-129
17. American Society of Consultant Pharmacists. Guidelines for
pharmacist counseling of geriatric patients, 1998. Diambil dari
www.ascp.com
18. American Society of Consultant Pharmacists. Guidelines for Assessing
the Quality of Drug Regimen Review in Long-Term Care Facilities,
1999. Diambil dari www.ascp.com
19. Fick. DM et.al. Updating the Beers Criteria for Potentially Inappropriate
Medication Use in Older Adults. Internal Medicine 2003; 163, Dec
8/22:2716-2724
20. McLeod Peter J. MD, Huang Allen MD, Tamblyn Robin MD. Defining
inappropriate practices in prescribing for elderly people: A national
consensus panel. Canadian Medical Association J 1997; 156 (3)
385-391
30
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
29
28
Tujuan:
Memastikan bahwa rejimen obat diberikan sesuai dengan indikasi
kliniknya, mencegah atau meminimalkan efek yang merugikan
akibat penggunaan obat dan mengevaluasi kepatuhan pasien dalam
mengikuti rejimen pengobatan.
Kriteria pasien yang mendapat prioritas untuk dilakukan telaah
ulang rejimen obat:
a. Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih
dalam sehari
b. Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat
yang berisiko tinggi untuk mengalami efek samping yang serius
c. Menderita tiga penyakit atau lebih
d. Mengalami gangguan kognitif, atau tinggal sendiri
e. Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan
f. Akan pulang dari perawatan di rumah sakit
g. Berobat pada banyak dokter
h. Mengalami efek samping yang serius, alergi
Tatalaksana telaah ulang rejimen obat:
a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki
pengetahuan tentang prinsip-prinsip farmakoterapi geriatri dan
ketrampilan yang memadai.
b. Melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat pasien:
- Meminta pasien untuk memperlihatkan semua obat yang
sedang digunakannya.
- Menanyakan mengenai semua obat yang sedang digunakan
pasien, meliputi: obat resep, obat bebas, obat tradisional/jamu,
obat suplemen.
- Aspek-aspek yang ditanyakan meliputi: nama obat, frekuensi,
cara penggunaan dan alasan penggunaan.
- Melakukan cek silang antara informasi yang diberikan pasien
dengan data yang ada di catatan medis, catatan pemberian
obat dan hasil pemeriksaan terhadap obat yang diperlihatkan
pasien.
21
22
27
26
c.
d.
e.
f.
9.
23
24
25