Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Sejarah Batubara

Batubara

merupakan

bahan

bakar

tidak

terbarukan

(unrenewable) yang telah mulai dikenal pada awal abad 9 di Inggris


dan abad 13 di Italia. Penggunaan bahan bakar batubara untuk
skala industri sejak abad 17 dan puncaknya menjelang perang
dunia I, kecuali di Indonesia masih menggunakan bahan bakar kayu
dan batubara hingga awal perang dunia II. Batubara memiliki
kandungan kalori tinggi mencapai 8000 kkal/kg sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar dan energi. Batubara
(coal) adalah sedimen batuan organik yang mudah terbakar (dengan
komposisi utama karbon, hidrogen dan oksigen), terbentuk dari
sisa-sisa tumbuhan selama periode waktu yang sangat panjang.
Seiring

dengan

perkembangan

teknologi,

penggunaan

batubara digeser oleh bahan bakar minyak yang dianggap lebih


praktis dan efisien. Namun krisis minyak melanda dunia sejak tahun
1973 atau 1974, menyebabkan harga minyak meningkat tidak
terkendali, sehingga negara industri kembali lagi melirik sumber
bahan bakar batubara dan sumber-sumber energi alternatif lainnya.
1.2. Proses Pembentukan Batubara

Batubara memiliki kesamaan dengan arang kayu, yaitu


memiliki kandungan unsur kimia yang serupa (C, H, O, N, S,
dan P), bersumber sama-sama dari bahan kayu (tumbuhan),
memiliki nilai kalori yang kurang lebih sama (nilai kalor arang kayu
sekitar 7000 kal/gr, batubara klas bituminius sekitar 6000-8000
kal/gr). Hanya saja batubara terbentuk melalui proses alam dalam
Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

jangka waktu yang sangat panjang seperti tergambar dalam definisi


batubara di atas, sedangkan arang kayu dibuat sebagai hasil
rekayasa dan inovasi manusia dalam waktu proses pembuatannya
sangat singkat. Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang
sudah mati dengan komposisi utama sellulosa (suatu polisakarida)
melalui suatu proses coalification oleh pengaruh faktor kimia, fisika
dan biologi akan mengubah secara perlahan sellulosa tersebut
menjadi batubara (peat, lignit, subituminous, bituminous dan
antrasit). Tempat pembentukan batubara dapat terjadi dimana
sisa-sisa tumbuhan berasal, tetapi kemungkinan pula dengan satu
dan lain faktor batubara terjadi di suatu tempat yang berbeda
dengan sumber sisa-sisa tumbuhan tersebut.
Berdasarkan tempat terbentuknya batubara, dikenal dua
teori dalam proses coalification yaitu sebagai berikut :
1. Teori in Situ
Teori ini menjelaskan bahwa bahan-bahan komponen
lapisan batubara terbentuk di tempat dimana tumbuhantumbuhan asal itu berada. Jenis batubara ini, kualitasnya lebih
baik, kadar abunya rendah dan bahan pengotornya sedikit,
seperti batubara Muara Enim, Sumatera Selatan.
2. Teori Drift
Teori ini menjelaskan bahwa bahan-bahan komponen
penyusun lapisan batubara terbentuk di tempat yang berbeda
dengan

tempat

tumbuhan-tumbuhan

asal

itu

berada.

Tumbuhan-tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air


dan terakumulasi di suatu tempat, lalu tertutup oleh lapisan
sedimen dan kemudian mengalami proses coalification. Jenis
batubara drift kualitasnya kurang baik, banyak mengandung
bahan pengotor, seperti batubara delta Mahakam Purba,
Kalimantan Timur.

Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.3. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Batubara

Dikenal serangkaian faktor yang akan berpengaruh dan


menentukan terbentuknya batubara yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi Topografi
Pada daerah topografi rendah tumbuhan dapat tumbuh
berkembang lebih subur. Semakin luas daerah topografi rendah
semakin banyak tumbuh tumbuhan-tumbuhan yang kelak
menjadi cikal bakal pembentukan batubara.
2. Posisi Geoteknik
Posisi geoteknik adalah posisi suatu area cekungan
sedimentasi yang dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik lempeng.
Semakin dekat cekungan sedimentasi batubara terakumulasi
terhadap posisi kegiatan tektonik lempeng, maka semakin tinggi
pula kualitas batubara tersebut.
3. Iklim Daerah
Di daerah yang mempunyai iklim tropis pada masa
lampau, sangat dimungkinkan didapatkan endapan batubara
dalam jumlah banyak, sebaliknya daerah yang beriklim
subtropis mempunyai penyebaran endapan batubara

relatif

terbatas.
4. Umur Geologi
Jaman karbon (kurang lebih berumur 350 juta tahun
yang lalu) dan jaman tersier (kurang lebih berumur 70 juta
tahun yang lalu) merupakan jaman dimana batubara itu
terbentuk.
Batubara yang terbentuk dari tanaman keras dan
berumur tua akan lebih baik dibandingkan dengan batubara
yang terbentuk dari tanaman berbentuk semak dan hanya
berumur semusim.
5. Proses Setelah Pengendapan
Apabila dinamika geoteknik memungkinkan terbentuk
perlipatan pada lapisan batuan yang mengandung batubara, dan

Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

terjadi pensesaran, proses ini akan mempercepat terbentuknya


batubara dengan rank yang lebih tinggi.
6. Metamorfosis Organik
Tingkat kedua dalam proses pembentukan batubara
adalah penimbunan atau penguburan oleh sedimen baru.
Apabila telah terjadi proses penimbunan, degradasi biokimia
tidak berperan lagi, tetapi mulai digantikan oleh proses
dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan
gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu.
Selama proses ini terjadi pengurangan air lembab, oksigen
dan senyawa kimia lainnya seperti CO, CO 2, CH4 serta gas
lainnya, Di lain pihak terjadi pertambahan prosentase karbon
(C), belerang (S) dan kandungan abu (ash).
(Aladin, 2010)
1.4. Sifat Umum Batubara

Sifat batubara dibedakan berdasarkan jenis dan peringkat


batubara yaitu :
1. Sifat batubara jenis lignit (brown coal) yaitu berwarna hitam,
sangat rapuh dengan nilai kalor rendah, kandungan karbon
sedikit, kandungan air tinggi, kandungan abu banyak dan
kandungan sulfur banyak.
2. Sifat batubara jenis bituminous atau subituminous yaitu
berwarna hitam mengkilat, kurang kompak dengan nilai kalor
tinggi, kandungan karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit,
kandungan abu sedikit dan kandungan sulfur sedikit.
3. Sifat batubara jenis antrasit yaitu berwarna hitam sangat
mengkilat, nilai kalor tinggi, kandungan karbon sangat tinggi,
kandungan air sangat sedikit, kandungan abu sedikit dan
kandungan sulfur sangat sedikit.

Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.5. Bentuk-Bentuk Lapisan Batubara

Dikenal beberapa bentuk lapisan batubara yaitu sebagai


berikut:
1. Bentuk horse back dicirikan oleh perlapisan batubara dan batuan
yang menutupinya melengkung ke arah atas akibat gaya
kompresi.

Ketebalan

ke

arah

lateral

lapisan

batubara

kemungkinan sama ataupun menjadi lebih kecil atau menipis.

Gambar 1.1
Sketsa Bentuk Horse Back
2. Bentuk pinch dicirikan oleh perlapisan yang menipis dibagian
tengah. Pada umumnya dasar dari lapisan batubara merupakan
batuan yang plastis misalnya batulempung sedang di atas lapisan
batubara secara setempat ditutupi oleh batupasir yang secara
lateral merupakan pengisian suatu alur.

Gambar 1.2
Sketsa Bentuk Pinch
Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

3. Bentuk clay vein terjadi apabila diantara dua bagian deposit


batubara terdapat urat lempung. Bentuk ini terjadi apabila pada
satu seri deposit batubara mengalami patahan, kemudian pada
bidang patahan yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh
material lempung ataupun pasir.

Gambar 1.3
Sketsa Bentuk Clay Vein
4. Bentuk burried hill terjadi apabila di daerah dimana batubara
semula terbentuk terdapat suatu kulminasi sehingga lapisan
batubara seperti terintrusi.

Gambar 1.4
Sketsa Bentuk Burried Hill
Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5. Bentuk fault terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara


mengalami

beberapa

seri

patahan.

Keadaan

ini

akan

mengacaukan di dalam perhitungan cadangan, akibat adanya


perpindahan perlapisan akibat pergeseran ke arah vertical.

Gambar 1.5
Sketsa Bentuk Fault
6. Bentuk fold terjadi apabila di daerah dimana deposit batubara
mengalami perlipatan. semakin intensif gaya yang bekerja
pembentuk

perlipatan

akan

makin

tersebut terjadi.

Gambar 1.6
Sketsa Bentuk Fold

Kelompok IV

komplek

perlipatan

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1.6. Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara

Adapun pengolahan dan pemanfaatan batubara yaitu sebagai


berikut :
1.6.1. Pengolahan Batubara
Dalam proses pengolahan batubara dikenal the big
four yaitu sebagai berikut :
a. Proses gasification atau gasifikasi batubara dimaksudkan
untuk merubah bahan bakar padat menjadi bentuk gas,
berupa

campuran

hidrogen,

monoksida.
b. Liquefaction atau pencairan

metana
batubara

dan

karbon

dimaksudkan

untuk

merubah batubara menjadi bahan bakar

dapat

dilakukan

dengan

cara

direct

cair,

liquefaction

(pencairan langsung) batubara dalam bentuk suspensi


dihidrogenasi dengan bantuan katalis atau

pelarut

donor hidrogen atau dengan cara indirect liquefaction


(pencairan tidak langsung), yaitu gasifikasi batubara
membentuk gas CO kemudian diikuti dengan hidrogenasi.
c. Carbonization atau karbonisasi adalah merupakan suatu
proses destruktif kandungan organik secara distilasi pada
suhu relatif tinggi (450 - 1050 OC), menghasilkan coke
(bahan bakar yang banyak digunakan dalam industri
logam dan relatif nyaman, tidak berasap serta efektif), tar,
pengeringan dan pemanasan ruang.
d. Combustion atau pembakaran batubara adalah oksidasi
karbon dan hidrokarbon membentuk karbon dioksida dan
air dengan menghasilkan panas.
1.6.2. Pemanfaatan Batubara
Adapun pemanfaatan batubara dalam kehidupan,
diantaranya yaitu sebagai berikut :
Kelompok IV

PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
a. Sumber bahan bakar dan energi

b. Briket batubara
c. Bahan bangunan
d. Bahan kerajinan tangan

(Sukandarrumidi, 2009)

Kelompok IV

Anda mungkin juga menyukai