Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percepatan arus informasi, globalisasi, dan krisis multidimensional
telah mempengaruhi berbagai dimensi kehidupan, dan kualitas sumber daya
manusia (SDM), termasuk semakin terkikisnya nilai-nilai Islami pada
sebagian masyarakat. Hal tersebut terjadi, ketika masyarakat didikte untuk
memasuki kehampaan spiritual, yang membuatnya terasing dan dir
lingkungan, dan nilai-nilai agania yang dianutnya. Oleh karena itul jika bangsa
Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global, maka langkah pertama
yang harus dilakukan adalah menata SDM, terutama menyangkut aspek
emosional, spiritual, kreativitas, dan moral, di smping aspek intelektual.
Penataan

SDM

tersebut

harus

diupayakan

secara

bertahap

dan

berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas, baik secara


informal, formal, maupun nonfo rmal, mulai dan pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi. Hal mi penting, karena berbagai indikator menunjukkan
bahwa pendidikan belum mampu menasi1kan SDM sesuai dengan
perkembangan masyarakat, dan kebutuhan pembangunan, meskipun kondisi
yang ada sekarang bukan sepenuhnya kesalahan pendidikan.
Hampin setiap han, kita disuguhi contohcontoh yang menyedihkan
melalui berbagai media massa, yang secara bebas
mempertontonkan perilaku kekerasan, kejahatan, perselingkuhan, dan
korupsi,. yang telah membudayadalam sebagian masyarakat, bahkan di
kalangan pejabat. Contoh-contoh tersebut menunjukkan betapa rendah dan
rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan bangsa, sehingga telah
melemparkan
moralitas bangsa kita pada titik terendah, yang mengesankan manusia
Indonesia hidup dengan hukum rimba di tengah hutan belantara kota. Kita
juga mendengar dan menyaksikan, betapa para pemuda, pelajar dan
mahasiswa yang diharapkan menjadi tulang punggung bangsa telah terlibat

dengan VCD forno, narkoba, dan perjudian. Dalam pada itu, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara belum tumbuh budaya mutu, budaya na1u, dan
budaya kerja, baik di kalangan para pemimpin
B.

BAB II
A. Identitas Buku
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KOMPETENSI
( Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 )
Penulis : Abdul Majid, S. Ag dan Dian Andayani, S. Pd
Pengantar : Dr. E. Mulyasa, M. Pd
Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA
Kota terbit : Bandung
Tahun : 2004
Jumlah Halaman : 284 Lembar
B. Ruang Lingkup Permasalahan

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Pengembangan kurikulum model makro
Mempunyai cakupan yang cukup luas bukan hanya di tingkat guru,
analisis kebutuhan masalah pendidikan, akan tetapi sampai pada tingkat
nasional.
a. Model Romizowsky
Dalam buku Oemar Hamalik, model sistematik menerapkan, salah satu
penerapan

pendekatan

sistem

(system

approach).

Pengembangan

kurikulum model sistematik yang dikembangkan oleh Romizowsky


dilakukan melalui 14 langkah, yaitu:
Identifikasi tugas-tugas
Identifikasi tugas-tugas yang menjadi tuntutan suatu pekerjaan.
Berdasarkan tuntutan pekerjaan itu, harus dilaksanakan sehubungan
dengan job tersebut.
Analisis tugas
Tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional dijabarkan
menjadi seperangkat tugas yang lebih rinci.
Menetapkan kemampuan
Setiap kemampuan hendaknya didasarkan pada kriteria kognitif,
afektif dan performance, serta produktif dan ekploratoris.
Spesifikasi pengetahuan, keterampilan dan sikap
Setiap kemampuan yang dimiliki, dirinci menjadi pengetahuan apa,
sikap-sikap apa, dan keterampilan-keterampilan apa yang perlu dimiliki
oleh setiap lulusan.
Identifikasi kebutuhan pendidikan dan latihan
Artinya jenis-jenis pendidikan yang perlu disediakan dalam rangka
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan seperti
kegiatan belajar teorik dan praktik lapangan.
Perumusan tujuan kompetensi
Tujuan pendidikan ini masih bersifat umum. Karena itu perlu
dijabarkan menjadi tujuan kurikulum dan tujuan intruksional umum dan
harus koheren dengan kompetensi yang hendak dikembangkan.
Kriteria keberhasilan program
Adalah indikator keberhasilan suatu program yang ditandai dengan
ketercapaian tujuan kemampuan yang diharapkan.

Organisasi sumber-sumber belajar


Komponen ini berisikan sumber materi dan objek masyarakat yang
dapat dijadikan sumber informasi.
Pemilihan strategi pembelajaran
Perlu dirancang secara seksama kegiatan-kegiatan belajar dan
mengajar yang terpilih dan cocok dengan pencapaian tujuan yang
direncanakan.
Uji coba program
Berdasarkan pengukuran itu dapat dicek sejauh mana efektifitas
program, validitas dan reliabilitas alat ukur dan efektifitas sistem
informasi pengukuran yang digunakan sebagai umpan balik untuk
perbaikan dan penyesuaian program.
Pelaksanaan program
Bahwa rancangan program yang talah di desain secara cermat dan
telah mengalami uji serta perbaikan dapat dipublikasikan dan
dilaksanakan dalam sample yang lebih luas.
Monitoring program
Untuk menghimpun informasi tentang pelaksanaan program,
hendaknya didesain secara cermat. Dengan demikian pada akhirnya
diperoleh suatu program yang sinkron sesuai dengan kebutuhan
lapangan dan diadaptasikan dengan lingkungan rohani.
Perbaikan dan penyesuaian
Langkah ini merupakan tindak lanjut setelah pelakasaan uji coba dan
pengukuran.
b. Model Gagne dan Briggs
Gagne dan Briggs dalam bukunya priciples of intructional design
menggambarkan model kurikulum pendidikan berdasarkan teknologi
pendidikan.
1. Memperhatikan perbedaan individu siswa
2. Memperhatikan psikologi perkembangan
Model ini menggunakan pendekatan sistem, terutama berorientasi
pada keterampilan dasar dan penugasan materi pelajaran.
c. Model Blank
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada kemampuan
untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan standar performansi yang
telah ditetapkan.

Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung


tiga unsur pokok, yaitu:
1. Pemilihan kompetensi yang sesuai
2. Spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan
pencapaian kompetensi
3. Pengembangan sisitem pengajaran
Langkah-langkah pengembangan

kurikulum

pelatihan

dan

pembelajaran berbasis kompetensi menurut E. Blank, antara lain:


Mengidentifikasi dan menetapkan jabatan (okupasi khusus). Pada
langkah ini perlu diidentifikasi dan ditentukan bidang pekerjaan apa yang
hendak ditingkatkan dan perlu mendapat pertimbangan untuk dilakukan
bagi pelatih unsur ketenagaanya.
Mengidentifikasi kemampuan awal (prerequisit). Pada langkah ini
identifikasi semua unsur kemampuan yang telah dimiliki oleh calon
peserta

latihan

yang

mencakup

pengetahuan,

pengalamam

dan

sebagainya. Hal ini perlu, karena dengan mengetahui kelemahan dan


realita kemampuan yang ada, kelak dapat dikembangkan materi pelatihan
yang lebih relevan.
Mengidentifikasi dan menetapkan jenis pekerjaan (jobs) sesuai dengan
okupasi khusus.
Menganalisis tugas-tugas (task) pekerjaan dan menambah pengetahuan
tentang tugas-tugas yang diperlukan.
Merumuskan dan menulis tujuan-tujuan prilaku terminal. Prilaku terminal
adalah prilaku spesifik, dapat diamati dan terukur.
Menyusun urutan tugas-tugas dan tujuan-tujuan prilaku terminal. Hal ini
dilandasi oleh asumsi-asumsi , bahwa ketercapaain tujuan prilaku berati
siswa atau pesertas telah memiliki kemampuan melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya.
Mengmbangkan tes prilaku. Berdasarkan tolak ukur, ketercapaian tujuan
pelatihan dan tingkat ketercapaian tersebut menjadi indikator keberhasilan
program pelatihan.
Mengembangkan tes tertulis. Tes tertulis dimaksudkan untuk mengukur
atau menilai tingkat penguasan pengetahuan berkenaan dengan tugas dan
job yang dilakukan.

Mengmbangkan konsep petunjuk (acuan) belajar. Petunjuk belajar tersebut


harus sesuai dengan prinsip-prinsip pengajaran berdasarkan kompetensi,
menggunakan pendekatan sisitem, memberdayakan teknologi intrukssional
dan dilasanakan dalam bentuk pembelajaran modular.
Melakukan uji coba. Langkah ini berkaitan erat dengan strategi
pengajaran.
Mengembangkan sisitem pengelolaan belajar.
Implementasi dan evaluasi program pelatihan. Dalam proses implementasi
program

pelatihan, pengeloloan program melakukan kegiatan-kegiatan

monitoring yang bertujuan mengnumpulkan data dan informasi tentang


pelaksanaan program.
B. Pengembangan Kurikulum Model Mikro
1. Model desain Gerlach dan Ely
Merumuskan materi
Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk kemampuan yang
perlu dimilki oleh siswa pada jenjang belajar tertentu.
Menentukan tujuan
Mengukur kemampuan awal
Bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelum menempuh sisitem
intruksional.
Menentukan kemampuan isi atau materi
Strategi pembelajaran adalah prosedur yang digunakan oleh pengajar
untuk memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, menentukan
tugas dan perenan siswa.
Pengorganisasian kelompok
Perlu dilakukan sesuai dengan strategi pembelajaran yang telah
direncanakan, jumlah sisiwa, besarnya kapasitas kelas dan waktu yang
tersedia.
Mengalokasikan waktu
Mengalokasikan ruang dan tempat
Memilih sumber-sumber
Mengevaluasi perilaku
Menganalisis umpan balik
2. Model desain Dick dan Carey

Seluruh tingkatan dalam beberapa model sistem pembelajaran dapat


dikategorikan kedalam salah satu dari tiga fungsi:
a) Mengidentifikasi hasil pembelajran,
b) Pengembangan pembelajaran,
c) Evaluasi efektifitas pembelajaran,
Tujuan pembelajaran
Analisis pembelajaran
Tingkah laku dan karakteristik siswa
Tujuan perfomansi
Ada dua alasan untuk menyusun tujuan umum ke tujuan khusus.
Pertama, agar dapat mengkomunikasikan tingkat perbedaan seseorang.
Kedua, untuk menambah kelengkapan atau rincian dalam menyusun
perencanaan sehingga dimungkinkan terjadinya pengembangan dari
bahan dan sistem pengantar.
Fungsi performansi objektif, yaitu:
a) Memberikan sebuah pengertian untuk menentukan apakah hubungan
b)
c)
d)

pembelajaran dangan pencapaian tujuan.


Memberikan makna, untuk memfokuskan perencanaan pembelajarn
diaatas menuju keadaan yang tepat atau cocok untuk belajar.
Sebagai pengantar dalampengnembangan pengukuran kinerja siswa.
Membantu siswa dalam belajar.
Kriteria-refeaensi soal tes
Strategi pembelajaran
Bahan pembelajaran
Evaluasi formatif
Evaluasi sumatif

3. Model Istiqomah
Model ini diadaptasi dari tulisa B.S Wibowo dalam Buku Tarbiyah
Menjawab Tantangan.
Imagination: imagination is more importhan than knowladge (Albert
Einstein). Dengan demikian guru harus mampu mengajar dengan
membangkitkan imajinasi jauh kedepan, baik itu manfaat ilmu maupun
menciptakan teknologi yang tidak ada menjadi ada.
Student centre: murid sebagai pusat aktivitas. Inquir adalh sebuah
program yang menekankan rasa ingin tahu belajar dan menggali dari
pengalaman terstruktur yang diberikan.

Teknologi:

mengaar

adalah

memanfaatkan

qolam

teknologi.

Mengajar adalah proses formasi dari tidak tahu menjadi tahu (QS. 96: 15).
Intervention: guru yang terbaik adalah pengalaman. Seluruh alam
adalah ruang kelas belajar bagi ornag yang mau berfikir.
Question and answer: hipotesa adalah pernyataan ilmiah dalam
bentuk kalimat tanya atau statment negatif yang harus di uji kebenarannya.
Organization: guru atau trainer yang paling siap adalah yang paling
siap materi. Dengan demikian sebaiknya guru turut mengontrol pola
pengorganisasian ilmu yang telah diperoleh oleh siswa.
Motivation: the three most important factor in learning are
motivation, motivqtion and motivation (Cristoper Ball).
Application: dengan demikian dalam mengjar hendaknya guru
mamapu memvisualisasikan ilmu pengetahuan pada duniaparaktis atau
mampu berfikir lateral untuk mngmbangkan aplikasi ilmu tersebut
kedalam berbagai bidang kehidupan.
Heart, hepar, jantung, hati, spiritual: bahahn bakar motif yang
paling kuat ada pada nilai-nilai, doktrin dan ideologi dan faktor spiritual.
Dengan demikian guru harus mampu mendidik dengan turut menyertai
nilai-nilai spiritual, karena ini merupakan faktor paling mendasar untuk
kesuksesan jangka panjang.
4. Model Rasulullah membelajarkan anak
a) Fokus, ucapannya ringkas. Langsung pada inti pembicaraan sehingga
mudah dipahami.
b) Pembicaraannya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberi waktu
untuk mencernanya.
c) Memperhatikan keragaman

anak,

sehingga

dapat

melakukan

pemahaman yang brebeda dan tidak terbatas.


d) Analogi,
memberikan
perumpamaan-perumpamaan

untuk

mempermudah memahami sesuatu.


e) Memperhatikan faktor kognitif, emosional dan kinetik.
f) Menumbuhkan krestivitas anak.
g) Berbaur sehingga terbiasa higup bersama.
h) Aplikasi, langsung memberikan tugas kepada anak.
5. Strategi Teaching jadi learning

Untuk mengubah paradigma dari teaching menjadi learning, proses


pembelajaran harus dikelola dengan baik
a) Berusaha menjadikan materi pelajaran sebagai bahan pembicaraan
yang menarik.
b) Tunjukan kepada siswa beberapa tokoh ilmuwan.
c) Lakukan asosiasi, artinya menghubungkan pelajaran yagn baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
d) Proses pembelajaran hendaknya mengikuti langkah-langkah strategis
dengan prinsip-prinsip didaktis.
e) Mencoba menyingkat beberapa istilah dengan nama yang unik sehngga
siswa dapat menghafalnay dengan mudah.
f) Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
g) Menjadikan guru sebagai media atau siswa dijadikan sebagi model
dalam pembelajaran.

10

KONSEP DASAR KBK


Ada empat madzhab kurikulum yang kini tumbuh dengan cepat, yaitu:
a) Esensial: mata pelajaaran inti. Tokohnya Plato.
b) Ensiklopedisme: yaitu mata pelajaran dasar dengan cakupan lebih luas dan
c)

terbuka bagi semua orang.


Model pendidikan awal berbasis indera: arietoteles mengusulkan bahwa

pengetahuan berwal dari panca indera.


d) Gerakan pragmatis yang berorientasi pada anak: kini ada dua aliran
utama,yang satu berorientasi pada anak sebagi pribadi, dan yang lain pada
rekonstruksi masyarakat.
Konsep kompetensi dalam kurikulum menurut (Depdiknas, 2002: 1)
1) Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam
berbagai konteks.
2) Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk
menjadi kompeten
3) Kompetensi merupakan hasil belajar yang mejelaskan hal-hal yang dilakukan
oleh siswa melalui proses pembelajaran
4) Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara
jelas dan lugas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang
dapat diukur.
a. Latar belakang KBK
a. Pengertian Kompetensi
Menurut Mc. Ashan dalam Tarsisus Suhono mengatakan bahwa
kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang
diperoleh seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik termasuk
menyangkut perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik. Stefhn P.
Becker dan Jack Gordon mengemukakan elemen yang terkandung dalam
konsep kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pengertian (understanding), yaitu kedalaman kognektif dan afektif yang
dimilik oleh siswa.
3. Keterampilan (skilss), adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu
untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya
4. Nilai (value), adalah suatu norma atau standar yang telah diyakini atau
secara fsikologis telah menyatu pada diri individu

11

5. Minat (interest), adalah keadaan yang mendasari motivasi individu,


keinginan yang berkelanjutan dan orientasi fsikologis.
Scrag dan Poland menjelaskan bahwa: Kompetensi merupakan
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan baik sebagai hasil dari
pendidikan dan pelatihan yang diikutinya.
Depdiknas (2002:1) mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kebiasaan berfikir dan
bertindak.
Dengan

demikian

kurikulum

berbasis

kompetensi

merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai oleh siswa.
b. Fokus pendekatan kompetensi
Pendidikan merupakan lingkungan utama yang memberikan kesempatan
dan dukuan bagi perkembangan potensi-potensi peserta didik dan diharapkan
guru dapat mengenali dan memahami potensi-potensi yang dimiliki peserta
didiknya sehingga dapat berkembang secara optimal.
c. Diversivikasi
Upaya memberikan ras keadilan atas keragaman yang timbul dari setiap
peserta didik yaitu dengan cara diversifikasi. Dan dengan melalui program ini
diharapkan dapat melayani keragaman latar belakang sosial, budaya, dan
kemamapuan peserta didik yang secara fitrah memang beragam.
Diversifikasi kurikulum adalah kurikulum yang disesuaikan, diperluas
dan diperdalam atau dirancang untuk melayani keragaman kemampuan dan
minat peserta didik serta kebutuhan dan kemampuan daerah dan sekolah
ditinjau dari segi geografis dan budaya.
Diversifikasi kurikulum dikelompokan menajdi sebagai berikut:
a. Kelompok normal
Mengembangkan pemahaman tentang prinsip dan praktikal
aplikasi.
Mengembangkan

kemampuan

praktkal

akademik

yang

berhubungan dengan alam pekerjaan.


b. Kelompok sedang
Mengembangkan kemahiran berkomunikasi, menggali potensi diri
dan praktikal aplikasi.
Mengembangkan kemahiran akademik dan kemahiran praktikal
sehubungan dengan tuntutan dunia kerja.

12

c. Kelompok tinggi
Mengembangkan pemahaman tentang prinsip, teori dan aplikasi.
Mengmbangkan kemampuan akademik untuk memasuki
pendidikan tinggi.
d. Desentralisasi
Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan
ini merupakan upaya memperday daerah dan sekolahdalam meningkatkan mutu
pendidikan secara berkelanjutan.
Salah satu upaya peningkatan mutu pendidika adalah penyempurnaan
kurikulum.

Pengelolaan

kurikulum

berbasis

sekolah

diarahkan

untuk

memberdayakan sumber daya yang adadidaerah dan sekolah dalam mengelola


kurikulum berbasis kompetensi.
e. Keunggulan kurikulum berbasis kompetensi

A. Landasan dan prinsip KBK


a. Landasan kurikulum kompetensi
Menurut Tyler (1949), landasan lurilulum terdiri dari landasan
filosofis, sosial budaya, dan psikologis.
a.
Landasan Filosofis
Proses pentingnya mendidik anak agar menjadi manuisia yang baikpada
hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut oleh
negara.
Dalam undang-Undang tentang Dasar Pendidikan dan Pengajaran
disekolah, Bab III pasal

4, tercantum: pendidikan dan pengajaran

berdasarkan asas-asas yang termaktub dalam pancasila, Undang-Undang


Dasar Negara
Dengan demikian filosofis pancasila yang dianut oleh negara kita dengan
prinsip demokratis, mengandung makna bahwa peserta didik diberi kebebasan
untuk berkembang dan mampu berfikir intelegen dikehidupan masyarakat,
melakukan aktifitas yang memberi manfaat terhadap hasil akhir.
b.
Landasan sosial budaya
Landasan ini berkenaan dengan keadaan masyarakat, perkembangan dan
perubahannya berupa pengetahuan dan lail-lain. Tiap masayarakat berlainan
corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang
kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam penyusunan

13

kurikulum. Dengan dijadiknnya sosiologis sebagai landasan pengembangan


kurikulum, maka peserta didik nantinya diharapkan mampu bekerja sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
c.
Landasan psikologis
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar. Dengan
demikian belajar dan psikologis anak ada hubungan yang erat antara
kurikulum dan psikologi belajar dan psikologi anak. Karena hubungan yang
sangat erat itu, maka psikologis menjadi salah satu dasar atau landasan
pengembangan kurikulum.
Guru mengajar apa yang diperkirakannya akan memberikan hasil yang
baik dan sering dilakkan dengan menggunakan berbagai teori belajar,
Dalam hal ini, aliran psikologis behaviorisme dan humanistika yng
mengandung maknapada pengembangan dan penguaaan terhadap kompetensi,
serta menekankan pada pengnembangan manusisa seutuhnya dijakan sebagai
salah satu landasan.
b. Prinsip-prinsip kurikulum berbasis kompetesi
Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
Penguatan integritas nasional
Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika
Kesamaan memperoleh kesempatan
Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi
Pengembangan keterampilan hidup
Belajar sepanjang hayat
Berpusat pada anak
Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
c. Komponen-komponen KBK
Kurikulum dan hasil belajar
Penilaian berbasis kelas
Kegiatan belajar mengajar
Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah
B. Penjabaran Tujuan Pendidikan Nasional
Undang-undang RI sistem pendidikan nasional (UUSPN) no 20 tahun
2003 memuat tujuan pendidikan nasional pendidikan nasional bertujuan
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

14

bertaqwa kepada Tuhan YME berakhlak mulia, nerilmu, cakap, kretif, mandiri
dan menjadi warga negar yang doemokratis serta bertanggung jawab.
Kompetensi tamatan, merupakn pengetahuan, keterapilan, sikap
dan nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kompetensi rumpun pelajaran, merupakan pernyataan tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap-sikap dan nilai yang direflaksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kompetensi dasar mata pelajran, pernyataan minimal atau
memadai tentang pengeahuan, keterampilan, sikap-sikap dan nilai

yang

direflaksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.


Kompetensi dasar, merupakan pernyataan apa yng dihaarpkan
dapat diketahui, disikapi atau dilaksanakan.
Hasil belajar, pernyataan kemammpuan siswa yang diharapkan
dalam menguasai sebagian atau seluruh kompetensi yang dimaksud.
C. Pihak-pihak yang terlibat aktif dalam pengembangan KBK
a. Sekolah
b. Dinas pendidikan kabupaten atau kota
c. Dinas pendidikan propinsi

15

KURIKULUM PAI BERBASIS KOMPETENSI


A. Selintas mengenai kurikulum PAI
Islam adalah agam yang dibawa oleh Nabi SAW. Islam berisi
seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan
berdasarkan dan bersumber dari Al-Quran, AL-hadits serta akal. Islam sebagai
agma yentunya mempunyai tujuan, ajaran pokok atau materi, metode dan
evaluasi. Jauh sebelum teori barat muncul, kurikulum PAI telah ada.
TUJUAN
Muhammad Al-Munir menjelaskan bahwa tujuan PAI adalah:
1.
Tercapainya manusia seutuhnya
2.
Tercapainya kehidupan dunia dan akhirat
3.
Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi
METODE
1. minhaj at-tarbiyah al-islamiyah
2. wasilatu at-tarbiyah al-islamiyah
3. kafiyatu at-tarbiyaj al-islamiyah
4. thariqatu at-tarbiyha al-islamiyah
B. Karakteristik kurikulum Islami
Abdurrahman An-Nahlawi menjelaskan bahwa kurikulum islami harus
memenuhi beberapa ketentuan, yaitu:
1. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras dengan fitrah manusia
serta bertujuan untuk menyucikan manusia.
2. Harus mewujudkan pendidikan islami, yaitu memurnikan ketaatan dan
3.

peribadatan hanya kepada Allah.


Harus sesuai denagn tingakatan pendidikan baik dalam hal karakteristik,
tingkat pemahaman, jenis kelamin, serta tugas-tugas kemasyarakatan yang

4.

telah dirancang oleh kurikulum.


Memeperhatikan tujuan-tujuan masyarakat yang realitis, menyangkut
kehidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, seperti merasa

5.
6.

bangga menjadi umat Islam.


Tidak bertentangn dengan konsep-konsep Islam.
Harus realitis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan

7.

negara yang hendak menerapkannya.


Harus memilih metode yang realitis sehingga dapay dioadaptasikan ke
dalam berbagai kondisi.

16

8.

Harus efektif, dapat memberikan hasil pendidikan yang bersifat


behavioristik, dan tidak meninggalkan dampak emosional yang meledak-

ledak dalam diri genarerasi muda.


9. Harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia anak didik.
10. Memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang bersifat
aktifitas langsung, seperti berjihad.
C. PAI berbasis Kompetensi
Kehidupan dan peradaban manusia diawal milenium ketiga ini,
mengalami banyak perubahan. Namun bersamaan dengan itu. Muncul
sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya peranan
dan efektivitas pendidikan agama disekolah sebagai pemberi nilai spiritual
terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab ats munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada pendidikan agama
disekolah, sebab pendidikan agma disekolah bukanlah satu-satunya faktor
yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian sisiwa.
a. Pendekatan pembelajaran dan penilaian
1. Pendekatan
Pendekatan keterpaduan dalam pendidikan agama islam meliputi:
Keimanan, pemganalan, pembiasaan, rasional, emosional,dan
keteladanan.
2. Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi
sebagaimana yang tercantum dalam KBM setiap mata pelajaran.
Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah, yaitu
pengetahuan

(kognitif),

sikap

(afektif),

dan

keterampilan

(psikomotor).
Penilaiannya tidak saja merupakan kegiatan tes formal, melainkan
juga:
Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara dan

bersikap.
Pengamatan ketika siswa berada diruang kelas, di tempat

ibadah dan ketika mereka bermain.


b. Pengorganisasian materi

17

Pengorganisasian materi pada hakikatnya adalah kegiatan yang mensiasati


proses pembelajaran dengan perancangan dan rekayasa terhadap unsurunsur instrumental melalui pengorganisasian yang rsional dan menyeluruh.
c. Pemanfaatan teknologi
Teknologi dan komunikasi diperlukan dalam mewujudkan kreatifitas dan
keterampilan agar hasil pembelajaran siswa daapt diketahui oleh aiawa
lain dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah untuk
mendapatkan informasi-informasi terbaru dalam mencari gagasan untuk
perancangan dan pembuatan benda-benda keterampilan sebagai wujud dari
kreatifitas siswa.
d. Membaca Al-Quran
Membaca Al-Quran atau hafalan-hafalan tertentu diawal setiap pelajaran
selama 5-10 menit dengan tujuan untuk mengoptimalkan ketercapaian
kemampuan membaca atau menghafal Al-Quran secara baik dan benar.
e. Nilai-nilai
Setiap materi yang diajarkan kepada kepada peserta didik mengndung
nilai-nilai yang terkait dengan perilaku kehidupan sehari-hari.
f. Aspek sikap
Aspek fungsionalnya diutamakan pada aspek sikap, sehingga kelak siswa
mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia.
g. Ekstrakulikuler
h. Keterpaduan
Pola pembinaan pendidikn Islam dikembangkan dengan menekankan
keterpaduan antara tiga lingkungan pendidikan, yaitu: lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

18

PERENCANAAN PEMBELAJARAN PAI


Perencanaan

merupakan

proses

penyusunan

sesuatu

yang

akan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yan telah ditentukan.


Begitu pula dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus
sesuai dengan target pendidikan.
Dalam konteks desentralisasi pendidikan seiring perwujudan pemerataan
hasil pendidikan yang bermutu, diperlukan standar kompetensi mata pelajaran
yang bertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional dan global.
A. Penyusunan Silabus dan Komponennya
Komponen silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran
serta penilainnya.
Kompetensi dasar
Hasil belajar
Indikator
Langkah-langkah pembelajaran
Alokasi waktu
Sarana dan sumber belajar
penilaian
Format penyajian silabus
B. Model Penyajian Silabus PAI
Menjelaskan tujuan dari mata pelajaran dapat memacu dan
memotivasi siswa untuk memahami bagaiman kegiatan belajar yang akan
dialaminya. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan ccara menata
emosi siswa.

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Berapa banyak orang yang berubah jalan hidup dan keyakinannya dalam
waktu yang sangat pendek, dari seorang penjahat besar, tiba-tiba menjadi seorang
yang baik, rajin dan tekun beribdah.
Islam dalah syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia dimuka
bumi agar mereka beribdah kepada-Nya. Penanaman keyakinan terhadap Tuhan

19

hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik dirumah, sekolah maupun
lingkungan.
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiyah Drajat pendidikan agama islam adalah suatu usaha
untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami
ajaran islam secara menyeluruh.
Pendekatan agama lebih ditekankan pada hubungan formalitas antara
hamba dengan Tuhannya. Penghayatan nilai-nilai agama kurang mendapat
penekanan dan masih terdapat sederet respon kritis terhadap pendidikan agama.
Hal ini disebabkan penilaian kelulusan siswa dalam pelajaran agam diukur
dengan berapa banyak hafalan dan mengerjakan ujian tertulis dikelas yang
dapat didemonstasikan oleh siswa.
B. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Yuridis
Dasar yuridis formal, tersiri dari tiga macam, yaitu:
Dasar Ideal: dasar falsafah negara pancasila (sila ke satu)
Dasar struktural, yaitu UUD45 bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2.
Dasar operasional (Tap MPR no IV atau MPR/1973)
b. Segi religius
QS. An-Nahl: 125
QS. Al-Imran : 104
Al-hadits : sampaikanlah ajaran kepada oarmg lain walaupun
hanya sedikit.
c. Aspek psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermsyarakat. Hal ini didasarkan dalm hidupnya, manusia
sebagai individu maupun masyarakat dihadapkn pada hal-hal yang
membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan
adanya pegangan hidup.
Sebagaiman yang dikatakan oleh Zuharini dkk bahwa: semua manusia di
dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut
agama.
C. Fungsi Pendidikan Agama Islam
1. Pengembangan, yaitu menungkatkan keimanan dan ketaqwaan peseerta
didik kepada Allah SWT ayng telah dutanamkan dalam lingkungan
keluarga.

20

2. Penanaman nilai
3. Penyesuaian mental,

yaitu

untuk

menyesuaikan

diri

dengan

lingkungannyabaika lingkungan fisik mauoun lingkungan sosial dan dapat


mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.
4. Perbaikan, yaituuntuk memeperbaiki kesalahan-kesalahan dan kelemahan
peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dana pengalaman ajaran
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungan
atau budaya lainyang dapat memebahyakan dirinyadan menghanbat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
6. Pengjaran
7. Penyaluran
D. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Berbicara pendidikan agam islam, baik makna maupun tujuannya haruslah
mengacu pada penanaman nilai-nilai Islamcdan tidak dibenarkan melupakan
etika sosial maupun moralitas sosial.
E. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik
Mengingat betapa pentingnya pendidikan aama Islam dalam mewujudkan
harapan setiap orang tua, masyarakat stackholder dan membantu terwujudnya
tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan agama Islam harus diberikan dan
dilaksanakan disekolah dengan sebaik-bainya.

21

STANDAR KOMPETENSI PAI


A.

B.

C.

D.

Jenis-jenis kompetensi
Kompetensi lintas kurikulum
Kompetensi tamatan
Kompetensi umpun pelajaran
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar
Hasil belajar
Indikator hasil belajar
Kompetensi PAI SD-MI
Standar kompetensi lintas kurikulum
Standar kompetensi rumpun pelajaran
Standar kopetensi mata pelajaran
Kompetensi persatuan jenjang pendidikan
Kompetensi PAI SLTP
Kompetensi lintas kurikulum
Standar kompetensi pendidikan agama
Standar kompetensi mata pelajaran pendidikan agam islam
Kompetensi persatuan jenjang pendidikan
Kompetensi PAI SLTA
Kompetensi kurikulum
Kompetensi pendidkan agama
Kompetensi spesifik pendidikan agama islam
Standar kompetensi mata pelajaran
Kompetensi persatuan jenjang pendidikan

22

KETERPADUAN PENBELAJARAN PAI


A.

Isu-isu pendidikan Agama Islam


Menurut Mala Ustman, ciri-ciri pendidikan agama islam adalah sebagai
berikut:
Pertama, pendidikan ketuhanan, yaitu pendidikan yang bukan
buatan manusia melainkan berdasarkan kepada prinsip-prinsip yang
diturunkan Allah SWT yang bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai
kehidupan manusia.
Kedua, pendidikan faktual, yaitupendidikan yang serasi dengan
kenyataa manusia uang tersusun dengan komponenjisim (tubuh), nafs atau
qalb atau hati. Pendidikan ini mengakui adanya gharizah (insting) yang
menggerakan perilaku manusia.
Ketiga, pendidikan yang kontinue, yaitu pendidikan yang tidak
terkait oleh waktu tertentu dikeluarga dan disekolah saja, melainkan
kewajiban bagi orang islam sampai meninggal dunia.
Berekenan dengan hal itu, islam memandang bahwa pendiidkan
umum bertujuan untuk mencaapai manusia yang memiliki karaktertstik:
a. Hilmun, yakni kesanggupan atau kemampuan untuk menolak
argumentasi ornag bodoh dengan bahasa yang santun.
b. Wara yaitu tidak rakus, rendah hati yang mampu membentengi
dirinyadari perbuatan maksiat.
c. Husnul khuluq, yaitu berakhlak baik sehingga ia bisa hidup diantara
manusia.
Sedangkan kurikulum PAI di sekolah atau dimadarasah adalah sebagai
berikut:
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan YME yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
3. Penyesuain mental yaitu

unutk

menyesuaikan

diri

dengan

limgkungannya.
4. Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan
dan pemahaman adanya Tuhan.
5. Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
atau budaya lain.
6. Pengajaran

23

7. Penyaluran,

untuk

menyalurkan

anak-anak

yang

memiliki

bakatkhususu dibidang agama islam.


B. Kesenjangan materi kurikulum PAI
a. Kemampuan membaca Al-Quran
b. Kemamapuan prakterk ibadah
C. Faktor-faktor penyebab terfadinya kesenjangan kurikulum PAI di
sekolah
a. Persepsi guru agama
b. Terbatasnya saran dan fasilitas yang dimilki sekolah
D. Keterpaduan KBK PAI
Secara konseptual keterpaduan pelaksanaan kurikulum PAI berdasrkan
pada:
1. Larakteristik yang paling menonjol dalam organisasi tujuan-tujuan
kurikulum PAI bersifat development, kompetensi-kompetensi itu tidak
dapat dikembangkan dalam waktu serta lingkungan belajar yang
sangay terbatas.
2. Teori yang mengatakan belajar adalah change in behavior
tampaknya lebih relevant dengan penerapan kurikulum PAI daripada
sekedar menambah dan mengumpulkan pengetahuan saja (Nasutionm
1990)
3. Setting belajar yan naturalistik ternyata lebih efektif dalam pencapaian
hasil dibandingkan dengan setting belajar dikelas dengan pendekatan
yang verbalistik.
4. Upaya untuk mensintesis dan internalisasi nilai-nilai religious agar
menjadi suati sistem nilai yang mantap dan mendalam, sehingga benarbenr menjadi sesuati yang dipedomani dalam kehidupan sehari-hari
perlu memperhatikan prinsip-prinsip komtinuitas, relevansi, dan
efektifitas dalam pengembangannya.
Bentuk kerjasama dalam penerapan kurikulum PAI
Menurut Arifin M bahwa hubungan kerjasama dapat berbentuk informal
individu atau formal organisatoris.
1. bentuk kerjasama informal individual, menurut Arifin kerjasama ini
didasari oleh rasa keinsyafan, kedua belah pihak akan pentingnya menjalin

24

kerjasama diantara keduanya dalam hal Pendidikan Agama Islam bagi


anak didik mereka.
2. formal organisatoris, bentuk ini direalisir dalam ikatan organisasi sseperti
badan Pembantu Penyelenggara pendidikan (komite sekolah atau majelis
madrasah).
Tujuan dilaksanaknnya hubungan kerjasama antara guru dan orang tua
murid menurut Arifin adalah sebagai berikut:
1. berusaha mendorong dan mengingatkan hubujgan baik antara keluarga
bauk secara perorangan maupun organisasi.
2. untuk menangkal atau menetralisir kemungkinan terjadi disekolah dan
dikeluarga.
3. diharapkan akan dapat menjadi salah satu instrumen pendukung bagi
upaya peningkatan kualitas hasil belajar siswa pada bidang PAI secara
menyeluruh .
Tujuan dilaksanakan kerjasama sekolah dengan lingkungan pendidikan
agam nonformal yang berada dimasyarakat sekitar adalah:
1. diharapkan agar dapat mengurangi kesenjangan kurikulum PAI pada
sekolah, dalam dimensi rencana dan prosesnya.
2. sebagai upaya untuk pemerataan hasil-hasik yang diperoleh para siswa
sekolah dalam bidang PAI.
3. diharapkan pula dapat meningkatkan kualitas hasil yang diperoleh dalam
PAI , dengan asumsi semakin tinggi proses diharapka kan semakin tinggi
pula hasil yang dicapainya.
Langkah-langkah mewujudkan kerjasama pembinaan pendidikan agam
islam
1. Menekankan kepada para siswa agar aktif belajar dimushalla masingmasing, pesantern yang menyelanggarakan PAI pada sore atau malam hari.
2. mendatangi ustadz-ustadz di mushalla atau pesanttren untuk
mengkomunikasikan rencana sederhana PAI yang perlu mendapatka
pengembangan lebih lanjut kepada mereka.
3. guru agama mengontrol kegiatan PAI para isswa di mushalla dan
pesantren.
4. mengkondisikan para siswa untuk mengikuti pendidikan di madrasah
diniyah.

25

5. khusus untuk selam bulan Ramadhan, para siswa diwajibkan untuk


mengikuti kegiatan ibadah Ramdhan.
6. mengadakan komunikasi dengan orang tua siswa secara periodik, baik
melalui rapat formal maupun nonformal untuk mengontrol aktifitas siswa.

26

PENILAIAN PORTOFOLIO
Kurikulum

Berbasis

Kompetensi

(KBK)

dimaksudkan

untuk

mengembangkan kompetensi (kemampuan) siswa, yang meliputi


kemauan, ketrampilan, dan aspek afektif siswa. Oleh karena itu
penilaian pembelajaran atau hasil belajar dalam pelaksanaan
KBK

perlu

selengkap

dilakukan
mungkin

dengan
mengenai

berdasarkan
siswa

yang

informasi

yang

bersangkuatan.

Penggunaan portofolio dalam penilaian hasil belajar dapat


vdiaplikasikan pada berbagai jenjang pendidikan. Portofolio
digunakan dengan maksud untuk menilai hasil belajar secara
komprehensif. Assessment sering dikaitkan denagn pencapaian
kurikulum,

dan

digunakan

untuk

mengumpulkan

informasi

berkenaan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar.


Assessment alternative

sering

disebut

sebagai assessment

performan atau assessment kinerja.


Pengertian Penilaian Portofolio
Poulson ( 1991:60 ) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan perkejaan
siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih.
usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih.
Menurut Gronlund ( 1998:159 ) dalam Elin Rosini, portofolio mencakup
berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan.
Konteks assessment berkenaan dengan portofolio :
Tujuan
Hakekat hasil belajar
Fokus bukti
Rentang waktu
Hakekat bukti

Manfaat Penggunaan Portofolio


Borenson & Certer ( 1995:184 ) mengemukakan manfaat portofolio sebagai
berikut :
Mendemonstrasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu

27

Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki


Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar
Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar

Grondlund ( 1998:158 ) menyatakan bahwa portofolio memiliki beberapa


keuntungan, antara lain sebagai berikut :
Kemajuan siswa dapat terlihat dengan jelas
Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh

positif dalam belajar


Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa

bagi siswa itu sendiri, orang tua dan lainnya.


Sedangkan menurut ( Depdiknas, 2003:7 ) manfaat penilaian portofolio adalah :
Portofolio menyajikan atau memberikan bukti yang jelas atau lebih

lengkap tentang kerja siswa daripada hasil tes di kelas.


Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program

pembelajaran yang baik.


Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa.
Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang
baik.

Kelebihan Dan Keterbatasan Penilaian Portofilio Serta Implikasinya


Kekuatan portofolio antara lain :
Memungkinkan pendidik mengaskses kemampuan peserta didik untuk

membuat, menulis, menghasilkan berbagai tipe tugas akademik.


Memungkinkan pendidik menilai keterampilan / kecakapan peserta didik.
Mendorong kolaborasi ( komunikasi dan hubungan ) antara peserta didik

dan pendidik.
Memungkinkan pendidik mengintervensi proses dan menentukan dimana /
bilamana perlu membantu.

Adapun kelemahan assessment portofolio diantaranya adalah :


Memerlukan waktu yang relatif panjang dan segera.
Pendidik harus tekun, sabar dan terampil.
Tidak ada kriteria yang standar.
Koleksi Data Pada Penilaian Portofolio
Adapun bentuk assessment portofolio menurut Elin Rosani ( 2003: 3 )
diantaranya sebagai berikut:
Catatan Andekotal

28

Ceklis atau daftar cek


Skala penilaian
Teks skinning

Pemilihan Isi Portofolio


Sebelum membuat portofolio, ada beberapa hal yang harus perlu diperhatikan,
diantaranya :
Menentukan tujuan dan seterusnya jenis portofolio
Menentukan isi kandungan portofolio
Menentukan siapa yang akan memilih isi kandungan, bahan/sumber

portofolio
Menentukan bagaimana portofolio dinilai

29

BAB III
SIMPULAN

30

Anda mungkin juga menyukai