LAPORAN PENELITIAN
Oleh
Drs. Mahli Zainuddin, M.Si.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. Judul Penelitian : INTEGRASI ANTAR KELOMPOK ETNIS
Penelitian Terhadap orang Jawa, Minang, dan
Batak di Jogja, Tanah Karo dan Padang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Peneliti
a. Nama Lengkap : Drs. Mahli Zainuddin, M.Si.
b. Jenis Kelamin : L
c. Pangkat/Golongan/NIP : III/d/113014
d. Jabatang Fungsional : Lektor
e. Fakultas/Jurusan : Fakultas Agama Islam/KPI
f. Bidang Ilmu : Sosiologi Agama
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
3. Jumlah Tim Peneliti : 1 orang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
4. Lokasi Penelitian : Jogja, Padang, Tanah Karo
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
5. Jangka Waktu Penelitian : 6 (enam bulan)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
6. Biaya yang Diperlukan : Rp. 10.000.000,-
(Sepuluh Juta Rupiah)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mengetahui,
Dekan Fakultas Agama Islam UMY, Ketua Peneliti,
Menyetujui,
Ketua LP3 UMY
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, setelah mengalami beberapa kali keterlambatan
Terhadap orang Jawa, Minang, dan Batak di Jogja, Tanah Karo dan Padang)
secara langsung maupun tidak. Kepada mereka yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu persatu disini itu peneliti mengucapkan terima kasih. Peneliti
berdoa agar bantuan mereka dicatat sebagai amal saleh oleh Allah SWT.
bagi peneliti sendiri dan bagi semua pihak yang selalu mendambakan dan
Peneliti,
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN DAN SUMMARY iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v-vi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan Penelitian 5
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN 68
BAB I
PENDAHULUAN
bangsa Indonesia menjadi tiga golongan yaitu: (1) suku bangsa yang
asing yang tidak memiliki wilayah asal dalam wilayah Indonesia (Cina,
Arab atau India) atau karena keturunan campuran (Indo Eropa) dan (3)
dunia yang memuja satu Tuhan secara resmi diakui, walaupun masih
itu ada yang bisa ditemukan resolusinya dan ada yang sampai sekarang
diberlakukan keadaan darurat sipil, sampai saat ini konflik antar umat
beragama di Ambon pada khususnya maupun kepulauan Maluku pada
(Ecip, 1999: 5). Sampai Desember 2000, masyarakat Ambon belum juga
pula konflik dengan skala yang lebih hebat di Sampit dan sekitarnya,
resolusi konfliknya itu telah mengakibatkan 469 orang tewas dan puluhan
ribu warga mengungsi (ADIL, 19 Maret 2001, hal. 17). Dengan demikian,
kerusuhan Sampit antara etnis Dayak dan Madura ini lebih parah dari
23 Februari, 2001).
antar etnis, maka secara umum terlihat bahwa konflik yang terjadi
Maluku Utara). Dengan kata lain, secara relatif, dalam dekade ini belum
terlihat konflik yang cukup besar antar etnis di luar etnis tersebut. Antar
etnis Jawa, Batak dan Minang, misalnya, yang merupakan tiga etnik yang
cukup besar di Indonesia, lebih terlihat nuansa integrasi, di banding
nuansa konflik.
sebenarnya bisa ditata kembali (Usman, 1996: 80). Oleh karena itu Untuk
kelompok masyarakat.
bagaimana integrasi sosial terjalin antara etnis yang tidak bertikai adalah
sesuatu yang menarik untuk dilakukan. Apalagi etnis-etnis itu adalah etnis
Jawa, Batak dan Minang, yang secara historis merupakan etnis-etnis besar
di Indonesia.
B. Permasalahan Penelitian
atau etniknya.
yang penting, perbedaan fisik yang ada hanyalah bersifat kosmetik dan
hubungan sosial berupa integrasi antar suku bangsa, yaitu suku Jawa,
(wilayah dimana etnis Batak sebagai mayoritas, etnis Jawa dan Minang
mayoritas, etnis Jawa dan Batak sebagai minoritas). Dari segi agama,
pemilahan subyek dalam tiga etnis juga berangkat dari asumsi bahwa
etnis lainnya.
dan Padang?
Secara lebih spesifik, dengan mengacu pada research questions
tentang
agama?
pendidik- an?
ekonomi?
sebagai berikut.
hubungan antar kelompok etnis dapat mengambil sikap yang tepat baik
integrasi adalah dua hal yang merupakan sisi-sisi dari satu mata uang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Integrasi Sosial
beberapa sumber
315).
1993: 141).
129)
181).
yang dibuat oleh para ahli tersebut, nampak bahwa dalam suatu
dan kebersamaan.
permusuhan.
ekonomi.
tujuan obyektif yang sama. Fase ini juga ditandai dengan tercapainya
fase ini juga mulai muncul solidaritas ketika reaksi terhadap suatu
menempati posisi yang sama atau serupa dalam jangka panjang. Jika
terpenting adalah bahwa orang tidak akan bersatu kecuali jika ada
setidaknya ada 10 elemen yang harus ada dalam situasi sosial yang
Dalam hal ini peneliti tidak melihat kesepuluh hal itu sebagai sebuah
proses tetapi lebih sebagai unsur atau indikasi suatu integrasi karena
satu tidak harus menjadi prasyarat bagi hadirnya elemen yang lain.
bila tidak ada suatu kelompok yang bergerak untuk berjuang secara
aktif. Hal ini terjadi bila anggota-anggota suatu kelompok tersebut
istilah tersebut (Horton &Hunt, 1992: 60). Oleh karena itu dapat
beberapa kelompok ras telah saling kawin mawin sejak ribuan tahun
yang lalu, sehingga hampir semua kelompok ras telah saling
bercampur baur.
individu yang besar dan merupakan tipe kelompok ras yang asli.
sebagai hal yang biasa. Salah satu masalah yang dikaitkan dengan hal
orang kulit hitam dengan orang kulit putih masih rendah dan
penolakan dari kedua kelompk ras (Horton & Hunt, 1992: 62-4).
masa lalu yang dibatasi oleh bahasa, kebiasaan, agama, ras dan
daerah. Kesadaran etnis mencerminkan/menampakkan akar yang
Konflik tidak terelakkan bila suatu daerah dihuni oleh lebih dari
yang sama merasa satu etnis (misal: antara Bosnia muslim, Krotia dan
Serbia; antara suku Hutu dan Tutsi). Agama: tidak semua mereka
yang satu agama merasa satu etnis (misal: antara muslim India,
interaksi di dalam suku bangsa (in group) dengan kelompok luar (out
warga suatu negara tidak dapat diabaikan. Baik pada saat etnik ini
diakui secara resmi maupun pada saat dianggap tidak ada, jaringan
5. Stratifikasi Etnis
sendiri sebagai acuan. Stratifikasi etnik tidak terjadi bila hanya salah
satu atau dua prasyarat yang terpenuhi. Etnosentrisme saja, misalnya,
1. Pengertian Kelompok
terhadap kaum wanita antara lain terjadi pada kasus ethnic cleanshing
yang menimpa warga muslim Bosnia. Kematian warga suatu
kelompok ras dalam jumlah besar sering terjadi pula karena mereka
yang didominasi.
penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait
dengan ras seseorang hanya terbatas pada bidang tertentu dan tidak
lebih besar pada kemajemukan kelompok ras dari pada dalam pola
mereka dan kelompok orang lain dengan dasar ciri khas masing-
masing. Ciri itu bisa fisik, atau cukup ciri non fisik berupa
orang Amerika.
itself as normal and superior and others as abnormal and inferior on the basis of
kaum terdidik dan massa tak terdidik, antara sejumnlah orang kaya dan
sejumnlah besar orang miskin, serta klasifikasi yang terkait dengan sifat
Medan merupaka suatu kota yang terdiri dari sejumlah minoritas tanpa
kebudayaan tersebut dan hubungan antar etnis yang ada bersifat lebih
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang interaksi antar komunitas, baik berbentuk konflik
pemukiman yang membaur dan sumber air minum yang sama, dan
beragama antara lain disebabkan oleh: dalam satu tempat tinggal atau
hari besar agama (Islam) dimana warga Kristen juga ikut berpartisipasi
amukan massa yang didukung oleh faktor non agama. Ketiga, kesenjangan
tentang agama lain. Sikap beragama yang demikian ini sangat rentan
tinggi dari etnis Jawa dan kalau dilihat dari sisi mayoritas-seimbang di
pemeluk Islam.
Islam dan Kristen di Kecamatan Ngampilan ini terjalin integrasi dalam arti
Islam lebih tinggi daripada kualitas integrasi orang Kristen (Abd. Madjid,
F. Hipotesa Penelitian
berbeda.
kualitas integrasi.
kualitas integrasi.
integrasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
hubungan antar variable (Faisal, 1993: 23). Oleh karena itu ditetapkan
1. Variabel Bebas
a. Kelompok mayoritas/seimbang
b. Kepemelukan agama
b. Tingkat pendidikan
d. Etnisitas
1. Kelompok Mayoritas/seimbang
2. Kepemelukan Agama
3. Tingkat pendidikan
4. Etnisitas
diteliti adalah masyarakat yang teridiri dari tiga etnik yaitu etnik
C. Subyek Penelitian
Batak dan Minang sebagai minoritas), Tanah Karo (wilayah dimana etnis
Batak sebagai mayoritas, etnis Jawa dan Minang sebagai minoritas), dan
Padang (wilayah dimana etnis Minang sebagai mayoritas, etnis Jawa dan
Batak sebagai minoritas). Dari segi agama, pemilahan subyek dalam tiga
berdasarkan suku.
Dengan demikian diperoleh subyek penelitian sebagaimana
Tabel 1
Distribusi Subyek Penelitian
suatu lokasi
sebagai berikut.
integrasi itu.
4. Adanya kerjasama
7. Berkembangnya solidaritas
masing-masing terdiri dari tiga (3) item tentang wawasan, tiga (3) item
tentang sikap dan tiga (3) item tentang perilaku. Sehingga pada tahap
subyek, pemeluk Islam dan Kristen dan dari 90 butir itu diperoleh 58
= 0,965.
item unfavourable (bila dijawab setuju maka nilainya minimal dan bila
Dengan urutan kerja seperti itu maka diperoleh dua puluh item
skala integrasi yang peneliti minta diisi oleh responden dengan cara
memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yaitu: SS= Sangat
berikut:
Tabel 2
Butir-butir Skala Kualitas Integrasi
(dengan Pernyataan dan Alternatif Jawaban)
teknik analisis statistik Analisis Variansi. Semua tes dibantu oleh program
komputer SPSS.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Tabel 3
Kualitas Integrasi Antar Kelompok Etnis
etnis Jawa, Minang dan Batak di Jogja, Padang, dan di Tanah Karo
orang Batak yang berdomisili di Jogja, Padang dan Tanah Karo betul-
Tabel 4
Kualitas Integrasi Etnis Jawa, Batak, dan Minang
Tabel ini memperjelas deskripsi data tabel sebelumnya. Pada tabel sebelumnya dijelaskan bahwa kualitas
integrasi di wilayah penelitian berada pada kelompok tinggi 73,3%. Pada tabel ini terlihat bahwa mereka yang
berada pada kelompok kualitas intergasi tinggi itu ternyata terbanyak pada orang Jawa (75%), diikuti oleh orang
Minang (73,3%), dan kemudian orang Batak (71,7%). Orang Batak yang berada pada kualitas integrasi sedang
adalah paling banyak (25%), diikuti oleh orang Jawa (20%) dan orang Minang (16,7%). Sedangkan pada
kualitas integrasi rendah paling banyak ada pada orang Minang (10%), diikuti oleh orang Jawa (05%), dan
Tabel 5
Kualitas Integrasi Pemeluk Islam dan Pemeluk Kristen
Kualitas Agama
Integrasi
Islam Kristen
frekwensi prosentase frekwensi prosentase
Rendah 11 11 -
Sedang 31 19,4 06 30
Tinggi 118 73,8 14 70
Total 160 100 20 100
Tabel ini juga memperjelas deskripsi data tabel sebelumnya. Pada tabel sebelumnya dijelaskan bahwa kualitas
integrasi di wilayah penelitian berada pada kelompok tinggi 73,3%. Pada tabel ini terlihat bahwa mereka yang
berada pada kelompok kualitas intergasi tinggi itu ternyata kebanyakan adalah pemeluk Agama Islam (73,8%)
sedangkan pemeluk Agama Kristen adalah 70%. Sementara pada kualitas integrasi sedang didominasi oleh
pemeluk Kristen (30 %), dengan proporsi pemeluk Islam pada tingkat ini hanya 19,4 %.
Tabel 6
Kualitas Integrasi Penduduk Mayoritas dan Penduduk Minoritas
Mayoritas Minoritas
Kualitas Integrasi
f % f %
Rendah 07 11,7 04 3,3
Sedang 16 26,7 21 17,5
Tinggi 37 61,7 95 79,2
Total 60 100 120 100
Tabel ini menunjukkan bahwa kualitas integrasi tinggi lebih banyak dimiliki oleh penduduk yang berada pada
posisi minoritas (79,23 %) dibanding di wilayah mayoritas (61,7%). Sedangkan pada level kualitas integrasi
sedang, lebih banyak dimiliki oleh penduduk yang berada pada posisi sebagai mayoritas (26,7%) dibanding di
wilayah minoritas (17,5%). Sementara itu kualitas integrasi pada level rendah lebih banyak dimiliki penduduk di
wilayah mereak sebagai mayoritas (11,7%) dibanding di wilayah dimana mereka sebagai minoritas (3,3%).
Tabel 7
Kualitas Integrasi dan Tingkat
Hal yang paling menonjol dari tabel ini adalah bahwa kelompok berpendidikan tinggi memiliki kualitas intergasi
kategori tinggi terbesar (76%), diikuti oleh mereka yang berpendidikan SMTA (73,9%). Sedangkan pada level
kualitas integrasi sedang, lebih banyak dimiliki oleh penduduk yang berada pada tingkat pendidikan SMTP
(29,2%), diikuti oleh tingkat pendidikan dasar (20%), pendidikan tinggi (19,4%), dan SMTA (18,8%).
Sementara itu pada level kualitas integrasi rendah lebih banyak dimiliki penduduk di wilayah yang
berpendidikan SD (13,3%), diikuti secara berurutan oleh tingkat pendidikan SMTA (7,2%), dan SMTP maupun
Tabel 8
Kualitas Integrasi dan Status Sosial Ekonomi
Tabel ini memperlihatkan bahwa kualitas integrasi pada level tinggi lebih banyak dimiliki oleh penduduk dengan
status sosial ekonomi menengah (75,8%), diikuti oleh tingkat sosial ekonomi tinggi dan rendah (masing-masing
70,8%). Sedangkan pada level kualitas integrasi sedang, lebih banyak dimiliki oleh penduduk yang berada pada
status sosial ekonomi rendah (21,5%), diikuti oleh tingkat sosial ekonomi tinggi (20,8%), dan tingkat sosial
ekonomi menengah (19,8%). Sementara itu pada level kualitas integrasi rendah lebih banyak dimiliki penduduk
dengan status sosial ekonomi tinggi(8,3%), diikuti secara berurutan oleh tingkat sosial ekonomi rendah (7,7%),
komputer SPSS, maka hasil uji hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut.
lebih besar dari F tabel maka hipotesis diterima (artinya ada perbedaan
data terlihat bahwa F hitung (0,057) lebih kecil dari F tabel (3,05). Ini
Kedua, melihat tingkat signifikansi (P). Bila P lebih kecil dari 0,05
bahwa tingkat signifikansi (P=0,945) lebih besar dari 0,05. Ini berarti
lokasi penelitian.
Batak=0,747)
kualitas integrasi antar pemeluk agama yang berbeda ini juga dipakai
analisa ANOVA dengan dua cara pengambilan kesimpulan: pertama,
bahwa F hitung (0,336) lebih kecil dari F tabel (3,05). Ini berarti bahwa
lokasi penelitian.
dalam kualitas integrasi antar pemeluk agama semua lebih besar dari
minoritas.
hitung dengan T tabel. Bila T hitung lebih besar dari T tabel maka
hipotesis diterima. Dari analisa terlihat bahwa T hitung (3,315) lebih
besar dari T tabel (1,960). Ini berarti hipotesis diterima. Artinya ada
minoritas.
Kedua, dengan melihat tingkat signifikansi (P). Bila P lebih kecil dari
(0,001) lebih kecil dari 0,005. Ini berarti hipotesis diterima. Kemudian
hitung dengan r-tabel. Bila r-hitung lebih besar dari r-tabel maka
integrasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan
dari 0,05 maka berarti ada hubungan antar variabel. Hasil analisa data
7. Hipoteis kelima adalah bahwa ada hubungan positif antara status sosial
lebih besar dari r- tabel maka berarti ada hubungan antara status sosial
dari 0,05 maka berarti ada hubungan antar variabel. Hasil analisa data
A. Kesimpulan
sebabagi berikut.
tinggi ini terbanyak ada pada: orang Jawa (75%, diikuti orang
kelompok mayoritas.
yang berbeda.
integrasi.
B. Saran
minoritas ini.
2. Penelitian yang dimaksud hendaknya dilakukan dengan
Amal, Ichlasul & Armaidy, Armawi (ed.), Sumbangan Ilmu Sosial Terhadap
Konsepsi Ketahanan Nasional, Yogyakarta: Gadjahmada
University Press, 1996.
Andito (ed.), Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam Dialog “Bebas”
Konflik, Bandung: Pustaka Hidayah, 1998.
Bangura, Yusuf, The Search for Identity: Ethnicity, Religion and Political
Violence, makalah ke-6 World Summit for Social Development,
Kopenhagen, 1995.
Horton, Paul B & Hunt, Chester L., Sosiologi, Jakarta: Airlangga, 1992.
Johnson, Doyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1990.
Retnowati, Agama, Konflik dan Integrasi Sosial (Rekonsiliasi Islam dan Kristen
Pasca Kerusuhan Situbondo), tesis tidak diterbitkan pada Program
Studi Sosiologi, Program Pasca Sarjana UGM, 2000.
Tanja, Victor I., Pluralisme Agama dan Problema Sosial: Diskursus Teologi
tentang Isu-isu Kontemporer, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998.
Thayib, Anshari, dkk. (ed.), Hak Asasi Manusia dan Pluralisme Agama,
Surabaya: Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan (PKSK), 1997.