Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH UNESCO DALAM SISTEM

PENDIDIKAN INDONESIA

OLEH :
TITIS HANANTO KUSUMO
E1A113027
KELAS D

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Salah satu bagian terpenting dari sebuah Negara adalah pendidikan warga

Negara itu sendiri, jika dilihat dari sudut pandang suatu Negara bahwa hal ini
menentukan sejauh mana pemerintahan dalam suatu Negara bisa dikatakan sempurna
dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Bahkan pendidikan juga dipandang
sebagai tolak ukur bahwa Negara itu bisa dianggap maju.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya
mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, di
dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke

generasi (Dwi Siswoyo, 2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa
hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa
mereka telah melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain
adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas,
terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh
karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan
kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan beragama. Di sinilah peran lembaga
pendidikan baik formal maupun non formal untuk membantu masyarakat dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang telah disampaikan di atas, melalui pendidikan
sepanjang hayat manusia diharapkan mampu menjadi manusia yang terdidik.
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali
melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu
bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting
artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa
depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana dunia semakin sengit
tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas. Manusia demikianlah yang
diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut bepartisipasi dalam
percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki (Isjoni, 2008:vii).
Berangkat dari pemikiran itu perserikatan bangsa-bangsa mempunyai sebuah
gagasan yang dimana dibentuklah sebuah badan khusus yang bertugas untuk
mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan,kebudayaan dan
pengetahuan.maka dari itu terbentuklah organisasi yang disebut UNESCO.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. BAGAIMANA SEJARAH LAHIRNYA UNESCO?

B. APAKAH TUJUAN DAN MISI UNESCO ?


C. APA PENGARUH UNESCO DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL?

1.3 TUJUAN
untuk memberikan informasi kepada seluruh pembaca dan pembahasan ilmiah
mengenai berdirinya organisasi UNESCO serta pengaruh dan perannya dalam proses
system pendidikan di indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH LAHIRNYA UNESCO
Pada awal 1942, dalam masa perang, pemerintah negara-negara Eropa, yang
menghadapi Nazi Jerman dan sekutunya, bertemu di Inggris untuk Konferensi
Menteri Sekutu Pendidikan (DATANG). Perang Dunia II masih jauh dari selesai,
namun negara-negara sedang mencari cara dan sarana untuk merekonstruksi sistem
pendidikan mereka sekali perdamaian dipulihkan. Sangat cepat, proyek ini
mendapatkan momentum dan segera mengambil catatan universal. Pemerintah baru,
termasuk dari Amerika Serikat, memutuskan untuk bergabung masuk
Atas usul CAME, sebuah Konferensi PBB untuk pembentukan sebuah organisasi
pendidikan dan kebudayaan (ECO / CONF) diselenggarakan di London dari 01-16
November 1945. Sangat ketakutan perang berakhir ketika konferensi dibuka. Ini
berkumpul bersama wakil dari empat puluh empat negara yang memutuskan untuk
membuat sebuah organisasi yang akan mewujudkan suatu budaya dari perdamaian. Di
mata mereka, organisasi baru harus menetapkan "solidaritas intelektual dan moral

umat manusia" dan, dengan demikian, mencegah pecahnya perang dunia lain.
Pada akhir konferensi, tiga puluh tujuh negara mendirikan PBB untuk Pendidikan,
Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Para Konstitusi UNESCO , yang ditandatangani pada
tanggal 16 November 1945, mulai berlaku pada tanggal 4 November 1946 setelah
ratifikasi oleh dua puluh negara: Australia, Brasil, Kanada, Cina, Cekoslowakia,
Denmark, Republik Dominika, Mesir, Perancis, Yunani, India, Lebanon, Meksiko ,
Selandia Baru, Norwegia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris dan Amerika
Serikat. Sesi pertama dari Konferensi Umum UNESCO diadakan di Paris dari 19
November - 10 Desember 1946 dengan partisipasi wakil-wakil dari 30 pemerintah
berhak memilih.
Pembagian politik Perang Dunia II ditandai komposisi negara anggota pendiri
UNESCO. Ia tidak sampai 1951 bahwa Jepang dan Republik Federal Jerman menjadi
Anggota, dan Spanyol telah diterima pada tahun 1953. Faktor-faktor lain sejarah
besar, seperti Perang Dingin, proses dekolonisasi dan pembubaran Uni Soviet, juga
meninggalkan jejak mereka di UNESCO. Uni Soviet bergabung dengan UNESCO
pada tahun 1954 dan digantikan oleh Federasi Rusia pada tahun 1992 bersama 12
republik Soviet. Sembilan belas negara Afrika menjadi anggota pada tahun 1960.
Sebagai konsekuensi dari masuknya ke PBB, Republik Rakyat Cina telah satunya
wakil sah Cina di UNESCO sejak tahun 1971. Republik Demokrasi Jerman adalah
Anggota 1972-1990, ketika bergabung dengan Republik Federal Jerman.
Beberapa negara menarik diri dari Organisasi untuk alasan politik pada berbagai titik
dalam waktu, tetapi mereka memiliki hari ini semua kembali bergabung dengan
UNESCO. Afrika Selatan tidak hadir 1957-1994, Amerika Serikat antara tahun 1985
sampai 2003, Kerajaan Inggris Raya dan Irlandia Utara 1986-1997 dan Singapura
1986-2007.

B. TUJUAN DAN MISI UNESCO


Tujuan organisasi adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan
mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan
kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. (Pasal 1 Konstitusi
UNESCO).
UNESCO bekerja untuk menciptakan kondisi untuk dialog antar peradaban,
budaya dan masyarakat, berdasarkan rasa hormat terhadap nilai-nilai umum bersama.
Melalui dialog ini bahwa dunia dapat mencapai visi global memperhatikan
pembangunan berkelanjutan yang mencakup hak asasi manusia, saling menghormati
dan pengentasan kemiskinan, yang semuanya berada di jantung dari misi UNESCO'S
dan kegiatan.
Tujuan yang luas dan tujuan konkret masyarakat internasional - sebagaimana
tercantum dalam tujuan pembangunan yang disepakati secara internasional, termasuk
Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) - mendukung semua strategi UNESCO dan
kegiatan. Dengan demikian kompetensi unik UNESCO di bidang pendidikan, ilmu
pengetahuan, budaya dan komunikasi dan informasi memberikan kontribusi menuju
terwujudnya tujuan tersebut.
Misi UNESCO adalah untuk memberikan kontribusi pada pembangunan
perdamaian, pemberantasan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan dan dialog antar
budaya melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, komunikasi dan informasi

C. PERAN DAN FUNGSI UNESCO


UNESCO bekerja untuk menjaga perdamaian dan pembangunan manusia melalui
perannya sebagai lembaga utama internasional untuk pendidikan, ilmu pengetahuan,
budaya dan komunikasi. UNESCO bekerja untuk

mengembangkan dan mempromosikan prinsip-prinsip universal dan ide, didasarkan


pada kebutuhan untuk melindungi kelompok rentan dan kurang beruntung;
mengakui dan melindungi keragaman dan hak asasi manusia;
Mempromosikan pemberdayaan dan partisipasi dalam masyarakat pengetahuan
yang muncul melalui akses, peningkatan kapasitas dan berbagi pengetahuan.
UNESCO berfungsi sebagai laboratorium ide - mengantisipasi dan mendefinisikan
tantangan yang muncul dalam lingkup yang dimandatkan pendidikan, ilmu
pengetahuan, budaya, informasi dan komunikasi. Hal ini memainkan peran penting
dalam mengumpulkan dan berbagi informasi yang tersedia, pengetahuan dan praktik
terbaik dalam bidang ini. UNESCO berfungsi sebagai forum utama untuk memeriksa
dan mengidentifikasi isu-isu etis dan intelektual dari waktu kita, bekerja menuju
perjanjian universal tentang masalah ini, target benchmarking dan memobilisasi opini
internasional. Di jantung dari misi UNESCO dan kegiatan adalah visi global budaya
perdamaian didasarkan pada ketaatan terhadap hak asasi manusia, pembangunan
berkelanjutan, saling menghormati dan pengentasan kemiskinan.

D. PERAN UNESCO DALAM PEMBANGUNAN


PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan merupakan salah satu tujuan utama dari berdirinya UNESCO.
Sejak berdiri pada tahun 1945 UNESCO telah bekerja untuk meningkatkan
pendidikan di seluruh dunia dan itu merupakan kunci pembangunan nasional dan
ekonomi.
Organisasi ini bertujuan untuk membantu membangun dunia yang
berkelanjutan dengan mempromosikan perdamaian,merayakan keberagaman dan
membela hak asasi manusia. Hal tersebut bisa tercapai dengan adanya pendidikan

untuk semua(PUS) yang dicanangkan oleh UNESCO. yang tentunya jelas dekat
dengan departemen pendidikan dan mitra lainnya di 193 negara.
Dalam hal itulah Indonesia juga termasuk kedalam mitra dari unesco yang
dimana mempengaruhi system pendidikannya. Baik dalam pendidikan formal maupun
informal.
Salah satu contoh dari peran badan ini dalam memuluskan proses globalisasi,
yaitu penyeragaman pengelolaan pendidikan tinggi di seluruh dunia. Hal ini bisa
dilihat dari pertemuan yang diadakan di Paris pada tanggal 5-9 Oktober 1998.
Pertemuan ini dinamakan The World Conference on Higher Education in the Twentyfirst Century : Vision and Action. Peserta yang hadir terdiri dari sekitar 180 negara
sebagai wakil dari komunitas akademik, termasuk dosen, mahasiswa dan stakeholder
yang lain dalam pendidikan tinggi.
Bukan hanya itu saja pengaruh dari UNESCO dalam pendidikan nasional.
Dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia UNESCO mengeluarkan empat
pilar yang dapat menopang pendidikan yang ada di Indonesia ini. Berangkat dari
pemikiran tersebut, Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO
(United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan
empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning
to live together, dan (4) Learning to be.
Dimana Untuk mengimplementasikan learning to know (belajar untuk
mengetahui), pengajar harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Di
samping itu pengajar dituntut untuk dapat berperan ganda sebagai kawan berdialog
bagi siswanya dalam rangka mengembangkan penguasaan pengetahuan siswa.
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya
untuk mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar

Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terealisasi. Walau


sesungguhnya bakat dan minat anak dipengaruhi faktor keturunan namun tumbuh dan
berkembangnya bakat dan minat juga bergantung pada lingkungan. Seperti kita
ketahui bersama bahwa keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan
seseorang bahkan keterampilan lebih dominan daripada penguasaan pengetahuan
semata.
Pilar ketiga yang dicanangkan Unesco adalah learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang). Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan
fisik, kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Misal : bagi siswa
yang agresif, akan menemukan jati dirinya bila diberi kesempatan cukup luas untuk
berkreasi. Dan sebaliknya bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai kompas penunjuk
arah sekaligus menjadi fasilitator sangat diperlukan untuk menumbuhkembangkan
potensi diri siswa secara utuh dan maksimal.
Terjadinya proses learning to live together (belajar untuk menjalani
kehidupan bersama), pada pilar keempat ini, kebiasaan hidup bersama, saling
menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu dikembangkan disekolah.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
salah satu faktor penting dalam suatu negara adalah bagaimana pendidikan
warga Negaranya. Bahkan pendidikan dianggap sebagai tolak ukur dalam sebuah
perkembangan Negara. Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada
cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas
pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas
pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang
bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam masa dimana
dunia semakin sengit tingkat kompetensinya adalah manusia yang berkualitas.
Manusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut
bepartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki.
Hal itulah yang menjadi dasar pemikiran PBB untuk melahirkan suatu badan
hukum khusus yang bertitik berat pada pendidikan secara universal yang disebut
UNESCO. bukan hanya bertitik berat pada aspek pendidikan saja,tapi badan khusus
ini juga mengatur soal social dan kebudayaan juga. Misi UNESCO adalah untuk
memberikan kontribusi pada pembangunan perdamaian, pemberantasan kemiskinan,
pembangunan berkelanjutan dan dialog antar budaya melalui pendidikan, ilmu
pengetahuan, budaya, komunikasi dan informasi.
Sebagai salah satu anggota dari PBB pastinya Indonesia juga terpengaruh oleh
peran UNESCO dalam system pendidikan yang ada sekarang ini. Dalam hal itulah
mempengaruhi system pendidikannya. Baik dalam pendidikan formal maupun
informal. Bukan hanya itu saja pengaruh dari UNESCO dalam pendidikan nasional.

Dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia UNESCO mengeluarkan empat


pilar yang dapat menopang pendidikan yang ada di Indonesia ini. Berangkat dari
pemikiran tersebut, Persarikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO
(United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan
empat pilar pendidikan, yakni: (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning
to live together, dan (4) Learning to be.
Dimana Untuk mengimplementasikan learning to know (belajar untuk
mengetahui), pengajar harus mampu menempatkan dirinya sebagai fasilitator. Sekolah
sebagai wadah masyarakat belajar seyogjanya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar
Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dapat terealisasi. Pilar ketiga
yang dicanangkan Unesco adalah learning to be (belajar untuk menjadi seseorang).
Hal ini erat sekali kaitannya dengan bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan,
tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Terjadinya proses learning to live
together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama), pada pilar keempat ini,
kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
dikembangkan disekolah.

DAFTAR PUSTAKA

http://dggghdhdhh.blogspot.co.id

http://gears99.blogspot.co.id/2012/04/empat-pilar-pendidikan-menurutunesco.html

http://madhienyutnyut.blogspot.co.id/2012/02/unesco.html

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090212001351AAiIjD9

http://www.slideshare.net/randiramlan/implementasi-pendidikan-berbasisunesco

http://irawidyastuti94.blogspot.co.id/2014/05/makalah-pembelajaran-sebagaipilar_27.html

Isjoni.(2008). Memajukan Bangsa dengan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Atika Aziz (2010) 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO (online) tersedia:

Http://Atikatikaaziz.Blogspot.com.2010/09/4-pilar-pendidikan-menurutunesco.html?m=1 (12 Maret 2012)

Anda mungkin juga menyukai